Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI BERTAHAN HIDUP BURUH TANI DALAM MEMENUHI

KEBUTUHAN POKOK

(Studi Kasus Buruh Tani di Desa Deket Agung Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan)

Disusun oleh:

Ahmad Sayuti Royali

180231100089

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Trunojoyo Madura

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan mempunyai lahan pertanian yang

sangat luas dan subuh sehingga sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

pertanian berprofesi sebagai petani. Hal tersebut terlihat dari data jumlah penduduk

yang bekerja di sektor pertanian mencapai 128,45 juta orang per agustus 2020 (BPS,

2020). Profesi petani terkesan sebagai profesi inferior. Kesan tersebut tidak

sepenuhnya salah karena secara umum jika berbincara terkait kesejahteraan maka

tingkat kesejahteraan petani jauh tetinggal dibandingkan kesejahteraan tenaga industri.

Menurut Soekanto (1983) petani terbagi menjadi dua kategori yaiti petani peasant dan

farmer. Petani peasent adalah petani yang bercocok tanam namum tidak

berkonsentrasi pada bisnis dan tergolong sebagian besar masih tradisional.

Sedangkan, petani farmer merupakan petani yang menggunakan alat-alat modern dan

sangat berfokus pada orientasi bisnis. Dalam konteks Indonesia sebagian besar petani
tergolong dalam petani peasent. Secara wilayah sebagian besar penduduk yang

bekerja di sektor pertanian sebagian besar berada di pedesaan yang secara

fundamental ekonomi masih banyak persoalan kemiskinan, ketimpangan, dan

kesenjangan yang masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan.

Bangsa Indonesia saat ini menghadapi banyak permasalahan yang sedang

dihadapi, salah satu permasalahan tersebut adalah kesejahteraan yang tidak merata.

Hal ini terlihat dari masih banyaknya rumah tangga yang hidup dibawah garis

kemiskinan. Kesejahteraan atau kondisi masyarakat sejahtera adalah sesuatu yang

diidamkan dan didambahkan oleh semua orang. Pada sisi lain juha terdapat kondisi

atau situasi kehidupan sebaliknya, yaitu keadaan sebaliknya. Kondisi tersebut

merupakan apa yang disebut dengan masalah sosial. Masalah sosial adalah kondisi

yang tidak diinginkan dan bertentangan dengan masyarakat.

Kemiskinan di Indonesia pada umunya banyak terjadi di daerah pedesaan.

Penduduk pedesaan yang pada umumnya hidup dan bekerja dari sektor pertanian,

walaupun terlihat adanya profesi tukang kayu, tukang batu, dan tukang kuli bangunan,

akan tetapi inti dari pekerjaan penduduk adalah pertanian. Masyarakat pertanian dalam

menggerakan aktivitas pertanian bersifat dinamis. Salah satu yang mempengaruhi

dinamisasi masyarakat pertanian adalah modernisasi. Menurut, Soekanto (2012)

modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan

pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. Modernisasi

dalam pertanian adalah modernisasi alat-alat produksi. Modernisasi di Indonesia

ditandai dengan perubahan yang mendasar pada pola-pola pertanian dari cara-cara

yang tradisional menjadi cara yang modern. Perubahan tersebut terlihat mulai dari
pengelolaan lahan, penggunaan bibit, sarna produksi pertanian, hingga pengunaan

mesin modern pada saat waktu panen.

Perubahan sistem sosial masyarakat pertanian mulai berubah seiring

masuknya modernisasi pada orde baru yang mana diyakini dengan modernisasi dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas pertanian di

Indonesia. Dalam revolusi ada tiga komponen pokok yaitu penggunaan teknologi atau

pasca usaha tani, penerapan kebijakan harga, dan dukungan kredit dan infrastruktur

(Himateka, 2010). Namun di sisi lain revoluis hijau menyebabkan terjadinya

kesenjangan ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan karena ternyata pada

praktiknya hanya menguntungkan petani pemilik lahan yang lebih dari setengah hektar

dan petani kaya di pedesaan. Pada dasarnya pertanian di pedesaan selama ini masih

mengandalkan cara0cara tradisional sekarang bengangsur-angsur memilih

menggunakan alat-alat produksi yang lebih modern. Selain karena efektivitas dalam

