Anda di halaman 1dari 19

Makalah Kelompok 13

Mata Kuliah IAD/IBD/ISD

KEBUDAYAAN PRIMITIF, AGRARIS, DAN


INDUSTRIAL

Oleh
Nur Hana Huwaida 1821609056
Ayi Irawan 1821609092

DOSEN PENGAMPU: MURSALIM, S.K.M, M.Ling

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
Tahun 2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ‫ ﷻﷲ‬yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada kita
semua.Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk baginda Rasulullah ‫ﷺ‬
sebagai suri tauladan dan imam bagi kita umatnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah IAD/IBD/ISD yang membahas tentang
masyarakat primitif, agraris, dan industrial.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “IAD/IBD/ISD”.
Materi yang dibahas adalah mengenai ciri-ciri, kegiatan, kebudayaan serta
perkembangan masyarakat primitive, agraris, dan industrial.
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat sebagai bahan
pembelajaran mata kuliah IAD/IBD/ISD. Akhir kata, tak ada yang sempurna kecuali
‫ﷲ‬, dan jika ada kebenaran dan kebaikan yang penulis sampaikan pada makalah ini
sungguh itu datangnya dari nep nupuam atak halas ada akij nad ‫ﷲ‬yampaian itu murni
dari penulis.
Samarinda, 23 Rabiul Awal 1441 H
20 November 2019

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................4
B. Rumusan Masalah ......................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Primitif.................................................................6
1.Ciri-ciri masyarakat Primitif ...................................................6
B. Masyarakat Agraris ....... ......................................................... 8
1. Kebudayaan Masyarakat Agraris .......................................... 9
2.Ciri-ciri Masyarakat Agraris ................................................ 10
3. Kegiatan Masyarakat Agraris .............................................. 11
4. Perkembangan Masyarakat Agraris .................................... 12
C. Masyarakat Industri ........... .................................................. 12
1. Ciri-ciri Masyarakat Industri ............................................... 13
a) Secara Umum ................ .................................................. 13
b) Secara Khusus ............... .................................................. 13
2. Perilaku Masyarakat Industri .............................................. 15
3. Kebudayaan Masyarakat Industri ........................................ 16
4. Mata Pencaharian ............. .................................................. 17
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ......................... .................................................. 19
B. Saran ..................................... .................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu negara memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang
masih bergantng pada negara lain, ada yang sebatas mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri, dan ada yang telah mampu memberi bantuan kepada negara lain. Perbedaan
kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pengelompokan-pengelommpokan negara
berdasarkan kondisi sosial ekonominya. Negara-negara seperti Inggris, Amerika
Serikat, Prancis, ataupun Jerman disebut negara maju dan mayoritas negara naju
bertumpu pada sector industri, jasa, dan perdagangan. Adapun seperi negara Afrika
Selatan, India, dan Indonesia termasuk negara berkembang yang umumnya bercorak
agraris, karena masih banyak ditemui lahan pertanian yang luas dan subur.

Suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang jika negara tersebut


belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat
menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat
menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan. Adapun suatu
negara digolongkan sebagai negara maju jika negara tersebut telah mampu
menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, sehingga sebagian
besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik.

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah


sistem pecaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga
bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang
meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang
semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana
perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi

4
teknologi. Dalam industrialisasi ada perubahan filosofi manusia, dimana manusai
merubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan
didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada
moral, emosi, kebiasaam, atau tradisi)..1

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat primitif?

2. Bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat agraris?

3. Bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat industri?

1
Mawardi Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 5-7

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Primitif
Kebudayaan Primitif dapat diartikan sebagai kebudayaan yang dimiliki
masyarakat yang bersahaja dan sederhana, baik dilihat dari struktur sosial maupun
kebudayaannya dalam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat primitif
penggunanaan teknologi masih sangat terbatas tidak mempunyai alat-alat modern,
belum menggunakan sistem keuangan atau dan belum tahu menulis dan membaca
setiap masyarakat mempunyai sistem ekonomi tersendiri sebagai cara untuk
mendapatkan makanan. Ada masyarakat yang bertani dan berburu. 2

Masyarakat primitif adalah masyarakat yang hidup di zaman sebelum ada


pendidikan mereka hidup dengan mengandalkan alam, tetapi tidak dikuasai oleh alam.
Masyarakat primitif masyarakat yang sudah mempunyai akal merekapun menemukan,
belajar, dan mengambil keuntungan dari pengalaman hidup mereka bersama alam.
Masyarakat yang belum mengenal tulisan sering kali dinamakan masyarakat primitif
sementara masyarakat yang sudah mengenal tulisan sering di sebut dengan masyarakat
modern.

