Dosen:
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami
pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Kebijakan Sarana Prasarana Desa
Ngadisari Sebagai Destinasi Wisata tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak Moch. Shofwan, M. Sc
selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Hukum dan Administrasi Perencanaan
yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga laporan ini dapat
disusun dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan
Administrasi Perencanaan kami. Meskipun kami sangat berharap agar laporan ini
tidak memiliki kekurangan, tetapi kami menyadari bahwa pengetahuan kami
sangatlah terbatas, sehingga kami tetap mengharapkan masukan serta kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk laporan ini, sehingga tujuan laporan
ini juga bisa tercapai.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................2
1.3 TUJUAN.............................................................................................2
1.4 RUANG LINGKUP SPASIAL..........................................................3
1.5 RUANG LINGKUP SUBSTANSI.....................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
2.1 HUKUM DAN ADMINISTRASI PERENCANAAN.......................6
2.2 PROGRAM SDG’S DESA.................................................................6
2.3 PENGERTIAN SARANA DAN PRASARANA...............................9
2.4 SARANA DAN PRASARANA DESA WISATA...........................10
2.4.1 Sarana.......................................................................................................12
2.4.2 Prasarana..................................................................................................12
BAB III............................................................................................................................14
3.1 GAMBARAN UMUM DESA NGADISARI...................................14
3.2 LETAK GEOGRAFIS DAN ASRONOMI DESA NGADISARI.. .16
3.2.1 Topografi..................................................................................................17
3.2.2 Jenis Tanah...............................................................................................17
3.2.3 Klimatologi...............................................................................................17
3.3 DEMOGRAFIS DESA NGADISARI..............................................22
3.4 PENGGUNAAN LAHAN DESA NGADISARI.............................25
3.5 KETENAGAKERJAAN DESA NGADISARI................................27
3.6 KEBIJAKAN PEMERINTAHAN, SWASTA, DAN
MASYARAKAT..............................................................................27
3.6.1 Kebijakan Pemerintah..............................................................................27
ii
3.6.2 Kebijakan Swasta.....................................................................................27
3.6.3 Kebijakan Masyarakat..............................................................................28
BAB IV............................................................................................................................29
4.1 METODE..........................................................................................29
4.1.1 Rancangan Penelitian...............................................................................30
4.1.2 Definisi Operasional Variabel..................................................................30
4.1.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................................32
4.1.4 Metode Analisis Data...............................................................................32
4.2 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN.....................................33
4.2.1 Kondisi Sarana Dan Prasarana Di Desa Ngadisari....................................33
4.2.2 Kebijakan Terkait Sarana Dan Prasarana Di Desa Ngadisari....................45
BAB V.............................................................................................................................51
5.1 KESIMPULAN.................................................................................51
5.2 SARAN.............................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................52
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Ketinggian Wilayah Desa NgadisariTabel 3.2 Jenis Tanah Wilayah
Desa NgadisariTabel 3.3 Pertumbuhan Penduduk Desa Ngadisari
Tahun 2016-2020 (Jiwa)Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis
Kelamin Desa NgadisariTabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Usia
Desa NgadisariTabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama Desa
NgadisariTabel 3.7 Penggunaan Lahan Wilayah Desa
NgadisariTabel 3.8 Jumlah Penduduk Menurut Ketenagakerjaan
Desa NgadisariTabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
PenelitianTabel 4.2 Kondisi Eksisting Sarana Desa NgadisariTabel
4.3 Kondisi Eksisting Prasarana Desa NgadisariTabel 4.4 Provinsi
dan Kota/Kabupaten yang Memenuhi Persyaratan (Eligible) dan
Dapat Berpartisipasi di Dalam P3TBTabel 4.5 Kegiatan yang
Tidak/Perlu Menunggu RIDPN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
kawasan masuk Bromo Tenger Semeru via jalur Probolinggo (P3TB, 2021). Desa
Ngadisari memiliki banyak potensi unggulan diantaranya adalah sektor pariwisata
dan agro pertanian. Sector pertanian yang diantaranya adalah kentang, kubis, kol,
bawang daun, jagung, dll. Namun potensi yang paling menonjol adalah dari
sektor pariwisata diantaranaya budidaya bunga edelweiss, seruni point, bukit
mentigen, dan perbukitan. Sebagai desa yang dijuluki desa edelweiss ini, Desa
Ngadisari direncanakan sebagai desa wisata bunga edelweiss (anaphalis spp) di
wilayah setempat, “…Desa Ngadisari merupakan salah satu lokasi uji coba
pengembangan wisata desa edelweiss berbasis masyarakat di kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru…” (Kepala Balai Besar TNBTS, 2018).
Sebagai desa yang berada di kawasan wisata, dan memiliki potensi
unggulan Desa Ngadisari berperan penting untuk meningkatkan kesan dan
reputasi wisata Gunung Bromo. Kesan dan reputasi objek wisata yang terlihat
indah dan memiliki fasilitas yang baik dapat memunculkan daya tarik yang kuat
bagi para pengunjung. Beberapa aspek sarana dan prasarana untuk meningkatkan
kepuasan wisatawan menurut Soebiyantoro, (2009) terdiri dari: 1). Mudah
mendapatkan akses dari sarana dan prasarana yang tersedia, 2). Memiliki
keragaman sarana dan prasarana, 3). Kelengkapan ketersediaan sarana dan
prasarana, 4). Memiliki keamanan yang baik dan kenyamanan lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kajian terkait “Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Desa Ngadisari sebagai desa di Kawasan TNBTS”, penting dilakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam kajian ini
adalah :
1. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana di Desa Ngadisari, sebagai desa
yang berada di kawasan wisata Gunung Bromo?
2. Bagaimana kebijakan terkait sarana dan prasarana di Desa Ngadisari,
sebagai desa yang berada di kawasan wisata Gunung Bromo
1.3 TUJUAN
Berdasarkan pernyataan yang tertuang dalam rumusan permasalahan diatas,
maka tujuan yang akan dicapai adalah untuk :
2
1. Mengidentifikasi kondisi dari sarana dan prasana di Desa Ngadisari,
sebagai desa yang berada di kawasan wisata Gunung Bromo.
