A. Kondisi Sosial
Kondisi sosial masyarakat Desa Pandean setelah kawasan industri PIER mulai
mengalami perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat modern.
Suasana Desa Pandean pun mulai berubah. Desa Pandean yang sebelah Barat dari
kawasan PIER yakni Dusun Krajan seperti suasana desa yang sudah maju. Dari
perilaku sosial masyarakat sudah seperti selayaknya masyarakat industri modern.
Perubahan Desa Pandean berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri tidak lepas dari dari desa yang terbalah menjadi 2 bagian yang dipisah oleh
kawasan PIER seperti yang telah di singgung di latar belakang dan bab sebelumnya.
1. Perubahan pola kehidupan
Perubahan sosial masyarakat di Desa Pandean mulai terjadi semenjak
masyarakat desa mengenal dengan dunia modern. Kehidupan di Desa Pandean
sekarang telah mengarah ke masyarakat modern perkotaan. Mengutip dari (Usman
Pelly, 1994:100), orang orang desa memakai uang hasil penjualan tanah dan
memilih untuk membeli tanah lain yang baru dan lebih strategis. Kebanyakan dari
mereka yang tanahnya terkena pembangunan kawasan industri PIER memanfaatkan
untuk memperbaiki kehidupan mereka. Mereka juga ada yang mambangun usaha
lain dari hasil penjualan tanah mereka dari PT. SIER dan bukan sebagai petani lagi.
Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima nilai-
nilai yang baakal menunjang proses industriliasasi, dikehendaki ataupun tidak pasti
melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak dikenal oleh suatu masyarakat desa
(Nurcholish Madjid, 1999:127).
Berdirinya kawasan industri PIER tidak terlepas dari situasi atau kondisi
masyarakat desa di sekitar kawasan industri. Kondisi masyarakat Desa Pandean
sebelum adanya kawasan industri PIER menggantungkan hidupnya kepada sektor
agraris yaitu sebagai masyarakat petani. Masyarakat petani menurut Salim Kahono
(TT.54) identic dengan masyarakat yang bermukim di daerah pedesaan yang
mengolah usaha pertanian dan memanfaatkan sumber daya alam untuk keperluan
hidup dan masih tergolong sederhana. Adapun pekerjaan sampingan yang dilakukan
seperti tukang kayu, pedagang kecil, dan pengrajin kayu.
Perubahan sistem ekonomi merupakan perubahan pekerjaan utama
masyarakat yang berubah setelah adanya pembangunan ekonomi yang ada.
Misalnya dari ekonomi pertanian dengan pekerjaan utama sebagai petani, berubah
ke ekonomi industri sebagai karyawan industri (Darojah, 2012:80). Masyarakat Desa
Pandean kebanyakan bekerja di PT. CWML, PT. Fronte, PT. YMPI, PT. YEMI, dan lain
sebagainya. Dengan bertumbuhnya kawasan industri, maka akan menyediakan jasa
kos-kosan, warung klontong, toko, dan usaha kerajinan keset. Penginkatan SDM
tersebut juga berpengaruh kepada para wanita atau ibu rumah tangga yang saat ini
memilih menjadi karyawan industri di kawasan industri PIER atau menjadi karyawan
rumahan usaha kerajinan keset. Para wanita atau ibu rumah tangga ini bisa bekerja
di PT. UPT yang memiliki syarat masuk sebagai karyawannya tidak rumit dan masih
bisa menerima ijazah sekolah dasar.
Peningkatan pendapatan masyarakat Desa Pandean maka akan menimbulkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terlihat dari aktivitas masyarakat Desa
Pandean sekarang sudah hampir semua rumah memiliki kendaraan bermotor lebih
dari satu. Bangunan rumahnya sudah tidak menampakkan lagi sebagai rumah yang
bernuansa pedesaan. Kesejahteraan sosial menurut Fahrudin (2012:40) merupakan
gambaran tentang masyarakat dimana tata kehidupan sosial materil maupun
diselimuti keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin.
