Anda di halaman 1dari 39

 Home

 Berita

 Daerah

 Internasional

 Fokus

 Kolom

 Blak blakan

 Pro Kontra

 Infografis

 Foto

 Video

 Indeks

Adsmartnew · Most Popular · Hoax or Not · Suara Pembaca · detikPemilu New ·


detikNews / Opini / Detail Berita

Follow detikcom
Sabtu 21 Maret 2009, 08:50 WIB

https://news.detik.com/opini/d-
1102910/sumber-daya-manusia-pertanian-
dan-pedesaan-
Sumber Daya Manusia Pertanian dan
Pedesaan
- detikNews

Share 0 Tweet Share 0 0 Komentar

Jakarta - Bagi negara-negara berkembang pembangunan pertanian abad 21 selain untuk


mengembangkan sistim pertanian berkelanjutan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang menunjang sistim tersebut. Peningkatan SDM tidak hanya
dibatasi peningkatan produktivitas petani. Namun, juga peningkatan kemampuan petani
untuk lebih berperan dalam proses pembangunan.

Persoalan krusial dalam peningkatan SDM adalah rendahnya partisipasi petani dalam
pengambilan keputusan pembangunan pertanian. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak
adanya suatu organisasi yang memiliki kekuatan politik untuk memperjuangkan kepentingan
petani di forum nasional di negara berkembang.

Peningkatan SDM selain berkaitan dengan peningkatan produktifitas petani juga diarahkan
pada peningkatan partisipasi politik petani dalam setiap proses pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan mereka melalui organisasi petani mandiri. Peran aktif pemerintah
dalam peningkatan SDM petani antara lain melalui reorientasi sistim penyediaan layanan dan
pendanaan sistim informasi pertanian.

Revitasilasi kinerja kelembagaan dan penyuluh pertanian akan memberikan kontribusi positif
bagi peningkatan SDM pertanian. Selain itu pemberian ruang yang cukup untuk sektor swasta
melalui privatiasi penyuluhan juga akan mendorong terciptanya penyediaan layanan
informasi pertanian yang lebih kompetitif, efisien, dan efektif.

Peningkatan SDM petani dan pertanian sangat erat kaitannya dengan upaya pemberdayaan
masyarakat pedesaan\/ community empowerment. Dalam pengertian luas pemberdayaan
merupakan proses memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menjadi pelaku
utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan.

Lingkungan strategis mencakup lingkungan dan mekanisme produksi, ekonomi, sosial, dan
ekologi. Terkait mekanisme produksi pemberdayaan semestinya mendorong petani agar
mampu memanfaatkan sumber daya produksi yang dimilikinya sehingga mampu berproduksi
secara efisien dan menjamin pemenuhan pangan serta memperoleh surplus yang dapat
dipasarkan. Masyarakat umumnya memiliki institusi lokal yang sebenarnya dapat dikaitkan
dengan usaha-usaha kerja sama produktif.

Kegagalan pengorganisasian kelompok masyarakat untuk usaha produksi sering terjadi


karena dalam banyak kasus hal tersebut sering dilatarbelakngi oleh target-target keproyekan.
Umumnya setelah proyek selesai maka kelompok yang terbentuk juga akan bubar. Dalam
studi Subejo dan Iwamoto (2003) diketahui masyarakat lokal di pedesaan Jawa dengan
keterbasan sumber daya produksi telah membangun berbagai institusi pertukaran kerja yang
ternyata sangat efisien dan efektif dan dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama
secara terus menerus.

Terkait dengan mekanisme ekonomi sebenarnya telah banyak upaya untuk menciptakan
institusi ekonomi bertujuan meningkatkan akses petani atau masyarakat terhadap pasar.
Namun, nampaknya kelembagaan ekonomi yang ada belum dapat sepenuhnya memberikan
manfaat secara ekonomi.

Pembentukan koperasi pedesaan pada banyak kasus justru mengalami kegagalan karena tidak
melibatkan masyarakat secara penuh. Idealnya koperasi petani mampu menyediakan
kebutuhan petani baik dalam hal sarana produksi, permodalan, maupun pemasaran produk
yang ada akhirnya memberikan nilai tambah pada petani atau masyarakat sekitar.

Dalam mekanisme ekologi ini mencakup aspek lingkungan sekitar. Termasuk di dalamnya
bagaimana masyarakat diberi kesempatan dan didorong untuk mengelola dan memanfaatkan
sumber daya ekologi-nya secara berkesinambungan. Antara lain infrastuktur (saluran irigasi,
jembatan, jalan, pasar, dan lain-lain), hutan masyarakat, penggembalaan umum, gunung,
sungai, dan lain sebagainya.

Beberapa ahli banyak memberikan kritik bahwa selama ini masyarakat cenderung hanya
dilibatkan sebagai obyek dalam pengelolaan sumber daya ekologi. Mereka jarang sekali
dilibatkan dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pengelolaan sumber daya
ekologi tersebut.

Subejo dan Iwamoto (2003) melaporkan bahwa masyarakat lokal memiliki kearifan dan
kemampuan mengelola sumber daya ekologi. Di daerah pegunungan, di mana fisik ekologi
sangat tidak menguntungkan untuk produksi pertanian, masyarakat lokal telah menciptakan
institusi kerja lokal terkait dengan pengelolaan sumber daya ekologi.

Institusi tersebut antara lain berfungsi dalam pembangunan dan pemeliharaan teras lahan
pertanian serta kolam penampungan air. Tindakan kolektif tersebut memberikan kontribusi
nyata dalam pelestarian sumber daya ekologi dan konservasi lahan.

Masyarakat di Indonesia dikenal sebagai salah satu masyarakat yang mempunyai tradisi
komunitarian sangat kuat (Scott, 1976). Tradisi tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk
hubungan sosial\/ social relationship yang kuat. Transaksi-transaksi ekonomi akan berjalan
dengan lebih efisien jika didukung dengan social relationship yang mantap dan kuat.

Secara umum kemampuan hubungan sosial di pedesaan masih kuat. Sebagai contoh kasus
meskipun di daerah pedesaan yang memiliki mobilitas dan akses tinggi misalnya yang
terletak di pinggiran kota masyarakatnya masih memberikan prioritas yang tinggi terhadap
hubungan sosial pada saat kejadian darurat (kematian, kebakaran, longsor, banjir, dan lain
sebagainya).
Pekerjaan pemeliharaan fasilitas publik, pekerjaan yang terkait dengan permintaan bantuan
(pembangunan rumah, upacara-upacara). Di daerah pegunungan hubungan sosial masih
sangat kuat dan mengakar. Termasuk kesediaan untuk saling membantu dalam pengerjaan
usaha tani dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Bagaimana pun juga membangun SDM pertanian tidak terlepas dari pembangunan dalam
berbagai aspek strategis petani. Yaitu aspek produksi dan ekonomi, sosial, dan ekologi.
Keberhasilan penguatan aspek tersebut yang akan menentukan apakah kualitas SDM
pertanian dan pedesaan akan meningkat nyata atau berjalan di tempat.

https://justkie.wordpress.com/2012/05/15/masalah-dan-faktor-keberhasilan-dalam-usaha-tani/
Masalah dan Faktor Keberhasilan dalam
Usaha Tani
Disusun Oleh :

1. R. Nurieke Adistya A. ( 0810480075 )


2. Rayza Chairuddin ( 0810480077 )
3. Rb. Moh. Nurul Anwar ( 0810480078 )
4. Retik Puji Ayu Sanjaya ( 0810480079 )
5. Reza Ardian Wahyu R. ( 0810480080 )
6. Reza Prakoso D.J. ( 0810480081 )
7. Rini Setyawati ( 0810480083 )
8. Rizal Raditya Putra ( 0810480084 )
9. Rizki Ramadhani ( 0810480085 )
10. Rizky Rachmadi U. ( 0810480086 )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sebagian besar hasil pertanian adalah bahan makanan
terutama beras yang dikonsumsi sendiri dan seluruh hasil perkebunan adalah ekspor. Wilayah
pedesaan yang bercirikan pertanian sebagai basis ekonomi sedangkan wilayah perkotaaan
yang tidak lepas dari aktivitas ekonomi baik yang sifatnya industri, perdagangan maupun jasa
mengalami pertentangan luar biasa di dalam rata-rata pertumbuhan pembangunan. Dengan
kemajuan yang dicapai sektor pertanian tanaman pangan, maka pembangunan sektor industri
yang didukung sektor pertanian juga semakin maju. Terdapat beberapa pengertian Usaha
Tani yaitu :

1. Menurut Bachtiar Rivai (1980) usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan
modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
2. Menurut A.T.Mosher (1966) usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana
seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau
memelihara ternak.
3. Menurut J.P.Makeham dan R.L.Malcolm (1991) usahatani (farm management) adalah
cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dari produksi dalam negeri nampaknya masih
sangat sulit untuk direalisasikan karena kompleksnya kendala dan masalah yang dihadapi
dalam usaha tani untuk mencapai peningkatan produksi. Permasalahan-permasalahan dalam
pengembangan pertanian akhir-akhir ini disadari sebagi faktor yang menentukan keberhasilan
adopsi teknologi di tingkat petani. Diantara berbagai permasalahan yang ada, kelembagaan
merupakan salah satu faktor yang perlu dicermati untuk mengetahui kelembagaan yang perlu
mendapatkan prioritas berkaitan dengan upaya meningkatkan usaha tani. Permasalahan
umum yang dihadapi petani di lahan pertanian cukup kompleks yang mengakibatkan
rendahnya skala produksi dan mutu hasil diperoleh petani

1.2 Rumusan masalah

 Masalah apa saja yang dihadapi dalam usahatani ?


 Faktor – Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan usahatani ?
 Bagaimana solusi masalah yang dihadapi dalam usahatani ?
 Seperti apa contoh masalah yang terjadi di lapangan beserta solusi bagi pelaksana
usahatani ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengindetifikasi permasalahan usahatani di Desa Bayaserta


2. Untuk mengetahui Faktor – Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usahatani
3. Untuk mengetahui alternatif pemecahannya dalam sistem usahtani di Desa Baya,
4. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu berkembangnya sistim agribisnis di
pedesaan dan meningkatnya pendapatan dan kesejateraan petani.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan dalam Usaha Tani

Usahatani merupakan satu-satunya ujung tombak pembangunan nasional yang mempunyai


peran penting. Upaya mewujudkan pembangunan nasional bidang pertanian (agribisnis) masa
mendatang merupakan sejauh mungkin mengatasi masalah dan kendala yang sampai sejauh
ini belum mampu diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih
serius. Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi pertanian (agribisnis)
atau ourput selama ini belum disertai dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan
petani secara signifikan dalam usahataninya. Petani sebagai unit agribisnis terkecil belum
mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai skala usahatani terpadu (integrated farming
system). Oleh karena itu persoalan membangun kelembagaan (institution) di bidang pertanian
dalam pengertian yang luas menjadi semakin penting, agar petani mampu melaksanakan
kegiatan yang tidak hanya menyangkut on farm bussiness saja, akan tetapi juga terkait erat
dengan aspek-aspek off farm agribussinessnya (Tjiptoherijanto, 1996).

Jika ditelaah, walaupun telah melampaui masa-masa kritis krisis ekonomi nasional, saat ini
sedikitnya kita masih melihat beberapa kondisi yang dihadapi dalam usahatani petani kita di
dalam mengembangkan kegiatan usaha produktifnya, yaitu :

 Kecilnya skala Usaha Tani.

Di Indonesia, masih sangat kecil sekali Usaha tani, sehingga menyebabkan kurangnya efisien
produksi. Hal-hal yang harus ditempuh untuk mengatasi hal tersebut yaitu melalui
pendekatan kerja sama kelompok (Adiwilaga, 1982).

 Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani.


Kemampuan petani untuk membiayai usahataninya sangat terbatas sehingga produktivitas
yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam
permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka
dilakukan pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya
rendah (Low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan
pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung dari masyarakat kepada
petani sebagai pembiaayan usaha tani memang sudah sepantasnya terlaksana (Fadholi, 1981).

 Kurangnya Rangsangan.