2. Mengidentifikasi kebijakan terkait sarana dan prasarana di Desa Ngadisari,
sebagai desa yang berada di kawasan wisata Gunung Bromo.
1.4 RUANG LINGKUP SPASIAL
Ruang lingkup spasial dalam kajian ini adalah Desa Ngadisari yang terletak
di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Desa
Ngadisari berada tepat dengan perbatasan kawasan wisata Gunung Bromo. Letak
geografis berada pada 7⁰ 56’ 30” lintang selatan dan 112 ⁰ 37’ Bujur Timur.
Batasan Desa Ngadisari adalah sebagai berikut (Gambar 1.1).
Sebelah Utara : Desa Sapih Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo
Sebelah Timur : Desa Wonoroto Kecamatan Sukapura Kabupaten
Probolinggo
Sebelah Selatan : Lautan Pasir (Segara Wedi) Gunung Bromo Desa Ngadas
Kecamatan Puncokusumo, Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Lautan Pasir (Segara Wedi) Gunung Bromo Desa
Wonokitri
Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan
3
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
4
1.5 RUANG LINGKUP SUBSTANSI
Dalam ruang lingkup subtansi ini dimaksudkan untuk memberikan batasan
pembahasan dalam kajian, Ruang lingkup substansi ini dilaksanakan dalam
beberapa lingkup substansi antara lain :
1. Kondisi sarana dan prasarana (Monik et al., 2021) :
a. Sarana
1) Warung Makan
2) Toilet
3) Lokasi Pembuangan Sampah
4) Parkir
5) Rambu-Rambu Petunjuk Arah Jalan
b. Prasarana
1) Jaringan Komunikasi
2) Jaringan Listrik
3) Jaringan Jalan
2. Kebijakan sarana prasarana sebagai desa yang berada di kawasan wisata
menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.13/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2020 Tentang
Pembangunan Sarana Dan Prasarana Wisata Alam Di Kawasan Hutan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Desa ramah perempuan, Desa berjejaring, dan Desa tanggap budaya untuk
percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam bahasa
kerennya Sustainable Development Goals disingkat SDGs. Tujuan Dan Sasaran
Sdgs Desa. Mengutip dari Permendesa setidaknya ada 18 tujuan dan sasaran
pembangunan melalui SDGs Desa tersebut, yaitu :
1. Desa tanpa kemiskinan
2. Desa tanpa kelaparan
3. Desa sehat dan sejahtera
4. Pendidikan desa berkualitas
5. Desa berkesetaraan gender
6. Desa layak air bersih dan sanitasi
7. Desa yang berenergi bersih dan terbarukan
8. Pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi desa
9. Inovasi dan infrastruktur desa
10. Desa tanpa kesenjangan
11. Kawasan pemukiman desa berkelanjutan
12. Konsumsi dan produksi desa yang sadar lingkungan
13. Pengendalian dan perubahab iklim oleh desa
14. Ekosistem laut desa
15. Ekosistem daratan desa
16. Desa damai dan berkeadilan
17. Kemitraan untuk pembangunan desa
18. Kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif
Jika mengutip dari (Hasraruddin, 2021) terdapat 17 (tujuh belas) tujuan dan
sasaran pembangunan melalui SDGs Desa, yaitu :
1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun (No Poverty)
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi
serta mempromosikan pertanian berkelanjutan (Zero Hunger)
3. Menjamin hidup sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua usia
(Good Healt and Well Being)
4. Memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil serta
memperomosikan kesempatan belajar seumur hidup (Quality Education)
7
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan anak
perempuan (Gender Equality)
6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua (Clean Water and Sanitation)
7. Memastikan akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan
modern untuk semua (Affordable and Clean Energy)
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan
keberlanjutan lapangan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang
layak untuk semua (Decent Work and Economic Growth)
9. Membangun infrastruktur yang tahan banting, mendorong indrustialisasi
yang inklusif dan keberlanjutan, serta mendorong inovasi (Industry,
Inovation, and Infrastructure)
10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara (Reduced
Inequalities)
11. Menjadikan kota dan pemukiman aman, tangguh, inklusif, dan
keberlanjutan (Sustainable Cities and Communities)
12. Memastikan pola komsumsi dan produksi yang berkelanjutan
(Responsible Consumption and Production)
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya (Climate Action)
14. Melestarikan dan secara keberlanjutan menggunakan samudra, laut, dan
sumber daya laut untuk pembangunan keberlanjutan (Life Below Water)
15. Melindungi, memulihkan dan mempromosikan penggunaan ekosistem
darat secara keberlanjutan, mengelola hutan secara keberlanjutan,
memerangi pengundulan gunung, dan menghentikan serta mengembalikan
degredasi lahan dan menghentikan hilangnya keaneragaman hayati (Life
on Land)
16. Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan
keberlanjutan, memberikan akses keadilan bagi semua dan membangun
lembaga yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan (Peace,
Justice and Strong Institutions)
8
17. Memperkuat sarana implementasi dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan keberlanjutan (Partnership for The Goals)
2.3 PENGERTIAN SARANA DAN PRASARANA
Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat terviusalisasi oleh mata
maupun teraba oleh panca indra dan dengan mudah dapat dikenal oleh pasien dan
umumnya merupakan bagian dari suatu bangbunan gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri (Permenkes RI, 2008). Sedangkan menurut Moenir (2006)
sarana adalah segala jenis peralatan yang berfungsi sebagai alat utama/ alat
langsung untuk mencapai tujuan. Contoh : tempat tidur, toilet, tempat sampah,
dan lain lain. Sedangkan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang
berfungsi secara tidak langsung untuk mencapai tujuan. Contoh : Keadaan
lingkungan sekitar ruang perawatan.
Sarana Prasarana memiliki arti yang sama dengan fasilitas dapat
mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu
tujuan, sedangkan menurut Subroto di dalam Arianto (2008), fasilitas adalah
segala sesuatu yang dapat berupa benda benda maupun uang. Lebih luas lagi
tentang fasilitas, menurut Arikunto dalam Arianto (2008) berpendapat, faslitas
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memudahkan dan memeperlancar
pelaksanaan segala sesuatu usaha, adapaun yang dapat memudahkan dan
melancarkan usaha ini dapat berupa benda benda maupun uang.
Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, lebih jelasnya
prasarana lingkungan atau sarana yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan
permukiman adalah jaringan jalan untuk mobilitas orang dan angkutan barang,
mencegah perambatan kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan bangunan
yang teratur, jaringan air bersih, jaringan saluran pembuangan air limbah dan
tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan, serta jaringan saluran
air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegah banjir setempat.
Fungsi prasarana adalah untuk melayani dan mendorong terwujudnya
lingkungan permukiman dan lingkungan usaha yang optimal sesuai dengan
fungsinya, upaya memperbaiki lingkungan membutuhkan keseimbangan antar
tingkat kebutuhan masyarakat (Diwiryo,1996 dalam Juliawan, 2015:6) 22 Dari
9
pengertian tersebut dapat disederhanakan bahwa prasarana merupakan kerangka
dasar dari suatu sistem, kerangka dasar tersebut menjadi fasilitas umum dan
pelengkapan dasar fisik yang memungkinkan lingkungan untuk berfungsi
sebagaimana mestinya.
2.4 SARANA DAN PRASARANA DESA WISATA
Menurut (Suseno et al., 2020) pengelolaan wisata alam harus melakukan
penyediaan sarana prasarana meliputi :
1. Mendukung pemeliharaan lansekap alami, jenis-jenis
endemic/langka/dilindungi, pelayanan prima, kegiatan interpretasi dimana
pengelolaa wisata alam harus menyediakan sarana prasarana terkait
pemeliharaan tersebut.
2. Memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat, kondisi sosial
budaya masyarakat, akses masyarakat dimana pengelola wisata alam harus
menyediakan sarana dan prasarana terkait pemberdayaan tersebut.
3. Menciptakan peluang/kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat dimana
pengelola wisata alam harus membuat informasi sarana prasarana yang
dapat dikelola oleh masyarakat.
Berdasarkan indikator tersebut, maka pengelola wisata alam dapat melakukan
penyusunan dokumen sebagai berikut :
1. Dokumen sarana dan prasarana
2. Dokumen desain tapak, site plan, dan DED
3. Dokumen Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam (RPPA) / Rencana
Kerja Uasaha (RKU) / Rencana Pengelolaan Hutan Desa (RPHD)
4. Dokumen Kerjasama / Naskah Kesepakatan Kerjasama
10
Gambar 2. 1 Contoh Dokumen Site Plan dan DED Wisata Alam Zona yang
Dimanfaatkan
11
Gambar 2. 3 Contoh Dokumen Kerjasama / Naskah Kesepakatan Kerjasama
2.4.1 Sarana
Sarana kepariwisataan dibagi menjadi tiga kelompok, diantaranya yaitu
(Ghani, 2009) :
1. Sarana Pokok (main tourism superstructure)
Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung kepada kedatangan orang yang
melakukan perjalanan wisata. Yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah :
a. Travel agent
b. Tour operator
c. Angkutan wisata
d. Rumah makan
e. Akomodasi
f. Objek wisata
g. Atraksi wisata
2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)
12
Yaitu perusahaan-perusahaan atau tempat- tempat yang menyediakan
fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana
pokok kepariwisataan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan
wisata. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Sarana olahraga
b. Sarana pariwisata sekunder dan amusement lainnya
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan
Sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya membuat
wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, tetapi
memiliki fungsi lain yaitu, membuat wisatawan atau pengunjung daerah
tujuan wisata lebih banyak mengeluarkan dan membelanjakan uangnya di
tempat tujuan wisata yang mereka kunjungi.
2.4.2 Prasarana
Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan
wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain
sebagainya (Warpani dan Warpani, 2007) :
1. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan daya hubung antar zona yang wujudnya berupa
jalan raya dan jaringan angkutan. Aksesibilitas merupakan faktor penting
dalam proses berwisata, tingkat kemudahan untuk menjangkau suatu
kawasan wisata dilihat dari aksesibilitas yang berupa kondisi jalan raya,
ketersediaan moda angkutan untuk menuju kawasan wisata tersebut.
peningkatan aksesibilitas berarti mempersingkat waktu dan biaya
perjalanan.
2. Utilitas
Yang termasuk kelompok utilitas adalah :
a. Listrik
Ketersediaan sumber energi listrik adalah prasyarat bagi
pengembangan industri pariwisata. Tetapi harus diperhatikan
penggunaanya. Tidak semua kawasan wisata membutuhkan listrik,
atau hanya membutuhkan sedikit energi listrik.
13
b. Air bersih
c. Persediaan air minum
d. Toilet
e. Mushola
3. Jaringan Pelayanan
a. Pelayanan Kesehatan dalam bentuk pos kesehatan atau persediaan P3K
b. Keamanan, dalam bentuk pos keamanan beserta pihak keamanan atau
oknum petugas, agar terhindar dari tindakan dari tindakan- tindakan
kriminal selama berada di kawasan wisata.
14
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
15
Kata “Terwujudnya” mengandung makna upaya dan peran Pemerintah
Desa dalam mewujudkan Desa Ngadisari yang makmur, aman dan
tentram.
b. Masyarakat yang Berakhlak Mulia
Kata “Masyarakat yang Berakhlak Mulia” mengandung makna bahwa
Pemerintah Desa Ngadisari tidak hanya melaksanakan pembangunan
fisik saja tetapi juga pembangunan non fisik.
c. Mandiri
Kata “Mandiri” mengandung makna bahwa Pemerintah Desa Ngadisari
mengharapkan masyarakatnya untuk tidak bergantung pada orang lain
ataupun desa lain.
d. Berkeadilan dan Sejahtera
Kata “Berkeadilan dan Sejahtera” mengandung makna bahwa seluruh
masyarakat Desa Ngadisari tercukupi kebtuhan lahir dan batinnya yakni
cukup akan sandang, pangan dan papan.