Kondisi masyarakat Desa Pandean mengalami perubahan. Perubahan tersebut
berupa sifat dan pola pikir masyarakat setempat. Industri bukan hanya mampu
menaikakn pertumbuhan penduduk, pola pergeseran ekonomi masyarakat dan
pergeseran pola hidup. Akhirnya timbul masalah lain dari interaksi dan akumulasi
ketiga masalah tersebut (Sutrisna, 2008:174).
2. Peluang Kesempatan Kerja
Adanya peluang dan kesempatan yang lebih besar memungkinkan untuk warga
Desa Pandean meningkatkan tingkat kehidupan yang lebih baik. Berkembangkan
industri di pedasaan memberikan berbagai alternatif peluang pekerjaan yang lebih
luas. Muncuknya industri-industri ini dalam suatu wilayah akan memberikan
pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja (Parker, 1990:93). Dimana sebelum
berkembangnya industri, peluang untuk memperolah pekerjaan yang lebih baik
sangat terbatas. Apalagi dengan keadaan masyarakat desa yang cenderung tidak
memiliki keterampilan di bidang industri dan cenderung memilih kearah pertanian.
Peningkatan jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan komunitas di sekitar
industri yang cepat disebabkan oleh masuknya para pekerja pendatang yang banyak
dan menetap di daerah tersebut. Pertumbuhan komunitas ini dikarenakan industri
membutuhkan tenaga kerja yang dapat diandalkan dan dapat masuk kerja setiap
hari pada waktu yang tepat (Schneider, 1993:430).
B. Kondisi Ekonomi
Kabupaten Pasuruan merupakan sebuah kawasan yang luas untuk pelaku bisnis
di wilayah Jawa Timur. Letaknya yang sangat strategis mengundang para pebisnis
untuk menamkan modal industrinya di Kabupaten Pasuruan. Letak kabupaten
Pasuruan yang kurang lebih 60 km dari pelabuhan tanjung perak Surabaya yang
merupakan pintu ekspor impor di Jawa Timur.
Banyak industri yang berada di Kabupaten Pasuruan, antara lain industri
makanan dan minuman, kimia, tekstil, kerajinan, mebel, industri besi, bahan
bangunan, dan lain sebagainya. Industri tersebut tersebar di daerah Kebupaten
Pasuruan. Yang paling banyak terletak di Kawasan industri PIER. Wilayah yang juga
banyak lokasi industri antara lain di Kecamatan Pandaan, Kecamatan Beji,
Kecamatan Gempol, Kecamatan Wonorejo dan Kecamatan Sukorejo dikarenakan ke
lima kecamatan terscbut berada pada akses yang mudah untuk ke Pelabahan
Tanjung Perak. Selain itu letaknya yang berada di sebelah Barat dari Kabupaten
Pasaruan yang merupakan pusat dari aktifitas ekonomi dari Kabupaten Pasuruan.
Dua pulah tahan terakhir ini wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan wilayah
penyangga kota besar seperti Surabaya, sebagaimana kota-kota penyangga. Kota
Pasuruan banyak direklamasi dari sawah dan tegalan kemudian dijadikan bangunan
pabrik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan penduduk kota Surabaya
akibat dari urbanisasi penduduk dari wilayah sekitar kota menuju Kota Surabaya.
Keadaan ekonomi masyarakat desa pandean mulai berubah setelah
dibangunnya kawasan indrustri PIER. Terbukti dengan table UMR sepuluh tahun
terakhir dibawah ini.
Desa Pandean merupakan desa yang terluas kedua setelah Desa Carah Dukuh yang
tanahnya terkena kasawan industri PIER. Oleh karena itu banyak sekali warga masyarakat
disini yang memanfaatkan hasil limbah pabrik diKawasan industri PIER menjadi
kerajinan. Salah satunya adalah kerajina keset yang sudah ditekuni Bapak El.
Muhammad Ismail Marraki warga Dusun Kerajaan RT O1 RW I Desa Pandean yang sudah
ditekuni selama 15 cahun.
Bapak H. Muhammad Ismail Marzuki membeli limbah pabrik tersebut dari PT.
