Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Indonesia terdiri dari beberapa pulau. Dan masing-masing pulau terdapat ciri
khas masing-masing. Keberagaman etnis, agama dan budaya menjadi ciri khas
Negara Indonesia. Dan disetiap wilayah tentu terdapat penduduk yang disebut
sebagai masyarakat. Dan tentunya didalam masyarakat terjalin hubungan sosial
dan juga terdpat budaya-budaya yang menjadi ciri khas dari suatu daerah. sistem
sosial merupakan sistem interaksi yang berlangsung antara 2 (dua) pelaku atau
lebih, yang masing-masing mengandung fungsi dalam suatu satuan masyarakat.
Sistem merupakan satu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen yang saling
terhubung dan Budaya (culture) didefinisikan sebagai tingkah laku, pola-pola,
keyakinan dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan
dari generasi ke generasi (Santrock, 1998: 289). Dalam masyarakat pedesaan,
lebih terfokus pada kegiatan pertanian. masyarakat pedesaan dikatakan sebagai
mandiri pangan karena masyarakatnya sebagian besar merupakan petani, yang bsa
dikatakan merupakan ahli dalam pertanian, dimana mereka dapat mendapatkan
atau memperoleh atau memproduksi makanan sendiri tanpa harus membeli. Dan
biasanya masyarakat pedesaan tidak terlepas dari adat istiadat. Dimana mereka
masih menerapkan kearifan lokal. Sebagian masyarakat masih menerapkan
kearifan lokal dengan alas an karena kearifan lokal memberi pengaruh baik
terhadap hasil pertanian atau berperan dalam ketahanan pangan.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah interkasi social masyarakat pertanian?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi interaksi social pedesaan dan perkotaan
3. Bagaiamana penerapan kearifan lokal dalam pertanian
4. Apa pengaruh kearifan lokal

1
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
a. Interaksi sosial
Proses interaksi masyarakat desa dapat dilihat dari aktivitas kerja /mata
pencaharian mereka dengan sistem tolong menolong, jiwa gotong royong, dan jiwa
musyawarah. (Koentjoroningrat, 1979).
Menurut Sukanto interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena
adanya hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan individu dan kelompok.
Menurut Bonner interaksi sosial hubungan antara dua individu atau lebih yang saling
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu lainnya.
b. Kearifan Lokal
Menurut Sony Keraf (2002) kearifan tradisional (lokal) merupakan bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika
manusia yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. Jadi kearifan tradisional bukan hanya menyangkut pengetahuan, alam, dan
pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik
diantara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat
kebiasaan manusia, alam dan bagaimana relasi diantara semua penghuni komunitas
ekologis ini harus dibangun.
Sternberg (2001) melihat kearifan sebagai pengetahuan yang menyeimbangkan
keinginan hidup manusia. Menurutnya, di setiap kehidupan, orang akan membentuk
nilai dirinya tergantung pada keinginan dominannya. Namun demikian nilai itu juga
sangat tergantung pada tujuan yang sejalan untuk mencapai kebaikan pada umumnya.
Dalam konteks teori keseimbangan, kearifan secara praktis merupakan inti
pengetahuan yang tersembunyi (tacit knowledge) dan sebagai pengetahuan yang
menyeimbangkan kepentingan.

2
c. Masyarakat pedesaan
Soerjono Soekanto ( 2006 : 136 – 140 ) mengungkapkan bahwa: “masyarakat
pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga
desa, yaitu perasaan setiap warga / anggota masyarakat yang amat kuat hakekatnya”.
bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat di manapun ia hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia
untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota – anggota
masyarakatnya yang saling mencintai, saling menghormati, mempunyai hak tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam
masyarakat. “Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian.
Walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng, dan bata, tukang membuat
gula. Namun demikian, tidaklah berarti setiap orang mempunyai tanah”.
( Koentjaraningrat, 1967 : 57 ).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : masyarakat pedesaan adalah,
masyarakat yang hubungan kekeluargaan, dan kerja samanya masih kental. Selain itu
pada umumnya pekerjaan mereka adalah petani. Persekutuan hidup yang paling kecil
dimulai ssat manusia primitif mencari makan yaitu dengan berburu, sebagai migrator,
nomad 100-300 orang. Kenyataan ini disesuaikan dengan persediaan maknannya.
Berkembangnya cara bertani menyebabkan lahirnya suatu persekutuan hidup
permanen pada suatu tempat, kampung dengan sifat yang khas, yaitu :
a) Kekeluargaan
b) Adanya kolektivitas dalam pembagian tanah dan pengerjannya.
c) Ada kesatuan ekonomis yang memnuhi kebutuhan sendiri
Masyarakat pedesaan memiliki cri-ciri kehidupan sosial sebagai berikut:
1) Didalam masyarakat pedesaan diantara warganya memiliki hubunganyang paling
mendalam dan erat diabandingkan dengan hubungan mereka dengan masyarakat
lainnya diluar batas-batas wilayahnya.

