Anda di halaman 1dari 189

LAPORAN KERJA PRAKTIK

TL – 4098

EVALUASI IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 DI JOB PERTAMINA-


TALISMAN JAMBI MERANG

Disusun oleh:

Dian Putri Retnosari

NIM : 15314093

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

(TL – 4098)

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Dian Putri Retnosari

Tempat Kerja Praktek : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang

Periode : 1 Juni – 31 Juli 2017

Telah menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul “Evaluasi Implementasi


OHSAS 18001:2007 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang” untuk memenuhi
mata kuliah Kerja Praktek (TL – 4098).

Bandung, Desember 2017

Laporan kerja Praktek ini diperiksa oleh:

Koordinator Kerja Praktek Pembimbing Kerja Praktek

Dr. Mochammad Chaerul S.T., M.T. Dr. Ir. Dwina Roosmini M.S.

NIP : 197409262008011006 NIP : 196212121988022001


ABSTRAK

Joint Operating Body Pertamina-Talisman Jambi Merang merupakan perusahaan


penghasil gas dan kondensat dengan rata-rata produksi tahunan mencapai mencapai
128 BBTUPD untuk gas dan 6000 BPD untuk kondensat. Dalam melaksanakan
kegiatan produksinya, JOB PTJM memiliki risiko keselamatan dan kesehatan yang
tinggi karena tingginya paparan pekerja terhadap bahan kimia yang bersifat beracun
dan berbahaya di lapangan selain itu proses produksi juga melibatkan pekerja untuk
mengoperasikan berbagai mesin dan peralatan yang dapat memberikan efek berbahaya
untuk kesehatan fisik dan mental. Dalam upayanya untuk memelihara keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di area perusahaan, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
menyusun sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sesuai dengan
standar nasional dan internasional. Pada tahun 2012, JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang resmi mendapatkan sertifikat OHSAS 18001:2007 yang menunjukkan
komitmen perusahaan terhadap pengendalian K3. Lingkup SMK3 di JOB Pertamina-
Talisman Jambi Merang dimulai dari penyusunan kebijakan, identifikasi bahaya,
prosedur penerapan di lapangan, hingga evaluasi yang berbentuk audit dan tinjauan
manajemen. Penerapan SMK3 dilakukan demi mengendalikan risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Kata kunci: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, SMK3, K3, OHSAS


18001:2007
ABSTRACT

Joint Operating Body Pertamina-Talisman Jambi Merang is a company that focuses


on producing gas and condensate with an average annual production reaches 128
BBTUPD for gas and 6000 BPD for condensate. In conducting its production
activities, JOB PTJM has has high risk on occupational health and safety because of
the amount of exposures on hazardous chemicals, the production process requires the
workers to operate machine and equipments that can affect both of their physical and
mental health. To maintain occupational health and safety (OHS) in the company, JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang has established an occupational health and safety
management system based on national and international standardization. In 2012, JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang got an official certification for OHSAS
18001:2007 to show their commitment on maintaining OHS. The company made a lot
of adjustments on their programs, procedures, and managerial system to ensure the
company’s compliance to the standard. The scope of OHS Management System in JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang starts from the OHS policy planning, hazard
identification, implementation and operation, and scheduled evaluation that takes form
in audit and management review. The implementation of OHS Management System is
prosecuted to manage potential hazards from occupational operations so that a safe,
efficient, and productive workplace can be achieved.

Keywords: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, OHS, OHS Management System,


OHSAS 18001:2007
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dari Kerja Praktik dengan tema
“Evaluasi Implementasi OHSAS 18001:2007 di JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktik (TL-
4098) di Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung. Pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah penulis dapatkan selama perkuliahan. Selama
penyusunan laporan ini banyak pihak yang telah membantu penulis, rasa terima kasih
dengan tulus penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Dwina Roosmini, M. S. selaku dosen pembimbing kerja praktik
yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama Kerja
Praktik.

2. Bapak Dr. Mochammad Chaerul, ST., MT.selaku koordinator Kerja Praktik


di Program Studi Teknik Lingkungan yang telah membantu dan
memberikan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan Kerja Praktik.

3. Bapak Firmansyah, S.KM. yang senantiasa membimbing penulis, berbagi


pengetahuan, dan pengalaman selama pelaksanaan Kerja Praktik di Joint
Operating Body Pertamina-Talisman Jambi Merang (JOB PTJM).

4. Ibu Gadisya Deayusdita, S.Psi selaku koordinator penerimaan peserta kerja


praktik di JOB PTJM.

5. Segenap anggota Quality, Health, Safety, Security and Environment


Department JOB PTJM atas keramahan dan kemurahan hatinya dalam
menerima dan membantu penulis selama keberjalanan Kerja Praktik.

6. Semua pihak yang berperan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian


laporan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

i
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan, saran, dan kritik yang
bersifat membangun demi kinerja penulis yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Penulis berharap agar Laporan Kerja Praktik ini dapat memberikan manfaat bagi
seluruh pembacanya.

Bandung, 04 Oktober 2017

Dian Putri Retnosari

15314093

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2

1.3 Ruang Lingkup ............................................................................................... 3

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik .............................................. 3

1.5 Metodologi ..................................................................................................... 3

1.6 Sistematika Penulisan Laporan....................................................................... 4

BAB II ........................................................................................................................... 6
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...................................................................... 6
2.1 Sejarah Perusahaan ......................................................................................... 6

2.2 Area Operasi ................................................................................................... 7

2.3 Visi, Misi dan Nilai-Nilai ............................................................................... 9

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan.................................................................... 10

2.5 Deskripsi Kegiatan Produksi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang....... 12

2.5.1 Bahan dan Hasil Produksi ..................................................................... 12

2.5.2 Deskripsi Proses Produksi ..................................................................... 14

2.5 Penghargaan ................................................................................................. 18

BAB III ....................................................................................................................... 19


KONDISI EKSISTING............................................................................................... 19

iii
3.1 Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ............................................................... 19

3.2 Persyaratan Umum Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ................................ 27

3.3 Kebijakan K3 JOBPTJM .............................................................................. 29

3.4 Perencanaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM .......................................... 31

3.4.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian .... 31

3.4.2 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya .................... 41

3.4.3 Tujuan, Sasaran dan Program ............................................................... 43

3.5 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM .......................... 51

3.5.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang 51

3.5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran .................................................. 55

3.5.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi................................................ 58

3.5.4 Dokumentasi ......................................................................................... 61

3.5.5 Pengendalian Dokumen ........................................................................ 63

3.5.6 Pengendalian Operasional ..................................................................... 65

3.6 Pemeriksaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM .......................................... 80

3.6.1 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat ..................................................... 80

3.6.2 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja ................................................... 87

3.6.3 Evaluasi Kesesuaian .............................................................................. 90

3.6.4 Penyidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan


Pencegahan.......................................................................................................... 93

3.6.5 Pengendalian Catatan ............................................................................ 99

3.6.6 Audit Internal ...................................................................................... 100

3.7 Tinjauan Manajemen .................................................................................. 103

BAB IV ..................................................................................................................... 105


TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 105
4.1 International Sustainability Rating System (ISRS) .................................... 105

iv
4.2 Sistem Manajemen K3 dan OHSAS 18001:2007 ...................................... 107

4.3 Persyaratan Umum Sistem Manajemen K3 JOBPTJM .............................. 109

4.4 Kebijakan K3 .............................................................................................. 109

4.5 Perencanaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ........................................ 110

4.5.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian .. 110

4.5.2 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya .................. 111

4.5.3 Tujuan dan Program ............................................................................ 112

4.6 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ........................ 113

4.6.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang


113

4.6.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian .............................................. 114

4.6.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi.............................................. 116

4.6.4 Dokumentasi ....................................................................................... 117

4.6.5 Pengendalian Dokumen ...................................................................... 119

4.6.6 Pengendalian Operasional ................................................................... 119

4.6.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat ................................................... 121

4.7 Pemeriksaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ........................................ 122

4.7.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja ................................................. 122

4.7.2 Evaluasi Kesesuaian ............................................................................ 123

4.7.3 Penyidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan


Pencegahan........................................................................................................ 123

4.7.4 Pengendalian Catatan .......................................................................... 124

4.7.5 Audit Internal ...................................................................................... 124

4.8 Tinjauan Manajemen .................................................................................. 125

BAB V....................................................................................................................... 127


ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 127

v
5.1 Sistem Manajemen K3 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang .......... 127

5.2 ISRS dan OHSAS 18001:2007 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang


132

5.3 Kebijakan K3 .............................................................................................. 139

5.4 Perencanaan Sistem Manajemen K3 .......................................................... 142

5.4.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian .. 142

5.4.2 Evaluasi Bahaya Lingkungan.............................................................. 147

5.4.3 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya .................. 150

5.4.4 Tujuan, Sasaran dan Program ............................................................. 152

5.5 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ........................ 154

5.5.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang


154

5.5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian .............................................. 155

5.5.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi.............................................. 156

5.5.4 Dokumentasi ....................................................................................... 158

5.5.5 Pengendalian Dokumen ...................................................................... 159

5.5.6 Pengendalian Operasional ................................................................... 160

5.5.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat ................................................... 162

5.6 Pemeriksaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM ........................................ 163

5.6.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja ................................................. 163

5.6.2 Evaluasi Kesesuaian ............................................................................ 165

5.6.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan


Pencegahan........................................................................................................ 166

5.6.4 Pengendalian Rekaman ....................................................................... 166

5.6.5 Audit Internal ...................................................................................... 167

5.7 Tinjauan Manajemen .................................................................................. 169

vi
BAB VI ..................................................................................................................... 170
PENUTUP ................................................................................................................. 170
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 170

6.2 Saran........................................................................................................... 172

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 173

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lokasi Stasiun Produksi JOBPTJM ............................................................. 8


Tabel 2.2 Spesifikasi Gas Jual .................................................................................... 12
Tabel 2.3 Spesifikasi Kondensat ................................................................................ 13
Tabel 2.4 Daftar Sumur Produksi di SKN dan PGD .................................................. 14
Tabel 2.5 Daftar Penghargaan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang................... 18

Tabel 3.1 OHSAS 18001:2007 dalam ISRS .............................................................. 20


Tabel 3.2 Matrix penilaian risiko JOBPTJM ............................................................. 34
Tabel 3.3 Peringkat risiko dan deskripsi .................................................................... 34
Tabel 3.4 Daftar bahaya kesehatan............................................................................. 38
Tabel 3.5 Daftar bahaya keselamatan ......................................................................... 39
Tabel 3.6 Pelatihan Internal K3L ............................................................................... 57
Tabel 3.7 Jenis Media Komunikasi Internal JOB PTJM ............................................ 58
Tabel 3.8 Rapat K3L JOB PTJM ............................................................................... 59
Tabel 3.9 Persyaratan Minimum Ijin Masuk Fasilitas JOBPTJM.............................. 66
Tabel 3.10 Standar APD ............................................................................................. 68
Tabel 3.11 Keadaan Darurat ....................................................................................... 80
Tabel 3.12 Jenis-jenis insiden .................................................................................... 93
Tabel 3.13 Pembagian tanggung jawab audit internal.............................................. 100

Tabel 5.1 Korelasi SMK3 JOB PTJM dan OHSAS 18001:2007 ............................. 128
Tabel 5.2 Kelengkapan dokumen persyaratan OHSAS 18001:2007 JOB PTJM .... 129
Tabel 5.3 Checklist kesesuaian OHSAS 18001:2007 dan implementasi lapangan.. 131
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 ................................. 133
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya.......................................................................... 143
Tabel 5.6 Lokasi Titik Pemantauan Kualitas Udara Emisi JOB PTJM ................... 147

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang ....................................... 6


Gambar 2.2 Lokasi dan Daerah Operasi JOBPTJM .................................................... 7
Gambar 2.3 Struktur Organisasi JOBPTJM .............................................................. 11
Gambar 2.4 Proses Produksi JOB PTJM ................................................................... 17

Gambar 3.1 Sertifikat OHSAS 18001:2007 JOBPTJM ............................................ 23


Gambar 3.2 Sertifikat ISRS JOBPTJM ..................................................................... 24
Gambar 3.3 Elemen SMK3L JOBPTJM ................................................................... 26
Gambar 3.4 Siklus P-D-C-A SMK3 JOBPTJM ........................................................ 28
Gambar 3.5 Makroproses K3 JOBPTJM................................................................... 29
Gambar 3.6 Implementasi Risk Management ........................................................... 31
Gambar 3.7 Contoh HIRADC suatu Aktivitas pada JOBPTJM................................ 32
Gambar 3.8 Hierarki Pengendalian dan Perencanaan Penurunan Risiko .................. 36
Gambar 3.9 Hierarki PPUU ....................................................................................... 42
Gambar 3.10 Contoh SBOC ...................................................................................... 45
Gambar 3.11 Pelatihan Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran ............................... 46
Gambar 3.12 Safety Talk Kontraktor ........................................................................ 47
Gambar 3.13 Poster Bulan K3 JOB PTJM ................................................................ 48
Gambar 3.14 Safety Stand Down JOB PTJM ........................................................... 49
Gambar 3.15 Toolbox Meeting JOB PTJM .............................................................. 49
Gambar 3.16 Kaji Risiko Pribadi JOB PTJM ........................................................... 50
Gambar 3.17 Struktur organisasi Departemen QHSSE ............................................. 54
Gambar 3.18 Perpustakaan JOB PTJM ..................................................................... 62
Gambar 3.19 Identifikasi Dokumen JAMMS............................................................ 64
Gambar 3.20 HSSE Orientation ................................................................................ 66
Gambar 3.21 Pemeriksaan Kesehatan ....................................................................... 67
Gambar 3.22 Gambar APD lengkap JOB PTJM ....................................................... 70
Gambar 3.23 Gudang JOB PTJM .............................................................................. 70
Gambar 3.24 Jambi Merang Gas Plant ...................................................................... 71
ix
Gambar 3.25 Gudang B3 ........................................................................................... 71
Gambar 3.26 Pekerja Klinik ...................................................................................... 72
Gambar 3.27 Ambulans JOB PTJM .......................................................................... 73
Gambar 3.28 Klinik JOB PTJM ................................................................................ 73
Gambar 3.29 Hari Olahraga JOB PTJM.................................................................... 74
Gambar 3.30 Formulir Ijin Kerja............................................................................... 75
Gambar 3.31 Alarm Darurat ...................................................................................... 76
Gambar 3.32 Safety Inspection JOB PTJM............................................................... 76
Gambar 3.33 Perlengkapan Keadaan Darurat ........................................................... 77
Gambar 3.34 Tanda Hasil Inspeksi ........................................................................... 77
Gambar 3.35 Fire Station JOB PTJM........................................................................ 78
Gambar 3.36 T-Card JOB PTJM ............................................................................... 79
Gambar 3.37 Tempat Tanda Pengenal Gas Plant ...................................................... 79
Gambar 3.38 Sistem Komunikasi Darurat................................................................. 82
Gambar 3.39 Prosedur Evakuasi Gedung Administrasi JOB PTJM ......................... 83
Gambar 3.40 Prosedur Evakuasi Area Operasi JOB PTJM ...................................... 84
Gambar 3 41 Denah Evakuasi Lapangan Sungai Kenawang .................................... 84
Gambar 3.42 Denah evakuasi Lapangan Pulai Gading ............................................. 85
Gambar 3.43 Control Centre Room........................................................................... 86
Gambar 3.44 Inspeksi Umum Saluran Drainase Laboratorium ................................ 87
Gambar 3.45 Status peralatan pada CCR .................................................................. 89
Gambar 3.46 Proses Penandatanganan Audit Implementasi OHSAS 18001:2007
oleh TÜV NORD ........................................................................................................ 91
Gambar 3.47 QHSSE Compliance List ..................................................................... 92
Gambar 3.48 Formulir Laporan Near Miss ............................................................... 97
Gambar 3.49 Formulir laporan insiden ..................................................................... 98

Gambar 4.1 Proses ISRS berdasarkan Plan – Do – Check – Act ............................ 107
Gambar 4.2 Program pengembangan sumber daya manusia ................................... 115
Gambar 4.4 Hirarki dokumen SMK3 ...................................................................... 118
Gambar 4.3 Pengelolaan operasi manajemen K3 .................................................... 121

x
Gambar 5.1 Hasil Kuisioner Kebijakan K3 Karyawan JOB PTJM ........................ 140
Gambar 5.2 Hasil Kuisioner Kebijakan K3 Kontraktor .......................................... 141
Gambar 5.3 Hasil Pemantauan Konsentrasi TSP di JOB PTJM ............................. 148
Gambar 5.4 KPI QHSSE Manager JOB PTJM ....................................................... 153
Gambar 5.5 APD Sudah Tidak Layak Pakai ........................................................... 161
Gambar 5.6 Hasil Kuisioner Kegiatan Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3 .. 164
Gambar 5.7 Records Masterlist (JM-RS-FRM-002D) ............................................ 167

xi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Kelengkapan Dokumen JOB PTJM

LAMPIRAN B Kuisioner

LAMPIRAN C Makalah, Poster dan PPT

LAMPIRAN D Administrasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industrial dan juga teknologi di abad ke-21 ini dapat dibilang sedang
berada dalam puncaknya. Tanpa disadari kegiatan industri dan manufaktur yang
dilakukan oleh manusia membawa perubahan bagi lingkungan tempat kita hidup. Tak
jarang kegiatan industri dengan sistem manajemen yang tidak dipantau dan dikelola
dengan baik juga dapat membahayakan pekerja serta masyarakat yang menetap di area
tersebut. Akibat dari kecelakaan kerja bisa menciptakan citra buruk perusahaan dan
menurunkan citra perusahaan di mata klien, media, dan pekerja lainnya. Untuk
menyokong kondisi lapangan yang selamat serta aman bagi manusianya, penerapan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja (SMK3) wajib
dilakukan dan merupakan hak dasar pekerja.

Di Indonesia Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dikenal


dengan istilah SMK3 sedangkan di dunia Internasional, standar K3 yang paling popular
adalah OHSAS 18001:2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dalam rangka perlindungan tenaga
kerja maka pemerintah Indonesia mengeluarkan PP Nomor 50 tahun 2012 tentang
SMK3. PP tersebut merupakan peraturan pelaksanaan dari pasal 87 UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. PP Nomor 50 tahun 2012 menyatakan perusahaan yang
memiliki karyawan lebih dari seratus atau kurang dari seratus tetapi memliki potensi
bahaya kecelakaan kerja cukup tinggi, maka wajib menerapkan SMK3. Penerapan
SMK3 di perusahaan akan di audit oleh badan independen yang ditunjuk oleh
pemerintah. Bagi perusahaan yang lolos audit SMK3 maka mendapatkan sertifikat
SMK3 dan juga bendera K3 emas/perak. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa
perusahaan menerapkan SMK3, yaitu tentang hak pekerja akan keselamatan diri
mereka,efesiensi biaya perusahaan karena berkurang kecelakaan kerja, pemenuhan
peraturan pemerintah yang mewajibkan SMK3, pencitraan kepada klien bahwa

1
perusahaan telah memperhatikan SMK3, dan agar produk bisa diterima didunia
international.

Joint Operating Body Pertamina-Talisman Jambi Merang (JOB PTJM) adalah


badan operasi bersama milik PT. Pertamina Hulu Energi Jambi Merang, Talisman
(Jambi Merang) Ltd. dan Pacific Oil & Gas Ltd. (Jambi Merang). JOBPTJM
berkomitmen untuk mendukung produksi nasional dengan menjalankan teknik
peningkatan produksi dengan hasil yang baik. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
tentu saja tidak lepas dari risiko bahaya yang dapat menyebabkan kerugian baik
materiil maupun imateriil. Agar kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi ini dapat
berkurang menjadi seminimum mungkin, maka diperlukan evaluasi terhadap
penerapan sistem kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja yang diterapkan oleh
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang dan memberi solusi untuk sistem yang lebih
baik lagi. Diharapkan dengan adanya evaluasi terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja ini, para pekerja akan terjamin keselamatannya sehingga produktivitas dalam
bekerja pun dapat ditingkatkan

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kerja praktik pada JOB Pertamina – Talisman Jambi
Merang adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi eksisting Sistem Manajemen K3 pada JOB Pertamina –


Talisman Jambi Merang
2. Mengetahui kebijakan K3 yang telah diterapkan oleh JOB Pertamina –
Talisman Jambi Merang
3. Mengevaluasi kesesuaian penerapan Sistem Manajemen K3 JOB Pertamina –
Talisman Jambi Merang di lapangan berdasarkan Standar OHSAS 18001:2007
4. Memberikan saran terhadap Sistem Manajemen K3 pada JOB Pertamina –
Talisman Jambi Merang

2
1.3 Ruang Lingkup
Pada laporan ini akan dibahas mengenai kondisi eksisting sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja pada JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang yang
mencakup klausul-klausul OHSAS 18001.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik


Kerja praktik akan dilaksanakan pada,

Waktu : 5 Juni 2017 – 31 Juli 2017

Tempat : Joint Operating Body Pertamina – Talisman Jambi Merang

Alamat : Desa Kaliberau, Kec. Bayung Lencir, Kab. Musi Banyuasin,

Sumatera Selatan

1.5 Metodologi
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Studi Pendahuluan
Sebelum melaksanakan kerja praktik, dilakukan studi pendahuluan berupa
pematangan pemahaman teori yang mendasari materi kerja praktik serta
mengenali dan menyesuaikan diri dengan kondisi umum perusahaan.
2. Observasi
Observasi merupakan inti dari kegiatan kerja praktik. Pada tahap ini, pelaksana
kerja praktik akan melihat langsung penerapan manjemen yang ditinjau dan
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.
3. Wawancara
Untuk mendukung data hasil observasi serta menjernihkan ketidakjelasan data,
dilakukanlah wawancara terhadap staff perusahaan di bidang yang terkait
dengan topik kerja praktik.
4. Studi Literatur

3
Selain melalui observasi lapangan dan wawancara, studi literatur juga perlu
dilakukan agar data dapat diolah atau dibandingkan dengan data standar. Teori
pendukung hasil studi literatur juga dapat dijadikan dasar untuk melakukan
evaluasi dan analisis.
5. Evaluasi
Dari hasil observasi, wawancara, dan studi literatur, dapat dilakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di
JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang
6. Analisis dan Diskusi
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyusun analisis agar dapat dihasilkan
saran atau pengajuan usul yang bertujuan memperbaiki kinerja keselamatan
kerja di JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang. Proses pembuatan analisis
dibantu dengan diskusi antara pelaksana kerja praktik dan pembimbing, baik
pembimbing lapangan maupun dosen pembimbing.
7. Penyusunan Laporan

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Laporan kerja praktik ini terdiri dari enam bab, tiap bab memiliki topik pembahasan
yang berbeda-beda. Berikut adalah sistematika dari laporan ini:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang dan tujuan dari dilaksanakannya kerja
praktik, ruang lingkup, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik, metodologi, serta
sistematika penulisan laporan kerja praktik.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai profil JOB Pertamina – Talisman Jambi
Merang, lokasi, visi dan misi, tata nilai perusahaan, logo perusahaan, struktur
organisasi, bahan dan hasil produksi perusahaan, dan penghargaan dan sertifikasi yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.

4
BAB III KONDISI EKSISTING

Pada Bab III akan dijelaskan kondisi eksisting Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang yang didapat dari dokumen
serta hasil pengamatan di lapangan berdasarkan standar OHSAS 18001 yang meliputi
ruang lingkup, kebijakan lingkungan, perencanaan, penerapan dan operasi,
pemeriksaan dan tindakan koreksi serta tinjauan manajemen.

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka memaparkan teori hasil studi literatur tentang Sistem Manajemen
K3 berdasarkan OHSAS 18001. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan teori
yang dapat dijadikan acuan untuk perbandingan hasil observasi di lapangan sebagai
landasan untuk evaluasi dan analisis.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil evaluasi dari implementadi sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang
berdasarkan standar OHSAS 18001.

BAB VI PENUTUP

Bab penutup akan memaparkan kesimpulan penulis setelah menyelesaikan kerja


praktik di JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang di mana kesimpulan akan
menjawab tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada bab ini juga akan dituliskan
saran untuk JOBPTJM yang dapat menjadi masukan untuk peningkatan kualitas
implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di masa yang akan
datang.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


PT Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina
(Persero) yang menyelenggarakan usaha hulu di bidang minyak, gas bumi dan energi
lainnya. Sejak resmi beroperasi pada 1 Januari 2008, PT PHE mengelola portofolio
bisnis minyak dan gas. Saat ini PT PHE memiliki 39 anak perusahaan di dalam negeri,
dimana 9 anak perusahaan mengelola Joint Operating Body – Production Sharing
Contract (JOB – PSC), 16 anak perusahaan memegang Pertamina Participating
Interest (PPI) dan 14 anak perusahaan mengelola Production Sharing Contract – Gas
Metana Batubara (PSC-GMB).

PSC – JOB Blok Jambi Merang pertama kali ditandatangani oleh Pertamina dan
Elf Aquitaine Indonesie pada 10 Februari 1989 untuk jangka waktu 30. Terjadi
beberapa kali perubahan Participating Interest dari pihak Elf Aquitaine Indonesie.
Setelah mengakuisisi Participating Interest milik Hess pada tahun 2011, Blok Jambi
Merang dimiliki 50% sahamnya oleh PT PHE, 25% oleh Talisman Energy Ltd. dan
25% oleh Pacific Oil & Gas Ltd.

Joint Operating Body Pertamina-Talisman Jambi Merang (JOBPTJM) adalah


perusahaan penghasil gas dan kondensat. Sejak tahun 2011, rata-rata produksi tahunan
JOBPTJM mencapai 128 BBTUPD untuk gas dan 6000 BPD untuk kondensat.

Gambar 2.1 Logo JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

6
2.2 Area Operasi
Blok JOBPTJM sebagian besar terletak pada bagian utara Provinsi Sumatera
Selatan, meliputi wilayah seluas 3892 km2. Blok JOB Pertamina – Talisman Jambi
Merang terletak daratan di sebagian besar bagian utara provinsi Sumatera Selatan,
meliputi wilayah seluas 3892 km2. 25% masing-masing wilayah kontrak pada tahun
1992 dan 1995, area ditahan adalah 972,9 km2 ditambah 55,5 km2 dari bidang area
Gelam dioperasikan oleh Conoco Phillips, dimana sisi utara lapangan Gelam meluas
ke blok Jambi Merang.

Bidang area Gelam dioperasikan di bawah perjanjian penyatuan yang


ditandatangani pada 12 Feburari 1997 antara Asamera sebagai operator dari Blok
Conoco Phillips dan Saga Petroleum Indonesia sebagai operator dari Blok Jambi
Merang. Bidang Gelam dinyatakan komersial pada tanggal 16 September 1994.
Komersialitas dari Blok Jambi Merang telah disetujui oleh Direktur Utama Pertamina
pada 31 Juli 2001 dengan memvalidasi Jambi Merang selama 30 tahun hingga 9
Februari 2019.

Gambar 2.2 Lokasi dan Daerah Operasi JOBPTJM


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

7
JOB PTJM terletak di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin,
Provinsi Sumatra Selatan, dan Kecamatan Taman Rajo (Pemekaran dari Kecamatan
Maro Sebo sejak tahun 2011). Kecamatan Sungai Gelam dan Kecamatan Kumpeh Ulu
di Kabupaten Muaro Jambi, serta Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung
Timur – Provinsi Jambi. Kegiatan tersebut meliputi lokasi stasiun produksi Sungai
Kenawang Central Gas Plant (SKN CGP) dan Pulau Gading Gas Plant (PGD) yang
berada di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan dan Jambi seperti yang disajikan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Lokasi Stasiun Produksi JOBPTJM

Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Jambi


I. Kabupaten Musi Banyuasin II. Kabupaten Muaro Jambi
a. Kecamatan Bayung Lencir a. Kecamatan Sungai Gelam
1. Desa Muara Medak 1. Desa Ladang Panjang
2. Desa Pulau Gading 2. Desa Talang Kerinci
3. Desa Kali Berau 3. Desa Sungai Gelam
4. Desa Mendis b. Kecamatan Kumpeh Ulu
5. Desa Mendis Jaya 1. Desa Sungai Terap
6. Desa Simpang Bayat 2. Desa Salak
3. Desa Sakean
c. Kecamatan Taman Rajo
1. Desa Kemingking Dalam
2. Desa Teluk Jambu
3. Desa Sekumbung
III. Kabupaten Tanjung Jabung Timur
a. Kecamatan Geragai
1. Desa Rantau Karya
2. Desa Sukamaju
3. Desa Pandan Lagan

(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

8
2.3 Visi, Misi dan Nilai-Nilai
JOBPTJM memiliki visi untuk menjadi Joint Operating Body terbaik dan terbesar
dalam produksi gas. Dalam mencapai visi tersebut, JOBPTJM memiliki misi-misi
berupa meningkatkan dan memelihara keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
kerja yang kondusif; meningkatkan cadangan, produksi dan laba dengan menerapkan
teknologi modern dan strategi eksplorasi yang tepat, serta mengimplementasikan Good
Corporate Governance dengan menerapkan etika bisnis yang baik.

Selain itu, JOBPTJM juga memiliki tata nilai yang diterapkan selama
keberjalanannya, antara lain sebagai berikut:

1. Clean
Dikelola secara professional, menjalankan standar etika bisnis tertinggi,
menghindari benturan kepentingan, menjunjung tinggi kepercayaan dan
integritas, berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Open
Berfikir terbuka, mendorong informalitas dan keterbukaan dalam
berkomunikasi, saling percaya dan asah asih asuh antara pekerja dan
manajemen JOB PTJM maupun kepada stakeholder dan shareholder.
3. Capable
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta
serta penguasaan teknis tinggi, berkomitmen membangun kemampuan riset dan
pengembangan.
4. Respect
Memberi penghargaan setinggi-tingginya terhadap seluruh elemen yang
barkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian target
perusahaan.
5. Innovative
Membangun budaya semangat menjadi yang terbaik, serta senantiasa mencari
terobosan demi tercapainya proses atau hasil yang lebih baik, lebih aman, lebih
cepat, dan lebih ekonomis.

9
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Pada dasarnya struktur organisasi suatu perusahaan menjelaskan hierarki
kepemimpinan, wewenang, dan tanggung jawab yang berlaku dalam sebuah
perusahaan. Adanya struktur organisasi dapat mengurangi adanya miskomunikasi
mengenai tanggung jawab seseorang terhadap jabatannya di perusahaan tersebut

Struktur organisasi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang ditunjukkan pada


Gambar 2.3. Jabatan tertinggi dipegang oleh seorang General Manager yang
membawahi sepuluh departemen dengan seorang manager yang memimpin masing-
masing departemen tersebut.

Struktur organisasi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang mengalami perubahan


seiring dengan pergantian kepemilikan perusahaan. Struktur organisasi ini terbentuk
dengan penyusunan Rencana Pengadaan Tenaga Kerja (RPTK) dan Rencana
Pengadaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang diajukan kepada Satuan Kerja Khusus
Pelaksanaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan berlaku jika telah
mendapatkan persetujuan. Jabatan tertinggi di JOBPTJM adalah General Manager
yang didampingi oleh seorang Executive Secretary. General Manger membawahi
Sembilan orang manager departemen, yaitu Quality, Health, Safety and Security
Environment (QHSSE) Manager, Business Support Manager, Finance Manager,
Subsurface Manager, Project Manager, Field Manager, serta seorang Commercial
Head dan seorang Chief Audit. Setiap manager departemen didampingi oleh seorang
Administrator.

10
General
Manager

Excecutive
Chief Audit
Secretary

Commercial
Head

Business Supply Chain


Finance Subsurface QHSSE Project Field Operations Exploration
Support Management
Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager
Manager Manager

Gambar 2.3 Struktur Organisasi JOBPTJM

(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

11
2.5 Deskripsi Kegiatan Produksi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
2.5.1 Bahan dan Hasil Produksi
Bahan baku dalam proses pengolahan gas di fasilitas Sungai Kenawang JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang ini berupa gas mentah. Untuk mengolah gas
mentah menjadi sales gas dan kondensat, dibutuhkan beberapa bahan penunjang
lainnya. Bahan penunjang yang dibutuhkan a dalah Metil Dietanol Amine (MDEA),
Anti-foam Agent dan Dehydration Molecular Sieve. Sales Gas dan kondensat yang
dihasilkan oleh JOBPTJM memiliki spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dan
Tabel 2. Sebagai berikut:

Tabel 2.2 Spesifikasi Gas Jual

Parameter Satuan Nilai


Ekspor gas jual ke PGN/SSWJ/Grissik BBtud 85
Tekanan di tie-in PGN/SSWJ/Grissik Psig 1060
Ekspor gas jual TGI BBtud 35
Tekanan di tie-in TGI Psig 860
o
Titik Embun Hidrokarbon F 55
Nilai Kalor Bruto Btu/scf 950 – 1250
Indeks Wobbe Btdscf 1320
Kandungan Air Lb/MMsfc 15 (Maksimum)
CH4 Mol % 80 (Minimum)
CO2 Mol % 5 (Maksimum)
N2 Mol % 5 (Maksimum)
Total Inerts Mol % 10 (Maksimum)
Total Sulfur Mol % 30 (Maksimum)
Sodium dan Potassium Mol % 0,5 (Maksimum)
Magnesium Ppmw 2 (Maksimum)
Partikel Ppmw 3 (Maksimum)
O2 Mol % 0,1 (Maksimum)
H2S Ppmw 8 (Maksimum)
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

12
Tabel 2.3 Spesifikasi Kondensat

Komponen Presentasi Mol (%)


Nitrogen 0,0000
CO2 0,0000
Metana 0,0000
Etana 0,0006
Propana 1,8568
i-Butana 2,5423
n-Butana 7,3743
i-Pentana 9,1939
n-Pentana 7,3524
n-C6 10,2305
n-C7 16,6653
n-C8 16,8300
n-C9 9,7135
n-C10 4,1995
n-C11 2,6287
n-C12 2,1157
n-C13 1,1,8272
n-C14 1,5708
n-C15 – n-C16 2.3722
n-C17 – n-C18 1,5708
n-C19 – n-C20 1,0258
n-C21 – n-C22 0,9296
H2O 0,0000
H2S 0,0000
Total 100,0000
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

13
Metil Dietanol Amine merupakan bahan kimia pengambil CO2 yang digunakan
pada unit penghilang CO2 dalam proses produksi. Pada pengolahan gas di fasilitas
Sungai Kenawang terdapat unit dehidrasi yang digunakan untuk menghilangkan kadar
air hingga konsentrasi tertentu. Sistem dehidrasi yang digunakan ialah dehidrasi
menggunakan desikan padat dalam hal ini berupa molecular sieve.