Perasaan ketidakmerataan dan ketidakadilan akses pelayanan usahatani kepada penggerak


usahatani (access to services) sebagai akibat kurang diperhatikannya rangsangan bagi
penggerak usahatani tersebut dalam tumbuhnya lembaga-lembaga sosial (social capital).
Kurangnya rangsangan menyebabkan tidak adanya rasa percaya diri (self reliances) pada
petani pelaku usahatani akibat kondisi yang dihadapi. Sebaiknya, untuk menghasilkan output
seperti yang diharap, penggerak usahatani seperti petani berhak mendapat pengetahuan atau
rangsangan yang lebih terhadap tumbuhnya lembaga-lembaga yang merupakan salah satu
jalan usahatani dapat berkembang dan berjalan dengan baik (Fadholi, 1981).

 Masalah Transformasi dan Informasi.

Pelayanan publik bagi adaptasi transformasi dan informasi terutama untuk petani pada
kenyataannya sering menunjukkan suasana yang mencemaskan. Di satu pihak memang
terdapat kenaikan produksi, tetapi di lain pihak tidak dapat dihindarkan akan terjadinya
pencemaran lingkungan, yaitu terlemparnya tenaga kerja ke luar sektor pertanian yang tidak
tertampung dan tanpa keahlian dan ketrampilan lain. Dapat juga terjadi ledakan hama
tanaman karena terganggunya keseimbangan lingkungan dan sebagainya akibat dari
kurangnya informasi mengenai hal tersebut. Sedangkan untuk mengatasi masalah
transformasi dan informasi harga karena belum adanya kemitraan, maka diusahakan
pemecahannya melalui temu usaha atau kemitraan antara petani dengan pengusaha yang
bergerak di bidang pertanian serta penanganan pemasaran melalui Sub Terminal Agribisnis
(STA). Khusus untuk pembelian gabah petani sesuai harga dasar setiap tahun dicairkan dana
talangan kepada Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) (Fadholi, 1981).

 Luasan Usaha yang Tidak Menguntungkan.

Secara klasik sering diungkapkan bahwa penyebab utama ketimpangan pendapatan dalam
pertanian adalah ketimpangan pemilikan tanah. Hal ini adalah benar, karena tanah tidak
hanya dihubungkan dengan produksi, tetapi juga mempunyai hubungan yang erat dengan
kelembagaan, seperti bentuk dan birokrasi dan sumber-sumber bantuan teknis, juga pemilikan
tanah mempunyai hubungan dengan kekuasaan baik di tingkat lokal maupun di tingkat yang
lebih tinggi. Luas lahan sawah cendrung berkurang setiap tahunnya akibat adanya alih fungsi
lahan yang besarnya rata-rata 166 Ha per tahun. Pemilikan lahan sawah yang sempit dan
setiap tahunnya yang cendrung mengalami pengurangan maka peningkatan produksi
pertanian dilaksanakan melalui usaha intensifikasi dan diversifikasi pertanian (Fadholi,
1981).

 Belum Mantapnya Sistem dan Pelayanan Penyuluhan.


Peran penyuluh pertanian dalam pembangunan masyarakat pertanian sangatlah diperlukan.
Dalam arti bahwa peran penyuluh pertanian tersebut bersifat ‘back to basic’, yaitu penyuluh
pertanian yang mempunyai peran sebagai konsultan pemandu, fasilitator dan mediator bagi
petani. Dalam perspektif jangka panjang para penyuluh pertanian tidak lagi merupakan
aparatur pemerintah, akan tetapi menjadi milik petani dan lembaganya. Untuk itu maka
secara gradual dibutuhkan pengembangan peran dan posisi penyuluh pertanian yang antara
lain mencakup diantaranya penyedia jasa pendidikan (konsultan) termasuk di dalamnya
konsultan agribisnis, mediator pedesaan, pemberdaya dan pembela petani, petugas
profesional dan mempunyai keahlian spesifik (Fadholi, 1981).

 Lemahnya Tingkat Teknologi.

Produktifitas tenaga kerja yang relatif rendah (productive and remmunerative employment)
merupakan akibat keterbatasan teknologi, keterampilan untuk pengelolaan sumberdaya yang
effisien. Sebaiknya dalam pengembangan komoditas usahatani diperlukan perbaikan dibidang
teknologi. Seperti contoh teknologi budidaya, teknologi penyiapan sarana produksi terutama
pupuk dan obat-obatan serta pemacuan kegiatan diversifikasi usaha yang tentunya didukung
dengan ketersediaan modal (Fadholi, 1981).

 Aspek sosial dan ekonomi, yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani

Permasalahan sosial yang juga menjadi masalah usahatani di Indonesia yaitu masalah-
masalah pembangunan pertanian di negara-negara yang sedang berkembang bukan semata-
mata karena ketidaksiapan petani menerima inovasi, tetapi disebabkan oleh ketidakmampuan
perencana program pembangunan pertanian menyesuaikan program-program itu dengan
kondisi dari petani-petani yang menjadi “klien” dari program-program tersebut. Kemiskinan
adalah suatu konsep yang sangat relatif, sehingga kemiskinan sangat kontekstual. Agar
bantuan menjadi lebih efektif untuk memperkuat perekonomian petani-petani miskin,
pertama-tama haruslah menemukan di mana akar permasalahan itu terletak, disamping akar
permasalahan itu sendiri (Kasryno, 1984).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani

Menurut Fadholi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani


digolongkan menjadi dua, yaitu :

2.2.1. Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri), yang terdiri dari :

 Petani Pengelola

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian,
peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut. Petani tersebut bertanggung jawab tehadap
pengelolaan usahatani yang ia lakukan, apabila petani dapat melakukan pengelolaan secara
baik maka usahatani yang ia lakukan juga dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya.
Pengelolaan usahatani itu juga tergantung dari tingkat pendidikan petani sendiri dan
bagaimana cara ia memanfaatkan berbagai faktor produksi yang ada untuk digunakan secara
efektif dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jadi disini petani berperan
penting sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dari usahatani yang dilakukan.
 Tanah Usahatani

Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani
menentukan pendapatan, taraf hidupnya, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani. Tanah
berkaitan erat dengan keberhasilan usaha tani dan teknologi modern yang dipergunakan.
Untuk mencapai keuntungan usaha tani, kualitas tanah harus ditingkatkan. Hal ini dapat
dicapai dengan cara pengelolaan yang hati-hati dan penggunaan metode terbaik.

Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan,
tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah
sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran
tinggi).

Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:

1. Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin banyak
tanaman makin baik.
2. Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan luas makin baik.
3. Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit pengawetan tanah makin
baik.

 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang di curahkan dalam suatu proses kegiatan untuk
menghasilkan suatu produk. Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di
Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecil-kecilan
(usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang
besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya.

Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri
yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak
berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi
usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga
pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Peran
anggota keluarga tani dalam mengelola kegiatan usahatani bersama dapat mengurangi biaya
pengeluaran untuk membayar tenaga kerja sewa.

Berbeda dengan usahatani dalam skala besar, tenaga kerja memegang peranan yang penting
karena tenga kerja yang ada memiliki skill/keahlian tertentu dan berpendidikan sehingga
mampu menjalankan usahatani yang ada dengan baik, tentu saja dengan seorang pengelola
(manager) yang juga memiliki keahlian dalam mengembangkan usahatani yang ada.

 Modal

Seringkali dijumpai adanya pemilik modal besar yang mampu mengusahakan usahataninya
dengan baik tanpa adanya bantuan kredit dari pihak lain. Golongan pemilik modal yang kuat
ini sering ditemukan pada petani besar, petani kaya dan petani cukupan, petani komersial atau
pada petani sejenisnya. Sebaliknya, tidak demikian halnya pada petani kecil. Golongan petani
yang diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat yaitu petani kecil, petani
miskin, petani tidak cukupan dan petani tidak komersial. Karena itulah mereka memerlukan
kredit usahatani agar mereka mampu mengelola usahataninya dengan baik.

Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui koperasi/KUD dan LSM,
untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi tanaman padi, palawija dan hortikultura.
Kredit program ini dirancang untuk membantu petani yang belum mampu membiayai sendiri
usaha taninya. Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses
secara mudah oleh petani, tanpa agunan dan prosedur yang rumit.

Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering menjual harta
bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai usahataninya itu.

 Tingkat Teknologi

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan
teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru
dalam bidang pertanian. Demikian pula “Revolusi Hijau” mulai tahun 1969/1970 disebabkan
oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding
bibit-bibit yang dikenal sebelumnya.

Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk
menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan
penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani yang dilakukan
dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan
produktivitas yang tinggi.

Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian kadang-kadang


digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama dan sering
dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik
(technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan
unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan
jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula
suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.
Inovasi selalu bersifat baru.

Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya penerimaan petani
terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga
karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun
inovasi.

Teknologi mempunyai sifat sebagai berikut :

a) Tingkat keuntungan relatif dari inovasi tersebut. Semakin tinggi tingkat keuntungan
relatif semakin cepat pula teknologi tersebut diterima oleh masyarakat.

b) Tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Semakin tinggi
tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, semakin cepat pula inovasi
tersebut di terima.
c) Tingkat kerumitan (complexity) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin tinggi
tingkat kerumitan dari inovasi, semakin sulit diterima masyarakat.

d) Tingkat mudah diperagakan (triability) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin
tinggi tingkat kemudahan diperagakan dari inovasi yang akan disebarkan, semakin mudah
inovasi itu diterima masyarakat.

e) Tingkat kemudahan dilihat dari hasilnya (observability). Semakin tinggi tingkat


observability semakin mudah inovasi tersebut diterima oleh masyarakat.

 Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga

Hasil dari usahatani skala keluarga merupakan penerimaan keluarga yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga tersebut dan juga menyambung kembali
keberlangsungan usahatani mereka. Jika seorang petani dapat mengelola penerimaan
usahataninya dengan baik maka kebutuhan keluarganya dan usahataninya dapat tercukupi,
sebaliknya jika tidak mampu mengelola dan mengalokasikan penerimaan keluarga dari hasil
usahatani maka kebutuhannya tidak dapat tercukupi dengan baik.

 Jumlah Keluarga

Jumlah keluarga berhubungan dengan banyak sedikitnya potensi tenaga kerja yang tersedia di
dalam keluarga. Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari
keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak
petani. Semakin banyak jumlah keluarga produktif yang mampu membantu usahatani maka
biaya tenaga kerja pun semakin banyak berkurang. Dan biaya tersebut dapat dialokasikan
untuk keperluan lain.

2.2.2. Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani), antara lain :

 Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi dalam usahatani tentu saja sangat membantu dan mempengaruhi
keberhasilan usahatani, misalnya dalam proses pengangkutan saprodi dan alat-alat pertanian,
begitu juga dengan distribusi hasil pertanian ke wilayah-wilayah tujuan pemasaran hasil
tersebut, tanpa adanya transportasi maka proses pengangkutan dan distribusi akan mengalami
kesulitan.

Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi sosial dan
komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani dan
masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani, mengembangkan pola
kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan kemampuan dari aspek
budidaya dan aspek agribisnis secaa keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan
terhadap seluruh komponen termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan
swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang
mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal
karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.

 Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan Usahatani


(harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)
Harga hasil produksi usahatani mempengaruhi keuntungan yang didapat, semakin tinggi hasil
produksi dan semakin mahal harganya maka keuntungan dari usahatani pun semakin tinggi
pula, namun harga saprodi juga mempengaruhi penerimaan hasil secara keseluruhan Karena
harga saprodi merupakan modal utama dalam berusahatani entah itu harga alat-alat pertanian,
bahan-bahan utama seperti benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan dan sebagainya. Maka
perhitungan, analisis dan pengelolaan/pengalokasian dana yang baik akan mempengaruhi
hasil yang didapat dalam berushatani.

 Fasilitas Kredit

Kredit adalah modal pertanian yang yang diperoleh dari pinjaman. Pentingnya peranan kredit
disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif memang modal merupakan faktor produksi
non-alami (buatan manusia) yang persediannya masih sangat terbatas terutama di negara-
negara yang sedang berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk
memperluas tanah pertanian.

Perlunya fasilitas kredit :

ü Pemberian kredit usahatani dengan bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani
melakukan inovasi-inovasi dalam usahataninya.

ü Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yang mendorong petani untuk menggunakan secara
produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti.

ü Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan perangsang untuk
menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan
produksi

ü Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada kredit
usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian tetapi harus pula mencakup
kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).

Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada di Indonesia bagi masyarakat tani dapat
digolongkan sebagia berikut :

ü Bank yang meliputi Bank Desa, Lumbung Desa dan Bank Rakyat Indonesia

ü Perusahaan Negara Pegadaian

ü Koperasi-Koperasi Desa dan Koperasi Pertanian (Koperta)

Dengan adanya fasilitas kredit dari pemerintah kepada para petani maka diharapkan usahatani
dapat terus dilakukan dan dikembangkan tanpa adanya kesulitan modal tapi dengan kredit
bunga ringan.

 Sarana Penyuluhan Bagi Petani

Penyuluh memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan informasi tentang
cara bertani atau teknologi baru untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan
kesejahteraannya. Selain itu, penyuluh juga memberikan pendidikan dan bimbingan yang
kontinyu kepada petani.

Dalam proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi pada masyarakat, penyuluh
berfungsi sebagai pemrakarsa yang tugas utamanya membawa gagasan-gagasan baru.
Beberapa peranan yang harus dilakukan penyuluh agar proses peningkatan teknologi dan
penyebaran inovasi dapat berjalan efektif adalah :

a) Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah.

b) Membangun hubungan untuk perubahan. Hubungan ini tentunya harus terbina diantara
sasaran perubahan (klien) dan penyuluh.

c) Diagnosa dan penjelasan masalah yang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala dari masalah
yang dihadapi haruslah diketahui dan dirumuskan menjadi maslah bersama sasaran
perubahan.

d) Mencari alterntif pemecahan masalah. Selain itu tujuan dari perubahan harus juga
ditetapkan dan tekad untuk bertindak harus ditumbuhkan.

e) Mengorganisasikan dan menggerakkan masyarakat ke arah perubahan.

f) Perluasan dan pemantapan perubahan.

g) Memutuskan hubungan antara klien dan penyuluh untuk perubahan itu. Hal itu
diperlukan untuk mencegah timbulnya sikap kertergantungan masyarakat pada penyuluh

Penyuluh disini bersifat membantu agar kebutuhan informasi yang berhubungan dengan
pertanian dapat tesalurkan dengan baik ke petani-petani, serta untuk meningkatkan teknologi
dan inovasi petani tradisional menjadi lebih modern.

Menurut Soekartawi (2002), untuk mendukung keberhasilan pengembangan dan


pembangunan petani, aspek yang akan berperan adalah :

1. Aspek sumberdaya (faktor produksi)


2. Aspek kelembagaan
3. Aspek penunjang pembangunan pertanian

Bila uraian tersebut di atas dikaji/ditelaah lebih mendalam, maka keberhasilan usahatani tidak
terlepas dari :

1. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang terdiri dari :

 Pasaran untuk hasil-hasil usahatani


 Teknologi yang selalu berubah
 Tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local
 Perangsang produksi bagi para petani
 Pengangkutan (transportasi)

2. Faktor pelancar pembangunan pertanian, yang terdiri dari :


 Pendidikan pembangunan
 Kredit produksi
 Kegiatan gotong royong oleh para petani
 Perbaikan dan perluasan tanah/lahan pertanian
 Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanain

(Mosher, 1965)

2.3 Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai Masalah dalam Usaha Tani dan
Solusinya.

Sebagian dari wilayah Kabupaten Lombok Timur tepatnya di Kecamatan Sembalun yang
terletak di sekitar kaki Gunung Rinjani termasuk zone agroekologi lahan kering dataran
tinggi dengan ketinggian antara 700 – 1300 mdpl. Mengingat kondisi tersebut maka
kendala yang sering dihadapi oleh petani di wilayah tersebut adalah aspek sosial ekonomi
usahatani tanaman padi, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dikaji lebih jauh dan
bagaimana upaya atau solusi pemecahannya. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui
kendala sosial ekonomi dan upaya pemecahannya. Kendala sosial ekonomi usahatani padi
yang terjadi antara lain yaitu :

1. Biaya pengolahan tanah usahatani padi relatif mahal.

Pengolahan tanah di desa Sajang dilakukan dengan menggunakan tenaga ternak sapi. Biaya
pengolahan tanah relatif mahal yaitu mencapai Rp 50.000/pasang/hari. Untuk membajak
lahan 1 ha membutuhkan 6 pasang sapi selama 2 (dua) hari. Sehingga apabila ditotal maka
jumlah biaya pengolahan tanah untuk lahan 1 ha sebesar Rp 600.000 belum termasuk biaya
makan dan minum. Tiap satu pasang sapi minimal membutuhkan 2 (dua) orang tenaga
manusia. Tingginya biaya pengolahan tanah disebabkan semakin terbatasnya tenaga kerja
ternak sapi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka alternatif pemecahan masalah
adalah pola kemitraan sapi dengan pola kadasan kepada penggarap sekaligus dapat digunakan
sebagai tenaga olah tanah.

1. Biaya modal usaha relatif tinggi.

Modal usaha petani untuk tanaman pangan diketahui relatif sangat terbatas. Keterbatasan
modal tersebut menyebabkan petani meminjam modal kepada rentenir, bank rontok (pelepas
uang) dan pengijon. Petani tidak mempunyai akses kepada lembaga keuangan baik lembaga
formal maupun non formal. Lembaga keuangan non formal pedesaan seperti koperasi tani,
koperasi simpan pinjam, dan sebagainya masih belum ada. Lembaga keuangan formal yang
memberikan skim kredit pertanian kepada petani juga belum ada. Keadaan tersebut dengan
terpaksa petani harus mengambil kredit kepada rentenir dan pelepas uang untuk modal
usahataninya meskipun dengan bunga yang tinggi. Akibatnya biaya modal usaha relatif
tinggi.

Salah satu solusi masalah tersebut adalah membangun kelembagaan non formal dari
kelompok yang sudah ada dengan kesepakatan atau sebagai dasar untuk mengikat para
petani untuk andil dalam pengembangan modal usaha.

1. Ketersediaan informasi alternatif usahatani yang menguntungkan relatif terbatas.


Secara umum petani tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan usahatani
pangan yang menguntungkan. Hal tersebut disebabkan karena ketersediaan informasi
alternatif usahatani tanaman pangan yang menguntungkan relatif terbatas. Keterbatasan
tersebut disebabkan oleh kemampuan petani, informasi inovasi dan perencanaan pola tanam
pada usahatani tanaman pangan yang lemah. Peluang pengembangan tanaman pangan dengan
memanfaatkan sumberdaya air hujan yang terbatas melalui penerapan pola tanam belum
dimanfaatkan petani. Akibatnya strategi ketahanan pangan rumahtangga petani sangat lemah.

Solusi menghadapi permasalaha tersebuut yaitu dengan membangun lembaga pendataan


bisnis pertanian di pedesaan sehingga dengan adanya lembaga ini dapat menyiapkan segala
informasi yang dibutuhkan oleh petani.

1. Biaya transportasi komoditi pertanian dan input relatif mahal.

Biaya pemasaran hasil komoditi pertanian relatif mahal. Tingginya biaya pemasaran ini
disebabkan ketersediaan jalan usahatani sangat terbatas. Kondisi jalan desa sebagian besar
rusak, sarana transportasi relatif terbatas. Prasarana dan saranan transportasi yang terbatas
menyebabkan biaya angkut saprodi dan hasil usahatani relatif mahal. Sementara sarana pasar
desa yang dapat meningkatkan dinamika pemasaran hasil pertanian belum tersedia. Sarana
produksi di kota kecamatan Sembalun. Demikian halnya hasil pertanian dari desa Sajang
sebagian besar dijual ke pasar kecamatan Sembalun. Biaya angkut saprodi maupun hasil
pertanian bervariasi antara Rp 5.000 – Rp 10.000/kw tergantung jarak tempuh. Sedangkan
biaya angkut input dari rumah ke lahan usahatani dan biaya angkut hasil pertanian dari lahan
ke rumah rata-rata Rp. 5.000/kw.

Langkah untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan membangun jalan usahatani dari
hutan cadangan pangan (HCP) ke desa sehingga biaya angkut hasil pertanian dapat ditekan
dan harga jual hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya jalan pintas tersebut.

1. Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas.

Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas. Hal ini
disebabkan prosedur yang sulit dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani sehingga
tidak ada jaminan yang dapat digunakan sebagai agunan untuk meminjam uang di bank.
Selain itu kepercayaan bank kepada petani relatif rendah. Hal ini disebabkan adanya sebagian
petani yang menganggap apabila diberi pinjaman pemerintah maka pinjaman tersebut
dianggap sebagai pemberian yang tidak harus dikembalikan.

Untuk mengatasi anggapan petani tersebut adalah dengan menumbuh-kembangkan inovasi


modal sosial. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan mengakses lembaga keuangan formal
maka alternatif pemecahannya adalah dengan membangun kelembagaan non formal di
pedesaan.

2.4 Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai keberhasilan dalam Usahatani

Desa Junrejo Kabupaten Malang terdapat seseorang yang merintis usahanya dalam
bidang pertanian mulai dari posisi yang sangat bawah. Kebanyakan orang usaha dalam
pertanaian hanya memandang bahwa, saat kita menjadi buruh tani maka selamanya akan
menjadi buruh tani. Namun hal itu tidak terjadi pada Pak Badu, beliau merintis usahanya
dengan memulai menjadi buruh tani bagi tuannya. Uang hasil jerih payahnya disisihkan
sedikit demi sedikit sehingga beliau mulai membeli sepetak tanah hanya luasan yang sangat
kecil. Namun dengan berjalannya waktu dia tidak lagi menjadi buruh tani, melainkan menjadi
petani yang sukses. Beliau saat ini memeliki tanah seluas lebih dari satu hektar. Beliau saat
ini memiliki komoditas yang bermacam – macam dan dengan berkala dia menjualnya di
pasar Batu. Hal ini juga didorong dari kemajuan teknologi yang mendorong semakin
meningkatkan keuntungannya. Keberhasilannya juga tidak lepas dari dorongan keluarganya.

BAB III

KESIMPULAN

1. Permasalahan dalam Usaha Tani

 Kecilnya skala Usaha Tani.


 Kurangnya Rangsangan
 Aspek sosial dan ekonomi, yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani

 Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani

 Masalah Transformasi dan Informasi


 Luasan Usaha yang Tidak Menguntungkan
 Belum Mantapnya Sistem dan Pelayanan Penyuluhan
 Lemahnya Tingkat Teknologi

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani

2.1. Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri)

 Petani Pengelola
 Tanah Usahatani
 Tenaga Kerja
 Modal
 Tingkat Teknologi
 Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga
 Jumlah Keluarga

2.2. Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani)

 Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi

 Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan Usahatani (harga


hasil, harga saprodi dan lain-lain)
 Fasilitas Kredit
 Sarana Penyuluhan Bagi Petani

DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, Anwas. 1982. Ilmu Usahatani. Bandung : Penerbit Alumni.

Fadholi, Hermanto. 1981. Bahan Bacaan Pengantar Ekonomi Pertanian. Bogor : Pendidikan
Guru Kejuruan Pertanian Fakultas Politeknik Pertanian Bogor

Kasryno, Faisal. 1984. Prospek Pengembangan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta :


Yayaysan Obor Indonesia.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Raja
Grafindo Persada. Jakarta

Tjiptoherijanto, Prijono, 1996. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional.


