Herliatin1, La Harudu2
1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
Herliatin, La Harudu
2
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
3
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
4
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
masyarakat tersebut dapat terpenuhi dan kawasan dataran rendah, dan dataran
askes jalannya ada (transportasi) dalam tinggi.
melakukan aktivitas. Penduduk yang tinggal di daerah
Pola permukiman terpusat atau kawasan pesisir umumnya berprofesi
mengelompok, yaitu pola permukiman sebagai nelayan atau pedagang. Pedagang
penduduk yang seragam dan permukiman membutuhkan permukiman di kawasan
penduduk yang saling berdekatan. Pola pesisir untuk keperluan perniagaannya
permukiman ini mengelompok atau karena lokasi pesisir yang dekat dengan
terpusat membentuk unit-unit yang kecil laut akan mempermudah transportasi dan
dan tersebar, umumnya terdapat di daerah perjalanan barang dagangan misalnya
pegunungan atau daerah dataran tinggi kota-kota yang sudah berkambang seperti
yang berelief kasar, dan terkadang juga Jakarta dan semarang. Sedang penduduk
terdapat di daerah yang datar. yang berprofesi nelayan umumnya berada
Di daerah pegunungan pola di daerah pedesaan, yakni masyarakatnya
permukiman memusat umumnya menjadikan laut sebagai sumber
mengitari mata air dan tanah yang subur. penghidupannya. Sehingga di daerah
Sedangkan untuk daerah pertambangan di pedesaan di sekitar kawasan pesisir,
pedalaman, permukiman memusat permukiman penduduknya biasanya
mendekati lokasi pertambangan. berkelompok, dan memanjang.
Penduduk yang tinggal di permukiman Penduduk yang tinggal di kawasan
terpusat biasanya masih memiliki dataran rendah umumnya merupakan
hubungan kekerabatan dan juga hubungan penduduk yang ingin membangun
dalam pekerjaan di daerah tersebut. Pola kawasan pertanian, persawahan, dan
permukiman ini sengaja dibuat untuk perkebunan. Kawasan dataran rendah
mempermudah komunikasi antarkeluarga yang di sebari oleh penduduk untuk
atau antarteman bekerja serta dan pola ini bermukim ialah suatu tempat yang dialiri
juga biasa terbentuk tanpa di sengaja. oleh aliran sungai dan biasanya tanah
Pola permukiman acak atau tersebut sangat subur. Serta lokasi yang
tersebar, yaitu pola permukiman datar, menyebabkan pengembangan
penduduk yang letaknya saling berjauhan. daerah dapat dilakukan seluas mungkin.
Pola permukiman tersebar terdapat di Pembangunan jalan raya dan jalan
daerah dataran tinggi atau daerah gunung tol serta kelengkapan sarana transportasi
api dan daerah-daerah yang kurang subur. ini telah mendorong daerah dataran
Pada daerah dataran tinggi atau daerah rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.
gunung api penduduk akan mendirikan Sehingga daerah dataran rendah yang
permukiman secara tersebar karena umumnya bentuk lahan yang datar
mencari daerah yang tidak terjal, menjadikan perkembangan pembangunan
morfologinya rata dan relatif aman. di kawasan tersebut dapat berjalan dengan
Sedangkan pada daerah kapur lancar atau cepat. Hal ini juga tergantung
permukiman penduduk akan tersebar dari pemerintahan di daerah tersebut
mencari daerah yang memiliki kondisi air apakah akan membangun daerah itu atau
yang baik. Mata pencaharian penduduk tidak, sehingga dalam pembangunan
pada pola permukiman ini sebagian besar daerah akan mempengaruhi proses
dalam bidang pertanian, ladang, persebaran permukiman masyarakat.