Sedangkan anti-foam agent berfungsi untuk mencegah terjadinya foaming


terutama pada sistem amine. Foaming merupakan kasus munculnya busa yang
mengakibatkan terganggunya proses penghilangan CO2. Masalah tersebut disebabkan
oleh kontak vapor-liquid yang tidak sempurna, distribusi larutan yang tidak sempurna
serta hold up larutan yang mengakibatkan carry over dan gas yang diproduksi menjadi
tidak sesuai dengan spek yang diinginkan. Foaming juga disebabkan oleh padatan yang
mengendap, hidrokarbon cair, dan garam-garam akibat degradasi produk amine.

2.5.2 Deskripsi Proses Produksi


JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki total area kegiatan seluas
1030,42 km2 yang terbagi atas dua area. Dalam area tersebut terdapat dua lapangan,
yaitu Lapangan Sungai Kenawang (SKN) dan Lapangan Pulai Gading (PGD). Jumlah
sumur produksi pada kedua lapangan tersebut berjumlah delapan, dimana Lapangan
Sungai Kenawang (SKN) memiliki 5 buah sumur produksi dan Lapangan Pulai Gading
(PGD) memiliki 3 buah sumur produksi.

Tabel 2.4 Daftar Sumur Produksi di SKN dan PGD

No Lokasi Pad Sumur Keterangan


1 Sungai Kenawang (SKN) 1 SKN-1 Sumur Injeksi
SKN-5 Sumur Produksi
SKN-6 Sumur Produksi
SKN-7 Sumur Produksi
2 SKN-3 Sumur Produksi
SKN-4 Sumur Produksi

14
Tabel 2.4 Daftar Sumur Produksi di SKN dan PGD (lanjutan)

No Lokasi Pad Sumur Keterangan


2 Pulau Gading (PGD) 1 PGD-1 ST Sumur Produksi
2 PGD-2 Sumur Produksi
3 PGD-3 Sumur Produksi
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang)

Tahap paling awal dari rangkaian proses pengolahan gas mentah adalah
penurunan suhu dan separasi gas mentah. Aliran gas mentah dari sumur Sungai
Kenawang memiliki temperatur berkisar 230oF. Untuk menjaga unjuk kerja dari
peralatan proses di surface facilities serta untuk menjenuhkan fasa aliran gas mentah
sebelum dipisahkan di separator, temperatur aliran gas mentah dari sumur perlu
diturunkan. Aliran gas mentah dari sumur didinginkan hingga 110oF menggunakan
sistem pendingin.

Aliran gas mentah kemudian dipisahkan berdasarkan fasanya menjadi gas, air,
dan kondensat. Proses pemisahan dilakukan menggunakan alat separator menggunakan
pemisahan secara gravitasi dengan memanfaatkan prinsip perbedaan massa jenis antara
fasa gas, kondensat, dan air. Fasa gas mengalir di bagian atas kolom. Sementara itu,
lapisan tengah pada bagian liquid merupakan kondensat sedangkan lapisan paling
bawah adalah air. Gas, kondensat, dan air yang telah dipisahkan kemudian masing-
masing diolah untuk menghasilkan sales gas dan kondensat yang memiliki spesifikasi
sesuai kontrak serta produced water yang memenuhi baku mutu untuk dibuang ke
lingkungan.

Gas yang keluar dari sistem separasi akan diolah lebih lanjut untuk
menghilangkan pengotor-pengotor dari gas mentah sehingga dapat diproduksi gas siap
jual. Pengotor-pengotor yang dihilangkan dalam prossing gas adalah merkuri (Hg),
karbon dioksida (CO₂) dan air (H2O). Penyisihan kandungan Merkuri dilakukan untuk
menghindari reaksi amalgam antara Merkuri dan Aluminium, yang merupakan
material penyusun dari sebagian besar peralatan di fasilitas proses. Penyisihan
kandungan merkuri dilakukan dengan metode absorbsi menggunakan absorban khusus
yang dapat menyerap Hg. Kemudian gas akan keluar dari unit penyisihan merkuri dan

15
diteruskan ke unit lainnya untuk dilakukan proses penyisihan CO₂ dan penurunan kadar
air menggunakan metode absorbsi. Setelah gas tersebut bersih dari pengotor-pengotor
dan telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan, baru di dapatkan gas yang bersih yang
dapat dijual. Gas yang di jual merupakan fraksi ringan yaitu hidrokarbon C4 ke bawah.
Pendistribusian gas kepada konsumen menggunakan pipa.

Fokus dari produksi kondensat adalah proses menghilangkan merkuri dan


stabilisasi Reid Vapor Pressure (RPV). Kondensat merupakan hidrokarbon dengan
fraksi yang lebih berat. Proses pengurangan Hg pada kondensat sama dengan proses
pengurangan Hg pada gas. Kondensat dilewatkan pada absorban dan Hg diserap oleh
absorban hingga hadar Hg berkurang. Kondensat memiliki bentuk cair namun terdiri
dari beberapa fraksi yang mudah menguap maka dari itu dijaga tekanannya agar
bentuknya tetap cair. Kondensat didistribusikan menggunakan pipa bertekanan dan
kompresor untuk menjaga kesabilan kondensat dan juga mendorong kondensat sampai
ke tempat tujuan. Kondensat yang dihasilkan merupakan hidrokarbon C5 ke atas.
Dalam proses produksi gas siap jual dan kondensat dihasilkan produk sampingan
berupa air terproduksi. Air terproduksi dihasilkan pada proses separasi trifasa dan juga
proses dehidrasi pada processing gas plant. Air terproduksi ini akan diolah dan di
injeksi kembali ke tanah melalui sumur injeksi.

16
Gambar 2.4 Proses Produksi JOB PTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

17
2.5 Penghargaan
Selama keberjalanannya, sudah banyak penghargaan yang diterima oleh JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Lingkungan Hidup, dan juga Energi. Berikut adalah daftar penghargaan JOBPTJM dari
tahun 2016 dan 2017:

Tabel 2.5 Daftar Penghargaan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang

Tahun Penghargaan
2013, 2014, 2015 PROPER Hijau. Penghargaan diberikan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
2016 PROPER Emas. Penghargaan diberikan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
2016 Penganugerahan Desa Mendis dan Desa Mendis Jaya
sebagai Desa Proklim (Program Kampung Iklim).
Penghargaan diberikan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK)
2016 Commendation for First Year Report - Sustainability
Reporting Award. Penghargaan diberikan oleh National
Center for Sustanability Reporting (NCSR)
2016 Patra Adikriya Bhumi Madya. Penghargaan diberikan
oleh PT Pertamina (Persero)
2017 Peringkat IV Sriwijaya CSR Awards. Penghargaan
diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
2017 Penganugerahan Desa Muara Medak sebagai Desa
Proklim (Program Kampung Iklim). Penghargaan
diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK)
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

18
BAB III

KONDISI EKSISTING

3.1 Sistem Manajemen K3 JOBPTJM


Pada Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 ditegaskan bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan apabila perusahaan tersebut
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang; atau mempunyai tingkat
bahaya tinggi. JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi migas, dimana proses produksinya
memiliki potensi bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi. Hingga
tahun 2016, jumlah total karyawan yang bekerja di JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang adalah 221 orang. Mengingat dasar hukum tersebut, JOBPTJM diwajibkan
untuk menjalankan dan mengangkat sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja menjadi bagian dari sistem manajemennya.

Untuk mewujudkan penghilangan bahaya kerja yang memiliki potensi dampak


buruk terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, kerusakan properti, kejadian
kebakaran, ledakan, kegagalan produksi serta pencemaran, perusahaan menetapkan
target berupa “Tidak ada kecelakaan, tidak ada luka dan tidak ada buangan air
terproduksi.” Dalam upayanya untuk mencapai target tersebut, JOB Pertamina-
Talisman Jambi Merang telah menjalankan proses verifikasi kesesuaian Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap persyaratan OHSAS
18001:2007 sejak tahun 2012. Namun pada tahun 2015, JOBPTJM mulai menerapkan
sistem yang terintegrasi dan berkelanjutan yang dikenal sebagai International
Sustainability Rating System (ISRS) 8th Edition. ISRS adalah sebuah sistem yang
mengukur, mengembangkan dan mendemonstrasikan kesehatan, keselamatan,
lingkungan, serta performa bisnis suatu organisasi. Sehingga di dalam ISRS Edisi 8
terdapat persyaratan-persyaratan internasional sebagai berikut:

a. OHSAS 18001:2007 – Health and Safety Management

19
b. ISO 14001:2004 – Environmental Management
c. ISO 9001:2008 – Quality Management
d. Global Reporting Initiative 2006 – Sustainability Reporting
e. PAS 55:2008 – Asset Management
f. OSHA 1910.119 – Process Safety Management
g. Severso II Directive – 96/82/EC – Process Safety Management
h. ISO 31000:2009 – Risk Management

JOBPTJM menggunakan ISRS 8th Edition untuk mengintegrasi seluruh sistem


manajemennya, dimana salah satunya merupakan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja yang disesuaikan dengan klausul-klausul yang terdapat dalam
OHSAS 18001:2007.

Tabel 3.1 OHSAS 18001:2007 dalam ISRS

Sub proses ISRS yang direkomendasikan


untuk:
OHSAS 18001:2007 1. Mengembangkan sistem manajemen terintegrasi yang
sesuai dengan OHSAS 18001, dan
2. Menyediakan struktur dan presentasi yang kuat sebagai
bukti bahwa OHSAS 18001 terpenuhi
4 Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
4.1 Persyaratan Umum 1.6 Proses Bisnis
4.2 Kebijakan K3 1.3 Kebijakan
4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi Bahaya, 3.1 Identifikasi dan Evaluasi Bahaya Kesehatan
Penilaian Resiko, dan 3.2 Identifikasi dan Evaluasi Bahaya
Penetapan Pengendalian Keselamatan
4.6 Manajemen Perubahan Organisasi
9.1 Pengendalian Bahaya Kesehatan
9.2 Pengendalian Bahaya Keselamatan
10.9 Manajemen Perubahan Rekayasa
4.3.2 Peraturan Perundangan 5.1 Peraturan-Peraturan
dan Persyaratan Lainnya 5.2 Wewenang Eksternal untuk Beroperasi
5.3 Kode dan Standar Industri
4.3.3 Tujuan dan Program 1.2 Tujuan
2.1 Perencanaan Bisnis

20
Tabel 3.1 OHSAS 18001:2007 dalam ISRS (lanjutan)

Sub proses ISRS yang direkomendasikan


untuk:
OHSAS 18001:2007 1. Mengembangkan sistem manajemen terintegrasi yang
sesuai dengan OHSAS 18001, dan
2. Menyediakan struktur dan presentasi yang kuat sebagai
bukti bahwa OHSAS 18001 terpenuhi
4.4 Penerapan dan Operasi
4.4.1 Sumber Daya, Peran, 1.4 Strategi
Tanggung Jawab, 1.8 Akuntabilitas
Akuntabilitas dan
1.9 Komitmen Manajemen
Wewenang
2.1 Perencanaan Bisnis
4.4.2 Kompetensi, Pelatihan 7.1 Sistem Pelatihan
dan Kepedulian 7.2 Analisa Kebutuhan Pelatihan
7.4 Pelaksanaan Pelatihan
7.6 Orientasi/Induksi Umum
4.4.3 Komunikasi,
Partisipasi dan Konsultasi
4.4.3.1 Komunikasi 1.5 Keterlibatan Stakeholder
5.4 Pelaporan kepada Pihak Berwenang
7.6 Orientasi/Induksi Umum
8.1 Sistem Komunikasi
8.3 Rapat Manajemen
8.4 Rapat Kelompok
11.3 Jaminan Kontraktor/Pemasok
12.7 Komunikasi pada saat Keadaan Darurat
15.3 Pelaporan kepada Stakeholder
4.4.3.2 Partisipasi dan 1.2 Tujuan
Konsultasi 1.3 Kebijakan
1.5 Keterlibatan Stakeholder
3.6 Evaluasi Risiko Tugas
8.5 Panitia/Dewan Gabungan
11.3 Jaminan Kontraktor/Pemasok
12.7 Komunikasi pada saat Keadaan Darurat
13.3 Partisipasi Investigasi
4.4.4 Dokumentasi 1.6 Proses Bisnis
2.5 Rekaman
4.4.5 Pengendalian 2.4 Sistem Manajemen Dokumen
Dokumen 2.5 Rekaman

21
Tabel 3.1 OHSAS 18001:2007 dalam ISRS (lanjutan)

Sub proses ISRS yang direkomendasikan


untuk:
OHSAS 18001:2007 1. Mengembangkan sistem manajemen terintegrasi yang
sesuai dengan OHSAS 18001, dan
2. Menyediakan struktur dan presentasi yang kuat sebagai
bukti bahwa OHSAS 18001 terpenuhi
4.4.6 Pengendalian 9.1 Pengendalian Bahaya Kesehatan
Operasional 9.2 Pengendalian Bahaya Keselamatan
9.6 Prosedur Operasional
11.1 Pemilihan Kontraktor/Pemasok
11.2 Operasional Kontraktor
4.4.7 Kesiapsiagaan dan 12.1 Penilaian Keadaan Darurat
Tanggap Darurat 12.2 Rencana Tanggap Darurat di Lapangan
12.6 Tinjauan Rencana Tanggap Darurat
12.11 Pengeboran dan Latihan
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pemantauan dan 1.2 Tujuan
Pengukuran Kinerja 10.10 Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan
Pengujian
13.10 Analisa Kejadian
14.1 Pemantauan Bahaya Kesehatan
14.2 Pemantauan Bahaya Keselamatan
15.1 Hasil Bisnis
4.5.2 Evaluasi Kesesuaian 5.7 Penilaian Kesesuaian
4.5.3 Penyelidikan Insiden,
Ketidaksesuaian, Tindakan
Perbaikan dan Pencegahan
4.5.3.1 Penyelidikan Insiden 13.1 Sistem Belajar dari Insiden
13.4 Hampir Celaka dan Kondisi Substandar
13.8 Tindak Lanjut Insiden
4.5.3.2 Ketidaksesuaian, 13.1 Sistem Belajar dari Insiden
Tindakan Perbaikan dan 13.4 Hampir Celaka dan Kondisi Substandar
Pencegahan
13.8 Tindak Lanjut Insiden
4.5.4 Pengendalian Catatan 2.5 Rekaman
4.5.5 Audit Internal 14.10 Audit
4.6 Tinjauan Manajemen 15.2 Tinjauan Manajemen
(Sumber : Bird, 2006)

22
Gambar 3.1 Sertifikat OHSAS 18001:2007 JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2012)

23
Gambar 3.2 Sertifikat ISRS JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

24
Sistem Manajemen K3 JOBPTJM bersifat dinamis, sejalan dengan dinamika
operasi perusahaan dan perkembangan peraturan perundangan yang berlaku secara
local, nasional dan internasional. Model Sistem Manajemen K3 digambarkan sebagai
suatu proses peningkatan dan perbaikan yang terus menerus dalam siklus yang
berkesinambungan dan fleksibel, sehingga tercapai suatu kinerja sistem manajemen K3
yang diharapkan. Sistem Manajemen K3 JOBPTJM merupakan integritas dari sistem
manajemen keselamatan proses/operasi dan sistem manajemen lingkungan yang telah
disepakati menggunakan 12 elemen sebagai berikut:

1. Kepemimpinan dan Komitmen


2. Organisasi, Sumber Daya dan Dokumentasi
3. Manajemen Risiko
4. Rekayasa, Konstruksi dan Komisioning
5. Operasi dan Pemeliharaan
6. Manajemen Perubahan
7. Manajemen Mitra Kerja
8. Pelatihan, Kompetensi dan Komunikasi
9. Manajemen Krisis dan Tanggap Darurat
10. Penyelidikan Kejadian dan Tindakan Perbaikan
11. Pemantauan, Audit dan Evaluasi
12. Tinjauan Ulang Manajemen

25
Gambar 3.3 Elemen SMK3L JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

26
3.2 Persyaratan Umum Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
Ruang lingkup sistem manajemen K3 JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
mencakupi penetapan risiko dan potensi kerugian kegiatan perusahaan dari aspek K3
dan pengembangan sistem manajemen K3. Dalam penetapan risiko dan potensi
kerugian kegiatan perusahaan, JOBPTJM telah membuat daftar Hazard Identification,
Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) yang bersangkutan dengan
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh JOBPTJM. Pada daftar HIRADC tersebut
terdapat bahaya, dampak, kerugian terhadap aspek kesehatan dan keselamatan dari
setiap kegiatan serta pengendaliannya. Dasar untuk pendekatan yang mendasari sistem
manajemen K3 yang dipakai oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang mengikuti
standar yang sudah ditetapkan pada OHSAS 18001:2007. Agar selalu memenuhi
persyaratan OHSAS 18001:2007, JOBPTJM senantiasa melaksanakan pembudidayaan
dan pembinaan K3 serta mengelola upaya pemulihan insiden yang terjadi. Penyusunan
sistem manajemen K3 serta Health & Safety Macro Process, JOBPTJM dikembangkan
dari siklus Plan – Do – Check – Act (PDCA) yang sesuai dengan klausul-klausul pada
OHSAS 18001:2007.

1. Perencanaan (Plan)
Manajemen JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang membuat perencanaan
jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5 tahun). Prinsip dasar perencanaan
QHSSE dilakukan dengan pendekatan yang sistematik dan berdasarkan potensi
risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang dihadapi perusahaan melalui proses
identifikasi bahaya dalam setiap tahapan kegiatan. Berdasarkan hasil identifikasi
bahaya tersebut, JOBPTJM melakukan penilaian risiko dan menetapkan langkah
strategis untuk pengendaliannya, termasuk identifikasi terhadap peraturan dan
persyaratan terkait. Hasilnya kemudian dituangkan ke dalam sasaran kesehatan dan
keselamatan kerja yang dicapai melalui rencana kerja sistematis.

2. Implementasi dan Operasi (Do)


Setelah selesai perencanaan, dilanjutkan dengan penerapan sistem manajemen
K3 yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat, yaitu mengatur management
board yang ada dengan menetapkan peran dan tanggung jawab beserta wewenang.

27
Sumber daya manusia yang ada difasilitasi dengan kegiatan seperti pelatihan serta
induksi keselamatan untuk meningkatkan kesadaran dan kompetensi karyawan di
JOBPTJM. Diadakannya dokumentasi, pengendalian dokumen, pengendalian
operasi, tanggap darurat, danl lainnya sesuai dengan kebutuhan dalam
mengimplementasikan SMK3.

3. Pemantauan dan Pengukuran (Check)


Pemantauan dan pengukuran kinerja dilakukan dengan melakukan
perbandingan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap standar
kinerja yang telah ditetapkan, yaitu Key Performance Indicator (KPI). Apabila
terjadi masalah dalam penerapannya harus segera dilakukan tindakan koreksi atau
perbaikan berkelanjutan.

4. Audit dan Kaji Ulang (Act)


Audit dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan yang terdapat
dalam sistem manajemen K3 yang dijalankan dibandingkan dengan persyaratan
atau standar yang telah ditetapkan. Hasil audit digunakan perusahaan sebagai dasar
kaji ulang untuk melakukan langkah perbaikan secara menyeluruh dan melakukan
proses perbaikan berkelanjutan.

Gambar 3.4 Siklus P-D-C-A SMK3 JOBPTJM


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

28
1. Identifikasi Kebijakan, Program, Target, Interaksi Proses, Risiko dan
Peraturan

2. Pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(Contoh : komunikasi, campaign, absensi kehadiran dan lain-lain)

3. Memonitor pelaksanaan dan evaluasi program terhadap keadaan K3 aktual


(Contoh: Evaluasi risiko, pemenuhan peraturan dan kebijakan)

4. Melakukan Learning from Event dari hasil monitor dan evaluasi K3

Gambar 3.5 Makroproses K3 JOBPTJM


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)

3.3 Kebijakan K3 JOBPTJM


Untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan perusahaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menetapkan
kebijakan K3 yang nantinya akan digunakan sebagai landasan penerapan SMK3.
Penyusunan kebijakan K3 dan kaji ulang secara berkala dilakukan setiap satu tahun
sekali melalui tinjauan manajemen yang dilakukan oleh manajemen puncak dengan
melibatkan pihak pekerja melalui perwakilan dari setiap departemen. Kebijakan K3
yang saat ini berlaku terintegrasi dengan kebijakan sistem manajemen K3, lingkungan,
mutu dan keamanan yang sekaligus sebagai komitmen dari manajemen puncak JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang terhadap pemenuhan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya. Kebijakan K3 JOBPTJM tersebut tertuang dalam
“Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi Jambi Merang.” Kebijakan tersebut
merupakan gabungan seluruh kebijakan yang berlaku pada JOBPTJM, mulai dari
kebijakan K3, lingkungan, proses bisnis dan lain-lain. Kebijakan Sistem Manajemen
Ekselen Operasi Jambi Merang dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran A.

29
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang berkomitmen mewujudkan Visi sebagai
Joint Operating Body terbesar dalam produksi gas alam dan kondensat, melalui
penetapan Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi untuk memastikan aspek
kualitas, kesehatan, keselamatan, keamanan dan lingkungan terintegrasi sehingga
berkontribusi signifikan terhadap pencapaian target Produksi dan Efisiensi
Pemberdayaan Sumber Daya serta melaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) secara optimal dan berkelanjutan dengan prinsip:

1. Melaksanaankan Peraturan Perundangan dan persyaratan lainnya yang berlaku


bagi Perusahaan berlandaskan Tata Nilai Perusahaan (Clean, Open, Capable,
Respect, Innovative);
2. Menerapkan Sistem Manajemen Risiko sebagai jaminan bahwa semua risiko
dikendalikan secara efektif;
3. Menerapkan Process Safety Management (PSM) untuk mencegah pelepasan
substansi hidrokarbon dan toxic ke lokasi yang berpotensi membahayakan
manusia, lingkungan serta asset/finansial Perusahaan;
4. Menerapkan program Manajemen Kesehatan untuk medukung peningkatan
produktivitas pekerja;
5. Menerapkan Sistem Manajemen Keamanan untuk mendukung operasional
Perusahaan;
6. Menerapkan Continual Improvement Program (CIP) untuk Standarisasi Bisnis
Proses berkelas dunia;
7. Berperan aktif mencegah pencemaran serta berupaya mengurangi limbah B3
dan memanfaatkan limbah non B3;
8. Membangun manajemen krisis dan kesiapsiagaan tanggap darurat;
9. Melaksanakan optimalisasi produksi gas alam dan kondensat, melalui efisiensi
sumber daya energi untuk:
 Bumi Hijau Lestari dan Langit Biru,
 Menjamin kepuasan pelanggan dan pihak lain terkait;
10. Membangun keselarasan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar melalui
Program Corporate Social Responsibility (CSR).

30
General Manager JOBPTJM bertanggung jawab untuk menjamin agar pelaksanaan
Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi berjalan efektif dengan peninjauan
secara berkala. Manajemen, Pekerja dan Mitra Kerja di semua area kegiatan
bertanggung jawab untuk melaksanakan dan menaati Kebijakan Sistem Manajemen
Ekselen Operasi ini. Keselamatan setiap orang adalah tanggung jawab bersama.

3.4 Perencanaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM


3.4.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian
Setiap aktifitas/kegiatan selalu mengandung risiko baik itu risiko yang dapat
diterima hingga risiko yang tidak dapat ditolerir karena mengakibatkan kerugian yang
signifikan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan maka dibuatlah Risk
Management Procedure (JM-RS-SOP-001) yang merefleksikan kebijakan manajemen
(policy) terhadap pencegahan kerugian perusahaan, yang mana secara umum runutan
langkah-langkah implementasinya seperti digambarkan pada Gambar 3.6.

Risk Risk Risk Risk


Reporting
Identification Analysis Control Monitoring

Gambar 3.6 Implementasi Risk Management


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Tahap awal penyusunan Hazard Identification, Risk Assessment and Determining


Control (HIRADC) adalah identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan pendaftaran seluruh aktivitas / kegiatan fisik yang
kemudian dipilah dan dikelompokan dengan kegiatan sejenis. Masing-
masing aktifitas diidentifikasi potensi bahaya / ancaman per-kategori
apakah itu kategori Quality, Health, Safety, Security ataukah Environmental
(QHSSE).
2. Mengkategorikan aktivitas sebagai kegiatan Normal (N), Abnormal (A)
atau Darurat (D).

31
Gambar 3.7 Contoh HIRADC suatu Aktivitas pada JOBPTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)

3. Mendeskripsikan dampak dan potensi kerugian perusahaan serta


memperkirakan tingkat risikonya sebelum ada langkah-langkah mitigasi.
Jika tingkat risiko adalah menengah atau tinggi maka perlu rekomendasi
perlu didefinisikan berdasarkan hierarki prioritas dengan urutan sebagai
berikut:
a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Pengendalian Teknis (Engineering Control) – Perubahan Proses,
Isolasi, Ventilasi
d. Pengendalian Administratif (Pengurangan waktu kerja, Rotasi,
Mutasi)
e. Alat Pelindung Diri
4. Mengestimasi tingkat risiko dengan asumsi bahwa langkah-langkah
mitigasi di atas telah terpenuhi dan menilai bahwa langkah mitigasi
significant atau tidak untuk menurunkan risiko.

32
5. Meregister seluruh risiko pekerjaan dan menyusun peringkat risiko
pekerjaan dari yang tertinggi hingga yang terendah.
6. Mendokumentasikan dan memformalkan HIRADC sebagai rujukan
identifikasi bahaya dan analisa risiko setiap pekerjaan.

Kemungkinan kejadian / kecelakaan digunakan saat melakukan penilaian risiko


baik itu untuk penilaian risiko secara kualitatif, semi-kualitatif maupun kuantitatif.
JOBPTJM memilah 5 kategori untuk kemungkinan kejadian, secara urut dari yang
paling jarang hingga yang paling sering terjadi dengan kategori antara lain :

1. Pernah terjadi terjadi di JOBPTJM atau Sangat mungkin terjadi di


JOBPTJM, diperkirakan secara kualitatif dengan probabilitas > 90%;
2. Pernah terjadi di lingkungan Pertamina atau mungkin terjadi di JOBPTJM,
diperkirakan secara kualitatif dengan probabilitas 51% > Prob. > 89%;
3. Pernah terjadi di Oil & Gas (Petrochemical) di Indonesia atau kecil
kemungkinan terjadi di JOBPTJM, diperkirakan secara kualitatif dengan
Probabilitas 20% < Prob. <50%;
4. Pernah terjadi di lingkungan Oil & Gas (Petrochemical) di dunia atau
sangat kecil mungkin terjadi di JOBPTJM, diperkirakan secara kualitatif
dengan Probabilitas 1< Prob. < 19%; dan
5. Tidak pernah terdengar atau tidak mungkin terjadi di JOBPTJM,
diperkirakansecara kualitatif dengan probabilitas 0%.

Risiko adalah potensi kerugian yang dapat diderita oleh perusahaan. Adapun
variable yang menentukan tingkat risiko adalah peluang terjadinya kecelakaan dan
tingkat keparahan yang mungkin diderita oleh perusahaan, atau dapat dimodelkan
dengan perkalian matrix risiko.

33
Tabel 3.2 Matrix penilaian risiko JOBPTJM

Probability
1 2 3 4 5
Hazard Effect
Very High (VH):
1. Multiple Fatality
2. Major facility damage > IDR 20M,-
3. Environment Major Spill 1,000 – 10,000 bbls
High (H):
1. Single Fatality
2. Significant Facility Damage IDR 10M - IDR 20M
3. Environment Significant Spill > 100 bbls
Medium (M):
1. Permanent Disability / DAFWC
2. Moderate Damage IDR 1M - IDR 10M
3. Environment Reportable 15 - 100 bbls
Low (L):
1. Single or Multiple Minor Injuries (Medical Treatment)
2. Minor Facility Damage IDR 100 Juta - hingga IDR 1M
3. Environment Minor Loss 1 - 15 bbls
Very Low (VL):
1. Single First Aid
2. Minor Facility Damage < IDR 100 Juta
3. Environment Slight Loss < 1 bbls
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Tabel 3.3 Peringkat risiko dan deskripsi

Risiko tidak dapat diterima oleh JOB Pertamina Talisman Jambi


Tinggi Merang, kecuali risiko telah dikurangi sampai pada level rendah
atau sedang
Risiko dapat ditoleransi, jika pengendalian sudah dipastikan
dilaksanakan dan berfungsi ALARP (As Low as Reasonably
Sedang Practicable). Corrective Action harus diupayakan untuk
menurunkan risiko sampai pada level rendah.
Secara normal risiko dapat diterima dan tidak dibutuhkan
Rendah pengendalian tambahan.
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

34
HIRADC tinggalah hanya sekedar dokumen dan risiko pekerjaan tidak akan
terkendali secara efektif jika dokumen HIRADC tidak digunakan sebagai referensi
penilaian risiko. Komitmen yang kuat dan konsisten dibutuhkan untuk memenuhi dan
mengimplementasikan rekomendasi secara efektif pada setiap pekerjaan, setidaknya
sebelum dan saat pekerjaan berlangsung. Sebagaimana dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa pilihan metode pengendalian risiko diurutkan dengan hierarki
prioritas sebagai berikut :

1. Eliminasi : Menghilangkan sumber bahaya. Contoh: Risiko sebelumnya


karena ada bahaya pekerjaan di ketinggian, mitigasi eliminasinya dengan
menghapuskan lingkup pekerjaan di ketinggian.
2. Substitusi : Menggantikan sumber bahaya. Contoh: Risiko sebelumnya
karena ada bahaya pekerjaan di ketinggian, mitigasi substitusinya dengan
menggantikan lokasi pekerjaan di ketingian dengan pekerjaan di ground
level.
3. Rekayasa Engineering : Memodifikasi teknologi. Contoh: Risiko
sebelumnya karena ada bahaya pekerjaan di ketinggian, mitigasi rekayasa
engineeringnya dengan memodifikasi lokasi kerja dengan menambahkan
platform sementara/tetap dengan pagar pengaman disekelilingnya.
4. Pengendalian Administrasi : Mengendalikan dengan metode kerja /
prosedur. Contoh: Risiko sebelumnya karena ada bahaya/hazard pekerjaan
di ketinggian, mitigasi pengendalian administrasinya dengan memastikan
bahwa pekerjaan tersebut telah memiliki prosedur kerja dan memiliki ijin
kerja (Permit to Work) yang terlampir dalam Lampiran 1
5. Alat Pelindung Diri (APD) : Mengurangi tingkat keparahan dengan APD.
Contoh: Risiko sebelumnya karena ada bahaya pekerjaan di ketinggian,
mitigasi alat pelindung dirinya adalah pekerja menggunakan APD yang
dibutuhkan, body harness dan lifeline.

35
Gambar 3.8 Hierarki Pengendalian dan Perencanaan Penurunan Risiko
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Implementasi HIRADC perlu diukur dan dimonitor untuk menilai apakah sudah
cukup efektif untuk mengendalikan risiko pekerjaan sehingga siklus Plan-Do-Check-
Action pada penilaian risiko lengkap dan berkembang ke arah yang lebih baik sebagai
improvement. Metode pengukurannya bisa dilakukan dengan menganalisa hasil
inpeksi ataupun audit dimana kemudian hasil monitoring ini digunakan sebagai
referensi.

Dalam melaksanakan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan JOB Pertamina-


Talisman Jambi Merang, dilaksanakan sebuah metode sistematis untuk metode secara
rinci berupa dokumen instruksi kerja untuk penilaian bahaya dan risiko serta
pengendailannya. Metode tersebut tertuang dalam suatu instruksi kerja yang dimiliki
oleh JOBPTJM, yaitu Job Safety Analysis (JSA) (JM-HS-GWI-002). JSA harus
diimplementasikan dalam setiap tahapan proses, orang yang bertanggung jawab pada
suatu area atau peralatan, orang yang melakukan pekerjaan atau manajemen lainnya
ataupun personel yang yakin terdapat risiko signifikan yang tidak dapat dikendalikan
secara memadai tanpa penilaian lebih teliti maupun pengendalian tambahan.

36
Persyaratan ini secara ideal harus diidentifikasi ketika perencanaan pekerjaan pertama
kali diinisiasikan. Alasan bagi pandangan ini meliputi contoh berikut :

1. Tugas baru atau tidak familiar untuk dikerjakan;


2. Secara fisik tidak mungkin untuk mematuhi seluruh standar yang relevan
dengan prosedur local, praktik K3L atau sumber panduan lainnya yang telah
dikenal.
3. Pengendalian yang telah digunakan sebelumnya dapat menjadi tidak wajar
untuk digunakan dalam kasus ini.
4. Tugas yang dilakukan kompleks dan atau memiliki potensial dampak pada
aktivitas lainnya.
5. Keputusan mengenai kapan JSA dibutuhkan untuk sebuah tugas merupakan
hal yang subjektif dan akan bergantung pada orang-orang yang terlibat,
tetapi peraturan yang harus diikuti harus diaplikasikan untuk menjamin
tingkatan penilaian risiko yang konsisten dilakukan dalam organisasi.