1. Ciri-ciri Masyarakat Primitif

a) Mata pencahariannya berburu dan mencari buah-buahan di hutan


b) Pada tingkatan diatasnya, mereka juga bercocok tanam dan berpindah-pindah
atau menetap.

2
Narwoko J.Dwi (ed), Sosiologi Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), h. 109-110

6
c) Bertempat tinggal di gua atau di hutan sekalipun ada juga yang telah mengalami
kemajuan dengan membuat rumah gubuk dalam satu komunitas.
d) Pengetahuan yang diajarkan adalah keterampilan yang mereka peroleh secara
tradisi.

B. Masyarakat Agraris
Sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja dalam sector pertanian
termasuk peternakan dan perikanan. Menurut statistic sensus pertanian 1963,
Indonesia memiliki 41.000 komunitas desa, 21.000 di Jawa. Dari komunitas itu
dapat dibagi kedalam dua golongan berdasarkan teknologi usaha taninya.
a) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di ladang, dan
b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.
Adapun desa-desa golonngan pertama dapat di temui di pulau Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan perkecualian
beberapa daerah di Minahasa. Desa-desa yang termasuk golongan kedua terutama
terletak di Jawa, Madura, Bali dan Lombok.
Teknologi bercocok tanam di lading memerlukan tanah yang luas. Biasanya
para petani dahulu hidup berpindah-pindah, karena mencari lahan yang baru untuk
di tanam, namun sekarang petani menetap karena teknologi pertanian yang maju
untuk menyuburkan tanah seperti pupuk, adapun cara bercocok tanam dahulu juga
berbeda dengan sekarang misalnya dulu hanya mengandalkan hujan namun
sekarang bias dibuat sumur atau bendungan persediaan air.

1. Kebudayaan Masyarakat Agraris3


Berbicara tentang masalah primitif, maka kita akan berbicara tentang
kehidupan masyarakat desa. Begitu pula, kehidupan desa selalu dikaitkan
dengan kehidupan agraris, yaitu kelompok masyarakat yang mayoritas bermata

3
Koenjaningrat. Manusia dan Kebudayaan, (Jakarta :Djambata, 1990), h.45-49

7
pencaharian di bidang pertanian. Desa sebagai penghasil pangan utama,
menjadi tumpuan bagi masyarakat kota.

Menurut Bintarto, desa mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :


 Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta
penggunaannya.
 Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan
mata pencaharian penduduk setempat.
 Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan
pergaulan.
Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam
kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts)
dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H.
Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500
jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa
ribu jiwa.
b. Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang
kesukaan terhadap adat kebiasaan.
c. Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris
pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam,
seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan
agraris bersifat sambilan.

Jadi yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang


mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang
sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan
di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.

8
2. Ciri-Ciri Masyarakat Agraris
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin
yang kuat sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia
hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghormati, serta
mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di dalam masyarakat terhadap
keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri masyarakat pedesaan
antara lain; Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan
erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas
wilayahnya.
Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar
kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat
istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu sering disankut pautkan dengan petani
biasanya mereka menggunakan alat-alat manual misalnya, menggunakan
tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan sebagainya. Adapun
mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian,
pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya
alamnya berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka
membutuhkan bahan mentah atau alam sebagai penunjang kehidupan.

3. Kegiatan Masyarakat Agraris


Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah adanya
semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat mendirikan rumah,
memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. Gotong royong
semacam ini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti, terutama menangani hal-
hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga gotong-royong untuk
kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta perkawinan dan
kelahiran.

9
Lebih dari 82 % masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata
pencaharian agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi
terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi,
mereka bukanlah masyarakat yang senang berdiam diri tanpa aktivitas, tanpa
ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada umumnya masyarakat desa sudah
bekerja keras, namun mereka perlu diberikan pendorong yang dapat menarik
aktivitas mereka, sehingga cara dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien
dan berkelanjutan.

Di Indonesia, aktivitas gotong roypng biasanya tidak hanya


menyangkut lapangan bercocok tanam saja, tapi juga menyangkut lapangan
kehidupan social lainnya seperti:

a. Dalam hal bencanya atau musibah, contohnya: kematian, sakit atau


kecelakaan
b. Dalam hal pekerjaan rumah tangga, contohnya: memperbaiki atap rumah,
menggali sumur, dll.
c. Dalam hal pesta, contohnya: pernikahan, kitanan, dll.
d. Dalam hal kepentingan umum, misalnya: membuat irigasi, jembatan, jalan,
dll.

