TL – 4098
Disusun oleh:
NIM : 15314093
2017
LEMBAR PENGESAHAN
(TL – 4098)
Dr. Mochammad Chaerul S.T., M.T. Dr. Ir. Dwina Roosmini M.S.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dari Kerja Praktik dengan tema
“Evaluasi Implementasi OHSAS 18001:2007 di JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktik (TL-
4098) di Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung. Pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah penulis dapatkan selama perkuliahan. Selama
penyusunan laporan ini banyak pihak yang telah membantu penulis, rasa terima kasih
dengan tulus penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Dwina Roosmini, M. S. selaku dosen pembimbing kerja praktik
yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama Kerja
Praktik.
i
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan, saran, dan kritik yang
bersifat membangun demi kinerja penulis yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Penulis berharap agar Laporan Kerja Praktik ini dapat memberikan manfaat bagi
seluruh pembacanya.
15314093
ii
DAFTAR ISI
BAB II ........................................................................................................................... 6
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...................................................................... 6
2.1 Sejarah Perusahaan ......................................................................................... 6
iii
3.1 Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ............................................................... 19
iv
4.2 Sistem Manajemen K3 dan OHSAS 18001:2007 ...................................... 107
v
5.1 Sistem Manajemen K3 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang .......... 127
vi
BAB VI ..................................................................................................................... 170
PENUTUP ................................................................................................................. 170
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 170
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Korelasi SMK3 JOB PTJM dan OHSAS 18001:2007 ............................. 128
Tabel 5.2 Kelengkapan dokumen persyaratan OHSAS 18001:2007 JOB PTJM .... 129
Tabel 5.3 Checklist kesesuaian OHSAS 18001:2007 dan implementasi lapangan.. 131
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 ................................. 133
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya.......................................................................... 143
Tabel 5.6 Lokasi Titik Pemantauan Kualitas Udara Emisi JOB PTJM ................... 147
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Proses ISRS berdasarkan Plan – Do – Check – Act ............................ 107
Gambar 4.2 Program pengembangan sumber daya manusia ................................... 115
Gambar 4.4 Hirarki dokumen SMK3 ...................................................................... 118
Gambar 4.3 Pengelolaan operasi manajemen K3 .................................................... 121
x
Gambar 5.1 Hasil Kuisioner Kebijakan K3 Karyawan JOB PTJM ........................ 140
Gambar 5.2 Hasil Kuisioner Kebijakan K3 Kontraktor .......................................... 141
Gambar 5.3 Hasil Pemantauan Konsentrasi TSP di JOB PTJM ............................. 148
Gambar 5.4 KPI QHSSE Manager JOB PTJM ....................................................... 153
Gambar 5.5 APD Sudah Tidak Layak Pakai ........................................................... 161
Gambar 5.6 Hasil Kuisioner Kegiatan Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3 .. 164
Gambar 5.7 Records Masterlist (JM-RS-FRM-002D) ............................................ 167
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN B Kuisioner
LAMPIRAN D Administrasi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industrial dan juga teknologi di abad ke-21 ini dapat dibilang sedang
berada dalam puncaknya. Tanpa disadari kegiatan industri dan manufaktur yang
dilakukan oleh manusia membawa perubahan bagi lingkungan tempat kita hidup. Tak
jarang kegiatan industri dengan sistem manajemen yang tidak dipantau dan dikelola
dengan baik juga dapat membahayakan pekerja serta masyarakat yang menetap di area
tersebut. Akibat dari kecelakaan kerja bisa menciptakan citra buruk perusahaan dan
menurunkan citra perusahaan di mata klien, media, dan pekerja lainnya. Untuk
menyokong kondisi lapangan yang selamat serta aman bagi manusianya, penerapan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja (SMK3) wajib
dilakukan dan merupakan hak dasar pekerja.
1
perusahaan telah memperhatikan SMK3, dan agar produk bisa diterima didunia
international.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kerja praktik pada JOB Pertamina – Talisman Jambi
Merang adalah sebagai berikut:
2
1.3 Ruang Lingkup
Pada laporan ini akan dibahas mengenai kondisi eksisting sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja pada JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang yang
mencakup klausul-klausul OHSAS 18001.
Sumatera Selatan
1.5 Metodologi
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Studi Pendahuluan
Sebelum melaksanakan kerja praktik, dilakukan studi pendahuluan berupa
pematangan pemahaman teori yang mendasari materi kerja praktik serta
mengenali dan menyesuaikan diri dengan kondisi umum perusahaan.
2. Observasi
Observasi merupakan inti dari kegiatan kerja praktik. Pada tahap ini, pelaksana
kerja praktik akan melihat langsung penerapan manjemen yang ditinjau dan
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.
3. Wawancara
Untuk mendukung data hasil observasi serta menjernihkan ketidakjelasan data,
dilakukanlah wawancara terhadap staff perusahaan di bidang yang terkait
dengan topik kerja praktik.
4. Studi Literatur
3
Selain melalui observasi lapangan dan wawancara, studi literatur juga perlu
dilakukan agar data dapat diolah atau dibandingkan dengan data standar. Teori
pendukung hasil studi literatur juga dapat dijadikan dasar untuk melakukan
evaluasi dan analisis.
5. Evaluasi
Dari hasil observasi, wawancara, dan studi literatur, dapat dilakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di
JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang
6. Analisis dan Diskusi
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyusun analisis agar dapat dihasilkan
saran atau pengajuan usul yang bertujuan memperbaiki kinerja keselamatan
kerja di JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang. Proses pembuatan analisis
dibantu dengan diskusi antara pelaksana kerja praktik dan pembimbing, baik
pembimbing lapangan maupun dosen pembimbing.
7. Penyusunan Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang dan tujuan dari dilaksanakannya kerja
praktik, ruang lingkup, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik, metodologi, serta
sistematika penulisan laporan kerja praktik.
Dalam bab ini dijelaskan mengenai profil JOB Pertamina – Talisman Jambi
Merang, lokasi, visi dan misi, tata nilai perusahaan, logo perusahaan, struktur
organisasi, bahan dan hasil produksi perusahaan, dan penghargaan dan sertifikasi yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
4
BAB III KONDISI EKSISTING
Pada Bab III akan dijelaskan kondisi eksisting Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang yang didapat dari dokumen
serta hasil pengamatan di lapangan berdasarkan standar OHSAS 18001 yang meliputi
ruang lingkup, kebijakan lingkungan, perencanaan, penerapan dan operasi,
pemeriksaan dan tindakan koreksi serta tinjauan manajemen.
Tinjauan Pustaka memaparkan teori hasil studi literatur tentang Sistem Manajemen
K3 berdasarkan OHSAS 18001. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan teori
yang dapat dijadikan acuan untuk perbandingan hasil observasi di lapangan sebagai
landasan untuk evaluasi dan analisis.
Dalam bab ini akan diuraikan hasil evaluasi dari implementadi sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang
berdasarkan standar OHSAS 18001.
BAB VI PENUTUP
5
BAB II
PSC – JOB Blok Jambi Merang pertama kali ditandatangani oleh Pertamina dan
Elf Aquitaine Indonesie pada 10 Februari 1989 untuk jangka waktu 30. Terjadi
beberapa kali perubahan Participating Interest dari pihak Elf Aquitaine Indonesie.
Setelah mengakuisisi Participating Interest milik Hess pada tahun 2011, Blok Jambi
Merang dimiliki 50% sahamnya oleh PT PHE, 25% oleh Talisman Energy Ltd. dan
25% oleh Pacific Oil & Gas Ltd.
6
2.2 Area Operasi
Blok JOBPTJM sebagian besar terletak pada bagian utara Provinsi Sumatera
Selatan, meliputi wilayah seluas 3892 km2. Blok JOB Pertamina – Talisman Jambi
Merang terletak daratan di sebagian besar bagian utara provinsi Sumatera Selatan,
meliputi wilayah seluas 3892 km2. 25% masing-masing wilayah kontrak pada tahun
1992 dan 1995, area ditahan adalah 972,9 km2 ditambah 55,5 km2 dari bidang area
Gelam dioperasikan oleh Conoco Phillips, dimana sisi utara lapangan Gelam meluas
ke blok Jambi Merang.
7
JOB PTJM terletak di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin,
Provinsi Sumatra Selatan, dan Kecamatan Taman Rajo (Pemekaran dari Kecamatan
Maro Sebo sejak tahun 2011). Kecamatan Sungai Gelam dan Kecamatan Kumpeh Ulu
di Kabupaten Muaro Jambi, serta Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung
Timur – Provinsi Jambi. Kegiatan tersebut meliputi lokasi stasiun produksi Sungai
Kenawang Central Gas Plant (SKN CGP) dan Pulau Gading Gas Plant (PGD) yang
berada di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan dan Jambi seperti yang disajikan pada tabel 2.1 berikut:
8
2.3 Visi, Misi dan Nilai-Nilai
JOBPTJM memiliki visi untuk menjadi Joint Operating Body terbaik dan terbesar
dalam produksi gas. Dalam mencapai visi tersebut, JOBPTJM memiliki misi-misi
berupa meningkatkan dan memelihara keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
kerja yang kondusif; meningkatkan cadangan, produksi dan laba dengan menerapkan
teknologi modern dan strategi eksplorasi yang tepat, serta mengimplementasikan Good
Corporate Governance dengan menerapkan etika bisnis yang baik.
Selain itu, JOBPTJM juga memiliki tata nilai yang diterapkan selama
keberjalanannya, antara lain sebagai berikut:
1. Clean
Dikelola secara professional, menjalankan standar etika bisnis tertinggi,
menghindari benturan kepentingan, menjunjung tinggi kepercayaan dan
integritas, berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Open
Berfikir terbuka, mendorong informalitas dan keterbukaan dalam
berkomunikasi, saling percaya dan asah asih asuh antara pekerja dan
manajemen JOB PTJM maupun kepada stakeholder dan shareholder.
3. Capable
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta
serta penguasaan teknis tinggi, berkomitmen membangun kemampuan riset dan
pengembangan.
4. Respect
Memberi penghargaan setinggi-tingginya terhadap seluruh elemen yang
barkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian target
perusahaan.
5. Innovative
Membangun budaya semangat menjadi yang terbaik, serta senantiasa mencari
terobosan demi tercapainya proses atau hasil yang lebih baik, lebih aman, lebih
cepat, dan lebih ekonomis.
9
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Pada dasarnya struktur organisasi suatu perusahaan menjelaskan hierarki
kepemimpinan, wewenang, dan tanggung jawab yang berlaku dalam sebuah
perusahaan. Adanya struktur organisasi dapat mengurangi adanya miskomunikasi
mengenai tanggung jawab seseorang terhadap jabatannya di perusahaan tersebut
10
General
Manager
Excecutive
Chief Audit
Secretary
Commercial
Head
11
2.5 Deskripsi Kegiatan Produksi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
2.5.1 Bahan dan Hasil Produksi
Bahan baku dalam proses pengolahan gas di fasilitas Sungai Kenawang JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang ini berupa gas mentah. Untuk mengolah gas
mentah menjadi sales gas dan kondensat, dibutuhkan beberapa bahan penunjang
lainnya. Bahan penunjang yang dibutuhkan a dalah Metil Dietanol Amine (MDEA),
Anti-foam Agent dan Dehydration Molecular Sieve. Sales Gas dan kondensat yang
dihasilkan oleh JOBPTJM memiliki spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dan
Tabel 2. Sebagai berikut:
12
Tabel 2.3 Spesifikasi Kondensat
13
Metil Dietanol Amine merupakan bahan kimia pengambil CO2 yang digunakan
pada unit penghilang CO2 dalam proses produksi. Pada pengolahan gas di fasilitas
Sungai Kenawang terdapat unit dehidrasi yang digunakan untuk menghilangkan kadar
air hingga konsentrasi tertentu. Sistem dehidrasi yang digunakan ialah dehidrasi
menggunakan desikan padat dalam hal ini berupa molecular sieve.
14
Tabel 2.4 Daftar Sumur Produksi di SKN dan PGD (lanjutan)
Tahap paling awal dari rangkaian proses pengolahan gas mentah adalah
penurunan suhu dan separasi gas mentah. Aliran gas mentah dari sumur Sungai
Kenawang memiliki temperatur berkisar 230oF. Untuk menjaga unjuk kerja dari
peralatan proses di surface facilities serta untuk menjenuhkan fasa aliran gas mentah
sebelum dipisahkan di separator, temperatur aliran gas mentah dari sumur perlu
diturunkan. Aliran gas mentah dari sumur didinginkan hingga 110oF menggunakan
sistem pendingin.
Aliran gas mentah kemudian dipisahkan berdasarkan fasanya menjadi gas, air,
dan kondensat. Proses pemisahan dilakukan menggunakan alat separator menggunakan
pemisahan secara gravitasi dengan memanfaatkan prinsip perbedaan massa jenis antara
fasa gas, kondensat, dan air. Fasa gas mengalir di bagian atas kolom. Sementara itu,
lapisan tengah pada bagian liquid merupakan kondensat sedangkan lapisan paling
bawah adalah air. Gas, kondensat, dan air yang telah dipisahkan kemudian masing-
masing diolah untuk menghasilkan sales gas dan kondensat yang memiliki spesifikasi
sesuai kontrak serta produced water yang memenuhi baku mutu untuk dibuang ke
lingkungan.
