DISUSUN OLEH :
M. JIHAD ANNAFSI N.A KH (04040120096)
MELLY SUCIWARDANI (04040120094
QURROTA ‘AYUN ZANUBA RAHMAH (04040120109)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
• A. Latar Belakang ………………………………………………………... 1
• B. Rumusan Masalah ………………………………………………….…. 1
• C. Tujuan ……………………………………………………………........ 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………... 2
• A. Kebudayaan Primitif ………………………………………………….. 2
• B. Kebudayaan Agraris …………………………………………………... 3
• C. Kebudayaan Industrial ……………………………………………….... 6
BAB III PENUTUP …………………………………………………………...… 8
• A. Kesimpulan …………………………………………………………… 8
• B. Saran ………...………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia.
Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, dengan demikian
masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat
berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu.
Bagi setiap warga masyarakat akan lebih baik apabila ia mengenal
“masyarakat” dimana ia menjadi bagian daripadanya, dan masyarakat
sebagai lembaga hidup bersama, bahkan tidak dapat dipisahkan daripada
warga masyarakatnya dengan segala hubungan dan interaksi yang
berlangsung didalamnya. Begitu juga intraksi yang terjadi di dalam
masyarakat primitif, masyarakat agraris dan masyarakat industrial. Tiap
masyarakat tersebut telah memiliki ciri serta kebudayaan yang merupakan
hasil dari masyarakat itu sendiri, baik itu adat istiadat bahasa ataupun
kepercayaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan primitif
2. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan agraris
3. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan industrial
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memahami apa itu kebudayaan primitif
2. Untuk mengetahui serta memahami apa itu kebudayaan agraris
3. Untuk mengetahui serta memahami apa itu kebudayaan industrial
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Primitif
Kebudayaan primitif dapat diartikan sebagai kebudayaan yang dimiliki
masyarakat yang bersahaja dan sederhana, baik dilihat dari struktur sosial
maupun kebudayaannya. Dalam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
primitif penggunaan teknologi masih sangat terbatas, tidak mempunyai alat-
alat modern, belum menggunakan sistem keuangan dan belum tahu menulis
dan membaca. Setiap masyarakat mempunyai sistem ekonomi tersendiri
sebagai cara untuk mendapatkan makanan. Ada masyarakat yang bertani
dan berburu.
Masyarakat primitif adalah masyarakat yang hidup di zaman sebelum
ada pendidikan. Mereka hidup dengan mengandalkan alam. Masyarakat
primitif masyrakat yang sudah mempunyai akal. Merekapun menemukan,
belajar dan mengambil keuntungan dari pengalaman hidup mereka bersama
alam. Masyarakat yang belum mengenal tulisan sering kali dinamakan
masyarakat primitif, sementara masyarakat yang sudah mengenal tulisan di
sebut masyarakat modern.
Ciri-ciri masyarakat primitif :
• Mata pencahariannya berburu dan mencri buah-buahan di hutan.
• Pada tingkatan diatasnya,mereka juga bercocok tanam baik
berpindah-pindah atau menetap.
• Bertempat tinggl di gua atau di hutan sekalipun ada juga yang telah
mengalami kemajuan dengan membuat rumah gubuk dalam satu
komunitas.
• Pengetahuan yang diajarkan adalah keterampilan yang mereka
peroleh secara tradisi.
2
B. Kebudayaan Agraris
Kebudayaan agraris adalah kebudayaan dimana dalam suatu
sekelompok individu yang menggantungkan hidup bercocok tanam seperti
bertani baik di kebun maupun di sawah sebagai mata pencaharian pokok
penduduk agraris. Kebudayaan agraris bersifat semi permanent, dimana jika
dalam suatu wilayah sudah habis sumber daya alamnya maka mereka akan
berpindah ke tempat lain dan membuka lahan baru untuk bercocok tanam
dengan berdasarkan kesesuaian tempat yang mereka tempati. Biasanya
budaya agraris ini berhubungan dengan budaya primitive atau yang
menganutnya masih penduduk pedesaan.
Dalam masyarakat budaya agraris yang masih kuat, mitos memegang
peran sangat besar dalam interaksi social. Ia diperlukan untuk menjaga
tradisi dan tindakan social yang bersifat altruistic (bertindak secara
bersama-sama). Hutan bisa selamat, air bisa megalir terus apabila dikaitkan
dengan hal-hal yang berbau mitologi, seperti adanya makhluk penunggu dan
sebagainya. Akan tetapi dalam budaya seperti ini pun sangat berbahaya.
Menjaga mitos yang berdampingan dengan hal sangat berbahaya (gunung
berapi yang siap meletus), apabila sedikit saja keliru dalam menafsirkan hal
ini, puluhan bahkan ratusan korban jiwa pasti terjadi. Disinilah, harus ada
kearifan untuk menjaga harkat martabat manusia.
Menurut Sutardji Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum
bertempat tinggalnya suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan
pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto dalam bukunya suatu pengantar
geografis desa, 1977 dijelaskan sebagai berikut unsur-unsur desa ialah:
1. Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta
penggunaannya
2. Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan
mata pencaharian penduduk setempat
3. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan ikatan
pergaulan.
3
Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang
dalam kenyataannya ditentukan oleh factor usaha manusia (human efforts)
dan tata geografi (geographical setting). Adapun menrut Paul H. Landis,
desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2500 jiwa. Dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu
jiwa
2. Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang
kesukaan terhadap adat kebiasaan
3. Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada
umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti: iklim,
kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat
sambilan.
4
• System kehidupan pada umumnya berkelompoj dengan dasar
kekeluargaan.
• Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
• Masyarakat homogeny, seperti dalam hal mata pencaharian, agama,
adat istiadar dan sebagainya.
5
C. Kebudayaan Industrial
Adalah kebudayaan masyarakat yang hidup dengan berkegiatan
industri atau ruang lingkup perindustrian, bukan berarti “pabrikasi” atau
“masalisasi”. Namun budaya sebagai suatu kegiatan industri yang
didalamnya mencakup pemahaman terpadu yang mencakup;
• Perencanaan (planning) dan Pembangunan (development)
• Pengelolaan (management)
• Pemasaran (marketing)
• Investasi (investment)
• Pelestarian (conversation)
Industri warisan budaya bangsa tidak boleh di pandang sebelah
mata. Sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif, industri jenis ini menjadi
aset tak terbatas yang sampai kapan pun tidak akan pernah lekang oleh
zaman dengan catatan bahwa proses kreasi dan inovasi terus diberdayakan.
Industri modern masuk ke indonesia pada masa penjajahan ketika
masyarakat masih dalam kekuasaan yang kuat. Sebelumnya, industri yang
berkembanng adalah kerajinan tangan yang dilakukan di rumah-rumah.
Masuknya industri modern diterima oleh masyarakat, bukan hanya karena
kekuasaan yang berpengaruh, melainkan juga sikap bangga yang terbuka
menerima perubahan
Budaya istimewa akibat industrilisasi adalah materialisme, segala
sesuatu dinilai dengan kebendaan. Budaya ini harus berbenturan dengan
budaya bangsa indonesia yang sangat memegang norma-norma sosial.
Hubungan intrapersonal masyarakat semakin renggang atau diartikan
dengan cara lain, yaitu tolong menolong dalam menyelesaikan urusan yang
dihadapinya (korupsi dan kolusi).
Namun disisi lain industrilisasi memberikan perubahan positif
dalam pola pikir di masyarakat. Masyarakat mulai memperhatikan
pendidikan, manfaaat menabung, demokrasi dalam keluarga, dan
memberikan lebih banyak kesempatan bagi wanita dalam aktifitas.
Perubahan juga terjadi dalam memandang urusan agama, misalnya,
banyaknya orang islam yang berusaha sekuat tenaga, menunaikan haji,
6
sekalipun sekali seumur hidup.walaupun tekad ini kurang kuat di
masyarakat, karena derasnya arus moderenisasi sehingga lebih
mementingkan kebendaan dari pada kerohanian.
Industrilisasi di Indonesia memberikan karakter baru, karena harus
berhadapan dengan budaya bangsa yang kuat. Di sisi lain, bangsa Indonesia
masih senang mencari intisari masyarakatnya sendiri menjadi suatu
kebenaran pribadi yang di pegang kuat. Dengan demikian, apa yang benar
di luar Indonesia tidak perlu berlaku di sini. Pandangan ini yang seharusnya
di jaga dalam menghadapi situasi masa depan sehingga tercipta keadaan
yang saling memengaruhi antara industry dengan intisari budaya bangsa
Indonesia.
Industrialisasi yang dimaksud adalah setiap usaha dan strategi yang
dilakukan pemerintah untuk menjaga basis ekonomi masyarakat dari semula
bercorak agraris pertanian menuju industrilisasi yang perekonomiannya
berbasiskan pada produksi, kebijaksanaan industrilisasi ini merupakan
prioritas dalam perubahan ekonomi yang membawa perubahan pada
orientasi perilaku masyarakat ini menjadi semakin rasional.
Adapun ciri-ciri masyarakat industrialis adalah sebagai berikut;
✓ Jumlah penduduk besar dan padat. Terutama di pusat
kota(perkotaan)
✓ Mempunyai penduduk yang beranekaragam karena asal-usul
mereka berlaianan
✓ Penduduknya dinamis, mudah berpindah-pindah tempat tingal,
✓ Lebih cepat, lebih bebas, mudah bergerak lebih cepat
menerima/membuang sesuatu yang baru
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan peradaban manusia terasa begitu cepatnya, kita
tentunya mengenal masyarakat primitif, pada era itu untuk mendapatkan
suatu barang harus di tukar dengan barang lagi (batrer), kemudian
meningkat ke masyarakat agraris, kemudian masyarakat industri. Maju
mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam
kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan
tata geografi (deographical sitting). Adapun menurut paul H. Landis, des
adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri –ciri
yaitu mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu
jiwa, memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang
kesuakaan terhadap adat kebiasaan, memiliki cara berusaha (dalam hal
ekonomi ), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh
keadaan alam,seperti:iklim,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang
bukan agraris bersifat sembilan.
B. Saran
Perlu dikaji lebih dalam lagi,tentang kebudayaan primitif,agraris, dan
industrial. Dalam berbagai aspek kehidupan agar mendapatkan tujuan
yang optimal yang lebih akurat,dan diharapkan kepada pembaca makalah
ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
8
DAFTAR PUSTAKA
• Mawardi dan nur hidayati.2006.IAD-ISDIBD. Bandung:pustaka setia
wahyu,ramdani.2008.ilmu budaya dasar,bandung :pustaka setia.
• https://gigilip.uin-suka.ac.id/3158/1/BAB %201,%20V.pdf.
• http://tugasdaily.blogspot.com/2018/01/kebudayaan-primitif-agraris-
dan.html
• https://www.dosenpendidikan.co.id/daftar-pustaka/
• https://www.pakardokumen.com/2020/01/membuat-halaman-di-word-
setelah-cover.html