3
2) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar sistem kekeluargaan.
3) Sebagai warga masyarakat pedesaan hidup dan pertanian (agraris) dan pekerjaan-
pekerjaan yang bukan agraris hanya sebagai pengisi waktu luang.
4) Masyarakat bersifat homogeny baik dalam hal agama, mata pencaharian, adat,
kebiasaan dan kebudayaan.
5) Didalam masyarakat pedesaan berlaku cara-cara hidup yang bersifat gotong
royong dan tolong menolong (Abu Anmadi, 1991 : 241).
Masyarakat pedesaan lebih menerapkan budaya-budaya dalam proses kegiatan
pertanian. dan biasanya budaya-budaya yang mereka terapkan memberi pengaruh
baik terhadap hasil pertanian.
Namun disis lain Adapun cirri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan antara lain :
1. Konflik dan persaingan, pertama-tama orang kota suka membayangkan
masyarakat desa itu sebagai tempat orang hidup berdekatan dengan orang-orang
tetangga terus menerus, kesempatan untuk pertengkaran amat banyak dan peristiwa
dar peledakan keadaan-keadaan tegang rupa-rupanya sering terjadi. Kecuali
pertengkaran-pertengkaran yang terjadi di sekitar peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari dalam rumah tangga yang membesar menjalar. Seumber dari
banyak pertengkaran dalam masyrakat pedesaan di Indonesia rupa-rupanya berkisar
hal tanah, sekitar masalah kedudukan dan gengsi, sekitar hal perkawinan, sekitar hal
perbedaan antar kaum tua dan kaum muda dan sekitar perbedaan antara pria dan
wanita
2. Kegiatan bekerja, didalam masyarakat desa dalam bercocok tanam, orang biasa
bekerja keras dalam waktu tertentu. Namun petani tidak mampu menyelesaikan
segala pekerjaan di lading miliknya seorang diri.
3. Sistem tolong menolong, tambahan tenaga bantuan dalam pekerjaan tidak
disewa. Aktivitas tolong menolong sering terjadi dalam lingkungan masyarakat
misalnya dalam aktivitas kehidupan rumah tangga, dalam menyiapkan dan
melaksanakan aktivitas pesta dan upacara.

4
4. Gotong royong. Tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam
lapangan aktivitas-aktivitas sosial. Aktivitas sosial itu kita sebut kerja bakti atau
istilah gotong royong.
d. Aktivitas Tolong- Menolong Lain Dalam Masyarakat Desa
Konsep gotong -royong yang kita nilai tinggi itu merupakan suatu konsep yang
erat sangkut-pautnya dengan kehidupan rakyat kita sebagai petani dalam masyarakat
agraris. Gotong-royong merupakan suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari
luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk
dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah. Untuk keperluan itu,
dengan adat sopan-santun yang sudah tetap, seorang petani meminta beberapa orang
lain sedesanya misalnya, untuk membantunya dalam mempersiapkan sawahnya untuk
masa penanaman yang baru (memperbaiki saluran-saluran air dan pematang-
pematang, menyangkul, membajak, menggaru, dan sebagainya). Petani tuan rumah
hanya harus menyediakan makan siang tiap hari kepada teman-temannya yang datang
membantu itu, selama pekerjaannya berlangsung. Kompensasi lain tidak ada, tetapi
yang minta bantuan tadi itu harus mengembalikan jasa itu dengan membantu semua
petani yang diundangnya tadi, tiap saat apabila mereka memerlukan bantuannya.
Dengan demikian sistem gotong-royong sebagai suatu sistem pengerahan tenaga
seperti itu, amat cocok dan flexibel untuk teknik bercocok tanam yang bersifat usaha
kecil dan terbatas, terutama waktu unsure uang belum masuk ekonomi pedesaan.
Tenaga tambahan dapat dikerahkan bilamana perlu, dan segera dibubarkan lagi bila
pekerjaan selesai. Di desa-desa kerja sama tolong-menolong dalam bercocok tanam
seperti itu biasanya dilakukan antara para petani yang memiliki bidang-bidang sawah
yang berdekatan letaknya.