Sedangkan Misi atau tindakan nyata mengenai upaya yang dilakukan
untuk mewujudkan visi Pemerintah Desa Ngadisari adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan penghayatan dan pengamatan nilai-nilai agama dan
Pancasila
b. Meningkatkan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
d. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik
e. Meningkatkan perekonomian yang berorientasi kerakyatan
f. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
yang berkelanjutan
g. Meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana dasar
h. Meningkatkan kualitas pelayanan prima kepada masyarakat
2. Struktur Pemerintah Desa Ngadisari
Struktur pemerintahan desa adalah suatu sistem kelembagaan dalam
pengaturan tugas dan fungsi serta hubungan kerja. Pemerintah desa adalah
kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris
desa, kepala urusan dan kepala seksi sebagai pelaksana teknis serta kepala
16
dusun sebagai pelaksana kewilayahan. Berikut struktur pemerintahan Desa
Ngadisari :
a. Kepala Desa
b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
c. Sekretaris Desa
d. Kepala Urusan
1) Kepala Urusan Keuangan
2) Kepala Urusan Umum
3) Kepala Urusan Perencanaan
e. Kepala Seksi
1) Kepala Seksi Pemerintah
2) Kepala Seksi Pembangunan
3) Kepala Seksi Kemasyarakatan
f. Kepala Dusun
1) Kepala Dusun Cemara Lawang
2) Kepala Dusun Ngadisari
3) Kepala Dusun Wonosari
3.2 LETAK GEOGRAFIS DAN ASRONOMI DESA NGADISARI
Desa Ngadisari adalah desa yang terletak pada zona dataran tinggi yang
berkisar 1.950 Meter dari permukaan air laut (Mdpl). Rata-rata suhu harian di
Desa Ngadisari adalah 10 – 20 derajat celcius. Desa Ngadisari yang berada di
sekitar kawasan wisata Gunung Bromo ini termasuk dalam wilayah administratif
Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Letak Desa Ngadisari adalah 15
Kilometer atau 0,5 jam dari Kecamatan Sukapura dan 40 Kilometer atau 1,5 jam
dari Kabupaten Probolinggo. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Sebelah Utara : Desa Sapih Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo
Sebelah Timur : Desa Wonoroto Kecamatan Sukapura Kabupaten
Probolinggo
Sebelah Selatan : Lautan Pasir (Segara Wedi) Gunung Bromo Desa Ngadas
Kecamatan Puncokusumo, Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Lautan Pasir (Segara Wedi) Gunung Bromo Desa
Wonokitri
17
Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan
3.2.1 Topografi
Topografi di Desa Ngadisari berada pada ketinggian 1.950 Meter dari
permukaan laut (Mdpl) yang artinya desa Ngadisari berada di dataran tinggi.
Dengan ketinggian tersebut, Desa Ngadisari cocok untuk ditanami beberapa
tanaman yang dapat hidup dengan kondisi demikian contohnya bunga
edelweiss (Sitepu et al., 2019). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan
Gambar 3.2.
Luas (Ha)
Desa 0 – 650 651 – 1.300 1.301 – 1.950 Jumlah
Mdpl Mdpl Mdpl
Ngadisari 217,44 326,64 95,85 639,93
Jumlah 217,44 326,64 95,85 639,93
Presentase (%) 33,98 51,04 14,98 100,00
Tabel 3. 1 Ketinggian Wilayah Desa Ngadisari
Sumber : Kecamatan Sukapura Dalam Angka 2021
3.2.3 Klimatologi
Curah Hujan di Desa Ngadisari cukup fluktuatif dengan rata 1.750 – 2.000
mm/hari. Dengan curah hujan tersebut, Desa Ngadisari termasuk kedalam curah hujan
tinggi (Mulyono, 2016). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.4.
18
Gambar 3. 1 Peta Administrasi Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
19
Gambar 3. 2 Peta Topografi Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
20
Gambar 3. 3 Peta Jenis Tanah Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
21
Gambar 3. 4 Peta Klimatologi Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
22
3.3 DEMOGRAFIS DESA NGADISARI
3.1.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data hasil sensus penduduk Tahun 2020, jumlah penduduk
Desa Ngadisari yaitu 1.548 Jiwa dengan presentase penduduk terhadap
Kecamatan Sukapura yaitu 7,88%. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini
merupakan pertumbuhan penduduk (jiwa) Desa Ngadisari dalam kurun waktu
tahun 2016-2020. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.5.
Tabel 3. 3 Pertumbuhan Penduduk Desa Ngadisari Tahun 2016-2020
(Jiwa)
Jumlah Penduduk Pertumbuhan
Pertumbuhan
No Tahun (Jiwa) Penduduk
Penduduk (%)
(Jiwa)
1. 2016 1.543
2. 2017 1.548 5 0,32%
3. 2018 1.510 -38 -2,52%
4. 2019 1.491 -19 -1,27%
5. 2020 1.548 57 3,68%
Sumber : Kecamatan Sukapura Dalam Angka 2021
1480
1460
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Penduduk
Sumber : Kecamatan Sukapura Dalam Angka 2021
23
penurunan sebanyak 57 jiwa dikarenakan dalam Kecamatan Sukapura Dalam
Angka Tahun 2018, angka kematian meningkat sebanyak 22 jiwa. Berdasarkan
tabel pertumbuhan penduduk lima tahun terakhir maka dapat dihitung laju
pertumbuhan penduduk sebagai berikut :
r=¿-1
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = Jangka waktu
r = Laju pertumbuhan penduduk
Diketahui Nilai :
Pt = 1.548 t = 5 tahun
P0 = 1.543
Ditanya : r atau laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2016-2020
Maka : r=¿–1
r=¿–1
r = ( √5 1,0032 ) – 1
r = 5,008 – 1
r = 4,008 atau bisa dibulatkan 4
Jika nilai r > 0, artinya pertumbuhan penduduk positif atau terjadi
penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya
pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari
tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah penduduk
dari tahun sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan laju partumbuhan penduduk Desa Ngadisari
dari tahun 2016-2020 adalah sebesar 4 (terjadi pertumbuhan karena
hasilnya positif).