Gas yang keluar dari sistem separasi akan diolah lebih lanjut untuk
menghilangkan pengotor-pengotor dari gas mentah sehingga dapat diproduksi gas siap
jual. Pengotor-pengotor yang dihilangkan dalam prossing gas adalah merkuri (Hg),
karbon dioksida (CO₂) dan air (H2O). Penyisihan kandungan Merkuri dilakukan untuk
menghindari reaksi amalgam antara Merkuri dan Aluminium, yang merupakan
material penyusun dari sebagian besar peralatan di fasilitas proses. Penyisihan
kandungan merkuri dilakukan dengan metode absorbsi menggunakan absorban khusus
yang dapat menyerap Hg. Kemudian gas akan keluar dari unit penyisihan merkuri dan
15
diteruskan ke unit lainnya untuk dilakukan proses penyisihan CO₂ dan penurunan kadar
air menggunakan metode absorbsi. Setelah gas tersebut bersih dari pengotor-pengotor
dan telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan, baru di dapatkan gas yang bersih yang
dapat dijual. Gas yang di jual merupakan fraksi ringan yaitu hidrokarbon C4 ke bawah.
Pendistribusian gas kepada konsumen menggunakan pipa.
16
Gambar 2.4 Proses Produksi JOB PTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)
17
2.5 Penghargaan
Selama keberjalanannya, sudah banyak penghargaan yang diterima oleh JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Lingkungan Hidup, dan juga Energi. Berikut adalah daftar penghargaan JOBPTJM dari
tahun 2016 dan 2017:
Tahun Penghargaan
2013, 2014, 2015 PROPER Hijau. Penghargaan diberikan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
2016 PROPER Emas. Penghargaan diberikan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
2016 Penganugerahan Desa Mendis dan Desa Mendis Jaya
sebagai Desa Proklim (Program Kampung Iklim).
Penghargaan diberikan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK)
2016 Commendation for First Year Report - Sustainability
Reporting Award. Penghargaan diberikan oleh National
Center for Sustanability Reporting (NCSR)
2016 Patra Adikriya Bhumi Madya. Penghargaan diberikan
oleh PT Pertamina (Persero)
2017 Peringkat IV Sriwijaya CSR Awards. Penghargaan
diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
2017 Penganugerahan Desa Muara Medak sebagai Desa
Proklim (Program Kampung Iklim). Penghargaan
diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK)
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)
18
BAB III
KONDISI EKSISTING
19
b. ISO 14001:2004 – Environmental Management
c. ISO 9001:2008 – Quality Management
d. Global Reporting Initiative 2006 – Sustainability Reporting
e. PAS 55:2008 – Asset Management
f. OSHA 1910.119 – Process Safety Management
g. Severso II Directive – 96/82/EC – Process Safety Management
h. ISO 31000:2009 – Risk Management
20
Tabel 3.1 OHSAS 18001:2007 dalam ISRS (lanjutan)
21
Tabel 3.1 OHSAS 18001:2007 dalam ISRS (lanjutan)
22
Gambar 3.1 Sertifikat OHSAS 18001:2007 JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2012)
23
Gambar 3.2 Sertifikat ISRS JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)
24
Sistem Manajemen K3 JOBPTJM bersifat dinamis, sejalan dengan dinamika
operasi perusahaan dan perkembangan peraturan perundangan yang berlaku secara
local, nasional dan internasional. Model Sistem Manajemen K3 digambarkan sebagai
suatu proses peningkatan dan perbaikan yang terus menerus dalam siklus yang
berkesinambungan dan fleksibel, sehingga tercapai suatu kinerja sistem manajemen K3
yang diharapkan. Sistem Manajemen K3 JOBPTJM merupakan integritas dari sistem
manajemen keselamatan proses/operasi dan sistem manajemen lingkungan yang telah
disepakati menggunakan 12 elemen sebagai berikut:
25
Gambar 3.3 Elemen SMK3L JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)
26
3.2 Persyaratan Umum Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
Ruang lingkup sistem manajemen K3 JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
mencakupi penetapan risiko dan potensi kerugian kegiatan perusahaan dari aspek K3
dan pengembangan sistem manajemen K3. Dalam penetapan risiko dan potensi
kerugian kegiatan perusahaan, JOBPTJM telah membuat daftar Hazard Identification,
Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) yang bersangkutan dengan
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh JOBPTJM. Pada daftar HIRADC tersebut
terdapat bahaya, dampak, kerugian terhadap aspek kesehatan dan keselamatan dari
setiap kegiatan serta pengendaliannya. Dasar untuk pendekatan yang mendasari sistem
manajemen K3 yang dipakai oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang mengikuti
standar yang sudah ditetapkan pada OHSAS 18001:2007. Agar selalu memenuhi
persyaratan OHSAS 18001:2007, JOBPTJM senantiasa melaksanakan pembudidayaan
dan pembinaan K3 serta mengelola upaya pemulihan insiden yang terjadi. Penyusunan
sistem manajemen K3 serta Health & Safety Macro Process, JOBPTJM dikembangkan
dari siklus Plan – Do – Check – Act (PDCA) yang sesuai dengan klausul-klausul pada
OHSAS 18001:2007.
1. Perencanaan (Plan)
Manajemen JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang membuat perencanaan
jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5 tahun). Prinsip dasar perencanaan
QHSSE dilakukan dengan pendekatan yang sistematik dan berdasarkan potensi
risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang dihadapi perusahaan melalui proses
identifikasi bahaya dalam setiap tahapan kegiatan. Berdasarkan hasil identifikasi
bahaya tersebut, JOBPTJM melakukan penilaian risiko dan menetapkan langkah
strategis untuk pengendaliannya, termasuk identifikasi terhadap peraturan dan
persyaratan terkait. Hasilnya kemudian dituangkan ke dalam sasaran kesehatan dan
keselamatan kerja yang dicapai melalui rencana kerja sistematis.
27
Sumber daya manusia yang ada difasilitasi dengan kegiatan seperti pelatihan serta
induksi keselamatan untuk meningkatkan kesadaran dan kompetensi karyawan di
JOBPTJM. Diadakannya dokumentasi, pengendalian dokumen, pengendalian
operasi, tanggap darurat, danl lainnya sesuai dengan kebutuhan dalam
mengimplementasikan SMK3.
28
1. Identifikasi Kebijakan, Program, Target, Interaksi Proses, Risiko dan
Peraturan
29
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang berkomitmen mewujudkan Visi sebagai
Joint Operating Body terbesar dalam produksi gas alam dan kondensat, melalui
penetapan Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi untuk memastikan aspek
kualitas, kesehatan, keselamatan, keamanan dan lingkungan terintegrasi sehingga
berkontribusi signifikan terhadap pencapaian target Produksi dan Efisiensi
Pemberdayaan Sumber Daya serta melaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) secara optimal dan berkelanjutan dengan prinsip:
30
General Manager JOBPTJM bertanggung jawab untuk menjamin agar pelaksanaan
Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi berjalan efektif dengan peninjauan
secara berkala. Manajemen, Pekerja dan Mitra Kerja di semua area kegiatan
bertanggung jawab untuk melaksanakan dan menaati Kebijakan Sistem Manajemen
Ekselen Operasi ini. Keselamatan setiap orang adalah tanggung jawab bersama.
31
Gambar 3.7 Contoh HIRADC suatu Aktivitas pada JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)
32
5. Meregister seluruh risiko pekerjaan dan menyusun peringkat risiko
pekerjaan dari yang tertinggi hingga yang terendah.
6. Mendokumentasikan dan memformalkan HIRADC sebagai rujukan
identifikasi bahaya dan analisa risiko setiap pekerjaan.
Risiko adalah potensi kerugian yang dapat diderita oleh perusahaan. Adapun
variable yang menentukan tingkat risiko adalah peluang terjadinya kecelakaan dan
tingkat keparahan yang mungkin diderita oleh perusahaan, atau dapat dimodelkan
dengan perkalian matrix risiko.
33
Tabel 3.2 Matrix penilaian risiko JOBPTJM
Probability
1 2 3 4 5
Hazard Effect
Very High (VH):
1. Multiple Fatality
2. Major facility damage > IDR 20M,-
3. Environment Major Spill 1,000 – 10,000 bbls
High (H):
1. Single Fatality
2. Significant Facility Damage IDR 10M - IDR 20M
3. Environment Significant Spill > 100 bbls
Medium (M):
1. Permanent Disability / DAFWC
2. Moderate Damage IDR 1M - IDR 10M
3. Environment Reportable 15 - 100 bbls
Low (L):
1. Single or Multiple Minor Injuries (Medical Treatment)
2. Minor Facility Damage IDR 100 Juta - hingga IDR 1M
3. Environment Minor Loss 1 - 15 bbls
Very Low (VL):
1. Single First Aid
2. Minor Facility Damage < IDR 100 Juta
3. Environment Slight Loss < 1 bbls
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)
34
HIRADC tinggalah hanya sekedar dokumen dan risiko pekerjaan tidak akan
terkendali secara efektif jika dokumen HIRADC tidak digunakan sebagai referensi
penilaian risiko. Komitmen yang kuat dan konsisten dibutuhkan untuk memenuhi dan
mengimplementasikan rekomendasi secara efektif pada setiap pekerjaan, setidaknya
sebelum dan saat pekerjaan berlangsung. Sebagaimana dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa pilihan metode pengendalian risiko diurutkan dengan hierarki
prioritas sebagai berikut :
35
Gambar 3.8 Hierarki Pengendalian dan Perencanaan Penurunan Risiko
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)
Implementasi HIRADC perlu diukur dan dimonitor untuk menilai apakah sudah
cukup efektif untuk mengendalikan risiko pekerjaan sehingga siklus Plan-Do-Check-
Action pada penilaian risiko lengkap dan berkembang ke arah yang lebih baik sebagai
improvement. Metode pengukurannya bisa dilakukan dengan menganalisa hasil
inpeksi ataupun audit dimana kemudian hasil monitoring ini digunakan sebagai
referensi.
36
Persyaratan ini secara ideal harus diidentifikasi ketika perencanaan pekerjaan pertama
kali diinisiasikan. Alasan bagi pandangan ini meliputi contoh berikut :
37
14. Aktivitas yang meliputi pajanan potensial bagi H2S
15. Dimana banyak peralatan proteksi dihilangkan atau dihambat dari suatu
sistem
16. Operasi secara simultan
17. Dimana suatu elemen peralatan gawat darurat dihilangkan dari suatu
pelayanan, contoh: penghilangan atau pemeliharaan pompa kebakaran
18. Aktivitas baru yang dilakukan untuk pertama kalinya dan atau meliputi
personel atau subkontraktor baru di lapangan
ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
Aspek Health
1 Ht-001 Biologis
2 Ht-002 Chemical
3 Ht-003 Display screen equipment
4 Ht-004 Ergonomic
5 Ht-005 Getaran
6 Ht-006 Higienitas Makanan
7 Ht-007 Kebisingan
8 Ht-008 Kualitas Udara
9 Ht-009 Makanan
10 Ht-010 Minuman
11 Ht-011 Narkoba
12 Ht-012 Partikel non B3 (debu)
38
Tabel 3.4 Daftar bahaya kesehatan (lanjutan)
ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
13 Ht-013 Penanganan Manual
14 Ht-014 Pencahayaan
15 Ht-015 Radiasi
16 Ht-016 Radiologi
17 Ht-017 Rokok
18 Ht-018 Stress/ Psikologi
19 Ht-019 Suhu Ekstrim
(Sumber : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)
ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
Aspek Safety
1 Sf-001 Alat angkat
2 Sf-002 APD
3 Sf-003 Api terbuka
4 Sf-004 Bahaya listrik
5 Sf-005 Bekerja di ruang terbatas
6 Sf-006 Bekerja di tempat tinggi
7 Sf-007 Bekerja sendirian
8 Sf-008 Benda jatuh
9 Sf-009 Benda jatuh dari ketinggian
10 Sf-010 Biologis
11 Sf-011 Ekskavasi/galian
12 Sf-012 Ekstrem temperatur
13 Sf-013 Electrikal tools
39
Tabel 3.5 Daftar bahaya keselamatan (lanjutan)
ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
14 Sf-014 Fasilitas existing
15 Sf-015 Flying object
16 Sf-016 house keeping
17 Sf-017 Kecepatan tinggi
18 Sf-018 Komunikasi
19 Sf-019 Kondisi akses/jalan
20 Sf-020 Kondisi kendaraan tidak layak
21 Sf-021 Lantai kerja
22 Sf-022 Lingkungan kerja
23 Sf-023 Material
24 Sf-024 Material mudah terbakar
25 Sf-025 Mengemudi
26 Sf-026 Pekerjaan bawah air
27 Sf-027 Penanganan manual
28 Sf-028 Pencahayaan
29 Sf-029 Pengambilan gambar di Red Zone
30 Sf-030 Pengikat kendor
31 Sf-031 Pengoperasian alat
32 Sf-032 Peralatan berputar
33 Sf-033 Peralatan tajam
34 Sf-034 Peralatan kerja
35 Sf-035 Perkakas tangan
36 Sf-036 Perlengkapan kendaraan kurang
37 Sf-037 Petir
38 Sf-038 Ruang gerak terbatas
39 Sf-039 Stress
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)
40
3.4.2 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya
Dalam penyusunan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang turut
mempertimbangkan perundang-undangan nasional dan/atau daerah dan juga
persyaratan lain mengenai K3. Untuk mencapai hal tersebut, JOBPTJM telah membuat
sebuah Prosedur Identifikasi dan Evaluasi Penataan (JM-RS-SOP-004). Dalam
prosedur tersebut dijelaskan mengenai proses identifikasi seluruh peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan setiap
departemen pada JOBPTJM, dimana di dalamnya termasuk peraturan mengenai sistem
manajemen K3.
Undang-Undang;
Keputusan Presiden;
Peraturan Pemerintah;
Keputusan Menteri;
Peraturan di bawah Menteri;
Peraturan di bawah Departemen atau Lembaga Pemerintahan;
Peraturan Tingkat Daerah I dan II;
Peraturan Perusahaan;
Persyaratan Pelanggan;
Keputusan Asosiasi;
Peraturan Internasional.