perkebunan dan peternakan Di Indonesia, penduduk dan
Selain itu, Pola persebaran segala aktivitasnya hampir semuanya
peduduk dapat dipetakan dalam tiga jenis terpusat pada daerah-daerah dataran
bentang alam yang lazim dijadikan tempat rendah. Kota-kota besar yang ada, hampir
permukiman, yakni kawasan pesisir, semuanya terletak di daerah dataran
Herliatin, La Harudu
5
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
6
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
penduduk. Lahan tersebut bisa dijadikan lereng, jaringan jalan dan perairan darat.
lahan pertanian atau pekebunan. Karena Hal ini menyebabkan berbagai perbedaan
itu, penduduk biasanya hidup dan persamaan dalam hal mobilitas
mengelompok di dekat sumber penduduk berkait dengan kegiatan mata
penghidupan tersebut hal ini jelas terlihat pencaharian. Perbedaan paling mencolok
di desa. terdapat pada intensitas dan durasi
Iklim memiliki unsur-unsur di mobilitas penduduk, sedangkan
antaranya curah hujan, intensitas cahaya persamaan terdapat pada jenis dan jarak
matahari, suhu udara, dan sebagainya mobilitas serta sarana transportasi
yang berbeda-beda di setiap daerah. penduduk.
Perbedaan iklim ini akan membuat Khakim (2012) “Pola Persebaran
kesuburan tanah dan keadaan alam di Permukiman di Kecamatan Kendal
setiap daerah berbeda-beda yang tentu Kabupaten Kendal” dari hasil penelitian
membuat pola permukiman penduduk menyimpulkan bahwa: pola persebaran
berbeda pula. Sebagai contoh penduduk di permukiman di daerah penelitian
pegunungan cenderung bertempat tinggal bervariasi yaitu mengelompok, acak,
berdekatan, sementara penduduk di daerah dan seragam. Pola permukiman
panas memiliki permukiman yang lebih mengelompok berada di Kelurahan
terbuka (agak tersebar). Sukodono, Candiroto, Trompo,
Setiap daerah memiliki keadaan Langenharjo, Karangsari, Pekauman,
ekonomi yang berbeda-beda, sehingga
Balok dan Bandengan. Pola
dapat mempengaruhi gaya kehidupan
permukiman acak berada di Kelurahan
masyarakat yang tidak ingin tinggal jauh
Sijeruk, Jetis, Bugangin, Kalibuntu
dari pusat perkantoran, sekolah, dan pasar.
Jika kita memilih rumah, tentu kita akan wetan, Kebondalem, Banyutowo,
memilih tempat yang tepat sebagai salah Patukangan, Pegulon, dan Ngilir.
satu faktor utama. Kondisi ini jelas Sedangkan pola permukiman seragam
berpengaruh terhadap pola permukiman berada di Kelurahan Jotang,
penduduk hal ini jelas terlihat di kota. Tunggulrejo, dan Ketapang. Pola
Pola permukiman penduduk persebaran permukiman acak paling
sangat bergantung pada kemajuan dan mendominasi daerah penelitian.
kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika Variabel geografi pengaruh
penduduk itu masih tradisional, pola terhadap pola persebaran permukiman di
permukimannya akan cenderung terisolir daerah penelitian menunjukkan
dari permukiman lain. Permukiman di terjadinya bentuk permukiman yang
daerah tersebut hanya diperuntukkan bagi beragam. Sebagian besar membentuk
mereka yang masih anggota suku atau pola persebaran permukiman
yang masih berhubungan darah.\ mengelompok sebesar 60,12%. Pola
Penelitian yang relevan dengan ini permukiman acak sebesar 31,29% dan
antara lain sebagai berikut. Triana, (2012) pola permukiman seragam 8,59%.