Jakarta : Lembag

Smile! You’re at the best WordPress.com site ever


Search...

lindasetia924

 Beranda
 About

https://lindasetia924.wordpress.com/2012/1
0/16/usahatani/
USAHATANI
16 Okt

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH USAHATANI
“Definisi Usahatani, Pertanian, Agribisnis, Karakteristik Pertanian, Transformasi Pertanian,
dan Perbedaan Antara Agribisnis dengan Usahatani”
Kelompok 6:
Linda Epariyani Setia N. 115040101111017
Miftahul Handika S. 115040101111074
Kukuh Budi Santoso 115040113111001
M. Rizal Maula Rifada 115040101111056
Ksatria Agung C. 115040100111182

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

USAHA TANI
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana
membbuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian,
perikanan atau peternakan. Menurut Soekartawi (2002), usahatani pada hakekatnya adalah
perusahaan, maka seorang petani atau produsen sebelum mengelola usahataninya akan
mempertimbangkan antara biaya dan pendapatan, dengan cara mengalokasikan sumberdaya
yang ada secara efektif dan efisien, guna memperoleh keuntangan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang
mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya
tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
Dalam melakukan analisis usahatani ini, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan
untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis
usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan
mengetahui atau meneliti (Soekartawi, 2002):
a. Keunggulan komparatif (comparative advantage)
b. Kenaikan hasil yang semakin menurun (low of diminishing returns)
c. Substitusi (substitution effect)
d. Pengeluaran biaya usahatani (farm expenditure)
e. Biaya yang diluangkan (opportunity cost)
f. Pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan)
g. Buku timbang tujuan (good trade off)
Usahatani pada skala yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tingi, manajemennya
modrn, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya skala usahatani kecil umumnya bermodal
pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani seerhana dan sifat usahanya sub
sisten, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan
sehari-hari.
Usahatani juga merupakan sebagian kecil dari kegiatan di permukaan bumi dimana seorang
petani, sebuah keluarga atau manajer yang di gaji bercocok tanam atau memelihara ternak.
Petani yang berusaha tadi sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang
petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani
meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan untuk menciptakan
keluaran adalah usahatani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. (Soekartawi,
2002).
Pengelolaan usahatani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu
keuntungan, usahatani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usahatani yang
efisien adalah usahatani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai kalau manajemen
pertaniaannya baik. Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi dua kelompok:
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih,
varietas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan,
status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya (Soekartawi, 2000)
Dalam usahatani modal merupakan barang ekonomi yang digunakan untuk memperoleh
pendapatan dan untuk mempertahankan pendapatan keluarga tani. Menurut Mubyarto, modal
adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lain (tanah + tenaga kerja)
menghasilkan barang-barang yaitu berupa hasil pertanian 9Mubyarto, 1999). Soekartawi
mengelompokkan modal menjadi dua golongan, yaitu:
a. Barang yang tidak habis dalam sekali produksi misal peralatan pertanian, bangunan, yang
dihitung biaya perawatan dan penyusutan selama 1 tahun
b. Barang yang langsung habis dalam proses produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan
sebagainya. (Soekartawi, 1995)

 Manajemen Usahatani
Perencanaan
Perencanaan usahatani disusun berdasarkan pengalaman dan evaluasi faktor-faktor tetap yg
menentukan(jumlah uang yang tersedia, Konsumsi atau komersial, jumlah tenaga yang
tersedia,tanah dan iklim). Manusia tidak dapat berbuat banyak terhadap tanah dan iklim
sehingga langkah dalam pendekatan sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan tanah berapa bagian yg ditanami padi, kedelai, ternak, ikan dan lain-
lain.
b. Menyususn rencana tanaman dengan syarat:
– Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.
– Saling mendukung satu sama lain, sehingga dapat memanfaatkan penggunaan alat alat
pertanian dan tenaga kerja.
– Menggunakan tenaga kerja keluarga dengan efesien.
– permintaan pasar bagi usahatani yang bertujuan menjual hasilnya kepasar.
c. Perencanaan ternak; ternak dapat mengubah hasil tanaman menjadi makanan berkadar
protein tinggi melalui hasilnya yg berupa daging,susu,telur dqn lain lain. Ternak dapat
berfungsi sebagai tenaga kerja.
d. Perencanaan tenaga kerja dan alat alat pertanian .Pada waktu waktu kapan tenaga kerja dan
alat alat pertanian banyak/sering atau kurang diperlukan.Untuk usahatani yg luas,lebih mudah
mengkombinasikan tenaga kerja dan alat alat pertanian.
e. Perencanaan biaya, Anggaran/biaya usahatani terdiri dari taksiran pengeluaran total dan
taksiran penerimaan total yg disusun untuk jangka waktu pendek atau panjang.

Tujuan anggaran/biaya:
– Memberikan dasar dasar untuk perbaikan usahatani.
– Berfungsi sebagai peringatan atau penelitian rencana usaha.
Perencanaan dituangkan dalam bentuk rencana usaha anggota,rencana usaha kelompok dan
rencana usaha bersama.
Pengaturan
Pada umumnya petani telah tahu bagaimana memeperkecil resiko usahataninya yaitu dengan
jalan mengusahakan beberapa cabang usaha lebih dari satu macam. Tanaman dan berbagai
jenis ternak seperti sapi,unggas dan sebagainya. Hal ini memperbaiki pendapatan musiman
dan distribusi tenaga kerja sepanjang tahun. Keuntungan lain adalah perbaikan
tanah,pencegahan hama dan penyakit dan sebagainya. Untuk membantu setiap petani dalam
rangka pengaturan gunakan langkah langkah sebagai berikut:
a. Teliti kondisi usaha tani .petani mencatat dimana ,bagimana dan kapan tanaman yang
bermacammacam diusahakan.bagaimana cara cara pengusahaan ternak.
b. Variasi dalam besarnya laba Mengatur penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja.
Beberapa tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga kerja dan tempat. Beberapa
tanaman bersifat cocok untuk ditanam bersama sama dan beberapa bersifat untuk ditanam
saling menyusul. Pengaturan uang tunai yg digunakan untuk usaha baik modal sendiri
maupun kredit. Hal ini dapat untukmembandingkan keuntungan dari berbagaimacam
kombinasi tanaman.
c. Perubahan dalam factor factor social ekonomi petani,kelompok tani dan gabungan
kelompoktani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan kesibukan kesibukan
masyarakat,seperti perbaikan irigasi,drainase,dan sebagainya. Perubahan factor tata
niaga,harga dan lainnya.
d. Analisa data input output pada cabang usahatani petani/kelompoktani/gapoktan diharuskan
mempunyai catatanj input output.cara mencatat input output ini dijelaskan dalam bab yang
lain.
e. Pembagian tugas dalam kelompok/gabungan kelompok dalamorganesasi
kelompok/gapoktan perlu dibuatkan seksi seksi,sekertaris dan bendahara. Seksi bertugas
dalam menjalankan salah satu kegiatan dari kelompok/gabungan kelompok seperti seksi
pemasaran, seksi sarana produksi, seksi simpan pinjam dan lainnya. Seketaqris bertugas
menjalankan fungsi administrasi kelompok dan nbendahara bertugas menjalankan
pembukuan keungan kelompok/gapoktan, cara pencatatan administrasi dan pembukuan
keuangan dijelaskan dalam bab yang lain.
Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usahataninya memimpin pelaksanaan kegiatan untuk
usahataninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari keluarga. Sebagai seorang manager
menggerakkan tenaga memperlancar proses produksi tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh
pelaksanaan kegiatan usahatani tersebut. Ketua kelompoktani/gapoktan sebagai manager
dalam kelompoknya memimpin pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan dibantu oleh
seluruh pengurus sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan administrasi
dan Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan kelompok. Dalam
prosesproduksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan seperti serangan
hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan kelompok/gapoktan untuk bersama sama
menanggulanginya. Dalam pengambilan keputusan pilihan yang dipilih adalah alternative yg
dapat memberikan keuntungan yg paling menyenangkan sesuai dengan input yang tersedia
serta kemungkinan resiko yg timbul akibat pilihan tadi. Jadi sekali keputusan diambil,maka
pilihan tadi harus dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko yang timbul.Degan dasar
pengalaman masa lalu,maka keputusan yang diambil diharapkan akan membuahkan
keberuntungan.
Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yg telah dilaksanakan tersebut
dapat memenuhi sasaran sasaran yang telah dibuat atau belum. Apakah teerjadi
penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan tersebut,apakah ada faktor-faktor yang tidak
dapat dikontrol dalam proses produksi. Di dalam control perlu diciptakan system control
yang tetap terhadap rencana yg dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan tehadap
kegiatan usaha tani. Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang direncanakan.
Dengan cara ini maka dalam system manajemen yg benar selalu ada umpan balik dari control
kea rah rencaana yg telah dipilih berdasarkan informasi informasi baru. Pencatatan data
dalam suatu pembukuaan adalah salah satu system control yg perlu dilaksanakan untuk
dipakai sebagaai umpan balik yg berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis dapat diibaratkan
seperti kapal tanpa kompas. Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan agar usahatani
dapat berhasil dengaan baik.
 Profil Usahatani
Profil usaha tani hendaknya merupakan usaha tani yang berskala ekonomis (economy of
scale), padat modal, serta berorientasi pasar dengan tehnologi baru yang semakin
menguntungkan. Penanganan yang terpadu intensif terhadap hubungan yang melembaga
antara perusahaan besar dan kecil memberikan peluang kepada pesatnya perkembangan profil
usaha tani dimaksud. Perlu dirumuskan pola kemitraan yang saling membutuhkan dan
menguntungkan antara agribisnis skala kecil, sedang dan skala ekonomi yang lebih efisien.
Pengembangan sentra produksi pertanian yang didasarkan atas pengembangan pola usaha tani
dengan komoditas utama sesuai dengan keunggulan komparatif, disertai oleh strategi
pengembangan komplek industri hilir di sentra produksi usaha tani yaitu berkembangnya
usaha tani yang dikelola dengan prinsip komersil dan terkait dengan industri pengolahan.
Profil usaha tani yang akan berkembang di masa datang yang memberikan indikasi tentang
kualifikasi umum yang perlu dimiliki oleh petani yaitu:
a. Menjalankan usahanya atas dasar permintaan pasar yang tersedia, inovasi, peluang pasar,
asas skala ekonomi dan resiko merupakan aspek-aspek yang melekat pada usaha yang
berorientasi pasar sehingga kemampuan-kemampuan yang menyangkut aspek-aspek tersebut
sangat perlu dimiliki dan dikembangkan di kalangan petani.
b. Mempunyai kemampuan bekerjasama dalam skala ekonomi yang menguntungkan dan
efisien diantara sesama maupun antar petani dengan pengusaha agroindustri.
c. Usaha yang dilakukan berorientasi pada pelesterian sumber daya alam sehingga
kesinambungan pembangunan pertanian dapat diwujudkan.
d. Berkemampuan mengadaptasi diri dengan pengetahuan dan keterampilan baru di luar
bidang pertanian maupun bidang agroindustri sehingga menambah mobilitas penduduk
pedesaan dalam mengisi kesempatan kerja dan berusaha yang terbuka di pedesaan maupun
perkotaan.
Golongan yang paling potensil untuk memilki kualifikasi demikian adalah para pemuda tani
yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari orang tua mereka. Dalam jangka
pendek dan menengah para petani muda, petani maju dan kontak tani andalan berpotensi
nyata untuk mengadakan perubahan nyata dalam struktur sosial ekonomi.
Untuk mengidentifikasi kualifikasi petani maka ada beberapa indikator perilaku MUKIBAT,
yaitu komponen perilaku sebagai berikut:
a. Mental produktif, yaitu kondisi mental produktif karena mempunyai wawasan, pola pikir,
sikap, semangat dan keuletan dalam melaksanakan usaha agribisnis.
b. Usahawan, yaitu wira usaha yang mempunyai kekuatan, keberanian untuk mengambil
resiko karena terpanggil dan mampu menciptakan dan mengembangkan usaha dengan
tindakan investasi.
c. Kreatif, yaitu mempunyai daya kreasi untuk selalu mengembangkan dinamika yang
tanggap terhadap setiap tantangan, ancaman dan hambatan serta bernaluri tinggi dalam
memanfaatkan setiap peluang yang timbul di sekelilingnya.
d. Inovatif, yaitu mempunyai kemampuan untuk selalu melakukan pembaharuan dalam
rangka pengembangan usaha agribisnis yang efisien, berkualitas dan berkesinambungan.
e. Bina-benah, yaitu mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu melakukan pembenahan
dan pembinaan dengan menerapkan jurus operasional dan menciptakan kondisi strategis
dalam menggerakkan sistem agribisnis.
f. Arsitek, yaitu mempunyai kemampuan dalam merekayasa dan merancang bangun sistem
agribisnis agar menjadi suatu sistem yang tersusun sehingga secara teknik efektif, secara
ekonomis efisien dan kompetitif, serta secara sosial diinginkan.
g. Tehnologi tepat guna, yaitu mempunyai kemampuan untuk memilih tehnologi yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan agribisnis.
PERTANIAN
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang termasuk dalam
pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta
pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan
mokrorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan kejudan
tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup
pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak
masa colonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan,
karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sanngat penting dalam menentukan pembentukan
berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan
pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatbudidayakan jenis
tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim. Usaha pertanian diberi nama khusus untuk
subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya
pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan
menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan
amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan
(termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan
berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber
daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-
dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan
efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif
(intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai
agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang
demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan
pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan. Sisi pertanian industrial yang
memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik atau
permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan
pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya,
pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian
industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
“ideologi” pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian
ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan
berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya
untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya. Sebagai suatu usaha, pertanian
memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi
memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan
makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu
serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern
(misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian
besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
 Kontribusi sektor pertanian di Indonesia
Sektor pertanian memiliki empat kontribusi penting bagi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi nasional, diantaranya:
a. Kontribusi faktor produksi : menyebabkan turunnya peranan pertanian di pembangunan
ekonomi yang akan berpengaruh terhadap transfer surplus modal dari sektor pertanian ke
sektor lain.
Tenaga kerja dan Modal merupakan dua faktor produksi yang dapat dialihkan ke sektor lain
tanpa mengurangi volume produksi pertanian.
Di Indonesia hubungan investasi antara sektor pertanian dan sektor non pertanian harus
ditingkatkan agar dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri.
Untuk dapat merealisasikan hal ini , harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke
sektor lain. hal ini juga tergantung kepada faktor penawaran yaitu teknologi, infrastruktur dan
sumber daya manusia dan juga faktor permintaan seperti nilai tukar produk pertanian dan non
pertanian baik di pasar domestik dan luar negeri. Petani juga harus net savers, pengeluaran
konsumsi oleh petani investasi sektor pertanian.
b. Kontribusi devisa : ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan
produk impor akan menjadi sumber penting bagi surplus Neraca Perdagangan.
Kontribusi devisa oleh sektor pertanian secara langsung yaitu melaui ekspor produk pertanian
dan mengurangi impor. Sedangkan secara tidak langsung dapat melalui peningkatan ekspor
dan pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan, minuman, dll.
c. Kontribusi Produk
Dalam sistem ekonomi terbuka, kontribusi produk dari sektor pertanian dapat melalui pasar
atau pun produksi dengan sektor lain diluar sektor pertanian.
Dari segi pasar, Indonesia lebih di dominasi oleh produk pertanian Import, seperti buah, beras
, bahkan daging.
Sedangkan dari segi produksi, beberapa industri kelapa sawit dan rotan di Indonesia
mengalami kesulitan mencari bahan baku karena sebagian besar bahan baku tersebut di jual
ke luar negeri dengan harga yang lebih tinggi.
d. Kontribusi Pasar
Sektor pertanian turut berperan dalam pertumbuhan pasar domestik produk non pertanian
,misalnya pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk
konsumsi (makanan, pakaian).
Keberhasilan kontribusi pasar dari sektor pertanian ke sektor non pertanian bergantung
kepada pengaruh keterbukaan ekonomi dan jenis teknologi sektor pertanian .
Keterbukaan ekonomi membuat produk impor turut bersaing di pasar sektor non pertanian
sehingga konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi di sektor
non pertanian. Selain itu, semakin modern teknologi yang digunakan oleh sektor pertanian
maka akan semakin tinggi juga demand produk industri non pertanian.
Kontribusi produk dan kontribusi devisa juga dapat mengalami kontradiksi ketika
peningkatan ekspor produk pertanian menyebabkan suplai dalam negari kurang dan disuplai
dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negatif terhadap pasokan
pasar dalam negeri. Untuk mencegah hal tersebut terjadi harus diimbangi dengan peningkatan
kapasitas produksi serta peningkatan daya saing produk-produk pertanian.