Pelaksanaan Job Safety Analysis merupakan suatu keharusan bagi kegiatan


sebagai berikut :

1. Masuk ke dalam ruang terbatas (termasuk mesin pembersih).


2. Pekerjaan panas dengan api terbuka di seluruh area plant (diklasifikasikan
kembali)
3. Kegagalan untuk menemukan standar isolasi minimum
4. Deviasi dari kebijakan, prosedur, atau praktik yang ada.
5. Proyek konstruksi yang baru dan besar.
6. Bekerja di dalam air dalam lokasi yang terpajan bahaya
7. Tugas lainnya meliputi penggunaan substansi berbahaya bagi kesehatan
8. Operasi menyelam
9. Pengangkatan berat secara umum
10. Pengangkatan melebihi 1000 kilogram
11. Menggunakan material ledakan
12. Tugas meliputi radiografi dan radiasi ion
13. Operasi pengangkatan kompleks meliputi banyak suspensi

37
14. Aktivitas yang meliputi pajanan potensial bagi H2S
15. Dimana banyak peralatan proteksi dihilangkan atau dihambat dari suatu
sistem
16. Operasi secara simultan
17. Dimana suatu elemen peralatan gawat darurat dihilangkan dari suatu
pelayanan, contoh: penghilangan atau pemeliharaan pompa kebakaran
18. Aktivitas baru yang dilakukan untuk pertama kalinya dan atau meliputi
personel atau subkontraktor baru di lapangan

Dalam melaksanakan proses identifikasi bahaya dalam JSA, harus dilakukan


pendataan seluruh bahaya signifikan. Hal ini dilakukan dengan diskusi kelompok,
dimana terdapat ketua JSA yang memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah
diberikan kesempatan yang cukup untuk menunjukkan pandangan mereka. Hal ini
penting mengingat pendekatan sistematik yang diadopsi menggunakan daftar bahaya
dalam JOBPTJM hanya merupakan sebuah panduan umum.

Tabel 3.4 Daftar bahaya kesehatan

ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
Aspek Health
1 Ht-001 Biologis
2 Ht-002 Chemical
3 Ht-003 Display screen equipment
4 Ht-004 Ergonomic
5 Ht-005 Getaran
6 Ht-006 Higienitas Makanan
7 Ht-007 Kebisingan
8 Ht-008 Kualitas Udara
9 Ht-009 Makanan
10 Ht-010 Minuman
11 Ht-011 Narkoba
12 Ht-012 Partikel non B3 (debu)

38
Tabel 3.4 Daftar bahaya kesehatan (lanjutan)

ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
13 Ht-013 Penanganan Manual
14 Ht-014 Pencahayaan
15 Ht-015 Radiasi
16 Ht-016 Radiologi
17 Ht-017 Rokok
18 Ht-018 Stress/ Psikologi
19 Ht-019 Suhu Ekstrim
(Sumber : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Tabel 3.5 Daftar bahaya keselamatan

ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
Aspek Safety
1 Sf-001 Alat angkat
2 Sf-002 APD
3 Sf-003 Api terbuka
4 Sf-004 Bahaya listrik
5 Sf-005 Bekerja di ruang terbatas
6 Sf-006 Bekerja di tempat tinggi
7 Sf-007 Bekerja sendirian
8 Sf-008 Benda jatuh
9 Sf-009 Benda jatuh dari ketinggian
10 Sf-010 Biologis
11 Sf-011 Ekskavasi/galian
12 Sf-012 Ekstrem temperatur
13 Sf-013 Electrikal tools

39
Tabel 3.5 Daftar bahaya keselamatan (lanjutan)

ID
NO TIPE BAHAYA
BAHAYA
14 Sf-014 Fasilitas existing
15 Sf-015 Flying object
16 Sf-016 house keeping
17 Sf-017 Kecepatan tinggi
18 Sf-018 Komunikasi
19 Sf-019 Kondisi akses/jalan
20 Sf-020 Kondisi kendaraan tidak layak
21 Sf-021 Lantai kerja
22 Sf-022 Lingkungan kerja
23 Sf-023 Material
24 Sf-024 Material mudah terbakar
25 Sf-025 Mengemudi
26 Sf-026 Pekerjaan bawah air
27 Sf-027 Penanganan manual
28 Sf-028 Pencahayaan
29 Sf-029 Pengambilan gambar di Red Zone
30 Sf-030 Pengikat kendor
31 Sf-031 Pengoperasian alat
32 Sf-032 Peralatan berputar
33 Sf-033 Peralatan tajam
34 Sf-034 Peralatan kerja
35 Sf-035 Perkakas tangan
36 Sf-036 Perlengkapan kendaraan kurang
37 Sf-037 Petir
38 Sf-038 Ruang gerak terbatas
39 Sf-039 Stress
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

40
3.4.2 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya
Dalam penyusunan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang turut
mempertimbangkan perundang-undangan nasional dan/atau daerah dan juga
persyaratan lain mengenai K3. Untuk mencapai hal tersebut, JOBPTJM telah membuat
sebuah Prosedur Identifikasi dan Evaluasi Penataan (JM-RS-SOP-004). Dalam
prosedur tersebut dijelaskan mengenai proses identifikasi seluruh peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan setiap
departemen pada JOBPTJM, dimana di dalamnya termasuk peraturan mengenai sistem
manajemen K3.

Proses identifikasi peraturan dan perundangan dan persyaratan lain di


JOBPTJM mencakup hal-hal sebagai berikut tapi tidak terbatas pada:

 Undang-Undang;
 Keputusan Presiden;
 Peraturan Pemerintah;
 Keputusan Menteri;
 Peraturan di bawah Menteri;
 Peraturan di bawah Departemen atau Lembaga Pemerintahan;
 Peraturan Tingkat Daerah I dan II;
 Peraturan Perusahaan;
 Persyaratan Pelanggan;
 Keputusan Asosiasi;
 Peraturan Internasional.

41
Gambar 3.9 Hierarki PPUU
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)

QHSSE manager bertanggung jawab untuk memastikan peraturan perundangan


dan persyaratan lain terkait dengan SMK3, teridentifikasi, dikomunikasikan, dipahami,
dipastikan ditaati dan penaatannya berjalan efektif yang dibuktikan dengan
pelaksanaan evaluasi. Identifikasi Persyaratan Peraturan Perundanganundangan
(PPUU) dilakukan pada tingkat departemen oleh personel yang memiliki kompetensi
dan pemahaman terkait aspek pemenuhan PPUU dan konsekuensi jika tidak dipenuhi.

Agar peraturan perundangangan dan persyaratan lain terkait masing-masing


departemen selalu terbaharui, pimpinan tertinggi setiap departemen harus memastikan
pelaksanaan tinjau ulang PPUU minimal setiap satu tahun sekali untuk memastikan
keterkiniannya. Proses pemberharuan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
terkait SMK3 dilakukan oleh Departemen QHSSE melalui beberapa cara tapi tidak
terbatas pada surat kabar, undangan sosialisasi, surat elektronik, database online dan
lain-lain. JOBPTJM memiliki kewajiban untuk melaksanakan evaluasi peraturan
perundangan dan persyaratan lain terkait yang telah diidentifikasi olehnya dengan
efektif dan efisien. Hasil evaluasi penaatan Persyaratan dan Peraturan PerUndang-
Undangan menjadi dasar perubahan dan revisi strategi dan prosedur sistem manajemen
JOBPTJM.

42
Dalam pelaksanaan kegiatan pada JOBPTJM terdapat hal-hal yang perlu
dikomunikasikan kepada pihak berwenang. Pelaporan kepada pihak berwenang
termasuk tapi tidak terbatas pada:

1. Perencanaan operasi (contoh: perpanjangan ijin operasi termasuk alat


angkut-angkat-bejana bertekanan dan lain-lain);
2. Perubahan perencanaan yang membutuhkan notifikasi (contoh: annual
plant shut down);
3. Kejadian yang tidak diinginkan (contoh: unplanned shut down, ilegal
tapping, abnormal flaring).

Pelaporan kepada pihak berwenang berisi tapi tidak terbatas pada subyek
pelaporan, waktu pelaporan, metode pelaporan, format pelaporan, tanggung jawab
individu untuk pelaporan, verifikasi bahwa laporan sudah diterima. QHSSE
manager memastikan pemahaman setiap orang yang menjadi tanggungjawabnya
atas penerapan peraturan perundangan dan persyaratan mengenai SMK3 serta
konsekuensi jika tidak dipenuhi. Mekanisme sosialisasi dan pemahaman dapat
dilakukan secara internal, atau dalam forum seperti induksi, rapat dan lain-lain.
Seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang diikuti oleh
perusahaan didokumentasikan dan ditinjau ulang kecocokannya minimal setiap
satu tahun untuk memastikan bahwa semua aktivitas di JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang memenuhi peraturan SMK3 yang ada.

3.4.3 Tujuan, Sasaran dan Program


Berdasarkan Jambi Merang Manual Management System (JM-HSE-GEN-
MAN-00001), JOB Pertamina-Talisman memiliki tujuan Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) untuk:

1. Melakukan upaya pencegahan, mitigasi, minimisasi kecelakaan kerja


dan sakit akibat kerja.
2. Melakukan upaya penanggulangan bahaya kecelakaan dan kebakaran.

43
3. Melakukan upaya penanggulangan terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup.

Tujuan-tujuan tersebut tertuang menjadi parameter-parameter yang dapat


terukur, yaitu KPI (Key Performance Indicator). KPI dimiliki oleh seluruh manajer
pada JOB PTJM. Sasaran K3 perusahaan berada pada KPI QHSSE Manager. Dalam
mencapai tujuannya, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang membuat sebuah Sistem
Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Lindungan Lingkungan (SMK3LL) yang
berisikan 12 (dua belas) elemen yang dapat dilihat pada Gambar 3.3. Elemen-elemen
tersebut mengacu pada Perturan Pemerintah Republik Indonesia, peraturan dan standar
internasional (OHSAS 18001, ISO 14001, ILO, Australian Standard), serta peraturan
PT Pertamina Hulu Energi yang terkait dalam Manajemen Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingkungan. Dua belas elemen SMK3 tersebut dibuat sebagai upaya untuk
mencapai sasaran K3 JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang yang berbunyi “Zero
Accident, Zero Injury, Zero Environmental Damage.” Untuk mencapai tujuan dan
sasaran K3 tersebut, Departemen QHSSE JOBPTJM telah menetapkan beberapa
program, yaitu :

1. Safety Behaviour Observation Card (SBOC)


SBOC adalah kartu observasi bahaya yang digunakan sebagai alat untuk
membantu dalam melakukan proses inspeksi untuk setiap karywan yang tidak
mengenal jabatan, pekerjaan maupun lingkungan kerja. Program kartu
observasi bahaya ini digunakan untuk mengamati tingkah laku manusia dan
lingkungan kerja. Program implementasi SBOC menjelaskan secara sistematis
proses perubahan perilaku yang dilakukan selama pekerja tersebut berada di
lapangan operasi JOBPTJM. SBOC merupakan lembar isian mengenai kondisi
tidak aman, tindakan tidak aman ataupun kejadian nearmiss yang ditemuka oleh
seseorang dalam menjalani pekerjaan di lapangan. SBOC diberikan kepada
seluruh pekerja yang berada di lapangan dan dikumpulkan pada kotak SBOC
yang diletakkan di tempat-tempat strategis.

44
Gambar 3.10 Contoh SBOC

45
2. Refreshment Training penggunaan Alat Pemadam Kebakaran
Program ini diperuntukkan bagi seluruh karyawan yang berada di lapangan
operasi JOBPTJM. Program refreshment training ini bertujuan untuk
memastikan seluruh karyawan mampu menggunakan alat fire extinguisher
dengan benar dan aman. Refreshment digunakan dengan dua cara, yaitu
pemberian materi dan praktik penggunaan alat fire extinguisher. Program ini
merupakan salah satu in-house training dengan personel QHSSE sebagai
pelatihnya.

Gambar 3.11 Pelatihan Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran

3. Safety Patrol bersama pihak manajemen dan kontraktor


Safety Patrol dilakukan setiap minggu dan pelaksanaannya dipimpin oleh
Departemen QHSSE dengan melibatkan pihak manajemen di lapangan dan
manajemen kontraktor. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penilaian
terkait kondisi lingkungan kerja dan aktivitas para pekerja dalam kerangka
implementasi aspek K3 di area kerja.

4. Safety Talk bagi Kontraktor


Program ini memiliki tujuan unruk memastikan bahwa seluruh aspek
kesehatan dan keselamatan kerja juga tersampaikan secara baik kepada para
pekerja kontraktor. Kegiatan ini dilakukan setiap Hari Senin sebelum para

46
pekerja kontraktor melakukan aktivitas pekerjaannya. Selain itu, forum
pertemuan ini juga dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi terbaru
terkait kegiatan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang seperti kegiatan
shutdown, audit, kunjungan eksernal dan lain-lain.

Gambar 3.12 Safety Talk Kontraktor

5. Safety Inspection
Setiap kecelakaan ataupun kejadian yang terjadi dalam proses produksi
JOBPTJM diidentifikasi dan dibuat langkah-langkah pencegahannya agar tidak
terjadi kembali di masa yang akan datang. Untuk memastikan bahwa seluruh
karyawan memahami mengenai pembelajaran dari kejadian ini, dilaksanakan
program pubikasi pembelajaran dari kejadian kepada seluruh karyawan yang
bekerja di JOBPTJM.

6. Bulan K3
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 386 tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2015-2019, JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang melaksanaan Perayaan Bulan K3 Nasional dengan adanya perlombaan
terkait Quality, Health, Safety, Security dan Environment setiap satu tahun
sekali.

47
Gambar 3.13 Poster Bulan K3 JOB PTJM
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

7. Safety Stand Down


Safety Stand Down merupakan pertemuan yang membahas mengenai
kecelakaan atau insiden K3 yang terjadi kepada karyawan JOB PTJM, baik
di dalam maupun di luar jam kerja. Pada pertemuan ini, insiden tersebut
dievaluasi sehingga ditemukan dasar penyebabnya dan cara untuk
mencegah agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi di masa yang akan
datang. Safety Stand Down biasanya dilaksanakan setelah Toolbox Meeting.

48
Gambar 3.14 Safety Stand Down JOB PTJM

8. Toolbox Meeting
Toolbox Meeting merupakan suatu program yang dilaksanakan secara rutin
untuk membahas aktivitas rutin dan khusus yang akan dilaksanakan pada hari
tersebut dan meninjau ulang aktivitas pada hari sebelumnya, khususnya
kegiatan-kegiatan terkait K3. Pertemuan ini dilaksanakan setiap hari pukul
06.00 dan dihadiri oleh seluruh karyawan JOB PTJM lapangan. Hal-hal yang
disampaikan pada Toolbox Meeting adalah jumlah orang di lapangan (person
on board), pembagian tanggung jawab dalam keadaan darurat, pembahasan
SBOC terkumpul, dan peringatan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan
masing-masing saat sedang melaksanakan pekerjaan.

Gambar 3.15 Toolbox Meeting JOB PTJM

49
9. Karib (Kaji Risiko Pribadi)
Kaji Risiko Pribadi (Karib) adalah upaya kaji risiko yang dilakukan secara
pribadi oleh setiap pekerja dalam melakukan semua tugas-tugasnya. Prosesnya
lebih sederhana dan tidak formal sebagaimana JSA. Karib dibuat dengan
harapan dapat meningkatkan kesadaran individu, mencapai keamanan seluruh
tugas, baik yang memerlukan Ijin Kerja (Permit to Work) atau tidak dan
meningkatnya budaya keselamatan di dalam maupun luar tugas. Karib
dilaksanakan melalui tiga buah pertanyaan yang diharapkan dijawab oleh
masing-masing pekerja sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.

Gambar 3.16 Kaji Risiko Pribadi JOB PTJM


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

50
3.5 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
3.5.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang
Untuk menjaga aspek kesehatan dan keselamatan kerjanya, JOBPTJM telah
menentukan mengenai peran dan tanggung jawab terkait kesehatan dan keselamatan
kerja perusahaan. JOBPTJM memiliki ketentuan di mana seluruh anggota manajemen
puncak mempunyai peran, tanggung jawab, dan wewenang terkait dengan
implementasi SMK3. Berikut merupakan tanggung jawab dan wewenang terkait
implementasi SMK3 berdasarkan tingkatan anggota manajemen puncak masing-
masing:

1. General Manager
a. General Manager harus memiliki tanggung jawab pokok secara
menyeluruh dan akuntabilitas bagi kesehatan, keselamatan dan
lingkungan pada JOBPTJM
b. General Manager merupakan orang utama yang bertanggung jawab
terhadap formulasi Kebijakan K3 dan implementasi SMK3
JOBPTJM
c. General Manager dapat mendelegasikan tanggung jawab dan
menyerahkan akuntabilitas bagi implementasi SMK3 melalui Field
Manager dan lini manajer masing-masing pada setiap pekerja yang
bekerja dan memiliki kepentingan dalam JOBPTJM
d. General Manager pada akhirnya memberi kuasa sumber daya
penting agar sesuai dengan tujuan dan target performa K3 pada
JOBPTJM
e. Menentukan strategi untuk peningkatan implementasi SMK3 secara
terus menerus.
f. Berhubungan dengan pemerintah yang relevan terkait dengan
pengaturan wewenang
g. Mendefinisikan program intervensi yang dibutuhkan untuk menutup
celah identifikasi selama implementasi perencanaan SMK3

51
2. Field Manager
a. Field Manager memiliki tanggung jawab dalam implementasi
kebijakan K3 dan SMK3, yang terintegrasi dengan Manajemen
Risiko
b. Field Manager memiliki tanggung jawab untuk
mengimplementasikan aspek K3 dan inspeksi peralatan dalam
setiap area operasi.
3. Operation Manager
a. Operation Manager memiliki tanggung jawab dalam implementasi
kebijakan K3 dan SMK3, yang terintegrasi dengan Manajemen
Risiko
b. Operation Manager memiliki tanggung jawab untuk
mengimplementasikan aspek K3 dan inspeksi peralatan dalam
setiap area operasi.
4. Superintendent/Supervisor
a. Superintendent / supervisor memiliki tanggung jawab bagi
implementasi SMK3 dalam kewenangan area mereka
b. Superintendent / supervisor memiliki tanggung jawab untuk
memantau performa pelaksanaan SMK3 dan menyediakan
masukan bagi manajemen puncak
5. QHSSE Manager
a. Bertanggung jawab dalam membantu dan menyediakan saran dan
pertimbangan terhadap General Manager dan manajemen puncak
dalam membuat dan mengimplementasikan kebijakan K3
b. QHSSE Manager merupakan orang yang bertanggung jawab
terhadap manual sistem manajemen K3 dan bertindak sebagai
representatif manajemen bagi SMK3
c. QHSSE Manager bertanggung jawab terhadap pemantauan
implementasi SMK3 pada area operasi

52
d. Mengelola K3 organisasi yang sesuai bagi tujuan penyediaan
spesialis kesehatan, keselamatan, dan lingkunganyang sesuai untuk
mendukung implementtasi SMK3 di JOBPTJM
e. Bertindak sebagai titik pusat yang behubungan dengan otoritas
peraturan pemerintah, asosiasi industri dan perusahaan pada seluruh
persoalan K3
f. Menyediakan audit program K3 bagi efektivitas implementasi
sistem manajemen K3 dan bagi yang berkepentingan terhadap
perusahaan

Seluruh anggota perusahaan memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-


masing untuk mengimplementasikan sistem manajemen K3 perusahaan. Namun tetap
diharuskan adanya seorang anggota manajemen puncak yang memiliki tanggung jawab
khusus K3 dan lingkungan, yaitu QHSSE Manager. QHSSE Manager ditunjuk oleh
General Manager untuk mengetuai sebuah departemen dibawahnya, yaitu Departemen
QHSSE. Sistem manajemen K3 dan lingkungan JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang ditangani oleh di Quality, Health, Safety, Security and Environment (QHSSE)
Departement. Departemen QHSSE bertanggung jawab dalam menerapkan dan
memelihara Sistem Manajemen K3 yang secara terus menerus diperbaiki
keefektifannya.

53
QHSSE Manager

Admin. Assistant

Quality & Field


Health & Field HSE
Performance Security
Safety Head Coordinator
Mgt. Head Coordinator

Performance Security Quality &


Environment OH-IH Safety Mgt. Safety Safety
Admin. Environment
Specialist Specialist Engineer Inspector Supervisor
Analyst Officer Specialist

Safety Quality Operation


OH-IH
Perform Mgt. Security
Officer
Analysi Specialist Officer

Safety
Officer

Gambar 3.17 Struktur organisasi Departemen QHSSE


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

54
3.5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran
Kegiatan-kegiatan pada JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki
tingkat potensi bahaya yang cukup tinggi. Agar tidak terjadi insiden yang tidak
diinginkan pada area operasi perusahaan, maka harus dipastikan bahwa seluruh
karyawan JOBPTJM telah memiliki kompetensi K3 dan SMK3 yang sesuai dengan
kegiatan perusahaan. Prosedur Pelatihan Pekerja (JM-BS-SOP-008) dan Talent
Management Procedure (JM-BS-SOP-009) merupakan prosedur yang ditetapkan oleh
JOBPTJM untuk memastikan bahwa perusahaan telah melakukan upaya untuk
meningkatkan kompetensi terkait dengan aspek K3L pada pelaksanaan pekerjaan
masing-masing karyawan. Prosedur tersebut mencakup jenis kompetensi teknis K3L
untuk seluruh jabatan dan unit kerja seluruh karyawan JOBPTJM.

Penyusunan dan pengembangan pedoman kompetensi teknis K3L dilakukan


oleh HSE Manager dengan meninjau ulang proses bisnis, struktur organisasi dan sistem
manajemen K3 dan lingkungan di JOBPTJM. Berdasarkan hasil tinjau ulang tersebut
kemudian ditentukan jenis kompetensi, kemampuan dan keterampilan teknis K3L yang
sesuai dengan tingkat jabatan, unit pekerjaan baik karyawan departemen HSE maupun
non departemen HSE dan pemenuhan persyaratan dan peraturan kompetensi K3L
berlaku. Jenis kompetensi yang telah disusun kemudian dikoordinasikan dengan
Human Recource Development (HRD) Manager dan para pimpinan unit kerja untuk
ditinjau ulang kesesuaiannya dengan pelaksanaan pekerjaan di unit kerja tersebut. Jenis
kompetensi yang telah ditentukan akan dijadikan acuan dalam melakukan analisa
kebutuhan pelatihan K3L serta menyusun matriks pelatihan K3L. Dokumen hasil
penyusunan jenis kompetensi tersebut harus didistribusikan ke seluruh pimpinan di unit
kerja dan ditinjau ulang secara berkala untuk memastikan kesesuaiannya dengan
perubahan di organisasi.

Untuk memastikan bahwa semua karyawan dan pihak eksternal yang terkait
dengan aktivitas di JOBPTJM memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi
yang cukup mengenai K3 dan lingkungan guna memberdayakannya untuk secara aktif
mengimplementasikan sistem manajemen K3 dan lindungan linkungan, JOBPTJM
memerlukan prosedur standar operasi berupa Health, Safety and Environmental

55
Training Procedure (JM-05-HSE-PRO-00014). Pada prosedur tersebut tertera bahwa
pelaksanaan analisa kebutuhan pelatihan ditanggungjawabi oleh seluruh manajer
departemen, Departemen HRD dan Departemen HSE. Analisa harus dilakukan untuk
mengidentifikasi semua tugas, termasuk yang memerlukan pelatihan khusus dengan
mempertimbangkan :

1. Jenis Pekerjaan
2. Tingkat Jabatan
3. Aspek pemenuhan terhadap persyaratan dan perundangan yang berlaku
yang terkait dengan K3L.
4. Karyawan dapat memberikan masukan dan saran untuk analisis kebutuhan
training.

Analisa kebutuhan pelatihan harus dibuat berdasarkan penilaian risiko dari


semua kegiatan di JOBPTJM yang diatur pada Risk Management Procedure (JM-RS-
SOP-001) dan ditinjau ulang secara berkala sehingga selalu sesuai dengan perubahan
terkait JOBPTJM. Berdasarkan hasil analisa kebutuhan pelatihan tersebut, Departemen
HRD wajib melaksanakan rencana pelatihan tahunan. Bahan pelatihan K3L internal
dibuat oleh Departemen HSE Jakarta dan disosialisasikan melalui coordinator HSE di
lapangan kepada seluruh karyawan. Setiap bahan pelatihan K3L disesuaikan dengan
kebutuhan dan sifat pekerjaan karyawan. Seluruh karyawan dapat mengusulkan
perbaikan mengenai bahan pelatihan K3L kepada Departemen HSE Jakarta.
Sedangkan untuk materi pelatihan yang tidak dapat dilakukan internal, dilakukan oleh
pihak ekternal yang telah diseleksi kompetensinya.

Pelatihan K3L di JOBPTJM terdiri dari dua jenis pelatihan, yaitu pelatihan K3L
untuk personel HSE dan non HSE. Pelatihan HSE untuk personel HSE terdiri dari
Technical Skill Training dan Non Technical Skill Training. Sedangkan Pelatihan HSE
untuk personel non HSE terdiri dari Internal Training dan External Training. Untuk
menghindari kejadian lupa oleh karyawan, dilaksanakan pelatihan K3L penyegaran
dilakukan setiap tahun sekali. Departemen HRD harus memastikan bahwa ada rekaman
mengenai seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan.

56
Tabel 3.6 Pelatihan Internal K3L

Judul Pelatihan Frekuensi Pelaksanaan

In-house Fire Fighting Refreshment Training 1/tahun


for All Employee

ISO 14001 & OHSAS 18001 Awareness 2/tahun

Quality, Health, Safety, Security and 1/tahun


Environment Management System Auditor
Refreshment
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Sebelum dan setelah dilaksanakannya pelatihan, karyawan peserta pelatihan


diberikan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui dampak dari pelatihan tersebut.
Kemudian karyawan Departemen QHSSE akan melakukan evaluasi dan analisa
terhadap hasil tes tersebut, sehingga didapatkan hasil evaluasi instruktur dan evaluasi
pelatihan yang kemudian dilaporkan kepada QHSSE Manager. QHSSE Manager akan
melakukan tinjau ulang terhadap hasil evaluasi pelatihan untuk melihat efektifitas dari
pelatihan yang telah dilaksanakan. Apabila ditemukan ketidakefektifan maka
dilakukan revisi program pelatihan untuk perbaikan. Rekaman kehadiran, rekaman
evaluasi pelatihan, dan rekaman evaluasi instruktur harus diisi oleh peserta dan
salinannya diserahkan ke Departemen HRD. Karyawan yang mengikuti kursus
pelatihan di luar perusahaan harus menyerahkan sertifikat asli pelatihan kepada
Departemen HR untuk disimpan dan salinan sertifikat diberikan ke karyawan. Semua
manajer departemen bertanggung jawab mengevaluasi karyawan tiap enam bulan
sekali untuk melihat sejauh mana kinerja pengetahuan dan keterampilan karyawan
tersebut.

57
3.5.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan sebuah prosedur
terkait komunikasi, partisipasi dan konsultasi, yaitu Prosedur Komunikasi, Partisipasi
dan Konsultasi (JM-BS-SOP-031). Pada dasarnya komunikasi di JOB Pertamina-
Talisman Jambi Merang dibagi menjadi dua jenis, yaitu komunikasi internal dan
eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi antara anggota perusahaan untuk
melakukan fungsi secara efektif. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi
yang berlangsung anatara perusahaan dengan publik sasaran yang meliputi masyarakat
sekitar, organisasi, instansi pemerintahan dan media massa.

Tabel 3.7 Jenis Media Komunikasi Internal JOB PTJM

No Media Informasi yang disampaikan


1 Surat / Memo Informasi yang memerlukan pelaksanaan
mendesak berkaitandengan proses bisnis
departemen terkait
2 E-mail Seluruh informasi terkait dengan
pekerjaan dan informasi departemen
bersangkutan
3 Buletin Pemberitaan aktifitas perusahaan baik
Perusahaan operasional dan non-operasional
4 Poster Informasi kegiatan perusahaan
5 Papan Informasi kegiatan dari masing-masing
Pengumuman departemen
6 Papan Informasi mengenai jumlah hari kerja
Pengumuman selamat dan informasi lainnya berkaitan
Insiden dengan HSE
7 TV Display Informasi umum mengenai perusahaan
8 SBOC (Safety Feedback atau pelaporan suatu insiden
Behaviour atau nearmiss terkait aspek HSE
Observation
Card)

58
Tabel 3.7 Jenis Media Komunikasi Internal JOB PTJM (lanjutan)

No Media Informasi yang disampaikan


9 Log Book Pesan yang diberikan dan ditulis oleh
informan sebagai bukti penerimaan
barang yang telah diberikan
10 Intranet Media elektronik berisi informasi umum
perusahaan, regulasi, pemesanan ruang
rapat dan transportasi
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Terkait dengan keberjalanan komunikasi di JOBPTJM, salah satu dari tanggung


jawab Departement Manager dan General Manager adalah menjalankan komunikasi
terkait K3 dan lingkungan. Untuk mencapai tanggung jawab tersebut, terdapat rapat-
rapat terkait Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) yang
diselenggarakan oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang.

Tabel 3.8 Rapat K3L JOB PTJM

No Jenis Rapat Agenda Peserta Periode


1 Sosialisasi Penjelasan mengenai Seluruh Sesuai
Kebijakan dokumen QHSSE Policy, pekerja kebutuhan
QHSSE,
Manual, Prosedur,
Manual,
Prosedur, Instruksi Kerja, Form
Instruksi Kerja
dan Form
2 Induksi HSSE Penjelasan mengenai: Pekerja baru, Sesuai
 Peraturan HSE pekerja tetap, kebutuhan
yang ada di lokasi pekerja
operasi, kontrak,
 Prosedur keadaan kontraktor,
darurat tamu atau
Aspek HSE suatu orang yang
pekerjaan seperti potensi baru datang ke
kecelakaan, penyakit dan lokasi untuk
dampak kerusakan pertama
lingkungan kalinya

59
Tabel 3.8 Rapat K3L JOB PTJM (lanjutan)

No Jenis Rapat Agenda Peserta Periode


3 Town Hall Membahas/memberikan Seluruh Sesuai
Meeting informasi mengenai isu pekerja kebutuhan
HSE yang sedang terjadi
4 Stand Down Diadakan untuk Seluruh Sesuai
Meeting membahas/memberikan pekerja kebutuhan

informasi mengenai isu


HSE yang sedang terjadi
5 Toolbox Membahas kinerja dan Seluruh Setiap hari
Meeting permasalahan yang ada di pekerja on duty
SKN dan Office Field
6 Rapat Pembahasan, perencanaan Maintenance Setiap hari
Koordinasi kegiatan, pemeliharaan planner,
Rencana Kerja aktivitas Field maintenance
Harian Engineering yang akan supervisor,
dilaksanakan keesokan production
hari, diskusi masalah supervisor,
terkait produksi dan HSSE
diskusi isu-isu supervisor,
keselamatan yang bersifat field
kritikal engineering,
project site
manager
7 Management Hasil audit internal dan Top Minimal
Review eksternal; kinerja proses Management satu kali
Meeting dan kesesuaian produk; & Division satu tahun
status tindakan perbaikan Head
dan pencegahan;
perubahan yang
mempengaruhi mutu, K3
dan lingkungan; evaluasi
pemenuhan peraturan dan
persyaratan lainnya
terkait K3; hasil
konsultasi dan partisipasi
terkait K3L;
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

60
Pada setiap rapat tersebut terdapat seorang notulen yang bertugas mencatat
pokok penting rapat dan menuangkannya ke dalam Risalah Rapat. Penyelenggara rapat
alam mendistribusikan notulen rapat dan Daftar Peserta Rapat kepada seluruh peserta
rapat agar menjadi perhatian. Bagian Risalah Rapat menjadi acuan permasalahan yang
harus ditindak lanjuti dan menjadi pembahasan di rapat berikutnya (apabila
diperlukan). Risalah Rapat harus didistribusikan kepada peserta rapat dalam waktu
yang memadai setelah rapat diselenggarakan.

Berikut merupakan prosedur partisipasi dan konsultasi JOB Pertamina-


Talisman Jambi Merang:

1. Pekerja dapat melakukan partisipasi dan konsultasi mengenai media


komunikasi yang digunakan melalui fungsi Relations
2. Fungsi Relations melakukan survey efektifitas media komunikasi ke
seluruh pekerja
3. Head of General Services mengevaluasi hasil survey dan disampaikan
kepada Business Support Manager yang akan dijadikan bahan dalam rapat
management review meeting.

3.5.4 Dokumentasi
Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) secara efektif di suatu perusahaan
dapat dilihat dari kinerja siste terstruktur dan terorganisasi dengan baik. JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki klasifikasi jenis dokumen sesuai hirarki
kedudukan dokumen tersebut serta memiliki dokumentasi yang cukup baik, yang pada
dasarnya dapat diikuti dan efektif dalam pelaksanaannya. Dokumen SMK3
dipublikasikan sesuai kepentingan dokumen tersebut.

Perusahaan yang telah memiliki sistem dokumentasi yang tertata rapid an


terstruktur merupakan ciridari penerapan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007.
Dengan adanya dokumentasi yang dilakukan sangat mempengaruhi kelancaran
penerapan OHSAS 18001:2007 perusahaan. Adapun dokumentasi yang dilakukan
mencakup dokumen-dokumen pengelolaan lingkungan yang sersuai dengan

61
persyaratan OHSAS 18001:2007, dokumen yang dimaksud anatara lain : kebijakan
perusahaan, informasi mengenai aspek dan dampak lingkungan, prosedur, manual K3,
struktur organisasi, rekaman dan dokumen-dokumen penting yang berhubungan
dengan penerapan dan pengendalian SMK3.

Dokumen Sistem Manajemen K3 JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang


disusun dalam format dan bahasa yang mudah dimengerti. Penerapan SMK3 secara
efektif di suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja sistem terstruktur dan terorganisasi
dengan baik. JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki klasifikasi jenis
dokumentasi yang cukup baik, yang pada dasarnya dapat diikuti dan efektif dalam
pelaksanaannya. Dokumen SMK3 dipublikasikan sesuai kepentingan dokumen
tersebut.

Dokumen terdapat dalam dua bentuk, yaitu soft copy dan hard copy. Dokumen
dalam bentuk soft copy terdaftar dalam jaringan internal perusahaan yang dikenal
sebagai Jambi Merang Management System (JAMMS). Sedangkan dokumen hardcopy
tersimpan di Perpustakaan pada Gedung Administrasi JOB PTJM seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 3.16 berikut.

