Anda di halaman 1dari 9

BAB V

PENGARUH PASURUAN INDUSTRIAL ESTATE RAMBANG (PIER) TERHADAP KEHIDUPAN


SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANDEAN

A. Kondisi Sosial
Kondisi sosial masyarakat Desa Pandean setelah kawasan industri PIER mulai
mengalami perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat modern.
Suasana Desa Pandean pun mulai berubah. Desa Pandean yang sebelah Barat dari
kawasan PIER yakni Dusun Krajan seperti suasana desa yang sudah maju. Dari
perilaku sosial masyarakat sudah seperti selayaknya masyarakat industri modern.
Perubahan Desa Pandean berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri tidak lepas dari dari desa yang terbalah menjadi 2 bagian yang dipisah oleh
kawasan PIER seperti yang telah di singgung di latar belakang dan bab sebelumnya.
1. Perubahan pola kehidupan
Perubahan sosial masyarakat di Desa Pandean mulai terjadi semenjak
masyarakat desa mengenal dengan dunia modern. Kehidupan di Desa Pandean
sekarang telah mengarah ke masyarakat modern perkotaan. Mengutip dari (Usman
Pelly, 1994:100), orang orang desa memakai uang hasil penjualan tanah dan
memilih untuk membeli tanah lain yang baru dan lebih strategis. Kebanyakan dari
mereka yang tanahnya terkena pembangunan kawasan industri PIER memanfaatkan
untuk memperbaiki kehidupan mereka. Mereka juga ada yang mambangun usaha
lain dari hasil penjualan tanah mereka dari PT. SIER dan bukan sebagai petani lagi.
Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima nilai-
nilai yang baakal menunjang proses industriliasasi, dikehendaki ataupun tidak pasti
melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak dikenal oleh suatu masyarakat desa
(Nurcholish Madjid, 1999:127).
Berdirinya kawasan industri PIER tidak terlepas dari situasi atau kondisi
masyarakat desa di sekitar kawasan industri. Kondisi masyarakat Desa Pandean
sebelum adanya kawasan industri PIER menggantungkan hidupnya kepada sektor
agraris yaitu sebagai masyarakat petani. Masyarakat petani menurut Salim Kahono
(TT.54) identic dengan masyarakat yang bermukim di daerah pedesaan yang
mengolah usaha pertanian dan memanfaatkan sumber daya alam untuk keperluan
hidup dan masih tergolong sederhana. Adapun pekerjaan sampingan yang dilakukan
seperti tukang kayu, pedagang kecil, dan pengrajin kayu.
Perubahan sistem ekonomi merupakan perubahan pekerjaan utama
masyarakat yang berubah setelah adanya pembangunan ekonomi yang ada.
Misalnya dari ekonomi pertanian dengan pekerjaan utama sebagai petani, berubah
ke ekonomi industri sebagai karyawan industri (Darojah, 2012:80). Masyarakat Desa
Pandean kebanyakan bekerja di PT. CWML, PT. Fronte, PT. YMPI, PT. YEMI, dan lain
sebagainya. Dengan bertumbuhnya kawasan industri, maka akan menyediakan jasa
kos-kosan, warung klontong, toko, dan usaha kerajinan keset. Penginkatan SDM
tersebut juga berpengaruh kepada para wanita atau ibu rumah tangga yang saat ini
memilih menjadi karyawan industri di kawasan industri PIER atau menjadi karyawan
rumahan usaha kerajinan keset. Para wanita atau ibu rumah tangga ini bisa bekerja
di PT. UPT yang memiliki syarat masuk sebagai karyawannya tidak rumit dan masih
bisa menerima ijazah sekolah dasar.
Peningkatan pendapatan masyarakat Desa Pandean maka akan menimbulkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terlihat dari aktivitas masyarakat Desa
Pandean sekarang sudah hampir semua rumah memiliki kendaraan bermotor lebih
dari satu. Bangunan rumahnya sudah tidak menampakkan lagi sebagai rumah yang
bernuansa pedesaan. Kesejahteraan sosial menurut Fahrudin (2012:40) merupakan
gambaran tentang masyarakat dimana tata kehidupan sosial materil maupun
diselimuti keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin.
Kondisi masyarakat Desa Pandean mengalami perubahan. Perubahan tersebut
berupa sifat dan pola pikir masyarakat setempat. Industri bukan hanya mampu
menaikakn pertumbuhan penduduk, pola pergeseran ekonomi masyarakat dan
pergeseran pola hidup. Akhirnya timbul masalah lain dari interaksi dan akumulasi
ketiga masalah tersebut (Sutrisna, 2008:174).
2. Peluang Kesempatan Kerja
Adanya peluang dan kesempatan yang lebih besar memungkinkan untuk warga
Desa Pandean meningkatkan tingkat kehidupan yang lebih baik. Berkembangkan
industri di pedasaan memberikan berbagai alternatif peluang pekerjaan yang lebih
luas. Muncuknya industri-industri ini dalam suatu wilayah akan memberikan
pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja (Parker, 1990:93). Dimana sebelum
berkembangnya industri, peluang untuk memperolah pekerjaan yang lebih baik
sangat terbatas. Apalagi dengan keadaan masyarakat desa yang cenderung tidak
memiliki keterampilan di bidang industri dan cenderung memilih kearah pertanian.
Peningkatan jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan komunitas di sekitar
industri yang cepat disebabkan oleh masuknya para pekerja pendatang yang banyak
dan menetap di daerah tersebut. Pertumbuhan komunitas ini dikarenakan industri
membutuhkan tenaga kerja yang dapat diandalkan dan dapat masuk kerja setiap
hari pada waktu yang tepat (Schneider, 1993:430).