“Pola Persebaran Rumah Perdesaan dan
Kaitannya Dengan Mobilitas Penduduk di METODE PENELITIAN
Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Jenis penelitian deskriptif
Lebak” dari hasil penelitian kualitatif dengan menggunakan
menyimpulkan bahwa: dalam penelitian pendekatan studi kasus (case study), yaitu
ini menggunakan Analisis Tetangga penelitian yang dilakukan secara intensif,
Terdekat. Proses terbentuknya pola terperinci dan mendalam terhadap suatu
memanjang, mengelompok dan tersebar masalah yang menjadi objek penelitian,
dipengaruhi oleh ketinggian, kemiringan Data-data dalam bentuk angka yang
Herliatin, La Harudu
7
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
8
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
9
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.1 nilai P (Kepadatan 7,93 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (parameter tetangga terdekat) adalah 0,11
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetengga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 109,43 m2, Terdekat merupakan pola persebaran
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh permukiman yang berpola mengelompok
dari luas wilayah dibagi jumlah titik) karena T < 0,7 yaitu 0,11 m. dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
adalah 7 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu
Herliatin, La Harudu
10
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.2 nilai P (Kepadatan 8.93 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (Parameter tetangga terdekat) adalah 0,15
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetangga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 124,29 m2, Terdekat merupakan pola persebaran
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh permukiman yang berpola mengelompok
dari luas wilayah dibagi jumlah titik) karena T < 0,7 yaitu 0,15 m
Dusun 2
adalah 60 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu
Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.3 nilai P (Kepadatan 6,79 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (Parameter tetangga terdekat) adalah 0,11
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetangga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 111,54 m2, Terdekat merupakan pola persebaran
permukiman yang berpola mengelompok
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh
karena T < 0,7 yaitu 0,11 m.
dari luas wilayah dibagi jumlah titik)
Dusun 3
adalah 60 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu
Herliatin, La Harudu
11
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Dari hasil pengukuran jarak antara titik dengan titik tetangga terdekat) adalah
rumah pada Tabel.4 nilai P (Kepadatan 7,11 m. Sehingga didapat hasil T
titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu (Parameter tetangga terdekat) adalah 0,10
luas wilayah dalam kilometer persegi (A) m. Berdasarkan Rumus Tetangga
dibagi jumlah titik (N)) adalah 92,55 m2, Terdekat pola persebaran permukiman
untuk nilai Jh (Angka yang diperoleh yang berpola mengelompok karena T <
dari luas wilayah dibagi jumlah titik) 0,7 yaitu 0,10 m.
adalah 70 m, sedangkan untuk nilai Ju
(Jarak rata-rata yang diukur antara satu
Dusun 4
Tabel 5 Hasil Pengukuran Dusun 4
Jumlah titik
Jumlah jarak rumah 329,41 m
Ju 9,15 m
P 120,83 m2
Jh 60 m
T 0,15 m
Sumber. Hasil Analisis Penelitian
Herliatin, La Harudu
12
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
13
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Dari hasil tersebut dapat lain mudah masuk atau dating ke Desa
disimpulkan bahwa walaupun masyarakat Tumbu-Tumbu Jaya. Namun ada juga
di Desa Tumbu-Tumbu Jaya tinggal di masyarakat di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
kawasan pesisir namun masyarakat lebih yang tidak memiliki alasan untuk
memilih tinggal dekat dengan jalan yaitu bermukim di suatu tempat yaitu sekitar
sekitar 70%, karena dekat dengan jalan 8%, karena yang terpenting bagi mereka
memudahkan masyarakat dalam punya rumah. sehingga terdapat
menggunakan transportasi dalam permukiman yang berdekatan dan
menyalurkan hasil laut dan perkebunan di berjauhan. Dapat dilihat pada gambar
daerah lain, serta masyarakat dari daerah dibawah ini.
Penggunaan Lahan
Tabel.8 Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pemukiman di Desa Tumbu-Tumbu
Jaya berdasarkan penggunaan lahan
No Opsi F %
1 Lahan pertanian 2 4
2 Lahan perkebunan 25 50
3 Lahan rumah/pekarangan 20 40
4 Lahan kosong 3 6
Jumlah 50 100
Sumber. Hasil Analisis Penelitian
Herliatin, La Harudu
14
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
15
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
tersebut); sumur pompa yaitu 12%; dan berasal dari sumur dan sumur pompa
PDAM yaitu 76%. sekitar 24% yang digunakan pada dusun
Dari hasil tersebut dapat 4; dan sebagian dusun 3. Dari pengunaan
disimpulkan bahwa sekitar 76% sumber air yang berbeda-beda maka
masyarakat memilih sumber air yang menyebakan permukiman di Desa
berasal PDAM yang digunakan oleh Tumbu-tumbu Jaya saling berdekatan dan
masyarakat untuk masyarakat pada dusun saling berjauhan.
