Anda di halaman 1dari 20

1

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI DESA TUMBU-TUMBU JAYA


KECAMATAN KOLONO TIMUR KABUPATEN

Herliatin1, La Harudu2
1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO

Abstrak: Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui bagaimana pola persebaran


permukiman, faktor apa saja yang mempengaruhi pola persebaran permukiman di Desa
Tumbu-Tumbu Jaya Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan. Jenis
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif
dengan menggunakan metode analisis tetangga terdekat. teknik pengumpulan data yaitu
angket, observasi, pengukuran dan dokumentasi. Analisis pola persebaran permukiman
diukur dengan mengunakan analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) yaitu
dengan menghitung besarnya parameter tetangga terdekat atau (T). Berdasarkan hasil
penelitian Pola persebaran permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya kecamatan kolono
timur kabupaten konawe selatan yaitu berpola mengelompok T = 0,11 karena T < 0,7
berpola mengelompok. Berdasarkan perdusun berpola mengelompok dimana nilai T
dusun 3 lebih kecil yaitu 0,10 m dan nilai T dusun 1 dan dusun 4 lebih besar yaitu 0,15
m. Faktor pola persebaran permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya dipengaruhi oleh
pertama masyarakatnya yang memilih untuk tinggal di kawasan pantai sebesar 100%
dan dekat dengan jalan sebesar 70%; Kedua masyarakatnya memanfaatan lahan di Desa
Tumbu-Tumbu Jaya sebagai lahan perkebunan sebesar 50% dibandingkan dijadikan
sebagai lahan kosong sebesar 6%. Ketiga Sumber air di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
berasal dari PDAM yaitu yang berjarak >31 m dan berasal dari sumur dan sumur pompa
< 10 m. Keempat ketersedian sumber daya alam di Desa Tumbu-Tumbu Jaya berasal
dari laut sebesar 46 % dan perkebunan sebesar 54% dimana sangat membantu kehidupan
masyarakatnya 64%.

Kata Kunci: Pola Persebaran Permukiman, Faktor Persebaran Permukiman.

PENDAHULUAN tersebar dapat diberi ukuran yang bersifat


Permukiman memiliki kaitan yang kuantitatif.
cukup erat dengan kondisi alam dan sosial Desa Tumbu-Tumbu Jaya
kemasyarakatan sekitar. kondisi alam merupakan ibu kota dari Kecamatan
seperti permukiman di pengaruhi oleh luas Kolono Timur dengan luas wilayah
wilayah dan banyaknya jumlah administrasi sebesar 17,40 Km2
penduduk. Pada hakikatnya luas berdasarkan data statistik, jumlah
permukaan bumi tidak akan bertambah, penduduk pada 2016 sebesar 973 jiwa.
bahkan secara relatif akan semakin Hal ini dapat mempengaruhi pola
bertambah sempit karena manusia yang permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
menghuninya semakin bertambah (Triana, karena luas wilayah dan jumlah penduduk
2012). Terjadinya persebaran permukiman mempengaruhi satu sama lainya dalam
maka akan membentuk pola persebaran membangunan rumah, maka secara tidak
permukiman yang dilakukan secara lansung akan saling berdekatan atau
memanjang/seragam, mengelompok, dan menjauh serta dari faktor keadaan alam

Herliatin, La Harudu
2
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

dapat atau tidak dapat mempengaruhi mengandung pengertian suatu proses


lokasi pembangunan rumah. bermukim. Permukiman memiliki 2 arti
Berdasarkan dari uraian di atas yang berbeda, yaitu :Pertama Isi yaitu
penulis berkeinginan untuk melakukan menunjuk pada manusia sebagai penghuni
penelitian dan penulisan proposal ini maupun masyarakat di lingkungan
dengan judul “Studi Pola Persebaran sekitarnya, dan Kedua Wadah yaitu
Permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya menunjuk pada fisik hunian yang terdiri
Kecamatan Kolono Timur Kabupaten dari alam dan elemen-elemen buatan
Konawe Selatan”. manusia. Selain itu permukiman juga
Permukiman merupakan bagian memiliki arti yang sempit dan luas,
dari lingkungan hunian yang terdiri atas Permukiman dalam arti sempit adalah
lebih dari satu satuan perumahan yang mengenai susunan dan penyebaran
mempunyai prasarana, sarana, utilitas bangunan (termasuk rumah-rumah,
umum, mempunyai penunjang kegiatan gedung-gedung, kantor, sekolah, pasar
fungsi lain di kawasan perkotaan atau dan sebagainya).
kawasan perdesaan. Selain dari kedua Sedangkan dalam arti luas
teori diatas, menurut Soedarsono permukiman yaitu memperhatikan
permukiman merupakan suatu kawasan bangunan-bangunan, jalan-jalan dan
perumahan lengkap dengan prasarana pekarangan-pekarangan yang menjadi
lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas salah satu sumber penghidupan penduduk
sosial yang mengandung keterpaduan (Bintarto, 1983:41). Dari semua definisi
kepentingan dan keselarasan pemanfaatan pemukiman diatas dapat disimpulkan
sebagai lingkungan kehidupan bahwa permukiman merupakan suatu
(Soedarsono dalam Kapita Selekta, lingungan tempat hunian bagi manusia
2012:6). dimana terdapat sarana dan prasaran yang
Menurut (Finch, dalam kapita dapat mendukung perikehidupan dan
selekta 2012:6) sependapat dengan teori di penghidupan, baik permukiman yang ada
atas, dia mengemukakan bahwa dikota maupun yang ada di desa.
Settlement atau permukiman adalah Permukiman yang merupakan
kelompok-kelompok manusia berdasarkan hasil dari pembentukan, sebagai cerminan
satuan tempat tinggal atau kediaman, dari beberapa faktor, yaitu faktor primer
mencakup fasilitas-fasilitasnya seperti (faktor kekuatan sosial budaya, yang
bangunan rumah, serta jalur jalan yang meliputi agama, struktur keluarga,
melayani manusia tersebut. Selain itu organisasi sosial, mata pencaharian, dan
menurut Sumaatmadja (1981:23) hubungan individu) dan faktor sekunder
sependapat dengan Finch bahwa (modifikasi). (Rapoport, 1969:24). Sejalan
permukiman (shettlement) dapat diartikan dengan Rapoport, menurut Doxiadis,
sebagai bagian dari permukiman bumi permukiman (human settlement) akan
yang dihuni manusia dengan segala sarana berjalan dengan baik jika terkait dengan
dan prasarana yang menunjang kehidupan beberapa unsur, yaitu : nature (alam), man
penduduk, yang menjadi satu kesatuan (manusia), society (kehidupan sosial),
dengan tempat tinggal yang bersangkutan. shell (ruang), dan networks (hubungan)
Permukiman menurut Suparno (Doxiadis dalam Kapita Selekta, 2012:7).
Sastra M. dan Endi Marlina (dalam Kapita Menurut Kuswartojo (1997:45),
Selekta, 2012:7) adalah suatu tempat Permukiman adalah perumahan dengan
bermukim manusia untuk menunjukkan segala isi dan kegiatan yang ada di
suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari dalamnya. Berarti permukiman memiliki
segi makna, permukiman berasal dari arti lebih luas dari pada perumahan yang
terjemahan kata settlements yang hanya merupakan wadah fisiknya saja,

