Anda di halaman 1dari 4

Contoh Teks Anekdot #1 "Hal Kecil" [Religius]

Pada suatu hari, Pak Presiden melakukan kunjungan di suatu kota untuk meninjau
keadaan di kota tersebut sekaligus silaturahmi kepada warga kota tersebut.

Tak lupa pak Presiden juga berpidato dan berpesan dalam pidatonya agar semua
warga tidak mudah terpancing dengan isu SARA yang saat ini sedang memanas di
berbagai wilayah di negri tersebut.

Pak Presiden disambut hangat hari itu, semua warga mencintainya karena ia
merupakan Presiden jujur, rendah hati, dan sanggup untuk melakukan yang terbaik
bagi negrinya. Acara tersebut berjalan lancar, aman, dan tertib. Lalu Pak Presiden
kembali ke istana negara untuk melakukan pekerjaan selanjutnya.

Suatu hari setelah kunjungan tersebut, Pak Presiden mendapat kabar bahwa kemarin
ada seorang anak kecil yang menangis terus dan tidak mau berhenti karena tidak bisa
bertemu dengan Pak Presiden (barangkali karena saking cintanya anak itu pada
presiden yang satu ini).

Mendengar kabar tersebut, Pak Presiden tertegun lama, lantas menyuruh stafnya
untuk mencari nomor telfon orang tua anak yang menangis tersebut.

Tak lama kemudian, pak presiden menelfon si orang tua anak dan meminta agar
diizinkan berbicara dengan anaknya.

Tentu saja berita tersebut menghebohkan banyak orang dan tidak sedikit orang-orang
yang sinis dengan Pak Presiden mulai berkicau menyindir; “Presiden kok kerjaannya
ngurusin anak kecil nangis”. Mendengar berbagai macam sindiran sinis yang beredar
di dunia maya, Pak Presiden hanya tersenyum.

Di dunia yang lain yang tak terjangkau manusia, malaikat menemui tuhan dan
melapor; “Tuhan, tugas saya untuk menguji presiden itu sudah selesai.” Jawab Tuhan,
“Aku melihatnya, malaikatku”.

Penjelasan Contoh Teks Anekdot #1

Contoh tersebut merupakan suatu anekdot yang tidak lucu (karena anekdot memang
tidak selalu lucu).

Tentunya ada beberapa hal dari isi teks tersebut yang diambil dari kisah nyata serta
ada hal lain yang bukan.

Tentunya, tujuan dari anekdot tersebut adalah untuk merekam suatu sifat baik
manusia untuk tidak menelantarkan hal-hal kecil, terlebih hal ini dilakukan oleh
seorang presiden; bila hal kecil saja dicuekin, bagaimana dengan hal besar?

Analisis Struktur Contoh Teks Anekdot #1

Dari contoh tersebut, kita bisa melihat struktur cerita dari teks anekdot yang pertama.
Pengantar cerita atau abstrak berada di awal teks (paragraf pertama) abstrak ini tentu
saja berisi latar belakang cerita serta sedikit mengulas tentang latar belakang tokoh
yang sedang dibicarakan.

Orientasi awal isi cerita berada pada paragraf keempat, yang dimulai dengan kalimat
"Suatu hari setelah kunjungan tersebut" yang mana pokok permasalahan mulai
dimunculkan.

Selanjutnya, konflik muncul pada paragraf keenam yang dimulai dengan kalimat "Tak
lama kemudian".

Pada paragraf tersebut pak presiden banyak mendapat sindiran dari para pesaing
politiknya.

Reaksi juga muncul pada paragraf ini yang mana pak presiden hanya menanggapi
sindiran yang ditujukan padanya dengan senyuman.

Koda atau pentup cerita berada dibagian paling akhir; tak jarang koda ini berisi ‘gong’
dari suatu anekdot. Koda ini berisi fiksi sekaligus nuansa dari teks; anekdot religius.

Contoh Teks Anekdot #2 "Fitsa Het"

Suatu hari seorang pemimpin agama sekaligus pemimpin ormas yang terkenal radikal
sedang berkhotbah dihadapan para umatnya.

Pemimpin Agama:   hadirin semuanya, barang siapa yang berlainan agama dengan
kita adalah orang kafir, orang sesat yang tidak pantas kita jadikan pemimpin.