41
Gambar 3.9 Hierarki PPUU
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)
42
Dalam pelaksanaan kegiatan pada JOBPTJM terdapat hal-hal yang perlu
dikomunikasikan kepada pihak berwenang. Pelaporan kepada pihak berwenang
termasuk tapi tidak terbatas pada:
Pelaporan kepada pihak berwenang berisi tapi tidak terbatas pada subyek
pelaporan, waktu pelaporan, metode pelaporan, format pelaporan, tanggung jawab
individu untuk pelaporan, verifikasi bahwa laporan sudah diterima. QHSSE
manager memastikan pemahaman setiap orang yang menjadi tanggungjawabnya
atas penerapan peraturan perundangan dan persyaratan mengenai SMK3 serta
konsekuensi jika tidak dipenuhi. Mekanisme sosialisasi dan pemahaman dapat
dilakukan secara internal, atau dalam forum seperti induksi, rapat dan lain-lain.
Seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang diikuti oleh
perusahaan didokumentasikan dan ditinjau ulang kecocokannya minimal setiap
satu tahun untuk memastikan bahwa semua aktivitas di JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang memenuhi peraturan SMK3 yang ada.
43
3. Melakukan upaya penanggulangan terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.
44
Gambar 3.10 Contoh SBOC
45
2. Refreshment Training penggunaan Alat Pemadam Kebakaran
Program ini diperuntukkan bagi seluruh karyawan yang berada di lapangan
operasi JOBPTJM. Program refreshment training ini bertujuan untuk
memastikan seluruh karyawan mampu menggunakan alat fire extinguisher
dengan benar dan aman. Refreshment digunakan dengan dua cara, yaitu
pemberian materi dan praktik penggunaan alat fire extinguisher. Program ini
merupakan salah satu in-house training dengan personel QHSSE sebagai
pelatihnya.
46
pekerja kontraktor melakukan aktivitas pekerjaannya. Selain itu, forum
pertemuan ini juga dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi terbaru
terkait kegiatan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang seperti kegiatan
shutdown, audit, kunjungan eksernal dan lain-lain.
5. Safety Inspection
Setiap kecelakaan ataupun kejadian yang terjadi dalam proses produksi
JOBPTJM diidentifikasi dan dibuat langkah-langkah pencegahannya agar tidak
terjadi kembali di masa yang akan datang. Untuk memastikan bahwa seluruh
karyawan memahami mengenai pembelajaran dari kejadian ini, dilaksanakan
program pubikasi pembelajaran dari kejadian kepada seluruh karyawan yang
bekerja di JOBPTJM.
6. Bulan K3
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 386 tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2015-2019, JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang melaksanaan Perayaan Bulan K3 Nasional dengan adanya perlombaan
terkait Quality, Health, Safety, Security dan Environment setiap satu tahun
sekali.
47
Gambar 3.13 Poster Bulan K3 JOB PTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)
48
Gambar 3.14 Safety Stand Down JOB PTJM
8. Toolbox Meeting
Toolbox Meeting merupakan suatu program yang dilaksanakan secara rutin
untuk membahas aktivitas rutin dan khusus yang akan dilaksanakan pada hari
tersebut dan meninjau ulang aktivitas pada hari sebelumnya, khususnya
kegiatan-kegiatan terkait K3. Pertemuan ini dilaksanakan setiap hari pukul
06.00 dan dihadiri oleh seluruh karyawan JOB PTJM lapangan. Hal-hal yang
disampaikan pada Toolbox Meeting adalah jumlah orang di lapangan (person
on board), pembagian tanggung jawab dalam keadaan darurat, pembahasan
SBOC terkumpul, dan peringatan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan
masing-masing saat sedang melaksanakan pekerjaan.
49
9. Karib (Kaji Risiko Pribadi)
Kaji Risiko Pribadi (Karib) adalah upaya kaji risiko yang dilakukan secara
pribadi oleh setiap pekerja dalam melakukan semua tugas-tugasnya. Prosesnya
lebih sederhana dan tidak formal sebagaimana JSA. Karib dibuat dengan
harapan dapat meningkatkan kesadaran individu, mencapai keamanan seluruh
tugas, baik yang memerlukan Ijin Kerja (Permit to Work) atau tidak dan
meningkatnya budaya keselamatan di dalam maupun luar tugas. Karib
dilaksanakan melalui tiga buah pertanyaan yang diharapkan dijawab oleh
masing-masing pekerja sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.
50
3.5 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
3.5.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang
Untuk menjaga aspek kesehatan dan keselamatan kerjanya, JOBPTJM telah
menentukan mengenai peran dan tanggung jawab terkait kesehatan dan keselamatan
kerja perusahaan. JOBPTJM memiliki ketentuan di mana seluruh anggota manajemen
puncak mempunyai peran, tanggung jawab, dan wewenang terkait dengan
implementasi SMK3. Berikut merupakan tanggung jawab dan wewenang terkait
implementasi SMK3 berdasarkan tingkatan anggota manajemen puncak masing-
masing:
1. General Manager
a. General Manager harus memiliki tanggung jawab pokok secara
menyeluruh dan akuntabilitas bagi kesehatan, keselamatan dan
lingkungan pada JOBPTJM
b. General Manager merupakan orang utama yang bertanggung jawab
terhadap formulasi Kebijakan K3 dan implementasi SMK3
JOBPTJM
c. General Manager dapat mendelegasikan tanggung jawab dan
menyerahkan akuntabilitas bagi implementasi SMK3 melalui Field
Manager dan lini manajer masing-masing pada setiap pekerja yang
bekerja dan memiliki kepentingan dalam JOBPTJM
d. General Manager pada akhirnya memberi kuasa sumber daya
penting agar sesuai dengan tujuan dan target performa K3 pada
JOBPTJM
e. Menentukan strategi untuk peningkatan implementasi SMK3 secara
terus menerus.
f. Berhubungan dengan pemerintah yang relevan terkait dengan
pengaturan wewenang
g. Mendefinisikan program intervensi yang dibutuhkan untuk menutup
celah identifikasi selama implementasi perencanaan SMK3
51
2. Field Manager
a. Field Manager memiliki tanggung jawab dalam implementasi
kebijakan K3 dan SMK3, yang terintegrasi dengan Manajemen
Risiko
b. Field Manager memiliki tanggung jawab untuk
mengimplementasikan aspek K3 dan inspeksi peralatan dalam
setiap area operasi.
3. Operation Manager
a. Operation Manager memiliki tanggung jawab dalam implementasi
kebijakan K3 dan SMK3, yang terintegrasi dengan Manajemen
Risiko
b. Operation Manager memiliki tanggung jawab untuk
mengimplementasikan aspek K3 dan inspeksi peralatan dalam
setiap area operasi.
4. Superintendent/Supervisor
a. Superintendent / supervisor memiliki tanggung jawab bagi
implementasi SMK3 dalam kewenangan area mereka
b. Superintendent / supervisor memiliki tanggung jawab untuk
memantau performa pelaksanaan SMK3 dan menyediakan
masukan bagi manajemen puncak
5. QHSSE Manager
a. Bertanggung jawab dalam membantu dan menyediakan saran dan
pertimbangan terhadap General Manager dan manajemen puncak
dalam membuat dan mengimplementasikan kebijakan K3
b. QHSSE Manager merupakan orang yang bertanggung jawab
terhadap manual sistem manajemen K3 dan bertindak sebagai
representatif manajemen bagi SMK3
c. QHSSE Manager bertanggung jawab terhadap pemantauan
implementasi SMK3 pada area operasi
52
d. Mengelola K3 organisasi yang sesuai bagi tujuan penyediaan
spesialis kesehatan, keselamatan, dan lingkunganyang sesuai untuk
mendukung implementtasi SMK3 di JOBPTJM
e. Bertindak sebagai titik pusat yang behubungan dengan otoritas
peraturan pemerintah, asosiasi industri dan perusahaan pada seluruh
persoalan K3
f. Menyediakan audit program K3 bagi efektivitas implementasi
sistem manajemen K3 dan bagi yang berkepentingan terhadap
perusahaan
53
QHSSE Manager
Admin. Assistant
Safety
Officer
54
3.5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran
Kegiatan-kegiatan pada JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki
tingkat potensi bahaya yang cukup tinggi. Agar tidak terjadi insiden yang tidak
diinginkan pada area operasi perusahaan, maka harus dipastikan bahwa seluruh
karyawan JOBPTJM telah memiliki kompetensi K3 dan SMK3 yang sesuai dengan
kegiatan perusahaan. Prosedur Pelatihan Pekerja (JM-BS-SOP-008) dan Talent
Management Procedure (JM-BS-SOP-009) merupakan prosedur yang ditetapkan oleh
JOBPTJM untuk memastikan bahwa perusahaan telah melakukan upaya untuk
meningkatkan kompetensi terkait dengan aspek K3L pada pelaksanaan pekerjaan
masing-masing karyawan. Prosedur tersebut mencakup jenis kompetensi teknis K3L
untuk seluruh jabatan dan unit kerja seluruh karyawan JOBPTJM.
Untuk memastikan bahwa semua karyawan dan pihak eksternal yang terkait
dengan aktivitas di JOBPTJM memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi
yang cukup mengenai K3 dan lingkungan guna memberdayakannya untuk secara aktif
mengimplementasikan sistem manajemen K3 dan lindungan linkungan, JOBPTJM
memerlukan prosedur standar operasi berupa Health, Safety and Environmental
55
Training Procedure (JM-05-HSE-PRO-00014). Pada prosedur tersebut tertera bahwa
pelaksanaan analisa kebutuhan pelatihan ditanggungjawabi oleh seluruh manajer
departemen, Departemen HRD dan Departemen HSE. Analisa harus dilakukan untuk
mengidentifikasi semua tugas, termasuk yang memerlukan pelatihan khusus dengan
mempertimbangkan :
1. Jenis Pekerjaan
2. Tingkat Jabatan
3. Aspek pemenuhan terhadap persyaratan dan perundangan yang berlaku
yang terkait dengan K3L.
4. Karyawan dapat memberikan masukan dan saran untuk analisis kebutuhan
training.
Pelatihan K3L di JOBPTJM terdiri dari dua jenis pelatihan, yaitu pelatihan K3L
untuk personel HSE dan non HSE. Pelatihan HSE untuk personel HSE terdiri dari
Technical Skill Training dan Non Technical Skill Training. Sedangkan Pelatihan HSE
untuk personel non HSE terdiri dari Internal Training dan External Training. Untuk
menghindari kejadian lupa oleh karyawan, dilaksanakan pelatihan K3L penyegaran
dilakukan setiap tahun sekali. Departemen HRD harus memastikan bahwa ada rekaman
mengenai seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan.
56
Tabel 3.6 Pelatihan Internal K3L
57
3.5.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan sebuah prosedur
terkait komunikasi, partisipasi dan konsultasi, yaitu Prosedur Komunikasi, Partisipasi
dan Konsultasi (JM-BS-SOP-031). Pada dasarnya komunikasi di JOB Pertamina-
Talisman Jambi Merang dibagi menjadi dua jenis, yaitu komunikasi internal dan
eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi antara anggota perusahaan untuk
melakukan fungsi secara efektif. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi
yang berlangsung anatara perusahaan dengan publik sasaran yang meliputi masyarakat
sekitar, organisasi, instansi pemerintahan dan media massa.
58
Tabel 3.7 Jenis Media Komunikasi Internal JOB PTJM (lanjutan)
59
Tabel 3.8 Rapat K3L JOB PTJM (lanjutan)
60
Pada setiap rapat tersebut terdapat seorang notulen yang bertugas mencatat
pokok penting rapat dan menuangkannya ke dalam Risalah Rapat. Penyelenggara rapat
alam mendistribusikan notulen rapat dan Daftar Peserta Rapat kepada seluruh peserta
rapat agar menjadi perhatian. Bagian Risalah Rapat menjadi acuan permasalahan yang
harus ditindak lanjuti dan menjadi pembahasan di rapat berikutnya (apabila
diperlukan). Risalah Rapat harus didistribusikan kepada peserta rapat dalam waktu
yang memadai setelah rapat diselenggarakan.
3.5.4 Dokumentasi
Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) secara efektif di suatu perusahaan
dapat dilihat dari kinerja siste terstruktur dan terorganisasi dengan baik. JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki klasifikasi jenis dokumen sesuai hirarki
kedudukan dokumen tersebut serta memiliki dokumentasi yang cukup baik, yang pada
dasarnya dapat diikuti dan efektif dalam pelaksanaannya. Dokumen SMK3
dipublikasikan sesuai kepentingan dokumen tersebut.
61
persyaratan OHSAS 18001:2007, dokumen yang dimaksud anatara lain : kebijakan
perusahaan, informasi mengenai aspek dan dampak lingkungan, prosedur, manual K3,
struktur organisasi, rekaman dan dokumen-dokumen penting yang berhubungan
dengan penerapan dan pengendalian SMK3.
Dokumen terdapat dalam dua bentuk, yaitu soft copy dan hard copy. Dokumen
dalam bentuk soft copy terdaftar dalam jaringan internal perusahaan yang dikenal
sebagai Jambi Merang Management System (JAMMS). Sedangkan dokumen hardcopy
tersimpan di Perpustakaan pada Gedung Administrasi JOB PTJM seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 3.16 berikut.