Herliatin, La Harudu
3
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

sedangkan permukiman merupakan bermukim di sebelah kanan kiri jalan.


perpaduan antara wadah (alam, lindungan, Pola permukiman seperti ini umumnya
dan jaringan) dan isinya (manusia yang banyak ditemukan di dataran rendah yang
hidup bermasyarakat dan berbudaya di morfologinya landai sehingga
dalamnya). memudahkan membangunan jalan-jalan.
Pola permukiman terjadi jika Pada pola persebaran permukiman ini
persaran penduduk di suatu kota atau desa yang mengikuti jalan sebenarnya
terjadi pula. Hal ini menunjukkan bahwa terbentuk atau terjadi secara alami, karena
antara pola dan persebaran saling terkait masyarakat berkeinginan untuk mendekati
satu dengan yang lainnya. Menurut sarana transportasi yang lebih cepat dan
Rapoport (1969:19), merupakan suatu mudah. Sehingga dengan bermukim di
proses pewadahan fungsional yang sekitar jalan yang ramai maka
dilandasi oleh pola aktivitas manusia serta pertumbuhan ekonomi masyarakat akan
adanya pengaruh setting baik fisik bertambah.
maupun non fisik yang secara langsung Pola permukiman yang mengikuti
mempengaruhi pola kegiatan dan proses alur atau aliran sungai pada dasarnya
pewadahannya. Hal ini menunjukkan berbentuk memanjang. Menurut Sandy
bahwa antara pola dan persebaran saling (1985:33) mengatakan bahwa pola
terkait satu dengan yang lainnya. permukiman yang masih sangat
Pola pemukiman adalah kekhasan tradisioanal banyak mengikuti pola bentuk
distribusi fenomena permukiman di dalam sungai, karena di daerah itu sungai
ruang atau wilayah, dalamhal ini di dianggap sebagai sumber penghidupan
dalamnya dibahas tentang bentuk-bentuk dan jalur transportasi utama antar wilayah.
permukiman secara individual dan Biasanya pola permukiman ini terdapat di
persebaran dari individu-individu daerah pedalaman yang memiliki sungai-
permukiman dalam kelompok (Yunus, sungai besar dan sungai tersebut memiliki
1987:21). Sedangkan persebaran fungsi yang sangat penting bagi
permukiman membicarakan tentang hal- kehidupan penduduk misalnya sebagai
hal dimana terdapat permukiman dan sumber air yang melimpah dan sebagai
dimana tidak terdapat permukiman sarana transportasi.
disuatu daerh permukiman. Sehingga Pola Pola permukiman ini juga sama
persebaran permukiman penduduk dengan ketiga pola permukiman
dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan sebelumnya. Pola permukiman ini
tanah, tata air, topografi dan ketersediaan masyarakatnya mengikuti garis pesisir
sumber daya alam yang terdapat di pada umumnya, meskipun masih ada
wilayah tersebut. Ada tiga pola masyarakat yang bermukim bukan pada
permukiman penduduk dalam garis pantai tetapi sedikit menjauhi garis
hubungannya dengan bentang alamnya, pantai. Daerah pesisir pada umumnya
yaitu sebagai berikut: memanjang/linier, merupakan permukiman penduduk yang
terpusat, dan tersebar. bermata pencaharian nelayan. Hal itu
Pola permukiman memanjang atau untuk memudahkan penduduk yang
linear, yaitu pola pemukiman penduduk berada di daerah tersebut dapat melakukan
yang berbentuk garis. Pola permukiman kegiatan ekonomi yaitu mencari ikan ke
memanjang memiliki ciri permukiman laut.
berupa deretan memanjang karena Dari ke empat pola permukiman
mengikuti jalan, sungai, dan pesisir. diatas menunjukkan bahwa setiap manusia
Pada setiap daerah baik di kota yang bermukim di bumi ini, melihat
maupun di desa, masyarakat tidak sekitarnya untuk mendirikan permukiman
menyadari bahwa mereka selalu dengan memastikan bahwa kebutuhan