5
BAB 3
METODE DAN ANALISIS
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bubea Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone
Bolango Provinsi Gorontalo. Lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
berdasarkan tugas mata kuliah sosiologi pedesaan. Dan juga alasan dari pengambilan
lokasi ini karena diketahui dari sifat daerah/lokasi tersebut sesuai dengan tujuan
penelitian. Dimana di daerah tersebut sebagian besar merupakan lahan pertanian dan
yang kita ketahui bahwa lahan pertanian identik dengan masyarakat desa. Sehingga
Sesuai dengan tujuan peneltian dilakukan untuk mengetahui interaksi social dan
kearifan lokal pada masyarakat desa.
b. Sampel / Responden
1. Petani
Seorang petani jagung yang merupakan pemilik lahan yang yang dijadikan sebagai
lokasi penelitian. Seorang petani yang bernama Siru Uno yang berusia 64 tahun dan
sudah bekerja sebagai petani selama 20 tahun.
2. Panggoba, Panggoba memiliki ilmu pengetahuan tentang ilmu perbintangan, dan
dapat menentukan corok masyarakat yang diwariskan dari nenek moyang selama
puluhan tahun dan bahkan ratusan tahun.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 hari pada bulan mei. pada tanggal 26, 27, 29.
Yaitu pada hari jum’at, sabtu dan senin. Pada hari jum’at dilakukan observasi
lapangan untu menentukan lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Hari sabtu
wawancara dengan Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, yaitu
observasi lapangan dan wawancara petani. Observasi lapangan yaitu pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di lokas penilitian.
Kemudian wawancara petani yaitu pengumpulan data yang diambil berdasarkan
informasi dari hasil wawancara dengan petanipetani dan dilanjutkan pada hari senin
bersamaan dengan pengambilan dokumentasi.

6
d. Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara petani.
Observasi lapangan yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan penilitian secara
langsung dilokasi penelitian. Dan wawancara petani merupakan pengumpulan data
yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari hasil wawancara dari petani.
e. Teknik Analisis Data
teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan cara matode
deskriptif yaitu teknik analisis data yang diperoleh berdasarkan gambaran dari hasil
penelitian yang diamati.

7
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Kabupaten Bone Bolango
kabupaten bone bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo.
Kabupaten Bone Bolango dibentuk berdasarkan Undang–undang Nomor 6 Tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato di
Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4269). Pada waktu
dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat wilayah kecamatan,
yaitu:
1. Bonepantai
2. Kabila
3. Suwawa, dan
4. Tapa.
Bertitik tolak Amanah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah melalui Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 serta mengingat Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tanggal 22
Desember yang mengatur Tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo yang kala itu
hanya memiliki tiga daerah, sementara idealnya minimal harus memiliki lima
Kabupaten/Kota, maka atas semangat dan aspirasi seluruh kalangan masyarakat di
empat Kecamatan di Kabupaten Gorontalo masing-masing Kecamatan Suwawa,
Kabila, Tapa dan Bonepantai dibentuklah Komite Solidaritas Pembentukan
Kabupaten Baru (KSPKB) yang berusaha, berjuang menjadikan empat kecamatan ini
untuk menjadi suatu daerah Kabupaten. Tepat tanggal  6 Mei 2003 diresmikanlah
Kabupaten Bone Bolango sebagai Kabupaten yang keempat di Provinsi Gorontalo
sesuai amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 Tentang Pembentukan
Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo.