Fronte Classsic Indonesia. Perusahaan asal Jepang tersebut memproduksi karpet mobil
untuk diekspor kepada perusahaan Mobil di Jepang, Jerman, Onnggris, Perancis, dan
Amerika Serikat. Limbah tersebut yang kemudian dibeli oleh Bapak H. Muhammad Ismail
Marzuki untuk kemudian dibuat kerajinan keset. Menurut keterangan, mendirikan usaha
kerajinan demi keset sangat berguna untuk membuka lapangan kerja kepada masyarakat
Desa Pandaan. Sekarang untuk bekerja di kawasan industri PIER bagi masyarakat Desa
Pandaan sudah mulai susah. Terkait dengan peraturan yang diterapkan oleh pabrik –
pabrik yang berada di kawasan industri PIER. Perjanjian yang dahulu terikat oleh
masyarakat 6 desa dan PT. SIER sekarang aku sudah tidak mulai dan diberlalukan lagi
seiring dengan bertambahnya kriteria SDM bagi calon karyawan di pabrik- pabrik dalam
masyarakat EKP point.
- Memang saya berniat membangun sebuah usaha disini untuk masyarakat sekitar
biar remaja atau ibu – ibu yang menganggur bisa mempunyai penghasilan
sendiri mas. Meskipun hasilnya kecil, tapi seengaknya bisa dibuat makan dan
dibuat per tim. Seenggaknya besok bisa dibuat makan dan buat jajan mas ”.
Wawancara dengan Bapak H, Muhammad Ismail Marzuki tanggal 13 Februari
2017 pada pukul 12. 00 WIB.
Usaha kerajinan keset bapak H. Muhammad Ismail Marzuki berada di halamann
rumahnya dengan mempekerjakan sekitar 30 orang, yang semuanya warga Desa
Pandean Tempat Usaha yang dirumah bapak H. Muhammad Ismail Marzuki sendiri
merupakan dijadikan tempat pemotongan, proses penjaitan dan finishing. Sementara
pegawai yang memproses di rumah masing masing juga alda, hanya saja yang karyawan
massing massing juga ada, hanya ada usia yang, harga waktu ditempat, hanya saja yang
karyawan memproses dirumah sendiri tidak melakukan proses Ismail Marzuki. Setelah
selesai baru dibawa ke rumah beliau untuk melakukan proses finishing and packing.
I. Dampak: Positif
Secara umum definisi sarana dan prasana adalah alat penunjang keberhasilan
suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua
hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Moenir (1992:199) mengemukakan
bahwa sarana adalah segala jenis peralatan perlengkapan kerja dan fasilitas yang
berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga
dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja
pengertian yang dikemukakan oleh Moenir jelas memberi arah bawah sarana dan
prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses
kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan
utama, yang kedua berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
2. Dampak Negatif
a. Pencemaran Lingkungan
Dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan seperti polusi air, udara dan
lain lain yang membahayakan kelangsungan hidup di sekitarnya. Berbagai upaya
telah baik pihak pengelola kawasan industri dengan dibantu oleh pemerintah
setempat untuk memperkecil resiko pencemaran lingkungan.
Polusi Udara
polusi udara adalah udara disebabkan oleh kegiatan mesin mesin produksi pabrik
yang membuat limbah asap nya rusak terutama perusahaan yang dalam kegiatan
produksi nya lebih banyak melakukan kegiatan pembakaran. Selain dari cerobong
asap pabrik, polusi udaea juga diakibatkan oleh truk - truk perusahaan yang
setiap harinya keluar masuk pabrik untuk melakukan kegiatan bongkar muat faktor
dan alat alat berat di dalam lingkungan pabrik juga menimbulkan polusi udara.
Pencemaran udara yang paling parah adalah polisi udara yang menimbulkan bau
tidak sedap yang dihasilkan dari kegiatan produksi pabrik. Polusi udara bau ini
disebabkan oleh perusahaan yang memproduksi makanan ternak dan pengolagan
kimia. perusahaan yang memproduksi pengolahan kimia seperti pabrik lem, pabrik
Pestisida, dan lain lain. sementara pabrik yang memproduksi makanan ternak jauh
lebih parah dari pada pabrik pengolahan kimia. pabrik makanan ternak sangat
berbau tidak sedap akibat yang digunakan dalam kegiatan produksi mereka
diantaranya tepung ikan kering, kulit kerang dan kulit kepiting atau Rajungan yang
diolah menjadi tepung tulang.
b. Potensi Konflik
Permasalahan yang muncul dalam lingkungan industri antara lain antara pekerja
dan perusahaan hubungan bermasyarakat selain itu perubahan adanya bangunan
industri pada masyarakat sekitar itu bersifat sosial, moral dan budaya pengaruh
perkembangan yang mengarah pada sifat yang materialistis materialistis merupakan
tanda mata dari keseluruhan manusia dan menganggap manusia hanyalah sesuatu
yang ada dan tanpa menjadi subjek (Salim, 2010:183).
