Oleh
Kelompok 14
Adi Prayoga
Agnes Ratnasari
Albertus Teja W.
Andi Setiadi
Annisa Amalia T.
1414121004
1414121009
1414121015
1414121026
1414121034
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki dua naluri pokok yan bertentangan. Yang pertama adalah keinginan
untuk berhubungan dengan khalik-Nya (sebagai mahluk individu), dan yang kedua dalah
keinginan untuk berhubungan dengan idividu lain dalam konteks masyarakat (sebagai mahluk
sosial). Begitu juga dengan kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa
terpisahkan dari kehidupan nyata yang selamaanya akan tetap menjadi dwi tunggal, yang
mana tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan kebudayaan tanpa masyarakat.
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang merupakan kata jamak
kata buddhi yang berarti budi atau akal, adapun istilah lain yaitu culture yang merupakan
itilah bahasa asing yang artinya sama dengan kebudayaan dari bahasa latin yaitu colere yang
artinya mengerjakan atau mengolah. Sedangkan arti kebudayaan itu sendiri yaitu kompleks
yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum dan adat istiadat dan
lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Dalam konteks yang luas, kita dapat merumuskan budaya sebagai paduan pola-pola yang
merefleksikan respons-respon komunukatif terhadap rangsangan dari lingkungan. Pola-pola
budaya ini pada giliranya merfleksika elemen-elemen yang sama dalm prilaku komunikasi
individu yang di lakukan mereka yang lahir dan di asuh dalam budaya itu.
Melalui makalah ini kami sebagai penulis akan mengkaji mengenai pola-pola kebudayaan di
Indonesia. Indonesia yang memiliki beranekaragam budaya tidak dapat di pisahkan dari
budaya yang telah melekat dalam masyarakat sejak dahulu dan hingga saat ini memiliki
pengaruh yang besar terhadap pola-pola kebudayaan. Didasarkan pada hal tersebut, kemudian
menjadi penting bagi kita untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut dalam polopola kebudayaan yang terjadi pada masyarakat.
I.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mampu menjelaskan tentang arti kebudayaan itu sendiri
2. Mampu menyebutkan komponen-komponen dalam pola-pola kebudayaan
3. Mengetahui pengaruh pola-pola kebudayaan terhadap kehidupan masyarakat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1. Worldview
Pandangan terhadap dunia mengenai pertanian terhadap alam semesta:
a. Hubungan masyarakat pertanian dengan alam semesta
1. Subjugation: alam dikendalikan, dan exploitasi
Pembukaan hutan untuk kepentingan pertanian seperti kegiatan bercocok tanam . Akibat
pembuakaan lahan itu wilayah hutan menjadi sempit dan ahirnya menyebabkan kerusakan
ekosistem . dengan keadaan tersbut alas an ynag pertama untuk lahan pertanian ternyata
secara tidak langsung mengekploitasi hutan .
2. Cooperative: alam adalah sahabat, sakral, tidak boleh dirusak
Budaya masyarakat pertanian selalu ingin membuka lahan dengan cepat dan biaya murah
maka budaya membakar hutan menjadi pilihan utama masyarakat pertanian .
Dengan adanya perundang undangan tentang di tindak kerasnya perambahan hutan (illegal
logging) hendaknya merubah budaya perusaakn hutan .
b. Science & technology
Perbedaan cara pandang terhadap teknologi dan cara memperoleh pengetahuan
Misal: Budaya Barat teknologi berperan penting, solusi permasalahan, meningkatkan
kenyamanan dan kesenangan hidup diperoleh secara empiris, berdasarkan pengamatan,
percobaan. Contoh pemanenan gandum yang selalu menggunakan alat berat ,pola piker
budaya barat yang meminimalisir pengeluaran dan efisiensi waktu.
Budaya Non-Barat teknologi sering bertentangan dengan struktur sosial dan nilai
tradisional. Budaya masyarakat pertanian Indonesia yang selalu terpaku pada adat istiadat dan
kedaan ekonominya yang belum tertata dengan baik,
sehingga penggunaan teknologi masih minim. Sebagai contoh penggunaan tenaga manusia
dalam pemanenan tebu di Indo Lampung Perkasa .
c. Materialism
Kepemilikan merupakan hal yang penting dalam pertanian
Menunjukkan kelas social
Masih adanya persepsi tuan tanah dan buruh kasar . hal ini menyebabkan orang yang
memiliki kelas social yang cukup tinggi bias menentukan apa yang harus dilakukan dalam
bidang pertanian seperti pembelian pupuk yang bersubsidi .
Uang sangat penting untuk dapat memiliki sesuatu
2.