3.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk berdasarkan jenis kelamin merupakan data perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu
kawasan. Penduduk menurut jenis kelamin di Desa Ngadisari di dominasi oleh
penduduk perempuan sebesar 778 jiwa sedangkan penduduk laki-laki sebesar
24
770 jiwa, maka rasio jenis kelamin sebesar 98,97 artinya rasio jenis kelamin
Desa Ngadisari menunjukan bahwa penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan penduduk laki-laki. Lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.4.
Tabel 3. 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Ngadisari
Tahun 2020
Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin
No Tahun
Laki-Laki Perempuan (sex ratio)
1 2020 770 778 98,97
Sumber : Kecamatan Sukapura Dalam Angka 2021
Berdasarkan Tabel
3.5 dan Gambar 3.6
Jumlah penduduk
menurut usia di Desa
Ngadisari tahun 2020
pada umur 15-64 tahun
merupakan jumlah
terbanyak dengan Gambar 3. 6 Diagram Usia Produktif dan Non-
Produktif Desa Ngadisari
jumlah 1.162 jiwa.
Sedangkan umur 65+ tahun merupakan jumlah penduduk terkecil sebanyak
133 jiwa. Jumlah usia produktif dapat dilihat dari umur 15 – 64 tahun sebanyak
1.162 jiwa atau 75,06% dari total jumlah penduduk Desa Ngadisari. Sedangkan
25
untuk usia non-produktif dapat dilihat dari usia muda atau usia < 15 tahun serta
usia tua atau usia > 65 tahun sebanyak 386 jiwa atau 24,94% dari total jumlah
penduduk Desa Ngadisari.
3.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama
Penduduk menurut agama merupakan data yang menggambarkan
komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3. 6 Jumlah Penduduk Menurut Agama Desa Ngadisari Tahun 2020
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Desa Jumlah
Islam Protestan Katolik Hindu
Ngadisari 50 - - 1.418 1.468
Sumber : Kecamatan Sukapura Dalam Angka 2021
Pertanian Lahan
Hutan Tanaman
Tanah Terbuka
Hutan Lahan
Pemukiman
Kering
Desa Jumlah
26
Gambar 3. 7 Peta Penggunaan Lahan Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
27
3.5 KETENAGAKERJAAN DESA NGADISARI
Ketenagakerjaan yang dominan di Desa Ngadisari adalah mata pencaharian
dari sektor pertanian, sektor perdagangan jasa, dan sektor lainnya. Adapun
penduduk usia produktif adalah penduduk dengan usia di atas 15 tahun. Kompilasi
penduduk bekerja menurut lapangan usaha utama di Desa Ngadisari adalah pada
tani sebanyak 572 jiwa, sehingga hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi
besar dalam menunjang pengembangan wilayah sebagai kegiatan pertanian.
Tabel 3. 8 Jumlah Penduduk Menurut Ketenagakerjaan Desa Ngadisari
Tahun 2020
No Ketenagakerjaan Jumlah (Jiwa)
1 Tani 572
2 Buruh Tani 37
3 Pedagang 2
4 Pemilik Toko 25
5 Pemilik Kios 7
6 Pemilik Jasa Hotel 6
7 Pemilik Villa/Homestay 201
8 Pemilik Guest House 1
9 Pengrajin Batik 7
10 PNS/Pejabat Daerah 14
11 TNI, Polwan 2
12 Sopir Hardtop 400
13 Pemandu Kuda 200
Jumlah 1.120
Sumber : Kecamatan Sukapura Dalam Angka 2021
28
prasarana yang sesuai dengan kebutuhan pariwisata. Peran pemerintah dan
peran swasta harus bisa berjalan beriringan dengan sangat baik.
3.6.3 Kebijakan Masyarakat
Dalam suatu pengembangan desa wisata pada prinsipnya harus
melibatkan masyarakat atau penduduk setempat, Prinsip pengembangan desa
wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat
memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan serta memiliki prinsip-
prinsip pengelolaan antara lain, yaitu :
1. Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat
2. Menguntungkan masyarakat setempat
3. Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik
dengan masyarakat setempat
4. Melibatkan masyarakat setempat
5. Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan dan beberapa
kriteria yang mendasarinya, antara lain :
a. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat local
yang biasanya mendorong peran serta masyarakat
b. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan
kegiatan ekonomi tradisional lainnya
c. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses
pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan
Kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian
pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata
d. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.
29
BAB IV
METODE, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
30
4.1 METODE
Latar Belakang
a. Menurut keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378/1987 tentang Standar Konstruksi Bangunan
Indonesia, Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan,
pembuangan sampah, jaringan listrik.
b. Peran sarana dan prasarana yang sangat penting terdapat dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial,
budaya, serta kesatuan dan persatuan bangsa terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi
interaksi dan komunikasi diantara kelompok masyarakat serta mengikat dan menghubungkan antar
wilayah.
c. Sebagai desa yang berada di kawasan wisata, dan memiliki potensi unggulan Desa Ngadisari berperan
penting untuk meningkatkan kesan dan reputasi wisata Gunung Bromo. Kesan dan reputasi objek wisata
yang terlihat indah dan memiliki fasilitas yang baik dapat memunculkan daya tarik yang kuat bagi para
pengunjung.
Data Data
a. Sarana Kebijakan sarana prasarana sebagai desa
1) Warung makan yang berada di Kawasan wisata menurut
2) Toilet Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
3) Lokasi Pembuangan Sampah Kehutanan Republik Indonesia No.
4) Parkir P.13/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2020 tentang
5) Rambu-Rambu Petunjuk Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata
Arah Jalan Alam di Kawasan Hutan
b. Prasarana
1) Jaringan Komunikasi
2) Jaringan Listrik Metode Analisis Data
3) Jaringan Jalan Analisis Deskriptif
Kualitatif
31
merupakan data lunak (soft data) yang berupa kata, ungkapan, kalimat dan
Tindakan, bukan merupakan data keras (hard data) yang berupa angka-angka
statistic, seperti dalam penelitian kuantitatif. Kerangka pikir penelitian secara
lengkap dijabarkan pada Gambar 4.1.
4.1.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah penjabaran dari pengertian semua
variabel yang diajukan dalam penelitian (Irawan et al., 2015). Definisi
operasional variabel penelitian ini dijelaskan pada Tabel 3.1.