B. Kondisi Ekonomi
Kabupaten Pasuruan merupakan sebuah kawasan yang luas untuk pelaku bisnis
di wilayah Jawa Timur. Letaknya yang sangat strategis mengundang para pebisnis
untuk menamkan modal industrinya di Kabupaten Pasuruan. Letak kabupaten
Pasuruan yang kurang lebih 60 km dari pelabuhan tanjung perak Surabaya yang
merupakan pintu ekspor impor di Jawa Timur.
Banyak industri yang berada di Kabupaten Pasuruan, antara lain industri
makanan dan minuman, kimia, tekstil, kerajinan, mebel, industri besi, bahan
bangunan, dan lain sebagainya. Industri tersebut tersebar di daerah Kebupaten
Pasuruan. Yang paling banyak terletak di Kawasan industri PIER. Wilayah yang juga
banyak lokasi industri antara lain di Kecamatan Pandaan, Kecamatan Beji,
Kecamatan Gempol, Kecamatan Wonorejo dan Kecamatan Sukorejo dikarenakan ke
lima kecamatan terscbut berada pada akses yang mudah untuk ke Pelabahan
Tanjung Perak. Selain itu letaknya yang berada di sebelah Barat dari Kabupaten
Pasaruan yang merupakan pusat dari aktifitas ekonomi dari Kabupaten Pasuruan.
Dua pulah tahan terakhir ini wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan wilayah
penyangga kota besar seperti Surabaya, sebagaimana kota-kota penyangga. Kota
Pasuruan banyak direklamasi dari sawah dan tegalan kemudian dijadikan bangunan
pabrik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan penduduk kota Surabaya
akibat dari urbanisasi penduduk dari wilayah sekitar kota menuju Kota Surabaya.
Keadaan ekonomi masyarakat desa pandean mulai berubah setelah
dibangunnya kawasan indrustri PIER. Terbukti dengan table UMR sepuluh tahun
terakhir dibawah ini.

1. Perubahan Mata Pencaharian

Menurut kamus bahasa Indonesia mata pencalarian adalah pekerjaan atau


pencaharian utama (yang dikerjakan untuk kebutuhan sehari – hari). Mata
pencaharian merupakan aktifitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak
dimana antara daerah satu dengan daerah yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf
kemampuan penduduk dan keadaan demografinya (Daldjoeni 1987:891.

Mata pencaharian adalah pekerjaan pokok yang dilakukam manusia untuk


hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang
memuaskan (peningkatan taraf hidup), dengan memperhatikan faktor seperti
mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Dalam
perkembangnnya , Dalam perkembangannya, mata pencaharian seseorang sering
terjadi berubah baik karen Faktor internal, eksterternal, ataupan kombinasi dari
keduanya (Supryadi, 2007:20) Dari penjelasan diatas maka dapat mengartikan
perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah
hidup dan sumber daya yang tersedia untuk meembangan kehidupan yang
memuaskan (peningkatan taraf hidup). Perubahan mata pencahanan ini
ditandaidengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata
pencaharian. Mata pencaharian masyarakst di Indonesia pada umumnya berasal dan
sektor agraris