Activity Orientation
Perbedaan orientasi kegiatan akan mempengaruhi perbedaan pola pikir dan tingkah laku
dalam budaya pertanian
1. Aktivitas dan Pekerjaan mendapatkan uang;
2. Efficiency & Practicality
Pertanian modern ini akan akan membedakan pola piker , jika pertaniaan modern itu dalam
pengolahan pengolahan tanah hanya membutuhkan waktu lima jam \ hektar sedangkan
pertanian tradisional yang tidak memiliki modal dan budaya yang susah hilang harus
menggunakan cangkul untuk mengolah tanahnya berhari hari.
Progress dan change:
Kemajuan dan Perubahan adalah hal yang bagus
Misal: Budaya Barat: melalui perbuatan dan tindakan akan menyebabkan sesuatu peristiwa
terjadi. Lebih agresif, keras hati, bersaing
Budaya Timur: menunggu sesuatu terjadi (kehendak Tuhan), pasif, kerjasama
3.
3. Time Orientation
Konsep waktu: lampau, sekarang dan masa yang akan datang tepat waktu
Budaya masyarakat petani selalu terlambat dalam penanganan hama dan penyakit.
4. Human Nature Orientation
a. Goodness of Human nature: evil & good
b. Rationality of Human nature :
c. manusia bertindak berdasar alasan tertentu rational, free choice, responsibility
d. Mutability of Human nature: manusia bisa diubah oleh masyarakat pendidikan, penjara
5.
Perception of Self
Tiap budaya cenderung berbeda dalam mempersepsikan tentang diri:
1. Individualism: peran dan tanggung jawab individual dalam masyarakat
Masyarakat pertanian , terutama yang memiliki modal lebih banyak cenderung lebih
individualis seperti menumpuk pupuk bersubsidi kemudian menjual kepada masyarakat
dengan harga yang relative mahal.
2. Self-Motivation
Masyarakat petani ada yang mapu memotivasi dirinya meski pemerintah kurang
memperhatikan tetapi pola pikir nya sudah bisa terbuka, dan sebaliknya.
6. Social Organization
Berkaitan dengan hubungan sosial di antara anggota masyarakat: kelompok sosial, besar vs
kecil, permanen vs temporer, terorganisasi vs tidak
4. Keluarga
5. Religious Institutions
6. Equality
7. Conformity
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
III. PEMBAHASAN
III.1. Artikel
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam
etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang
dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain,
Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta
juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Jakarta merupakan daerah tujuan urbanisasi berbagai ras di dunia dan berbagai suku bangsa
di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam
perdagangan yaitu Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun akhirnya
menggunakan bahasa Melayu tersebut.
Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap
dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung,
Cideng, dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah
kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal
atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk
asli di Kampung Jatinegara
Kaum, mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.
Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti
Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi
karena Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar
berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.
Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata
yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing
yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan,
dan bisnis. Bahasa Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di
kalangan pebisnis Tionghoa.
III.2. Teori Pola Pola Kebudayaan
Teori kebudayaan menurut Melville J. Herskovit dan B roinslaw Malinowski, mengemukakan
bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat di
tentukan oleh adanya kebudayaan yang di miliki oleh masyarakat itu,
Sedangkan menurut selo soemardjan dan soelaeman soemardi kebudayaan yaitu hasil karya,
rasa dan cipta masyarakat.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnyaabstrak; tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,
dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri yang
ahirnya membentuk suatu kebudayaan baaru (new culture).
Proses akulturasi yang berjalan dengan baik akan menghasilkan intergrasi antar unsur
kebudayaann asing dengan unsur kebudayaan-kebudayaan sendiri seperti pendapat Selo
soemarjan kebudayaan sebagai hasil rasa cipta dan cinta terhadap masyarakat.
IV. KESIMPULAN
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
d. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal
Sedangkan hal-hal negatifnya yaitu :
1. Tergesrnya bentuk budaya-budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai
dengan kaidah budaya-budaya nasional
2. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan social baru yang makin kompleks
3. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong
royong dalam kehidupan masyarakat kota.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi suatu Pengantar. Rajawali Pers : Jakarta
Anonim. 2012. Pola-Pola Kebudayaan. http://pola-pola-kebudayaan.ml.scribd.com/doc/
(diakses pada tanggal 1 Oktober 2014, pukul 13.02 WIB)
Rokhyani, Tabah. 2014. Pengaruh Masyarakat dalam Kehidupan
Kebudayaan.http://pengaruh-masyarakat-dalam-kehidupan-kebudayaan-UM.com/
(diakses pada tanggal 1 oktober 2014, pukul 14.20 WIB)
Saputra, Ochta. 2012. Perbedaan Masyarakat Kota dan
Desa.http://sosbud.kompasiana.com/2012/10/25/perbedaan-masyarakat-kota-dan-desa504304.html (diakses pada tanggal 20 September 2014, pukul 13.23 WIB)
http://andi-ais-creations.blogspot.co.id/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html