Gambar 3.18 Perpustakaan JOB PTJM

62
3.5.5 Pengendalian Dokumen
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki sebuah jaringan yang dikenal
sebagai Jambi Merang Management System (JAMMS) yang mencakupi seluruh
dokumen yang terdapat pada JOBPTJM. Agar seluruh dokumen tersedia secara teratur
dan dapat diakses dengan baik maka JOBPTJM telah membuat prosedur dan
metodologi pengendalian dokumen yang tercantum dalam Documents and Records
Management Procedure (JM-RS-SOP-002). Pada prosedur tersebut dijelaskan bahwa
terdapat satu orang atau lebih pengendali dokumen yang bertugas memelihara seluruh
dokumen yang tersedia pada JOBPTJM. Pengendali dokumen bertanggung jawab
untuk :

1. Kebutuhan persiapan dan konsultasi dengan document engineer, yaitu orang


yang bertugas memasukkan dokumen secara teknis ke dalam jaringan JAMMS;
2. Mendistribusikan dokumen kepada seluruh karyawan sehingga diperoleh
masukkan untuk pelaksanaan evaluasi dokumen tersebut;
3. Memastikan dokumen sesuai dengan format dan struktur yang telah ditetapkan
4. Memastikan dokumen telah dikomunikasikan kepada orang atau departemen
terkait;
5. Memulai kegiatan tinjau ulang dan revisi dokumen secara berkala berdasarkan:
a. Pemberharuan HIRADC dan penilaian risiko
b. Perubahan regulasi yang berhubungan dengan dokumen terkait
c. Rekomendasi akibat audit, tinjauan manajemen puncak dan lain-lain
6. Memastikan dokumen dengan status terkini telah diunggah pada jaringan
JAMMS dan didaftarkan ke dalam Document Master List (JM-RS-FRM-
002C).

Manajer setiap departemen memiliki tanggung jawab terhadap seluruh isi


dokumen yang telah disetujuinya dan harus melakukan tinjau ulang terhadap
efektivitas induksi dokumen terhadap karyawan atau departemennya masing-masing.
Dokumen harus diidentifikasi secara individual, tersedia dalam revisi terbaru,
tercantum status revisi di dalamnya. Penyediaan dokumen elektronik harus dilakukan
setiap tahunnya atau setiap terdapat perubahan dokumen oleh management

63
representatives. Semua dokumen yang tersedia pada JAMMS harus dapat
diidentifikasi sesuai dengan format sebagai berikut :

Gambar 3.19 Identifikasi Dokumen JAMMS


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Semua dokumen harus dipersiapkan, ditinjau ulang dan disetujui terlebih


dahulu sebelum diterbitkan. Hanya dokumen tersetujui dapat diterbitkan. Ketika
terdapat dokumen yang dibatalkan atau direvisi, pemberlakuan dokumen tersebut harus
ditunda ataupun dicabut untuk menghindari penggunaan dokumen yang sudah tidak
digunakan lagi. Dokumen yang telah tidak digunakan serta perubahan-perubahan
dalam setiap dokumen harus tetap disimpan oleh pengontrol dokumen. Dokumen harus
ditinjau ulang secara periodic. Pengontrol dokumen memiliki tanggung jawab untuk
memastikan keberjalanan proses pemberharuan dokumen setiap:

1. Dua tahun sekali


2. Terdapat kebutuhan perubahan dari pengguna dokumen;
3. Terdapat modifikasi proses, sistem dan hal-hal lain terkait dokumen;

64
4. Terdapat perubahan persyaratan dan perundangan lain terkait;
5. Dibutuhkan perbaikan akibat adanya rekomendasi, pembelajaran dari suatu
kejadian dan lain-lain;

Perubahan dokumen harus ditinjau ulang kembali dan disetujui oleh


manajemen puncak sebelum diterbitkan. Pengontrol dokumen bertanggung jawab pula
untuk memastikan setiap karyawan memiliki akses untuk mendapatkan seluruh
dokumen eksternal yang berhubungan dengan JOBPTJM, termasuk dokumen eksternal
yang berhubungan dengan proses perencanaan dan operasi sistem manajemen K3
JOBPTJM.

3.5.6 Pengendalian Operasional


JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan prosedur-prosedur
dalam menentukan pengendalian operasionalnya. Prosedur tersebut ditetapkan untuk
memastikan adanya proses serta prosedur keselamatan minimum ketika melaksanakan
pekerjaan operasi dan pemeliharaan di lapangan sehingga karyawan memiliki
gambaran praktis terhadap keselamatan kerja di lapangan. Dalam melaksanakan
pengendalian, setiap pekerjaan operasi dan perawatan (maintenance) harus
direncanakan dan dijadwalkan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan perencanaan operasi adalah :

1. Status dari unit/peralatan/proses yang akan dioperasikan atau dikerjakan


2. Bahaya dan sumber bahaya yang ada
3. Kompetensi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut
4. Pekerjaan lain yang sedang/akan berlangsung
5. Peralatan yang sesuai dengan klasifikasi area listrik
6. Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan
7. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
8. Persyaratan ijin yang diperlukan

65
Terdapat beberapa pengendalian operasional K3 yang dilakukan oleh JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang, pengendalian operasional tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Pelatihan dan Komunikasi


Semua karyawan yang terlibat di dalam operasi kerja harus melalui pelatihan
dan memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan pekerjaannya. Pelatihan harus
dilakukan sebelum pekerjaan diberikan atau dimulai. Pekerja baru/tamu/kontraktor
yang datang ke area operasi harus mendapatkan pelatihan sebelum memulai
pekerjaannya. Pada Minimum Entry Procedure (JM-HS-SOP-011) yang telah
ditetapkan oleh JOBPTJM, tertera bahwa hanya karyawan JOBPTJM, kontraktor, dan
pengunjung dengan kartu tanda masuk dan didokumentasikan persyaratan minimum
yang valid yang akan diijinkan untuk mengunjungi atau bekerja di fasilitas JOBPTJM
(gas plant, metering, dan well pad).

Tabel 3.9 Persyaratan Minimum Ijin Masuk Fasilitas JOBPTJM

Minimum Requirement Regular Non-Regular Government


HSSE Orientation Yes Yes No
Basic Fire Fighting Yes No No
Basic First Aid Yes No No
Medical Check Up Yes Yes No
HSSE Site Orientation Yes Yes Yes
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)

Gambar 3.20 HSSE Orientation

66
Gambar 3.21 Pemeriksaan Kesehatan

2. Alat Pelindung Diri (APD) / Personal Protective Equipment (PPE)


Salah satu cara pengendalian operasional adalah dengan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). Prosedur penggunaan APD pada JOBPTJM terdapat dalam
Personal Protective Equipment Procedure (JM-HS-SOP-004). Setiap karyawan
memiliki tanggung jawab untuk memakai APD secara benar serta merawat,
membersihkan dan memelihara APD yang dikenakannya. Setiap karyawan wajib
melapor apabila terdapat kerusakan pada APD dan perlu diganti. Agar hal tersebut
dapat dicapai, maka wajib dilaksanakan pelatihan penggunaan APD bagi seluruh
karyawan JOBPTJM. Standar APD yang digunakan oleh JOB PTJM dapat dilihat
dengan jelas pada Tabel 3.10

67
Tabel 3.10 Standar APD

APPROVED TYPICAL BRAND


ITEMS
STANDARDS NAME
Hearing Protection
Ear Plugs DOSH approved Elvex, Matador, Proguard,
3M
Ear Muffs (Hard Hat DOSH approved or meet MSA, Proguard, 3M, AO
Mounted) ANSI Z89.1 standard
Canal Cap DOSH approved 3M
Respiratory Protection
Supplied air (Self EN 12021:1999 and/or Draeger
Contained EN
Breathing Apparatus or 12419:1999 standards
SCBA, Air Line
Breathing
Apparatus)
Filter respirators (eg. DOSH approved 3M, Ao, Shigematsu,
powered respirators, Draeger Safety
canister
respirators and face
mask
filter)
Head Protection
Safety Helmets/ Hard DOSH approved or meet
Hats ANSI Z.89.1 standard
Foot Protection
Rubber boots EN345 standard Harvik, Wayne, Inyati
Safety Boots DOSH approved or meet Red Wing
ASTM F 2413 standard
Eye and Face
Protection
Safety glasses DOSH approved or meet Elvex, MSA, AO Safety,
ANSI Z87.1 standard 3M
Prescription Glasses ANSI Z87.1 standard Refer to TML HSSE
(Single Department
focal/ bifocal/
multifocal)
Goggles DOSH approved or meet Elvex, MSA, AO Safety,
ANSI Z87.1 standard 3M

68
Tabel 3.10 Standar APD (lanjutan)

APPROVED TYPICAL BRAND


ITEMS
STANDARDS NAME
Visors/face shield DOSH approved or meet Elvex, MSA, AO Safety,
ANSI Z87.1 standard 3M
Fall Protection
Full-body harnesses AS/NZS 1891.1:1995 MSA
and/or
AS/NZS 1891.3:1992
standards
Body Protection
Chemical protective DOSH approved DuPont
clothing
Fire/Flame Retardant EN 431:1995 standard NOMEX or equivalent with
Clothing (FRC) Coverall flame resistant properties
Note: Fire retardant properties will
be loss unless coveralls are dry
cleaned.
Personal Flotation Device (PFD)
Work Vest SOLAS standard Mustang Survival, Datrex
Hand Protection
Cotton gloves Proguard
Leather gloves Proguard
Chemical resistant DOSH approved Ansell, Summitech,
gloves Rubbertex,WORKSafe,
Safetyware, Proguard
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Pemilihan dan penggunaan APD berdasarkan hasil rekomendasi analisis


bahaya dan risiko di tempat kerja. Kewajiban menggunakan APD dibagi berdasarkan
tiga zona di area lapangan JOB PTJM, yaitu Zona Merah, Zona Kuning dan Zona
Hijau. Zona Merah merupakan area dimana personel yang berada di dalamnya wajib
menggunakan APD lengkap, yaitu safety helmet, safety glasses, safety shoes dan
coverall sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar. Area lapangan yang tergolong
sebagai Zona Merah adalah Gas Plant dan Warehouse.

69
Gambar 3.22 Gambar APD lengkap JOB PTJM

Gambar 3.23 Gudang JOB PTJM

70
Gambar 3.24 Jambi Merang Gas Plant
Zona Kuning merupakan area dimana seluruh personel yang berada di
dalamnya diwajibkan untuk menggunakan APD berupa safety shoes dan coverall, salah
satu area yang digolongkan sebagai Zona Kuning adalah Gudang Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.23.

Gambar 3.25 Gudang B3


Sedangkan Zona Hijau merupakan area dimana seluruh personel yang berada
di dalamnya diperbolehkan tidak menggunakan APD. Area yang tergolong sebagai
Zona Hijau adalah kantin, daerah akomodasi dan gedung administrasi.

71
3. Pengendalian Operasional Kesehatan
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang bertanggung jawab terhadap
kesehatan karyawan dan personel yang berada di wilayahnya, oleh karena itu
perusahaan menyediakan fasilitas untuk menjaga agar kesehatan personel berada dalam
keadaan baik. JOB PTJM menyediakan Klinik, yang dikelola oleh Business Support
Departement. Terdapat tiga orang yang bekerja di Klinik, yaitu satu orang dokter, satu
orang paramedis dan satu orang apoteker. Ketiga pekerja Klinik berasal dari kontraktor,
bukan karyawan JOB PTJM. Klinik merupakan fasilitas yang disediakan untuk
menunjang kesehatan karyawan dan personel lain yang berada di bawah tanggung
jawab perusahaan. Klinik digunakan untuk Medical Check-Up, Fit to Work, dan juga
menangani personel-personel yang sakit ketika berada di lapangan Jambi Merang. Pada
Klinik tersedia sebuah ambulans yang diinspeksi setiap satu bulan sekali oleh
paramedis.

Gambar 3.26 Pekerja Klinik

72
Gambar 3.27 Ambulans JOB PTJM

Gambar 3.28 Klinik JOB PTJM

JOB PTJM mengadakan Hari Olahraga setiap hari Sabtu dimulai pukul 17.00.
Hari Olahraga merupakan kegiatan olahraga untuk seluruh karyawan perusahaan agar
karyawan sehat dan tidak jenuh dengan pekerjaannya masing-masing.

73
Gambar 3.29 Hari Olahraga JOB PTJM

4. Ijin Kerja
Proses produksi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki potensi
bahaya yang tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu
JOBPTJM telah menetapkan Permit To Work Procedure (PTW) (JM-HS-SOP-002)
memerlukan prosedur standar operasi untuk memberikan pedoman dalam penyusunan
dan pelaksanaan sistem ijin kerja (PTW) di seluruh kegiatan operasi perusahaan. PTW
diwajibkan bagi seluruh individu termasuk kontraktor yang melakukan pekerjaan non-
rutin berbahaya pada area operasi JOBPTJM. PTW harus ditandatangani oleh personel
yang ditunjuk sesuai dengan prosedur yang ditetapkan sehingga personel tersebut dapat
memonitor dan mengontrol pelaksanaan kerja. Ijin kerja dapat dicabut setelah semua
pekerjaan selesai secara aman. Ijin kerja asli disimpan dan salinannya harus dibuang
atau dihancurkan. Pada prosedur PTW tersebut tertera daftar pekerjaan yang harus
memiliki ijin kerja seperti sebagai berikut:
a. Pekerjaan Hot Work
b. Pekerjaan Cold Work
c. Pekerjan Confined Space
d. Pekerjaan Excavation
e. Pekerjaan Electrical
f. Pekerjaan menggunakan sinar X-ray / sinar Gamma

74
Berdasarkan hasil observasi lapangan, untuk tetap menjaga keselamatan kerja
di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, pekerjaan yang ditinggalkan harus dalam
kondisi aman baik setelah selesai ataupun pada saat istirahat. Personel yang
berkompeten harus meninjau lokasi setelah pekerjaan selesai. Jika terjadi interupsi
pekerjaan karena terjadi keadaan darurat, maka inspeksi dan konfirmasi keamanan area
kerja harus dilakukan setelah kondisi darurat selesai. Ijin Kerja dapat ditutup setelah
semua pekerjaan selesai secara aman. Formulir-formulir Permit to Work dapat dilihat
secara jelas pada Lampiran.

Gambar 3.30 Formulir Ijin Kerja

5. Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat


JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah mempersiapkan langkah-langkah
dalam menanggulangi keadaan darurat. Personel yang baru datang ke lapangan akan
diberikan Safety Induction, dimana di dalamnya personel tersebut dipersiapkan untuk
menghadapi keadaan darurat apabila keadaan tersebut terjadi ketika ia sedang berada
di lapangan. Keadaan darurat di JOB PTJM dapat dibagi menjadi tiga apabila
didasarkan atas penyebabnya. Perusahaan telah menyediakan sebuah alarm yang
disertai lampu dengan warna yang berbeda-beda sesuai dengan jenis keadaan darurat
tersebut. Warna merah melambangkan terjadinya keadaaan darurat akibat kebakaran
dan ledakan, warna kuning melambangkan keadaan darurat akibat gas beracun dan
warna biru melambangkan keadaan darurat akibat bencana alam.

75
Gambar 3.31 Alarm Darurat

Peralatan keadaan darurat dan perlindungan kebakaran, tanda keluar dan sistem
alarm harus diperiksa, diuji dan dipelihara sesuai persyaratan perundang-undangan.
Peralatan darurat dapat meliputi detektor asap, selang kebakaran, pencahayaan darurat,
perangkat peringatan evakuasi, bahan penahan tumpahan, alarm darurat, shower
keselamatan dan alat pertolongan pertama. Untuk memastikan kesiapsiagaan
Emergency Response Team dan seluruh karyawan JOB PTJM dalam menanggapi
keadaan darurat, perusahaan melaksanakan emergency drill dan safety inspection
terhadap peralatan keadaan darurat setiap satu bulan sekali. Perlengkapan yang
dikenakan oleh karyawan JOB PTJM saat emergency drill dan keadaan darurat yang
sebenarnya dapat dilihat pada Gambar 3.30.

Gambar 3.32 Safety Inspection JOB PTJM

76
Gambar 3.33 Perlengkapan Keadaan Darurat
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang juga menyediakan sebuah Fire Station
untuk menanggapi keadaan darurat akibat kebakaran. Fire Station JOB PTJM
dilengkapi dengan sebuah mobil pemadam kebakaran dan tim pemadam kebakaran
beserta perlengkapannya. Mobil pemadam kebakaran diperiksa secara berkala untuk
memastikan kesiapannya untuk digunakan apabila terjadi kebakaran.

Gambar 3.34 Tanda Hasil Inspeksi

77
Gambar 3.35 Fire Station JOB PTJM

JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang bertanggung jawab terhadap seluruh


personel yang berada di area lapangannya dalam keadaan darurat, termasuk kontraktor
dan tamu. Untuk mempermudah lokasi kontraktor dan tamu pada saat keadaan darurat,
JOB PTJM telah membuat suatu sistem, yang dinamakan sebagai T-Card. T-Card
merupakan sebuah papan yang disertai dengan kartu nama yang memiliki dua sisi
dengan warna yang berbeda untuk seluruh POB (Person On Board). Apabila T-Card
menunjukkan sisi merah, artinya orang tersebut sedang berada di area operasi, yatu
Gedung Administrasi, Gas Plant, Warehouse, dan Gudang B3. Apabila T-Card
menunjukkan warna putih, artinya orang tersebut sedang berada di luar area operasi,
misalnya di wilayah akomodasi. Personel yang sedang berada di dalam Gas Plant wajib
menyerahkan tanda pengenalnya ke Tempat ID Card yang terdapat di depan Gas Plant
agar dapat diselamatkan terlebih dahulu dalam keadaan darurat. Gambar T-Card dan
Tempat ID Card dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 3.34 dan Gambar 3.35.

78
Gambar 3.36 T-Card JOB PTJM

Gambar 3.37 Tempat Tanda Pengenal Gas Plant

79
3.6 Pemeriksaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
3.6.1 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan prosedur untuk
menangani keadaan darurat, yaitu Emergency Risk Assessment Procedure (JM-HS-
SOP-001) dan Emergency Response Procedure (JM-HS-SOP-010). Emergency
Response Risk Assessment Procedure (JM-HS-SSP-001) merupakan prosedur untuk
mengidentifikasi situasi darurat potensial. Berdasarkan pelaksanaan prosedur tersebut,
didapatkan daftar potensi peristiwa darurat pada JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Keadaan Darurat

No Jenis Insiden Kategori Darurat


1 Illegal Tapping Condensate Pipeline On Site Emergency
2 Major Oil/Condensate Spill > 15 bbl On Site Emergency
3 Motor Vehicle Accident (MVA) / River Boat Off Site Emergency
Accident
4 Site / Foasility Fire or Explotion On Site Emergency
5 Wildland Fire / Forest Fire Off Site Emergency
6 Facility Sabotage / Bomb Threat On Site Emergency
7 Fatality On Site Emergency
8 Natural Disaster / Lightning Strike On Site Emergency
9 Toxic H2S Release On Site Emergency
10 High Pressure Gas Leaks which Potential On Site Emergency
Cause Fire and Explosion
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

80
Menurut jenis bahaya, situasi darurat di lapangan JOBPTJM dikategorikan
menjadi beberapa tingkatan, yaitu :

1. Tingkat 1 (Situasi Darurat Lokal)


Situasi darurat lokal merupakan suatu keadaan darurat yang dapat diatasi
sepenuhnya oleh personel yang berada di lapangan (Emergency Response
Team) dan tidak memerlukan sumber daya tambahan lagi
2. Tingkat 2 (Situasi Darurat Terbatas)
Situasi darurat terbatas merupakan keadaan darurat yang membutuhkan
beberapa sumber daya tambahan dari yang tersedia di lapangan, maka
membutuhkan bantuan dari pihak ketiga. Apabila kejadian belum atau tidak
mampu dikendalikan dengan segera, bantuan sangat mungkin diperlukan
seperti penanganan kebakaran, regu penyelamat, polisi dan lain-lain.
3. Tingkat 3 (Situasi Darurat Besar)
Situasi darurat besar erupakan tingkatan bahaya yang paling kritis,
umumnya menyiratkan bahwa kejadian telah menyebar atau berpotensi untuk
menyebar melampaui batas fasilitas. Suatu kejadian dinyatakan sebagai
keadaan darurat tingkat 3 apabila situasi darurat membutuhkan bantuan dari
Tim Manajemen Keadaan Darurat (Emergency Management Team / EMT)
secara langsung dan sesegera mungkin serta dukungan dari Pertamina serta
instansi-instansi lain terkait. Kejadian yang tergolong ke dalam situasi darurat
besar antara lain :
a. Terdapat potensi tambahan berupa cedera serius atau kematian
b. Kejadian serius yang mengancam keselamatan masyarakat umum
c. Kejadian serius yang bisa merusak lingkungan atau properti

Emergency Response Procedure (JM-HS-SOP-010) merupakan tata cara untuk


melakukan prosedur ketika terjadi peristiwa darurat yang telah diidentifikasi pada
Emergency Risk Assessment (JM-HS-SSP-001). Pada prosedur tersebut dijelaskan
secara rinci dan teknis mengenai penanganan untuk masing-masing keadaan darurat
yang telah teridentofikasi. Prosedur tersebut juga menjelaskan mengenai sistem

81
komando insiden untuk melakukan pelaporan dan komunikasi apabila terjadi keadaan
darurat seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.36 berikut :

Gambar 3.38 Sistem Komunikasi Darurat


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Apabila terjadi suatu peristiwa darurat, maka seorang Emergency Management


Team Leader berhak mengaktivasi Emergency Management Team dengan
berkonsultasi kepada Incident Commander (Field Manager) sesuai dengan kebutuhan
bantuan dari pihak manajemen untuk menangani krisis yang terjadi. Proses deaktivasi
EMT dapat dilakukan oleh EMT Leader apabila peristiwa tersebut sudah tidak menjadi
ancaman bagi kesehatan, keselamatan dan lingkungan serta sudah tidak mengancam
nama baik JOB PTJM dan pihak-pihak terkait lainnya.

82
Pada Emergency Response Procedure, terdapat pula prosedur serta pembagian
tanggung jawab dan tugas-tugas untuk melakukan evakuasi, pencarian dan
penyelamatan bagi personel yang membutuhkan saat terjadinya peristiwa darurat.
Berikut merupakan prosedur evakuasi untuk karyawan yang terdapat di dalam gedung
administrasi :

Matikan seluruh peralatan listrik dan tutup pintu

Segera menuju pintu keluar darurat terdekat dan menuju


tempat berkumpul yang sudah ditentukan

Pemeriksaan seluruh ruangan dilaksanakan oleh Safety


Warden untuk memastikan bahwa seluruh personel telah
berada di tempat berkumpul

Safety Warden menuju ke tempat berkumpul dan


melaporkan kejadian darurat kepada Central Control
Room (CCR)

Gambar 3.39 Prosedur Evakuasi Gedung Administrasi JOB PTJM


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

83
Apabila evakuasi diperuntukkan kepada karyawan yang berada pada area
operasi, harus mengikuti tahapan sebagai berikut:

Seluruh personel harus meninggalkan area proses


berlawanan dengan arah lokasi insiden atau sesuai
dengan petunjuk EOC

Menuju tempat berkumpul terdekat

menetap pada tempat berkumpul hingga terdengar


alarm tanda aman atau petunjuk selanjtnya

Gambar 3.40 Prosedur Evakuasi Area Operasi JOB PTJM


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Berikut merupakan denah evakuasi pada Lapangan Sungai Kenawang dan Pulai
Gading :

Gambar 3 41 Denah Evakuasi Lapangan Sungai Kenawang


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

84
Gambar 3.42 Denah evakuasi Lapangan Pulai Gading
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Pada saat keadaan darurat, Control Center Room, yang dapat dilihat pada
Gambar 3.41, akan mengaktivasi alarm darurat sehingga semua personel yang berada
di lapangan dapat segera menuju tempat berkumpul dan dievakuasi. Kemudian Safety
Warden bertanggung jawab untuk menghitung seluruh personel dan memastikan
bahwa seluruh personel telah berada di tempat berkumpul. Apabila terdapat orang yang
hilang di dalam lapangan, maka On Scene Commander memiliki tanggung jawab untuk
memberi informasi mengenai ciri-ciri orang yang hilang dan kemungkinan keberadaan
orang tersebut kepada Safety Warden. On Scene Commander juga berkewajiban
mengabari Emergency Response Team (ERT) Leader untuk mengutus Fire Team dan
Rescue Team untuk mencari orang yang hilang tersebut dan menangani apabila orang
yang hilang tersebut ditemukan dalam keadaan terluka. Apabila orang tersebut hilang
di luar lokasi lapangan, maka On Site Commander bertanggung jawab untuk meminta
bantuan kepada pihak luar untuk mencari orang tersebut. Incident Commander juga
berkewajiban untuk memberitahu polisi dan rumah sakit terdekat untuk menangani
orang yang hilang tersebut apabila ditemukan dalam keadaan terluka.

85
Gambar 3.43 Control Centre Room
Keadaan darurat memungkinkan terjadinya kebutuhan evakuasi masyarakat
yang tinggal di sekitar area operasi JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang. Apabila
hal tersebut terjadi, maka prosedur yang harus dilakukan oleh JOBPTJM adalah
sebagai berikut :

1. Incident Commander mengumumkan kepada masyarakat bahwa akan


dilaksanakan evakuasi, External and Community Handling Specalist akan
mengkomunikasikan kebutuhan evakuasi kepada kepala daerah setempat.
2. Petugas keamanan akan mengarahkan masyarakat menuju tempat yang
aman.
3. Ketika keadaan darurat terjadi dalam jangka waktu yan panjang sehingga
masyarakat perlu dievakuasi ke tempat tinggal yang aman. Tim External
and Community Handling Specialist JOBPTJM akan membuat perjanjian
dengan masyarakat, seperti perjanjian penyediaan transportasi, akomodasi
dan makanan.
4. Masyarakat akan dibantu kembali menuju rumah masing-masing apabila
situasi sudah diumumkan berada dalam keadaan aman oleh Incident
Commander.

Koordinator lapangan QHSSE memiliki kewajiban untuk meninjau ulang


Emergency Response Plan, termasuk di dalamnya Emergency Response Procedure
(JM-HS-SOP-010) setiap satu tahun sekali. Peninjauan ulang dapat dilakukan dengan
alasan-alasan lain, yaitu pergantian struktur organisasi perusahaan, perubahan proses

86
produksi, perubahan yang disebabkan oleh pihak eksternal dan hal-hal lain. Setelah
ditinjau ulang, prosedur harus direvisi agar sesuai dengan perubahan-perubahan yang
ada. Revisi prosedur harus diinformasikan kepada seluruh karyawan.

3.6.2 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja


JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah membuat sebuah prosedur untuk
memantau dan mengukur kinerja K3 pada perusahaan, yaitu QHSSE Inspection
Procedure (JM-HS-SOP-006). Pada prosedur tersebut dijelaskan mengenai tata cara
pelaksanaan pemantauan dan pengukuran terhadap kinerja K3 perusahaan. Pemantauan
dan pengukuran dilakukan dengan cara inspeksi, dimana inspeksi yang terdapat pada
JOB PTJM terdiri dari inspeksi umum, inspeksi khusus, serta inspeksi bagian kritis.
Inspeksi umum dilakukan satu bulan sekali, yang meliputi kegiatan inspeksi area,
inspeksi kebersihan fasilitas akomodasi dan inspeksi Good House Keeping. Inspeksi
khusus dilakukan untuk peralatan-peralatan yang berkaitan dengan QHSSE dimana
pelaksanaannya dilakukan secara berkala tergantung pada jenis peralatan yang ada.
Sedangkan inspeksi bagian kritis dilakukan pada peralatan, mesin dan fasilitas kerja
yang harus dilakukan setiap sebelum dioperasikan, diantaranya merupakan
pemeriksaan sling dan katrol pada penggunaan crane.

Gambar 3.44 Inspeksi Umum Saluran Drainase Laboratorium

87
QHSSE Manager bersama dengan Field Manager bertanggung jawab untuk
melaksanakan Inspeksi Manajemen Lapangan sedikitnya sebanyak satu kali setiap
bulan untuk memastikan bahwa kondisi lapangan telah sesuai dengan program-
program K3 yang ditetapkan oleh manajemen puncak.

JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang menggunakan sistem pengendalian


proses berupa Distributed Control System. Sistem ini menyediakan sensor-sensor pada
seluruh alat produksi yang berada di area operasi. Sensor ini dapat membaca parameter-
parameter seperti tingkat kebisingan, tekanan, temperatur, tingkat getaran dan lain-lain.
Seluruh informasi yang terbaca pada sensor dapat dibaca pada monitor-monitor yang
terdapat Center Control Room seperti yang dapat dilihat pada Gambar. Sehingga
apabila terdapat penyimpangan dari baku mutu yang ditetapkan, operator pada Center
Control Room dapat secara langsung mengendalikannya. Kegiatan kalibrasi peralatan-
peralatan produksi berada dibawah tanggung jawab Departemen Maintanance.

Seluruh catatan hasil inspeksi maupun hasil pembacaan sensor pada Distributed
Control System yang telah terkumpul akan dilaporkan kepada Field Manager. Analisa
data hasil inspeksi dilakukan setelah mendapatkan tren dari temuan-temuan yang ada
sehingga didapatkan rekomendasi yang sesuai. Rekomendasi yang dihasilkan dari hasil
analisa hasil inspeksi harus langsung dimasukkan ke dalam sistem Action Tracking
Jambi Merang (A-Tracks) sehingga dapat ditindaklanjuti.

88
Gambar 3.45 Status peralatan pada CCR

89
3.6.3 Evaluasi Kesesuaian
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan sebuah prosedur
untuk mengevaluasi secara periodik kepatuhannya kepada peraturan perundangan yang
relevan, yaitu Compliance Management Procedure (JM-RS-SOP-004). JOB PTJM
telah membuat daftar undang-undang yang berhubungan dengan kegiatannya, daftar
tersebut dikenal sebagai daftar Compliance. Daftar Compliance ini dibuat per
departemen, sehingga mempermudah kontrol kesesuaian suatu undang-undang dengan
kegiatan khusus dalam departemen tertentu. Undang-undang yang berkaitan dengan
kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada Compliance QHSSE (JM-RS-FRM-
004A) yang dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran.
Daftar Compliance yang dimiliki oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
dapat digunakan untuk mengontrol kesesuaian perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku karena di dalamnya terdapat kondisi eksisting dari
pelaksanaan peraturan tersebut dan juga status terpenuhi atau tidaknya peraturan yang
tercantum di dalamnya seperti yang dapat dilihat secara jelas pada Gambar. Untuk
memastikan bahwa seluruh peraturan perundangan yang tercantum dalam daftar
Compliance tersebut selalu terbaharui maka JOB PTJM menyewa sebuah jasa yang
mengirimkan berita-berita terbaru melalui surat elektronik setiap harinya mengenai
peraturan-peraturan yang relevan terhadap aktivitas operasi perusahaan.
Terdapat beberapa metode evaluasi penataan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memastikan standar-standar yang berlaku dipenuhi oleh perusahaan. Metode
evaluasi penataan tersebut diantaranya merupakan audit internal, audit eksternal,
sertifikasi OHSAS 18001:2007, sertifikasi ISRS, pelaporan rutin terhadap pihak
otoritas dan lain-lain. Audit OHSAS 18001:2007 pada perusahaan dilakukan oleh
perusahaan auditor, yaitu TÜV NORD. JOB PTJM menyimpan rekaman-rekaman
yang dapat dijadikan bukti terhadap pemenuhan peraturan undang-undang. Rekaman
disimpan di dalam lemari rekaman yang tersedia di setiap departemen.

90
.

Gambar 3.46 Proses Penandatanganan Audit Implementasi OHSAS 18001:2007


oleh TÜV NORD

91
Gambar 3.47 QHSSE Compliance List
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

92
3.6.4 Penyidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan prosedur yang
berkaitan dengan penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan
pencegahan, yaitu Learning From Event and Success (JM-RS-SOP-003) dan
Pengendalian Ketidaksesuaian, Tindak Lanjut dan Analisis Data (JM-RS-SOP-005)
Berdasarkan prosedur tersebut, insiden dapat dilaporkan melalui Safety Behaviour
Observation (SBO). Untuk memastikan bahwa SBOC ditindaklanjuti dengan baik oleh
perusahaan, hasil dari SBOC dikumpulkan setiap hari dan dibahas pada Toolbox
Meeting.