4. Perkembangan Masyarakat Agraris


Masyarakat agraris sebenarnya tidak stagnan; mereka berkembang dan
berubah seperti kita namun pada tingkatan laju yang lebih rendah. Perubahan
lambat yang menjadi nyata selama berpuluh-puluh atau beratus-ratus tahun dan
selama periode yang demikian kita dapat mencirikan kecenderungan jangka-
panjang dari proses siklik dan kejutan acaknya. Kecederungan untuk menjadi
sederhana didalam kehidupan masyarakat agraris selalu saja terjadi dan telah
mengakar kuat. Masyarakat agraris mendapatkan pengetahuan tentang
bagaimana menjalin hubungannya dengan alam tempat mereka hidup secara
turun-temurun.

10
C. Masyarakat Industri
Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada
terjadinya Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin
uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai
dengan penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi
dengan mesin cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg (1455).
Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang terjadi pada
diri manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup sedangkan SDA yang
tersedia semakin menipis dan lahan kerja yang tidak memadai, keterbatasan lahan
perkotaan untuk migrasi, pemerataan pembangunan dan penghematan biya
produksi menyebabkan munculnya keinginan untuk menciptakan satu hal baru
yang dapat meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dengan mengubah pola
hidupnya. Perubahan paling sederhana yang tampak secara spasial adalah alih
fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan kawasan perumahan yang
tentu berdampak pada beralihnya profesi masyarakat petani ke profesi lain. Hal ini
mempunyai pengaruh pada pola hidup, mata pencaharian, perilaku maupun cara
berpikir.
Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut dimungkinkan karena
kebudayaan merupakan produk dari masyarakat. Pengaruh yang nantinya akan
membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya tuntutan situasi sekitar yang
berkembang. Sehingga, masyarakat yang awalnya masyarakat pertanian lambat
laun berubah menjadi masyarakat industri. Perubahan sosial terjadi karena adanya
kondisi-kondisi sosial primer, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan
biologi. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada
aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.

11
1. Ciri-ciri Masyarakat Industri
a) Secara Umum.
Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan menggunakan
mesin, yang terpusat di kota-kota besar. Migrasi massal dari pedesaan ke
kota-kota (urbanisasi) Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada
pekerjaan di sektor pabrik. Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring
kebutuhan bidang pekerjaan yang lebih komplek. Munculnya surat kabar
untuk kaum urban sebagai sarana untuk mengiklankan produk-produk baru
industri. Media massa mempunyai peranan penting dalam masyarakat
industri. Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi sebagai
hiburan kaum urban.

b) Secara Khusus
Pertama
Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian
seperti masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan, seperti
masyarakat padang pasir, melainkan pada jalannya mesin-mesin pabrik,
khususnya di daerah perkotaan, sedangkan pertanian dikerjakan di daerah
pedesaan dalam lokalisasi yang sangat kecil, karena dengan hasil ilmu
pengetahuan dan teknologi mampu menciptakan panen yang cukup besar,
di Amerika Serikat lokalisasi pertanian hanya 5% saja, sudah mampu
memberikan kehidupan pada masyarakat lain yang bekerja di luar sektor
pertanian.
Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya
bergantung dengan penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik
bersikap tidak etis atau tidak manusiawi terhadap pekerja diantaranya
melarang beribadah, membuka aurat, memaksa ikut upacara agamanya, bila
tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan menghadapi
kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan agamanya. Berbeda

12
dengan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan tanah
pertanian, tanah tersebut tidak mampu memaksakan orang berlaku dholim.

Kedua
Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat
menunjang perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang
berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada pengetahuan
personalia atau manajemen untuk pengembangan produksi terdapat pada
manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya dan
masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat
Industri.
Pengetahuan yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang
produksi kurang mendapatkan perhatian, misalkan pengetahuan keguruan,
lebih dijauhkan lagi apabila bidangnya tidak berhubungan dengan produksi,
misalkan bidang keagamaan, sejarah, bahasa, atau filsafat. Secara alamiah
akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih
dominan daripada pengetahuan sosial. Akibatnya mereka akan cepat
mendapatkan kemajuan material akan tetapi sangat ketinggalan terhadap
permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan.

Ketiga
Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat
besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana
kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan,
kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat dimaklumi karena
bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan
kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat
dukungan kemajuan pengetahuan teknologi. Mereka lebih baik
mengorbankan kebahagiaan immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil,

13
demi kebahagiaan material. Sehingga masyarakat industri banyak
mengalami gangguan psikis, rasa ketegangan, persaingan, ketakutan
terhadap ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras
sering dijadikan tempat hiburan untuk menghilangkan ketegangan.