Herliatin, La Harudu
4
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

masyarakat tersebut dapat terpenuhi dan kawasan dataran rendah, dan dataran
askes jalannya ada (transportasi) dalam tinggi.
melakukan aktivitas. Penduduk yang tinggal di daerah
Pola permukiman terpusat atau kawasan pesisir umumnya berprofesi
mengelompok, yaitu pola permukiman sebagai nelayan atau pedagang. Pedagang
penduduk yang seragam dan permukiman membutuhkan permukiman di kawasan
penduduk yang saling berdekatan. Pola pesisir untuk keperluan perniagaannya
permukiman ini mengelompok atau karena lokasi pesisir yang dekat dengan
terpusat membentuk unit-unit yang kecil laut akan mempermudah transportasi dan
dan tersebar, umumnya terdapat di daerah perjalanan barang dagangan misalnya
pegunungan atau daerah dataran tinggi kota-kota yang sudah berkambang seperti
yang berelief kasar, dan terkadang juga Jakarta dan semarang. Sedang penduduk
terdapat di daerah yang datar. yang berprofesi nelayan umumnya berada
Di daerah pegunungan pola di daerah pedesaan, yakni masyarakatnya
permukiman memusat umumnya menjadikan laut sebagai sumber
mengitari mata air dan tanah yang subur. penghidupannya. Sehingga di daerah
Sedangkan untuk daerah pertambangan di pedesaan di sekitar kawasan pesisir,
pedalaman, permukiman memusat permukiman penduduknya biasanya
mendekati lokasi pertambangan. berkelompok, dan memanjang.
Penduduk yang tinggal di permukiman Penduduk yang tinggal di kawasan
terpusat biasanya masih memiliki dataran rendah umumnya merupakan
hubungan kekerabatan dan juga hubungan penduduk yang ingin membangun
dalam pekerjaan di daerah tersebut. Pola kawasan pertanian, persawahan, dan
permukiman ini sengaja dibuat untuk perkebunan. Kawasan dataran rendah
mempermudah komunikasi antarkeluarga yang di sebari oleh penduduk untuk
atau antarteman bekerja serta dan pola ini bermukim ialah suatu tempat yang dialiri
juga biasa terbentuk tanpa di sengaja. oleh aliran sungai dan biasanya tanah
Pola permukiman acak atau tersebut sangat subur. Serta lokasi yang
tersebar, yaitu pola permukiman datar, menyebabkan pengembangan
penduduk yang letaknya saling berjauhan. daerah dapat dilakukan seluas mungkin.
Pola permukiman tersebar terdapat di Pembangunan jalan raya dan jalan
daerah dataran tinggi atau daerah gunung tol serta kelengkapan sarana transportasi
api dan daerah-daerah yang kurang subur. ini telah mendorong daerah dataran
Pada daerah dataran tinggi atau daerah rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.
gunung api penduduk akan mendirikan Sehingga daerah dataran rendah yang
permukiman secara tersebar karena umumnya bentuk lahan yang datar
mencari daerah yang tidak terjal, menjadikan perkembangan pembangunan
morfologinya rata dan relatif aman. di kawasan tersebut dapat berjalan dengan
Sedangkan pada daerah kapur lancar atau cepat. Hal ini juga tergantung
permukiman penduduk akan tersebar dari pemerintahan di daerah tersebut
mencari daerah yang memiliki kondisi air apakah akan membangun daerah itu atau
yang baik. Mata pencaharian penduduk tidak, sehingga dalam pembangunan
pada pola permukiman ini sebagian besar daerah akan mempengaruhi proses
dalam bidang pertanian, ladang, persebaran permukiman masyarakat.
perkebunan dan peternakan Di Indonesia, penduduk dan
Selain itu, Pola persebaran segala aktivitasnya hampir semuanya
peduduk dapat dipetakan dalam tiga jenis terpusat pada daerah-daerah dataran
bentang alam yang lazim dijadikan tempat rendah. Kota-kota besar yang ada, hampir
permukiman, yakni kawasan pesisir, semuanya terletak di daerah dataran

Herliatin, La Harudu
5
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

rendah sehingga jumlah penduduk pun penduduknya tinggal tersebar, terpisah


biasanya lebih besar dibandingkan daerah dari lahan pertanian masing-masing dan
lainnya. terpusat pada satu pusat perdagangan.
Penduduk yang tersebar ke Sejalan dengan Paul H. Landis,
kawasan dataran tinggi umumnya menurut Alvin L. Bertrand (dalam
merupakan penduduk yang ingin Bintarto, 1983:46) Pola persebaran
membangun kawasan pertanian, permukiman desa memiliki perpaduan
persawahan, dan perkebunan secara kesamaan dengan teori Bintarto dan
intensif. Kawasan dataran tinggi Landis, tetapi juga dihubungkan dengan
umumnya memiliki tanah dengan tingkat lokasi mata pencaharian penduduknya,
kesuburan tinggi dan cuaca yang sangat yaitu antara lain sebagai berikut.
menunjang untuk pertanian. Oleh karena Nucleated Agricultural Village
dataran tinggi berbentuk curam dan Community yaitu Permukiman desa saling
berbukit-bukit, umumnya lokasi ini agak menggerombol/ mengelompok, jarak
susah untuk didirikan bangunan. lahan pertanian jauh dari permukiman
Contohnya Dataran Tinggi Dieng Jawa penduduk. Bentuk pola bergerombol dan
Tengah dan daerah pertanian Puncak berkelompok membentuk suatu inti yang
Bogor, Jawa Barat. Sehingga Pola disebut nucleus.
permukiman penduduk sangat dipengaruhi Line Village Community yaitu
oleh kondisi topografi dan tingkat Permukiman berupa deretan memanjang
kesuburan tanah. Pola permukiman di kanan kiri jalan atau sungai. Penduduk
penduduk di daerah dataran tinggi menyusun tempat tinggal mengikuti aliran
biasanya tersebar mengikuti lereng dan sungai atau jalur jalan yang merupakan
mengelompok pada daerah yang jalur lalu lintas mata pencaharian dan
mempunyai lahan subur dan relatif datar. membentuk suatu deretan perumahan
Sedangkan pola persebaran Open Country or Trade Center
permukiman desa menurut Paul H. Landis Community/ tersebar yaitu Permukiman
(dalam Bintarto, 1983:43) lebih tersebar di daerah pertaniannya. Antara
menekankankan pada segi agrarisnya, perumahan yang satu dengan yang lain
yaitu pertanian sebagai bidang mata dihubungkan dengan jalur lalu 15 lintas
pencaharian kebanyakan penduduk untuk kepentingan perdagangan.
perdesaan. Klasifikasinya antara lain: The Faktor yang mempengaruhi pola
farm village type, The nebulous farm type, persebaran permukiman yaitu: bentuk
The arranged isolated farm type, dan The permukaan bumi, keadaan tanah, iklim,
arranged isolated farm type. ekonomi, kultur penduduk. Bentuk
The farm village type yaitu Tipe permukaan bumi berbeda-beda, ada
desa yang penduduknya tinggal bersama gunung, pesisir, dataran rendah, dataran
disuatu tempat dengan lahan pertanian tinggi, dan sebagainya. Kondisi yang
disekitarnya. The nebulous farm type yaitu berbeda secara otomatis akan membuat
Tipe desa yang sebagian besar pola kehidupan yang berbeda, misal
penduduknya tinggal bersama disuatu penduduk pesisir bekerja sebagai nelayan.
tempat dengan lahan pertanian Pola kehidupan yang berbeda akan
disekitarnya dan sebagian kecil menyebabkan penduduk membuat pola
penduduknya tersebar keluar permukiman permukiman yang sesuai dengan
pokok karena permukiman pokok sudah lingkungan tempat penduduk itu berada.
padat. The arranged isolated farm type Keadaan tanah menyangkut
yaitu Tipe desa yang penduduknya kesuburan/kelayakan tanah ditanami.
bermukim sepanjang jalan utama. Pure Seperti kita ketahui, lahan yang subur
isolated type yaitu Tipe desa yang tentu menjadi sumber penghidupan