32
Tabel 4. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Data Yang Metode
No Tujuan Penelitian Variabel Sub Variabel Metode Analisis Output
Diperlukan Pengumpulan Data
1. Mengidentifikasi a. Sarana 1) Warung Makan 1) Kondisi Warung 1) Observasi Deskriptif Kualitatif Kondisi eksisiting
kondisi dari sarana 2) Toilet Makan 2) Dokumentasi dengan Foto sarana dan prasarana
dan prasana di Desa 3) Lokasi 2) Kondisi Toilet Mapping
Ngadisari, sebagai Pembuangan 3) Kondisi Lokasi
desa yang berada di Sampah Pembuangan
kawasan wisata 4) Parkir Sampah
Gunung Bromo 5) Rambu-Rambu 4) Kondisi Pakir
Petunjuk Arah 5) Kondisi Rambu
Jalan Rambu Petunjuk
Jalan Arah
b. Prasarana 1) Jaringan 1) Kondisi Jaringan
Komunikasi Komunikasi
2) Jaringan Listrik 2) Kondisi Jaringan
3) Jaringan Jalan Listrik
3) Kondisi Jaringan
Jalan
2. Mengidentifikasi Kebijakan sarana prasarana sebagai desa yang berada di Kawasan wisata menurut Peraturan Analisis Deskriptif Kebijakan terkait
kebijakan terkait Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. Kualitatif sarana dan prasarana
sarana dan prasarana P.13/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2020 tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata di Desa Ngadisari
di Desa Ngadisari, Alam di Kawasan Hutan
sebagai desa yang
berada di kawasan
wisata Gunung
Bromo
Sumber: Hasil Kompilasi Tahun 2022
33
4.1.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara dalam
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi dalam
menjawab rumusan masalah penelitian (Noor, 2011). Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data
primer dan metode pengumpulan data sekunder.
1. Metode Pengumpulan Data Primer
Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini
berupa dokumentasi dan kuisioner.
a. Observasi
Observasi yaitu observasi yang dilakukan langsung di lapangan
untuk memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Observasi
ini untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana kawasan wisata
itu sendiri serta fasilitas penunjang lainnya.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data-data dari catatan, dokumentasi yang sesuai dengan
kebutuhan data dalam penelitian ini.
2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat
dokumen. Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang
berfungsi melengkapi data yang diperlukan data primer (Sugiyono,
2016).
4.1.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah salah satu komponen penting dalam proses
Data Analysis. Metode analisis data merupakan bagian dari proses analisis
dimana data yang dikumpulkan lalu diproses untuk menghasilkan kesimpulan
dalam pengambilan keputusan, analisis data dalam penelitian ini yaitu :
1. Mengindentifikasi kondisi sarana dan prasarana yang ada di Desa
Ngadisari menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan
34
teknik analisis foto mapping, analisis ini digunakan untuk menjabarkan
hasil observasi lapangan terhadap objek studi dan disertai foto.
2. Mengidentifikasi Kebijakan sarana prasarana sebagai desa yang berada di
Kawasan wisata menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia No. P.13/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2020
tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata Alam di Kawasan
Hutan.
4.2 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.2.1 Kondisi Sarana Dan Prasarana Di Desa Ngadisari
1. Sarana
Sarana pariwisata adalah segala sesuatu yang melengkapi dan bertujuan
untuk memudahkan proses kegiatan pariwisata dapat berjalan lancar
(Ghani, 2015). Di Desa Ngadisari terdapat sarana pariwisata sebagai
penunjang kegiatan pariwisata di Gunung Bromo. Jenis sarana tersebut
antara lain adalah warung makan, toilet umum, lahan parkir, tempat
ibadah, rambu penunjuk jalan arah, dan penginapan (homestay). Untuk
mengetahui bagaimana kondisi eksiting semua sarana di Desa Ngadisari
diperlukan identifikasi pada setiap sarana yang ada di Desa Ngadisari.
Kondisi eksisting sarana di Desa Ngadisari dijabarkan dalam Tabel 4.2
sebagai berikut.
Tabel 4. 2 Kondisi Eksisting Sarana di Desa Ngadisari
No Jenis Sarana Kondisi Eksisting Foto Hasil Analisis
1. Warung Warung makan yang ada di Berdasarkan
Makan Desa Ngadisari berupa hasil eksisting
bangunan permanen dan non (Pengamatan)
permanen. Bangunan dan hasil
permanen adalah rumah observasi
warga yang sengaja untuk sudah sesuai
dibuka warung makan,
sedangkan bangunan non
permanen berupa warung Sumber : Hasil Survey Sekunder
makan yang terbuat dari 2022
bamboo.
35
No Jenis Sarana Kondisi Eksisting Foto Hasil Analisis
2. Toilet Umum Toilet umum di Desa Berdasarkan
Ngadisari terbilang cukup hasil eksisting
ssedikit dan kurang memadai (Pengamatan)
apabila terjadi kelonjakan dan hasil
wisatawan. Kondisi dari observasi
toilet tersebut cukup bersih sudah sesuai
namun air bersih di kawasan
wisata ini kurang tersedia. Sumber : Hasil Survey Primer 2022
3. Lahan Parkir Lahan parkir di Desa Berdasarkan
Ngadisari untuk fasilitas hasil eksisting
wisata Gunung Bromo sudah (Pengamatan)
cukup memadai, berupa dan hasil
terminal pemberhentian observasi
untuk bus, mobil atau sudah sesuai
kendaraan pribadi lainnya. Sumber : Hasil Survey Primer 2022
4. Tempat Ibadah Mayoritas penduduk Desa Berdasarkan
Ngadisari adalah pemeluk hasil eksisting
agama hindu, oleh karenanya (Pengamatan)
sangat banyak dijumpai pura dan hasil
di Desa Ngadisari observasi
sudah sesuai
2. Prasarana
Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah
36
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,
jembatan, dan lain sebagainya (Suwantoro, 2004). Untuk menuju ke
obyek wisata Gunung Bromo via Probolinggo maka akan melalui pintu
masuk yang terdapat di Desa Ngadisari. Lokasi objek wisata Gunung
Bromo dapat ditempuh menggunakan segala macam kendaraan, baik
roda dua maupun roda empat. Kondisi jalan menuju obyek wisata
Gunung Bromo yang melalui Desa Ngadisari sudah cukup baik dengan
perkerasan berupa jalan aspal, begitupun kondisi secara keseluruhannya.