2. Perilaku Masyarakat Industri


Masyarakat industri pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri
tanpa tergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia
perorangan atau individu. Kesempatan kerja lebih banyak diperoleh warga
kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme). Pola pemikiran yang
raional, sistematis dan objektif yang pada umumnya dianut masyarakat
perkotaan menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan
pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu
yang sangat teliti sangat penting untuk mengejar kepentingan individu. Para
pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai
tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat
agraris. Aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan
masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup
serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja tersistematisasi, persaingan
ketat di berbagai aspek, dan sebagainya. Mereka juga cenderung lebih
menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun
bertindak. Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

14
3. Kebudayaan Masyarakat Industri4
Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk
sikap dan tingkah laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja.
Dengan berkembangnya aspek ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan
membawa perubahan dalam dalam kehidupan masyarakat walaupun secara
perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu
modernisasi. Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan
negara luar karena adanya kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa
dihindarkan. Mereka harus bisa menyesuaikan diri, namun hal itu tidak
lantas mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri.
Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya,
baik secar kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini
menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja.
Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya peningkatan kualitas dan
kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara lahiriah saja.
Manusia pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh nilai-
nilai kemanusiaannya. Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik
hedonisme yang dipacu oleh faktor-faktor produksi. Kemajuan dibidang
material justru berbading terbalik dengan merosotnya nilai-nilai moral,
kebudayaan dan agama.
Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima
nilai-nilai yang bakal menunjang proses industrialisasi, dikehendaki
ataupun tidak pasti melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak dikenal
oleh suatu masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid, 1999 : 127)

4
Koenjaningrat. Manusia dan Kebudayaan, (Jakarta :Djambata, 1990), h. 66-69.

15
4. Mata Pencaharian
Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan.
Terbentuknya spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin
kompleks dan rumitnya bidang-bidang pekerjaan dalam masyarakat
industri. Proses perubahan yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan ini
mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang kemudian
menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya
berbentuk piramida. Stratifikasi sosial inilah yang menentukan strata
anggota masyarakat yang ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik
masing-masing anggota kelompok.
Di wilayah Industri sudah banyak tedapat industri. Ini menyebabkan
mata pencaharian masyarakat setempat sebagai karyawan atau buruh
pabrik. Hal ini disebabkan lahan pertanian sekitar desa industri telah
menjadi lahan industri, menjadikan kebanyakan warga menjadikan mata
pencaharian utama adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai buruh.
Selain itu akibat wilayah mereka menjadi industri, menyebabkan dari
masyarakat menjadi pedagang, baik kecil maupun menengah.
Dalam masyarakat Industri, mata pencaharian masyarakatnya secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai pengolah dan pembuat barang-barang
industri. Bercocok tanam tidak lagi menjadi pekerjaan tetap mereka,karena
lahan- lahan pertanian telah berubah fungsi menjadi home industri dan
pabrik pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan mata pencaharian tadi,
juga sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan. Sehingga berdagang
juga merupakan salah satu irri mata pencaharian masyarakat industri.5

5
Kaelan.H, Pendidikan Pancasila,( Jogjakarta: Paradigma, 2000), h. 200-207

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang merubah


sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi
juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi
yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan
yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana
perubaha sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya
dengan inovasi teknologi.

Ditinjau dari segi geografis, desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu
wuju atau penampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
sosial, ekonomi,dan kultural yang saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga
hubungannya dengan daerah daerah lain.

Sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja dalam sektor pertanian


termasuk peternakan dan perikanan. Menurut statistic sensus pertanian 1963,
Indonesia memiliki 41.000 komunitas desa, 21.000 di Jawa. Dari komunitas itu dapat
dibagi kedalam dua golongan berdasarkan teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang
berdasarkan cocok tanam di lading, dan b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam
di sawah.

Adapun desa-desa golonngan pertama dapat di temui di pulau Sumatra,


Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan perkecualian beberapa
daerah di Minahasa. Desa-desa yang termasuk golongan kedua terutama terletak di
Jawa, Madura, Bali dan Lombok.

17
Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada
terjadinya Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap.
Namun sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai dengan
penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin
cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg (1455).

B. Saran

Saran kami selaku penulisa makalah ini adalah rekan mahasiswa dapat
menjadikan makalah ini sebagai acuan bahan pembelajaran perkuliahan IAD/IBD/ISD
dan dapat memahami tentang bagaimana kehidupan masyarakat primitif, agraris, dan
industrial. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Kaelan,H, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta: Paradigma, 2000.

Koenjaningrat. Manusia dan Kebudayaan, Jakarta :Djambata, 1990.

Kurniawan, P. Informasi Sebagai Komponen Perubahan. Dalam. Sekapur Sirih


Pendidikan Perpustakaan di Indonesia. Jakarta: Sekapur Sirih, 2002.

Mawardi Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Narwoko J.Dwi (ed), Sosiologi Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.

19

Anda mungkin juga menyukai