62
3.5.5 Pengendalian Dokumen
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki sebuah jaringan yang dikenal
sebagai Jambi Merang Management System (JAMMS) yang mencakupi seluruh
dokumen yang terdapat pada JOBPTJM. Agar seluruh dokumen tersedia secara teratur
dan dapat diakses dengan baik maka JOBPTJM telah membuat prosedur dan
metodologi pengendalian dokumen yang tercantum dalam Documents and Records
Management Procedure (JM-RS-SOP-002). Pada prosedur tersebut dijelaskan bahwa
terdapat satu orang atau lebih pengendali dokumen yang bertugas memelihara seluruh
dokumen yang tersedia pada JOBPTJM. Pengendali dokumen bertanggung jawab
untuk :
63
representatives. Semua dokumen yang tersedia pada JAMMS harus dapat
diidentifikasi sesuai dengan format sebagai berikut :
64
4. Terdapat perubahan persyaratan dan perundangan lain terkait;
5. Dibutuhkan perbaikan akibat adanya rekomendasi, pembelajaran dari suatu
kejadian dan lain-lain;
65
Terdapat beberapa pengendalian operasional K3 yang dilakukan oleh JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang, pengendalian operasional tersebut adalah sebagai
berikut:
66
Gambar 3.21 Pemeriksaan Kesehatan
67
Tabel 3.10 Standar APD
68
Tabel 3.10 Standar APD (lanjutan)
69
Gambar 3.22 Gambar APD lengkap JOB PTJM
70
Gambar 3.24 Jambi Merang Gas Plant
Zona Kuning merupakan area dimana seluruh personel yang berada di
dalamnya diwajibkan untuk menggunakan APD berupa safety shoes dan coverall, salah
satu area yang digolongkan sebagai Zona Kuning adalah Gudang Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.23.
71
3. Pengendalian Operasional Kesehatan
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang bertanggung jawab terhadap
kesehatan karyawan dan personel yang berada di wilayahnya, oleh karena itu
perusahaan menyediakan fasilitas untuk menjaga agar kesehatan personel berada dalam
keadaan baik. JOB PTJM menyediakan Klinik, yang dikelola oleh Business Support
Departement. Terdapat tiga orang yang bekerja di Klinik, yaitu satu orang dokter, satu
orang paramedis dan satu orang apoteker. Ketiga pekerja Klinik berasal dari kontraktor,
bukan karyawan JOB PTJM. Klinik merupakan fasilitas yang disediakan untuk
menunjang kesehatan karyawan dan personel lain yang berada di bawah tanggung
jawab perusahaan. Klinik digunakan untuk Medical Check-Up, Fit to Work, dan juga
menangani personel-personel yang sakit ketika berada di lapangan Jambi Merang. Pada
Klinik tersedia sebuah ambulans yang diinspeksi setiap satu bulan sekali oleh
paramedis.
72
Gambar 3.27 Ambulans JOB PTJM
JOB PTJM mengadakan Hari Olahraga setiap hari Sabtu dimulai pukul 17.00.
Hari Olahraga merupakan kegiatan olahraga untuk seluruh karyawan perusahaan agar
karyawan sehat dan tidak jenuh dengan pekerjaannya masing-masing.
73
Gambar 3.29 Hari Olahraga JOB PTJM
4. Ijin Kerja
Proses produksi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki potensi
bahaya yang tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu
JOBPTJM telah menetapkan Permit To Work Procedure (PTW) (JM-HS-SOP-002)
memerlukan prosedur standar operasi untuk memberikan pedoman dalam penyusunan
dan pelaksanaan sistem ijin kerja (PTW) di seluruh kegiatan operasi perusahaan. PTW
diwajibkan bagi seluruh individu termasuk kontraktor yang melakukan pekerjaan non-
rutin berbahaya pada area operasi JOBPTJM. PTW harus ditandatangani oleh personel
yang ditunjuk sesuai dengan prosedur yang ditetapkan sehingga personel tersebut dapat
memonitor dan mengontrol pelaksanaan kerja. Ijin kerja dapat dicabut setelah semua
pekerjaan selesai secara aman. Ijin kerja asli disimpan dan salinannya harus dibuang
atau dihancurkan. Pada prosedur PTW tersebut tertera daftar pekerjaan yang harus
memiliki ijin kerja seperti sebagai berikut:
a. Pekerjaan Hot Work
b. Pekerjaan Cold Work
c. Pekerjan Confined Space
d. Pekerjaan Excavation
e. Pekerjaan Electrical
f. Pekerjaan menggunakan sinar X-ray / sinar Gamma
74
Berdasarkan hasil observasi lapangan, untuk tetap menjaga keselamatan kerja
di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, pekerjaan yang ditinggalkan harus dalam
kondisi aman baik setelah selesai ataupun pada saat istirahat. Personel yang
berkompeten harus meninjau lokasi setelah pekerjaan selesai. Jika terjadi interupsi
pekerjaan karena terjadi keadaan darurat, maka inspeksi dan konfirmasi keamanan area
kerja harus dilakukan setelah kondisi darurat selesai. Ijin Kerja dapat ditutup setelah
semua pekerjaan selesai secara aman. Formulir-formulir Permit to Work dapat dilihat
secara jelas pada Lampiran.
75
Gambar 3.31 Alarm Darurat
Peralatan keadaan darurat dan perlindungan kebakaran, tanda keluar dan sistem
alarm harus diperiksa, diuji dan dipelihara sesuai persyaratan perundang-undangan.
Peralatan darurat dapat meliputi detektor asap, selang kebakaran, pencahayaan darurat,
perangkat peringatan evakuasi, bahan penahan tumpahan, alarm darurat, shower
keselamatan dan alat pertolongan pertama. Untuk memastikan kesiapsiagaan
Emergency Response Team dan seluruh karyawan JOB PTJM dalam menanggapi
keadaan darurat, perusahaan melaksanakan emergency drill dan safety inspection
terhadap peralatan keadaan darurat setiap satu bulan sekali. Perlengkapan yang
dikenakan oleh karyawan JOB PTJM saat emergency drill dan keadaan darurat yang
sebenarnya dapat dilihat pada Gambar 3.30.
76
Gambar 3.33 Perlengkapan Keadaan Darurat
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang juga menyediakan sebuah Fire Station
untuk menanggapi keadaan darurat akibat kebakaran. Fire Station JOB PTJM
dilengkapi dengan sebuah mobil pemadam kebakaran dan tim pemadam kebakaran
beserta perlengkapannya. Mobil pemadam kebakaran diperiksa secara berkala untuk
memastikan kesiapannya untuk digunakan apabila terjadi kebakaran.
77
Gambar 3.35 Fire Station JOB PTJM
78
Gambar 3.36 T-Card JOB PTJM
79
3.6 Pemeriksaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
3.6.1 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan prosedur untuk
menangani keadaan darurat, yaitu Emergency Risk Assessment Procedure (JM-HS-
SOP-001) dan Emergency Response Procedure (JM-HS-SOP-010). Emergency
Response Risk Assessment Procedure (JM-HS-SSP-001) merupakan prosedur untuk
mengidentifikasi situasi darurat potensial. Berdasarkan pelaksanaan prosedur tersebut,
didapatkan daftar potensi peristiwa darurat pada JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.11.
80
Menurut jenis bahaya, situasi darurat di lapangan JOBPTJM dikategorikan
menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
81
komando insiden untuk melakukan pelaporan dan komunikasi apabila terjadi keadaan
darurat seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.36 berikut :
82
Pada Emergency Response Procedure, terdapat pula prosedur serta pembagian
tanggung jawab dan tugas-tugas untuk melakukan evakuasi, pencarian dan
penyelamatan bagi personel yang membutuhkan saat terjadinya peristiwa darurat.
Berikut merupakan prosedur evakuasi untuk karyawan yang terdapat di dalam gedung
administrasi :
83
Apabila evakuasi diperuntukkan kepada karyawan yang berada pada area
operasi, harus mengikuti tahapan sebagai berikut:
Berikut merupakan denah evakuasi pada Lapangan Sungai Kenawang dan Pulai
Gading :
84
Gambar 3.42 Denah evakuasi Lapangan Pulai Gading
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)
Pada saat keadaan darurat, Control Center Room, yang dapat dilihat pada
Gambar 3.41, akan mengaktivasi alarm darurat sehingga semua personel yang berada
di lapangan dapat segera menuju tempat berkumpul dan dievakuasi. Kemudian Safety
Warden bertanggung jawab untuk menghitung seluruh personel dan memastikan
bahwa seluruh personel telah berada di tempat berkumpul. Apabila terdapat orang yang
hilang di dalam lapangan, maka On Scene Commander memiliki tanggung jawab untuk
memberi informasi mengenai ciri-ciri orang yang hilang dan kemungkinan keberadaan
orang tersebut kepada Safety Warden. On Scene Commander juga berkewajiban
mengabari Emergency Response Team (ERT) Leader untuk mengutus Fire Team dan
Rescue Team untuk mencari orang yang hilang tersebut dan menangani apabila orang
yang hilang tersebut ditemukan dalam keadaan terluka. Apabila orang tersebut hilang
di luar lokasi lapangan, maka On Site Commander bertanggung jawab untuk meminta
bantuan kepada pihak luar untuk mencari orang tersebut. Incident Commander juga
berkewajiban untuk memberitahu polisi dan rumah sakit terdekat untuk menangani
orang yang hilang tersebut apabila ditemukan dalam keadaan terluka.
85
Gambar 3.43 Control Centre Room
Keadaan darurat memungkinkan terjadinya kebutuhan evakuasi masyarakat
yang tinggal di sekitar area operasi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang. Apabila
hal tersebut terjadi, maka prosedur yang harus dilakukan oleh JOBPTJM adalah
sebagai berikut :
86
produksi, perubahan yang disebabkan oleh pihak eksternal dan hal-hal lain. Setelah
ditinjau ulang, prosedur harus direvisi agar sesuai dengan perubahan-perubahan yang
ada. Revisi prosedur harus diinformasikan kepada seluruh karyawan.
87
QHSSE Manager bersama dengan Field Manager bertanggung jawab untuk
melaksanakan Inspeksi Manajemen Lapangan sedikitnya sebanyak satu kali setiap
bulan untuk memastikan bahwa kondisi lapangan telah sesuai dengan program-
program K3 yang ditetapkan oleh manajemen puncak.
Seluruh catatan hasil inspeksi maupun hasil pembacaan sensor pada Distributed
Control System yang telah terkumpul akan dilaporkan kepada Field Manager. Analisa
data hasil inspeksi dilakukan setelah mendapatkan tren dari temuan-temuan yang ada
sehingga didapatkan rekomendasi yang sesuai. Rekomendasi yang dihasilkan dari hasil
analisa hasil inspeksi harus langsung dimasukkan ke dalam sistem Action Tracking
Jambi Merang (A-Tracks) sehingga dapat ditindaklanjuti.
88
Gambar 3.45 Status peralatan pada CCR
89
3.6.3 Evaluasi Kesesuaian
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan sebuah prosedur
untuk mengevaluasi secara periodik kepatuhannya kepada peraturan perundangan yang
relevan, yaitu Compliance Management Procedure (JM-RS-SOP-004). JOB PTJM
telah membuat daftar undang-undang yang berhubungan dengan kegiatannya, daftar
tersebut dikenal sebagai daftar Compliance. Daftar Compliance ini dibuat per
departemen, sehingga mempermudah kontrol kesesuaian suatu undang-undang dengan
kegiatan khusus dalam departemen tertentu. Undang-undang yang berkaitan dengan
kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada Compliance QHSSE (JM-RS-FRM-
004A) yang dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran.
Daftar Compliance yang dimiliki oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
dapat digunakan untuk mengontrol kesesuaian perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku karena di dalamnya terdapat kondisi eksisting dari
pelaksanaan peraturan tersebut dan juga status terpenuhi atau tidaknya peraturan yang
tercantum di dalamnya seperti yang dapat dilihat secara jelas pada Gambar. Untuk
memastikan bahwa seluruh peraturan perundangan yang tercantum dalam daftar
Compliance tersebut selalu terbaharui maka JOB PTJM menyewa sebuah jasa yang
mengirimkan berita-berita terbaru melalui surat elektronik setiap harinya mengenai
peraturan-peraturan yang relevan terhadap aktivitas operasi perusahaan.
Terdapat beberapa metode evaluasi penataan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memastikan standar-standar yang berlaku dipenuhi oleh perusahaan. Metode
evaluasi penataan tersebut diantaranya merupakan audit internal, audit eksternal,
sertifikasi OHSAS 18001:2007, sertifikasi ISRS, pelaporan rutin terhadap pihak
otoritas dan lain-lain. Audit OHSAS 18001:2007 pada perusahaan dilakukan oleh
perusahaan auditor, yaitu TÜV NORD. JOB PTJM menyimpan rekaman-rekaman
yang dapat dijadikan bukti terhadap pemenuhan peraturan undang-undang. Rekaman
disimpan di dalam lemari rekaman yang tersedia di setiap departemen.
90
.
91
Gambar 3.47 QHSSE Compliance List
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)
92
3.6.4 Penyidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan prosedur yang
berkaitan dengan penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan
pencegahan, yaitu Learning From Event and Success (JM-RS-SOP-003) dan
Pengendalian Ketidaksesuaian, Tindak Lanjut dan Analisis Data (JM-RS-SOP-005)
Berdasarkan prosedur tersebut, insiden dapat dilaporkan melalui Safety Behaviour
Observation (SBO). Untuk memastikan bahwa SBOC ditindaklanjuti dengan baik oleh
perusahaan, hasil dari SBOC dikumpulkan setiap hari dan dibahas pada Toolbox
Meeting.
93
Tabel 3.12 Jenis-jenis insiden (lanjutan)
94
Tabel 3.12 Jenis-jenis insiden (lanjutan)
95
Analisis hasil penyelidikan insiden yang dailakukan oleh JOB Pertamina-
Talisman Jambi Merang menggunakan Root Cause Analysis, dimana fokus pada
penyelidikan insiden merupakan mengidentifikasi akar penyebab dan/atau letak
kekurangan dari sistem dimana dibutuhkan suatu tindakan untuk mencegah kerugian.
Rekomendasi dan aksi perbaikan yang dihasilkan dari analisis hasil penyelidikan
insiden dicatat dan didaftarkan pada A-Tracks System sehingga runutan kejadian
insiden dan juga tindak lanjutnya terkomunikasikan kepada seluruh karyawan JOB
PTJM yang bersangkutan.