 Upaya membangun pertanian yang tangguh

Permasalahan Pokok yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah berupa akses modal atau
investasi yang dimiliki oleh para petani. Masalah tersebut menyebabkan petani tidak mampu
memanfaatkan berbagai sarana produksi unggul termasuk kemajuan teknologi yang dapat
meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.
Investasi di bidang pertanian yang mesti diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat petani adalah hal yang penting. Dengan demikian, perlu dilakukan reorientasi
kebijakan karena sampai saat ini pembangunan di sektor pertanian masih banyak yang belum
menjangkau khususnya petani kecil. Kebijakan baik investasi maupun subsidi dan
pembiayaan petani perlu dirumuskan kembali agar lebih berpihak kepada petani kecil untuk
dapat meningkatkan kesejahteraannya. Subsidi yang diharapkan adalah yang mengarah pada
subsidi output, bukan pada subsidi input seperti sekarang yang dilakukan oleh pemerintah.
Investasi mengandung arti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan stok barang modal. Investasi disektor pertanian memiliki peluang untuk
ditingkatkan dengan berbagai alasan, diantaranya adalah:
a. sektor pertanian akan terus tumbuh
b. Kekayaan SDA yang dimiliki
c. Pasar pertanian yang terus dan akan tumbuh baik domestik ataupun internasional yang
akan memberikan insentif bagi para pelaku ekonominya, terutama jika dilihat Indonesia
sebagai produsen produk 4 F (food, feed, fuel, dan fiber).
Upaya peningkatan investasi di sektor pertanian terutama diarahkan pada pembiayaan dan
perbaikan/pembangunan infrastruktur untuk mendorong peningkatan produksi dalam negeri,
adalah suatu keharusan. Demikian pula penyaluran subsidi hendaknya menjadi perhatian
yang serius, karena subsidi ini rentan terhadap penyelewengan-penyelewangan akibat
tingginya moral hazard.

AGRIBISNIS
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik
di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan “hulu” dan “hilir” mengacu pada pandangan
pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis,
dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai
subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran.
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan agribisnis bahkan
dimungkinkan akan menjadi leading sector dalam pembangunan nasional. Potensi agribisnis
tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Dalam Pembentukan Produk Domestik bruto , sektor agribisnis merupakan penyumbang
nilai tambah (value added) terbesar dalam perekonomian nasional, diperkirakan sebesar 45
persen total nilai tambah.
b. Sektor agrbisnis merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar diperkirakan
sebesar 74 persen total penyerapan tenaga kerja nasional.
c. Sektor agribisnis juga berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis dalam penciptaan
ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan
sosial (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan
nasional (national security).
d. Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource based industry. Tidak ada satupun negara
di dunia seperti Indonesia yang kaya dan beraneka sumberdaya pertanian secara alami
(endowment factor). Kenyataan telah menunjukkan bahwa di pasar internasional hanya
industri yang berbasiskan sumberdaya yang mempunyai keunggulan komparatif dan
mempunyai konstribusi terhadap ekspor terbesar, maka dengan demikian pengembangan
agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.
e. Kegiatan agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan kebelakang (backward dan
forward linkages) yang sangat besar. Kegiatan agribisnis (dengan besarnya keterkaitan ke
depan dan ke belakang) jika dampaknya dihitung berdasarkan impact multiplier secara
langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian diramalkan akan sangat besar.
f. Dalam era globalisasi perubahan selera konsumen terhadap barang-barang konsumsi
pangan diramalkan akan berubah menjadi cepat saji dan pasar untuk produksi hasil pertanian
diramalkan pula terjadi pergeseran dari pasar tradisional menjadi model Kentucky. Dengan
demikian agroindustri akan menjadi kegiatan bisnis yang paling attraktif.
g. Produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi
pendapatan seseorang makin terbuka pasar bagi produk agroindustri.
h. Kegiatan agribisnis umumnya menggunakan input yang bersifat renewable, sehingga
pengembangannya melalui agroindustri tidak hanya memberikan nilai tambah namun juga
dapat menghindari pengurasan sumberdaya sehingga lebih menjamin.
i. Teknologi agribisnis sangat fleksibel yang dapat dikembangkan dalam padat modal ataupun
padat tenaga kerja, dari manejement sederhana sampai canggih, dari skala kecil sampai besar.
Sehingga Indonesia yang penduduknya sangat banyak dan padat, maka dalam
pengembangannya dimungkinkan oleh berbagai segmen usaha.
j. Indonesia punya sumberdaya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian
umumnya mudah busuk, banyak makan tempat, dan musiman. Sehingga dalam era
globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengkonsumsi nabati alami setiap saat,
dengan kualitas tinggi dan tidak busuk dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan
dominan.

 Sistem Agribisnis
Secara konspsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilakan oleh
usaha tani dan agroindustriyang saling terkait satu sama lain. Sistem agribisnis merupakan
suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan
komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai
masalah dan tantangan.
Sistem Agribisnis merupakan suatu system yang terdiri dari beberapa subsistem, diantaranya
:
a. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) (off-farm)
Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan
perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan),
dan industri benih/bibit.
Contoh:
– Industri pembibitan tumbuhan dan hewan
– Industri agrokimia (pupuk,pestisida,obatobatan)
– Industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta industri pendukungnya
b. Subsistem produksi/usahatani (on-farm agribusiness)
Kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem
agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem
usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-
obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan. Misalnya
usaha tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, tanaman obat, peternakan, perikanan,
dan kehutanan.
c. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) (off-farm)
Berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan,
baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik
maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis
hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman,
industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri
farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Misalnya
produk makanan dan minuman, industri serat alam, industri biofarmaka, Industri agro-wisata
dan estetika
d. Subsistem lembaga penunjang (off-farm)
Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga
penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga
pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang,
serta kebijakan lainnya). Misalnya distribusi, koonsumsi, promosi, dan informasi pasar.

 Lingkup kegiatan Agribisnis


1. Pertanian
Pertanian dalam arti luas adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-
roduk agroindustri dengtan cara memanfaatkan sumberdaya tumbuhan dan hewan.
Pemanfaatan sumberdaya ini terutama berarti budi daya (cultivation, atau untuk ternak:
raising). Sedangkan pertanian dalam arti sempit adalah proses menghasilkan bahan makanan.
Pertanian terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Pertanian lahan basah atau sawah
Merupakan usahatani yang dilaksanakan pada hamparan yang sangat membutuhkan perairan.
Perairan sawah biasanya dilakukan untuk komoditi padi, jagung dan kacang-kacangan.
b. Pertanian lahan kering atau lading
Merupakan pertanian yang tidak membutuhkan pengairan. Komomditas ladang biasanya
berupa palawija, umbi-umbian, dan hortikultura.
2. Perkebunan
Merupakan usahatani di lahan kering yang ditanami dengan tanaman industri yang laku di
pasar, seperti karet, kelapa sawit, tebu, cengkeh, dan lain-lain.
3. Peternakan
Merupakan usahatani yang dilakukan dengan membudidayakan ternak. Usaha ternak
dibedakan atas:
a. Peternakan ungas (ayam dan itik)
b. Peternakan kecil (kambing, domba, kelinci, babi, dan lain-lain)
c. Ternak besar (kerbau, sapi, dan kuda)
4. Perikanan
Perikanan merupakan semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan.
5. Kehutanan
Adalah kegiatan pertanian yang dilakukan untuk mempoduksi atau memamfaatkan hasil
hutan,baik yang timbuh atau hidup secara alami maupun yang telah dibudidayakan Uraian di
atas menunjukkan bahwa kegiatan agribisnis merupakan (a) kegiatan yang berbasis pada
keunggulan sumberdaya alam (on-farm agribusiness) yang terkait erat dengan penerapan
teknologi dan keunggulan sumberdaya manusia bagi perolehan nilai tambah yang lebih besar
(off-farm agribusiness); serta (b) kegiatan yang memiliki ragam kegiatan dengan spektrum
yang sangat luas, dari skala usaha kecil dan rumahtangga hingga skala usaha raksasa, dari
yang berteknologi sederhana hangga yang paling canggih, yang kesemuanya itu saling terkait
dan saling mempengaruhi.
Dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan sektor agribisnis terutama dihadapkan dengan
kondisi petani kita yang serba lemah (modal, skill, pengetahuan dan penguasaan lahan) dapat
ditempuh melalui penerapan sistem pengembangan (system of development) agribisnis.
Dalam konteks bahasan ini, yang dimaksud “sistem pengembangan agribisnis” adalah suatu
bentuk atau model atau sistem atau pola pengembangan agribisnis yang mampu memberikan
keuntungan layak bagi pelaku-pelaku agribisnis (petani/peternak/pekebun/
nelayan/pengusaha kecil dan menengah/koperasi), berupa peningkatan pendapatan,
peningkatan nilai tambah dan perluasan kesempatan kerja.
Di Indonesia sejak dilaksanakan pembangunan pertanian, telah diterapkan beberapa sistem
pengembangan pertanian berskala usaha baik untuk komoditi pangan maupun non pangan.
Jika dikaji lebih jauh tujuan dan sasaran “sistem pengembangan” yang pernah diterapkan di
sektor pertanian, pada hakekatnya adalah pengembangan sektor pertanian (dalam arti luas)
secara menyeluruh dan terpadu, yakni tidak hanya peningkatan produksi, tetapi juga
pengadaan sarana produksi, pengolahan produk, pengadaan modal usaha dan pemasaran
produk secara bersama atau bekerjasama dengan pengusaha. Sistem pengembangan sektor
pertanian semacam ini, jika menggunakan istilah sekarang, tidak lain adalah pengembangan
pertanian berdasarkan agribisnis, atau dengan kata lain pengembangan agribisnis.
Di antara sistem-sistem tersebut ada yang diterapkan oleh pemerintah berupa kebijakan
nasional dan ada pula yang telah berhasil diterapkan oleh kelompok masyarakat atau
kelompok peneliti, akan tetapi masih bersifat per kasus. Adapun sistem-sistem tersebut antara
lain: Unit Pelaksana Proyek (UPP), Insus dan Supra Insus, Sistem Inkubator, Sistem Modal
Ventura, Sistem Kemitraan (Contract Farming) dalam berbagai bentuknya seperti Pola PIR,
Pola Pengelola, Sistem ‘Farm Cooperative’, dll. Jadi dalam rangka pengembangan agribisnis
hortikultura, pelaku-pelaku agribisnis dapat menerapkan satu atau lebih sistem tersebut sesuai
dengan kondisi lokalita.

