Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan alam semesta ini. Salawat
serta salam  kita curahkan kepada nabi kita nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benerang seperti saat
ini. Semoga kita dapat menjadi pengikut setia beliau sampai akhir zaman.

Makalah yang berjudul “Kebudayaan Primitif, Agraris dan Industrial” ini


saya susun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah IAD,IBD,ISD. Saya harap
makalah ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi semuanya, terutama
bagi yang membaca agar bisa mambawa perubahan kearah yang lebih baik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah


memberikan kesempatan untuk mewujudkan makalah ini. Saya sadar bahwa
makalah yang saya susun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik dari semua yang membaca makalah ini, agar saya
bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi dan saya berharap agar
makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A. Kebudayaan Primitif...............................................................................................5
B. Kebudayaan Agraris................................................................................................6
1. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan............................................................................7
2. Kegiatan Masyarakat Desa.................................................................................8
C. Kebudayaan Industrial............................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia.
Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar
hubungan dan antar aksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga
kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan
kehidupan. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau
medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Tetapi
masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek, yakni sebagai perwujudan
warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan
manifestasi tertentu atau keseluruhan.1
Bagi setiap warga masyarakat akan  lebih baik apabila ia mengenal
“masyarakat” dimana ia menjadi bagian dari padanya. Lebih dari pada itu,
bukanlah seseorang itu adalah warga masyarakat yang sadar atau tidak, selalu
terlibat dengan proses dan mekanisme masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak
saja menjadi warga masyarakat secara pasif, melainkan dalam kondisi-kondisi
tertentu ia menjadi warga masyarakat yang aktif. Kedudukan pribadi yang
demikian di dalam masyarakat, berlaku dalam arti, baik masyarakat luas
maupun masyarakat terbatas, dalam lingkungan tertentu adalah suatu
kenyataan bahwa kita hidup, bergaul, bekerja, sampai meninggal dunia, di
dalam masyarakat.
Masyarakat sebagai lembaga hidup bersama, bahkan tidak dapat
dipisahkan  dari pada warga masyarakatnya dengan segala hubungan dan
interaksi yang berlangsung di dalamnya. Begitu juga interaksi yang terjadi di
dalam masyarakat primitif, masyarakat agraris ataupun masyarakat indusrtial.
Tiap masyarakat tersebut telah memiliki ciri serta kebudayaan yang
merupakan hasil dari masyarakat itu sendiri, baik itu adat istiadat, bahasa

1
Ramdani Wahyu, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: 2008), Hal 270

3
ataupun kepercayaan. Kebudayaan yang tinggi atau modern akan
mempengaruhi cara pandang (fikir) terhadap kehidupan sehingga memacu
rasionalitas dalam menghadapi kehidupan untuk mencapai tingkat peradaban
tinggi.  Sementara kebudayaan primitif cenderung irrasional sehingga tidak
menghasilkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan Primitif?
2. Apakah yang dimaksud kebudayaan Agraris?
3. Apakah yang dimaksud kebudayaan Industrial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memehami apa itu kebudayaan Primitif.
2. Untuk mengetahui serta memahami apa itu kebudayaan Agraris.
3. Untuk mengetahui serta memahami apa itu kebudayaan Industrial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Primitif
Kebudayaan primitif dapat diartikan sebagai kebudayaan yang dimiliki
masyarakat yang bersahaja dan sederhana, baik dilihat dari struktur sosial
maupun kebudayaannya. Dalam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
primitif, pengguna teknologi masih sangat terbatas, tidak mempunyai alat-alat
modern, belum menggunakan sistem keuangan dan belum tahu menulis dan
membaca. Setiap masyarakat mempunyai sistem ekonomi tersendiri sebagai
cara untuk mendapatkan makanan. Ada masyarakat yang bertani, berternak
dan berburu.2
            Masyarakat primitif adalah masyarakat yang hidup dizaman
sebelum ada pendidikan. Mereka hidup dengan mengandalkan alam, tetapi
tidak dikuasai oleh alam. Masyarakat primitif masyarakat yang telah
mempunyai akal. Merekapun menemukan, belajar, dan mengambil
keuntungan dari pengalaman hidup mereka bersama alam.
            Masyarakat yang belum mengenal tulisan sering kali dinamakan
masyarakat primitif, sementara masyarakat yang sudah mengenal tulisan
disebut masyarakat modern. Secara umum orang sering kali mengatakan
bahwa masyarakat tradisional harus dimodernisasikan dengan cara
menggantikan tradisi lisannya menjadi budaya tulisan. Tradisi lisan juga
sering disalahkan sebagai penyebab dari ketiadaan kebiasaan membaca
disebuah masyarakat.  
            Kelisanan juga sering dikaitkan dengan masyarakat primitif dan
diasosiasikan dengan masyarakat yang kecil, homogen, tidak mengandalkan
tulisan, melainkan mengandalkan hubungan personal. Masyarakat seperti ini
sering juga disebut masyarakat mistis yang kurang mengandalkan logika,