Kecemburuan sosial pada masyarakat industri dapat terjadi jika suatu kesalahan
pengelolaan dari komunitas perusahaan terhadap lingkungannya Yang
mengakibatkan kerugian (Widyanarti, 2005:81). Perusahaan harus mempunyai
kewajiban sosial terhadap masyarakat atau berdiri sejajar dan saling membutuhkan
seperti perekrutan kerja bagi masyarakat lokal.
D. Muatan Edukasi
a. Nilai Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata Mos dalam bahasa Latin, bentuk
jamaknya Mores, yang artinya adalah tata - cara atau adat istiadat. dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1939:592) moral diartikan sebagai akhlak, budi
perkerti atau susila. Secara terminologis terdapat berbagai rumusan pengertian
moral, yang dari segi substantif materialnya tidak ada perbedaan akan tetapi bentuk
formalnya berbeda.
b. Nilai Sosial
Kata “sosial” berasal dari hal -hal yang berkenaan dengan masyarakat atau
kepentingan umum. Nilai Pendidikan Sosial merupakan hikmah yang dapat diambil
dari perilaku sosial dan acara hidup. Perilaku sosial berupa sikap seseorang
terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang
lain, cara berpikir, dan hubungan sosial masyarakat antar individu (Rosyadi, 1995:80)
Dalam buku Pengantar Sosiologi Karangan Hady, D.A. Wila disebutkan ada
sebelas ciri – ciri nilai sosial, adapun tujuh ciri – ciri tersebut adalah :
1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi
diantara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis
atau bawaan sejak lahir.
2. Nilai sosial ditularkan. Nilai yang menyusun sistem nilai diteruskan dan
ditularkan dari satu group ke group yang lain dalam suatu masyarakat melalui
berbagai macam proses sosial dan dari satu masyarakat serta kebudayaan ke yang
lainnya melalui akulturasi, difusi dan sebagainya.
3. Nilai dipelajari. Nilai dicapai dan bukan bawaan lahir. Proses belajar dan
pencapaian nilai – nilai itu dimulai sejak masa kanak – kanak dalam keluarga melalui
sosialisasi.
6. Nilai cenderung borkaitan satu dengan yang lain secara komunal untuk
membentuk pola-pola dan sistem nilai dalam masyarakat. Bila tidak terdapat
keharmonisan yang integral dan nilai nilai sosial, maka akan timbul problem sosial.
7. Sistem sistem nilai bervariasi antara kebudayaan satu dengan kebudayan yang
lain, sesuai dengan harga relatif yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan
terhadap pola -pola aktivitas dan tujuan serta sasarannya. Dengan kata lain,
keanekaragaman kebudayaan dengan bentuk dan fungsi yang saling berbeda
menghasilkan sistem - sistem nilai yang saling berbeda (D.A. Wila Huky, 1982:44)
c. Nilai Budaya
Menurut Koenjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya yang terdiri dari
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga
masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang
ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. oleh
karena it,u nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam
menentukan alternatif, cara- cara, alat-alat dan tujuan-tujuan
pembuatan yang tersedia.
Sistem nilai apabila sudah membudaya yang didalam diri seorang, maka nilai itu
akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat
dilihat dalam kehidupan sehari-hari misalnya budaya gotong royong, budaya malas
dan lain-lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang
dalam mencapai tujuan tertentu. Manusia dianugrahi akal maka manusia dapat
berfikir. Kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk mengungkapkan
masalah hidup yang dihadapinya (Herimanto : 1999:19). Sistem nilai yang ada dalam
suatu masyarakat dijadikan oriental dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu,
nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan
alternatif. Cara-cara, alat-alat dan tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia (Basrowi,
2005:80).