 Peran Agribisnis dalam pembangunan Perekonomian


Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran
penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain:
a. meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestic
b. penyedia tenaga kerja terbesar
c. memperbesar pasar untuk industry
d. meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa.
Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung
pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003,
sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari
penduduk yang bekerja secara keseluruhan.
Pembangunan sektor agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran
menjadi sangat penting bahkan pemasaran ini semakin penting peranannya terutama
menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahaan. Serta,
untuk memampukan sektor agribisnis menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar,
diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi, serta pembangunan kemampuan sumberdaya manusia (SDM)
agribisnis sebagai aktor pengembangan sektor pertanian.

KARAKTERISTIK PERTANIAN
 Ciri-ciri pertanian di Indonesia
1. Pertanian tropika
Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat katulistiwa, yang berarti merupakan
daerah tropika. Dengan demikian jenis tanaman, hewan, perikanan, dan hutan sangat di
pengaruhi oleh iklim tropis (pertanian tropika). Di samping itu ada pengaruh lain yang
menentukan corak pertanian kita yaitu bentuk negara berkepulauan dan topografinya yang
bergunung-gunung.
Letaknya yang diantara Benua Asia dan Benua Australia sserta antara lauutan Hindia dan
Pasifik, memberikan pengaruh pada suhu udara, arah angin yang berakibat adanya perbedaan
iklim di Indonesia, sehingga menimbulkan ciri pertanian Indonesia merupakan kelengkapan
ciri-ciri pertanian yang lain.
2. Pertanian dataran tinggi dan rendah
Indonesia merupakan daerah volkano(memilikibanyak gunung), sehingga memungkinkan
mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran rendah. Dataran tinggi
mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman beriklim subtropis.
3. Pertanian iklim basah (Indonesia Barat) dan pertanian iklim kering (Indonesia timur)
Indonesia bagian barat yang (Sumatra, Sulawesi) mempunyai iklim basah: banyak hujan,
sedangkan bagian Indonesia yang lain terutama Indonesia bagian timur (NTB, NTT, Maluku)
beriklim kering.
4. Adanya hutan tropika dan padang rumput
Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka banyak hujan terbentuk hutan
tropika, sedangkan di daerah kering tumbuh padang rumput.
5. Perikanan darat dan laut
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, sehingga daerahnya terdiri
dari darat dan perairan. Keadaan inni memungkinkan terdapatnya perikanan darat dan laut.
6. Pertanian di jawa dan di luar jawa
Daerah jawa dan luar jawa mempunnyai spesifikasi yang berbeda:
Jawa: umumnya tanahnya subur, penduduknnya padat.
Luar jawa:umumnya tanahnya kurang subur, Penduduknya jarang.
Mempengaruhi corak pertanian: pertanian di jawa umumnya merupakan tanaman bahan
pangan, berskala kecil, sedangkan pertanian di luar jawa umumnya merupakan perkebunan,
kehutanan, berskala lebih luas.
7. Pertanian rawa, pertanian darat/kering, pertanian beririgasi/basah
Daratan Indonesia terbagi menjadi:
a. Tanah rawa yaitu lahan yang tergenang sepanjang masa
b. Lahan kering yaitu lahan yang tidak mendapat air irigasi
c. Pertanian basah yaitu lahan yang beririgasi
8. Pertanian/tanah sawah beririgasi, tadah hujan, sawah lebak, sawah pasang surut
Penggolongan ini adalah penggolongan lahan yang di tanami padi. Sawah yang beririgasi
bersumberkan dari bendung sungai, dam/waduk, mata air, dll. Berdasarkan fasilitas teknisnya
di bagi menjadi irigasi teknis, setengah teknis, dan sederhana. Lahan sawah/tadah hujan
sebenarnya juga mempunyai saluran irigasi tetapi sumber airnya berasal dari air hujan.
Sawah lebak mendapatkan air terus menerus sepanjang masa. Sawah pasang surut mendapat
air dari air laut yang sedang pasang, sering juga terdapat saluran irigasi.

TRANSFORMASI PERTANIAN
Masalah transformasi pertanian dimulai dari sebuah pertanyaan, yang di ajukan saat inggris
melakukan industrialisasi. Pertanyaan tersebut menyangkut masalah: sektor pedesaan akan
berubah menjadi apa jika terjadi proses industrialisasi. Dimana untuk menjawab ini tidak
sederhana, karena kalau sederhana akan bersifat simplistic.
Secara umum, tranformasi pertanian adalah proses perubahan struktur sosial ekonomi dari
struktur yang biasanya disebut agrarian menjadi struktur sosial ekonomi yang berdasarkan
atas sistem produksi industry. Dimana pertanian tidal lagi bersifat eksklusiftetapi sudah
terintregasi ke dalam pilar-pilar ekonomi lainnya.
Ciri suatu masyarakat agraris adalah mempunyai sistem produksi yang khas, pertanian
menjadi tumpuan kehidupan ekonomi nasional. Cirinya memang kompleks sekali karena
menyangkut macam-macam aspek. Dari aspek ekonomi yaitu sistem ekonommi yang sistem
produksinya khas, aspek hukumnya lain dengan masyarakat industry dan aspek sosialnya
juga lain, seperti hubungan majikan dengan pekerjaannya, hubungan antara sesama manusia.
Sehingga kalau terjadi industrialisasi, yang menjadi pertanyaan apakah aspek-aspek ini akan
berubah atau tidak. Jadi transformasi pertanian itu sifatnya makro, melihat bagaimana
masyarakat yang tadinya agraris berubah, dapat semuanya, dapat juga sebagian.
Transformasi pertanian ini, yaitu perubahan bentuk struktur tersebut berlangsung sangat
lama, dapat puluhan tahun atau bahkan ada yang lebih dari seratus tahun baru terjadi. Ini
yang bernama transformasi, artinya terjadi bentuk lain yang terus mantap, tidak berubah-
ubah, untuk masa yang seterusnya. Selama tujuan itu belum tercapai, masa itu disebut
transisi. Dan issue tentang ini biasanya disebut Agrarian Transformation and agrarian
Transition. Dalam hal ini Agrarian Transition ini sendiri menjadi pembahasan, karena dapat
di pakai untuk melihat arah transformasi itu nantinya menjadi bentuk apa, bentuk ini atau
bentuk itu.
Cara melihatnya dapat berbeda-beda tergantung dari disiplin ilmu dan juga kerana di
dalamnya mengandung aspek-aspek politik. Transformasi pertanian yang terjadi di Indonesia
masih dalam masa transisi. Dan yang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan adalah ke
arah mana bentuk akhir yang hendak kita capai, kalau kita mau jujur, sudah ada tanda-tanda
menuju kearah mana. Dari sejarah fdapat kita identifikasikan tiga arah transformasi yaitu
menjadi : kapitalistik, masyarakat sosialistik, atau masyarakat Neo-populistik.

 Kondisi Transformasi di Indonesia


Dalam bahasan akademik kita dapat membedakan sisi normatif. Sisi objektifnya dengan di
dukung oleh penelitian, kita dapat membuat pernyataan-pernyataan, atau membuat gambaran
yang objektif, tentang apa yang terjadi. Sisi normatifnya kita dapat mendambakan apa yang
kita inginkan menurut nilai-nilai yang kita miliki, seperti nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Jadi, dalam permasalahan ini, transformasi pertanian yang kita inginkan tentu
transformasi yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Jadi dalam era transisi ini, secara objektif kita seharusnya melakukan penelitian-penelitian
untuk melihat yang telah terjadi sekarang ini, mengenai arah dan ciri-ciri yang telah terjadi.
Jika sudah di ketahui jawabannya, kita tinggal melihat struktur pancasila. Jadi tinggal kita
bandingkan yang terjadi seperti apa dan yang kita harapkan seperti apa.
Jadi dalam hal ini kita kembali kea rah sisi normative, kalau yang kita inginkan adalah
struktur pancasila. Tetapi struktur pancasila itu secara lebih konkrit belum dapat di mengerti
karena sedang di godok terus. Tapi secara umum, sesuai dengan pasal 33 UUD 45. Di
terangkan ada tiga pelaku pemegang peran atau ada tiga sko guru yaitu: pemerintaha, swasta,
koperasi. Semua kegiatan ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak di kuasai oleh
negara.

 Ciri-ciri Transformasi
Transformasi pertanian menurut teori lama berawal dari ciri masyarakat tradisional itu seperti
apa, masyarakat pasiant itu seperti apa. Masyarakat ini di cirikan oleh bentuk usaha tani
keluarga, tidak ada pasar, tenaga kerja keluarga, ekonomi uang belum masuk, atau sudah
masuk tapi hanya sebagai alat pembayaran, dan strukturnya tidak berubah. Ini yang di sebut
Peasant Society.
Dengan adanya industry, capital masuk, dan mendorong orang untuk bersaing secara
individual. Jadi tingkah loaku petani berubah, tidak lagi mencirikan masyarakat peasant, tapi
sudah mulai modern. Selain ketiga ciri tersebut, yang menjadi permasalahan sekarang adalah
sadar atau tidak sadar, pemikiran-pemikiran sudah menjadi pada kapitalistik. Dengan
dicirikan oleh bentuk ekonomi uang, yaitu masuknya dan yang kedua di rangsangnya orang
supaya selalu berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya, tenaga kerja semua upahan,
ada pasar tenaga kerja, ini adalah sistem kapitalistik. Ini semua sekarang sedang dominan,
dan semua akan berubah mengarah pada bentuk itu.

 Involusi pertanian/Tahapan transformasi


Involusi adalah perubahan menjadi lebih canggih tetapi ke dalam tidak berubah bentuknya.
Jadi yang di sesuaikan adalah internalnya sehingga menjadi unit untuk menahan dampak atau
pengaruh dari luar. Dengan kata lain menjadi lebih canggih dalam rangka menghadapi
hantaman dari luar.
Tahapan yang terjadi dalam proses transformasi berjalan secara ilmiah. Jika mengacu pada
teori Rostow aka nada tahapan-tahapan yang akhirnya sampai pada tahapan tinggal landas
menujun industrialisasi yang mantap.
Istilah Transformasi secar teoritik, bukan hanya menyangkut ekonomi tetapi lebih umum
pada sosial ekonomi politik. Disini belum tentu berkembang pembahasan teoritik mengenai
hal tersebut.