Perubahan orientasi mata pencaharian disini diartikan sebagai perubahan


pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan mempengaruhi tindakannya di
kemudian hari, dari pekerjaan pokok masyarakat yang dahulunya disektor agraris
bergeser atan berubah ke sektor non-agraris. Hal ini melbatkan koostruk pemikiran
(ide) yang menurut Hegel menentukan tindakan manusia. Meskipun dalam taraf
konstruk pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam
Realitas di masyarakat (Fajar Ilatma. 2003-37)

Sejak 1990an malai banyak pemerintah membuka lahan-lshan untuk pelaku


industri. Pasaruan dibangun berbagai industri untuk menyokong pertumbuhan Kota
Surabaya yang sebagai pusat industri dan bisnis di Jawa Timur. Pelabuhan Tanjung
Perak di Surabaya yang merupakan pintu gerbang ekspor dan impor Jawa Timur
dengan daerah lain.

Dalam suatu keluarga petani, tiap-tiap angrota keluarga banyak mempunyai


tugas pekerjaan tersendiri. Misalnya: Ayah se bagaipetani yang secara rutin setap
hari bekerja di lahan pertanian, Ibu yang bertugas dirumah untuk mengurus
keperluan rumal tangga dirumah dan sesekali membantu pekerjaan disawah. Anak
yang bersekolah dan membantu orang tua di rumah dan di lahan pertanian ada juga
anak yang sudah ditugaskan untuk mengurus hewan ternak dirumah.

Pembangunan kawasan industri PIER menaberikan dampak kepada masyarakat


Rembang untuk memikirkan beberapa hal untuk memanfaatkan dengan adanya kamasan
industri PIER untok melakakan perubahan mata pencalarian. Masyarakat Desa Pandean
yang dahulunya mayoritas berprofesi di lahan pertanian mereka yang sekarang sudah
dibeli oleh PT SIER sekarang harus beralih profesi merjadi yang lain. Profesi yang
dilakukan seperti membuat rumah, kerajinan, membangun rumah kost dan menjadi
pegawai atau karyawan di kawasan industri PIER tersebun. Kebanyakan masyarakat Desa
Pandean berkerja di kawasan industri PIER. Selain itu juga ada yang memilih untuk
memanfaatkan hasil penjualan tanahnya untuk membeli tanah pertanian lagi di desa lain
yang lebih nmurah harganya untuk dijadikan sebagai lahan pentaniannya.

a) Pengusaha kerapinan dari Limbah Pabrik di PIER

Kabupaten Pasaruan merupalan industri kerajinan besar. Kerajinan-kerajinan ini


elabs menyumbang bamyak dari pendapatan daerah Kabupaten Pasuraan. Tidak heran
jika nantinya Kabapaten Pasuruan menjadi pusat kerajinan di daerah Pandalungan dan
wilayah pesiar Jawa Timur bagian tengah.

Desa Pandean merupakan desa yang terluas kedua setelah Desa Carah Dukuh yang
tanahnya terkena kasawan industri PIER. Oleh karena itu banyak sekali warga masyarakat
disini yang memanfaatkan hasil limbah pabrik diKawasan industri PIER menjadi
kerajinan. Salah satunya adalah kerajina keset yang sudah ditekuni Bapak El.
Muhammad Ismail Marraki warga Dusun Kerajaan RT O1 RW I Desa Pandean yang sudah
ditekuni selama 15 cahun.

Bapak H. Muhammad Ismail Marzuki membeli limbah pabrik tersebut dari PT.
Fronte Classsic Indonesia. Perusahaan asal Jepang tersebut memproduksi karpet mobil
untuk diekspor kepada perusahaan Mobil di Jepang, Jerman, Onnggris, Perancis, dan
Amerika Serikat. Limbah tersebut yang kemudian dibeli oleh Bapak H. Muhammad Ismail
Marzuki untuk kemudian dibuat kerajinan keset. Menurut keterangan, mendirikan usaha
kerajinan demi keset sangat berguna untuk membuka lapangan kerja kepada masyarakat
Desa Pandaan. Sekarang untuk bekerja di kawasan industri PIER bagi masyarakat Desa
Pandaan sudah mulai susah. Terkait dengan peraturan yang diterapkan oleh pabrik –
pabrik yang berada di kawasan industri PIER. Perjanjian yang dahulu terikat oleh
masyarakat 6 desa dan PT. SIER sekarang aku sudah tidak mulai dan diberlalukan lagi
seiring dengan bertambahnya kriteria SDM bagi calon karyawan di pabrik- pabrik dalam
masyarakat EKP point.

