Analisi Regional dan kebijakan ini digunakan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan
Kecamatan Wringinanom terhadap Kabupaten Gresik dalam system regional yang lebih luas .
Dalam Analisis Regional dan kebijakan ini Terdapat beberpa aspek , yang meliputi:
4.3.1 Analisis Kedudukan Dan Keterkaitan Sosial Budaya Dan Demografi Kecamatan
Wringinanom Pada Wilayah Yang Lebih Luas
Jumlah Penduduk Kabupaten Gresik Dilihat dari BPS tahun 2020 sebesar
1.298.184 jiwa sedangkan Jumlah penduduk Kecamatan Wringinanom dilihat dari
data Badan Pusat Statistik Kecamatan Wringinanom tahun 2020 memiliki jumlah
keseluruhan penduduk yaitu 73,297 jiwa.
Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Wringinanom Tahun 2020
Jumlah
No. Desa/
Penduduk(Jiwa)
1 Kedunganyar 3,134
2 Sumberame 4,555
3 Wringinanom 5,732
4 Lebanisuko 4,051
5 Lebaniwaras 3,367
6 Sumengko 7,061
Pasinanlemahputi
7 5,956
h
8 Watestanjung 5,874
9 Pedagangan 4,547
10 Sembung 5,151
11 Sumberwaru 4,373
12 Kepuhklagen 4,26
13 Sumbergede 2,264
14 Mondoluku 1,725
15 Kesambenkulon 6,41
16 Sooko 4,837
Jumlah 73,297
Sumber : BPS Kecamatan Wringinanom Tahun 2021
Proporsi penduduk Kecamatan
Wringinanom terhadap Kabupaten Gresik
Penduduk Gresik
5% Penduduk
Wringinanom
95%
4%
Bayam Kabupaten Gresik
Bayam Kecamatan
Wringinanom
96%
78%
81%
3%
Kangkung Kabupaten Gresik
Kangkung Kecamatan
Wringinanom
97%
Petsai/Sawi Kabupaten
Gresik
39% Petsai/Sawi Kecamatan
Wringinanom
61%
85%
1%
Kunyit Kabupaten Gresik
Kunyit Kecamatan
Wringinanom
99%
1% Temulawak Kabupaten
Gresik
Temulawak Kecamatan
Wringinanom
99%
Menurut RTRW Kabupaten Gresik 2011-2031 Kegiatan perkotaan Gresik yang harus
dikembangkan meliputi sebagian wilayah Perkotaan Gresik yang mempunyai
kecenderungan berkembang ke arah sektor industri, dan pemanfaatan lahan seperti
permukiman, perdagangan, pergudangan yang terkonsentrasi berpusat di sepanjang jalan
arteri.
Menurut RTRW Kecamatan Wringinanom diperuntukkan sebagai kawasan PPK (Pusat
Pelayanan Kawasan) yang di dalamnya terdapat kawasan PPL diarahkan pada desa :
A. Sarana : PPL Pasinan Lemah Putih yaitu pasar desa, PPL Sumberame yaitu
SPBU Pertamina 54.611.16, PPL Sembung yaitu , PPL Kesamben Kulon
yaitu puskesmas yang melayani 6 desan, dan PPL Wringinanom yaitu
Puskesmas yang melayani 10 desa, Kantor Kecamatan yang melayani
seluruh desa, Kantor Urusan Agama (KUA).
1%
99%
Sarana Pelayanan Kegiatan yang mendukung Masih kurangnya sarana Pendidikan tinggi
Umum kehidupan warga seperti dan rumah sakit
sekolah, balai pengobatan,
tempat ibadah, dan sarana
olahraga
Kawasan Industri dan Industri kecil dan Penataan area SIKM dan penetapan
industri kecil dan menengah berupa standar pengolahan limbah supaya kondisi
menengah kegiatan masyarakat lingkungan tetap terjaga
memproduksi
gerabah dari liat
Sumber: Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota; Hasil analisis, 2021
Sumber: Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota; Hasil analisis, 2021
4.12.6 Analisis Ketentuan Standar setiap Sektor Terkait
Menurut Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, standar teknis adalah aturan-aturan
teknis pembangunan sarana dan prasarana permukiman perkotaan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan yang
terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Standar teknis ini berfungsi sebagai
panduan pelaksanaan pembangunan dan sekaligus juga berfungsi sebagai instrumen
pemeriksaan dan pengawasan pengendalian pemanfaatan ruang. Penentuan standar teknis di
Kawasan Kecamatan Wringinanom disusun berdasarkan zona dan sub zona. Berikut ini tabel
penjelasannya:
Tabel 4.? Standar Teknis Terkait Sektor
Zona Sub Zona Kriteria Standar Teknis Tiap Sektor
Lindung • Resapan Air Sempadan Sektor Lingkungan Hidup
• Sempadan • daratan • PP No 38 Tahun 2011 tentang
Sungai sepanjang Sungai
• Sekitar tepian sungai • Peraturan Menteri Pekerjaan
Danau atau bertanggul Umum Nomor:
Waduk dengan lebar 05/PRT/M/2008 Tentang
• Sekitar Mata paling sedikit 5 Pedoman Penyediaan dan
Air (lima) meter dari Pemanfaatan Ruang Terbuka
• Ruang kaki tanggul Hijau di Kawasan Perkotaan
Terbuka sebelah luar; • Peraturan Menteri Pekerjaan
Hijau • daratan Umum Dan Perumahan
sepanjang Rakyat Republik Indonesia
tepian sungai Nomor 28/PRT/M/2015
bertanggul Tentang Penetapan Garis
dengan lebar Sempadan Sungai Dan Garis
paling sedikit 10 Sempadan Danau
(sepuluh) meter
dari kaki tanggul
sebelah luar;
• daratan
sepanjang
tepian anak
sungai tidak
bertanggul di
luar kawasan
Zona Sub Zona Kriteria Standar Teknis Tiap Sektor
permukiman
dengan lebar
paling sedikit 50
(lima puluh)
meter dari tepi
sungai.