 Transformasi penguasaan lahan


Bentuk dari transformasi ditentukan juga oleh kebijaksanaan pemerintah di bidang
pertanahan, yaitu pada arah transisinya. Kalau kita melihat proses perubahan dari pra
kapitalis menjadi kapitalis, dalam sejarah tidak hanya satu tipe perubahan dan semuanya
menyangkut penguasaan lahan (kasus inggris).
Yang terjadi di Indonesia peranan pemerintah masih dominan, peranan non pemerintah kecil,
baik koperasi maupun swasta. Baru 5 tahun terakhir setelah ada deregulasi terjadi
swastanisasi tetapi pertanyaannya adalah apakah ini sesuai dengan komitmen kita yaitu
Pancasila dan UUD 1945. Apakah dengan adanya deregulasi ini berarti liberalisasi, yang
akhirnya berarti menuju sistem kapitalisme. Ini ungkapan secara akademiknya ini yang perlu
di bahas.

PERBEDAAN USAHATANI DENGAN AGRIBISNIS


 Sistem Usahatani
Sistem usahatani di pengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang pada gilirannya dapat di
pengaruhi oleh pengoperasian sistem pertanian itusendiri dengan sistem tanam yang memiliki
ciri khas tersendiri, seperti sawah yang selalu di tanami padi. Selain itu usahatani yang di
lakukan petani sangat bervariasi tergantung dari kondisi alam, komoditi, pola tanam dan
tingkat komersialisasi, serta tingkat penguasaan faktor produksi. Setiap daerah memiliki
kondisi alam yang berbeda dengan daerah lain. Perbedaan kondisi alam ini biasanya di ikuti
dengan perbedaan-perbedaan lain yang relevan dngan kondisi masing-masing daerah.
Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain berupa perbedaan fisik, ekonomi, sosial budaya dan
lainnya. Karena itu, perbedaan kondisi geografi, topografi, dan sosial ekonomi masyarakat
setiap daerah akan berpengaruh terhadap pemilihan jenis tanaman dan hewan ternak yang di
kelola.
Sistem usahatani adalah unik dan stabil dalam perencanaan yang layak untuk melakukan
kegiatan usahatania (misalnya budidaya tanaman, peternakan, pengelolaan hasil pertanian)
yang di kelola berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis, dan sosial ekonomis serta
sesuai dengan tujuan, kemampuan dan sumberdaya yang di miliki oleh petani.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem usahatani yang mampu menekankan berbagai
faktor yang bekerja pada sistem pertanian. Manusia dan teknik pengelolaan pertanian
merupakan elemen yang mempengaruhi sistem pertanian. Manusia di pengaruhi oleh faktor
sosial dan budaya setempat, sedangkan teknik pengelolaan di pengaruhi oleh faktor fisik,
biologi, kimia, dan mekanis alam.
Sub sistem yang membangun usahatani adalah:
a. Sistem penggunaan lahan (land use system)
Dalam sistem ini petani menggunakan sebidang lahan untuk ditanami dengan tanaman,
misalnya jenis tanaman pangan, termasuk tanaman hortikultura, tanaman perkebuanan dan
tanaman pakan ternak.
b. Sistem produksi ternak ( livestock system)
Selain menggunakan lahan untuk bercocok tanam petani juga melakukan pemeliharaan
ternak, baik jenis ternak besar ungags maupun ikan.
c. Sistem rumah tangga petani (farm household system)
Dalam sistem ini petani melakukan usaha di luar kegiatan petani (off farm) karena dalam
fungsinya ssebagai makhluk individu, masing-masing rumah tangga petani memiliki karakter
yang relatif berbeda pula terhadap sistem usaha taninya. Sedangkan dalam fungsinya sebagai
makhluk sosial pada suatu kelompok maka rumah tangga petani saling berinteraksi sehingga
merupakan sistem usahatani. Selanjutnya sistem rumah tangga petani merupakan agen dari
masyarakat di suatu wilayah atau negara maka faktor sosial, budaya, lingkungan fisik dan
kebijaksanaan pemerintah akan memberikan pengaruh kepada sistem usahatani di wilayah
bersangkutan.
 Sistem agribisnis
Menurut Soeharjo (1997)dalam Gumbira, dkk (2001) persyaratan untuk memiliki kawasan
agribisnis adalah:
a. Memandang agribisnnis sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem.
Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem
(SS dalam Gambar Berikut):

b. Setiap subsistem dalam agribisnis mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan.


Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada subsistem pengolahan (SS III pada gambar di atas)
menunjukkan bahwa SS III akan berfungsi dengan baik apabila di tunjang oleh ketersediaan
bahan baku yang di hasilkan oleh SS II.
c. Agribisnis memerlukan lembaga penunjang, seperti lembaga pertanian,
pembiayaan/keuangan, pendidikan, penelitian, dan perhubbungan. Lembaga pendidikan dan
pelatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis yang professional, sedangkan lembaga
penelitian memberikan sumbangan berupa teknologi dan informasi. Lembaga-lembaga
penunjang kebanyakan berada di luar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin
erat terkait dengan sektor lainnya.
d. Agribisnis melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN, swasta, dan koperasi)dengan
profesi sebagai penghasil produk primer, pengolah, pedagang, distributor, importer, eksportir,
dll

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. http://elwamendri.files.wordpress.com/2011/11/ciri-pertanian-
indonesia.pdf. Diakses Pada 15 September 2012.
Asriani, Putri Suci. 2012. Konsep Agribisnis dan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di
Indonesia. Fakultas Pertanian. UNIB.
Feryanto. 2010. http://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/peranan-agribisnis-dalam-
pembangunan-pertanian-dan-ekonomi/. Diakses Pada 15 September 2012.
Hanafi, Muhammad Riezwan. 2012. http://riezwanhanafi.blogspot.com/2012/ 02/ruang-
lingkup-dan-sistemagribisnis.html. Diakses Pada 15 September 2012.
Meta. 2008. http://indoagribisnis.wordpress.com/2008/09/21/potensi-agribisnis-indonesia/.
Diakses Pada 15 September 2012.
Mubyarto. 1999. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES: Jakarta
Murtiyasni, Winda. 2012. http://wmurtiyasni.blogspot.com/2012/05/perkembangan-sektor-
pertanian-di.html. Diakses Pada 15 September 2012.
Rachmawati, Karina Dinda. 2010. http://blog.ub.ac.id/karinances/2010/05/23/ agribisnis/.
Diakses Pada 15 September 2012.
Sari, Novita. 2012. Sistem Usahatani. http://isnovitasari.blogspot.com. Diakses Pada 17
September 2012.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta
Soekartawi. 2000. Pembangunan Pertanian. Rajawali press: Jakarta
Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-
Douglas, Cetakan Ke 3. Rajawali Press: Jakarta
Simpoktan. 2012. http://simpoktan.deptan.go.id/?mod=usaha-tani&nid=19. Diakses Pada 14
September 2012.
Tohir, Bani.2009. http://tisman.blogspot.com/2009/01/profil-usaha-tani-dan-kualitas-
petani.html. Diakses Pada 15 September 2012.
Wiradi, Gunawan. 2012. pustaka-agraria.org/modules/download_gallery/dl.php? file=316.
Diakses Pada 15 september 2012.

Iklan
Report this ad
Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook3

Terkait

Manajemen Sumber Daya Manusia

KRISAN

PILIHAN

 Komentar Tinggalkan sebuah Komentar


 Kategori Uncategorized

← poto-poto
KRISAN →

Tinggalkan Balasan

Ikuti Blog melalui surat elektromik


Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima
pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Langsung ke konten utama

Seputar Hidup Eksentrik


Mari bersenang-senang dan bergembira di Blog kami.

 Home

 http://budikolonjono.blogspot.com/2011/11/kendala-dalam-pengembangan-pertanian.html