2
Ramdani Wahyu, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: 2008), Hal 272

5
karena anggota masyarakatnya diduga tidak mengandalkan cara berpikir
abstrak melainkan lebih sering bersikap irrasional.
Ciri Masyarakat Primitif
1. Mata pencahariannya berburu dan mencari buah-buahan di hutan.
2. Pada tingkatan di atasnya, mereka juga bercocok tanam baik berpindah-
pindah atau menetap.
3. Bertempat tinggal di gua dan hutan sekalipun ada juga yang telah
mengalami sedikit kemajuan dengan membuah rumah gubuk dalam satu
komunitas.
4. Pengetahuan yang diajarkan adalah keterampil yang mereka peroleh
secara tradisi.  

B. Kebudayaan Agraris
         Dalam masyarakat budaya agraris yang masih kuat, mitos
memegang peran sangat besar dalam interaksi sosial. Ia diperlukan untuk
menjaga tradisi dan tindakan sosial yang bersifat altruistik (bertindak secara
bersama-sama). Hutan bisa selamat, air bisa mengalir terus apabila dikaitkan
dengan hal-hal yang berbau mitologi, seperti ada makhluk penunggu dan
sebagainya. Akan tetapi, dalam budaya seperti ini pun sangat berbahaya.
Menjaga mitos yang berdampingan dengan hal yang sangat berbahaya
(gunung berapi yang siap meletus), apabila sedikit saja keliru dalam
menafsirkan hal ini, puluhan bahkan ratusan korban jiwa pasti terjadi.
Disinlah, harus ada kearifan untuk menjaga harkat martabat umat manusia.3
Ditinjau dari segi geografis desa adalah suatu hasil perpaduan antara
kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu
merupkan suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi dan kultural yang saling
berinteraksi antara unsur tersebut dan juga hubungannya dengan  daerah lain.
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum
bertempat tinggalnya suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan

3
Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD, Bandung: Pustaka Setia, 2000, Hal 194

6
pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto dalam bukunya Suatu Pengantar
Geografis Desa, 1977 dijelaskan sebagai berikut, unsur- unsur desa ialah:
 Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta
penggunaannya.
 Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan
mata pencaharian penduduk setempat.
 Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan
pergaulan.4
            Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini
yang dalam kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human
efforts) dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H.
Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. 
Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa,
b. Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan
terhadap adat kebiasaan
c. Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada
umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim,
kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat
sambilan.

Jadi yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang


yang mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai
perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan
adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan
tolong-menolong.
1. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa
dirinya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
tempat ia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling
4
Santi nurjannah, IAD-ISD-IBD, Semarang: Balai Pustaka, 2002,  Hal 167

7
menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di
dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama.
Adapun ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain :

 Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan


erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas
wilayahnya.
 Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar
kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian,
agama, adat istiadat dan sebagainya.