96
Form. No.
Rev. 0 Sheet 1 of 1
Evaluation / Evaluasi :
a. Severity Level / Tingkat Keparahan b. Probability Level / Tingkat Kemungkinan Terjadi
Slightly / Ringan Minor / Minor Never / Tidak Pernah Have Heard / Pernah Terdengar
Major / Tinggi Single Fatality/ Kematian 1 orang Happened / Pernah Occasional / Terjadi beberapa Kali
Multiple Fatalities / Kematian Lebih dari 1 orang Frequent / Sering Terjadi
Analysis / Analisis :
What Directly Contributed to This Condition / Tindakan yang Memberikan Kontribusi Terhadap Kondisi Tersebut
97
Form No.
Rev. Sheet 1 of 1
Tanggal Kejadian / Date Occurred Tanggal Dilaporkan / Date Reported Jam Dilaporkan / Time Reported
AM/PM
Korban (Pelaku) / Victim (Person involved) No. Peg./ Emply. No. Umur /Age Jabatan / Occupation Jenis Kelamin / Gender Lama Bekerja / Experience Atasan / Superior
1 Male Female _____________ tahun / years
2 Male Female _____________ tahun / years
Korban (Pelaku) / Victim (Person involved) SN / Employee Number Umur /Age Jabatan / Occupation Jenis Kelamin / Gender Lama Bekerja / Experience Atasan / Superior
1 Male Female _____________ tahun / years
2 Male Female _____________ tahun / years
* Untuk karyawan non JOBPT JAMBI MERANG, isi bagian di bawah ini / For non JOBPT JAMBI MERANG employees complete the next protion
Nama Perusahaan / Company Name Nama Karyawan / Employee Name Umur /Age Jabatan Jenis Kelamin / Gender Lama Bekerja
1 Male Female _____________ tahun / years
2 Male Female _____________ tahun / years
3 Male Female _____________ tahun / years
Alat atau Kendaraan Terlibat / Equipment or Vehicles Involved Jenis / Type Nomor / Number Jam Kejadian
1 Kendaraan Ringan / Light Vehicle ___ ___ : ___ ___
2 Alat Angkat 1 00.01 - 01.00
3 Alat Angkut 2 01.01 - 02.00
4 Material 3 02.01 - 03.00
5 Perkakas Kerja 4 03.01 - 04.00
6 Lain-lain / Other 5 04.01 - 05.00
6 05.01 - 06.00
Lokasi Kejadian / Incident Location Hari / Day Cuaca (jika diperlukan) / Weather (if applicable) 7 06.01 - 07.00
1 Workshop : 1 Senin / Monday 1 Terang / Daylight 8 07.01 - 08.00
2 Warehouse : 2 Selasa / Tuesday 2 Mendung / Cloudy 9 08.01 - 09.00
3 Kantor / Office : 3 Rabu / Wednesday 3 Hujan Gerimis 10 09.01 - 10.00
4 Area Site / Site Area : 4 Kamis / Thursday 4 Hujan Deras 11 10.01 - 11.00
5 Jalan Umum / Public Road : 5 Jum'at / Friday 5 Hujan Badai 12 11.01 - 12.00
6 Jalan Tol / Toll Road : 6 Sabtu / Saturday 6 Angin Kencang 13 12.01 - 13.00
7 Off Road : 7 Minggu / Sunday 7 Lain-lain / Other Condition : ______________ 14 13.01 - 14.00
8 Area Ops Lain / Other Ops Area : 15 14.01 - 15.00
9 Lain-lain / Other Area : Rincian Cedera / Nature Of Injuries Sustained 16 15.01 - 16.00
1 Jari Tangan / Fingers 9 Mata / Eyes 17 16.01 - 17.00
Jam Mulai Shift Jam Selesai Shift 2 Tangan / Hands 10 Kepala / Head 18 17.01 - 18.00
Shift Kerja / Working Shift
Shift Started At Shift Ended At 3 Lengan Depan / Forearms 11 Leher / Neck 19 18.01 - 19.00
1 Morning Shift Shift Pagi __ __ : __ __ __ __ : __ __ 4 Lengan Atas / Upper Arms 12 Jari Kaki / Toes 20 19.01 - 20.00
2 Afternoon Shift Shift Sore __ __ : __ __ __ __ : __ __ 5 Bahu / Shoulder 13 Kaki / Feet 21 20.01 - 21.00
3 Night Shift Shift Malam __ __ : __ __ __ __ : __ __ 6 Tubuh Depan / Front Of Torso 14 Tungkai Kaki Bahwa / Lower Leg 22 21.01 - 22.00
4 Day Shift Only Shift Siang Saja __ __ : __ __ __ __ : __ __ 7 Tubuh Belakang / Back Of Torso 15 Paha / Thigh 23 22.01 - 23.00
5 Other Shift Shift Lain __ __ : __ __ __ __ : __ __ 8 Punggung (Tulang) / Back (Spine) 16 Lain-lain / Other Part: ____________ 24 23.01 - 24.00
4. INFORMASI MENGENAI PRAKTISI MEDIS & TEMPAT PERAWATAN / INFORMATION REGARDING MEDICAL PRACTITIONER & MEDICAL FACILITY D
Rujukan Ke Rumah Sakit atau Puskesmas atau Poliklinik Nama Dokter Yang Merawat Perkiraan Hari Hilang Perkiraan Biaya Perawatan Tanda Tangan Dokter
Referred To Hospital or Clinic or Polyclinic Name Of Docter Consulted Estimated Man-days Lost Estimated Treatment Cost Docter's Signature
98
3.6.5 Pengendalian Catatan
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang berkewajiban melakukan
pengendalian catatan untuk membuktikan kesesuaian persyaratan JAMMS dan
persyaratan perundang-undanganan lainnya. Hal tersebut tertuang dalam Documents
and Records Management Procedure (JM-RS-SOP-002) yang dimiliki oleh
JOBPTJM. Dalam prosedur tersebut diterangkan bahwa seluruh catatan yang
berhubungan dengan seluruh departemen yang terdapat pada JOBPTJM harus
disimpan untuk menunjukkan kesesuaian pelaksanaan prosedur dan instruksi kerja
dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Setiap departemen yang berada di bawah
JOBPTJM, termasuk Departemen QHSSE, wajib melaksanakan penilaian kebutuhan
catatan terkait dengan departemennya masing-masing. Setiap catatan harus dapat
diidentifikasi dengan unik. Catatan dapat disimpan dalam bentuk hard copy, video dan
soft copy.
99
peraturan yang berlaku dimana penyimpanan harcopy dipertahankan, dimana tidak
ditentukan dalam daftar master catatan, maka catatan hard copy harus disimpan
minimal 5 tahun. Catatan yang telah mencapai waktu retensi maksimumnya harus
dihapus atau dimusnahkan, disertai dengan persetujuan orang tertuju dalam Records
Master List (JM-RS-FRM-002).
100
Tabel 3.13 Pembagian taggung jawab audit internal (lanjutan)
101
Tim auditor diutus melalui Surat Keputusan (SK) General Manager. Auditor
harus memenuhi persyaratan sesuai dengan matriks kompetensi yang terdapat pada
Lampiran. Kompetensi auditor harus dipelihara melalui pelatihan tahunan dan
melakukan regenerasi tim auditor untuk memastikan kecukupan dan ketersediaan
auditor yang kompeten. Auditor terpilih harus independen dan tidak diperbolehkan
mengaudit areanya sendiri. Untuk memenuhi hal tersebut, kinerja tim audit harus
secara terus-menerus dievaluasi oleh MR berdasarkan manajemen waktu,
kepemimpinan, koordinasi antar anggota audit, peningkatan pengetahuan terhadap
manajemen sistem dan proses serta pemantauan yang efektif terhadap tindakan yang
diambil auditee.
Temuan audit dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu temuan positif,
ketidaksesuaian dan observasi. Observasi merupakan pernyataan rekomendasi, saran
dan potensi ketidaksesuaian terhadap penerapan sistem manajemen K3. Manajer yang
bertanggung jawab atas auditee terkait harus memastikan bahwa perbaikan dan
tindakan perbaikan dilaksanakan tanpa penundaan untuk menghilangkan
ketidaksesuaian yang teridentifikasi dan penyebabnya. Hasil audit akan menjadi salah
satu agenda yang dibahas dalam tinjauan manajemen.
102
3.7 Tinjauan Manajemen
Untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas yang berkesinambungan guna
pencapaian tujuan SMK3 perusahaan, Manajemen Puncak JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang telah menetapkan tinjauan manajemen paling sedikit dilaksanakan 6
bulan sekali. Tata cara pelaksanaan tinjauan manajemen diatur dalam Management
Review Prosedure (JM-RS-SOP-008). Dalam prosedur tersebut tercatat bahwa tinjauan
manajemen puncak harus mencakupi tapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
103
akan dimasukkan dalam rencana divisi K3L, dengan tujuan untuk mencapai
peningkatan bekelanjutan dalam kinerja K3L. Hal-hal yang menjadi masukan pada
pelaksanaan tinjauan manajemen terhadap aspek sistem manajemen K3 adalah sebagai
berikut:
Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk
peningkatan berkelanjutan dan harus mencakup semua keputusan dan tindakan yang
terkait dengan kemungkinan perubahan kinerja K3L, kebijakan dan tujuan K3L,
sumber dana dan elemen lainnya pada sistem manajemen K3L. temuan dan
rekomendasi yang timbul dari JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang dan tinjauan
manajemen harus didistribusikan, dikomunikasikan, dierkan dan digunakan untuk
mengatur strategi dan tujuan K3L di masa depan.
104
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
ISRS seventh edition dikembangkan pada tahun 2005 dan ruang lingkupnya
diperluas melampaui manajemen kesehatan dan keselamatan kerja untuk menangani
praktik terbaik dalam berbagai masalah keberlanjutan yang mencakup pengelolaan
lingkungan, kualitas, keamanan, dan pelaporan keberlanjutan. Kemudian ISRS eight
edition diluncurkan pada tahun 2009. Ruang lingkupnya kembali diperluas untuk
membantu organisasi memperbaiki manajemen keselamatan proses seiring dengan
meningkatnya kekhawatiran industri terhadap peningkatan frekuensi kecelakaan besar.
Banyak organisasi yang memiliki proses dengan potensi terjadinya kecelakaan
keselamatan proses yang signifikan. ISRS eight edition ini juga mencakup pembaruan
untuk mencerminkan perubahan dalam standar internasional termasuk OHSAS
18001:2007, ISO 9001:2008 dan the Global Reporting Initiative 2006.
Sistem manajemen adalah kerangka kontrol untuk mengelola proses kunci, risiko
organisasi dan mendorong perbaikan secara terus-menerus. Sistem manajemen
merupakan hal penting untuk pengoperasian setiap bisnis karena memandu perilaku
personel dalam organisasi karena merupakan alat utama tim manajemen untuk
memastikan operasi yang aman dan berkelanjutan. Pengimplementasian ISRS eight
105
edition memberi pekerja kemampuan yang diperlukan untuk mengukur, memperbaiki
dan menunjukkan implementasi untuk sistem manajemen organisasi. Penerapan ISRS
membantu organisasi untuk : (Det Norske Veritas, 2013)
106
7. Severso II Directive – 96/82/EC – Process Safety Management
8. ISO 31000:2009 – Risk Management
ISRS seventh edition dan ISRS eight edition mengadopsi sebuah struktur
berdasarkan 15 proses yang dapat dilihat dalam Gambar. Dimana disematkan
dalam lingkaran perbaikan berkelanjutan seperti yang umum dalam sistem
manajemen terpadu modern.
107
dan meminimalkan risiko, mengurangi dan mencegah kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta memaksimalkan efisiensi untuk memacu peningkatan daya saing barang dan
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan terlebih untuk mengantisipasi pemberlakuan
sertifikasi K3 ataupun standar K3 secara internasional (Santoso, 2004).
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, SMK3 organisasi tersebut harus memenuhi
kriteria audit SMK3 (Depnaker) yang ditetapkan untuk organisasi kecil, sedang, dan
besar karena bersifat mandatory. Selanjutnya jika organisasi menginginkan sertifikasi
SMK3 yang telah dijalankan, dapat memperolehnya melalui proses audit oleh lembaga
sertifikasi salah satu diantaranya menggunakan standar OHSAS 18001. Dengan
demikian suatu organisasi yang telah mengembangkan dan menerapkan sistem
manajemen K3 seharusnya akan memenuhi kriteria baik menurut SMK3 (Depnaker)
maupun sistem manajemen K3 lainnya seperti OHSAS 18001 (Ramli, 2010).
Standar OHSAS 18001 diperuntukkan bagi setiap organisasi yang ingin menghindari
atau mengurangi risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan yang kemungkinan
terjadi pada pekerja, karyawan, pelanggan atau stakeholder lainnya di setiap aktivitas
organisasi. Banyak organisasi telah memiliki prosedur atau instruksi kerja yang sesuai
dengan kaidah OHSAS 18001 sehingga implementasi sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan dengan kesadaran yang tinggi. Setiap
organisasi yang menerapkan OHSAS 18001 harus memiliki struktur organisasi baku
108
yang secara transparan mengatur wewenang dan tanggung jawab, memiliki target
untuk peningkatan kinerja, dengan mengedepankan pencapaian hasil yang terukur dan
pendekatan yang terstuktur terhadap penanganan masalah yang terjadi. Termasuk di
dalamnya, dalam hal mengawasi implementasi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, proses audit terhadap kinerja sistem manajemen, dan melakukan
tinjauan manajemen terhadap kebijakan dan sasaran organisasi (Anonim, 2012).