November 07, 2011

Kendala dalam Pengembangan Pertanian

Dalam pengembangan sektor pertanian ke depan masih ditemui beberapa kendala, terutama
dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil,
antara lain: Kurangnya pengadaan dan penyaluran sarana produksi yang diperlukan dalam
proses produksi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Pengadaan sarana produksi
itu bukan hanya menyangkut ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, tetapi yang lebih
penting adalah jenis dan kualitasnya. Oleh karena itu pengadaan sarana produksi ini perlu
direncanakan sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
dipergunakan pada waktu yang tepat. kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya
manusia untuk sektor agribisnis. Petani merupakan sumberdaya manusia yang memegang
peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha tani, karena petani
merupakan pekerja dan sekaligus manajer dalam usaha tani itu sendiri. Ada dua hal yang
dapat dilihat berkaitan dengan sumberdaya manusia ini, yaitu jumlah yang tersedia dan
kualitas sumberdaya manusia itu sendiri. Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator
dalam menilai permasalahan yang ada pada kegiatan pertanian. lemahnya organisasi dan
manajemen usaha tani. Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam
masyarakat, terutama kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan
panyaluran inspirasi (bottom up) para anggotanya. Dalam pertanian organisasi yang tidak
kalah pentingnya adalah kelompok tani. Selama ini kelompok tani sudah terbukti menjadi
wadah penggerak pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari manfaat
kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi, penyuluhan dan pemberian paket
teknologi terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi. Usaha pertanian
merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu. Dalam proses tersebut
akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan sarana produksi yang merupakan faktor
masukan produksi yang diperlukan dalam proses tersebut untuk mendapatkan keluaran
yang diinginkan. Petani yang bertindak sebagai manajer dan pekerja pada usaha taninya
haruslah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor
masukan usaha tani, sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan
produktivitas dan efisiensi usaha yang dilakukan. lemahnya struktur permodalan dan akses
terhadap sumber permodalan. Salah satu faktor produksi penting dalam usaha tani adalah
modal. Besar-kecilnya kala usaha tani yang dilakukan tergantung dari pemilikan modal.
Secara umum pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena modal ini biasanya
bersumber dari penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk memodali usaha
tani selanjutnya petani terpaksa memilih alternatif lain, yaitu meminjam uang pada orang
lain yang lebih mampu (pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari toko
dengan perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan
petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara ekonomi merugikan pihak petani.
terkendalanya pengembangan produk pertanian di pedesaan. melihat letak pedesaan yang
jauh dari pusat konsumen maka komoditas hasil pertanian menjadi tidak terangut. selain
itu rendahnya mutu produk pertanian petani kita membuat hasil kembali dari perdagangan
komoditas menjadi kecil.selain itu petani kita terlalu naif dengan menjual komoditi secara
langsung tanpa pengolahan ataupun meniadakan proses penambahan nilai produknya.
Kesinambungan produksi antar komoditas yang masih kurang. Salah satu penyebab
timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil petanian berhubungan dengan sifat dan ciri
khas produk pertanian, yaitu: Pertama, volume produksi yang kecil karena diusahakan
dengan skala usaha kecil (small scale farming). Kedua, produksi bersifat musiman sehingga
hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu. Ketiga, lokasi usaha tani yang terpencar-pencar
sehingga menyulitkan dalam proses pengumpulan produksi. Keempat, sifat produk
pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat. Kurang memadainya
pasar dalam menjual hasil komoditas. Kurang memadainya pasar yang dimaksud
berhubungan dengan cara penetapan harga dan pembayaran. Ada tiga cara penetapan
harga jual produk pertanian yaitu: sesuai dengan harga yang berlaku; tawar-menawar; dan
borongan. pertama pemasaran sesuai dengan harga yang berlaku tergantung pada
penawaran dan permintaan yang mengikuti mekanisme pasar. kedua melalui tawar-
menawar lebih bersifat kekeluargaan, apabila tercapai kesepakatan antara penjual dan
pembeli maka transaksi terlaksanadan yang ketiga dengan cara borongan,terjadi karena
keadaan keuangan petani yang masih lemah. Cara ini terjadi melalui pedagang perantara.
Pedagang perantara ini membeli produk dengan jalan memberikan uang muka kepada
petani. Hal ini dilakukan sebagai jaminan terhadap produk yang diingini pedagang
bersangkutan, sehingga petani tidak berkesempatan untuk menjualnya kepada pedagang
lain. Panjangnya saluran pemasaran yang menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan
(marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan
pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagianyang diterima petani dan
memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran pemasaran
ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui mulai dari petani sampai ke
konsumen akhir. Rendahnya kemampuan tawar-menawar petani dalam penawaran produk
yang dihasilkan masih terbatas karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada
kecenderungan produk-produk yang dihasilkan dijual dengan harga yang rendah.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka yang meraih keuntungan besar pada umumnya
adalah pihak pedagang. Keterbatasan modal tersebut berhubungan dengan: Pertama,sikap
mental petani yang suka mendapatkan pinjaman kepada tengkulak dan pedagang
perantara. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan petani yang tinggi pada pedagang
perantara, sehingga petani selalu berada dalam posisiyang lemah; Kedua, fasilitas
perkreditan yang disediakan pemerintah belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Ada
beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain belum tahu tentang prosedur
pinjaman, letak lembaga perkreditan yang jauh dari tempat tinggal, tidak mampu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Di samping itu khawatir terhadap risiko dan
ketidakpastian selama proses produksi sehingga pada waktunya tidak mampu
mengembalikan kredit. Ini menunjukkan pengetahuan dan pemahaman petani tentang
masalah perkreditan masih terbatas, serta tingkat kepercayaan petani yang masih rendah.
Berfluktuasinya harga-harga produksi hasil pertanian yang tergantung dari perubahan yang
terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapat terjadi dalam jangka
pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan per hari atau dapat pula terjadi dalam jangka
panjang. Untuk komoditas pertanian yang cepat rusak seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan pengaruh perubahan permintaan pasar kadang-kadang sangat menyolok sekali
sehingga harga yang berlaku berubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati perubahan harga
pasar yang berbeda pada pagi, siang dan sore hari. Pada saat musim produk melimpah
harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim harga meningkat drastis. Keadaan
tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu juga
dengan pedagang sulit dalam memperkirakan permintaan. Kurang tersedianya informasi
pasar. Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi, di mana,
mengapa, bagaimana dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Oleh
sebab itu informasi pasar yang tepat dapat mengurangi resiko usaha sehingga pedagang
dapat beroperasi dengan margin pemasaran yang rendah dan memberikan keuntungan
bagi pedagang itu sendiri, produsen dan konsumen. Keterbatasan informasi pasar terkait
dengan letak lokasi usaha tani yang terpencil, pengetahuan dan kemampuan dalam
menganalisis data yang masih kurang dan lain sebagainya. Di samping itu, dengan
pendidikan formal masyarakat khususnya petani masih sangat rendah menyebabkan
kemampuan untuk mencerna atau menganalisis sumber informasi sangat terbatas. Kondisi
tersebut menyebabkan usaha tani dilakukan tanpa melalui perencanaan yang matang.
Begitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar dengan baik, terutama kondisi
makro. Kurang jelasnya jaringan pemasaran. Produsen dan/atau pedagang dari daerah sulit
untuk menembus jaringan pemasaran yang ada di daerah lain karena pihak-pihak yang
terlibat dalam jaringan pemasaran tersebut dan tempat kegiatan berlangsung tidak
diketahui.Di samping itu, tidak diketahui pula aturan-aturan yang berlaku dalam sistem
tersebut. Hal ini menyebabkan produksi yang dihasilkan mengalami hambatan dalam hal
perluasan jaringan pemasaran. Pada umumnya suatu jaringan pemasaran yang ada antara
produsen dan pedagang memiliki suatu kesepakatan yang membentuk suatu ikatan yang
kuat. Kesepakatan tersebut merupakan suatu rahasia tidak tertulis yang sulit untuk
diketahui oleh pihak lain. Rendahnya kualitas produksi yang dihasilkan karena penanganan
yang dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan mulai
dari pra panen sampai dengan panen yang belum dilakukan dengan baik. Masalah mutu
produk yang dihasilkan juga ditentukan pada kegiatan pasca panen, seperti melalui
standarisasi dan grading. Standarisasi dapat memperlancar proses muat-bongkar dan
menghemat ruangan. Grading dapat menghilangkan keperluan inspeksi, memudahkan
perbandingan harga, mengurangi praktek kecurangan, dan mempercepat terjadinya proses
jual beli. Dengan demikian kedua kegiatan tersebut dapat melindungi barang dari
kerusakan, di samping itu juga mengurangi biaya angkut dan biaya penyimpanan. Namun
demikian kedua kegiatan tersebut sulit dilakukan untuk produksi hasil pertanian yang cepat
rusak. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi antara lain mutu produk dapat
berubah setelah berada di tempat tujuan, susut dan/atau rusak karena pengangkutan,
penanganan dan penyimpanan.Hal ini menyebabkan produk yang sebelumnya telah
diklasifikasikan berdasarkan mutu tertentu sesuai dengan permintaan dapat berubah
sehingga dapat saja ditolak atau dibeli dengan harga yang lebih murah. bagus karena
memberikan nilai tambah yang tinggi. kendala pertama seputar kurangnya sarana produksi
pertanian diatasi oleh pemerintah melalui program pembangunan pabrik pupuk urea di
beberapa tempat seperti PT. Pupuk Sriwijaya yang berlokasi di Palembang, Sumatera
Selatan; PT. Pupuk Iskandar Muda yang berlokasi di Lhokseumawe, Nanggroe Aceh
Darussalam; PT. Petrokimia Gresikdi Gresik, Jawa Timur; PT. Pupuk Kujang di Cikampek,
Jawa Barat; PT. Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur,maupun alat2 pertanian seperti
pabrik traktor di Jakarta Selatan, dan lain sebagainya mengenai kendala kurangnya
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis, pemerintah
menerapakan beberapa program seperti Pendidikan dan Pelatihan Teknis (Diklat) bagi
petugas teknis/penyuluh pertanian, Program Pendidikan Keterampilan pada Pendidikan
Kesetaraan (PPKFPK) bagi Pelaku Agribisnis Masyarakat Pedesaan, mengadakan Sekolah
Pertanian Pembangunan/Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPP/SPMA). selain itu
penyuluhan pertanian juga masih cukup efektif dilakukan untuk kalangan petani pedesaan
kita. agar semua teragregasi dengan baik maka pembinaan kelembagaan pertanian jangan
pula ditinggalkan. Guna mengatasi masalah pengembangan produk pertanian dan
rendahnya kualitas produksi di pedesaan serta kesinambungan produksi antar komoditas
yang masih kurang,maka program yang perlu dikembangkan berupa pengembangan
komoditas unggulan dan andalan, peningkatan nilai tambah produk
pertanian,pengembangan sistem pemasaran, penyediaan sarana pengangkutan
danpenyebaran produk, pengembangan kemitraan dan penstruktur-ulangan sistemdan
kelembagaan pertanian dan agroindustri, serta memberikan nilai tambahproduk pertanian.
Pada dasarnya, nilai tambah bukan diukur dari apa yangsudah dilakukan termasuk segala
biaya yang harus dikeluarkan, tetapi dari persepsi nilai pada konsumen. Oleh karena nilai
tambah diukur dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand
menjadi penting.Apabila persepsi lebih tinggi dapat diberikan melalui value creation dan
dilengkapi dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan memberi
sumbangan lebih besar. berbicara mengenai lemahnya organisasi dan manajemen usaha
tani, maka yang diperlukan untuk mengatasi persoalan tersebut adalah pemerintah perlu
berperan aktif dalam membentuk suatu badan nasional khusus entah itu formal maupun
tidak yang bertugas mengagregasi kinerja petani dan sirkulasi komoditas. badan itu
mungkin di era orde baru bisa menyerupai bimas maupun bulog dan badan perencana
pembangunan. namun agar badan ini akhirnya memberi dampak positif diharapkan sinergi
kinerja dengan petani diadakan juga. agar program sukses dan petani tidak merasa dipaksa
dalam menjalankan program ini. benar adanya petani masih terbatas kemampuannya
dalam penguasaan teknologi. maka publikasi riset seputar dunia pertanian hendaknya bisa
diakses oleh semua kalangan di Indonesia. Selain peneliti yang tentunya dalam hal ini
berperan dalam mengembangkan riset tersebut namun sebaiknya para awam lebih-lebih
petani yang nantinya akan menggunakan teknologi ini dapat mampu mengksesnya. beri
mereka kesempatan untuk tahu dan fasilitasi penggunaannya,sehingga riset tidak hanya
berakhir tragis menambah pustaka namun minim aplikasi. kendala lemahnya struktur
permodalan dan akses terhadap sumber permodalan dapat diatasi dengan pengadaaan
kebijakan yang pro-petani. harapanya petani tidak hanya dijadikan alat politik untuk
menarik suara namun pemerintah juga perlu membentuk kebijakan yang pro rakyat seperti
misal kredit luanak bagi petani kecil. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri(PNPM-Mandiri) bisa menjadi contoh yang baik walau mungkin pelaksanaanya
masih kurang di masyarakat namun setidaknya program ini mampu memberi angin segar
bagi petani. PNPM-Mandiri yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
(KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007 fasilitasi bantuan modal usaha untuk
petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga
tani. untuk mengatasi Kurang memadainya pasar dalam menjual hasil komoditas dan
rendahnya kemampuan tawar-menawar petani, hendaknya program pendidikan dan
pelatihan serta penyuluhan pengenalan pasar yang berbasiskan petani pemerintah dan lsm
sama-sama lakukan. hal ini bisa berupa pendidikan melalui sosialisasi sistem ekonomi dari
komoditas, maupun berupa pengenalan kinerja pasar dalam menyerap hasil-hasil produk
pertanian. masalah berfluktuasinya harga-harga produksi hasil pertanian kurang
tersedianya informasi pasar merupakan masalah yang penyelesaianya memerlukan usaha
terkait. selama ini informasi pasar hanya bisa ditemui di balai-balai pemerintahan maupun
departemen pertanian yang aksesnya berat bagi awam maupun petani kecil. stakeholder
mungkin bisa mengunakan media lain yang lebih dekat dengan petani seperti mengunakan
siaran televisi maupun radio, sambungan internet yang kini telah masuk hingga kepelosok
desa, maupun selebaran atau media cetak yang keberadaanya dekat dengan petani misal
pengumuman di balai desa. dengan begitu fluktuasi yang sifatnya dinamis ini bisa segera
diikiti oleh petani dan merekapun bisa mengatasi permasalahan itu secara mandiri. kendala
berupa kurang jelasnya jaringan pemasaran mungkin saran yang kami tawarkan kepada
pemerintah berupa penguatan kembali peran Bulog dalam mengelola sirkulasi hasil-hasil
pertanian.kerja bulog yang berdasarkan pada konsep dasar kebijaksanaan pangan yang
erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional seperti:konsep floor dan
ceiling price; konsep bufferstock; dan Sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan,
penyimpanan dan penyaluran telah terbukti berhasil menstabilkan harga pangan pada
masa orde baru.namun karena campur tangan IMF sedikit demi sedikit peranan ini
dipreteli. berkaca dari keberhasilan ini mungkin pemerintah perlu meninjau ulang lagi
kinerja bulog agar kejayaan kstabilan harga pangan di pasar yang stabil dapat terulang lagi.
Dapus: agribisnis.blogspot.com
http://www.engineeringtown.com/teachers/index.php/artikel/1039-transfer-teknologi-
dan-keberlanjutan-industri.html http://industrikimia.com/data-pabrik/pabrik-pupuk-urea-
di-indonesia Azfa, M. (2005). Strategi Pemberdayaan Industri Kecil Berbasis Agroindustri di
Pedesaan. (On-line). http://www.bung-hatta.info/content.php?article.91. Diakses 12
september 2011
Posting Email

Recommended Posts
randomposts

Postingan Populer

November 16, 2010

Pengecilan Ukuran

Posting Komentar
Desember 03, 2010

tanya jawaB

Posting Komentar
Diberdayakan oleh Blogger
Gambar tema oleh Matt Vince

Suma Indranegara
"Lima menit menjelang minum kopi,

Aku ingat pensanmu: “Kurang atau lebih,

Setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”

Mungkin karena itu empat cangkir kopi sehari

Bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri. "

Kunjungi profil

Arsip

Label

Our Social Media

 facebook
 twitter
 instagram
 pinterest
 gplus
 rss

Laporkan Penyalahgunaan

About & Social

Aplha Blog

Bersenag-senanglah wahai hipster,sebelum alien dan pemerintah mengganggu kita

Join Our Site




Sponsor

AD BANNER
Video
https://www.youtube.com/watch?v=yMWPy5Wn6Bw

Post Top Ad
Responsive Ads Here

Post Bottom Ad
Responsive Ads Here

Author Details
Menyebarkan bahagia dan informasi keseluruh umat manusia, sebelum diserang Alien.

Social Media Icons

 facebook
 twitter
 gplus
 pinterest
 instagram

SponsoA BANNER
Categories

Anda mungkin juga menyukai