Herliatin, La Harudu
6
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

penduduk. Lahan tersebut bisa dijadikan lereng, jaringan jalan dan perairan darat.
lahan pertanian atau pekebunan. Karena Hal ini menyebabkan berbagai perbedaan
itu, penduduk biasanya hidup dan persamaan dalam hal mobilitas
mengelompok di dekat sumber penduduk berkait dengan kegiatan mata
penghidupan tersebut hal ini jelas terlihat pencaharian. Perbedaan paling mencolok
di desa. terdapat pada intensitas dan durasi
Iklim memiliki unsur-unsur di mobilitas penduduk, sedangkan
antaranya curah hujan, intensitas cahaya persamaan terdapat pada jenis dan jarak
matahari, suhu udara, dan sebagainya mobilitas serta sarana transportasi
yang berbeda-beda di setiap daerah. penduduk.
Perbedaan iklim ini akan membuat Khakim (2012) “Pola Persebaran
kesuburan tanah dan keadaan alam di Permukiman di Kecamatan Kendal
setiap daerah berbeda-beda yang tentu Kabupaten Kendal” dari hasil penelitian
membuat pola permukiman penduduk menyimpulkan bahwa: pola persebaran
berbeda pula. Sebagai contoh penduduk di permukiman di daerah penelitian
pegunungan cenderung bertempat tinggal bervariasi yaitu mengelompok, acak,
berdekatan, sementara penduduk di daerah dan seragam. Pola permukiman
panas memiliki permukiman yang lebih mengelompok berada di Kelurahan
terbuka (agak tersebar). Sukodono, Candiroto, Trompo,
Setiap daerah memiliki keadaan Langenharjo, Karangsari, Pekauman,
ekonomi yang berbeda-beda, sehingga
Balok dan Bandengan. Pola
dapat mempengaruhi gaya kehidupan
permukiman acak berada di Kelurahan
masyarakat yang tidak ingin tinggal jauh
Sijeruk, Jetis, Bugangin, Kalibuntu
dari pusat perkantoran, sekolah, dan pasar.
Jika kita memilih rumah, tentu kita akan wetan, Kebondalem, Banyutowo,
memilih tempat yang tepat sebagai salah Patukangan, Pegulon, dan Ngilir.
satu faktor utama. Kondisi ini jelas Sedangkan pola permukiman seragam
berpengaruh terhadap pola permukiman berada di Kelurahan Jotang,
penduduk hal ini jelas terlihat di kota. Tunggulrejo, dan Ketapang. Pola
Pola permukiman penduduk persebaran permukiman acak paling
sangat bergantung pada kemajuan dan mendominasi daerah penelitian.
kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika Variabel geografi pengaruh
penduduk itu masih tradisional, pola terhadap pola persebaran permukiman di
permukimannya akan cenderung terisolir daerah penelitian menunjukkan
dari permukiman lain. Permukiman di terjadinya bentuk permukiman yang
daerah tersebut hanya diperuntukkan bagi beragam. Sebagian besar membentuk
mereka yang masih anggota suku atau pola persebaran permukiman
yang masih berhubungan darah.\ mengelompok sebesar 60,12%. Pola
Penelitian yang relevan dengan ini permukiman acak sebesar 31,29% dan
antara lain sebagai berikut. Triana, (2012) pola permukiman seragam 8,59%.
“Pola Persebaran Rumah Perdesaan dan
Kaitannya Dengan Mobilitas Penduduk di METODE PENELITIAN
Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Jenis penelitian deskriptif
Lebak” dari hasil penelitian kualitatif dengan menggunakan
menyimpulkan bahwa: dalam penelitian pendekatan studi kasus (case study), yaitu
ini menggunakan Analisis Tetangga penelitian yang dilakukan secara intensif,
Terdekat. Proses terbentuknya pola terperinci dan mendalam terhadap suatu
memanjang, mengelompok dan tersebar masalah yang menjadi objek penelitian,
dipengaruhi oleh ketinggian, kemiringan Data-data dalam bentuk angka yang

Herliatin, La Harudu
7
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

terukur (data kuantitatif) diolah dengan


perhitungan matematika sederhana 1
(jumlah, selisih dan persentase) dan Jh  . . . . . . . . . . . . . (2)
2p
perhitungan matematika tertentu dengan
menggunakan perhitungan statistik yang P : Kepadatan titik dalam tiap
telah ditentukan rumusannya. Data-data kilometer persegi,
kualitatif (non numerik) diolah dengan A
P . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
menggunakan metode deskriptif. serta N
menggunakan metode analisis tetangga A : Luas wilayah dalam
terdekat dengan menghitung besarnya kilometerpersegi
parameter tetangga terdekat (skala T) N : Jumlah titik
dengan rumus: T = Kriteria:
Ju 1. Jika T < 0,7 maka permukiman
. . . . . . . . . . . . . (1) berpola mengelompok.
Jh
2. Jika 0,7 ≤ T ≤ 1,4 maka
Keterangan :
permukiman berpola acak.
T : parameter tetangga terdekat
3. Jika T ≥ 1,4 maka permukiman
Ju : Jarak rata-rata yang diukur antara berpola seragam.
satu titik dengan titik Dapat ditunjukkan dalam
tetangga terdekat. continuum sebagai berikut:
Jh : Angka yang diperoleh dari luas
wilayah dibagi jumlah titik

Gambar.1 Continuum nilai nearest neighbour statistic T


(Bintarto, dalam Khakim 2012)

Sumber penelitian yaitu dengan melakukan penelitian langsung


menggunakan data sekunder dan data terhadap objek penelitian dengan
primer. Data sekunder, adalah data yang menggunakan teknik pengumpulan data
diperoleh melalui studi pustaka (library yaitu angket, observasi, pengukuran dan
research) dan literatur untuk dokumentasi.
mengumpulkan data-data melalui buku- Teknik pengumpulan data yang
buku, peraturan-peraturan, serta dokumen- digunakan yaitu sebagai berikut:
dokumen yang ada relevansinya dengan observasi, angket, dan dokumentasi.
penelitian yang di kaji. Data sekunder Observasi dilakukan dengan pengamatan
dalam penelitian ini berupa jumlah langsung di lapangan dalam rangka cek
penduduk, dan jumlah kepala keluarga. ricek terhadap objek yang dikaji atau
Data primer, adalah data yang diperoleh diteliti yaitu pola permukiman. Dalam