8
Sampai saat ini (September 2016) Kabupaten Bone Bolango mengalami banyak
proses pemekaran kecamatan dan desa/kelurahan, sehingga jumlah kecamatan dan
desa/ kelurahan menjadi banyak, yaitu 18 kecamatan, 154 desa dan 5 kelurahan.
2. Sektor Pertanian Kabupaten Bolango
Sektor pertanian merupakan kontributor terbesar terhadap PDRB Kabupaten
Bone Bolango. Total kontribusi sektor pertanian pada tahun 2009 terhadap nilai
PDRB kabupaten adalah sebesar 41,15 persen. Artinya sektor ini menyumbang
hampir sebagian dari keseluruhan nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango. Semenjak
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, persentase kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB ditinjau dari harga berlaku terus mengalami peningkatan rata rata
sebesar 17,50 persen per tahun. Pada dasarnya dalam bidang pertanian terdiri atas
beberapa subsektor, seperti subsektor tanaman perkebunan, subsektor tanaman
makanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Besarnya kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB kabupaten merupakan implikasi dari luasnya lahan
pertanian yang dimiliki serta banyaknya tenaga kerja yang bergerak di sektor ini.
Secara riil (berdasarkan interpretasi citra), penggunaan lahan di Kabupaten Bone
Bolango untuk keperluan lahan pertanian campuran mencapai 46.092,93 hektar atau
setara dengan 23.54 persen.
luas wilayah Kabupaten Bone Bolango dengan angkatan kerja yang bergerak
di bidang pertanian sebanyak 21.095 jiwa. Pengembangan sektor pertanian sebagai
basis ekonomi kabupaten, diperlukan kebijakan dan investasi yang tepat sasaran.
Investasi pada sektor pertanian ditujukan pada beberapa sub sektor yang dianggap
memberi andil yang cukup berarti dalam pengembangan perekonomian daerah, antara
lain : subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor
peternakan, subsektor kelautan dan perikanan, serta subsektor kehutanan. Khusus
untuk subsektor tanaman pangan dan hortikultura, investasi diutamakan pada
pengadaan dan distribusi bahan-bahan pertanian seperti penyediaan bibit unggul,
pupuk dan pestisida guna peningkatan kualitas dan kapasitas hasil pertanian.
Sedangkan untuk subsektor perkebunan, program investasi diutamakan pada

9
pengadaan industri pengelolaan hasil-hasil perkebunan, selain itu juga diperlukan
Investasi sumberdaya manusia guna penelitian dan pengembangan produktivitas hasil
perkebunan. Bagi subsektor perikanan, investasi diutamakan untuk pembangunan
fasilitas penangkapan ikan, baik yang digunakan untuk keperluan menjala ikan
maupun untuk keperluan pendistribusian hasil-hasil perikanan ke daerah-daerah lain
di luar Kabupaten Bone Bolango.
b. Pembahasan
1. Interaksi Sosial Masyarakat Pertanian
Masyarakat pertanian selalu identik dengan masyarakat pedesaan. Dimana jika
dilihat dari uraian pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa masyarakat
pedesaan adalah masyarakat yang hubungan kekeluargaan, dan kerja samanya masih
kental. Selain itu pada umumnya pekerjaan mereka adalah petani. Jadi Masyarakat
pertanian juga dapat dikatakan sebagai masyarakat pedesaan.
Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu daerah digorontalo tepatnya di
kecamatan suwawa yang sebagian besar lahannya dijadikan sebagai lahan pertanian.
dan sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan interaksi sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat kabupaten bone
bolango, kecamatan suwawa, desa bubeya dapat dikatakan sebagai salah satu ciri
interaksi dalam masyarakat pedesaan. Dimana interaksi antara masyarakat yang satu
dan yang lainnya masih terjalin dengan baik. Interaksi tersebut dilihat dari interaksi
mereka dalam kegiatan pertanian. berdasarkan wawancara dari petani masyarakat
peternak sapi membantu petani lainnya dalam proses pertanian dan kemudian sebagai
imbalannya peternak sapi memperoleh pakan ternak dari sebagian hasil pertanian
untuk dijadikan sebagai makanan ternaknya dan sisanya dijual kepada masyarakat
lainnya sesuai keinginan mereka. Jagung yang dibeli biasanya belum selesai proses
pemanenan namun sudah siap panen. Dan jagung yang sudah dibeli diberi pertanda
dengan cara diikatnya dua batang pohon jagung. Dimana dua batang pohon jagung itu
terletak dia area yang sudah terjual. Dan biasanya dijual setiap baris dengan harga rp.