Apabila terjadi insiden dengan dampak serius dan/atau perlu ditindaklanjuti


secara cepat, karyawan yang menjadi saksi harus melaporkan kepada supervisor
secepat-cepatnya. Kemudian supervisor harus melaporkan insiden kepada Field
Manager pada hari yang sama saat insiden terjadi. Setelah insiden ditinjau oleh Field
Manager, Supervisor bertanggung jawab untuk Formulir Penyelidikan Insiden (JM-
HS-FRM-033) yang dapat dilihat secara jelas pada Gambar 3.46 dan Gambar 3.47
untuk dilaporkan lebih lanjut kepada QHSSE Manager dan Manajemen Puncak JOB
PTJM. Setelah disetujui oleh pihak manajemen, penyelidikan insiden harus segera
dilaksanakan bersama dengan Supervisor, Field Manager, pekerja QHSSE serta Field
Manager. Daftar insiden yang harus dilaporkan dan diinvestigasi apabila terjadi tertera
pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Jenis-jenis insiden

Jenis Insiden Contoh Kasus


Abnormal Flaring and Venting Laju alir gas pada saat suar beroperasi lebih
dari 1 MMSCFD
Absences Karyawan tidak dapat hadir pada jam kerja
Accident Karyawan jatuh dari kendaraan bermotor
Away From Work Acctident Kecelakaan terjadi pada karyawan di luar
jam kerja, yaitu diluar pukul 06.00 – 18.00

93
Tabel 3.12 Jenis-jenis insiden (lanjutan)

Jenis Insiden Contoh Kasus


Complaints Terdapat keluhan dari pelanggan terkait
dengan performa produksi
Environmental Damage Tanah tercemar, sungai tercemar, kebakaran
hutan
Event of Media Interest Kematian karyawan, berbagai macam
kebocoran berbahaya
Events in other organizations Kematian karyawan yang terjadi pada
perusahaan lain
Failure of Assets SGC Trip, GTG Trip
Fire/Explosion Kebakaran lahan di dekat bahan bakar
sehingga terjadi ledakan
First Aid Case Lecet, luka, luka bakar ringan
High Potentian (HiPo) Event Tertusuk paku pada kaki karyawan secara
tidak sengaja dan mengenai urat nadi,
sehingga mungkin terjadi kelumpuhan pada
karyawan tersebut
Hygiene Excursions Terdapat hydrogen sulfide lebih besar dari
10 ppm
Incident Objek terjatuh dan mengenai pekerja
Lost Time Incident (LTI) Objek terjatuh dan mengenai pekerja
sehingga pekerja harus izin dan tidak dapat
mengerjakan pekerjaannya
Major Release/ Spill/ Leak with Kebocoran substansi berbahaya seperti
investigation NaOH > 50 galon
Materials/product/service Kondensat yang terproduksi diluar
nonconformance spesifikasi
Medical Treatment Case Karyawan mengalami keracunan makanan
sehingga harus dirawat di Klinik

94
Tabel 3.12 Jenis-jenis insiden (lanjutan)

Jenis Insiden Contoh Kasus


Major Actual Event Terjadi penyadapan secara illegal terhadap
pipa-pipa gas dan kondensat yang dimiliki
oleh perusahaan sehingga menghasilkan
kerusakan lingkungan
Near Miss Benda terjatuh namun tidak melukai
siapapun
Occupational Illnesses and Sakit punggung akibat mengangkat barang
Industrial Diseases yang terlalu berat
Process losses over a defined Gas yang diproduksi kurang dari
threshold
permintaan pelanggan
Process parameter that exceeds Pengiriman gas yang tidak sesuai
defined control limits
spesifikasi kepada pelanggan
Property Damage/Loss Uap panas terjebak di dalam SGC sehingga
menyebabkan kebakaran hutan
Process Safety Incident Kebocoran hidrokarbon, terjadinya
kebakaran dan ledakan akibat cairan mudah
terbakar
Restricted Work Case or Job Karyawan yang terluka dialihkan untuk
Transfer Case mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan
River Traffic Accident Kecelakaan akibat lalu lintas pada sungai
yang padat
Road Traffic Accident Kecelakaan kendaraan bermotor
Security Breach Orang tanpa izin menerobos wilayah JOB
PTJM
Security Event Illegal tapping oleh pelaku kriminal
Security Violation Tindakan pencurian oleh pihak internal
dalam lingkungan JOB PTJM
Substandard Acts and Conditions APD tidak digunakan sesuai standar
(Sumber : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

95
Analisis hasil penyelidikan insiden yang dailakukan oleh JOB Pertamina-
Talisman Jambi Merang menggunakan Root Cause Analysis, dimana fokus pada
penyelidikan insiden merupakan mengidentifikasi akar penyebab dan/atau letak
kekurangan dari sistem dimana dibutuhkan suatu tindakan untuk mencegah kerugian.
Rekomendasi dan aksi perbaikan yang dihasilkan dari analisis hasil penyelidikan
insiden dicatat dan didaftarkan pada A-Tracks System sehingga runutan kejadian
insiden dan juga tindak lanjutnya terkomunikasikan kepada seluruh karyawan JOB
PTJM yang bersangkutan.

96
Form. No.

Rev. 0 Sheet 1 of 1

NEAR M ISS REPORT FORM


FORMULIR LAPORAN NEAR M ISS
Company /Perusahaan : Time /Waktu : Date of Occurrence / Report No
Tanggal Kejadian : Laporan No :

Location /Tempat : Department /Departemen : Date Reported /Tanggal


Laporan :

Describe The Scene


Jelaskan Kondisi yang Terjadi

Evaluation / Evaluasi :
a. Severity Level / Tingkat Keparahan b. Probability Level / Tingkat Kemungkinan Terjadi

Slightly / Ringan Minor / Minor Never / Tidak Pernah Have Heard / Pernah Terdengar

Major / Tinggi Single Fatality/ Kematian 1 orang Happened / Pernah Occasional / Terjadi beberapa Kali
Multiple Fatalities / Kematian Lebih dari 1 orang Frequent / Sering Terjadi
Analysis / Analisis :
What Directly Contributed to This Condition / Tindakan yang Memberikan Kontribusi Terhadap Kondisi Tersebut

Prevention / Tindakan Pencegahan :


What Acton Has or Will Be Taken To Prevent Reoccurence /
Tindakan Apa Yang Telah / Akan Diambil Untuk Mencegah Terulangnya Keadaan Tersebut

Corrective Action / Tindakan Perbaikan :

Date Completed / Tanggal Tindakan Perb aikan Telah Selesai Dilaksanakan :

Reported By / Dilaporkan Oleh Department / Departemen

Gambar 3.48 Formulir Laporan Near Miss


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)

97
Form No.

Rev. Sheet 1 of 1

Formulir Pelaporan Penyelidikan Insiden


Incident Investigation Report Form
Formulir ini untuk dilengkapi oleh atasan langsung dalam shift yang bersangkutan
This form is to be completed by the immediate superior within the same shift of the incident

1. KLASIFIKASI LAPORAN / INCIDENT CLASSIFICATION A


Kematian / Fatality Kerusakan Harta Benda / Property Damage
Luka Berat (LTI) / Serious Injury (LTI) Penyakit Akibat Kerja / Occupational Ilness Insiden Lainnya / Other Incident :
Luka Ringan (FAC) / Minor Injury (FAC) Lingkungan / Environmental

2. DATA KORBAN / VICTIM INFORMATION B


Cabang / Branch Departemen / Department Seksi / Section

Tanggal Kejadian / Date Occurred Tanggal Dilaporkan / Date Reported Jam Dilaporkan / Time Reported
AM/PM

Korban (Pelaku) / Victim (Person involved) No. Peg./ Emply. No. Umur /Age Jabatan / Occupation Jenis Kelamin / Gender Lama Bekerja / Experience Atasan / Superior
1 Male Female _____________ tahun / years
2 Male Female _____________ tahun / years

3 Male Female _____________ tahun / years


4 Male Female _____________ tahun / years

Korban (Pelaku) / Victim (Person involved) SN / Employee Number Umur /Age Jabatan / Occupation Jenis Kelamin / Gender Lama Bekerja / Experience Atasan / Superior
1 Male Female _____________ tahun / years
2 Male Female _____________ tahun / years

3 Male Female _____________ tahun / years


4 Male Female _____________ tahun / years

* Untuk karyawan non JOBPT JAMBI MERANG, isi bagian di bawah ini / For non JOBPT JAMBI MERANG employees complete the next protion
Nama Perusahaan / Company Name Nama Karyawan / Employee Name Umur /Age Jabatan Jenis Kelamin / Gender Lama Bekerja
1 Male Female _____________ tahun / years
2 Male Female _____________ tahun / years
3 Male Female _____________ tahun / years

4 Male Female _____________ tahun / years

3. DATA KEJADIAN / INCIDENT INFORMATION C


Untuk pengisian data di bawah ini, lingkari angka pada kolom kode di bawah ini dan isi kotak kosong dengan data yang diperlukan
To complete the info below, circle the number of the appropriate column code and fill in the blank box with the appropriate data

Alat atau Kendaraan Terlibat / Equipment or Vehicles Involved Jenis / Type Nomor / Number Jam Kejadian
1 Kendaraan Ringan / Light Vehicle ___ ___ : ___ ___
2 Alat Angkat 1 00.01 - 01.00
3 Alat Angkut 2 01.01 - 02.00
4 Material 3 02.01 - 03.00
5 Perkakas Kerja 4 03.01 - 04.00
6 Lain-lain / Other 5 04.01 - 05.00
6 05.01 - 06.00
Lokasi Kejadian / Incident Location Hari / Day Cuaca (jika diperlukan) / Weather (if applicable) 7 06.01 - 07.00
1 Workshop : 1 Senin / Monday 1 Terang / Daylight 8 07.01 - 08.00
2 Warehouse : 2 Selasa / Tuesday 2 Mendung / Cloudy 9 08.01 - 09.00
3 Kantor / Office : 3 Rabu / Wednesday 3 Hujan Gerimis 10 09.01 - 10.00
4 Area Site / Site Area : 4 Kamis / Thursday 4 Hujan Deras 11 10.01 - 11.00
5 Jalan Umum / Public Road : 5 Jum'at / Friday 5 Hujan Badai 12 11.01 - 12.00
6 Jalan Tol / Toll Road : 6 Sabtu / Saturday 6 Angin Kencang 13 12.01 - 13.00
7 Off Road : 7 Minggu / Sunday 7 Lain-lain / Other Condition : ______________ 14 13.01 - 14.00
8 Area Ops Lain / Other Ops Area : 15 14.01 - 15.00
9 Lain-lain / Other Area : Rincian Cedera / Nature Of Injuries Sustained 16 15.01 - 16.00
1 Jari Tangan / Fingers 9 Mata / Eyes 17 16.01 - 17.00
Jam Mulai Shift Jam Selesai Shift 2 Tangan / Hands 10 Kepala / Head 18 17.01 - 18.00
Shift Kerja / Working Shift
Shift Started At Shift Ended At 3 Lengan Depan / Forearms 11 Leher / Neck 19 18.01 - 19.00
1 Morning Shift Shift Pagi __ __ : __ __ __ __ : __ __ 4 Lengan Atas / Upper Arms 12 Jari Kaki / Toes 20 19.01 - 20.00
2 Afternoon Shift Shift Sore __ __ : __ __ __ __ : __ __ 5 Bahu / Shoulder 13 Kaki / Feet 21 20.01 - 21.00
3 Night Shift Shift Malam __ __ : __ __ __ __ : __ __ 6 Tubuh Depan / Front Of Torso 14 Tungkai Kaki Bahwa / Lower Leg 22 21.01 - 22.00
4 Day Shift Only Shift Siang Saja __ __ : __ __ __ __ : __ __ 7 Tubuh Belakang / Back Of Torso 15 Paha / Thigh 23 22.01 - 23.00
5 Other Shift Shift Lain __ __ : __ __ __ __ : __ __ 8 Punggung (Tulang) / Back (Spine) 16 Lain-lain / Other Part: ____________ 24 23.01 - 24.00

4. INFORMASI MENGENAI PRAKTISI MEDIS & TEMPAT PERAWATAN / INFORMATION REGARDING MEDICAL PRACTITIONER & MEDICAL FACILITY D
Rujukan Ke Rumah Sakit atau Puskesmas atau Poliklinik Nama Dokter Yang Merawat Perkiraan Hari Hilang Perkiraan Biaya Perawatan Tanda Tangan Dokter

Referred To Hospital or Clinic or Polyclinic Name Of Docter Consulted Estimated Man-days Lost Estimated Treatment Cost Docter's Signature

Gambar 3.49 Formulir laporan insiden


(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)

98
3.6.5 Pengendalian Catatan
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang berkewajiban melakukan
pengendalian catatan untuk membuktikan kesesuaian persyaratan JAMMS dan
persyaratan perundang-undanganan lainnya. Hal tersebut tertuang dalam Documents
and Records Management Procedure (JM-RS-SOP-002) yang dimiliki oleh
JOBPTJM. Dalam prosedur tersebut diterangkan bahwa seluruh catatan yang
berhubungan dengan seluruh departemen yang terdapat pada JOBPTJM harus
disimpan untuk menunjukkan kesesuaian pelaksanaan prosedur dan instruksi kerja
dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Setiap departemen yang berada di bawah
JOBPTJM, termasuk Departemen QHSSE, wajib melaksanakan penilaian kebutuhan
catatan terkait dengan departemennya masing-masing. Setiap catatan harus dapat
diidentifikasi dengan unik. Catatan dapat disimpan dalam bentuk hard copy, video dan
soft copy.

Untuk mempermudah akses dan pelacakan catatan, JOBPTJM memiliki sebuah


form, yaitu Records Master List (JM-RS-FRM-002D). Pada form tersebut harus tertera
seluruh catatan yang berkaitan dengan seluruh departemen pada JOBPTJM. Oleh
karena itu setiap prosedur dan instruksi kerja harus menetapkan catatan yang
dibutuhkan oleh masing-masing dokumen agar dapat dilihat dengan mudah kesesuaian
pelaksanaannya dengan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku. Catatan harus dapat
dilacak pada tugas dan aktivitas, produk atau peralatan, dan dokumen terkait
dengannya. Catatan harus mencakup informasi yang cukup untuk memungkinkan
pengguna melacak catatan terkait dan dokumen lainnya.

Penyimpanan catatan harus dilakukan pada tempat yang mencegahnya rusak.


Catatan harus disimpan secara elektronik dan dibuat cadangannya. Saat catatan hanya
terdapat dalam bentuk hard copy, kertas yang digunakan harus memiliki kualitas yang
baik agar tidak mudah rusak. Seluruh catatan baik dalam bentuk soft copy dan hard
copy harus diidentifikasi dalam Record Master List (JM-RS-FRM-002D) agar dapat
dikelola dengan baik. Pengendali dokumen bertanggung jawab dalam mengelola dan
menentukan metode pengelolaan berkas yang efektif dan efisien dimana catatan dalam
bentuk hard copy diubah menjadi soft copy. Waktu retensi harus ditetapkan sesuai

99
peraturan yang berlaku dimana penyimpanan harcopy dipertahankan, dimana tidak
ditentukan dalam daftar master catatan, maka catatan hard copy harus disimpan
minimal 5 tahun. Catatan yang telah mencapai waktu retensi maksimumnya harus
dihapus atau dimusnahkan, disertai dengan persetujuan orang tertuju dalam Records
Master List (JM-RS-FRM-002).

3.6.6 Audit Internal


JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan prosedur
pelaksanaan audit internal yang dituangkan ke dalam Internal Audit Procedure (JM-
RS-SOP-007). Lingkup prosedur berlaku untuk audit internal beserta audit pendukung
lainnya dalam periode tertentu (minimum satu kali dalam satu tahun) sebagai salah satu
agenda dalam tinjauan manajemen dan menjamin terlaksananya peningkatan
berkelanjutan. Prosedur tersebut ditetapkan untuk memastikan bahwa penerapan sistem
manajemen K3 perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan serta program yang
telah ditetapkan dan memastikan pelaksanaan rekomendasi yang telah ditentukan
berjalan dengan efektif. Dalam pelaksanaan audit internal, terdapat pembagian
tanggung jawab dalam pelaksanaan audit. Audit dilaksanakan oleh wakil manajemen
(management representative), ketua tim audit, auditor dan auditee.

Tabel 3.13 Pembagian tanggung jawab audit internal

Jabatan Tanggung Jawab


Management 1. Menyiapkan, mendistribusikan dan
Representatives (MR) memperbaharui prosedur
2. Memonitor pelaksanaan prosedur ini
3. Mengatur dan melaksanakan strategi audit sesuai
rencana audit yang telah ditetapkan
4. Menetapkan persyaratan, ruang lingkup dan tujuan
audit
5. Menetapkan penanggung jawab dan sumber daya
yang digunakan dalam audit

100
Tabel 3.13 Pembagian taggung jawab audit internal (lanjutan)

Jabatan Tanggung Jawab


Ketua Tim Audit 1. Berkoordinasi dengan MR untuk menentukan
auditor
2. Menyiapkan rencana audit
3. Memastikan dan memantau pelaksanaan audit
sesuai dengan rencana audit yang telah disetujui
4. Menyusun laporan audit
5. Mendistribusikan laporan audit kepada bagian
yang tepat
Auditor 1. Merencanakan dan melaksanakan tugas yang
diberikan sesuai dengan ruang lingkup audit secara
objektif, efektif dan efisien
2. Merekam temuan audit dan memantau hasil
3. Verifikasi efektivitas tindakan perbaikan yang
dilakukan auditee
4. Berkoordinasi dan mendukung ketua tim audit
Auditee 1. Menyiapkan personel yang relevan untuk
memberikan informasi mengenai tujuan audit terkait
ruang lingkupnya
2. Menunjuk staf yang bertanggung jawab dan
berkompeten untuk mendampingi tim audit selama
pelaksanaan audit dan berperan sebagai pemandu jika
di lapangan
3. Menyediakan sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan oleh tim audit untuk memastikan proses
audit berjalan efektif dan efisien
(Sumber: JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2015)

101
Tim auditor diutus melalui Surat Keputusan (SK) General Manager. Auditor
harus memenuhi persyaratan sesuai dengan matriks kompetensi yang terdapat pada
Lampiran. Kompetensi auditor harus dipelihara melalui pelatihan tahunan dan
melakukan regenerasi tim auditor untuk memastikan kecukupan dan ketersediaan
auditor yang kompeten. Auditor terpilih harus independen dan tidak diperbolehkan
mengaudit areanya sendiri. Untuk memenuhi hal tersebut, kinerja tim audit harus
secara terus-menerus dievaluasi oleh MR berdasarkan manajemen waktu,
kepemimpinan, koordinasi antar anggota audit, peningkatan pengetahuan terhadap
manajemen sistem dan proses serta pemantauan yang efektif terhadap tindakan yang
diambil auditee.

Temuan audit dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu temuan positif,
ketidaksesuaian dan observasi. Observasi merupakan pernyataan rekomendasi, saran
dan potensi ketidaksesuaian terhadap penerapan sistem manajemen K3. Manajer yang
bertanggung jawab atas auditee terkait harus memastikan bahwa perbaikan dan
tindakan perbaikan dilaksanakan tanpa penundaan untuk menghilangkan
ketidaksesuaian yang teridentifikasi dan penyebabnya. Hasil audit akan menjadi salah
satu agenda yang dibahas dalam tinjauan manajemen.

102
3.7 Tinjauan Manajemen
Untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas yang berkesinambungan guna
pencapaian tujuan SMK3 perusahaan, Manajemen Puncak JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang telah menetapkan tinjauan manajemen paling sedikit dilaksanakan 6
bulan sekali. Tata cara pelaksanaan tinjauan manajemen diatur dalam Management
Review Prosedure (JM-RS-SOP-008). Dalam prosedur tersebut tercatat bahwa tinjauan
manajemen puncak harus mencakupi tapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penilaian keseluruhan efektivitas dan implementasi sistem manajemen K3 pada


JOBPTJM;
2. Meninjau kecukupan dari setiap komponen elemen pada sistem manajemen K3;
3. Secara umum, mengalamatkan kebijakan K3 organisasi dan pengaturan yang
dibutuhkan untuk mencapai peningkatan yang berkelanjutan dari kinerja K3
sebelumnya;
4. Sistem manajemen K3 dan kebijakan terkait organisasi dan undang-undang
harus ditinjau terhadap:
a. Undang-Undang
b. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Harapan atau ekpektasi dari mitra usaha
d. Pelajaran dari insiden yang telah terjadi
e. Laporan audit temuan atau ketidaksesuaian
f. Indikator kinerja kunci K3
g. Perubahan dalam kegiatan atau usaha baru

Sebelum dilaksanakan tinjauan manajemen secara umum, JOBPTJM


melaksanakan tinjauan manajemen divisi setiap 4 bulan atau 6 bulan sekali oleh Komisi
K3L divisi yang bersangkutan. Tinjauan manajemen harus mencakup namun tidak
terbatas pada penilaian dari kinerja divisi K3L, penilaian dari keseluruhan efektivitas
implementasi K3L, dan sistem manajemen pada divisi. Selain itu tinjauan manajemen
juga harus dilakukan untuk implementasi kasus K3L dan tindak lanjut, implementasi
rencana K3L dan tindak lanjut, tindak lanjut insiden serta ketidaksesuaian dan tindakan
perbaikan. Temuan dan rekomendasi yang didapat dari tinjauan manajemen pada divisi

103
akan dimasukkan dalam rencana divisi K3L, dengan tujuan untuk mencapai
peningkatan bekelanjutan dalam kinerja K3L. Hal-hal yang menjadi masukan pada
pelaksanaan tinjauan manajemen terhadap aspek sistem manajemen K3 adalah sebagai
berikut:

1. Hasil audit sistem manajemen K3


2. Analisis dari laporan pemantauan
3. Rencana peningkatan kinerja
4. Saran dan masukan dari pemangku kepentingan
5. Analisis Learning From Event (LFE)
6. Status tindakan dari tinjauan manajemen sebelumnya
7. Perubahan eksternal yang dapat berdampak pada SMK3
8. Perubahan mayor dalam peraturan perundangan
9. Kinerja atau kondisi asset operasi dan non-operasi
10. Status investigasi insiden
11. Dan lain-lain

Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk
peningkatan berkelanjutan dan harus mencakup semua keputusan dan tindakan yang
terkait dengan kemungkinan perubahan kinerja K3L, kebijakan dan tujuan K3L,
sumber dana dan elemen lainnya pada sistem manajemen K3L. temuan dan
rekomendasi yang timbul dari JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang dan tinjauan
manajemen harus didistribusikan, dikomunikasikan, dierkan dan digunakan untuk
mengatur strategi dan tujuan K3L di masa depan.

104
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 International Sustainability Rating System (ISRS)


International Sustainability Rating System (ISRS) merupakan sebuah sistem
international yang digunakan untuk menilai, mengembangkan dan mempraktikkan
prosedur bisnis proses suatu organisasi. ISRS mencakup prosedur-prosedur dalam
manajemen keselamatan berdasarkan pengalaman-pengalaman dalam penerapan
proses bisnis selama lebih dari 30 tahun. ISRS first edition dikembangkan pada tahun
1978 oleh Frank E. Bird, Jr. yang merupakan pelopor sistem manajemen kesehatan dan
kesalamatan kerja. Sejak itu, ISRS telah diimplementasikan pada banyak organisasi
internasional dan dijadikan sebagai standar global dalam pelaksanaan manajemen
keselamatan.

ISRS seventh edition dikembangkan pada tahun 2005 dan ruang lingkupnya
diperluas melampaui manajemen kesehatan dan keselamatan kerja untuk menangani
praktik terbaik dalam berbagai masalah keberlanjutan yang mencakup pengelolaan
lingkungan, kualitas, keamanan, dan pelaporan keberlanjutan. Kemudian ISRS eight
edition diluncurkan pada tahun 2009. Ruang lingkupnya kembali diperluas untuk
membantu organisasi memperbaiki manajemen keselamatan proses seiring dengan
meningkatnya kekhawatiran industri terhadap peningkatan frekuensi kecelakaan besar.
Banyak organisasi yang memiliki proses dengan potensi terjadinya kecelakaan
keselamatan proses yang signifikan. ISRS eight edition ini juga mencakup pembaruan
untuk mencerminkan perubahan dalam standar internasional termasuk OHSAS
18001:2007, ISO 9001:2008 dan the Global Reporting Initiative 2006.

Sistem manajemen adalah kerangka kontrol untuk mengelola proses kunci, risiko
organisasi dan mendorong perbaikan secara terus-menerus. Sistem manajemen
merupakan hal penting untuk pengoperasian setiap bisnis karena memandu perilaku
personel dalam organisasi karena merupakan alat utama tim manajemen untuk
memastikan operasi yang aman dan berkelanjutan. Pengimplementasian ISRS eight

105
edition memberi pekerja kemampuan yang diperlukan untuk mengukur, memperbaiki
dan menunjukkan implementasi untuk sistem manajemen organisasi. Penerapan ISRS
membantu organisasi untuk : (Det Norske Veritas, 2013)

1. Memastikan bahwa proses bisnis berjalan dengan aman dan berkelanjutan


2. Memastikan penerapan sistem manajemen risiko yang sistematis dan efektif
3. Menghemat biaya dengan mencegah kecelakaan, penghentian proses dan
kejadian kehilangan lainnya
4. Memberi kepastian kepada pemangku kepentingan bahwa segala kegiatan
organisasi sesuai dengan standar eksternal
5. Menetapkan dan mengonfirmasi kesesuaian terhadap kebijakan
6. Acuan kinerja terhadap rekan industri dan kelas dunia
7. Menyorot keunggulan dan kelemahan dalam sistem manajemen yang sedang
diterapkan
8. Mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan dan memantau pelaksanaannya
9. Membangun proses kerja yang optimal dengan menggunakan praktik terbaik
industri
10. Mengembangkan keterampilan karyawan dan mendorong perilaku dan budaya
tempat kerja yang sesuai
11. Memperbaiki sistem yang mengarah ke akreditasi dalam standar sertifikasi
yang relevan

ISRS mencakup persyaratan untuk standar internasional yang menjadikannya


alat yang efektif untuk memandu organisasi agar menerapkan sistem mereka agar
memenuhi persyaratan sertifikasi. Berikut merupakan standar-standar internasional
yang berada di dalam ISRS : (Det Norske Veritas, 2013)

1. OHSAS 18001:2007 – Health and Safety Management


2. ISO 14001:2004 – Environmental Management
3. ISO 9001:2008 – Quality Management
4. Global Reporting Initiative 2006 – Sustainability Reporting
5. PAS 55:2008 – Asset Management
6. OSHA 1910.119 – Process Safety Management

106
7. Severso II Directive – 96/82/EC – Process Safety Management
8. ISO 31000:2009 – Risk Management

ISRS seventh edition dan ISRS eight edition mengadopsi sebuah struktur
berdasarkan 15 proses yang dapat dilihat dalam Gambar. Dimana disematkan
dalam lingkaran perbaikan berkelanjutan seperti yang umum dalam sistem
manajemen terpadu modern.

Gambar 4.1 Proses ISRS berdasarkan Plan – Do – Check – Act


(Sumber : Det Norske Veritas, 2013)

4.2 Sistem Manajemen K3 dan OHSAS 18001:2007


Sistem Manajemen K3 merupakan bagian integral dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara
sistematis yang meliputi stuktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta
sumber daya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan
oleh perusahaan. Penerapan sistem manajemen K3 merupakan salah satu cara
menjamin konsistensi dan efektifitas perusahaan dalam pengendalian sumber bahaya

107
dan meminimalkan risiko, mengurangi dan mencegah kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta memaksimalkan efisiensi untuk memacu peningkatan daya saing barang dan
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan terlebih untuk mengantisipasi pemberlakuan
sertifikasi K3 ataupun standar K3 secara internasional (Santoso, 2004).

Standar OHSAS 18001:2007 menyediakan kerangka kerja yang telah dirumuskan,


dicoba, dan diuji oleh para ahli dan praktisi manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dan mampu melakukan pendekatan yang sistematis guna mengelola operasional
organisasi atau perusahaan sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
sehingga secara konsisten menjaga dan mencegah pekerjanya dari potensi bahaya bagi
keselamatan dan kesehatan. OHSAS 18001 meletakan syarat-syarat umum yang harus
dipenuhi dalam implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
tidak membatasi metoda yang digunakan atau cara pencapaiannya. Klausul mendasar
ini menjadikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja memiliki cakupan
yang luas dan fleksibilitas yang tinggi, sehingga dapat diterapkan pada segala bidang
usaha, bisnis, budaya dan bangsa (Anonim, 2012).

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, SMK3 organisasi tersebut harus memenuhi
kriteria audit SMK3 (Depnaker) yang ditetapkan untuk organisasi kecil, sedang, dan
besar karena bersifat mandatory. Selanjutnya jika organisasi menginginkan sertifikasi
SMK3 yang telah dijalankan, dapat memperolehnya melalui proses audit oleh lembaga
sertifikasi salah satu diantaranya menggunakan standar OHSAS 18001. Dengan
demikian suatu organisasi yang telah mengembangkan dan menerapkan sistem
manajemen K3 seharusnya akan memenuhi kriteria baik menurut SMK3 (Depnaker)
maupun sistem manajemen K3 lainnya seperti OHSAS 18001 (Ramli, 2010).

Standar OHSAS 18001 diperuntukkan bagi setiap organisasi yang ingin menghindari
atau mengurangi risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan yang kemungkinan
terjadi pada pekerja, karyawan, pelanggan atau stakeholder lainnya di setiap aktivitas
organisasi. Banyak organisasi telah memiliki prosedur atau instruksi kerja yang sesuai
dengan kaidah OHSAS 18001 sehingga implementasi sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan dengan kesadaran yang tinggi. Setiap
organisasi yang menerapkan OHSAS 18001 harus memiliki struktur organisasi baku

108
yang secara transparan mengatur wewenang dan tanggung jawab, memiliki target
untuk peningkatan kinerja, dengan mengedepankan pencapaian hasil yang terukur dan
pendekatan yang terstuktur terhadap penanganan masalah yang terjadi. Termasuk di
dalamnya, dalam hal mengawasi implementasi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, proses audit terhadap kinerja sistem manajemen, dan melakukan
tinjauan manajemen terhadap kebijakan dan sasaran organisasi (Anonim, 2012).

4.3 Persyaratan Umum Sistem Manajemen K3 JOBPTJM


4.4 Kebijakan K3
Kebijakan K3 (OH&S Policy) merupakan perwujudan dari komitmen pucuk
pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja. Oleh
karena itu, kebijakan K3 sangat penting dan menjadi landasan utama yang diharapkan
mampu menggerakkan semua partikel yang ada dalam organisasi sehingga program
K3 yang diinginkan dapat berhasil dengan baik. Kebijakan K3 mencakup keseluruhan
dari tujuan dan arahan dari suatu organisasi, terkait dengan kinerja K3 yang secara
formal disampaikan oleh manajemen puncak. Kebijakan K3 pada suatu organisasi
harus terdokumentasi, diterapkan dan dipelihara dengan baik.

Komitmen penesapan Sistem Manajemen K3 harus dimulai pada tingkat


manajemen puncak sehingga manajemen puncak bertanggungjawab dala menetapkan
kebijakan organisasi yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Komitmen dan kebijakan K3 sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut (Sarwono,
2002) :

1. Misi, visi, nilai-nilai dan keyakinan organisasi


2. Penyempurnaan kegiatan bekelanjutan
3. Pencegahan pencemaran
4. Pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
5. Koordinasi dengan kebijakan organisasi lain
6. Kondisi setempat atau regional tertentu

109
7. Kepatuhan terhadap kebijakan K3 atau persyaratan lain yang releva untuk diacu
oleh organisasi

Manajemen puncak harus mengidentifikasikan dan menyetujui kebijakan K3 dan


memastikan bahwa di dalam ruang lingkup dari sistem manajemen K3:

1. Sesuai dengan sifat alamiah dan skala risiko-risiko K3


2. Mencakup suatu komitmen untuk pencegahan cidera dan penyakit dan
peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3
3. Mencakup suatu komitmen untuk paling tidak mematuhi peraturan K3 dan
persyaratan lain yang relevan yang biasa dilakukan oleh organisasi yang terkait
dengan risiko-risiko K3
4. Memberikan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau tujuan-tujuan K3
5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara
6. Dikomunikasikan ke seluruh personel dalam kendali organisasi dengan tujuan
bahwa personel menyadari kewajiban K3 masing-masing
7. Tersedia untuk pihak-pihak terkait
8. Dikaji secara periodik untuk memastikan kebijakan tetap relevan dan sesuai
untuk organisasi

4.5 Perencanaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM


4.5.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian
Menurut dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasikan bahaya yang ada,
penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk
mengidentifikasikan bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan:

1. Aktivitas rutin dan tidak rutin


2. Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja,
termasuk kontraktor dan tamu
3. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya

110
4. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada
kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organisasi di
lingkungan tempat kerja
5. Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja yang
terkait di dalam kendali organisasi
6. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh
organisasi ataupun pihak lain
7. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi, aktivitas-
aktivitas atau material
8. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara, dan
dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas
9. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian
risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan
10. Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi,
mesin/peralatan, prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk
adaptasinya kepada kemampuan manusia

Metodologi organisasi dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian


risiko harus:

1. Ditetapkan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktu untuk


memastikan metodenya proaktif
2. Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi risiko-risiko, dan
penerapan pengendalian, sesuai keperluan

4.5.2 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya


Menurut dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus membuat,
menerangkan, dan memelihara suatu prosedur untuk mengidentifikasikan dan
mengakses peraturan perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang diaplikasikan
untuk K3. Selain itu, organisasi juga haru memastikan bahwa peraturan perundangan
dan persyaratan lain yang relevan di mana organisasi mendapatkannya harus

111
dipertimbangkan dalam membuat, menerapkan, dan memelihara sistem manajemen K3
organisasi.

Salah satu hal yang dituntut untuk mewujudkan Good Corperate Governance
adalah dengan pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan standar
lainnya, perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Sarwono, 2002)
:

1. Membuat daftar dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan lokasi yang
terkena dampak dari kegiatan operasional yang ada
2. Memeriksa dan membuat daftar instansi yang terkait dengan kegiatan
operasional yang ada dan yang berkaitan dengan bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk kepastian akses terhadap peraturan
3. Memeriksa literatur untuk peraturan terkaitdan interpretasinya
4. Hubungan dengan badan atau instansi terkait
5. Memeriksa daftar isi dan pembukaan setiap peraturan baru
6. Menganalisa mendalam kepada bagian peraturan terkait

4.5.3 Tujuan dan Program


Menurut dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasikan bahaya yang ada,
penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk
mengidentifikasikan bahaya dan menilai risiko harus menmperhatikan :

1. Aktivitas rutin dan tidak rutin


2. Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja,
termasuk kontraktor dan tamu
3. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya
4. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada
kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organisasi di
lingkungan tempat kerja
5. Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja yang
terkait di dalam kendali organisasi

112
6. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh
organisasi ataupun pihak lain
7. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi, aktivitas-
aktivitas atau material
8. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara, dan
dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas
9. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian
risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan
10. Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi,
mesin/peralatan, prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk
adaptasinya kepada kemampuan manusia

Metodologi organisasi dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian


risiko harus :

1. Ditetapkan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktu untuk


memastikan metodenya proaktif
2. Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi risiko-risiko, dan
penerapan pengendalian, sesuai keperluan

4.6 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM


4.6.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang
Permasalahan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan hal yang
perlu segera ditangani bagi perusahaan yang menerapkan teknologi maju. Untuk
menangani permasalahan K3 dengan baik, pelaksanaan K3 perusahaan dikelola oleh
seluruh manajemen puncak dimana fungsi kontrol merupakan hal yang penting
sehingga permasalahan tanggung jawab akan mengikuti fungsi kontrol (Sarwono,
2002).

Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007, manajemen puncak harus menjadi


penanggung jawab tertinggi untuk sistem manajemen K3. Dengan menjadi

113
penanggung jawab tertinggi, maka manajemen puuncak harus memperlihatkan
komitmennya dengan cara :

1. Memastikan ketersediaan sumber daya yang esensial untuk membuat,


menerapkan, memelihara, dan meningkatkan sistem manajemen K3
2. Menetapkan peran-peran, alokasi, tanggung jawab dan akuntabilitas, dan
delegasi wewenang, untuk memfasilitasi efektivitas sistem manajemen K3;
peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang harus didokumentasi
dan dikomunikasikan

Selain itu, organisasi harus menunjuk seorang anggota manajemen puncak


dengan tanggung jawab khusus K3, di luar tanggung jawabnya, dan menetapkan
perang-peran dan wewenang untuk :

a. Menjamin sistem manajemen K3 dibuat, diterapkan, dan dipelihara


dengan standar OHSAS ini
b. Melaporkan kinerja sistem manajemen K3 kepada manajemen puncak
untuk dikaji sebagai dasar unutk peningkatan sistem manajemen K3

Penunjukan anggota manajemen puncak harus tersedeia kepada seluruh orang


yang bekerja di dalam kendali organisasi. Semuanya dengan tanggung jawab
manajemen harus memperlihatkan komitmennya untuk meningkatkan kinerja K3.
Organisasi harus memastikan bahwa orang-orang yang berada di tempat kerja
bertanggung jawab untuk aspek-aspek K3 di dalam kendali mereka, termasuk
kepatuhan pada persyaratan K3 organisasi yang relevan.

4.6.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian


Program Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan hal pokok yang
tidak bisa dikesampingkan karena sebagian besar pendukung kegiatan di bidang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bertitik tolak dari bagaimana sumber daya manusia
yang ada melaksanakan setiap komitmen perusahaan. Hal ini meliputi pengetahuan,
keahlian, pelatihan dan motivasi. Dalam program perencanaan pencegahan kecelakaan,
perilaku pekerja sangat penting untuk diketahui dan dipelajari karena hubungan antara

114
manusia dan pekerjaan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu
program-program pencegahan kecelakaan juga harus diterapkan dalam pekerjaan
sehari-hari (Sarwono, 2002)

Gambar 4.2 Program pengembangan sumber daya manusia


(Sumber: Sarwono, 2002)

Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus memastikan


bahwa setiap orang dalam pengendaliannya yang melakukan tugas-tugas yang
mempunyai dampak pada K3 harus kompeten sesuai dengan tingkat pendidikan,
pelatihan, dan/atau pengalaman, dan penyimpanan catatan-catatannya. Organisasi
harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan sesuai dengan risiko-risiko K3 terkait dan
sistem manajemen K3. Organisasi harus menyediakan pelatihan atau mengambil
tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, melakukan evaluasi efektivitas
pelatihan atau tindakan yang diambil, dan menyimpan catatan-catatannya.

Selain itu, organisasi harus pula membuat, menerapkan, dan memelihara


prosedur untuk memastikan semua orang yang bekerja dalam pengendaliannya peduli
akan :

1. Konsekuensi K3 yang aktual atau potensial, kegiatan kerjanya, perilakunya,


serta manfaat-manfaat K3 untuk peningkatan kinerja perorangan

115
2. Peranan dan tanggung jawabnya dan pentingnya dalam mencapai
kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur-prosedur K3 dan dengan
persyaratan sistem manajemen K3, termasuk persyaratan kesiapsiagaan dan
tanggap darurat
3. Konsekuensi potensial dari penyimpangan dari prosedur yang telah
ditetapkan

Prosedur pelatihan harus dipertimbangkan tingkat perbedaan dari tanggung


jawab, kemampuan, bahasa, dan keterampilan, serta risikonya.

4.6.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi


Dalam pengelolaan komunikasi, akan terjadi proses konsultasi dan komunikasi.
Oleh sebab dalam perusahaan harus terdapat prosedur/tata cara yang mengatur hal
tersebut. Tujuan dari standarisasi prosedur proses konsultasi dan komunikasi adalah
untuk mengatur mekanisme konsultasi semua masalah K3 yang ada di perusahaan dan
memastikan bahwa setiap masalah yang ada, diproses dan ditindaklanjuti dengan
tindakan perbaikan/penyelesaian masalah untuk peningkatan berkelanjutan dari sistem
manajemen K3 agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Sedangkan tahapan prosedurnya adalah sebagai berikut (Suardi, 2005) :

1. Penyampaian isu masalah.


2. Verifikasi masalah.
3. Pembahasan masalah.
4. Penyelesaian masalah/perbaikan.

Dalam persyaratan OHSAS 18001:2007, terkait konsultasi dan komunikasi,


dinyatakan bahwa sesuai dengan bahaya-bahaya K3 dan sustem manajemen K3,
organisasi harus membuat menerapkan dan memelihara prosedur untuk :

1. Komunikasi internal antar berbagai tingkatan dan fungsi dalam organisasi


2. Komunikasi dengan para kontraktor dan tamu lainnya ke tempat kerja
3. Menerima, mendokumentasikan dan merespon komunikasi yang relevan
dari pihak-pihak eksternal terkait.

116
Selain itu, Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk:

1. Partisipasi pekerja melalui:


2. Keterlibatannya dan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan
pengendalian
3. Keterlibatannya dalam penyelidikan insiden
4. Keterlibatannya dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan tujuan
K3
5. Konsultasi di mana ada perubahan yang berdampak pada K3
6. Diwakilkan dalam hal-hal terkait K3
7. Konsultasi dengan para kontraktor atas perubahan-perubahan yang terjadi
dan berdampak pada K3.

Organisasi harus memastikan, sesuai keperluan, pihak-pihak terkait yang


relevan dikonsultasikan terkait hal-hal K3.

4.6.4 Dokumentasi
Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem manajemen yang
harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pembaharuan dalam
pendokumentasian harus diperbaharui dan juga harus jelas agar pengendaliannya dapat
berjalan secara efektif untuk proses dan prosedur dalam kegiatan perusahaan. Dengan
adanya peendokumentasian ini diharapkan mampu mendorong dan mendukung
kesadaran para pekerja atau pegawai dalam tercapainya tujuan utama dari sistem
manajemen K3. Dokumentasi merupakan bentuk dasar untuk memahami sistem
manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan karena mencakup semua dokumen-
dokumen terkait. Selain itu, dokumentasi digunakan untuk mengkomunikasikan proses
dan persyaratan pada organisasi serta keefektifan penerapannya. Dalam sistem
manajemen K3 terdapat hirarki dokumen yang terbagi menjadi beberapa level yakni
(Suardi, 2005):

117
1. Manual SMK3, yaitu adalah dokumen level 1 dalam SMK3 yang berisi
mengenai pokok pokok persyaratan OHSAS 18001:2007 dan bagaimana
perusahaan dapat memenuhi persyaratan tersebut.
2. Prosedur K3, yaitu dokumen level 2 yang berisi petunjuk melakukan
aktivitas atau proses yang terkait dengan K3 di perusahaan
3. Instruksi Kerja K3, yaitu dokumen level 3 ini berisi mengenai petunjuk
teknis untuk melakukan pekerjaan terkait dengan SMK3.
4. Rekaman, yaitu contoh laporan atau formulir yang harus tersedia dalam
penerapan sistem manajemen K3 perusahaan

Gambar 4.3 Hirarki dokumen SMK3


(Sumber: Suardi, 2005)

Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007, dokumentasi pada sistem


manajemen K3 harus termasuk:

1. Kebijakan K3 dan sasaran-sasaran


2. Penjelasan ruang lingkup sistem manajemen K3
3. Penjelasan elemen-elemen inti sistem menajemen dan interaksinya, dan
rujukannya ke dokumen-dokumen terkait
4. Dokumen-dokumen, termasuk catatan-catatan, yang disyaratkan oleh
Standar OHSAS ini
5. Dokumen-dokumen, termasuk catatan-catatan, yang ditetapkan oleh
organisasi yang dianggap penting untuk memastikan perencanaan, operasi
118
dan pengendalian proses yang berhubungan dengan pengendalian risiko-
risiko K3 efektif.

4.6.5 Pengendalian Dokumen


Dokumen-dokumen yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3 dan Standar
OHSAS ini harus terkendali sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan di
pengendalian catatan.

Organisasi harus membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk:

a. Menyetujui kecukupan dokumen-dokumen sebelum diterbitkan


b. Meninjau dokumen secara berkala dirubah bila diperlukan dan
disetujui kecukupannya
c. Memastikan perubahan-perubahan dan status revisi saat ini dalam
dokumen teridentifikasi
d. Memastikan versi yang relevan dari dokumen yang diterapkan tersedia
di tempat penggunaan
e. Memastikan bahwa dokumen-dokumen dapat terbaca dan dengan
cepat teridentifikasi
f. Memastikan bahwa dokumen-dokumen yang berasal dari luar dan
dianggap penting oleh organisasi untuk perencanaan dan operasi
sistem manajeme K3 diidentifikasi dan distribusinya terkendali
g. Mencegah penggunaan dokumen kadaluarsa dan menetapkan
identifikasi jika dipertahankan untuk tujuan tertentu.

4.6.6 Pengendalian Operasional


Menurut dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus mengidentifikasi
operasi-operasi dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang
teridentifikasi di mana kendali pengukuran perlu dilakukan untuk mengendalikan
risiko-risiko K3. Untuk operasi-operasi dan kegiatan-kegiatan tersebut, organisasi
harus menerapkan dan memelihara :

119
1. Kendali-kendali operasional, sesuai keperluan organisasi dan aktivitas-
aktivitasnya, organisasi harus mengintegrasikan kendali-kendali
operasionalnya ke dalam sistem manajemen K3 secara keseluruhan.
Pengendalian terkait pembelian material, peralatan dan jasa-jasa
2. Pengendalian terkait para kontraktor dan tamu-tamu lain ke tempat kerja
3. Mendokumentasikan prosedur-prosedur, mencakup situasi-situasi di mana
ketiadaannya dapat menyebabkan penyimpangan-penyimpangan dari
kebijakan dan tujuan-tujuan K3
4. Kriteria-kriteria operasi yang telah ditetapkan di mana ketiadaannya dapat
menyebabkan penyimpangan-penyimpangan dari kebijakan dan tujuan-
tujuan K3.

Untuk pengelolaan operasi yang disyaratkan dalam Permenaker 05/MEN/1996,


beberapa yang harus diperhatikan antara lain :

1. Perancangan dan Rekayasa Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit


akibat kerja dalam proses rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan
dan perencanaan.
2. Tinjauan Ulang Kontrak Pengadaan barang dan jasa yang melalui kontrak
harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam
memenuhi persyaratan K3 yang ditentukan.
3. Pembelian Sistem pembelian barang dan jasa beserta prosedur
pemeliharaannya harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

120
Gambar 4.4 Pengelolaan operasi manajemen K3
(Sumber: Suardi, 2005)

4.6.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat


Tercantum pada dokumen OHSAS 18001:2007 pada klausul 4.4.7 bahwa untuk
menjaga Sistem Manajemen K3 yang baik organisasi harus membuat, menerapkan dan
memelihara prosedur untuk mengidentifikasikan potensi keadaan darurat dan
menanggapi keadaan darurat.

Organisasi harus menanggapi keadaan darurat aktual dan mencegah atau


mengurangi akibat-akibat penyimpangan terkait dengan dampak-dampak K3.
Organisasi harus pula secara berkala menguji prosedur untuk menanggapi keadaan
darurat, jika dapat dilakukan, mengakibatkan pihak-pihak terkait yang relevan sesuai
keperluan.

Dalam memenuhi persyaratan yang disebutkan pada klausul OHSAS


18001:2007 yang telah dijelaskan tersebut, perusahaan perlu menetapkan perencanaan
tanggap darurat (Emergency Plan). Tahap awal perencanaan tanggap darurat adalah
mengidentifikasi potensial kecelakaan dan keadaan darurat pada seluruh kegiatan
produksi perusahaan. Kemudian mengidentifikasi personel-personel yang melakukan
penanggulangan untuk masing-masing keadaan darurat sehingga tanggung jawab,
wewenang dan tugas-tugas dalam menangani kejadian darurat telah terbagi dengan
121
baik. Perlu pula dilakukan identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan
darurat yang disyaratkan, sehingga material berbahaya dapat diamankan dan tidak
menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.

Komunikasi merupakan hal yang penting apabila terjadi kejadian darurat.


Kejadian tersebut perlu dikomunikasikan kepada jasa pihak eksternal, publik dan badan
pemerintah. Dibutuhkan sistem komunikasi yang jelas dan sistematis untuk masing-
masing pihak tersebut sehingga komunikasi dapat dilakukan sesegera mungkin. Selain
itu, perusahaan perlu menyimpan seluruh informasi yang dibutuhkan selama kejadian
darurat seperti gambar denah lokasi perusahaan, data material berbahaya, prosedur,
instruksi kerja dan nomor telepon penting untuk mempermudah penanggulangan
keadaan darurat (Sarwono, 2005).

4.7 Pemeriksaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM


4.7.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3
secara teratur.

Prosedur ini harus dibuat untuk (Gallagher, 2012) :

1. Pengukuran kualitatif dan kuantitatif, sesuai dengan keperluan organisasi


2. Memantau perluasan yang memungkinkan tujuan K3 organisasi tercapai
3. Memantai efektivitas pengendalian-pengendalian untuk keselamatan dan
kesehatan
4. Mengukur kinerja secara proaktif untuk memantau kesesuaian dengan
program manajemen K3, pengendalian dan kriteria operasional
5. Mengukur kinerja secara reaktif untuk memantau kecelakan, sakit penyakit,
insiden (termasuk yang nyaris terjadi), dan bukti catatan lain penyimpangan
kinerja K3
6. Mencatat data dan hasil pemantauan dan mengukur kecukupan untuk
melakukan analisis tindakan perbaikan dan pencegahan lanjutan.

122
Jika peralatan pemantauan digunakan untuk mengukur dan memantau kinerja,
organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk kalibrasi dan pemeliharan
peralatan tersebut, sesuai keperluan. Catatan hasil kalibrasi dan pemeliharaan dan
hasil-hasil harus disimpan.

4.7.2 Evaluasi Kesesuaian


Menurut dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus membuat,
menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mencatat, menyelidiki, dan menganalisis
insiden-insiden untuk :

1. Menetapkan penyebab penyimpangan K3 dan faktor-faktor lain yang dapat


menyebabkan atau berkontribusi atas terjadinya insiden
2. Mengidentifikasi kebutuhan untuk mengambil tindakan perbaikan
3. Mengidentifikasi kesempatan melakukan tindakan pencegahan
4. Mengidentifikasi kesempatan untuk melakukan peningkatan berkelanjutan
5. Mengomunikasikan hasil-hasil dari penyelidikan

Penyelidikan ini harus dilakukan dalam waktu yang terukur. Setiap tindakan
perbaikan yang diambil atau kesempatan untuk melakukan tindakan pencegahan harus
terkait dan sesuai dengan ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan tindakan
pencegahan. Hasil dari penyelidikan insiden harus didokumentasikan dan dipelihara.

4.7.3 Penyidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan


Pencegahan
Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007, organisasi harus membuat,
menetapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat, menyelidiki dan menganalisis
insiden dalam rangka untuk :

1. Menentukan penyimpangan terhadap K3 dan faktor lain yang menyebabkan


atau berperan dalam terjadinya insiden
2. Mengidentifikasi kebutuhan untuk tindakan pencegahan

123
3. Mengidentifikasi peluang untuk tindakan pencegahan
4. Mengidentifikasi peluang untuk perbaikan berkelanjutan
5. Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dimaksud

Penyelidikan dilakukan segera (dalam waktu singkat) setelah terjadi insiden


dan hasil penyelidikan insiden disimpan dan dipelihara.

Bila tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan menimbulkan adanya


bahaya-bahaya baru atau yang berubah atau perlu adanya pengendalian baru atau
diperbaiki, prosedur ini harus mensyaratkan bahwa tindakan-tindakan yang akan
dilakukan sudah melalui penilaian risiko sebelum diterapkan. Setiap tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menghilangkan akar penyebab
ketidaksesuaian yang aktual dan potensional harus sesuai dengan besarnya masalah dan
seimbang dengan risiko-risiko K3 yang dihadapi. Organisasi harus memastikan bahwa
setiap perubahan yang timbul dari tindakan perbaikan dan pencegahan dibuatkan dalam
dokumentasi sistem manajemen K3 (Suardi, 2005).

4.7.4 Pengendalian Catatan


Pada dokumen OHSAS 18001:2007 pada klausul 4.5.4, organisasi harus
membuat dan memelihara catatan sesuai keperluan untuk memperlihatkan kesesuaian
dengan persyaratan sistem manajemen K3 organisasi dan standar OHSAS serta hasil-
hasil yang dicapai. Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mengidentifikasi, menyimpan, melindungi, mengambil, menahan dan
membuang catatan-catatan. Catatan-catatan harus tetap dapat dibaca, terindentifikasi
dan dapat dilacak

4.7.5 Audit Internal


Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur unruk
pelaksanaan audit sistem manajemen K3 secara berkala, agar dapat:

1. Menentukan apakah sistem manajemen K3:

124
a. Sesuai dengan pengaturan yang direncanakan untuk manajemen K3,
termasuk persyaratan Standar OHSAS
b. Telah diterapkan dan dipelihara secara baik
c. Efektif memenuhi kebijakan dan tujuan organisasi

2. Memberikan informasi tentang hasil audit kepada pihak manajemen


Program audit ini harus direncanakan, dibuat, diterapkan, dan dipelihara oleh
organisasi sesuai dengan hasil penilaian risiko dari aktivitas organisasi, dan
hasil audit waktu yang lalu. Prosedur audit harus dibuat, diterapkan dan
dipelihara yang menjelaskan:
o Tanggung jawab, kompetensi, dan persyaratan untuk merencanakan dan
melaksanakan audit, melaporkan hasil audit dan menyimpan catatan
terkait
o Menetapkan kriteria, ruang lingkup, frekuensi, dan metode audit.

Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memastikan objektivitas dan


independensinya selama proses audit.

4.8 Tinjauan Manajemen


Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 organisasisnya secara
terencana untuk menjamin kesesuaian, kecukupan, dan efektifannya secara
berkelanjutan. Proses tinjauan manajemen harus termasuk penilaian kemungkinan-
kemungkinan peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemen K3, termasuk
kebijakan K3, dan tujuan K3. Catatan hasil tinjauan manajemen harus dipelihara.
Masukan tinjauan manajemen termasuk:

1. Hasil audit internal dan evaluasi kesesuaian dengan peraturan perundangan dan
persyaratan lain yang relevan di mana organisasi menerapkannya
2. Hasil dari partisipasi dan konsultasi
3. Komunikasi yang berhubungan dengan pihak eksternal terkait termasuk
keluhan-keluhan

125
4. Kinerja K3 organisasi
5. Tingkat pencapaian tujuan
6. Status penyelidikan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan
7. Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya
8. Perubahan yang terjadi, termasuk perkembangan dalam peraturan perundangan
dan persyaratan lain terkait K3
9. Rekomendsi peningkatan

Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk
peningkatan berkelanjutan dan harus termasuk setiap keputusan dan tindakan yang
terkait dengan kemungkinan perubahan:

1. Kinerja K3
2. Kebijakan dan tujuan K3
3. Sumber daya
4. Elemen lain sistem manajemen K3

Hasil yang relevan dengan tinjauan manajemen harus disediakan untuk kebutuhan
komunikasi dan konsultasi.

126
BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Manajemen K3 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang


JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah mengimplementasikan standar yang
tercatat dalam klausul-klausul OHSAS 18001:2007 dalam Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan perusahaan. JOB Pertamina-
Talisman Jambi Merang pertama kali mendapatkan sertifikasi OHSAS 18001:2007
pada bulan Agustus 2012 yang diaudit oleh PT TÜV NORD Indonesia. Kemudian
sertifikasi tersebut diperbaharui pada tahun 2015 dan akan berakhir pada bulan
November 2018. Dengan didapatkannya sertifikasi OHSAS 18001:2007, menandakan
bahwa JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menerapkan klausul-klausul
OHSAS 18001:2007 ke dalam Sistem Manajemen K3 perusahaan. Semua intisari dari
penerapan SMK3 perusahaan sudah dirangkum ke dalam dokumen Manual
Management System (JM-HSE-GEN-MAN-00001).

Sistem Manajemen K3 yang diterapkan oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi


Merang telah terintegrasi dengan Sistem Manajemen Lingkungan-nya dan terturang ke
dalam 12 (dua belas) elemen (lihat Gambar 3.3) yang telah disesuaikan dengan klausul
OHSAS 18001:2007 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.1. Selain
mempertimbangkan standar yang sudah ditentukan dalam OHSAS 18001:2007 JOB
Pertamina-Talisan Jambi Merang juga secara sinergis mengimplementasikan standar
nasional yang telah ditentukan dalam PP RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen K3 dan Peraturan Ketenagakerjaan No. 05 tahun 1996 tentang
Sistem Manajemen K3 ke dalam sistem yang mereka susun. Keuntungan lainnya dari
sertifikasi OHSAS 18001:2007 yang dimiliki oleh perusahaan adalah meningkatnya
rasa percaya klien dan pihak penting terkait lainnya kepada perusahaan dan juga dapat
menarik potensi hubungan dengan klien atau pihak penting baru sehingga kegiatan
bisnis JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang akan berjalan lebih lancar.

127
Tabel 5.1 Korelasi SMK3 JOB PTJM dan OHSAS 18001:2007

Elemen SMK3L JOB PTJM OHSAS 18001:2007

4.1 Persyaratan Umum


Kepemimpinan dan Komitmen 4.2 Kebijakan K3

Perencanaan 4.3 Perencanaan


Manajemen Risiko 4.3.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko,
dan Penetapan Pengendalian
Organisasi, Sumber Daya dan 4.3.2 Peraturan Perundangan dan
Dokumentasi Persyaratan Lainnya
4.3.3 Tujuan dan Program
Penerapan dan Operasi 4.4 Penerapan dan Operasi
Organisasi, Sumber Daya dan 4.4.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung
Dokumentasi Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang
Pelatihan, Kompetensi dan Komunikasi 4.4.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
Rekayasa, Konstruksi dan Komisioning 4.4.3 Komunikasi, Partisipasi dan
Konsultasi
Operasi dan Pemeliharaan 4.4.4 Dokumentasi
Manajemen Perubahan 4.4.5 Pengendalian Dokumen
Manajemen Mitra Kerja 4.4.6 Pengendalian Operasional
Manajemen Krisis dan Tanggap 4.4.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
Darurat
Pemeriksaan
Pemantauan, Audit dan Evaluasi 4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
Penyelidikan Insiden dan Tindakan 4.5.2 Evaluasi Kesesuaian
Perbaikan 4.5.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian,
Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
4.5.4 Pengendalian Catatan
4.5.5 Audit Internal
Tinjauan Manajemen 4.6 Tinjauan Manajemen

128
Untuk mendapatkan sertifikasi OHSAS 18001:2007, JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang harus memiliki prosedur-prosedur yang disyaratkan di dalam klausul
OHSAS 18001 yang diterapkan secara baik dan benar di lapangan guna menjaga
keberjalanan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 perusahaan. Keuntungan lainnya dari
sertifikasi OHSAS 18001:2007 yang dimiliki oleh perusahaan adalah meningkatnya
rasa percaya klien dan pihak penting terkait lainnya kepada perusahaan dan juga dapat
menarik potensi hubungan dengan klien atau pihak penting baru sehingga kegiatan
bisnis JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang akan berjalan lebih lancar.
Kelengkapan dokumen-dokumen persyaratan OHSAS 18001:2007 yang dimiliki oleh
JOB PTJM dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Kelengkapan dokumen persyaratan OHSAS 18001:2007 JOB PTJM

EVIDENCE
OHSAS 18001:2007
NAMA KODE
4.1 Persyaratan Umum Manual Management JM-HSE-GEN-MAN-00001
System
4.2 Kebijakan K3 Kebijakan Sistem
Manajemen Ekselen -
Operasi Jambi Merang
4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi Bahaya, Risk Management JM-RS-SOP-001
Penilaian Resiko, dan
Penetapan Pengendalian
4.3.2 Peraturan Perundangan Identifikasi dan JM-HS-SOP-004
dan Persyaratan Lainnya Evaluasi Penataan
4.3.3 Tujuan dan Program Manual Management JM-HSE-GEN-MAN-00001
System
4.4 Penerapan dan Operasi
4.4.1 Sumber Daya, Peran,
Tanggung Jawab, Akuntabilitas
dan Wewenang
4.4.2 Kompetensi, Pelatihan Talent Management JM-BS-SOP-009
dan Kepedulian Procedure
Prosedur Pelatihan JM-BS-SOP-008
Pekerja
4.4.3 Komunikasi, Partisipasi Prosedur Komunikasi, JM-BS-SOP-031
dan Konsultasi Partisipasi dan
Konsultasi
4.4.4 Dokumentasi Document Masterlist JM-RS-FRM-002C
4.4.5 Pengendalian Dokumen Document and Records JM-RS-SOP-004
Management

129
Tabel 5.2 Kelengkapan dokumen persyaratan OHSAS 18001:2007 JOB PTJM
(lanjutan)

EVIDENCE
OHSAS 18001:2007
NAMA KODE
4.4.6 Pengendalian Operasional Contractor JM-RS-SOP-011
Management System
Procedure
Simultaneous JM-HS-SOP-007
Operation
Personal Protective JM-HS-SOP-004
Equipment Procedure
Permit To Work JM-HS-SOP-002
Procedure
4.4.7 Kesiapsiagaan Emergency Response JM-HS-SOP-010
Procedure
dan Tanggap Darurat Emergency Response JM-HS-SSP-001
Risk Assessment
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pemantauan dan QHSSE Inspection JM-HS-SOP-006
Pengukuran Kinerja
4.5.2 Evaluasi Kesesuaian Compliance JM-RS-SOP-004
Management
4.5.3 Penyelidikan Insiden, Learning From Events JM-RS-SOP-003
Ketidaksesuaian, and Success
Tindakan Perbaikan dan Pengendalian JM-RS-SOP-005
Pencegahan Ketidaksesuaian, tindak
lanjut dan analisis data
Action Tracking JM-RS-SOP-010
4.5.4 Pengendalian Catatan Document and Records JM-RS-SOP-004
Management
Records Masterlist JM-RS-FRM-002C
4.5.5 Audit Internal Internal Audit JM-RS-SOP-007
4.6 Tinjauan Manajemen Management Review JM-RS-SOP-008

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa dokumen-dokumen yang disyaratkan


oleh OHSAS 18001:2007 telah berhasil dipenuhi oleh JOB PTJM. Akan tetapi,
kelengkapan dokumen tidak cukup untuk menyatakan bahwa JOB PTJM telah
memiliki Sistem Manajemen K3 perusahaan yang baik. Untuk mendukung pernyataan
tersebut dibutuhkan bukti lain, yaitu implementasi prosedur-prosedur tersebut di area
operasi JOB PTJM. Checklist kesesuaian antara klausul-klausul OHSAS 18001:2007
dengan implementasi SMK3 perusahaan di lapangan dapat dilihat pada Tabel 5.3.

130
Tabel 5.3 Checklist kesesuaian OHSAS 18001:2007 dan implementasi lapangan

Implementasi di Lapangan
Tidak
OHSAS 18001:2007 Memenuhi
Memenuhi
Dapat
Cukup
Ditingkatkan
4.3. Perencanaan
4.3.1. Identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan penetapan √
pengendalian
4.3.2. Peraturan perundangan

dan persyaratan lainnya
4.3.3. Tujuan dan program √
4.4. Penerapan dan operasi
4.4.1. Sumberdaya, peran,
tanggung jawab, akuntabilitas, √
dan wewenang
4.4.2. Kompetensi, pelatihan,

dan kepedulian
4.4.3. Komunikasi, partisipasi

dan konsultasi
4.4.4. Dokumentasi √
4.4.5. Pengendalian dokumen √
4.4.6. Pengendalian operasional √
4.4.7. Kesiapsiagaan dan

tanggap darurat
4.5. Pemeriksaan
4.5.1. Pemantauan dan √
pengukuran kinerja
4.5.2. Evaluasi kesesuaian √
4.5.3. Penyelidikan insiden,
ketidaksesuaian, tindakan √
perbaikan dan pencegahan
4.5.4. Pengendalian Catatan √
4.5.5. Audit Internal √
4.6. Tinjauan Manajemen √

131
5.2 ISRS dan OHSAS 18001:2007 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
Sejak tahun 2015, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang menerapkan sistem
yang terintegrasi dan berkelanjutan demi kelancaran keberjalanan proses bisnisnya,
yaitu International Sustainability Rating System (ISRS) 8th Edition. ISRS merupakan
sebuah alat untuk menilai keefektifan dan keberlanjutan dari sistem manajemen yang
dimiliki oleh suatu perusahaan, khususnya terkait aspek-aspek Quality, Health, Safety,
Security dan Environment (QHSSE). Masa berlaku sertifikat ISRS adalah satu tahun,
sehingga harus dilakukan sertifikasi setiap tahunnya yang ditandai dengan penerbitan
sertifikat ISRS dengan level satu hingga sepuluh, tergantung ketercapaian perusahaan
terhadap persyaratan ISRS. Level tersebut menunjukkan presentase ketercapaian
perusahaan terhadap proses-proses yang menjadi persyaratan ISRS. Saat ini, JOB
PTJM telah mendapatkan sertifikat ISRS 8th Edition Level 7 (tujuh). Level 7 tersebut
diperoleh dari kinerja sistem manajemen JOB PTJM yang telah mencapai 70,7%,
dimana nilai tersebut berada di antara 70% dan 80%.

132
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007

ISRS OHSAS OHSAS


OHSAS 18001:2007 ISRS
SCORE SCORE LEVEL
4.1 Persyaratan Umum 1.6 Proses Bisnis 71.4 71.40 7
4.2 Kebijakan K3 1.3 Kebijakan 75 75.00 7
4.3 Perencanaan 4.3.1 Identifikasi Bahaya, 3.1 Identifikasi dan Evaluasi Bahaya Kesehatan 65.4
Penilaian Resiko, dan 3.2 Identifikasi dan Evaluasi Bahaya
Penetapan Pengendalian 72.7
Keselamatan
4.6 Manajemen Perubahan Organisasi 50.2 70.27 7
9.1 Pengendalian Bahaya Kesehatan 63.8
9.2 Pengendalian Bahaya Keselamatan 83.7
10.9 Manajemen Perubahan Rekayasa 85.8
4.3.2 Peraturan Perundangan 5.1 Peraturan-Peraturan 75.7
dan Persyaratan Lainnya 5.2 Wewenang Eksternal untuk Beroperasi 86.2 74.83 7
5.3 Kode dan Standar Industri 62.6
4.3.3 Tujuan dan Program 1.2 Tujuan 85.6
2.1 Perencanaan Bisnis 74.8
1.4 Strategi 69.2
1.8 Akuntabilitas 85.5
1.9 Komitmen Manajemen 66.9
2.1 Perencanaan Bisnis 74.8 80.20 8
7.1 Sistem Pelatihan 80.6
7.2 Analisa Kebutuhan Pelatihan 44.9
7.4 Pelaksanaan Pelatihan 56.5
7.6 Orientasi/Induksi Umum 89.3
7.8 Evaluasi Sistem Pelatihan 0

133
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 (lanjutan)

ISRS OHSAS OHSAS


OHSAS 18001:2007 ISRS
SCORE SCORE LEVEL
4.4 Penerapan dan 4.4.1 Sumber Daya, Peran, 1.4 Strategi 69.2
Operasi Tanggung Jawab, 1.8 Akuntabilitas 85.5
Akuntabilitas dan 74.10 7
1.9 Komitmen Manajemen 66.9
Wewenang
2.1 Perencanaan Bisnis 74.8
4.4.2 Kompetensi, Pelatihan 7.1 Sistem Pelatihan 80.6
dan Kepedulian 7.2 Analisa Kebutuhan Pelatihan 44.9
7.4 Pelaksanaan Pelatihan 56.5 54.26 5
7.6 Orientasi/Induksi Umum 89.3
7.8 Evaluasi Sistem Pelatihan 0
4.4.3 Komunikasi, 1.5 Keterlibatan Stakeholder 57.8
Partisipasi dan Konsultasi 5.4 Pelaporan kepada Pihak Berwenang 80
7.6 Orientasi/Induksi Umum 89.3
8.1 Sistem Komunikasi 64.3
8.3 Rapat Manajemen 66.7
8.4 Rapat Kelompok 74.7
11.3 Jaminan Kontraktor/Pemasok 74.5
73.74 7
12.7 Komunikasi pada saat Keadaan Darurat 95.5
15.3 Pelaporan kepada Stakeholder 45.6
1.2 Tujuan 85.6
1.3 Kebijakan 75
3.6 Evaluasi Risiko Tugas 58
8.5 Panitia/Dewan Gabungan 75
13.3 Partisipasi Investigasi 90.3

134
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 (lanjutan)

ISRS OHSAS OHSAS


OHSAS 18001:2007 ISRS
SCORE SCORE LEVEL
4.4 Penerapan dan 4.4.4 Dokumentasi 1.6 Proses Bisnis 71.4
Operasi 55.05 5
2.5 Rekaman 38.7
4.4.5 Pengendalian 2.4 Sistem Manajemen Dokumen 52.5
Dokumen 45.60 4
2.5 Rekaman 38.7
4.4.6 Pengendalian 9.1 Pengendalian Bahaya Kesehatan 63.8
Operasional 9.2 Pengendalian Bahaya Keselamatan 83.7
9.6 Prosedur Operasional 71.8 68.06 6
11.1 Pemilihan Kontraktor/Pemasok 57.6
11.2 Operasional Kontraktor 63.4
4.4.7 Kesiapsiagaan dan 12.1 Penilaian Keadaan Darurat 90.9
Tanggap Darurat 12.2 Rencana Tanggap Darurat di Lapangan 88.6
12.6 Tinjauan Rencana Tanggap Darurat 83.3
12.11 Pengeboran dan Latihan 80
1.2 Tujuan 85.6
10.10 Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan
73.1
Pengujian
67.6 85.70 8
13.10 Analisa Kejadian
14.1 Pemantauan Bahaya Kesehatan 47.1
14.2 Pemantauan Bahaya Keselamatan 44.2
15.1 Hasil Bisnis 56.3
5.7 Penilaian Kesesuaian 83.7
13.1 Sistem Belajar dari Insiden 74.9
13.4 Hampir Celaka dan Kondisi Substandar 81.7

135
Tabel 5.4 Proyeksi nilai ISRS terhadap OHSAS 18001:2007 (lanjutan)

ISRS OHSAS OHSAS


OHSAS 18001:2007 ISRS
SCORE SCORE LEVEL
4.5 Pemeriksaan 4.5.1 Pemantauan dan 1.2 Tujuan 85.6
Pengukuran Kinerja 10.10 Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan
73.1
Pengujian
13.10 Analisa Kejadian 67.6 62.32 6
14.1 Pemantauan Bahaya Kesehatan 47.1
14.2 Pemantauan Bahaya Keselamatan 44.2
15.1 Hasil Bisnis 56.3
4.5.2 Evaluasi Kesesuaian 5.7 Penilaian Kesesuaian 83.7 83.7 83.7
4.5.3 Penyelidikan Insiden, 13.1 Sistem Belajar dari Insiden 74.9
Ketidaksesuaian, Tindakan 13.4 Hampir Celaka dan Kondisi Substandar 81.7 79.20 7
Perbaikan dan Pencegahan
13.8 Tindak Lanjut Insiden 81
4.5.4 Pengendalian Rekaman 2.5 Rekaman 38.7 38.70 3
4.5.5 Audit Internal 14.10 Audit 96.8 96.80 9
4.6 Tinjauan
15.2 Tinjauan Manajemen 50.9 50.90 5
Manajemen
RATA-RATA OHSAS 18001:2007 64.80 6

136
Walaupun telah menetapkan ISRS, JOB PTJM tetap menjalani sertifikasi OHSAS
18001:2007 untuk memastikan bahwa keberjalanan Sistem Manajemen K3 perusahaan
sesuai dengan standar internasional lainnya. OHSAS 18001:2007 merupakan salah satu
dasar yang digunakan dalam penyusunan ISRS, sehingga setiap klausul yang terdapat
pada dokumen OHSAS 18001:2007 dijadikan dasar dari beberapa proses-proses ISRS
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Sertifikat ISRS Level 7 menandakan bahwa
perusahaan telah mencapai syarat-syarat ISRS sebanyak 70%, namun presentase
tersebut merupakan rata-rata dari keseluruhan penilaian proses. Apabila diselidiki
terhadap masing-masing proses, masih terdapat proses yang berada di bawah 70%.
Pada Tabel 5.4 tersedia proses-proses yang berkaitan dengan masing-masing klausul
pada dokumen OHSAS 18001:2007 beserta nilainya. Apabila nilai dari proses-proses
ISRS tersebut diproyeksikan menjadi nilai masing-masing klausul OHSAS
18001:2007, terdapat 7 (tujuh) klausul yang memiliki nilai di bawah skala (level) 7.
Nilai klausul tersebut didapatkan dengan merata-ratakan proses-proses yang
berhubungan pada setiap klausul. Berikut merupakan contoh perhitungan beserta
penjelasan untuk proyeksi nilai subproses ISRS terhadap klausul 4.3.1 Identifikasi
Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian :

Subproses ISRS yang berhubungan dengan klausul 4.3.1 adalah 3.1 Identifikasi dan
Evaluasi Bahaya Kesehatan; 3.2 Identifikasi dan Evaluasi Bahaya Keselamatan; 4.6
Manajemen Perubahan Organisasi; 9.1 Pengendalian Bahaya Kesehatan; 9.2
Pengendalian Bahaya Keselamatan dan 10.9 Manajemen Perubahan Rekayasa. Nilai
presentase dari masing-masing subproses tersebut ditambahkan, kemudian dibagi 6
(enam), sesuai dengan jumlah subproses yang berkaitan dengan klausul tersebut.