Herliatin, La Harudu
8
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

melakukan observasi penelitian akan digunakan adalah batas kelurahan


mengumpulkan data secara langsung karena unit analisisnya adalah
dengan menggunakan alat dan bahan. Alat kelurahan untuk mempermudahkan
seperti meter rol dan GPS atau Google dalam menentukan blok
Earth, dan untuk bahannya seperti buku permukimannya.
dan balpoin untuk mencatat hasil b. Menentukan blok-blok permukiman
pengukuran. dan mengubahnya menjadi titik.
Angket, yaitu teknik pengumpulan c. Mengukur jarak antar titik dengan
data yang dilakukan dengan membagikan memperhatikan jarak tetangga
daftar pertanyaan berupa Quisioner terdekat dan mencatat hasilnya.
kepada responden yang berhubungan d. Menghitung besarnya parameter
dengan obyek yang akan diteliti. Dalam tetangga terdekat (skala T).
hal ini peneliti akan membagikan
Quisioner kepada masyarakat untuk HASIL
mengetahui faktor pola pemukiman yang Desa Tumbu-Tumbu Jaya dulunya
terjadi secara tidak langsung. merupakan bagian dari Kecamatan
Dokumentasi yaitu Kolono pusat setelah menjadi Kecamatan
mengumpulkan data-data yang Kolono Timur pada tanggal 7 Januari
berhubungan dengan penelitian. 2015 maka Desa Tumbu-Tumbu Jaya dan
(mengumpulkan data sekunder berupa 8 (delapan) desa lainnya resmi menjadi
data lokasi demografi desa, jumlah KK bagian Kecamatan Kolono Timur
tiap dusun, jarak antara rumah dan luas Kabupaten Konawe Selatan. Jarak Desa
wilayah serta foto lokasi penggunaan Tumbu-Tumbu Jaya dengan Ibukota
kamera sebagai alat untuk mengambil Kabupaten sekitar 97 km dan dapat
gambar bukti penelitian kemudian ditempuh dengan kendaraan roda empat
menentukan waktu pengambilan foto dan roda dua dalam waktu tempuh sektar
lokasi penelitian). 60 km/jam dari Ibukota Kabupaten.
Analisis pola persebaran Secara astronomis Desa Tumbu-
permukiman diukur dengan mengunakan Tumbu Jaya terletak pada 4o24’27.34”
analisis tetangga terdekat (nearest Lintang Selatan dan 122o46’25.63” Bujur
neighbour analysis) yaitu dengan Timur.
menghitung besarnya parameter tetangga Secara geografis lokasi desa
terdekat atau (T). analisis ini dilakukan Tumbu-Tumbu Jaya memiliki batas-batas
dengan mengukur jarak antar wilayah sebagai berikut: sebelah Utara
permukiman. Permukiman diwujudkan berbatasan dengan Kecamatan Laonti,
dalam blok-blok permukiman. Blok-blok sebelah Timur berbatasan dengan Desa
permukiman ini dibuat sebagai titik Lambangi, sebelah Selatan berbatasan
sehingga dapat diukur jaraknya. Langkah- dengan Teluk Kolono, sebelah Barat
langkah dalam analisis tetangga terdekat berbatasan dengan Desa Ngapawali
menurut Bintarto (dalam Khakim Dari data hasil pengukuran jarak
2012:20). antara rumah yang dilakukan secara
a. Menentukan batas wilayah yang keseluruhan di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
diteliti, dalam hal ini batas yang didapat hasil sebagai berikut

Herliatin, La Harudu
9
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Tabel.1 Hasil Pengukuran Secara Keseluruhan


Jumlah titik 159
Jumlah jarak rumah 1261,33 m
Ju 7,93 m
P 109,43 m2
Jh 7m
T 0,11 m
Sumber Hasil Penelitian

Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.1 nilai P (Kepadatan 7,93 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (parameter tetangga terdekat) adalah 0,11
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetengga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 109,43 m2, Terdekat merupakan pola persebaran
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh permukiman yang berpola mengelompok
dari luas wilayah dibagi jumlah titik) karena T < 0,7 yaitu 0,11 m. dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
adalah 7 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu

Gambar.2 Jarak Antara Rumah

Berdasarkan Gambar 2 linear adalah pola permukiman penduduk


menunjukan perbedaan jarak antara rumah yang berbentuk garis atau berupa deretan
yang satu dengan lainnya yang mengikuti memanjang karena mengikuti jalan,
jalan. maka jika dilihat secara keseluruhan sungai dan pesisir. Sehingga di Desa
di Desa Tumbu-Tumbu Jaya juga berpola Tumbu-Tumbu Jaya memiliki 2 pola
memanjang atau linear. Hal ini sesuai persebaran permukiman yaitu berpola
dengan pengertian pola memanjang atau mengelompok dan berpola memanjang.

Herliatin, La Harudu
10
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Berdasarkan perdusun pola Dusun 1


persebaran permukiman

Tabel 2 Hasil Pengukuran Dusun 1


Jumlah titik 35
Jumlah jarak rumah 312,42 m
Ju 8.93 m
P 124,29 m2
Jh 60 m
T 0,15 m
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.2 nilai P (Kepadatan 8.93 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (Parameter tetangga terdekat) adalah 0,15
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetangga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 124,29 m2, Terdekat merupakan pola persebaran
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh permukiman yang berpola mengelompok
dari luas wilayah dibagi jumlah titik) karena T < 0,7 yaitu 0,15 m
Dusun 2
adalah 60 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu

Tabel 3 Hasil Pengukuran Dusun 2


Jumlah titik 39
Jumlah jarak rumah 264,72 m
Ju 6,79 m
P 111,54 m2
Jh 60 m
T 0,11 m
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.3 nilai P (Kepadatan 6,79 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (Parameter tetangga terdekat) adalah 0,11
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetangga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 111,54 m2, Terdekat merupakan pola persebaran
permukiman yang berpola mengelompok
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh
karena T < 0,7 yaitu 0,11 m.
dari luas wilayah dibagi jumlah titik)
Dusun 3
adalah 60 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu

Herliatin, La Harudu
11
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Tabel 4 Hasil Pengukuran Dusun 3


Jumlah titik 47
Jumlah jarak rumah 334,35 m
Ju 7,11 m
P 92,55 m2
Jh 70 m
T 0,10 m
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.4 nilai P (Kepadatan 7,11 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (Parameter tetangga terdekat) adalah 0,10
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetangga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 92,55 m2, Terdekat pola persebaran permukiman
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh yang berpola mengelompok karena T <
dari luas wilayah dibagi jumlah titik) 0,7 yaitu 0,10 m.
adalah 70 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu
Dusun 4
Tabel 5 Hasil Pengukuran Dusun 4
Jumlah titik
Jumlah jarak rumah 329,41 m
Ju 9,15 m
P 120,83 m2
Jh 60 m
T 0,15 m
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari hasil pengukuran jarak antara 9,15 m. Sehingga didapat hasil T


rumah pada Tabel.5 nilai P (Kepadatan (Parameter tetangga terdekat) adalah 0,15
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu m. Berdasarkan Rumus Tetangga
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) Terdekat merupakan pola persebaran
dibagi jumlah titik (N)) adalah 120,83 m2, permukiman yang berpola mengelompok
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh karena T < 0,7 yaitu 0,15 m.
dari luas wilayah dibagi jumlah titik)
Faktor Pola Persebaran Permukiman
adalah 60 m, sedangkan untuk nilai Ju Topografi
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu
titik dengan titik tetangga terdekat) adalah