melakukan produksi, hal ini juga karena efisiensi waktu serta tenaga kerja yang

dibutuhkan saat waktu produksi. Petani-petani pedesaan yang sudah memanfaatkan

alat-alat produksi modern biasanya adalah petani pemilik lahan yang pekerjaan

utamanya bukan seorang petani. Para pemilik lahan biasanya tidak ikut secara

langsung untuk terlibat dalam proses produksi. Mereka hanya menyediakan modal

berupa lahan garapan, akomodasi dan upah yang diberikan kepada buruh tani. Tentu

dengan adanya modernisasi dalam proses produksi mempengaruhi kondisi buruh tani

karena pada dasarnya dengan adanya modernisasi para petani pemilik lahan

mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dan secara tidak langsung maka hal ini

berdampak pada sosial ekonomi buruh tani. Tentu hal ini menimbulkan persoalan

kemiskinan karena pada dasarnya masyarakat pedesaan yang tidak memiliki lahan
pertanian sendiri, serta kemampuan dan skill yang terbtas maka mereka akan

menyesuaikan diri dan mengantungkan hidup sebagai buruh tani. Maka, inilah yang

menjadikan persoalan baru ialah kemiskinan yang dihadapi oleh buruh tani pasca

modernisasi.

Dalam dunia ekonomi modern telah sampai pada satu pendapat bahwa

perburuhan adalah sebagaian yang terbesar dalam kehidupan sosial ekonomi. Buruh

merupakan usaha manusia yang disumbangkan manusia secara lahiriah maupun

batiniah dan dilakukan dengan sebaik-baiknya atas kerjasama dengan penuh gairah

dan kebangaan untuk mencapai tujuan yang mulia, dan tujuan itu ialah

membahagiakan manusia sebagai kelompok, manusia sebagai insan masyarakat, dan

manusia sebagai pribadi.

Pekerjaan buruh tani sebenarnya tidak begitu menguntungkan, hal ini karena

minimnya pendapatan dan terkadang sistem bagi hasil yang dilakukan oleh pemilik

lahan dengan buruh tani terkadang tidak sesuai dan hanya menguntungkan pemilik

lahan. Bagi para buruh tani, kemiskinan adalah permasalahan utama yang akan dapat

melanda mereka sehinggal hal inilah membuat mereka untuk berpikir tentang

bagaimana cara mengatasi hal tersebut dan tentu membutuhkan strategi yang cukup

untuk mengatasi persoalan tersebut. Maka, hal inilah yang kemudian harus dipikirkan

oleh buruh tani, dnegan strategi bertahan hidup dan adaptasi oleh modernisasi guna

memenuhi kebutuhan pokok. Pada dasarnya buruh tani selain harus beradaptasi oleh

modernisasi merka juga dalam melaksanakan pekerjaan baru akan mendapatkan hasil

dan upah ketika musim panen telah tiba dan ketika musim tanam telah usai baru

memeperoleh bayaran atau upah. Pada dasarnya masyarakat yang hidup dibawah

garis kemiskinan yaitu mereka yang tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah
yang cukup, modal ataupun keterampilan, faktor produksi yang dimiliki umumnya

sedikit, sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan tentu terbatas. Selain

itu, kemiskinan juga terjadi akibat dari pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk

memperoleh garapan tanah ataupun modal usaha, dan secara umum inilah yang

banyak melanda kaum buruh. Pendapatan buruh tani yang tergolong sedikit hanya

mampu mencukupi kebutuhan pokok hanya beberapa hari saja sehingga untuk

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari membutuhkan strategi agar bisa mencukupi

kebutuhan pokok dengan baik.

Pekerjaan buruh tani yang pada dasarnya tidak semua orang bisa

melakukannya hal ini karena pekerjaan buruh tani membutuhkan stamina otot dan fisik

yang kuat. Namum itu, bukan berarti pekerjaan fisik dan otot itu dikendalikan oleh otak

karena sesungguhnya gerakan-gerakan tubuh tidak berlangsung begitu saja tetapi

dibutuhkan pengaturan dan kontrol otak. Pekerjaan sebagai buruh tani lebih banyak

mengandalkan kemampuan fisik dibandingkan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang

mengandalakan kemampuan otak. Pekerjaan buruh tani yang digerus oleh arus

modernisasi sehingga digantikan oleh alat-alat modern yang lebih efektig dan efisien.

Disamping itu, pendapatan yang minim membutuhkan strategi khusus dalam bertahan

hidup untuk memenuhi kebutuhan pokok serta meningkatkan kualitas hidup keluarga

mereka, serta hal inilah penyebab kemiskinan bagi masyarakat buruh tani di Indonesia.

Fenomena tersebut terjadi di Desa Deket Agung Kecamatan Sugio Kabupaten

Lamongan yang merupakan mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian.