(65,4 + 72,7 + 50,2 + 63,8 + 83,7 + 85,8)%


𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐾𝑙𝑎𝑢𝑠𝑢𝑙 4.3.1 =
6

𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐾𝑙𝑎𝑢𝑠𝑢𝑙 4.3.1 = 70,2%

Kemudian nilai rata-rata klausul OHSAS 18001:2007 tersebut dibuat menjadi skala
atau level. Level dibuat dengan rentang satu hingga sepuluh (1-10) sehingga sama
dengan rentang level yang digunakan oleh sistem penilaian ISRS dan keduanya dapat
dibandingkan secara jelas. Level 1 didapatkan apabila rata-rata ketercapaian subproses

137
ISRS berada pada rentang 10% hingga 20%, Level 2 didapatkan apabila rata-rata
ketercapaian subproses lebih dari sama dengan 20% dan kurang 30% dan seperti itu
seterusnya hingga Level 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Klausul 4.3.1 berada
pada Level 7, karena rata-rata presentase ketercapaian subprosesnya memiliki nilai
lebih dari sama dengan 70% namun kurang dari 80%. Setelah nilai setiap klausul
dihitung, nilai keseluruhan OHSAS 18001:2007 dapat ditentukan melalui rata-rata nilai
presentase dari masing-masing klausul yang telah ditentukan sebelumnya. Proyeksi
nilai menunjukkan bahwa nilai keseluruhan OHSAS 18001:2007 adalah 64,8%.
Artinya tingkatan OHSAS 18001:2007, apabila diproyeksikan berdasarkan nilai ISRS,
berada pada level 6. Nilai ini berada di bawah nilai rata-rata ISRS yang berada pada
level 7. Salah satu penyebab hal ini adalah pada klausul-klausul dengan nilai di bawah
rata-rata terdapat subproses ISRS yang ketercapaiannya berada di bawah 70%.
Berdasarkan proyeksi nilai ISRS ke dalam OHSAS 18001:2007, berikut merupakan
daftar klausul yang memiliki level di bawah 7 :
 4.4.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
 4.4.4 Dokumentasi
 4.4.5 Pengendalian Dokumen
 4.4.6 Pengendalian Operasional
 4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
 4.5.2 Evaluasi Kesesuaian
 4.5.4 Pengendalian Rekaman
 4.6 Tinjauan Manajemen
Analisis dan evaluasi mengenai klausul-klausul ini akan dibahas lebih lanjut pada
subbab selanjutnya.

138
5.3 Kebijakan K3
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah mendefinisikan Kebijakan K3 dalam
“Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi Jambi Merang” yang menyediakan
garis-garis pedoman untuk menyusun, mengimplementasikan dan meningkatkan
Sistem Manajemen K3. Pada dokumen OHSAS 18001:2007 klausul Kebijakan K3
poin a dan b tertera bahwa kebijakan K3 organisasi harus sesuai dengan sifat dan skala
risiko-risiko K3 organisasi serta mencakup suatu komitmen untuk pencegahan cidera
dan sakit penyakit serta peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3. Syarat
tersebut telah tertuang dalam Kebijakan K3 perusahaan pada poin nomor 2 dan 3, yang
berbunyi :

 Menerapkan Sistem Manajemen Risiko sebagai jaminan bahwa semua risiko


dikendalikan secara efektif;
 Menerapkan Process Safety Management (PSM) untuk mencegah pelepasan
substansi hidrokarbon dan toksik ke lokasi yang berpotensi membahayakan
manusia, lingkungan serta aset/finansial perusahaan.

Dokumen OHSAS 18001:2007 juga mensyaratkan bahwa Kebijakan K3


perusahaan harus mencakup suatu komitmen untuk paling tidak mematuhi peraturan
K3 dan persyaratan lain yang relevan yang biasa dilakukan oleh organisasi yang terkait
dengan risiko-risiko K3. Hal tersebut telah dipatuhi oleh perusahaan berdasarkan poin
nomor 1 pada Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi Jambi Merang, yaitu
melaksanakan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berlaku bagi
perusahaan berlandaskan tata nilai perusahaan (Clean, Open, Capable, Respect,
Innovative). Kebijakan perusahaan tersebut telah menggambarkan mengenai kerangka
kerja untuk menetapkan dan meninjau tujuan-tujuan K3 yang dapat dilihat secara jelas
sesuai dengan konsep Plan – Do – Check – Action. Pada kebijakan tersebut dijelaskan
mengenai komitmen perusahaan dalam mengintegrasikan aspek kualitas, K3 dan
lingkungan sehingga aspek-aspek tersebut berkontribusi signifikan terhadap
pencapaian target produksi dan efisiensi pemberdayaan sumber daya yang dapat dilihat
sebagai perencanaan awal. Kemudian tahap operasi dan penerapan dapat dilihat dari
kalimat menerapkan Sistem Manajemen Risiko, Manajemen Kesehatan, serta Process

139
Safety Management (PSM) dimana akan ditinjau secara periodik sehingga Continual
Improvement Program dapat berjalan agar tujuan-tujuan K3 selalu terpenuhi.

Kebijakan Sistem Manajemen Ekselen Operasi versi terakhir dikeluarkan pada


bulan Oktober tahun 2016, hal ini menunjukkan bahwa JOB PTJM menaati syarat
OHSAS 18001:2007 untuk mengkaji kebijakan K3 perusahaan secara periodik. Sejauh
mana sosialisasi yang dilakukan oleh JOBPTJM untuk memberi informasi mengenai
kebijakan K3 perusahaan kepada karyawan dan kontraktor dapat dilihat dari hasil
kuisioner yang disebarkan kepada 79 orang karyawan dan kontraktor yang bekerja di
lapangan JOB PTJM dengan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5.1 dan Gambar
5.2 berikut:

Pertanyaan Apakah Kebijakan Sistem Manajemen


Ekselen Operasi Jambi Merang sudah disosialisasikan?

9%

Ya
Tidak

91%

Gambar 5.1 Hasil Kuisioner Kebijakan K3 Karyawan JOB PTJM

140
Pertanyaan Apakah Kebijakan Sistem Manajemen
Ekselen Operasi Jambi Merang sudah
disosialisasikan?

41% Ya
59% Tidak

Gambar 5.2 Hasil Kuisioner Kebijakan K3 Kontraktor

Dari kedua grafik tersebut terlihat bahwa 91% karyawan JOB PTJM telah
menyetujui bahwa kebijakan K3 perusahaan telah disosialisasikan, namun terdapat
41% kontraktor yang mengatakan bahwa kebijakan K3 perusahaan belum
disosialisasikan. Artinya, JOB PTJM telah melakukan komunikasi mengenai kebijakan
K3 dengan baik kepada karyawannya, namun masih dapat ditingkatkan lagi untuk
meningkatkan sosialisasi Kebijakan K3 perusahaan terhadap kontraktor.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, secara garis besar manajemen
puncak JOB PTJM telah mendefinisikan, menyetujui kebijakan K3 perusahaan dan
memastikan bahwa kebijakan K3 tersebut berada di dalam ruang lingkup dari sistem
manajemen K3. Namun hal tersebut masih dapat ditingkatkan melihat dari kalimat
yang tertera pada “Sistem Manajemen Ekselen Operasi Jambi Merang” yang dimiliki
oleh JOB PTJM, yaitu bahwa mitra kerja di semua area kegiatan bertanggung jawab
untuk melaksanakan dan menaati kebijakan tersebut. Maka disarankan kepada JOB
PTJM untuk melakukan sosialisasi kembali kepada kontraktor yang berkerja di area
operasi perusahaan mengenai kebijakan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan,
termasuk salah satunya kebijakan K3 perusahaan.

141
5.4 Perencanaan Sistem Manajemen K3
5.4.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan Pengendalian
Pada klausul 4.3.1. OHSAS 18001:2007 tertera bahwa perusahaan harus
membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang
ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Menurut standar
OHSAS 18001:2007 pembuatan prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko
mempunyai banyak aspek yang perlu dipertimbangkan agar prosedur dapat dikatakan
layak untuk digunakan.

Pada JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, prosedur identifikasi bahaya dan


penilaian risiko yang digunakan sudah tercantum dalam Risk Management Procedure
(JM-RS-SOP-001) di mana prosedur tersebut akan melahirkan sistem untuk
mengidentifikasi bahaya seluruh aktivitas yang dilakukan dan juga menetapkan
pengendalian terhadap risiko yang mungkin disebabkan oleh bahaya-bahaya tersebut.
Hasil dari identifikasi bahaya yang telah dilakukan oleh JOB PTJM dapat dilihat pada
daftar HIRADC yang dimiliki oleh perusahaan.

Daftar HIRADC perusahaan berisi mengenai bahaya-bahaya yang berkaitan


dengan seluruh kegiatan perusahaan, penilaian risiko berdasarkan matriks risiko yang
dimiliki oleh perusahaan, serta pengendalian terhadap masing-masing bahaya dan
risiko tersebut. Apabila dibandingkan dengan persyaratan prosedur identifikasi bahaya
yang tercantum dalam OHSAS 18001:2007, Risk Management Procedure (JM-RS-
SOP-001) dapat dibilang sudah sangat baik, namun terdapat beberapa bahaya-bahaya
di lapangan yang belum tercantum pada daftar HIRADC JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.5. Sebaiknya JOB PTJM
melakukan pemutakhiran terhadap dokumen HIRADC setiap tahunnya. Bahaya-
bahaya tersebut dapat ditemukan dari insiden yang telah terjadi, safety inspection,
maupun SBOC yang terkumpul dari karyawan dan kontraktor perusahaan.

142
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya

Bahaya Potensi
No Departemen Aktivitas Risiko
Health Safety Kerugian

Makanan tidak Benda kecil / Cidera,


1 Business Support Kantin aman - tajam tertelan gangguan
dikonsumsi pekerja pencernaan

Signal Tower Bekerja di Pekerja jatuh


2 Business Support - Fatality, cidera
Maintanance ketinggian dari ketinggian

Pekerja terkena Luka bakar,


3 Business Support Laundry Bahaya Listrik -
setrum fatality

Perawatan Pekerja digigit


Gigitan
taman serangga, Gatal-gatal,
4 Business Support serangga, -
(memotong pekerja terpapar alergi
bahan kimia
rumput dll) bahan kimia

Perawatan Suara alat


taman pemotong Gangguan
5 Business Support Kebisingan -
(memotong rumput di atas pendengaran
rumput dll) ambang batas

143
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya (lanjutan)

Potensi
No Departemen Aktivitas Bahaya Risiko
Kerugian
Perawatan
Pekerja terkena
taman
5 Business Support - Benda tajam alat pemotong Luka, cidera
(memotong
rumput
rumput dll)

Analisa Lantai licin, Pekerja terjatuh,


6 Laboratorium Kondensat & - pecahan tertusuk pecahan Cidera, luka
Gas peralatan kaca

Peralatan
Kalibrasi Alat terlepas dan Luka, cidera,
7 Maintanance - Tekanan tinggi
Bertekanan mengenai fatality
pekerja
Terhirup uap
Iritasi kulit,
Pengecatan cat/thinner,
8 Maintanance Bahan kimia - gangguan
pipa terpapar
pernafasan
cat/thinner

Kebakaran,
Tekanan
sambungan hose
Pengecatan tinggi, material
9 Maintanance - terlepas dan cidera, fatality
pipa mudah
mengenai
terbakar
pekerja

144
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya (lanjutan)

Potensi
No Departemen Aktivitas Bahaya Risiko
Kerugian

perawatan
Pekerja terkena
instrumen Air bertekanan
10 Maintanance - air dengan cidera, fatality
pemadam tinggi
tekanan tinggi
kebakaran

Flushing pipa
Gangguan
gas dan Gangguan
11 Piping Kebisingan - pendengaran
kondensat pendengaran
pada pekerja
dengan udara
Sambungan hose
Flushing pipa
Tekanan terlepas dan
gas dan Cidera, luka
12 Piping - tinggi, listrik mengenai
kondensat bakar, fatality
tegangan tinggi pekerja, pekerja
dengan udara
terkena setrum
Terdapat
Gangguan
Procurement & banyak burung Kotoran Pekerja terpapar
13 - pernafasan,
Logistic pada Main burung kotoran burung
penyakit kulit
Warehouse
Tekanan
tinggi, nyala
Kebakaran,
14 Operation Sistem Flare - api, proses
meledak
pembakaran
tidak sempurna

145
Tabel 5.5 Tabel identifikasi bahaya (lanjutan)

Potensi
No Departemen Aktivitas Bahaya Risiko
Kerugian

Tekanan
tinggi, nyala
Kebakaran,
14 Operation Sistem Flare - api, proses
meledak
pembakaran
tidak sempurna

Pekerja terpapar
hidrokarbon /
15 Operation Sistem Hot Oil Bahan Kimia -
bahan kimia
berbahaya

Temperatur
tinggi, bahan Kebakaran, Cidera, Sakit,
16 Operation Sistem Hot Oil -
mudah ledakan Fatality
terbakar

Suara alat
melebihi ambang
Gangguan
batas kebisingan,
Kebisingan, pendengaran,
17 Piping Sand Blasting - debu terhirup
Debu pernafasan dan
pekerja, debu
penglihatan
mengenai mata
pekerja

146
5.4.2 Evaluasi Bahaya Lingkungan
Lingkungan merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian-
kerugian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Oleh karena itu, JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melaksanakan kegiatan pemantauan
lingkungan secara rutin. Periode pemantauan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali
selama tahap operasi berlangsung. Pemantauan lingkungan dilakukan terhadap kualitas
udara, tingkat kebisingan, kualitas air, keragaman biota perairan, reklamasi/revegetasi
lahan, subsidensi lahan gambut serta sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar.
Setiap aspek lingkungan tersebut dipantau pada titik-titik yang sudah ditentukan
sebelumnya, sebagai contoh lokasi pemantauan terhadap kualitas udara pada JOB
PTJM dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Lokasi Titik Pemantauan Kualitas Udara Emisi JOB PTJM

Koordinat
No Lokasi
S E
1 Micro Turbine Generator 02o 02’ 14,2” 103o 52’ 38,8”
2 Micro Turbine Generator B 02o 02’ 14,1” 103o 52’ 39,7”
3 Micro Turbine Generator C 02o 02’ 14,4” 103o 52’ 39,6”
4 Micro Turbine Generator D 02o 02’ 39,5” 103o 52’ 39,5”
5 Micro Turbine Generator E 02o 02’ 14,9” 103o 52’ 39,3”
6 Sales Gas Compressor A 02o 06’ 06,9” 103o 47’ 49,5”
7 Sales Gas Compressor B 02o 06’ 06,4” 103o 47’ 50,5”
8 Hot Oil Heater A 02o 06’ 08,5” 103o 47’ 50,6”
9 Hot Oil Heater B 02o 06’ 08,0” 103o 47’ 50,5”
10 Reagen Gas Heater 02o 06’ 03,2” 103o 47’ 50,1”
11 TEG Boiler 02o 02’ 15,3” 103o 52’ 40,6”
12 Thermal Oxidizer 02o 06’ 03,7” 103o 47’ 52,2”
13 Flaring SK-75-S-01 02o 06’ 03,1” 103o 47’ 51,5”
14 Flaring PG-75-S-01 02o 02’ 14,5” 103o 52’ 41,1”
(Sumber : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

147
Pemantauan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan
dan persyaratan berlaku yang relevan, seperti untuk kualitas udara digunakan baku
mutu Permen LH No. 13 Tahun 2009 dan Pergub Sumatera Selatan No. 6 Tahun 2012.
Salah satu parameter pemantauan kualitas udara emisi yang disyaratkan oleh kedua
peraturan tersebut adalah partikulat, maka hasil pemantauan konsentrasi partikulat
pada proses pembakaran turbin gas di JOB PTJM dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Hasil Pemantauan Konsentrasi TSP di JOB PTJM


(Sumber : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2017)

Pada Gambar 5.3 terlihat hasil pemantauan konsentrasi TSP di berbagai lokasi
dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan. Hasil pemantauan terhadap kualitas
udara periode semester I tahun 2016 menujukan adanya perbaikan konsentrasi Total
Suspended Particulate (TSP) di lokasi studi. Konsentrasi TSP sebelumnya dalam
pemantauan periode semester II tahun 2015 tercatat adanya lonjakan yang sangat tinggi
di semua lokasi hingga melebihi baku mutu, hal ini disebabkan oleh tingginya debu di
udara akibat dari kebakaran hutan. Tetapi pada pemantauan semester I tahun 2016
konsentrasi TSP kembali pada kisaran baku mutu. Hal tersebut menujukan
keberhasilan program pengelolaan dampak penurunan kualitas udara. Pengendalian
yang dilakukan untuk menurunkan konsentrasi TSP tersebut menggunakan metode
basah, yaitu melakukan penyiraman jalan akses secara berkala. Metode penyiraman
jalan ini menyebabkan partikulat yang terdapat di udara terperangkap ke dalam butiran-

148
butiran air dan ikut jatuh ke permukaan tanah. Selain itu, JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang juga melakukan perawatan secara rutin terhadap tanaman penyerap gas
emisi dan tanaman yang ada di sekitar lokasi kegiatan untuk menjaga agar kualitas di
daerah operasi perusahaan tetap berada dalam kondisi baik.

Hasil pemantauan kondisi lingkungan dianalisis oleh Departemen QHSSE di


lapangan. Apabila terjadi penyimpangan terhadap baku mutu, dilakukan analisis
penyebab sehingga dihasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk mengendalikan
dampak yang disebabkan oleh penyimpangan tersebut, seperti halnya dalam
pengendalian konsentrasi TSP. Rekomendasi tersebut harus segera dijalankan sehingga
diharapkan penyimpangan telah berhasil dikendalikan pada periode pemantauan
lingkungan selanjutnya.

Seluruh perencanaan, pelaksanaan, analisis dan rekomendasi terhadap aspek-


aspek pemantauan lingkungan dilaporkan kepada Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia dengan sebelumnya diketahui dan disetujui oleh
General Manager JOB PTJM dalam bentuk Laporan Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL). Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL disusun oleh Divisi Environment pada
Departemen QHSSE. Namun sumber daya manusia yang tersedia untuk Departemen
QHSSE kurang lengkap. Terdapat beberapa posisi jabatan yang tidak tersedia sehingga
terdapat beban kerja yang tidak semestinya dikerjakan oleh beberapa karyawan. Dalam
penyusunan Laporan RKL dan RPL ini pun melibatkan karyawan yang berada di
bawah Divisi Quality yang tidak seharusnya melakukan penyusunan laporan tersebut.
Pada departemen ini juga tidak terdapat seorang Document Controller, sehingga data-
data dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penyusunan Laporan RKL dan
RPL tidak diolah dan tersusun dengan rapi sehingga baru dapat dilakukan saat
pelaksanaan penyusunan laporan tersebut oleh karyawan yang seharusnya tidak
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan pengendalian dokumen.

Evaluasi bahaya lingkungan yang berpotensi merugikan kesehatan dan


keselamatan karyawan telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan. Perusahaan
tidak menutup-nutupi kondisi-kondisi yang melebihi baku mutu dalam melaporkan

149
hasil pemantauan lingkungan yang akan dikomunikasikan kepada pihak eksternal,
melainkan mencari rekomendasi yang dapat mengendalikan dampak yang mungkin
timbul akibat penyimpangan tersebut. Namun terdapat kekurangan sumber daya
manusia dalam proses penyusunan hasil pemantauan lingkungan ini. Akan lebih baik
apabila perusahaan melengkapi jabatan-jabatan yang tidak terisi sehingga evaluasi
terhadap bahaya lingkungan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

5.4.3 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya


Berdasarkan klausul OHSAS 18001:2007 tercantum bahwa organisasi harus
membuat, menerangkan dan memelihara suatu prosedur untuk mengidentifikasi dan
mengakses peraturan perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang diaplikasikan
untuk K3. JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah memiliki prosedur yang
mengatur mengenai peraturan dan persyaratan K3 lainnya, yaitu Compliance
Management Procedure (JM-RS-SOP-004). Regulasi dan peraturan yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat ditemukan pada daftar Compliance
QHSSE (JM-RS-FRM-004C) yang dimiliki oleh perusahaan. Pada daftar tersebut,
selain tercantum daftar peraturan yang berhubungan dengan aspek QHSSE perusahaan,
tercantum pula potensi risiko dan dampak yang terjadi apabila peraturan tersebut tidak
terpenuhi, yang dianalisis berdasarkan matriks penilaian risiko perusahaan. Pada daftar
tersebut tertera pula metode evaluasi untuk masing-masing peraturan, seperti audit
internal, audit eksternal dan lain-lain sehingga perusahaan dapat dipastikan selalu
menaati peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait K3 yang
berlaku.

Pada klausul 4.3.2 dokumen OHSAS 18001:2007, disebutkan bahwa organisasi


harus memastikan bahwa peraturan perundangan dan persyaratan lain yang relevan di
mana organisasi mendapatkannya harus dipertimbangkan dalam membuat,
menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3 organisasi. Untuk mewujudkan
persyaratan klausul OHSAS 18001:2007 tersebut, JOB PTJM selalu menjadikan
peraturan perundang-undangan dan standar-standar lainnya sebagai referensi untuk
penyusunan prosedur maupun instruksi kerja perusahaan. Sebagai contoh, dilakukan

150
random sampling referensi yang tercantum pada Personal Protective Equipment
Procedure (JM-HS-SOP-004) :

 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (pasal 165)
 Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor PAK
 Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja
 Permenakertrans No.Per.08/MEN/2010 tentang Alat Pelindung Diri
 Guidelines on the Use of Personal Protective Equipment against Chemicals
Hazards (DOSH), 2005
 ISO 19001 Sistem Manajemen Mutu
 OHSAS 18001 Sistem Manajemen K3

Departemen QHSSE bekerja sama dengan penyedia jasa untuk selalu


memutakhirkan informasi mengenai persyaratan dan peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan K3 organisasi. Penyedia jasa memberikan informasi
mengenai peraturan perundangan yang baru diberlakukan maupun yang diubah melalui
e-mail sesaat setelah peraturan tersebut dikeluarkan oleh pemerintah. Kemudian
dilakukan pembaruan terhadap daftar Compliance QHSSE (JM-RS-FRM-O04C)
dengan menambahkan atau mengubah sesuai dengan informasi yang diterima dari
penyedia jasa tersebut setiap tahunnya. Berdasarkan hasil pengamatan, JOB PTJM
telah memenuhi syarat pada klausul OHSAS 18001:2007 mengenai peraturan
perundangan dan persyaratan lainnya yang ditunjukkan dengan :

 JOB PTJM telah membuat, menerangkan dan memelihara prosedur untuk


mengidentifikasi dan mengakses peraturan perundangan dan persyaratan
K3.
 JOB PTJM selalu mencantumkan setiap peraturan K3 terkait di dalam
setiap dokumen seperti manual, prosedur atau SWP dari masing-masing
departemen.
 JOB PTJM selalu memperbarui daftar Compliance QHSSE yang berisi
semua peraturan yang berkaitan dengan proses bisnis perusahaan.
151
5.4.4 Tujuan, Sasaran dan Program
Tertera pada OHSAS 18001:2007, bahwa organisasi harus membuat,
menerapkan dan memelihara tujuan dan sasaran K3 yang terdokumentasi, pada setiap
fungsi dan tingkat yang relevan di dalam organisasi. Untuk memenuhi persyaratan ini,
JOB PTJM telah menetapkan suatu rencana terukur yang disebut KPI (Key
Performance Indicator). KPI dimiliki oleh seluruh manajer perusahaan sehingga
terlihat jelas sasaran yang ingin dicapai untuk masing-masing fungsi yang terdapat di
perusahaan. Tujuan dan sasaran yang berhubungan dengan sistem manajemen K3
tercantum pada KPI QHSSE Manager seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh JOB PTJM telah sesuai dengan peraturan
perundangan dan kebijakan K3 yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari
sasaran mengenai Risk Management Implementation yang tercantum pada KPI QHSSE
Manager karena pada Kebijakan K3 dinyatakan bahwa perusahaan harus menerapkan
Sistem Manajemen Risiko sebagai jaminan bahwa seluruh risiko dikendalikan secara
efektif. Dalam menyusun tujuan K3 yang tercantum dalam KPI tersebut perusahaan
juga telah mempertimbangkan aspek teknlogi, keuangan, persyaratan operasional dan
bisnis. Hal ini dapat dilihat bahwa indikator kinerja utama KPI QHSSE Manager tidak
hanya melingkupi tujuan K3 namun juga dikaitkan dengan target finansial, operasional,
dan lain-lain.

JOB PTJM telah menetapkan program-program untuk mencapai tujuan K3


organisasi seperti yang telah dijelaskan satu per satu pada bagian kondisi eksisting.
Untuk memastikan program-program yang telah ditetapkan oleh perusahaan berjalan
sesuai dengan rencana, perusahaan menetapkan penanggungjawab untuk setiap
programnya. Setiap program dan tujuan memiliki batas waktu pemenuhannya masing-
masing seperti yang dapat dilihat pada KPI QHSSE Manager pada Gambar 5.4.

152
Gambar 5.4 KPI QHSSE Manager JOB PTJM

153
5.5 Penerapan dan Operasi Sistem Manajemen K3 JOBPTJM
5.5.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang
Untuk memenuhi persyaratan klausul 4.4.1, manajemen puncak JOB
Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menunjukkan komitmennya dalam
melaksanakan K3 dan SMK3 perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari pembagian peran
dan tanggung jawab masing-masing manajer terkait K3 dan SMK3 pada prosedur-
prosedur yang dimiliki oleh perusahaan. Komitmen manajemen puncak juga dapat
dilihat dari penyediaan sumber daya khusus menangani persoalan SMK3L perusahaan,
yaitu QHSSE Manager dan QHSSE Department.

QHSSE Manager memiliki tanggung jawab untuk melaporkan kinerja sistem


manajemen K3 kepada seluruh anggota manajemen puncak pada saat pertemuan
tinjauan manajemen. Pada pertemuan tersebut kinerja SMK3 perusahaan dikaji sebagai
dasar untuk peningkatan SMK3. Kebutuhan sumber daya, peran dan tanggung jawab
pada QHSSE Department telah dianalisis pada awal pembentukan perusahaan, seperti
yang tertera pada organogram Gambar 3.15. Namun terdapat beberapa posisi jabatan
pada organogram tersebut yang tidak terisi sehingga terdapat beban kerja yang tidak
semestinya dikerjakan oleh beberapa karyawan.

JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah memenuhi secara sebagian


persyaratan klausul 4.4.1 pada OHSAS 18001:2007 karena :

a. Manajemen puncak telah menjadi penanggung jawab tertinggi untuk


perihal sistem manajemen K3
b. Manajemen puncak telah memastikan ketersediaan sumber daya untuk
mengurus segala perihal mengenai sistem manajemen K3, yaitu QHSSE
Department
c. Telah ditunjuk seorang anggota manajemen puncak dengan tanggung jawab
khusus K3, yaitu QHSSE Manager

Namun perlu dilakukan penyediaan sumber daya manusia untuk seluruh


kebutuhan posisi jabatan di perusahaan sehingga seluruh karyawan mengerjakan
tugas yang sesuai dengan jabatannya.

154
5.5.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang memiliki prosedur untuk memastikan
semua orang yang bekerja di bawah pengendaliannya peduli akan peran dan tanggung
jawabnya dalam mencapai kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur-prosedur K3,
prosedur tersebut adalah Prosedur Pelatihan Pekerja (JM-BS-SOP-008). Prosedur ini
merupakan acuan untuk mengatur tata cara pelaksanaan pelatihan pekerja di
lingkungan perusahaan dan juga sebagai dasar bagi perusahaan untuk melakukan
pengembangan kompetensi pekerja, termasuk salah satunya dalam hal K3.

Pada subklausul 4.4.2 dokumen OHSAS 18001:2007, tertera bahwa organisasi


harus memastikan bahwa setiap orang dalam pengendaliannya memiliki kompetensi
yang sesuai dengan tugas-tugasnya yang memiliki dampak K3. Organisasi juga harus
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan sesuai dengan risiko-risiko K3 terkait dan sistem
manajemen K3. JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melakukan identifikasi
kebutuhan pelatihan K3 dan sistem manajemen K3 bagi karyawannya, yang pada
akhirnya menghasilkan matriks kompetensi dan matriks pelatihan HSE. Matriks ini
berisi mengenai kompetensi dan pelatihan yang harus dimiliki dan diikuti oleh masing-
masing jabatan di JOB PTJM sehingga mempermudah Human Resource Function
untuk memonitor pemenuhan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh seluruh
karyawan melalui pelatihan-pelatihan yang sudah dan akan dilaksanakan.

Sehingga secara garis besar dapat disimpulkan bahwa JOB Pertamina-Talisman


Jambi Merang telah memenuhi syarat-syarat pada klausul 4.4.2 dokumen OHSAS
18001:2007 karena :

1. Perusahaan telah memastikan bahwa setiap orang dibawah


pengendaliannya memiliki kompetensi dalam bidang K3 dan SMK3 dengan
dilaksanakannya pelatihan-pelatihan pekerja, baik itu merupakan pelatihan
mandatory maupun pelatihan non mandatory,
2. Perusahaan memiliki Prosedur Pelatihan Pekerja (JM-BS-SOP-008) yang
mengatur mengenai pelaksanaan pelatihan bagi semua orang yang berada
di bawah pengendalian perusahaan, termasuk di dalamnya pelatihan terkait
K3 dan SMK3,

155
3. Perusahaan telah melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan bagi
karyawannya.

Namun terdapat beberapa peningkatan yang dapat dilakukan dilihat dari nilai
klausul 4.4.2 pada Tabel 5.4 berada di bawah 70%. Walau JOB Pertamina-Talisman
Jambi Merang telah melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan untuk karyawannya,
namun perusahaan tidak melaksanakan identifikasi ulang apabila terdapat karyawan
baru. Setiap karyawan memiliki kompetensi yang berbeda-beda, kompetensi karyawan
baru pasti berbeda dengan kompetensi karyawan lama yang digantikan olehnya. Maka
dari itu, ada baiknya bahwa setiap terdapat karyawan baru, analisis kebutuhan pelatihan
dilaksanakan ulang dan secepatnya sehingga dapat dibuat jadwal baru untuk
pelaksanaan pelatihan bagi karyawan baru tersebut.