Herliatin, La Harudu
12
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Tabel 6 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Persebaran Pemukiman Di Desa Tumbu-


Tumbu Jaya Berdasarkan Topografi Desanya
No Opsi F %
1 Kawasan pesisir 100 100
2 Kawasan pegunungan 0 0
3 Dataran tinggi 0 0
4 Dataran rendah 0 0
Jumlah 100 100 %
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari hasil tersebut dapat tinggal di kawasan pesisir serta


disimpulkan bahwa masyarakat di Desa masyarakat memilih tinggal di kawasan
Tumbu-Tumbu Jaya lebih memilih pesisir karena topografi yang datar mudah
mendirikan permukiman dikawasan untuk dibangun permukiman. Dapat
pesisir, karena pada dasarnya masyarakat dilihat pada gambar dibawah ini.
telah mengetahui manfaat dan resiko

Gambar 3 Permukiman di kawasan pesisir

Tabel 7 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-


Tumbu Jaya berdasarkan bentuk permukaan bumi (letak desanya)
No Opsi F %
1 Garis pesisir 11 22
2 Jalan 35 70
3 Aliran sungai 0 0
4 Tidak ada alasan 4 8
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Herliatin, La Harudu
13
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Dari hasil tersebut dapat lain mudah masuk atau dating ke Desa
disimpulkan bahwa walaupun masyarakat Tumbu-Tumbu Jaya. Namun ada juga
di Desa Tumbu-Tumbu Jaya tinggal di masyarakat di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
kawasan pesisir namun masyarakat lebih yang tidak memiliki alasan untuk
memilih tinggal dekat dengan jalan yaitu bermukim di suatu tempat yaitu sekitar
sekitar 70%, karena dekat dengan jalan 8%, karena yang terpenting bagi mereka
memudahkan masyarakat dalam punya rumah. sehingga terdapat
menggunakan transportasi dalam permukiman yang berdekatan dan
menyalurkan hasil laut dan perkebunan di berjauhan. Dapat dilihat pada gambar
daerah lain, serta masyarakat dari daerah dibawah ini.

Gambar.4 Pemukiman yang Mengikuti Jalan

Penggunaan Lahan
Tabel.8 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-Tumbu
Jaya berdasarkan penggunaan lahan
No Opsi F %
1 Lahan pertanian 2 4
2 Lahan perkebunan 25 50
3 Lahan rumah/pekarangan 20 40
4 Lahan kosong 3 6
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari hasil tersebut dapat perkebunannya dapat dikonsumsi sendiri


disimpulkan bahwa sekitar 50% dan dijual untuk menambah pendapatan
masyarakat di Desa Tumbu-Tumbu Jaya keuangan. Sehingga permukiman di Desa
memanfaatkan lahan mereka sebagai Tumbu-Tumbu Jaya berdekatan dan
lahan perkebunann dibanding lahan yang berjauhan karena apabila lahan
hanya dimanfaatkan sebagai lahan kosong perkebunan dijadikan sebagai lahan
yaitu 6%. Hal ini menunjukkan bahwa permukiman maka sumber penghasil
banyak masyarakat yang peduli akan masyarakat akan terganggu atau
pemanfaatan lahan, yang hasil mengalami kerugian. Dapat dilihat pada

Herliatin, La Harudu
14
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

gambar salah satu penggunaan lahan dibawah ini.

Gambar.5 Lahan yang Dimanfaatkan sebagai Perkebunan coklat

Tabel.9 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-


Tumbu Jaya berdasarkan keadaan tanah
No Opsi F %
1 Sangat baik 31 62
2 Baik 16 32
3 Cukup baik 3 6
4 Tidak baik 0 0
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari hasil tersebut dapat Jaya yaitu sangat baik untuk


disimpulkan masyarakat menjawab bahwa dimanfaatkan,
keadaan tanah di Desa Tumbu-Tumbu
Ketersedian Sumber Air
Tabel10 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-
Tumbu Jaya berdasarkan sumber air
No Opsi F %
1 Sumur 6 12
2 Sumur umum 0 0
3 Sumur pompa 6 12
4 PDAM 38 76
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari data hasil quisioner pada responden 50 orang. Berdasarkan hasil


pertanyaan: Apa sumber air yang ada di jawaban skor persentase yang memilih
Desa Tumbu-Tumbu Jaya Dapat dilihat sumur yaitu 12%; sumur umum yaitu 0%
pada Tabel.4.13 di atas dengan jumlah (tidak ada yang memilih jawaban

Herliatin, La Harudu
15
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

tersebut); sumur pompa yaitu 12%; dan berasal dari sumur dan sumur pompa
PDAM yaitu 76%. sekitar 24% yang digunakan pada dusun
Dari hasil tersebut dapat 4; dan sebagian dusun 3. Dari pengunaan
disimpulkan bahwa sekitar 76% sumber air yang berbeda-beda maka
masyarakat memilih sumber air yang menyebakan permukiman di Desa
berasal PDAM yang digunakan oleh Tumbu-tumbu Jaya saling berdekatan dan
masyarakat untuk masyarakat pada dusun saling berjauhan.
1: dusun 2: dan sebagian dusun 3. Untuk
masyarakat yang memilih sumber air yang

Tabel 11 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-


Tumbu Jaya berdasarkan sumber air
No Opsi F %
1 < 10 m 12 24
2 11-20 m 0 0
3 21-30 m 0 0
4 > 31 m 38 76
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari data hasil quisioner pada Dari hasil tersebut dapat


pertanyaan: Jarak sumber air dengan disimpulkan bahwa sumber air di Desa
pemukiman bapak/ibu dapat dilihat pada Tumbu-Tumbu Jaya > 31 m, hal ini
Tabel.4.14 di atas dengan jumlah karena sumber air yang berasal dari
responden 50 orang. Berdasarkan hasil PDAM yang airnya berasal dari gunung.
jawaban skor persentase yang memilih < Sedangkan untuk < 10 m yaitu sumber air
10 m yaitu 24%, 11-20 m yaitu 0% (tidak yang berasal dari sumur dan sumur
ada yang memilih jawaban tersebut), 21- pompa. Dapat dilihat pada gambar salah
30 m yaitu 0% (tidak ada yang memilih satu penggunaan lahan dibawah ini.
jawaban tersebut), dan > 31 m yaitu 76%.