10
35.000 disesuaikan dengan banyaknya jumlah jagung dalam setiap baris. Dengan
Jagung yang dijual .
Pada saat pengamatan juga dilihat terdapat beberapa petani yang saling
membantu dalam proses pemanenan. Jadi, dapat dikatakan bahwa interaksi
masyarakat pertanian di Desa Bubeya Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango
masih berjalan dengan baik.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interkasi Sosial
dalam interaksi sosial, terdapat beberapa faktor yaitu :
 Imitasi : proses belajar / meniru orang lain
 Sugesti : memberikan pengaruh pandangan dengan cara tertentu
 Identifikasi : kecenderungan untuk menjadi sama dengan individu lain yang di
tiru
 Simpati : perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang, seolah berada
dalam keadaan orang lain.
 Motivasi : dorongan / stimulus yang diberikan pada orang lain
 Empati : proses kejiwaan seseorang untuk larut dalam perasaan orang lain.
Berdasarkan dari ke enam faktor yang mempengaruhi interaksi sosial jika
dibandingkan antara faktor interaksi sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan adalah
sebagai berikut :
1. imitasi atau proses belajar atau meniru orang lain. Dalam masyarakat pedesaan
itu terlihat dalam lingkungan keluarga dimana yang lebih muda dalam masyarakat
pedesaan memiliki sifat ramah, sopan dan hormat kepada orang yang lebih tua.
Karena perhatian orang tua terhadap anak-anaknya lebih banyak dibandingkan
dengan urusan pekerjaannya. Sedangkan dalam masyarakat perkotaan dimana
sebagian besar orang tua memiliki kepentingan atau pekerjaan masing-masing dan
urusan pekerjaan lebih penting bahkan waktu bersama anak-anaknya sedikit.
Sehingga peran orang tua dalam memperhatikan anaknya kurang. Kondisi ini
menjadikan anak-anak perkotaan cenderung melakukan apa yang mereka mau bahkan
meniru sesuatu dengan bebas

11
2. simpati, jika dilihat dari masyarakat pedesaan yaitu faktor yang paling menonjol
yaitu simpati, perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang. seolah berada
dalam keadaan orang lain. Dalam masyarakat pedesaan selalu menerapkan sikap
tolong menolong. Dimana masyarakat lain memiliki sifat simpati terhadap
masyarakat lainnya sehingga Terjalinnya sikap saling tolong menolong, baik dalam
proses kegiatan pertanian maupun persoalan lainnya. Dan juga masyarakat pedesaan
memegang teguh sistem sosial yang kuat. Dimana masyarakat-masyarakatnya
memiliki hubungan sosial yang mengarah pada kerja sama atau gotong royong
sehingga melahirkan hubungan kekeluargaan. Misalnya dalam kegiatan bercocok
tanam, antara petani yang satu dengan yang lainnya Saling membantu dalam proses
penanaman hingga pemanenan.
Jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan interaksi sosial kurang baik
karena biasanya masyarakat perkoataan mudah terpengaruh. Dengan munculnya
teknologi seperti heandphone memberi pengaruh negative. Misalnya ketika terjadi
sesuatu dengan orang lain, yang lainnya cenderung tidak peduli dan sibuk dengan
heandphonnya. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau
individu. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab
perbedaan kepentingan paham politik, perbedaan agama dan sebagainya. Jalan pikiran
rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa
interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada
faktor pribadi. Dan Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota
sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
3. Kearifan Lokal Masyarakat Pertanian
Kearifan tradisional (lokal) bukan hanya menyangkut pengetahuan, alam, dan
pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik
diantara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat
kebiasaan manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didesa bubeya kecamatan
suwawa kabupaten bone bolango. Lahan pertanian yang menjadi objek penelitian

12
merupakan lahan budidaya jagung dimana dalam proses kegiatan pertanian masih
menerapkan kearifan lokal yaitu mulai dari tradisi motiayo (gotong royong), Ilmu
perbintangan oleh panggoba, perhitungan hari baik berdasarkan lowanga, kaletuwo
dan bito.
1. Motiayo atau gotong-royong
Kegiatan gotong-royong atau bekerja sama menimbulkan interaksi antara petani
yang satu dengan yang lainnya. Saling membantu dalam segala kegiatan pertanian
tanpa biaya tenaga kerja. Tetapi ketika petani satu membantu petani lainnya, maka
balasannya bukan berupa uang. Melainkan berupa tindakan yang sama. Petani yang
pernah dibantu akan membantu petani lainnya yang pernah membantunya.
berdasarkan wawancara dari petani masyarakat peternak sapi membantu petani
lainnya dalam proses pertanian dan kemudian sebagai imbalannya peternak sapi
memperoleh pakan ternak dari sebagian hasil pertanian untuk dijadikan sebagai
makanan ternaknya
2. Ilmu perbintanganYang dilakukan oleh panggoba.
Dimana panggoba tersebut memprediksi kapan waktu terbaik untuk memulai
penanaman. Dengan mempertimbangkan posisi bulan di langit untuk menentukan
musim tanam Penentuan musim tanam tersebut dipandu oleh seorang ‘panggoba’,
yaitu orang yang memiliki kemampuan untuk membaca bintang dilangit dalam
menentukan musim tanam di masyarakat. dalam ilmu perbintangan terdapat :
 Tadata, artinya bintang dilangit yang terkumpul banyak saling berdekatan
 Otoluwa, letak bintang dilangit yang membentuk segi tiga. Dari 10 mei-16 juni.
 Malu’o artinya letak bintang yang membentuk model ayam. Polipi’o oloyihi ode
deheto. ( sayap kiri sebelah laut) polipi’o olowala imbihu bulalo (sayap kanan
sebelah danau). Sayap kiri sebelah laut artinya api (tulu). Sayap kanan sebelah
danau artinya air (Taluhu). Bangga tanggal 5 juli malu’o 8 juli.
 Totokiya artinya letak bentang dilangit yang berjejer tiga dari 16 juli. Totokiya
adalah hari yang kurang baik dalam menanam.