1: dusun 2: dan sebagian dusun 3. Untuk
masyarakat yang memilih sumber air yang
Herliatin, La Harudu
16
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Dari data hasil quisioner pada daya alam yang dimanfaatkan oleh
pertanyaan: “Ketersediaan sumber daya masyarakatnya yaitu sekitar 54%
alam di Desa Tumbu-Tumbu Jaya berasal ketersediaan sumber daya alam di Desa
dari mana…..” dapat dilihat pada Tumbu-Tumbu Jaya berasal dari
Tabel.4.15 di atas dengan jumlah perkebunan/pertanian, sedangkan berasal
responden 50 orang. Berdasarkan hasil dari laut sekitar 46%, sedangkan untuk
jawaban skor persentase yang memilih dari gunung dan daerah lain tidak
laut yaitu 46%; gunung yaitu 0% (tidak dimanfaatkan sumber daya alamnya. Hal
ada yang memilih jawaban tersebut); ini sesuai dengan hasil obsevasi yang
daerah lain yaitu 0% (tidak ada yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 6
memilih jawaban tersebut) dan April 2016 bahwa potensi sumber daya
perkebunan/pertanian yaitu 54%. alam yang dikembangkan yaitu berasal
Dari hasil tersebut dapat dari laut dan perkebunan.
disimpulkan bahwa di Desa Tumbu- Di laut terdapat dua ekosistem
Tumbu Jaya hanya terdapat 2 sumber yaitu ekosistem mangrove; dan ekosistem
daya alam yang dimanfaatkan oleh terumbukarang. Di Desa Tumbu-Tumbu
masyarakatnya yaitu sekitar 54% Jaya ekosistem yang masih terjaga adalah
ketersediaan sumber daya alam di Desa ekosistem mangrove di bandingkan
Tumbu-Tumbu Jaya berasal dari ekosisitem terumbukarang yang
perkebunan/pertanian, sedangkan berasal mengalami kerusakan sehingga yang
dari laut sekitar 46%, sedangkan untuk dulunya masyarakatnya lebih
dari gunung dan daerah lain tidak mengutamakan hasil laut sekarang
dimanfaatkan sumber daya alamnya. masyarakatnya lebih mengutamakan hasil
Dapat dilihat pada gambar salah satu perkebunan/pertanian. dapat dilihat pada
penggunaan lahan dibawah ini. gambar di bawah ini sumber daya alam di
Dari hasil tersebut dapat Desa Tumbu-Tumbu Jaya.
disimpulkan bahwa di Desa Tumbu-
Tumbu Jaya hanya terdapat 2 sumber
Herliatin, La Harudu
17
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Dari data hasil quisioner pada (tidak ada yang memilih jawaban
pertanyaan: Apakah sumber daya alam di tersebut).
Desa Tumbu-Tumbu Jaya sangat Dari hasil tersebut dapat
membantu kehidupan bapak/ibu dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam
dilihat pada Tabel.4.16 di atas dengan yang ada di Desa Tumbu-Tumbu Jaya
jumlah responden 50 orang. Berdasarkan sangat membantu kehidupan
hasil jawaban skor persentase yang masyarakatnya yaitu sekitar 64%,
memilih sangat membantu yaitu 64%, sedangkan cukup membantu sekitar 2%
membantu yaitu 34%, cukup membantu hal ini terjadi karena berhubungan dengan
yaitu 2%, dan tidak membantu yaitu 0 pekerjaan masyarakatnya yang lebih
didominasi petani dan nelayan.
Herliatin, La Harudu
18
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
19
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu
20
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016
Herliatin, La Harudu