Barang siapa yang bekerja pada orang kafir, hendaklah kalian semua segera keluar
dari pekerjaan dan mencari pekerjaan lain yang kita dapat dari pimpinan yang
seagama dengan kita karena gaji yang kalian terima dari orang kafir adalah haram
hukumnya.

Bla…bla…bla…kafir….bla…bla…bla…setan….bla…bla…bla…dan barang siapa


yang menghina agama kita, wajib kita perangi. Kita wajib membela agama kita dan
kita wajib membela tuhan. Paham?

Umat:   (serentak) Pahaaaaaaaammmmmm!!!!!!

Selang beberapa waktu kemudian, pemimpin agama ini dipanggil polisi, bukan karena
tuduhan menistakan agama orang lain karena menyebut orang yang beda agama
sebagai kafir, namun sebagai saksi yang akan memberikan keterangan bahwa Pak
Gubernur yang kebetulan beda agama telah menistakan agama si pimpinan agama.

Sebagai seorang saksi, maka wajib hukumnya menyertakan keterangan riwayat


hidupnya mulai dari sekolahnya hingga pekerjaan-pekerjaan yang pernah dijalaninya.
Lalu pemimpin agama ini menceritakan riwayat hidupnya termasuk pekerjaan-
pekerjaan yang pernah ia jalani dan tak sengaja ia bercerita kalau ia pernah bekerja di
sebuah perusahaan milik orang yang beda agama.

Lantas karena alasan tertentu (barangkali malu), maka ia sengaja mengucapkan nama
perusahaan tempat ia bekerja dengan logat arab.

Pemimpin Agama:   “Ya, kebetulan dulu saya juga pernah bekerja di …. ehm …
dimana itu ya … ee … itu pak, Fitsa Het.

Polisi:   Fitsa Het ya..?

Pemimpin Agama:   Betul Fak Folisi

#####

Penjelasan dan Analisis Struktur Contoh Teks Anekdot #2

Nah, dari contoh anekdot tersebut, kira-kira bagaimana ya strukturnya?

Anekdot tersebut disusun dengan menggunakan dua bentuk tulisan, yakni narasi dan
dialog.

Narasi awal atau paragraf pertama merupakan abstraksi dari anekdot ini, lalu paragraf
kedua berisi dialog yang diucapkan pemimpin agama.

Dialog ini bukan lagi orientasi namun boleh dibilang sebagai konflik (lho, kok main
lompat aja sih? Nanti akan aku jelaskan alasannya. Kenapa kok konflik? Ya silahkan
baca saja teksnya; teks tersebut berisi konflik terhadap pihak tertentu.

Orientasi justru muncul pada paragraf berikutnya setelah dialog si umat; “selang
beberapa waktu kemudian….bla…bla…bla”.

Hal ini disebut orientasi karena teks tersebut merupakan teks yang melompat dan
memperkenalkan situasi yang lain, yakni situasi ketika si pemimpin agama tak lagi
berkhotbah, namun melompat pada setting waktu ketika selang beberapa waktu
kemudian(bisa sehari kemudian, dua hari kemudian, seminggu kemudian, dst.) ia
dipanggil polisi untuk dijadikan saksi.

Koda pertama atau penyelesaian tahap awal dari teks ini muncul pada paragraf
selanjutnya, yakni ketika si pemimpin agama mulai bercerita tentang riwayat
hidupnya.

Teks ini memunculkan kejanggalan pada karakter si pemimpin agama, ternyata


perbuatannya juga tidak sepenuhnya sejalan dengan pidato keagamaannya. Disebut
sebagai koda karena fakta-fakta inilah yang ingin digaris bawahi atau menjadi inti dari
teks anekdot tersebut.

Koda penutup muncul pada dialog selanjutnya; sindiran mulai terasa di bagian ini
khususnya pada bagian akhir yang mana sindiran tersebut dibuat dengan tujuan
menciptakan kelucuan. Membuat pembaca menertawakan si tokoh utama dalam teks
ini. Tapi tentu saja kelucuan dalam teks ini relatif, ada kalanya hal ini lucu bagi orang
tertentu dan ada kalanya tidak.

Anda mungkin juga menyukai