109
7. Kepatuhan terhadap kebijakan K3 atau persyaratan lain yang releva untuk diacu
oleh organisasi
110
4. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada
kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organisasi di
lingkungan tempat kerja
5. Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja yang
terkait di dalam kendali organisasi
6. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh
organisasi ataupun pihak lain
7. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi, aktivitas-
aktivitas atau material
8. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara, dan
dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas
9. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian
risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan
10. Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi,
mesin/peralatan, prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk
adaptasinya kepada kemampuan manusia
111
dipertimbangkan dalam membuat, menerapkan, dan memelihara sistem manajemen K3
organisasi.
Salah satu hal yang dituntut untuk mewujudkan Good Corperate Governance
adalah dengan pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan standar
lainnya, perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Sarwono, 2002)
:
1. Membuat daftar dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan lokasi yang
terkena dampak dari kegiatan operasional yang ada
2. Memeriksa dan membuat daftar instansi yang terkait dengan kegiatan
operasional yang ada dan yang berkaitan dengan bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk kepastian akses terhadap peraturan
3. Memeriksa literatur untuk peraturan terkaitdan interpretasinya
4. Hubungan dengan badan atau instansi terkait
5. Memeriksa daftar isi dan pembukaan setiap peraturan baru
6. Menganalisa mendalam kepada bagian peraturan terkait
112
6. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh
organisasi ataupun pihak lain
7. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi, aktivitas-
aktivitas atau material
8. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara, dan
dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas
9. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian
risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan
10. Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi,
mesin/peralatan, prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk
adaptasinya kepada kemampuan manusia
113
penanggung jawab tertinggi, maka manajemen puuncak harus memperlihatkan
komitmennya dengan cara :
114
manusia dan pekerjaan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu
program-program pencegahan kecelakaan juga harus diterapkan dalam pekerjaan
sehari-hari (Sarwono, 2002)
115
2. Peranan dan tanggung jawabnya dan pentingnya dalam mencapai
kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur-prosedur K3 dan dengan
persyaratan sistem manajemen K3, termasuk persyaratan kesiapsiagaan dan
tanggap darurat
3. Konsekuensi potensial dari penyimpangan dari prosedur yang telah
ditetapkan
116
Selain itu, Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk:
4.6.4 Dokumentasi
Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem manajemen yang
harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pembaharuan dalam
pendokumentasian harus diperbaharui dan juga harus jelas agar pengendaliannya dapat
berjalan secara efektif untuk proses dan prosedur dalam kegiatan perusahaan. Dengan
adanya peendokumentasian ini diharapkan mampu mendorong dan mendukung
kesadaran para pekerja atau pegawai dalam tercapainya tujuan utama dari sistem
manajemen K3. Dokumentasi merupakan bentuk dasar untuk memahami sistem
manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan karena mencakup semua dokumen-
dokumen terkait. Selain itu, dokumentasi digunakan untuk mengkomunikasikan proses
dan persyaratan pada organisasi serta keefektifan penerapannya. Dalam sistem
manajemen K3 terdapat hirarki dokumen yang terbagi menjadi beberapa level yakni
(Suardi, 2005):
117
1. Manual SMK3, yaitu adalah dokumen level 1 dalam SMK3 yang berisi
mengenai pokok pokok persyaratan OHSAS 18001:2007 dan bagaimana
perusahaan dapat memenuhi persyaratan tersebut.
2. Prosedur K3, yaitu dokumen level 2 yang berisi petunjuk melakukan
aktivitas atau proses yang terkait dengan K3 di perusahaan
3. Instruksi Kerja K3, yaitu dokumen level 3 ini berisi mengenai petunjuk
teknis untuk melakukan pekerjaan terkait dengan SMK3.
4. Rekaman, yaitu contoh laporan atau formulir yang harus tersedia dalam
penerapan sistem manajemen K3 perusahaan
119
1. Kendali-kendali operasional, sesuai keperluan organisasi dan aktivitas-
aktivitasnya, organisasi harus mengintegrasikan kendali-kendali
operasionalnya ke dalam sistem manajemen K3 secara keseluruhan.
Pengendalian terkait pembelian material, peralatan dan jasa-jasa
2. Pengendalian terkait para kontraktor dan tamu-tamu lain ke tempat kerja
3. Mendokumentasikan prosedur-prosedur, mencakup situasi-situasi di mana
ketiadaannya dapat menyebabkan penyimpangan-penyimpangan dari
kebijakan dan tujuan-tujuan K3
4. Kriteria-kriteria operasi yang telah ditetapkan di mana ketiadaannya dapat
menyebabkan penyimpangan-penyimpangan dari kebijakan dan tujuan-
tujuan K3.
120
Gambar 4.4 Pengelolaan operasi manajemen K3
(Sumber: Suardi, 2005)
122
Jika peralatan pemantauan digunakan untuk mengukur dan memantau kinerja,
organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk kalibrasi dan pemeliharan
peralatan tersebut, sesuai keperluan. Catatan hasil kalibrasi dan pemeliharaan dan
hasil-hasil harus disimpan.
Penyelidikan ini harus dilakukan dalam waktu yang terukur. Setiap tindakan
perbaikan yang diambil atau kesempatan untuk melakukan tindakan pencegahan harus
terkait dan sesuai dengan ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan tindakan
pencegahan. Hasil dari penyelidikan insiden harus didokumentasikan dan dipelihara.
123
3. Mengidentifikasi peluang untuk tindakan pencegahan
4. Mengidentifikasi peluang untuk perbaikan berkelanjutan
5. Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dimaksud
124
a. Sesuai dengan pengaturan yang direncanakan untuk manajemen K3,
termasuk persyaratan Standar OHSAS
b. Telah diterapkan dan dipelihara secara baik
c. Efektif memenuhi kebijakan dan tujuan organisasi
1. Hasil audit internal dan evaluasi kesesuaian dengan peraturan perundangan dan
persyaratan lain yang relevan di mana organisasi menerapkannya
2. Hasil dari partisipasi dan konsultasi
3. Komunikasi yang berhubungan dengan pihak eksternal terkait termasuk
keluhan-keluhan
125
4. Kinerja K3 organisasi
5. Tingkat pencapaian tujuan
6. Status penyelidikan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan
7. Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya
8. Perubahan yang terjadi, termasuk perkembangan dalam peraturan perundangan
dan persyaratan lain terkait K3
9. Rekomendsi peningkatan
Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk
peningkatan berkelanjutan dan harus termasuk setiap keputusan dan tindakan yang
terkait dengan kemungkinan perubahan:
1. Kinerja K3
2. Kebijakan dan tujuan K3
3. Sumber daya
4. Elemen lain sistem manajemen K3
Hasil yang relevan dengan tinjauan manajemen harus disediakan untuk kebutuhan
komunikasi dan konsultasi.
126
BAB V
127
Tabel 5.1 Korelasi SMK3 JOB PTJM dan OHSAS 18001:2007
128
Untuk mendapatkan sertifikasi OHSAS 18001:2007, JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang harus memiliki prosedur-prosedur yang disyaratkan di dalam klausul
OHSAS 18001 yang diterapkan secara baik dan benar di lapangan guna menjaga
keberjalanan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 perusahaan. Keuntungan lainnya dari
sertifikasi OHSAS 18001:2007 yang dimiliki oleh perusahaan adalah meningkatnya
rasa percaya klien dan pihak penting terkait lainnya kepada perusahaan dan juga dapat
menarik potensi hubungan dengan klien atau pihak penting baru sehingga kegiatan
bisnis JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang akan berjalan lebih lancar.
Kelengkapan dokumen-dokumen persyaratan OHSAS 18001:2007 yang dimiliki oleh
JOB PTJM dapat dilihat pada Tabel 5.2.
EVIDENCE
OHSAS 18001:2007
NAMA KODE
4.1 Persyaratan Umum Manual Management JM-HSE-GEN-MAN-00001
System
4.2 Kebijakan K3 Kebijakan Sistem
Manajemen Ekselen -
Operasi Jambi Merang
4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi Bahaya, Risk Management JM-RS-SOP-001
Penilaian Resiko, dan
Penetapan Pengendalian
4.3.2 Peraturan Perundangan Identifikasi dan JM-HS-SOP-004
dan Persyaratan Lainnya Evaluasi Penataan
4.3.3 Tujuan dan Program Manual Management JM-HSE-GEN-MAN-00001
System
4.4 Penerapan dan Operasi
4.4.1 Sumber Daya, Peran,
Tanggung Jawab, Akuntabilitas
dan Wewenang
4.4.2 Kompetensi, Pelatihan Talent Management JM-BS-SOP-009
dan Kepedulian Procedure
Prosedur Pelatihan JM-BS-SOP-008
Pekerja
4.4.3 Komunikasi, Partisipasi Prosedur Komunikasi, JM-BS-SOP-031
dan Konsultasi Partisipasi dan
Konsultasi
4.4.4 Dokumentasi Document Masterlist JM-RS-FRM-002C
4.4.5 Pengendalian Dokumen Document and Records JM-RS-SOP-004
Management
129
Tabel 5.2 Kelengkapan dokumen persyaratan OHSAS 18001:2007 JOB PTJM
(lanjutan)
EVIDENCE
OHSAS 18001:2007
NAMA KODE
4.4.6 Pengendalian Operasional Contractor JM-RS-SOP-011
Management System
Procedure
Simultaneous JM-HS-SOP-007
Operation
Personal Protective JM-HS-SOP-004
Equipment Procedure
Permit To Work JM-HS-SOP-002
Procedure
4.4.7 Kesiapsiagaan Emergency Response JM-HS-SOP-010
Procedure
dan Tanggap Darurat Emergency Response JM-HS-SSP-001
Risk Assessment
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pemantauan dan QHSSE Inspection JM-HS-SOP-006
Pengukuran Kinerja
4.5.2 Evaluasi Kesesuaian Compliance JM-RS-SOP-004
Management
4.5.3 Penyelidikan Insiden, Learning From Events JM-RS-SOP-003
Ketidaksesuaian, and Success
Tindakan Perbaikan dan Pengendalian JM-RS-SOP-005
Pencegahan Ketidaksesuaian, tindak
lanjut dan analisis data
Action Tracking JM-RS-SOP-010
4.5.4 Pengendalian Catatan Document and Records JM-RS-SOP-004
Management
Records Masterlist JM-RS-FRM-002C
4.5.5 Audit Internal Internal Audit JM-RS-SOP-007
4.6 Tinjauan Manajemen Management Review JM-RS-SOP-008
130
Tabel 5.3 Checklist kesesuaian OHSAS 18001:2007 dan implementasi lapangan
Implementasi di Lapangan
Tidak
OHSAS 18001:2007 Memenuhi
Memenuhi
Dapat
Cukup
Ditingkatkan
4.3. Perencanaan
4.3.1. Identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan penetapan √
pengendalian
4.3.2. Peraturan perundangan
√
dan persyaratan lainnya
4.3.3. Tujuan dan program √
4.4. Penerapan dan operasi
4.4.1. Sumberdaya, peran,
tanggung jawab, akuntabilitas, √
dan wewenang
4.4.2. Kompetensi, pelatihan,
√
dan kepedulian
4.4.3. Komunikasi, partisipasi
√
dan konsultasi
4.4.4. Dokumentasi √
4.4.5. Pengendalian dokumen √
4.4.6. Pengendalian operasional √
4.4.7. Kesiapsiagaan dan
√
tanggap darurat
4.5. Pemeriksaan
4.5.1. Pemantauan dan √
pengukuran kinerja
4.5.2. Evaluasi kesesuaian √
4.5.3. Penyelidikan insiden,
ketidaksesuaian, tindakan √
perbaikan dan pencegahan
4.5.4. Pengendalian Catatan √
4.5.5. Audit Internal √
4.6. Tinjauan Manajemen √
131
5.2 ISRS dan OHSAS 18001:2007 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
Sejak tahun 2015, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang menerapkan sistem
yang terintegrasi dan berkelanjutan demi kelancaran keberjalanan proses bisnisnya,
yaitu International Sustainability Rating System (ISRS) 8th Edition. ISRS merupakan
sebuah alat untuk menilai keefektifan dan keberlanjutan dari sistem manajemen yang
dimiliki oleh suatu perusahaan, khususnya terkait aspek-aspek Quality, Health, Safety,
Security dan Environment (QHSSE). Masa berlaku sertifikat ISRS adalah satu tahun,
sehingga harus dilakukan sertifikasi setiap tahunnya yang ditandai dengan penerbitan
sertifikat ISRS dengan level satu hingga sepuluh, tergantung ketercapaian perusahaan
terhadap persyaratan ISRS. Level tersebut menunjukkan presentase ketercapaian
perusahaan terhadap proses-proses yang menjadi persyaratan ISRS. Saat ini, JOB
PTJM telah mendapatkan sertifikat ISRS 8th Edition Level 7 (tujuh). Level 7 tersebut
diperoleh dari kinerja sistem manajemen JOB PTJM yang telah mencapai 70,7%,
dimana nilai tersebut berada di antara 70% dan 80%.
132
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007
133
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 (lanjutan)
134
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 (lanjutan)
135
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 (lanjutan)
136
Walaupun telah menetapkan ISRS, JOB PTJM tetap menjalani sertifikasi OHSAS
18001:2007 untuk memastikan bahwa keberjalanan Sistem Manajemen K3 perusahaan
sesuai dengan standar internasional lainnya. OHSAS 18001:2007 merupakan salah satu
dasar yang digunakan dalam penyusunan ISRS, sehingga setiap klausul yang terdapat
pada dokumen OHSAS 18001:2007 dijadikan dasar dari beberapa proses-proses ISRS
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Sertifikat ISRS Level 7 menandakan bahwa
perusahaan telah mencapai syarat-syarat ISRS sebanyak 70%, namun presentase
tersebut merupakan rata-rata dari keseluruhan penilaian proses. Apabila diselidiki
terhadap masing-masing proses, masih terdapat proses yang berada di bawah 70%.