Gambar 6 Sumber Air dan Jarak Sumber Air

Herliatin, La Harudu
16
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Ketersedian Sumber Daya Alam Jaya berdasarkan keadaan tanah maka


Untuk mengetahui faktor yang diajukan pertanyaan.
mempengaruhi pola persebaran
pemukiman di Desa Tumbu-Tumbu
Tabel.12 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-
Tumbu Jaya berdasarkan ketersedian potensi hamparan
No Opsi F %
1 Laut 23 46
2 Gunung 0 0
3 Daerah lain 0 0
Perkebunan/ 27 54
4
pertanian
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari data hasil quisioner pada daya alam yang dimanfaatkan oleh
pertanyaan: “Ketersediaan sumber daya masyarakatnya yaitu sekitar 54%
alam di Desa Tumbu-Tumbu Jaya berasal ketersediaan sumber daya alam di Desa
dari mana…..” dapat dilihat pada Tumbu-Tumbu Jaya berasal dari
Tabel.4.15 di atas dengan jumlah perkebunan/pertanian, sedangkan berasal
responden 50 orang. Berdasarkan hasil dari laut sekitar 46%, sedangkan untuk
jawaban skor persentase yang memilih dari gunung dan daerah lain tidak
laut yaitu 46%; gunung yaitu 0% (tidak dimanfaatkan sumber daya alamnya. Hal
ada yang memilih jawaban tersebut); ini sesuai dengan hasil obsevasi yang
daerah lain yaitu 0% (tidak ada yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 6
memilih jawaban tersebut) dan April 2016 bahwa potensi sumber daya
perkebunan/pertanian yaitu 54%. alam yang dikembangkan yaitu berasal
Dari hasil tersebut dapat dari laut dan perkebunan.
disimpulkan bahwa di Desa Tumbu- Di laut terdapat dua ekosistem
Tumbu Jaya hanya terdapat 2 sumber yaitu ekosistem mangrove; dan ekosistem
daya alam yang dimanfaatkan oleh terumbukarang. Di Desa Tumbu-Tumbu
masyarakatnya yaitu sekitar 54% Jaya ekosistem yang masih terjaga adalah
ketersediaan sumber daya alam di Desa ekosistem mangrove di bandingkan
Tumbu-Tumbu Jaya berasal dari ekosisitem terumbukarang yang
perkebunan/pertanian, sedangkan berasal mengalami kerusakan sehingga yang
dari laut sekitar 46%, sedangkan untuk dulunya masyarakatnya lebih
dari gunung dan daerah lain tidak mengutamakan hasil laut sekarang
dimanfaatkan sumber daya alamnya. masyarakatnya lebih mengutamakan hasil
Dapat dilihat pada gambar salah satu perkebunan/pertanian. dapat dilihat pada
penggunaan lahan dibawah ini. gambar di bawah ini sumber daya alam di
Dari hasil tersebut dapat Desa Tumbu-Tumbu Jaya.
disimpulkan bahwa di Desa Tumbu-
Tumbu Jaya hanya terdapat 2 sumber

Herliatin, La Harudu
17
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Gambar.7 sumber daya alam

Tabel 13 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-


Tumbu Jaya berdasarkan Ketersedian sumber daya alam
No Opsi F %
1 Sangat membantu 32 64
2 Membantu 17 34
3 Cukup membantu 1 2
4 Tidak membantu 0 0
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian

Dari data hasil quisioner pada (tidak ada yang memilih jawaban
pertanyaan: Apakah sumber daya alam di tersebut).
Desa Tumbu-Tumbu Jaya sangat Dari hasil tersebut dapat
membantu kehidupan bapak/ibu dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam
dilihat pada Tabel.4.16 di atas dengan yang ada di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
jumlah responden 50 orang. Berdasarkan sangat membantu kehidupan
hasil jawaban skor persentase yang masyarakatnya yaitu sekitar 64%,
memilih sangat membantu yaitu 64%, sedangkan cukup membantu sekitar 2%
membantu yaitu 34%, cukup membantu hal ini terjadi karena berhubungan dengan
yaitu 2%, dan tidak membantu yaitu 0 pekerjaan masyarakatnya yang lebih
didominasi petani dan nelayan.

Herliatin, La Harudu
18
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

PEMBAHASAN kosong. Ketiga jika ditinjauh dari


Penelitian ini mengkaji tentang ketersediaan sumber air di Desa Tumbu-
pola persebaran permukiman dan faktor Tumbu Jaya sumber air di desa berasal
yang mempengaruhi persebaran dari PDAM dengan jarak > 31 m; sumur
permukiman. Gambaran secara umum dan sumur pompa dengan jarak < 10 m.
Desa Tumbu-Tumbu Jaya yaitu memiliki Keempat jika ditinjauh dari ketersediaan
luas wilayah 17,40 km2, yang terdiri dari 4 sumber daya alam di Desa Tumbu-Tumbu
dusun. Jumlah penduduknya sebesar 973 Jaya berasal dari laut dan
jiwa dengan jumlah KK (Kepala perkebunan/pertanian,. Dari keempat
Keluarga) sebesar 195 jiwa. Berdasarkan faktor tersebut di atas sehingga
hasil pengukuran jarak antara rumah menyebabkan jarak antara rumah
dengan menggunakan Rumus Tetangga masyarakat desa Tumbu-Tumbu Jaya
Terdekat pola persebaran permukiman di saling berdekatan dan berjauhan.
Desa Tumbu-Tumbu Jaya berpola Jika dilihat berdasarkan perdusun
mengelompok, secara keseluruhan T = Pola persebaran permukiman di Desa
0,11 m; dusun 1 T = 0,15 m; dusun 2 T = Tumbu-Tumbu Jaya perdusunmaka hasiil
0,11 m; dusun 3 T = 0,10 m; dan dusun 4 yang didapat adalah berpola
T = 0,15 m karena T < 07 berpola mengelompok dengan nilai T yang
mengelompok. berbeda dan sama. Pertama Berdasarkan
Jika ditinjauh dari hasil hasil pengukuran jarak antara rumah
pengukuran jarak antara rumah dengan dengan menggunakan Rumus Tetangga
menggunakan Rumus Tetangga Terdekat Terdekat maka pola persebaran di Desa
pola persebaran permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya berpola
Tumbu-Tumbu Jaya berpola Mengelompok. Jika dilihat secara
mengelompok, sedangkan jika dilihat keseluruhan pola persebaran permukiman
secara keseluruhan permukiman Desa di Desa Tumbu-Tumbu Jaya juga berpola
Tumbu-Tumbu Jaya juga mengarah Memanjang karena faktor yang
kepola memanjang, hal ini karena mempengaruhi pola persebaran
permukiman masyarakat yang lebih permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
mengikuti jalan. Jadi pola persebaran di dusun1 yaitu mengikuti garis pesisir,
permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya jalan, dan sumber airnya yang berasal dari
Kecamatan Kolono Timur Kabupaten PDAM sehingga jarak antara rumah saling
Konawe Selatan merupakan pola berdekatan serta pemanfaatan tanah yang
permukiman yang berpola mengelompok membuat saling menjauh;
dan memanjang. Kedua dusun 2 Berdasarkan
Adapun faktor-faktor yang Berdasarkan hasil pengukuran jarak antara
mempegaruhi pola persebaran rumah dengan menggunakan Rumus
permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya Tetangga Terdekat maka pola persebaran
tersebut Pertama jika ditijauh dari di Desa Tumbu-Tumbu Jaya berpola
topografi, permukimannya yang berada Mengelompok. Jika dilihat secara
pada kawasan pesisir dengan topografi keseluruhan pola persebaran permukiman
yang datar, kemudian permukimannya di Desa Tumbu-Tumbu Jaya juga berpola
juga mengikuti garis pesisir dan jalan. Memanjang karena faktor yang
Kedua jika ditinjauh dari penggunaan mempengaruhi pola persebaran
lahan di Desa Tumbu-Tumbu Jaya permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
tersebut dimanfaatkan sebagai lahan di dusun 2 yaitu mengikuti garis pesisir;
perkebunan dan lahan pertanian, selain itu jalan, dan sumber airnya yang berasal dari
sebagian lahan dimanfaatkan sebagai PDAM sehingga jarak antara rumah saling
lahan pekarangan atau rumah dan lahan berdekatan; serta dipengaruhi keadaan