13
10 agustus tadata motitambe/motilundu
16 september otoluwa motilundu/motitambe
8 oktober malu’o motilundu/motitambe
5 oktober bangga motilundu/motitambe
16 oktober totokiya
3. Perhitungan hari baik berdasarkan Lowena dan Kaletno dan bito
Lowanga yaitu hari yang kurang baik dari jam 6 pagi sampai dengan jam 8 pagi.
Kaletuwo yaitu hari yang tdak baik untuk menanam. Durasinya sepanjang 1 hari atau
o’olanga.
bito adalah hari yang tidak baik mo’o panyaki ( menyebabkan penyakit
4. Pengaruh kearifan lokal
Dalam kegiatan gotong royong atau tradisi motiayo memberi pengaruh baik
dalam interaksi atau hubungan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Antara petani yang satu dengan lainnya. Sehingga identitas masyarakat pedesaan
yang memiliki sifat kekluargaan masih terlihat. Dan untuk kearifan lokal seperti tata
letak perbintangan (dudutu lo pohiyama) dan hari baik maupun hari baik (lowanga
dan kaletno) ini masih dipertahankan adalah untuk menghindari adanya kerusakan
atau serangan hama atau ulat. Dan agar hasil pertanian yang dihasilkan berkualitas.

14
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan penilitian dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa bubeya
kecamatan suwawa kabupaten one bolango merupakan daerah yang sebagian besar
lahan pertanian. dan ada masyarakat yang masih menerapkan kearifan lokal dalam
kegiatan pertanian seperti, motiayo atau gotong royong dimana tradisi ini
memberikan pengaruh baik terhadap interaksi sosial. Dan untuk kearifan lokal seperti
tata letak perbintangan (dudutu lo pohiyama) dan hari baik maupun hari baik
(lowanga dan kaletno) ini masih dipertahankan adalah untuk menghindari adanya
kerusakan atau serangan hama atau ulat atau agar hasil pertanian yang dihasilkan
berkualitas. Bukan hanya itu kearifan lokal juga berperan dalam ketahanan pangan.
b. Saran
Budaya menjadi salah satu ciri khas suatu daerah. Dan didalam budaya terdapat
nilai-nilai dan sebaiknya nilai-nilai tersebut dipertahankan atau dipertahankan selama
nilai-nilai dalam budaya tersebut memberi pengaruh baik untuk kehidupan jangan
malah mengabaikannya karena pengaruh dari luar.
Manusia sebagai makhluk sosial dimana manusia akan selalu membutuhkan
manusia yang lainnya dalam suatu persoalan. Dan kita sebagai manusia sebaiknya
lebih memperhatikan bagaiamana sebaiknya kita berinteraksi guna untuk menjalin
suatu hubungan kekeluargaan. Bukan malah saling memnetingkan diri sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah, Amir. 2013. Kearifan Lokal dalam Membentuk Daya Pangan Lokal
Komunitas Molamahu Pulubala Gorontalo. Jurnal At-Turas Vol (19) No. 1,
2013. Fakultas Adab dan Humaniora & Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta.
Sajogyo, Pudjiawati Sajogyo. 2002. Sosiologi pedesaan. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Konjaraningrat. 2000. Kebudayaan mentalitas dan pembangunan. PT. Gramedia
Pustaka Utama, jakarta

16
Lampiran
1. Dokumentasi lapangan

2. Data pendukung yang dianggap perlu

17

Anda mungkin juga menyukai