Sebagaimana yang dituturkan oelh Bapak H. Muhammad Ismail Marzuki berikut.

- Memang saya berniat membangun sebuah usaha disini untuk masyarakat sekitar
biar remaja atau ibu – ibu yang menganggur bisa mempunyai penghasilan
sendiri mas. Meskipun hasilnya kecil, tapi seengaknya bisa dibuat makan dan
dibuat per tim. Seenggaknya besok bisa dibuat makan dan buat jajan mas ”.
Wawancara dengan Bapak H, Muhammad Ismail Marzuki tanggal 13 Februari
2017 pada pukul 12. 00 WIB.
Usaha kerajinan keset bapak H. Muhammad Ismail Marzuki berada di halamann
rumahnya dengan mempekerjakan sekitar 30 orang, yang semuanya warga Desa
Pandean Tempat Usaha yang dirumah bapak H. Muhammad Ismail Marzuki sendiri
merupakan dijadikan tempat pemotongan, proses penjaitan dan finishing. Sementara
pegawai yang memproses di rumah masing masing juga alda, hanya saja yang karyawan
massing massing juga ada, hanya ada usia yang, harga waktu ditempat, hanya saja yang
karyawan memproses dirumah sendiri tidak melakukan proses Ismail Marzuki. Setelah
selesai baru dibawa ke rumah beliau untuk melakukan proses finishing and packing.

C. Dampak Perubahan di Desa Pandean

I. Dampak: Positif

Pembangunan dan perkembangan industri mengakibatkan terjadi perubahan-


perubahan di berbagai sosial ekonomi masyarakat. Perubahan tersebut meliputi
perubahan mata pencaharian, perubahan jamiah kesempatan, perubahan jumlah sarana
dan prasarana. Perubahan-perubahan tensebut kemudianmenimbulkan dampak positif
pembangunan industri merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat adanya
pembangunan industri yang Ismail Marzuki.

a. Penciptan Peluang Usaha dan Pekerjaan

Kehadiran industri membawa pengaruh terhadap mata pencaharian penduduk.


Dimana adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian schagai petani
(Nuryanto, 2005:7). Kawasan indusri menjadi penganuh terbesar masyarakat untak
menciptakan peluang usaha dari pabrik-pabrik di datam kawasan indastri sersebut.
Menciptakan lapangan pokerjaan dengan memanfaatkan limbah pabrik untak dijadikan
produk kerajinas yang berkualitas dengan memperkerjakan masyarakat sekitar.
Menyodialan fasalitas tambahan unta para karyawan di kawasan indostri, seperti
monyodiakan jasa kamar kos, warang makanan, toko serba ada. dan lain sebagainva
untuk menvediakan keperiaan schari-harimemberikan keuntungan meningkat baik
langsung maspun tidak langsung dari kondisi sebelumaya (Neryanto, 2005:7)

a. Penciptan Peluang Usaha dan Pekerjaan

Kehadiran industri membawa pengaruh terhadap mata pencaharian penduduk.


Dimana sebelum adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian
sehagai petani (Nuryanto, 2005:7). Kawasan industri menjadi penganuh terbesar
masyarakat untak menciptakan peluang usaha dari pabek-pabrik di batam kawasan
indastri sersebut. Menciptakan lapangan pokerjaan dengan memanfaatkan limbah
pabrik untak dijadikan produk kerajinas yang berkualitas dengan memperkerjakan
masyarakat sekitar. Menyediakan fasalitas tambahan unta para karyawan di kawasan
industri, seperti menyibukkan jasa kamar kos, warung makanan, toko serba ada dan
lain sebagainya untuk menyediakan keperluan sehari-hari.

b. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Secara umum definisi sarana dan prasana adalah alat penunjang keberhasilan
suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua
hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Moenir (1992:199) mengemukakan
bahwa sarana adalah segala jenis peralatan perlengkapan kerja dan fasilitas yang
berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga
dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja
pengertian yang dikemukakan oleh Moenir jelas memberi arah bawah sarana dan
prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses
kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan
utama, yang kedua berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