• Sempadan
waduk/danau
minimal 50 m
• Sempadan mata
air minimal 200
m
Ruang publik, seperti
taman kota, taman
RT/RW sesuai KDH
Budidaya • Perumahan • Kemiringan Sektor Jalan
• Perdagangan lahan tidak Permen PU No. 19/PRT/M/2011
dan jasa melebihi 15% tentang Persyaratan Teknis Jalan dan
• Perkantoran • aksesibilitas Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
• Sarana minimum untuk
Pelayanan Taman Kanak- Sektor Perumahan
Umum kanak, SD, dan • PP No 14 Tahun 2106 tentang
• Industri taman bacaan Penyelenggaraan Perumahan
• Hutan adalah jalan dan Kawasan Permukiman
Produksi lingkungan • SNI 03-1733-2004 Tentang
• Hutan utama Tata Cara Perencanaan
Rakyat • Aksesbilitas Lingkungan Perumahan di
• Perkebunan minimum untuk Perkotaan
• Perikanan SLTP dan SMU • Permen PUPR No.
• Pertahanan adalah jalan 10/PRT/M/2019 tentang
dan kolektor Kriteria dan Persyaratan
Keamanan • Taman Kanak- Kemudahan Perolehan
• Tempat kanak radius Rumah Bagi Masyarakat
Pengolahan 500 m Berpenghasilan Rendah
Akhir • Sekolah Dasar
• Transportasi radius 1000 m Sektor Bangunan Gedung
• Zona • SLTP radius Permen PU No 29/PRT/M/2006
Lainnya 1000 m tentang Pedoman Persyaratan Teknis
• SMU radius Bangunan Gedung
3000 m
• Taman bacaan Sektor Pendidikan
radius 1000 m Permendikbud No. 32 Tahun 2018
• Aksesbilitas tentang Standar Teknis Pelayanan
terminal adalah Minimal Pendidikan
yang
menghubungkan Sektor Kesehatan
antar lokasi • Peraturan Menteri Kesehatan
kegiatan Republik Indonesia Nomor 75
transportasi Tahun 2014 Tentang Pusat
minimal jalan Kesehatan Masyarakat
kolektor • Pedoman Teknis Instalasi
• Puskesmas Pengolahan Air Limbah,
tidak didirikan di Kementerian Kesehatan RI
lokasi
berbahaya, Sektor Industri
Zona Sub Zona Kriteria Standar Teknis Tiap Sektor
yaitu: 1. tidak di • Peraturan Menteri
tepi lereng; 2. Perindustrian Republik
tidak dekat kaki Indonesia No. 35/M-
gunung yang IND/PER/3/2010 Tentang
rawan terhadap Pedoman Teknis Kawasan
tanah longsor; 3. Industri
tidak dekat anak • Peraturan Menteri Industri No.
sungai, sungai 14 Tahun 2019 tentang
atau badan air Penumbuhan dan
yang dapat Pengembangan Industri Kecil
mengikis dan Industri Menengah Melalui
pondasi; 4. tidak Program Restrukturisasi Mesin
di daerah rawan dan/atau Peralatan
banjir. • Peraturan Menteri
• Puskesmas Perdagangan Republik
didirikan di Indonesia Nomor : 16/M-
lokasi yang dag/Per/3/2006 Tentang
mudah Penataan Dan Pembinaan
dijangkau oleh Pergudangan
masyarakat dan
dapat diakses Sektor Pengolahan Limbah
dengan mudah • Peraturan Menteri Lingkungan
menggunakan Hidup Republik Indonesia
transportasi Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
umum Baku Mutu Air Limbah
Industri (kecil dan
menengah)
• Kemiringan
lahan tidak
melebihi 15%
• Jarak terhadap
Permukiman
minimal 2 km
• Jarak ke Pusat
Kota minimal 10
km
• Jarak lokasi ke
sungai atau
sumber air
bersih maksimal
5 km
• Peruntukan
lahan non
pertanian non
permukiman,
dan non lindung
IPAL
• lokasi IPAL lebih
baik didaerah
pengembangan
wilayah yang
mempunyai
prosentase
Zona Sub Zona Kriteria Standar Teknis Tiap Sektor
kecil, seperti
pada daerah
lahan pertanian.