Selain jaringan jalan di Desa Ngadisari terdapat prasarana sebagai
penunjang kegiatan wisata yang diantaranya adalah jaringan
telekomunikasi dan jaringan listrik. Kondisi eksisting prasarana di Desa
Ngadisari dijabarkan di dalam Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4. 3 Kondisi Eksisting Prasarana di Desa Ngadisari
No. Jenis Prasarana Kondisi Eksisting Foto Hasil Analisis
1. Jaringan Jalan Secara keseluruhan Berdasarkan
jaringan jalan di Desa hasil eksisting
Ngadisari sudah cukup (Pengamatan)
baik, namun di beberapa dan hasil
lokasi ditemukan jalan observasi
yang berupa tanah sudah sesuai
sehingga ketika turun
hujan deras, terjadi
genangan. Lokasi jalan
yang berupa tanah ini
bukan jalan utama untuk
menuju ke obyek wisata
Gunung Bromo
37
Sumber : Hasil Survey Primer 2022
38
Gambar 4. 2 Peta Sarana Warung Makan Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
39
Gambar 4. 3 Peta Sarana Toilet Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
40
Gambar 4. 4 Peta Sarana Parkir Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
41
Gambar 4. 5 Peta Sarana Peribadatan Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
42
Gambar 4. 6 Peta Petunjuk Jalan Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
43
Gambar 4. 7 Peta Sarana Penginapan Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
44
Gambar 4. 8 Peta Jaringan Jalan Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
45
Gambar 4. 9 Peta Jaringan Telekomunikasi Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
46
Gambar 4. 10 Peta Jaringan Listrik Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
47
4.2.2 Kebijakan Terkait Sarana Dan Prasarana Di Desa Ngadisari
Terkait kebijakan yang mengatur sarana dan prasarana desa Ngadisari
dibedakan menjadi 3 kelompok cakupan bahasan, (Efendi, 2020) yakni :
1. Kebijakan Pengembangan Pemerintah
Dalam kebijakan pengembangan yang ditentukan oleh pemerintah
mencakup kebijakan nasional, maupun kebijakan pemeliharaan strategis
yang beterkaitan dengan Desa Ngadisari yang masuk kedalam TNBTS
(Taman Nasional Bromo Tngger Semeru) diantaranya :
a. Pedoman Umum Pengembangan Infrastruktur Terpadu untuk
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Dalam surat edaran nomor : 10/SE/KW/2021 tentang pedoman umum
umum pengembangan infrastruktur terpadu untuk kawasan strategis
pariwisata nasional yang mana kawasan Bromo-Tengger-Semeru
termasuk dalam program pembangunan pariwisata secara
terintergrasi dan berkelanjutan. Berdasarkan peraturan tersebut
dijelaskan bahwa komponen program ke-2 menyebutkan peningkatan
kualitas jalan dan akses pelayanan dasar terkait dengan pariwisata.
Sedangkan terkait pembiayaan bersumber meliputi pinjaman bank
dunia, hibah, penertaan pemerintah pusat, penyertaan pemerintah
daerah, swasta, masyarakat, dan sumber lainnya.
Tabel 4. 4 Provinsi dan Kota/Kabupaten yang Memenuhi
Persyaratan (Eligible) dan Dapat Berpartisipasi di Dalam P3TB
Destinasi Wisata Prioritas Kawasan Inti Pariwisata
Batas Batas
Deskripsi Deskripsi
Adminstratif Administratif
Bromo- 1. Kabupaten Kawasan 1. Kecamatan
Tengger- Pasuruan Bromo- Tosari
Semeru 2. Kabupaten Tengger- (Pasuruan)
Probolinggo Semeru 2. Kecamatan
3. Kabupaten Sukapura
Lumajang (Probolinggo)
4. Kabupaten 3. Kecamatan
Malang Pasrujambe
5. Kota Malang (Lumajang)
4. Beberapa
kecamatan di
Kabupaten
48
Destinasi Wisata Prioritas Kawasan Inti Pariwisata
Batas Batas
Deskripsi Deskripsi
Adminstratif Administratif
dan Kota
Malangyang
akan
ditetapkan
berdasarkan
RIDPN
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2022
49
Menunggu
Kegiatan
RIDPN
1.7 Pemeliharaan rutin, perawatan berkala, Tidak
rehabilitasi jembatan
1.8 Pelebaran jembatan Ya
1.9 Pembangunan jembatan Ya
1.10 Dukungan jalan daerah Tidak
1.11 Layanan perencanaan, pengendalian Tidak
dan pengawasan preservasi dan
peningkatan kapasitas jalan nasional
II Infrastruktur dan Pelayanan
Pariwisata
2.1 Pembangunan infrastruktur baru untuk Ya
pejalan kaki, sepeda, dan angkutan
tidak bermotor, seperti trotoar, jalan
setapak, jalur sepeda, penyeberangan
jalan, jembatan penyeberangan orang,
dan lain-lain
2.2 Perbaikan/peningkatan infrastruktur Tidak
untuk pejalan kaki, sepeda, dan
angkutan tidak bermotor, seperti
trotoar, jalan setapak, jalur sepeda,
penyeberangan jalan, jembatan
penyeberangan orang, dan lain-lain
2.3 Pembangunan taman kota dan ruang Ya
terbuka hijau untuk memperindah kota
2.4 Rehabilitasi/perbaikan/ peningkatan Tidak
taman kota dan ruang terbuka hijau
untuk memperindah kota
2.5 Pembangunan atau peningkatan fasilitas Ya
angkutan umum di daerah, seperti
pemberhentian bus dan terminal serta
terminal feri, taksi dan truk.