Bertambahnya jumlah sarana dan prasarana setelah berkembang nya industri


telah memberikan kemudahan - kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan
aktivitas sehari - hari. Aktivitas masyarakat sebelum berkembang nya industri lebih
banyak dilakukan di sawah atau ke pasar untuk menjual dan membeli kebutuhan
sehari-hari ada pula yang ke kota - kota besar untuk menjual hasil pertaniannya.
Namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbagai kegiatan
dengan sarana dan prasana yang disediakan pengelola kawasan industri maupun
pemerintah daerah (Nuryanto, 2004:7) pengelolaan kawasan industri membangun
kebutuhan masyarakat umum seperti Anjungan Tunai Mandiri (ATM) taman kecil di
pembatas jalan dan trotoar, tempat peribadatan dan akses jalan di desa.

2. Dampak Negatif

Pembangunan industri di satu sisi memberikan perubahan yang berdampak positif


disisi lain juga membawa perubahan yang berdampak negatif tersebut antara lain
terhadap lingkungan sekitar industri seperti polusi air bersih, polusi kebisingan suara,
dan polusi udara. Selain pencemaran lingkungan dapat terjadi antara lain adanya
kecemburuan sosial masyarakat dengan masyarakat luar desa dalam hal kemudahan
mengakses pekerjaan khususnya di bidang industri (Nuryanto, 2005:8).

a. Pencemaran Lingkungan

Dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan seperti polusi air, udara dan
lain lain yang membahayakan kelangsungan hidup di sekitarnya. Berbagai upaya
telah baik pihak pengelola kawasan industri dengan dibantu oleh pemerintah
setempat untuk memperkecil resiko pencemaran lingkungan.

Polusi Udara

polusi udara adalah udara disebabkan oleh kegiatan mesin mesin produksi pabrik
yang membuat limbah asap nya rusak terutama perusahaan yang dalam kegiatan
produksi nya lebih banyak melakukan kegiatan pembakaran. Selain dari cerobong
asap pabrik, polusi udaea juga diakibatkan oleh truk - truk perusahaan yang
setiap harinya keluar masuk pabrik untuk melakukan kegiatan bongkar muat faktor
dan alat alat berat di dalam lingkungan pabrik juga menimbulkan polusi udara.

Pencemaran udara yang paling parah adalah polisi udara yang menimbulkan bau
tidak sedap yang dihasilkan dari kegiatan produksi pabrik. Polusi udara bau ini
disebabkan oleh perusahaan yang memproduksi makanan ternak dan pengolagan
kimia. perusahaan yang memproduksi pengolahan kimia seperti pabrik lem, pabrik
Pestisida, dan lain lain. sementara pabrik yang memproduksi makanan ternak jauh
lebih parah dari pada pabrik pengolahan kimia. pabrik makanan ternak sangat
berbau tidak sedap akibat yang digunakan dalam kegiatan produksi mereka
diantaranya tepung ikan kering, kulit kerang dan kulit kepiting atau Rajungan yang
diolah menjadi tepung tulang.

b. Potensi Konflik

Permasalahan yang muncul dalam lingkungan industri antara lain antara pekerja
dan perusahaan hubungan bermasyarakat selain itu perubahan adanya bangunan
industri pada masyarakat sekitar itu bersifat sosial, moral dan budaya pengaruh
perkembangan yang mengarah pada sifat yang materialistis materialistis merupakan
tanda mata dari keseluruhan manusia dan menganggap manusia hanyalah sesuatu
yang ada dan tanpa menjadi subjek (Salim, 2010:183).

Kecemburuan sosial pada masyarakat industri dapat terjadi jika suatu kesalahan
pengelolaan dari komunitas perusahaan terhadap lingkungannya Yang
mengakibatkan kerugian (Widyanarti, 2005:81). Perusahaan harus mempunyai
kewajiban sosial terhadap masyarakat atau berdiri sejajar dan saling membutuhkan
seperti perekrutan kerja bagi masyarakat lokal.

D. Muatan Edukasi
a. Nilai Moral

Secara etimologis, kata moral berasal dari kata Mos dalam bahasa Latin, bentuk
jamaknya Mores, yang artinya adalah tata - cara atau adat istiadat. dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1939:592) moral diartikan sebagai akhlak, budi
perkerti atau susila. Secara terminologis terdapat berbagai rumusan pengertian
moral, yang dari segi substantif materialnya tidak ada perbedaan akan tetapi bentuk
formalnya berbeda.