2. Kegiatan Masyarakat Desa


Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah
adanya semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat
mendirikan rumah, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan
sebagainya. Gotong royong semacam ini lebih dikenal dengan sebutan
kerja bakti, terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan
umum. Ada juga gotong-royong untuk kepentingan pribadi, misalnya
mendirikan rumah, pesta perkawinan dan kelahiran. Pekerjaan gotong
royong terdiri atas dua macam, yaitu :

 Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu


sendiri (diistilahkan dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar)
 Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa
berasal dari atas, misalnya atas perintah aparat desa)

Lebih dari 82 % masyarakat Indonesia tnggal di pedesaan dengan


mata pencaharian agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian
yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan
orang lain. Jadi, mereka bukanlah masyarakat yang senang berdiam diri
tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada

8
umumnya masyarakat desa sudah bekerja keras, namun mereka perlu
diberikan pendorong yang dapat menarik aktivitas mereka, sehingga cara
dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien dan kontinyu.

C. Kebudayaan Industrial
Pengertian “industri” dalam konteks budaya ini, perlu dipahami secara
mendalam yang artinya bukan berarti industri” dalam arti “pabrikasi” dan
“masalisasi”. Namun budaya sebagai suatu kegiatan industri yang di
dalamnya mencakup pemahaman terpadu antara:
1. Perencanaan (planning) dan pembangunan (development)
2. Pengelolaan (management)
3. Pemasaran (marketing)
4. Investasi (investment)
5. Pelestarian (conservation)

Industri warisan budaya bangsa tidak boleh di pandang sebelah mata.


Sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif, industri jenis ini menjadi aset tak
terbatas yang sampai kapan pun tidak akan pernah lekang oleh zaman dengan
catatan bahwa proses kreasi dan inovasi terus diberdayakan.
Industri modern masuk indonesia pada masa penjajahanbketika
masyarakat masih dalam kekuasaan yang kuat. Sebelumnya, industri yang
berkembanng adalah kerajinan tangan yang dilakukan di rumah-rumah.
Masuknya industri modern diterima oleh masyarakat, bukan hanya karena
kekuasaan yang berpengaruh, melainkan juga sikap bangga yang terbuka
menerima perubahan.
Desa sebagai basis masyarakat mendapat pengaruh dari industrilisasi
ini. Dilihat dari ruangnya, pengalihfungsian lahan-lahan pertanian menjadi
areal industri menimbukan beberapa hal tersendiri berkurangnya lahan
pertanian di pulau Jawa mengakibatkan banyak orang kehilangan kesempatan
hidup mapandengan bekerja di sektor agraris. Dengan kemampuan terbatas

9
menyerap tenaga kerja, industri malah menimbulkan pengangguran dalam
jumlah yang meningkat.5
Budaya istimewa akibat industrilisasi adalah materialisme, segala
sesuatu dinilai dengan kebendaan. Budaya ini harus berbenturan dengan
budaya bangsa indonesia yang sangat memegang norma-norma sosial.
Hubungan intrapersonal masyarakat semakin renggang atau diartikan dengan
cara lain, yaitu tolong menolong dalam menyelesaikan urusan yang
dihadapinya ( korupsi dan kolusi ).
Namun disisi lain industrilisasi memberikan perubahan pola pikir
dimasyarakat. Masyarakat mulai memperhatikan pendidikan, manfaaat
menabung, demokrasi dalam keluarga, dan memberikan lebih banyak
kesempatan bagi wanita dalam aktifitas. Perubahan juga terjadi dalam
memandang urusan agama, misalnya, banyaknya orang islam yang berusaha
sekuat tenaga, menunaikan haji, sekalipun sekali seumur hidup.walaupun
tekad ini kerang kuat di masyarakat, karena derasnya arus moderenisasi
sehingga lebih mementingkan kebendaan dari pada kerohanian.
Industrilisasi di  Indonesia memberikan karakteristik karena harus
berhadapan dengan budaya bangsa yang kuat. Di sisi lain, bangsa Indonesia
masih senang mencari intisari masyarakatnya sendiri menjadi suatu
kebenaran pribadi yang di pegang kuat. Dengan demikian, apa yang benar di
luar Indonesia tidak perlu berlaku di sini. Pandangan ini yang seharusnya di
jaga dalam menghadapi situasi masa depan sehingga tercipta keadaan yang
saling memengaruhi antara industry dengan intisari budaya bangsa Indonesia.
 Pada perencanaan pembangunan di negara berkembang termasuk
Indonesia. Pada umumnya dalam merumuskan pembangunan tidak lain
adalah sebagian upaya untuk memajukan suatu masyarakat. Mereka berpikir
bahwa masyarakat mereka yang agraris harus diubah menjadi masyarakat
yang bercorak industrial. Usaha itu disebut sebagai proses transformasi
masyarakat agraris menuju masyarakat industrial.