Pada Tabel 5.4 tersedia proses-proses yang berkaitan dengan masing-masing klausul
pada dokumen OHSAS 18001:2007 beserta nilainya. Apabila nilai dari proses-proses
ISRS tersebut diproyeksikan menjadi nilai masing-masing klausul OHSAS
18001:2007, terdapat 7 (tujuh) klausul yang memiliki nilai di bawah skala (level) 7.
Nilai klausul tersebut didapatkan dengan merata-ratakan proses-proses yang
berhubungan pada setiap klausul. Berikut merupakan contoh perhitungan beserta
penjelasan untuk proyeksi nilai subproses ISRS terhadap klausul 4.3.1 Identifikasi
Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian :
Subproses ISRS yang berhubungan dengan klausul 4.3.1 adalah 3.1 Identifikasi dan
Evaluasi Bahaya Kesehatan; 3.2 Identifikasi dan Evaluasi Bahaya Keselamatan; 4.6
Manajemen Perubahan Organisasi; 9.1 Pengendalian Bahaya Kesehatan; 9.2
Pengendalian Bahaya Keselamatan dan 10.9 Manajemen Perubahan Rekayasa. Nilai
presentase dari masing-masing subproses tersebut ditambahkan, kemudian dibagi 6
(enam), sesuai dengan jumlah subproses yang berkaitan dengan klausul tersebut.
Kemudian nilai rata-rata klausul OHSAS 18001:2007 tersebut dibuat menjadi skala
atau level. Level dibuat dengan rentang satu hingga sepuluh (1-10) sehingga sama
dengan rentang level yang digunakan oleh sistem penilaian ISRS dan keduanya dapat
dibandingkan secara jelas. Level 1 didapatkan apabila rata-rata ketercapaian subproses
137
ISRS berada pada rentang 10% hingga 20%, Level 2 didapatkan apabila rata-rata
ketercapaian subproses lebih dari sama dengan 20% dan kurang 30% dan seperti itu
seterusnya hingga Level 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Klausul 4.3.1 berada
pada Level 7, karena rata-rata presentase ketercapaian subprosesnya memiliki nilai
lebih dari sama dengan 70% namun kurang dari 80%. Setelah nilai setiap klausul
dihitung, nilai keseluruhan OHSAS 18001:2007 dapat ditentukan melalui rata-rata nilai
presentase dari masing-masing klausul yang telah ditentukan sebelumnya. Proyeksi
nilai menunjukkan bahwa nilai keseluruhan OHSAS 18001:2007 adalah 64,8%.
Artinya tingkatan OHSAS 18001:2007, apabila diproyeksikan berdasarkan nilai ISRS,
berada pada level 6. Nilai ini berada di bawah nilai rata-rata ISRS yang berada pada
level 7. Salah satu penyebab hal ini adalah pada klausul-klausul dengan nilai di bawah
rata-rata terdapat subproses ISRS yang ketercapaiannya berada di bawah 70%.
Berdasarkan proyeksi nilai ISRS ke dalam OHSAS 18001:2007, berikut merupakan
daftar klausul yang memiliki level di bawah 7 :
4.4.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
4.4.4 Dokumentasi
4.4.5 Pengendalian Dokumen
4.4.6 Pengendalian Operasional
4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
4.5.2 Evaluasi Kesesuaian
4.5.4 Pengendalian Rekaman
4.6 Tinjauan Manajemen
Analisis dan evaluasi mengenai klausul-klausul ini akan dibahas lebih lanjut pada
subbab selanjutnya.
138
5.3 Kebijakan K3
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah mendefinisikan Kebijakan K3 dalam
“Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi Jambi Merang” yang menyediakan
garis-garis pedoman untuk menyusun, mengimplementasikan dan meningkatkan
Sistem Manajemen K3. Pada dokumen OHSAS 18001:2007 klausul Kebijakan K3
poin a dan b tertera bahwa kebijakan K3 organisasi harus sesuai dengan sifat dan skala
risiko-risiko K3 organisasi serta mencakup suatu komitmen untuk pencegahan cidera
dan sakit penyakit serta peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3. Syarat
tersebut telah tertuang dalam Kebijakan K3 perusahaan pada poin nomor 2 dan 3, yang
berbunyi :
139
Safety Management (PSM) dimana akan ditinjau secara periodik sehingga Continual
Improvement Program dapat berjalan agar tujuan-tujuan K3 selalu terpenuhi.
9%
Ya
Tidak
91%
140
Pertanyaan Apakah Kebijakan Sistem Manajemen
Ekselen Operasi Jambi Merang sudah
disosialisasikan?
41% Ya
59% Tidak
Dari kedua grafik tersebut terlihat bahwa 91% karyawan JOB PTJM telah
menyetujui bahwa kebijakan K3 perusahaan telah disosialisasikan, namun terdapat
41% kontraktor yang mengatakan bahwa kebijakan K3 perusahaan belum
disosialisasikan. Artinya, JOB PTJM telah melakukan komunikasi mengenai kebijakan
K3 dengan baik kepada karyawannya, namun masih dapat ditingkatkan lagi untuk
meningkatkan sosialisasi Kebijakan K3 perusahaan terhadap kontraktor.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, secara garis besar manajemen
puncak JOB PTJM telah mendefinisikan, menyetujui kebijakan K3 perusahaan dan
memastikan bahwa kebijakan K3 tersebut berada di dalam ruang lingkup dari sistem
manajemen K3. Namun hal tersebut masih dapat ditingkatkan melihat dari kalimat
yang tertera pada “Sistem Manajemen Ekselen Operasi Jambi Merang” yang dimiliki
oleh JOB PTJM, yaitu bahwa mitra kerja di semua area kegiatan bertanggung jawab
untuk melaksanakan dan menaati kebijakan tersebut. Maka disarankan kepada JOB
PTJM untuk melakukan sosialisasi kembali kepada kontraktor yang berkerja di area
operasi perusahaan mengenai kebijakan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan,
termasuk salah satunya kebijakan K3 perusahaan.
141
5.4 Perencanaan Sistem Manajemen K3
5.4.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian
Pada klausul 4.3.1. OHSAS 18001:2007 tertera bahwa perusahaan harus
membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang
ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Menurut standar
OHSAS 18001:2007 pembuatan prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko
mempunyai banyak aspek yang perlu dipertimbangkan agar prosedur dapat dikatakan
layak untuk digunakan.
142
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya
Bahaya Potensi
No Departemen Aktivitas Risiko
Health Safety Kerugian
143
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya (lanjutan)
Potensi
No Departemen Aktivitas Bahaya Risiko
Kerugian
Perawatan
Pekerja terkena
taman
5 Business Support - Benda tajam alat pemotong Luka, cidera
(memotong
rumput
rumput dll)
Peralatan
Kalibrasi Alat terlepas dan Luka, cidera,
7 Maintanance - Tekanan tinggi
Bertekanan mengenai fatality
pekerja
Terhirup uap
Iritasi kulit,
Pengecatan cat/thinner,
8 Maintanance Bahan kimia - gangguan
pipa terpapar
pernafasan
cat/thinner
Kebakaran,
Tekanan
sambungan hose
Pengecatan tinggi, material
9 Maintanance - terlepas dan cidera, fatality
pipa mudah
mengenai
terbakar
pekerja
144
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya (lanjutan)
Potensi
No Departemen Aktivitas Bahaya Risiko
Kerugian
perawatan
Pekerja terkena
instrumen Air bertekanan
10 Maintanance - air dengan cidera, fatality
pemadam tinggi
tekanan tinggi
kebakaran
Flushing pipa
Gangguan
gas dan Gangguan
11 Piping Kebisingan - pendengaran
kondensat pendengaran
pada pekerja
dengan udara
Sambungan hose
Flushing pipa
Tekanan terlepas dan
gas dan Cidera, luka
12 Piping - tinggi, listrik mengenai
kondensat bakar, fatality
tegangan tinggi pekerja, pekerja
dengan udara
terkena setrum
Terdapat
Gangguan
Procurement & banyak burung Kotoran Pekerja terpapar
13 - pernafasan,
Logistic pada Main burung kotoran burung
penyakit kulit
Warehouse
Tekanan
tinggi, nyala
Kebakaran,
14 Operation Sistem Flare - api, proses
meledak
pembakaran
tidak sempurna
145
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya (lanjutan)
Potensi
No Departemen Aktivitas Bahaya Risiko
Kerugian
Tekanan
tinggi, nyala
Kebakaran,
14 Operation Sistem Flare - api, proses
meledak
pembakaran
tidak sempurna
Pekerja terpapar
hidrokarbon /
15 Operation Sistem Hot Oil Bahan Kimia -
bahan kimia
berbahaya
Temperatur
tinggi, bahan Kebakaran, Cidera, Sakit,
16 Operation Sistem Hot Oil -
mudah ledakan Fatality
terbakar
Suara alat
melebihi ambang
Gangguan
batas kebisingan,
Kebisingan, pendengaran,
17 Piping Sand Blasting - debu terhirup
Debu pernafasan dan
pekerja, debu
penglihatan
mengenai mata
pekerja
146
5.4.2 Evaluasi Bahaya Lingkungan
Lingkungan merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian-
kerugian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Oleh karena itu, JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melaksanakan kegiatan pemantauan
lingkungan secara rutin. Periode pemantauan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali
selama tahap operasi berlangsung. Pemantauan lingkungan dilakukan terhadap kualitas
udara, tingkat kebisingan, kualitas air, keragaman biota perairan, reklamasi/revegetasi
lahan, subsidensi lahan gambut serta sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar.
Setiap aspek lingkungan tersebut dipantau pada titik-titik yang sudah ditentukan
sebelumnya, sebagai contoh lokasi pemantauan terhadap kualitas udara pada JOB
PTJM dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Lokasi Titik Pemantauan Kualitas Udara Emisi JOB PTJM
Koordinat
No Lokasi
S E
1 Micro Turbine Generator 02o 02’ 14,2” 103o 52’ 38,8”
2 Micro Turbine Generator B 02o 02’ 14,1” 103o 52’ 39,7”
3 Micro Turbine Generator C 02o 02’ 14,4” 103o 52’ 39,6”
4 Micro Turbine Generator D 02o 02’ 39,5” 103o 52’ 39,5”
5 Micro Turbine Generator E 02o 02’ 14,9” 103o 52’ 39,3”
6 Sales Gas Compressor A 02o 06’ 06,9” 103o 47’ 49,5”
7 Sales Gas Compressor B 02o 06’ 06,4” 103o 47’ 50,5”
8 Hot Oil Heater A 02o 06’ 08,5” 103o 47’ 50,6”
9 Hot Oil Heater B 02o 06’ 08,0” 103o 47’ 50,5”
10 Reagen Gas Heater 02o 06’ 03,2” 103o 47’ 50,1”
11 TEG Boiler 02o 02’ 15,3” 103o 52’ 40,6”
12 Thermal Oxidizer 02o 06’ 03,7” 103o 47’ 52,2”
13 Flaring SK-75-S-01 02o 06’ 03,1” 103o 47’ 51,5”
14 Flaring PG-75-S-01 02o 02’ 14,5” 103o 52’ 41,1”
(Sumber : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)
147
Pemantauan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan
dan persyaratan berlaku yang relevan, seperti untuk kualitas udara digunakan baku
mutu Permen LH No. 13 Tahun 2009 dan Pergub Sumatera Selatan No. 6 Tahun 2012.
Salah satu parameter pemantauan kualitas udara emisi yang disyaratkan oleh kedua
peraturan tersebut adalah partikulat, maka hasil pemantauan konsentrasi partikulat
pada proses pembakaran turbin gas di JOB PTJM dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Pada Gambar 5.3 terlihat hasil pemantauan konsentrasi TSP di berbagai lokasi
dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan. Hasil pemantauan terhadap kualitas
udara periode semester I tahun 2016 menujukan adanya perbaikan konsentrasi Total
Suspended Particulate (TSP) di lokasi studi. Konsentrasi TSP sebelumnya dalam
pemantauan periode semester II tahun 2015 tercatat adanya lonjakan yang sangat tinggi
di semua lokasi hingga melebihi baku mutu, hal ini disebabkan oleh tingginya debu di
udara akibat dari kebakaran hutan. Tetapi pada pemantauan semester I tahun 2016
konsentrasi TSP kembali pada kisaran baku mutu. Hal tersebut menujukan
keberhasilan program pengelolaan dampak penurunan kualitas udara. Pengendalian
yang dilakukan untuk menurunkan konsentrasi TSP tersebut menggunakan metode
basah, yaitu melakukan penyiraman jalan akses secara berkala. Metode penyiraman
jalan ini menyebabkan partikulat yang terdapat di udara terperangkap ke dalam butiran-
148
butiran air dan ikut jatuh ke permukaan tanah. Selain itu, JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang juga melakukan perawatan secara rutin terhadap tanaman penyerap gas
emisi dan tanaman yang ada di sekitar lokasi kegiatan untuk menjaga agar kualitas di
daerah operasi perusahaan tetap berada dalam kondisi baik.
149
hasil pemantauan lingkungan yang akan dikomunikasikan kepada pihak eksternal,
melainkan mencari rekomendasi yang dapat mengendalikan dampak yang mungkin
timbul akibat penyimpangan tersebut. Namun terdapat kekurangan sumber daya
manusia dalam proses penyusunan hasil pemantauan lingkungan ini. Akan lebih baik
apabila perusahaan melengkapi jabatan-jabatan yang tidak terisi sehingga evaluasi
terhadap bahaya lingkungan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
150
random sampling referensi yang tercantum pada Personal Protective Equipment
Procedure (JM-HS-SOP-004) :
Tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh JOB PTJM telah sesuai dengan peraturan
perundangan dan kebijakan K3 yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari
sasaran mengenai Risk Management Implementation yang tercantum pada KPI QHSSE
Manager karena pada Kebijakan K3 dinyatakan bahwa perusahaan harus menerapkan
Sistem Manajemen Risiko sebagai jaminan bahwa seluruh risiko dikendalikan secara
efektif. Dalam menyusun tujuan K3 yang tercantum dalam KPI tersebut perusahaan
juga telah mempertimbangkan aspek teknlogi, keuangan, persyaratan operasional dan
bisnis. Hal ini dapat dilihat bahwa indikator kinerja utama KPI QHSSE Manager tidak
hanya melingkupi tujuan K3 namun juga dikaitkan dengan target finansial, operasional,
dan lain-lain.