Dalam Prosedur Pelatihan Pekerja (JM-BS-SOP-008) dijelaskan mengenai


pelaksanaan evaluasi efektifitas pelatihan sehingga penyelenggaraan pelatihan pekerja
dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Cara-cara evaluasi yang tertera pada prosedur
tersebut adalah menggunakan lembar evaluasi pelatihan, pembuatan rangkuman materi
pelatihan, pelaksanaan sharing knowledge dari pekerja yang menjadi peserta pelatihan
kepada anggota departemennya dan lain-lain. Metode-metode tersebut telah
dilaksanakan, namun belum ada karyawan dalam Human Resource Function yang
memiliki tanggung jawab untuk meninjau lembar evaluasi pelatihan dan rangkuman
materi pelatihan yang telah dikumpulkan. Ada baiknya review terhadap metode-
metode evaluasi tersebut dilaksanakan sehingga evaluasi berjalan secara efektif dan
terjadi continual improvement bagi pelaksanaan pelatihan pekerja di JOB PTJM.

5.5.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi


Sesuai dengan bahaya-bahaya K3 perusahaan, dokumen OHSAS 18001:2007
mensyaratkan bahwa organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk komunikasi internal, komunikasi dengan para kontraktor dan tamu lainnya yang
berhubungan dengan perusahaan serta menerima, mendokumentasikan dan merespon
komunikasi yang relevan dari pihak-pihak eksternal terkait.

156
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah memiliki sebuah prosedur untuk
memenuhi syarat OHSAS 18001:2007 tersebut, yaitu Prosedur Komunikasi, Partisipasi
dan Konsultasi (JM-BS-SOP-031). Pada prosedur tersebut dijelaskan mengenai
komunikasi internal dan komunikasi eksternal seperti yang disyaratkan oleh OHSAS
18001:2007. Komunikasi internal mengenai aspek-aspek K3 yang telah diterapkan
pada perusahaan adalah melalui rapat, seperti Toolbox Meeting, Safety Stand Down
Meeting, Safety Moment Meeting, sosialisasi kebijakan QHSSE, Safety Induction, dan
lain-lain. Rapat-rapat tersebut dilakukan untuk memastikan kepada seluruh karyawan
mengenai aspek-aspek K3 yang perlu diperhatikan pada area operasi.

Terdapat pula media-media lain yang digunakan oleh perusahaan untuk


melakukan komunikasi internal secara tidak langsung, yaitu melalui e-mail, bulletin,
poster, papan pengumuman, SBOC, T-Card Slot, dan jaringan intranet. Selain itu, JOB
PTJM memiliki sebuah sistem yang dikenal sebagai A-Track System. A-Track (Action
Tracking) merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan seluruh karyawan untuk
mengakses dan menginput kejadian-kejadian K3 secara langsung dan praktis. Sehingga
apabila terdapat suatu kejadian terkait K3, karyawan dapat menerima informasi
tersebut dengan cepat dan mudah.

Prosedur Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi (JM-BS-SOP-031) juga


menjelaskan mengenai komunikasi eksternal, yang digunakan sebagai pedoman untuk
melaksanakan komunikasi dengan pihak eksternal yang berhubungan dengan
perusahaan, seperti masyarakat umum, stakeholder, mitra kerja dan kontraktor. Salah
satu bentuk komunikasi eksternal yang dilakukan oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi
Merang terkait aspek K3, yaitu Safety Talk dan Safety Induction. Safety Talk
merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap minggu bersama dengan para kontraktor
sehingga kontraktor melakukan pekerjaannya dengan memerhatikan bahaya-bahaya
K3 terkait pekerjaannya masing-masing. Safety Induction diberikan kepada seluruh
kontraktor dan para tamu atau orang baru yang datang ke lokasi untuk pertama kalinya.
Pada pelaksanaan Safety Induction dijelaskan mengenai peraturan K3 di lokasi operasi
dan prosedur keadaan darurat. Secara garis besar, perusahaan telah memenuhi
persyaratan komunikasi pada OHSAS 18001:2007. Namun terdapat hal yang masih

157
dapat ditingkatkan lagi. Walaupun perusahaan telah melakukan dokumentasi proses
komunikasi perusahaan, salah satunya dengan daftar hadir rapat, sebaiknya perusahaan
tetap mencantumkan keharusan untuk mendokumentasikan proses komunikasi pada
Prosedur Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi (JM-BS-SOP-031) sebagaimana
yang disyaratkan pada subklausul 4.4.3.1 Komunikasi.

5.5.4 Dokumentasi
Klausul 4.4.4 pada Dokumen OHSAS 18001 mengatakan bahwa dokumentasi
organisasi harus mencakup kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, program, penjelasan
tentang ruang lingkup sistem manajemen K3, serta penjelasan elemen inti sistem
manajemen k3 dan interaksinya untuk memastikan perencanaan, operasi dan
pengendalian proses yang berhubungan dengan pengendalian risiko-risiko K3 berjalan
dengan efektif. Dalam memenuhi persyaratan klausul OHSAS 18001:2007 tersebut,
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melakukan dokumentasi terhadap
dokumen dan rekaman pengelolaan K3 yang sesuai dengan persyaratan OHSAS
18001:2007.

Jenis-jenis dokumen yang dimiliki oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi


Merang antara lain kebijakan perusahaan, Standard Operating Procedure (SOP),
manual, Site Specific Procedure (SSP), Work Instruction (SWI & GWI), struktur
organisasi, rencana srategis, formulir, checklist, diagram, matriks, rekaman dan
dokumen-dokument penting lainnya yang berhubungan dengan penerapan dan
pengendalian sistem manajemen K3. Dokumen-dokumen di atas diklasifikasikan ke
dalam tingkatan-tingkatan dokumen sesuai dengan hierarki kedudukan dokumen
tersebut seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.14. Bukti bahwa dokumen yang
menjadi persyaratan OHSAS 18001:2007 telah dipenuhi oleh JOB PTJM dapat dilihat
pada Tabel 5.2, di mana pada tabel tersebut tercantum daftar dokumen yang memenuhi
masing-masing klausul pada OHSAS 18001:2007.

Berdasarkan hasil pengamatan, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah


berhasil melaksanakan dokumentasi yang sesuai dengan persyaratan OHSAS
18001:2007 klausul 4.4.4.

158
5.5.5 Pengendalian Dokumen
Dokumen yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3 dalam standar OHSAS
18001:2007 harus dikendalikan agar pembuatan, pengubahan, penyimpanan dan akses
dokumen dapat mempermudah pelaksanaan sistem manajemen K3. Untuk memenuhi
syarat tersebut, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menciptakan dan
menetapkan prosedur Document and Records Management (JM-RS-SOP-002).
Klausul 4.4.5 OHSAS 18001:2007 mensyaratkan prosedur untuk menyetujui
kecukupan dokumen-dokumen sebelum diterbitkan. Pada prosedur Document and
Records Management (JM-RS-SOP-002) tersebut tertulis bahwa sebelum
diberlakukan, semua dokumen harus disiapkan, ditinjau ulang dan disetujui terlebih
dahulu. Dokumen harus ditandatangani oleh pembuat dokumen, Departement
Manager dan General Manager. Dokumen harus ditinjau maksimal dua tahun sekali
apabila tidak terdapat perubahan dalam proses bisnis yang berhubungan dengan
dokumen terkait.

JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang selalu memastikan bahwa versi


relevan dari dokumen yang diterapkan tersedia di sebuah jaringan internal yang
dimiliki oleh perusahaan yang diberi nama Jambi Merang Management System
(JAMMS). Akses setiap personel ke dalam JAMMS berbeda-beda, tergantung
kedudukan dan departemennya, terdapat akses untuk hanya melihat atau untuk melihat
dan mengubah. Tidak semua personel dapat melihat semua dokumen dan rekaman
yang terdaftar dalam JAMMS, terdapat beberapa dokumen yang terbatas hanya dapat
dilihat oleh personel-personel tertentu saja. Adanya JAMMS membuat dokumen-
dokumen yang dimiliki oleh JOB PTJM dapat diakses dengan mudah untuk keperluan
apapun, terutama untuk pengelolaan sistem manajemen K3.

Pada dokumen-dokumen yang dimiliki oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi


Merang, tercantum status revisi dan tanggal pemberlakuannya. Hal tersebut sudah
cukup untuk memenuhi persyaratan OHSAS 18001:2007, namun apabila didasarkan
dari nilai klausul 4.4.5 yang diproyeksikan dari nilai subproses ISRS, nilai klausul
pengendalian dokumen masih berada di bawah 70%. Dalam prosedur Document and
Records Management (JM-RS-SOP-002) tertuliskan bahwa terdapat document

159
controller pada masing-masing departemen yang bertanggung jawab dalam
pengendalian dokumen. Namun kenyataannya, document controller di JOB PTJM
menjadi tanggung jawab karyawan yang memiliki tanggung jawab lain selain menjadi
document controller. Sehingga karyawan tersebut tidak sepenuhnya dapat mengikuti
perubahan, pembuatan dan tanggal kadaluarsa dokumen. Sebaiknya JOB PTJM
mengadakan seorang document controller untuk setiap departemen sehingga dokumen-
dokumen perusahaan dapat lebih terkendali. Berdasarkan hasil pengamatan, secara
garis besar JOB Pertamina-Talisman telah memenuhi persyaratan-persyaratan klausul
4.4.5 OHSAS 18001:2007, namun masih terdapat beberapa hal yang dapat ditingkatkan
demi mencapai pengendalian dokumen sistem manajemen K3 yang lebih baik.

5.5.6 Pengendalian Operasional


Berdasarkan klausul 4.4.6 OHSAS 18001:2007, suatu organisasi harus
mengidentifikasi operasi-operasi yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang
teridentifikasi untuk mengendalikan risiko-risiko K3. Untuk mencapai tujuan ini,
departemen-departemen pada JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang membuat
daftar-daftar bahaya terkait kegiatan yang dilakukan di departemennya serta
pengendalian-pengendalian agar bahaya tersebut dapat dicegah. Perusahaan juga telah
menetapkan prosedur-prosedur operasional untuk memenuhi klausul ini, dimana
seluruh prosedur tersebut terdokumentasikan di dalam jaringan intranet JAMMS
maupun pada lemari dokumen yang terletak di perpustakaan perusahaan.

Perusahaan telah menerapkan dan memelihara pengendalian terkait pembelian


material, peralatan dan jasa-jasa. Hal ini dapat dilihat pada Personal Protective
Equipment (JM-HS-SOP-004). Pada prosedur tersebut dijelaskan mengenai pengadaan
dan stok APD, dimana APD hanya boleh dibeli dari pemasok terseleksi untuk
menjamin ketersediaan APD yang sesuai dengan peraturan dan perundangan terkait.
Jasa yang harus dapat disediakan oleh pemasok yang disetujui adalah :

160
a. Informasi mengenai hasil tes;
b. Saran kesesuaian ukuran, penggunaan, pembersihan, pemeliharaan dan
penyimpanan APD
c. Ketersediaan ukuran
d. Demonstrasi APD
e. Percepatan penggantian APD cacat

Pengendalian terkait para kontraktor dan tamu-tamu lain ke tempat kerja telah
dilakukan oleh perusahaan melalui pembuatan dan pelaksanaan Contractor
Management System Procedure dan Minimum Entry Procedure (JM-HS-SOP-011).
Namun dalam pelaksanaannya masih dapat dilakukan tindakan perbaikan untuk
mencapai continual improvement dari sistem manajemen K3 perusahaan. Perusahaan
belum menetapkan ID Card dengan akses yang berbeda-beda untuk area yang berbeda.
Misalnya, kontraktor yang memiliki akses untuk ke Gas Plant seharusnya memiliki ID
Card dengan warna yang berbeda untuk kontraktor yang memiliki akses untuk ke
Warehouse. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontraktor melakukan hal yang berada
di luar kemampuannya, sehingga keamanan dan keselamatan kontraktor dapat lebih
dijamin oleh perusahaan.

Selain itu, ada baiknya dilakukan pengecekan APD secara berkala kepada
karyawan JOB PTJM dan kontraktor karena ditemukan beberapa kontraktor dan
karyawan dengan APD yang sudah tidak layak pakai, misalnya robek atau bahan sudah
tipis karena terlalu sering dicuci seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.5 APD Sudah Tidak Layak Pakai


161
5.5.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah membuat prosedur untuk
mengidentifikasi potensi keadaan darurat dan untuk menanggapi keadaan darurat yang
disyaratkan oleh OHSAS 18001:2007, yaitu Emergency Risk Assessment (JM-HS-
SOP-009) dan Emergency Response Procedure (JM-HS-SOP-010). Rencana tanggap
darurat yang dibuat oleh JOB PTJM disusun sesuai dengan potensi keadaan darurat
yang telah diidentifikasi berdasarkan prosedur Emergency Risk Assessment (JM-HS-
SOP-009). Identifikasi potensi keadaan darurat dilakukan berdasarkan karakteristik
lapangan perusahaan serta tersedia rencana tanggap darurat spesifik untuk masing-
masing keadaan darurat yang telah teridentifikasi, sehingga rencana tanggap darurat
dibuat sedemikian rupa agar JOB PTJM dapat menanggapi keadaan darurat aktual.
Dengan diciptakan dan diterapkannya kedua prosedur tersebut, JOB PTJM dapat
mengantisipasi keadaan darurat dan meminimumkan dampak dari keadaan darurat
terhadap karyawan, aset perusahaan, masyarakat dan lingkungan.

Pada Emergency Response Procedure (JM-HS-SOP-010) Addendum 10 mengenai


Emergency Training and Exercises, tertera mengenai simulasi tanggap darurat sesuai
dengan tingkatan keadaan darurat, yaitu :

 Level 1 : simulasi tanggap darurat untuk tingkatan ini diperuntukkan bagi


seluruh petugas operasi lapangan dan harus dilakukan setiap bulan.
 Level 2 : simulasi tanggap darurat tingkatan ini diperuntukkan bagi
Emergency Response Team dan harus dilakukan satu kali satu tahun
 Level 3 : simulasi tanggap darurat tingkat ini diperuntukkan bagi
Emergency Response Team, penanggung jawab lapangan dan Tim
Pemadam Kebakaran yang pelaksanaannya harus dilaksanakan satu kali
setiap dua tahun.

OHSAS 18001:2007 tidak membuat persyaratan mengenai keharusan dalam


membuat simulasi tanggap darurat sedemikian rupa. Namun, pada kalusul 4.4.7
OHSAS 18001:2007 tertera bahwa organisasi harus menerapkan prosedur untuk
menanggapi keadaan darurat. Oleh karena simulasi tanggap darurat sesuai tingkatan
tersebut dicantumkan dalam prosedur tanggap darurat perusahaan yang disyaratkan

162
oleh OHSAS 18001:2007, maka perusahaan harus menerapkannya dengan baik dan
benar. Kenyataannya, simulasi tanggap darurat untuk Level 1 (satu) dan Level 3 (tiga)
sudah tidak diimplementasikan dengan baik oleh JOB PTJM. Apabila JOB PTJM
berniat untuk terus menerapkannya maka ada baiknya pelaksanaan simulasi dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ada. Apabila dianggap tidak perlu, maka ketentuan
simulasi tanggap darurat pada Emergency Response Procedure (JM-HS-SOP-010)
perlu ditinjau ulang agar sesuai dengan komitmen perusahaan.

Prosedur Emergency Risk Assessment (JM-HS-SOP-009) tidak terdaftar pada


Jambi Merang Management System (JAMMS). Prosedur tersebut hanya dipegang oleh
engineer yang membuatnya, namun tidak terdaftar dalam jaringan internal perusahaan.
Ada baiknya bahwa seluruh prosedur yang dirahasiakan dan dibatasi akses terhadapnya
tetap didaftarkan ke dalam jaringan namun hanya bisa dibuka oleh orang tertentu yang
memiliki akses. Berdasarkan hasil pengamatan, perusahaan telah memenuhi
persyaratan kesiapsiagaan dan tanggap darurat pada dokumen OHSAS 18001:2007,
namun masih terdapat hal-hal yang dapat ditingkatkan kembali. Berdasarkan hasil
pengamatan dan analisis yang telah dilakukan, JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
telah mengimplementasikan klausul 4.5.2 dengan baik.

5.6 Pemeriksaan Sistem Manajemen K3 JOBPTJM


5.6.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menyiapkan prosedur untuk
melakukan pemantauan dan pengukuran kinerja K3 secara teratur, yaitu pada QHSSE
Inspection Procedure (JM-HS-SOP-006). Pemantauan dan pengukuran besaran-
besaran K3 seperti tingkat kebisingan, temperatur, tekanan dan lain-lain yang dimiliki
oleh perusahaan dilakukan dengan cara yang canggih dan praktis, yaitu menggunakan
Distributed Control System (DCS) dimana semuanya dapat dipantau dan dikontrol
melalui Center Control Room yang terdapat pada Gedung Administrasi JOB PTJM.

Pada klausul 4.5.1 dokumen OHSAS 18001:2007, tertera bahwa kegiatan


memantau dan mengukur kinerja K3 harus dilaksanakan secara teratur oleh

163
perusahaan. Untuk memastikan pemenuhan persyaratan klausul ini, dibuat kuisioner
yang menanyakan rutin atau tidaknya kegiatan inspeksi terhadap besaran-besaran K3
kepada 47 (empat puluh tujuh) karyawan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang.
Data yang dihasilkan dari penyebaran kuisioner tersebut dapat dilihat pada Gambar

Apakah kegiatan dilaksanakan secara


rutin?
60
Jumlah

40 47 47
43 39
20
0
Safety Inspection Safety Patrol
Jenis Kegiatan

Gambar 5.6 Hasil Kuisioner Kegiatan Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3


Dari grafik tersebut, terlihat bahwa 91,5% karyawan menjawab bahwa Safety
Inspection dilaksanakan secara rutin dan 83% karyawan menjawab bahwa Safety
Patrol dilaksanakan secara rutin. Artinya, pemantauan dan pengukuran besaran-
besaran K3 telah dilaksanakan secara rutin di JOB PTJM.

Untuk melaksanakan pemantauan terhadap bahaya kesehatan terhadap masing-


masing karyawan perusahaan, JOB PTJM melaksanakan pemeriksaaan kesehatan
setiap tahunnya yang hasilnya dapat dilihat dalam bentu laporan. JOB PTJM belum
memiliki dokter perusahaan maupun karyawan dengan kompetensi dan kapabilitas
untuk meninjau laporan hasil pemeriksaan kesehatan tersebut, sehingga laporan hasil
pemeriksaan kesehatan untuk saat ini masih ditinjau oleh pihak kontraktor yang bekerja
sama dengan JOB PTJM, yaitu PT Medika Prakarsa. Akan lebih baik apabila JOB
PTJM menyediakan dokter perusahaan maupun karyawan yang memiliki kemampuan
dalam meninjau hasil laporan pemeriksaan kesehatan sehingga dihasilkan
rekomendasi-rekomendasi yang sesuai terhadap bahaya-bahaya kesehatan yang
terdapat di lapangan. Apabila laporan tersebut ditinjau oleh kontraktor, mungkin saja
rekomendasi yang dihasilkan kurang sesuai karena tidak sepenuhnya mengetahui
kondisi perusahaan.

164
5.6.2 Evaluasi Kesesuaian
Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.2 untuk memastikan
bahwa organisasi konsisten dengan komitmennya untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya, organisasi harus menetapkan,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara periodik mengevaluasi
kepatuhannya kepada peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan.
Organisasi dapat menggabungkan evaluasi tersebut dengan evaluasi penataan,
peraturan, perundang-undangan atau menetapkan prosedur yang terpisah dimana
rekaman-rekaman hasil evaluasi berkala tersebut harus disimpan oleh organisasi.

JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan sebuah prosedur


digabungkan dengan evaluasi penataannya, yaitu Compliance Management Procedure
(JM-RS-SOP-004). Dengan diberlakukannya prosedur tersebut, JOB PTJM terbukti
telahmelakukan evaluasi hasil pemantauan dan pengukuran dengan cara
mengidentifikasi peraturan dan standar yang berhubungan. Pada prosedur tersebut,
tertera bahwa menjadi tanggung jawab seluruh pimpinan tertinggi departemen untuk
memastikan bahwa peraturan perundangan dan persyaratan lain terkait selalu
diperbaharui. Minimal setiap satu tahun sekali harus dilaksanakan tinjau ulang untuk
memastikan keterkiniannya.

Evaluasi penataan dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan audit


eksternal, audit internal dan lain-lain. Rekomendasi dari hasil evaluasi tersebut akan
ditindaklanjuti oleh masing-masing departemen tanpa penundaan. Pada dokumen
Compliance QHSSE (JM-RS-FRM-004C), tertera potensi risiko yang dapat terjadi
apabila masing-masing dari peraturan perundangan dan peryaratan lainnya tersebut
tidak terpenuhi berdasarkan matriks risiko. Kemudian tertera pula pada daftar tersebut
mitigasi risiko terhadap masing-masing potensi yang telah teridentifikasi, sehingga
apabila terdapat penyimpangan dapat secara langsung ditangani berdasarkan dokumen
Compliance QHSSE (JM-RS-FRM-004C) yang telah dibuat oleh perusahaan.

165
5.6.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
Berdasarkan OHSAS 18001:2007 disyaratkan bahwa perusahaan harus
melakukan identifikasi terhadap penyebab-penyebab penyimpangan K3 dan
ketidaksesuaian terhadap peraturan perundangan, identifikasi perbaikan dan
pencegahan serta peningkatan berkelanjutan terhadap penyebab-penyebab
penyimpangan tersebut. Kemudian perusahaan juga harus mengkomunikasikan hasil
penyelidikan tersebut kepada pihak-pihak yang relevan.

JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melakukan identifikasi terhadap


insiden-insiden yang harus dilaporkan dan dilakukan penyelidikan terhadapnya seperti
yang tertera pada Tabel. Identifikasi untuk tindakan-tindakan perbaikan dan
pencegahan terhadap masing-masing insiden juga telah dilakukan oleh perusahaan, hal
ini dapat dilihat pada daftar HIRADC yang dimiliki oleh JOB PTJM. Seluruh hasil
penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan telah
dimasukkan secara jelas dan mendetail pada A-Tracks System JOB PTJM sehingga
seluruh karyawan terkait dapat mengetahuinya dengan cepat.

5.6.4 Pengendalian Rekaman


JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah menetapkan sebuah prosedur
untuk mengidentifikasi, menyimpan, mengambil, menahan dan membuang rekaman-
rekaman sebagaimana yang disyaratkan pada klausul 4.5.4 OHSAS 18001:2007,
prosedur tersebut adalah Documents and Records Management (JM-RS-SOP-002).
Selain itu perusahaan juga telah membuat Records Masterlist (JM-RS-FRM-002D)
yang berisi seluruh rekaman terkait perusahaan. Namun apabila dilihat dari Tabel 5.4,
pelaksanaan pengendalian rekaman JOB PTJM memiliki nilai hanya 38,7%, dimana
nilai tersebut masih berada di bawah level ISRS-nya, yaitu di bawah level 7 (tujuh).

JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melakukan identifikasi terhadap


rekaman-rekaman yang perlu disimpan beserta waktu retensinya masing-masing
seperti yang disyaratkan oleh OHSAS 18001:2007. Namun terlihat pada Records

166
Masterlist (JM-RS-FRM-002D) bahwa hanya sedikit rekaman yang teridentifikasi
seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 5.6 Berikut

Gambar 5.7 Records Masterlist (JM-RS-FRM-002D)


(sumber : JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang, 2016)

Berdasarkan Gambar 5.7 Records Masterlist hanya memuat jenis rekaman


pada perusahaan saja, namun tidak memuat secara rinci bahasan dari rekaman-rekaman
tersebut. Sebagai contoh, dapat dilihat pada baris pertama, yaitu Minutes of Meetings
(Risalah Rapat) sebagaimana tercantum tidak dijelaskan secara rinci rapat tersebut
membahas mengenai apa. Agar mencegah rekaman-rekaman yang terlewatkan dan
tidak teridentifikasi, ada baiknya Records Masterlist yang telah dibuat oleh perusahaan
dibuat lebih rinci dengan memberikan kode identitas untuk setiap rekaman, bukan
hanya jenis rekamannya.

5.6.5 Audit Internal


Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007 tertera bahwa organisasi harus
membuat dan memelihara program dan prosedur untuk melaksanakan audit sistem
manajemen K3 secara berkala agar dapat menentukan apakah sistem manajemen K3
perusahaan sesuai dengan persyaratan OHSAS 18001:2007, telah diterapkan dan
dipelihara dengan baik, serta memenuhi kebijakan dan tujuan-tujuan organisasi. JOB

167
Pertamina-Talisma Jambi Merang memiliki sebuah prosedur yang mengatur mengenai
perencanaan dan pelaksanaan audit internal, yaitu Internal Audit Procedure (JM-RS-
SOP-007). Pada prosedur tersebut dijelaskan mengenai tanggung jawab, kompetensi
dan persyaratan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.

Audit internal berdasarkan prosedur Internal Audit (JM-RS-SOP-007) terbagi


atas jenisnya, dimana audit mengenai sistem manajemen K3 perusahaan termasuk ke
dalam Theme Audits. Management Representative dan Ketua Tim Audit memiliki
kewajiban untuk mendistribusikan laporan audit kepada bagian yang tepat, sehingga
seluruh pihak terkait mengetahui hasil audit. Hasil audit merupakan salah satu agenda
yang akan dibahas saat Tinjauan Manajemen, sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh
temuan audit harus ditindaklanjuti dengan memastikan adanya tindakan perbaikan
tanpa penundaan. Prosedur tersebut juga telah menjelaskan mengenai tanggung jawab,
kompetensi dan persyaratan untuk merencanakan dan melaksanakan audit. Audit
internal di JOB PTJM dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun 1 (satu) kali, namun karena
terdapat audit internal yang diselenggarakan oleh PT Pertamina Persero juga sebagai
pemegang saham, maka seringkali pelaksanaan audit internal lebih dari 1 (satu) tahun
1 (satu) kali.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa JOB Pertamina-Talisman Jambi


Merang telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang tertera pada klausul 4.5.5
mengenai audit internal, dengan alasan sebagai berikut :

d. Organisasi telah membuat dan memelihata program dan prosedur untuk


melaksanakan audit terkait SMK3
e. Prosedur audit yang dimiliki perusahaan telah menjelaskan mengenai
tanggung jawab, kompetensi dan persyaratan untuk merencanakan dan
melaksanakan audit

168
5.7 Tinjauan Manajemen
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah melaksanakan rapat tinjauan
manajemen secara berkala, yaitu setiap 1 (satu) tahun 1 (satu) kali. Pada rapat tinjauan
manajemen ini, manajemen puncak perusahaan meninjau sistem manajemen K3 dan
lingkungannya. Dimana dari pelaksanaan rapat ini dihasilkan rekomendasi-
rekomendasi untuk peningkatan berkelanjutan terhadap sistem manajemen K3 dan
lingkungan perusahaan.

Berdasarkan dokumen OHSAS 18001:2007, hasil-hasil yang relevan dari rapat


tinjauan manajemen harus disediakan untuk kebutuhan komunikasi dan konsultasi.
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang sudah menyimpan catatan-catatan yang
berhubungan dengan rapat tinjauan manajemen, seperti risalah rapat dan daftar hadir
rapat. Namun belum tersedia bukti bahwa hasil rapat tinjauan manajemen tersebut
sudah dikomunikasikan kepada seluruh personel yang relevan.

Untuk meningkatkan kualitas dalam mengkomunikasikan hasil rapat tinjauan


manajemen kepada seluruh karyawan perusahaan yang relevan, perlu dilakukan
peningkatan-peningkatan tertentu. Perusahaan dapat menggunakan Action Tracking
System (A-Tracks) yang sudah diterapkan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan
mengontrol temuan-temuan beserta pengendaliannya. Hasil dari tinjauan manajemen
dapat dimasukkan ke dalam A-Tracks System sehingga seluruh karyawan dapat melihat
hasil tinjauan manajemen dan sejauh mana rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan
dalam rapat tersebut telah dijalankan.

169
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil temuan dan observasi
penulis selama melaksanakan Kerja Praktik di Joint Operating Body Pertamina-
Talisman Jambi Merang :

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di JOB Pertamina-


Talisman Jambi Merang yang disusun sebagai prosedur panduan implementasi
di lapangan telah memenuhi standar yang tertulis dalam klausul-klausul
OHSAS 18001:2007 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Keseluruhan persyaratan umum dalam sertifikasi OHSAS 18001 : 2007
telah dipenuhi oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang dengan
mengimplementasikan manual, pedoman, dan prosedur yang jelas dan
sistematis.
2. Kebijakan K3 yang djadikan acuan dalam penyusunan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang
telah didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, dan dikomunikasikan ke
seluruh personel perusahaan dan pihak-pihak yang terkait. Kebijakan K3
perusahaan telah memenuhi standar OHSAS 18001:2007
3. Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara
keseluruhan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang telah memenuhi standar
yang terdapat dalam OHSAS 18001:2007, namun ada beberapa evaluasi terkait
SMK3 yang terlihat dari observasi di lapangan, yaitu :
a. Klausul 4.3.1 mengenai identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan
pengedalian. Terdapat beberapa bahaya-bahaya yang belum terdaftar dalam
dokumen HIRADC perusahaan sebagaimana tercantum dalam Tabel 5.5.
b. Klausul 4.4.1 mengenai sumber daya, peran, tanggung jawab, wewenang
dan akuntabilitas. Terdapat beberapa posisi jabatan yang tidak tersedia
sehingga terdapat beban kerja yang tidak semestinya dikerjakan oleh

170
beberapa karyawan. Pelaporan hasil evaluasi kondisi lingkungan kepada
pihak eksternal terhambat karena tidak tersedia sumber daya manusia yang
cukup dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
c. Klausul 4.4.2 mengenai kompetensi, pelatihan dan kepedulian. Belum ada
karyawan dari Human Resource Function yang memiliki tanggung jawab
untuk meninjau lembar evaluasi pelatihan dan rangkuman materi pelatihan
yang telah dikumpulkan. Sehingga evaluasi pelatihan belum terlaksana
dengan baik.
d. Klausul 4.4.5 mengenai pengendalian dokumen. Terdapat poin pada
prosedur Documents and Records Management (JM-RS-SOP-002) yang
kurang diimplementasikan dengan baik, yaitu tidak terdapat pengontrol
dokumen untuk tiap-tiap departemen tsehingga tidak terdapat personel yang
mengendalikan dokumen per departemen.
e. Klausul 4.4.6 mengenai pengendalian operasional. Perusahaan belum
memiliki sistem yang mengatur akses kontraktor pada area lapangan JOB
PTJM. Selain itu ditemukan beberapa kontraktor dan karyawan
mengenakan APD yang sudah tidak layak dipakai ketika bekerja.
f. Klausul 4.4.7 mengenai kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Simulasi
tanggap darurat tidak dilaksanakan secara rutin.
g. Klausul 4.5.1 mengenai pemantauan dan pengukuran kinerja. JOB PTJM
belum memiliki dokter perusahaan atau karyawan dengan kompetensi dan
kapabilitas untuk meninjau laporan hasil pemeriksaan kesehatan.
h. Klausul 4.6 mengenai tinjauan manajemen. Belum tersedia bukti bahwa
hasil rapat tinjauan manajemen sudah dikomunikasikan kepada seluruh
personel yang relevan.

171
6.2 Saran
Berikut merupakan masukan yang mungkin dapat menjadi solusi untuk
menyempurnakan sedikit permasalahan dan evaluasi terkait penerapan sistem
manajemen K3 di JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang :

1. Melakukan pemutakhiran terhadap dokumen HIRADC perusahaan secara


berkala. Identifikasi bahaya dapat dilakukan dari hasil safety inspection,
insiden-insiden baru yang belum terdaftar pada dokumen HIRADC, dan proses
audit.
2. Menunjuk penanggung jawab pada HRD untuk melakukan review terhadap
metode-metode evaluasi pelaksanaan pelatihan yang telah dikumpulkan
sehingga pelaksanaan pelatihan dapat berjalan semakin baik dari waktu ke
waktu.
3. Menyediakan sumber daya manusia untuk mengisi seluruh kebutuhan jabatan
yang ada di perusahaan sehingga tidak terdapat beban kerja yang tidak
semestinya dikerjakan oleh karyawan. Akan lebih baik pula apabila karyawan
menyediakan atau menunjuk satu orang karyawan di tiap-tiap departemen
untuk berperan sebagai pengontrol dokumen. Hal ini mempermudah dalam
mencari dan memperbaharui dokumen karena terdapat personel yang
mengontrol dokumen sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
4. Membuat kartu pengenal kontraktor dengan warna yang berbeda untuk akses
yang berbeda pula. Misalnya membuat kartu pengenal warna merah untuk
kontraktor yang memiliki akses ke dalam Gas Plant, sedangkan kartu pengenal
berwarna hijau untuk kontraktor yang hanya memiliki akses ke Gedung
Administrasi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan para
kontraktor karena dengan sistem ini seluruh kontraktor berada pada wilayah
pekerjaannya masing-masing dan tidak ada kontraktor yang berada di wilayah
dimana ia dapat menimbulkan ketidaksesuaian.
5. Melakukan inspeksi terhadap kelayakan APD secara berkala, baik kepada
karyawan JOB PTJM maupun kontraktor. APD yang tidak layak dapat
membahayakan personel. Dengan dilakukannya inspeksi, APD yang sudah
tidak layak dapat dengan secepatnya diganti.

172
DAFTAR PUSTAKA

Det Norske Veritas. 2013. ISRS 8th Edition Workbook Best Practice Safety and
Suistainability Management. Norwegia : DNV GL.

Gallagher, Clare. 2012. Managing Work Health and Safety: Recent Developments
and Future Directions. Australia : Australia Human Resource Institute.

OHSAS 18001:2007 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3.
Jakarta : Dian Rakyat.

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat.

Readly, John. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga.

Santoso, Gempur. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya :


Prestasi Pustaka Publisher.

Sarwono, Edhie. 2002. Green Company : Pedoman Pengelolaan Lingkungan,


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Astra International.

Suardi, Rudi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Publisher PPM.

Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta :


Harapan Press.

173

Anda mungkin juga menyukai