5
Nur Hidayati, Opcit, Hal 196

10
Proses transformasi adalah proses perubahan secara mendasar dan
besar-besaran yang dilakukan untuk mengubah basis ekonomi, sosial dan
politik, yang dari semula bercorak pertanian agraris menuju kehidupan
industrial. Proses transformasi masyarakat di negara agraris pada dasarnya
mencakup tiga macam perubahan, yaitu :
 Perubahan ekonomi yang relatif stabil
 Perubahan kelembagaan politik sosial dari ilmu tradisional menuju
modern.
 Perubahan kelembagaan politik dari feodal menuju demokrasi
Ketiga jenis perubahan tersebut harus berjalan secara bersama-sama dan
terkait satu sama lain untuk memperoleh perubahan mendasar dalam basis
ekonomi. Proses transformasi masyarakat agraris menuju industrial hanya
akan terjadi kalau ada campur tangan yang terencana dan sistematis dari
pemerintah atau negara.
Dalam hal ini, industrialisasi yang dimaksud adalah setiap usaha dan
strategi yang dilakukan pemerintah untuk menjaga basis ekonomi masyarakat
dari semula bercorak agraris pertanian menuju industrialisasi yang
perekonomiannya berbasiskan pada produksi, kebijaksanaan industrialisasi ini
merupakan prioritas dalam perubahan ekonomi yang membawa perubahan
pada orientasi perilaku masyarakat ini jadi semakin rasional.
Kehidupan masyarakat industrial adalah kehidupan di dalam
masyarakat perkotaan. Karenanya untuk membicarakan kebudayaan
industrial, maka kita akan berbicara mengenai kebudayaan masyarakat
kota. Beberapa ahli mengartikan kota sebagai suatu himpunan penduduk yang
bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian
dan ilmu pengetahuan.
Adapun ciri-ciri masyarakat kota adalah :
 Jumlah penduduk besar dan padat, terutama di pusat kota.
 Mempunyai penduduk yang beraneka ragam karena asal usul mereka yang
berlainan.

11
 Penduduknya lebih dinamis, banyak mengadakan perubahan pekerjaan,
mudah berpindah tempat tinggal, dan sebagainya.
 Lebih cepat, lebih bebas dan mudah bergerak, lebih cepat menerima dan
membuang sesuatu yang baru. Peradaban macam ini memberikan kepada
mereka sesuatu perasaan harga diri yang besar.6
Keadaan kota dengan bermacam corak hidup seperti di atas menarik
masyarakat pedesaan untuk melakukan urbanisasi. Akibatnya, terjadi
berbagai masalah sosial, baik bagi kota yang dituju maupun desa yang
ditinggalkan.

6
Ibid, Hal, 197

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan peradaban manusia terasa begitu cepatnya, kita
tentunya mengenal masyarakat primitif, pada era itu seseorang untuk
mendapatkan suatu barang harus ditukar dengan barang lagi (barter),
kemudian meningkat ke masyarakat agraris, kemudian masyarakat
industry. Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang
dalam kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts)
dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis,
desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.  Dengan ciri-
ciri yaitu Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu
jiwa, Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan
terhadap adat kebiasaan, Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu
agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti :
iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat
sambilan.

13
Daftar Pustaka

Wahyu, ramdani (2008). Ilmu Budaya Dasar. Bandung.


Hidayati, nur (2000). IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia.
Nurjannah, santi (2002). Ilmu Budaya Dasar. Semarang: Balai Pustaka.

14

Anda mungkin juga menyukai