152
Gambar 5.4 KPI QHSSE Manager JOB PTJM
153
5.5 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
5.5.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang
Untuk memenuhi persyaratan klausul 4.4.1, manajemen puncak JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menunjukkan komitmennya dalam
melaksanakan K3 dan SMK3 perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari pembagian peran
dan tanggung jawab masing-masing manajer terkait K3 dan SMK3 pada prosedur-
prosedur yang dimiliki oleh perusahaan. Komitmen manajemen puncak juga dapat
dilihat dari penyediaan sumber daya khusus menangani persoalan SMK3L perusahaan,
yaitu QHSSE Manager dan QHSSE Department.
154
5.5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki prosedur untuk memastikan
semua orang yang bekerja di bawah pengendaliannya peduli akan peran dan tanggung
jawabnya dalam mencapai kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur-prosedur K3,
prosedur tersebut adalah Prosedur Pelatihan Pekerja (JM-BS-SOP-008). Prosedur ini
merupakan acuan untuk mengatur tata cara pelaksanaan pelatihan pekerja di
lingkungan perusahaan dan juga sebagai dasar bagi perusahaan untuk melakukan
pengembangan kompetensi pekerja, termasuk salah satunya dalam hal K3.
155
3. Perusahaan telah melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan bagi
karyawannya.
Namun terdapat beberapa peningkatan yang dapat dilakukan dilihat dari nilai
klausul 4.4.2 pada Tabel 5.4 berada di bawah 70%. Walau JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang telah melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan untuk karyawannya,
namun perusahaan tidak melaksanakan identifikasi ulang apabila terdapat karyawan
baru. Setiap karyawan memiliki kompetensi yang berbeda-beda, kompetensi karyawan
baru pasti berbeda dengan kompetensi karyawan lama yang digantikan olehnya. Maka
dari itu, ada baiknya bahwa setiap terdapat karyawan baru, analisis kebutuhan pelatihan
dilaksanakan ulang dan secepatnya sehingga dapat dibuat jadwal baru untuk
pelaksanaan pelatihan bagi karyawan baru tersebut.
156
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah memiliki sebuah prosedur untuk
memenuhi syarat OHSAS 18001:2007 tersebut, yaitu Prosedur Komunikasi, Partisipasi
dan Konsultasi (JM-BS-SOP-031). Pada prosedur tersebut dijelaskan mengenai
komunikasi internal dan komunikasi eksternal seperti yang disyaratkan oleh OHSAS
18001:2007. Komunikasi internal mengenai aspek-aspek K3 yang telah diterapkan
pada perusahaan adalah melalui rapat, seperti Toolbox Meeting, Safety Stand Down
Meeting, Safety Moment Meeting, sosialisasi kebijakan QHSSE, Safety Induction, dan
lain-lain. Rapat-rapat tersebut dilakukan untuk memastikan kepada seluruh karyawan
mengenai aspek-aspek K3 yang perlu diperhatikan pada area operasi.
157
dapat ditingkatkan lagi. Walaupun perusahaan telah melakukan dokumentasi proses
komunikasi perusahaan, salah satunya dengan daftar hadir rapat, sebaiknya perusahaan
tetap mencantumkan keharusan untuk mendokumentasikan proses komunikasi pada
Prosedur Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi (JM-BS-SOP-031) sebagaimana
yang disyaratkan pada subklausul 4.4.3.1 Komunikasi.
5.5.4 Dokumentasi
Klausul 4.4.4 pada Dokumen OHSAS 18001 mengatakan bahwa dokumentasi
organisasi harus mencakup kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, program, penjelasan
tentang ruang lingkup sistem manajemen K3, serta penjelasan elemen inti sistem
manajemen k3 dan interaksinya untuk memastikan perencanaan, operasi dan
pengendalian proses yang berhubungan dengan pengendalian risiko-risiko K3 berjalan
dengan efektif. Dalam memenuhi persyaratan klausul OHSAS 18001:2007 tersebut,
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melakukan dokumentasi terhadap
dokumen dan rekaman pengelolaan K3 yang sesuai dengan persyaratan OHSAS
18001:2007.
158
5.5.5 Pengendalian Dokumen
Dokumen yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3 dalam standar OHSAS
18001:2007 harus dikendalikan agar pembuatan, pengubahan, penyimpanan dan akses
dokumen dapat mempermudah pelaksanaan sistem manajemen K3. Untuk memenuhi
syarat tersebut, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menciptakan dan
menetapkan prosedur Document and Records Management (JM-RS-SOP-002).
Klausul 4.4.5 OHSAS 18001:2007 mensyaratkan prosedur untuk menyetujui
kecukupan dokumen-dokumen sebelum diterbitkan. Pada prosedur Document and
Records Management (JM-RS-SOP-002) tersebut tertulis bahwa sebelum
diberlakukan, semua dokumen harus disiapkan, ditinjau ulang dan disetujui terlebih
dahulu. Dokumen harus ditandatangani oleh pembuat dokumen, Departement
Manager dan General Manager. Dokumen harus ditinjau maksimal dua tahun sekali
apabila tidak terdapat perubahan dalam proses bisnis yang berhubungan dengan
dokumen terkait.
159
controller pada masing-masing departemen yang bertanggung jawab dalam
pengendalian dokumen. Namun kenyataannya, document controller di JOB PTJM
menjadi tanggung jawab karyawan yang memiliki tanggung jawab lain selain menjadi
document controller. Sehingga karyawan tersebut tidak sepenuhnya dapat mengikuti
perubahan, pembuatan dan tanggal kadaluarsa dokumen. Sebaiknya JOB PTJM
mengadakan seorang document controller untuk setiap departemen sehingga dokumen-
dokumen perusahaan dapat lebih terkendali. Berdasarkan hasil pengamatan, secara
garis besar JOB Pertamina-Talisman telah memenuhi persyaratan-persyaratan klausul
4.4.5 OHSAS 18001:2007, namun masih terdapat beberapa hal yang dapat ditingkatkan
demi mencapai pengendalian dokumen sistem manajemen K3 yang lebih baik.
160
a. Informasi mengenai hasil tes;
b. Saran kesesuaian ukuran, penggunaan, pembersihan, pemeliharaan dan
penyimpanan APD
c. Ketersediaan ukuran
d. Demonstrasi APD
e. Percepatan penggantian APD cacat
Pengendalian terkait para kontraktor dan tamu-tamu lain ke tempat kerja telah
dilakukan oleh perusahaan melalui pembuatan dan pelaksanaan Contractor
Management System Procedure dan Minimum Entry Procedure (JM-HS-SOP-011).
Namun dalam pelaksanaannya masih dapat dilakukan tindakan perbaikan untuk
mencapai continual improvement dari sistem manajemen K3 perusahaan. Perusahaan
belum menetapkan ID Card dengan akses yang berbeda-beda untuk area yang berbeda.
Misalnya, kontraktor yang memiliki akses untuk ke Gas Plant seharusnya memiliki ID
Card dengan warna yang berbeda untuk kontraktor yang memiliki akses untuk ke
Warehouse. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontraktor melakukan hal yang berada
di luar kemampuannya, sehingga keamanan dan keselamatan kontraktor dapat lebih
dijamin oleh perusahaan.
Selain itu, ada baiknya dilakukan pengecekan APD secara berkala kepada
karyawan JOB PTJM dan kontraktor karena ditemukan beberapa kontraktor dan
karyawan dengan APD yang sudah tidak layak pakai, misalnya robek atau bahan sudah
tipis karena terlalu sering dicuci seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.4.
162
oleh OHSAS 18001:2007, maka perusahaan harus menerapkannya dengan baik dan
benar. Kenyataannya, simulasi tanggap darurat untuk Level 1 (satu) dan Level 3 (tiga)
sudah tidak diimplementasikan dengan baik oleh JOB PTJM. Apabila JOB PTJM
berniat untuk terus menerapkannya maka ada baiknya pelaksanaan simulasi dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ada. Apabila dianggap tidak perlu, maka ketentuan
simulasi tanggap darurat pada Emergency Response Procedure (JM-HS-SOP-010)
perlu ditinjau ulang agar sesuai dengan komitmen perusahaan.
163
perusahaan. Untuk memastikan pemenuhan persyaratan klausul ini, dibuat kuisioner
yang menanyakan rutin atau tidaknya kegiatan inspeksi terhadap besaran-besaran K3
kepada 47 (empat puluh tujuh) karyawan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang.
Data yang dihasilkan dari penyebaran kuisioner tersebut dapat dilihat pada Gambar
40 47 47
43 39
20
0
Safety Inspection Safety Patrol
Jenis Kegiatan
164
5.6.2 Evaluasi Kesesuaian
Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.2 untuk memastikan
bahwa organisasi konsisten dengan komitmennya untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya, organisasi harus menetapkan,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara periodik mengevaluasi
kepatuhannya kepada peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan.
Organisasi dapat menggabungkan evaluasi tersebut dengan evaluasi penataan,
peraturan, perundang-undangan atau menetapkan prosedur yang terpisah dimana
rekaman-rekaman hasil evaluasi berkala tersebut harus disimpan oleh organisasi.
165
5.6.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
Berdasarkan OHSAS 18001:2007 disyaratkan bahwa perusahaan harus
melakukan identifikasi terhadap penyebab-penyebab penyimpangan K3 dan
ketidaksesuaian terhadap peraturan perundangan, identifikasi perbaikan dan
pencegahan serta peningkatan berkelanjutan terhadap penyebab-penyebab
penyimpangan tersebut. Kemudian perusahaan juga harus mengkomunikasikan hasil
penyelidikan tersebut kepada pihak-pihak yang relevan.
166
Masterlist (JM-RS-FRM-002D) bahwa hanya sedikit rekaman yang teridentifikasi
seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 5.6 Berikut
167
Pertamina-Talisma Jambi Merang memiliki sebuah prosedur yang mengatur mengenai
perencanaan dan pelaksanaan audit internal, yaitu Internal Audit Procedure (JM-RS-
SOP-007). Pada prosedur tersebut dijelaskan mengenai tanggung jawab, kompetensi
dan persyaratan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
168
5.7 Tinjauan Manajemen
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melaksanakan rapat tinjauan
manajemen secara berkala, yaitu setiap 1 (satu) tahun 1 (satu) kali. Pada rapat tinjauan
manajemen ini, manajemen puncak perusahaan meninjau sistem manajemen K3 dan
lingkungannya. Dimana dari pelaksanaan rapat ini dihasilkan rekomendasi-
rekomendasi untuk peningkatan berkelanjutan terhadap sistem manajemen K3 dan
lingkungan perusahaan.
169
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil temuan dan observasi
penulis selama melaksanakan Kerja Praktik di Joint Operating Body Pertamina-
Talisman Jambi Merang :
170
beberapa karyawan. Pelaporan hasil evaluasi kondisi lingkungan kepada
pihak eksternal terhambat karena tidak tersedia sumber daya manusia yang
cukup dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
c. Klausul 4.4.2 mengenai kompetensi, pelatihan dan kepedulian. Belum ada
karyawan dari Human Resource Function yang memiliki tanggung jawab
untuk meninjau lembar evaluasi pelatihan dan rangkuman materi pelatihan
yang telah dikumpulkan. Sehingga evaluasi pelatihan belum terlaksana
dengan baik.
d. Klausul 4.4.5 mengenai pengendalian dokumen. Terdapat poin pada
prosedur Documents and Records Management (JM-RS-SOP-002) yang
kurang diimplementasikan dengan baik, yaitu tidak terdapat pengontrol
dokumen untuk tiap-tiap departemen tsehingga tidak terdapat personel yang
mengendalikan dokumen per departemen.
e. Klausul 4.4.6 mengenai pengendalian operasional. Perusahaan belum
memiliki sistem yang mengatur akses kontraktor pada area lapangan JOB
PTJM. Selain itu ditemukan beberapa kontraktor dan karyawan
mengenakan APD yang sudah tidak layak dipakai ketika bekerja.
f. Klausul 4.4.7 mengenai kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Simulasi
tanggap darurat tidak dilaksanakan secara rutin.
g. Klausul 4.5.1 mengenai pemantauan dan pengukuran kinerja. JOB PTJM
belum memiliki dokter perusahaan atau karyawan dengan kompetensi dan
kapabilitas untuk meninjau laporan hasil pemeriksaan kesehatan.
h. Klausul 4.6 mengenai tinjauan manajemen. Belum tersedia bukti bahwa
hasil rapat tinjauan manajemen sudah dikomunikasikan kepada seluruh
personel yang relevan.
171
6.2 Saran
Berikut merupakan masukan yang mungkin dapat menjadi solusi untuk
menyempurnakan sedikit permasalahan dan evaluasi terkait penerapan sistem
manajemen K3 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang :
172
DAFTAR PUSTAKA
Det Norske Veritas. 2013. ISRS 8th Edition Workbook Best Practice Safety and
Suistainability Management. Norwegia : DNV GL.
Gallagher, Clare. 2012. Managing Work Health and Safety: Recent Developments
and Future Directions. Australia : Australia Human Resource Institute.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3.
Jakarta : Dian Rakyat.
Suardi, Rudi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Publisher PPM.
173