Pemeliharaan dan perbaikan berkala
pada terminal dan dermaga feri di
pelabuhan-pelabuhan daerah yang ada
2.6 Pembangunan kawasan pariwisata Ya
terpadu
2.7 Rehabilitasi/perbaikan/ peningkatan Tidak
kawasan pariwisata terpadu skala kecil
III Penyediaan Air Bersih
3.1 Pembangunan/ perluasan jaringan Tidak
pasokan air
3.2 Pembangunan/ perluasan fasilitas Tidak
pengolahan air perkotaan (< 100 l/s)
3.3 Perluasan fasilitas pengolahan air Ya
perkotaan yang sudah ada atau
50
Menunggu
Kegiatan
RIDPN
pembangunan fasilitas baru (> 100 l/s)
3.4 Perbaikan atau pergantian fasilitas Tidak
penyimpanan air yang sudah ada (atau
yang rusak)
IV Sanitasi
4.1 Pembangunan/perluasan instalasi Ya
pengolahan lumpur limbah tinja
4.2 Rehabilitasi/peningkatan instalasi Tidak
pengolahan lumpur tinja yang sudah
ada
4.3 Pembangunan/perluasan sistem Ya
perpipaan air limbah
4.4 Rehabilitasi/peningkatan sistem Tidak
perpipaan air limbah yang sudah ada
4.5 Pembangunan/perluasan instalasi Ya
pengolahan air limbah skala kota
4.6 Rehabilitasi/ peningkatan instalasi Tidak
pengolahan air limbah skala kota yang
sudah ada
4.7 Pembangunan/ rehabilitasi instalasi Tidak
pengolahan air limbah skala komunal
4.8 Pembangunan/perbaikan fasilitas WC Tidak
umum dan sanitasi (misalnya fasilitas
MCK di daerah hunian masyarakat
setempat/taman)
4.9 Truk penyedot tanki septik Tidak
V Persampahan
5.1 Fasilitas pengolahan sampah skala kecil Tidak
5.2 Truk pengumpul sampah dan peralatan Tidak
pengumpul sampah lainnya
5.3 Fasilitas biogas dan pengomposan Tidak
berskala kecil
5.4 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tidak
5.5 Pembangunan/ perluasan Tempat Ya
Pembuangan Akhir (TPA), dengan
metode lahan urug terkendali/ metode
lahan urug saniter, termasuk fasilitas
pendukungnya
5.6 Rehabilitasi/perbaikan/peningkatan Tidak
Tempat Pembuangan Akhir (TPA),
dengan metode lahan urug terkendali/
metode lahan urug saniter, termasuk
fasilitas
pendukungnya
5.7 Pembentukan organisasi 3R atau Tidak
51
Menunggu
Kegiatan
RIDPN
layanan masyarakat (misalnya, program
bank sampah)
Vi Drainase Dan Pengendali Banjir
6.1 Pembangunan/perluasan fasilitas dan Ya
jaringan drainase
6.2 Rehabilitasi/peningkatan fasilitas dan Tidak
jaringan drainase yang sudah ada
6.3 Pembangunan/perluasan kolam retensi Ya
air hujan
6.4 Rehabilitasi/perbaikan/peningkatan Tidak
kolam retensi air hujan yang sudah ada
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2022
52
Kebijakan dalam pengaturan pembangunan desa yang disesuaikan
dengan fungsi aparatur desa diantaranya :
a. Kepala desa (kewajiban dalam pengajuan Rancangan Peraturan Desa
RAPERDES bersama badan permusyawaratan desa BPD untuk
selanjutnya ditetapkan sebagai praturan desa.
b. Badan permusyawaratan desa BPD berfungsi untuk membahas dan
menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa.
3. Kebijakan Dalam Cakupan Hukum Adat Desa
Dalam koordinasi kebijakan melalui hukum adat pada suku Tengger
terbagi menjadi 2 wilayah ang masing-masing terdiri atas kelompok desa
yang dipimpin oleh kepala adat yang bertugas mengkoordinir di
wilayahnya. Seorang kepala adat memiliki fungsi spiritual dan fungsi
sosial, sedangkan dalam kaitannya dengan kebijakan dalam sarpras yakni
lebih mengarah pada fungsi social adalah sebagai mediator antara
masyarakat dan rusan yang berhubungan dengan pemerintah, selain itu
dukun adat juga berwewenang dalam pengambilan keputusan, aturan,
sanksi, bagi pelanggar peraturan dan hukum adat. Sanksi adat yang
dikenakan untuk yang melakukan pelanggaran hokum adat terdapat
sanksi hokum yang berlaku dan bermanfaata bagi pembangunan “…
Sedangkan laki-laki dikenakan batu atau semen untuk pembangunan…”
(Bambang/Kepala Adat Suku Tengger, 13 Juni 2022)
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Kebijakan terkait sarana prasarana Desa Ngadisari,
Pengembangan sarana dengan keberadaan desa Ngadisari yang termasuk kedalam
TNBTS dalam hal kebijakan yang ditetapkan oleh masyarakat Sedangkan dalam
kaitannya kebijakan sarana yang dilakukan oleh pemerintah pada Desa Ngadisari
pembangunan Sarana pendukung permukiman wewenang masih ada pada
pemerintah yang tetap berkoordinir dengan masyarakat adat setempat sedangkan
dalam kebijakan sarana terkait wisata ditanggani oleh Balai Besar Taman
Nasional Bromo Tenger Semeru (BB TNBTS) yang diatur dalam Perjanjian
Kerjasama yang ditetapkan pada 22 Oktober 2020. Pengembangan prasarana
menjadi 3 kelompok yakni kebijakan pengembangan pemerintah, kebijakan dalam
peraturan desa dan kebijakan dalam cakupan hukum adat desa. Secara
keseluruhan prasarana di Desa Ngadisari sudah cukup baik, Seperti jaringan listrik
yang sudah terjangkau PLN, jaringan jalan ada beberapa titik yang berupa tanah
sedangkan jalan utama menuju Wisata Gunung Bromo beraspal baik, dan jaringan
telekomunikasi masih ditemukan signal dengan baik.
5.2 SARAN
Diperlukan komunikasi dalam pengembangan kebijakan terkait sarana dan
prasarana yang selanjutnya dapat mendukung ketersediaan dan perkembangan
sarana prasarana antara pemerintah, swasta dan masyarakat adat.
54
DAFTAR PUSTAKA
55