Moral menurut Salam (2000:12) adalah ilmu yang mencari keselarasan


perbuatan perbuatan manusia (undakan Insani) dengan desa yang sedang dalam
diperoleh dengan akal budi manusia.

b. Nilai Sosial

Kata “sosial” berasal dari hal -hal yang berkenaan dengan masyarakat atau
kepentingan umum. Nilai Pendidikan Sosial merupakan hikmah yang dapat diambil
dari perilaku sosial dan acara hidup. Perilaku sosial berupa sikap seseorang
terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang
lain, cara berpikir, dan hubungan sosial masyarakat antar individu (Rosyadi, 1995:80)

Dalam buku Pengantar Sosiologi Karangan Hady, D.A. Wila disebutkan ada
sebelas ciri – ciri nilai sosial, adapun tujuh ciri – ciri tersebut adalah :
1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi
diantara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis
atau bawaan sejak lahir.
2. Nilai sosial ditularkan. Nilai yang menyusun sistem nilai diteruskan dan
ditularkan dari satu group ke group yang lain dalam suatu masyarakat melalui
berbagai macam proses sosial dan dari satu masyarakat serta kebudayaan ke yang
lainnya melalui akulturasi, difusi dan sebagainya.

3. Nilai dipelajari. Nilai dicapai dan bukan bawaan lahir. Proses belajar dan
pencapaian nilai – nilai itu dimulai sejak masa kanak – kanak dalam keluarga melalui
sosialisasi.

4. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan


kebutuhan-kebutuhan sosial. Nilai yang disetujui dan yang telah diterima secara
sosial, nilai yang disetujui dan yang telah diterima secara soail itu menjadi dasar
bagi tindalan dan tingikah laka, baik secara pribadi atau group dan masyarakat
secara keseluruhan. Nilai juga membantu masyarakat akcan menjadi kacau. Oleh
karena itu, sistem nitai sonial khususnya untuk pemeliharaan kemakmurandan
kepuasan sosial bersama

5. Nilai merupalan asumsi-asumsi abstrak dimana terdapat konsensus sosial


tentang harga relatif dari objek dalam masyarakat. Nilai-nilai secara konseptuall
merupakan abstraksi dari unsur-unsur nilai dan bermacam-macam objek di dalam
manyarakat.

6. Nilai cenderung borkaitan satu dengan yang lain secara komunal untuk
membentuk pola-pola dan sistem nilai dalam masyarakat. Bila tidak terdapat
keharmonisan yang integral dan nilai nilai sosial, maka akan timbul problem sosial.

7. Sistem sistem nilai bervariasi antara kebudayaan satu dengan kebudayan yang
lain, sesuai dengan harga relatif yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan
terhadap pola -pola aktivitas dan tujuan serta sasarannya. Dengan kata lain,
keanekaragaman kebudayaan dengan bentuk dan fungsi yang saling berbeda
menghasilkan sistem - sistem nilai yang saling berbeda (D.A. Wila Huky, 1982:44)
c. Nilai Budaya

Menurut Koenjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya yang terdiri dari
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga
masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang
ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. oleh
karena it,u nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam
menentukan alternatif, cara- cara, alat-alat dan tujuan-tujuan
pembuatan yang tersedia.

Sistem nilai apabila sudah membudaya yang didalam diri seorang, maka nilai itu
akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat
dilihat dalam kehidupan sehari-hari misalnya budaya gotong royong, budaya malas
dan lain-lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang
dalam mencapai tujuan tertentu. Manusia dianugrahi akal maka manusia dapat
berfikir. Kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk mengungkapkan
masalah hidup yang dihadapinya (Herimanto : 1999:19). Sistem nilai yang ada dalam
suatu masyarakat dijadikan oriental dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu,
nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan
alternatif. Cara-cara, alat-alat dan tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia (Basrowi,
2005:80).

Fungsi umum dari nilai sosial budaya adalah sebagai berikut :

1. Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk


menetapkan harga sosial dari pribadi dan group.
2. Cara berfikir dan bertingkahlaku secara ideal dalam sejumlah masyarakat
diarahkan atau dibentuk oleh nilai-nilai.
3. Nilai- nilai yang merupakan penentu terakhir melawan Rusia dalam perang
pernah saya ada
4. Nilai- nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan gaya tekan dan
daya ingat tertentu
5. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota
kelompok dan masyarakat (Huky, D.A. Wita, 1983:46).

Anda mungkin juga menyukai