Herliatin, La Harudu
19
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

tanah yang dimanfaatkan sebagai lahan karena T < 0,7. Berdasarkan


pekarangan dan lahan kosong. perdusun berpola mengelompok
Ketiga dusun 3 Berdasarkan dimana nilai T dusun 3 lebih kecil
Berdasarkan hasil pengukuran jarak antara yaitu 0,10; dan nilai T dusun 1 dan
rumah dengan menggunakan Rumus dusun 4 lebih besar yaitu 0,15.
Tetangga Terdekat maka pola persebaran b. Faktor pola persebaran permukiman
di Desa Tumbu-Tumbu Jaya berpola di Desa Tumbu-Tumbu Jaya di
Mengelompok. Jika dilihat secara pengaruhi oleh pertama
keseluruhan pola persebaran permukiman masyarakatnya yang memilih untuk
di Desa Tumbu-Tumbu Jaya juga berpola tinggal di kawasan pesisir sebesar
Memanjang karena faktor yang 100% dan dekat dengan jalan
mempengaruhi pola persebaran sebesar 70%; Kedua masyarakatnya
permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya memanfaatan lahan di Desa Tumbu-
di dusun 3 yaitu mengikuti jalan, dan Tumbu Jaya sebagai lahan
sumber airnya yang berasal dari PDAM perkebunan sebesar 50% di
dan sumur; serta dipengaruhi oleh 59
bandingkan di jadikan sebagai lahan
keadaan tanah yang sebagian di kosong sebesar 6%. Hai ini karena
manfaatkan sebagai lahan perkebunan dan tanah di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
sebagian sebagai lahan kosong sehingga sangat baik untuk di manfaatkan
jarak antara rumah saling berdekatan dan oleh masyarakatnya; Ketiga Sumber
berjauhan. air di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
Keempat dusun 4 Ketiga dusun 3 berasal dari PDAM yaitu yang
Berdasarkan Berdasarkan hasil berjarak >31 m; Sedangkan sumber
pengukuran jarak antara rumah dengan air yang berasal dari sumur dan
menggunakan Rumus Tetangga Terdekat sumur pompa< 10 m; Keempat
maka pola persebaran di Desa Tumbu- ketersediann sumber daya alam di
Tumbu Jaya berpola Mengelompok. Jika Desa Tumbu-Tumbu Jaya berasal
dilihat secara keseluruhan pola persebaran dari laut sebesar 46 % dan
permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya perkebunan sebesar 54% dimana
juga berpola Memanjang karena faktor sangat membantu kehidupan
yang mempengaruhi pola persebaran masyarakatnya 64%.
permukiman di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
di dusun 4 yaitu mengikuti jalan, dan DAFTAR PUSTAKA
sumber airnya yang berasal dari sumur Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa Kota
dan sumur pompa dengan jarak < 10 m dan Permasalahannya. Jakarta :
sehingga jarak antara rumah saling Ghalia.
berjauhan, serta dipengaruhi oleh keadaan Kapita selekta. 2012. Kajian Tata Ruang
tanah yang dimanfaatkan sebagai lahan Pertumbuhan Kawasan Perumnas
perkebunan. di Kota Medan. Jurusan Teknik
Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
KESIMPULAN dan Perencanaan, Institut Sains
Berdasarkan hasil analisis data dan Teknologi T.D. Pardede,
dan pembahasan hasil penelitian ditarik Medan.
kesimpulan sebagai berikut: Khakim, M. Lutfi (2012) Pola persebaran
a. Pola persebaran permukiman di permukiman di Kecamatan Kendal
Desa Tumbu-Tumbu Jaya kabupaten Kendal. Skripsi thesis,
Kecamatan Kolono Timur Universitas Muhammadiyah
Kabupaten Konawe Selatan yaitu Surakarta.
berpola mengelompok T = 0,11 m

Herliatin, La Harudu
20
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Kuswartojo, Tjuk. 1997. Perumahan dan


Permukiman Yang Berwawasan
Lingkungan. Jakarta : Dikti.
Rapoport, A., (1969), House Form and
Culture, Prentice-Hall, USA
Sandy, I Made.1985. Republik Indonesia:
Geografi Ragional.Depok :
Jurusan Geografi FMIPA UI.
Sumaatmaja, Nursid. 1981. Studi Geografi
:Suatu Pendekatan dan Analisis
Keruangan. Bandung : Alumni
Triana, karlina. 2012. Pola Persebaran
Rumah perdesaandan Kaitannya
Dengan Mobilitas Penduduk Di
Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak. Depok :
Jurusan Geografi FMIPA UI
Yunus Hadi Sabari. 1987. Beberapa
Determinan Perkembangan
Permukiman Kota (Dampak dan
Pengelolaannya). Fakultas
Geografi Universitas Gadjah
Mada.

Herliatin, La Harudu

Anda mungkin juga menyukai