Berdasarkan data dari badan pusat statistik luas seluruh lahan pertanian khusunya

sawah mencapai 136,103 Ha (BPS, 2018). Masyarakat Desa Deket Agung sebagian

besar penduduknya adalah petani. Petani di Desa Deket Agung dibdedakan menjadi
petani pemilik lahan dan petani penggarap atau buruh tani. Petani pemilik lahan yang

pada saat musim tanam dan musim panen tiba biasanya membutuhkan banyak buruh

tani untuk membantu proses mnggarap sawah, membajak swah, dan memanen padi.

Namum saat ini para pemilik lahan memanfaatkan traktor untuk membajak swah dan

menggunakan mesin penuai padi hal ini menggeser tenaga buruh tani untuk

membantu proses menuai padi. Lalu penggunaan alat perontok padi untuk

memisahkan padi dari patangnya yang biasanya memerlukan sekitar 12-15 buruh tani

tapi sekarang hanya dilakukan 2-3 orang sebagi operator alat perontok tersebut. Hal ini

membuat semakin sedikit kesempatan buruh tani untuk dibutuhkan dalam proses

tanam padi hingga proses panen padi. Buruh tani di Desa Deeket Agung Kecamatan

Sugio Kabupaten Lamongan harus mampu bertahan hidup guna memenuhi kebutuhan

pokok. Semakin kuatnya dorongan modernisasi khusunya dibidang pertanian dan dan

minimnya pendapatan atau upah yang mereka peroleh dari pekerjaan buruh tani.

Untuk itu penulis tertarik untuk melihat bagaimana strategi bertahan hidup yang

dilakukan oleh buruh tani baik secar sosial ekonomi ataupun tindakan yang dilakukan

oleh buruh tani dalam proses pemenuhan kebutuhan pokok. Berdasarkan latar

belakang diatas maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan judul Strategi

Bertahan Hidup Dalam Memenuhi Kebutuhan Pokok (Studi Kasus Buruh Tani di

Desa Deket Agung Kecamatan Sugio KABUPATEN lamongan).

Peneliti memilih judul tersebut karena berkaitan erat dengan ilmu ekonomi

pembangunan terutama tentang pengetasan kemiskinan dan kesejahteraan buruh tani

yang ada di Desa Deket Agung Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Seperti yang

di ketahui bahwa masalah kemiskinan dan kesejahteraan meruapak masalah paling

fundamental dalam permasalah perekonomian. Secara langsung kebutuhan pokok


dalam keluarga merupakah salah satu indikator dari tingkat kemiskinan dan

kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan merupakan keadaan yang menyebabkan

seseorang tersebut merasa aman, santosa, makmur, dan selamat serta lepas dari

segala macam gangguan dan persoalan/ kesejahteraan hidup merupakan dambaan

setiap manusia, masyarakat yang tidak akan terwujud jika masyarakatnya hidup dalam

keadaan miskin. Oleh karena itu, kemiskinan harus dihapuskan karena merupakan

suatu bentuk ketidak sejahteraan yang menggambarkan kondisi yang serba kurang

dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Profesi sebagai buruh tani sangat jauh jika

dikatakan hidup di atas garis kemiskinan dan rata-rata dibawah garis kemiskinan

apalagi merasakan kesejahteraan ekonomi. Maka, dari itu peneliti mencoba mencari

tahu bagaimana buruh tani memenuhi kebutuhan pokok dengan kondisi kurang

sejahtera melalui pendekatan mikro ekonomi dan konsep bertahan hidup.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitih merumuskan poko

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi buruh tani?

2. Bagaimana strategi buruh tani dalam proses pemenuhan kebutuhan pokok

mereka?

Tujuan Dan Manfaat Penelian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi buruh tani.


b. Untuk mengetahui faktor-fator apa saja yang menjadi penyebab

mereka bekerja sebagai buruh tani

c. Untuk mengetahui staregi bertahan hidup buruh tani dalam

pemenuhan kebutuhan pokok di Desa Deket Agung Kecamatan

Sugio Kabupaten Lamongan

2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian dari penulisan skripsi

ini adalah

a. Manfaat teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan akan

bermanfaat sebagai informasi baru dalam memperkaya

khasanah keilmuan khusunya ilmu ekonomi yang berupa

kajian strategi bertahan hidup buruh tani dalam menhadapi

tantangan modenisasi serta dinamika persoalan kemiskinan

yang dihadapi. Serta menjadi bahan pertimbangan untuk

kajian terkait mikro ekonomi dan strategi bertahan hidup.

b. Manfaat pratis, yaitu tulisan ini diharapakan bisa menjadi

refrensi bagi pemerintah, pendidikan, dan masyarakat secara

umum dalam membuat rancangan kebijakan yang tepat dan

baik.

Anda mungkin juga menyukai