• Bebas banjir
Sumber: Hasil Analisis, 2021
4.12.7 Analisis Kewenangan dalam Perencanaan, Pemanfaatan Ruang dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Perencaan, pemanfatan dan Pengendalian sering kali dihadapkan pada persoalan
kelembagaan. Dalam hal ini, persoalan terkait kelembagaan dan pengendalian adalah sebagai
berikut:
a. Aspek legal lembaga, misalnya tidak maksimalnya fungsi dan peran kelembagaan,
karena sifat kelembagaan;
b. Persoalan koordinasi yang terhambat oleh ego sektoral;
c. Tidak lengkapnya perangkat kelembagaan untuk menjalankan fungsi pengendalian
pemanfaatan ruang;
d. Belum sinkron dalam pembagian fungsi dan tugas berkaitan dengan pengendalian
pemanfataan ruang;
e. Terbatasnya sumber daya untuk melakukan pengawasan sekaligus penertiban
pemanfaatan ruang.
Kelembagaan menjelaskan mengenai instansi penyusunan aturan pola pemanfaatan
ruang, peran serta masyarakat, proses legalisasi dan sosialisasi. Jenis Lembaga yang terkait
dengan Peraturan Zonasi adalah:
1. Lembaga Pengambil Keputusan, yang terdiri atas:
f. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
g. Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
h. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
i. Lembaga lain yang mempunyai kewenangan memberi izin dan/atau pemanfaatan
ruang/bangunan, seperti:
Badan Penanggulana Bencana Daerah
Dinas Perhubungan
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
2. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
3. Lembaga Pembuat Rekomendasi, dapat terdiri atas:
a. Komisi Perencanaan
b. Komisi Transportasi
c. Komisi Arsitektur Kota
d. Komisi Amdal/Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Tabel 4.? Identifikasi Tugas Dan Wewenang Lembaga Pemerintah Terkait Peraturan Zonasi
Lembaga
Tugas dan Wewenang
Pemerintah
DPRD a. Menetapkan Peraturan Daerah tentang Peraturan Zonasi bersama
dengan Kepala Daerah;
Lembaga
Tugas dan Wewenang
Pemerintah
b. Memberikan persetujuan terhadap perubahan Peraturan Zonasi yang
tergolong revisi atau berdampak besar;
c. Membuat keputusan terhadap gugatan masyarakat, terkait dengan
penataan ruang yang tercakup dalam Peraturan Zonasi.
a. Menyusun Peraturan Zonasi Kabupaten/kota;
Perencanaan,
b. Melaksanakan evaluasi Peraturan Zonasi berdasarkan pengajuan
Penelitian, dan
perubahan Peraturan Zonasi yang ada di wilayah kabupaten/kota yang
Pengembangan
bersangkutan.
Badan Wewenang:
Koordinasi a. Membantu penyusunan Peraturan Zonasi di wilayah Kota/Kabupaten
Penataan yang bersangkutan;
Ruang Daerah b. Mengintegrasikan dan memaduserasikan penyusunan Peraturan Zonasi
dengan produk rencana tata ruang yang ada, serta dengan pelaksanaan
peraturan zonasi di lapangan;
c. Optimalisasi kesesuaian penyelenggaraan penertiban, pengawasan
(pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) dan perizinan pemanfaatan
ruang dengan Peraturan Zonasi;
d. Optimalisasi peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang serta dalam
penyusunan dan pelaksanaan Peraturan Zonasi;
e. Pengembangan dan penyediaan data dan informasi berkaitan dengan
Peraturan Zonasi;
f. Penanganan masalah atau konflik pelaksanaan Peraturan Zonasi
kota/kabupaten.
Tugas:
a. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan penataan
ruang kota dan Peraturan Zonasi dengan memperhatikan kebijakan
penataan ruang nasional dan provinsi;
b. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi,
dan pemantauan penyelenggaraan dan pelaksanaan Peraturan Zonasi;
c. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan Peraturan Zonasi;
d. Melaksanakan fasilitasi, supervisi dan koordinasi kepada dinas/instansi,
masyarakat dan dunia usaha berkaitan dengan
penyelenggaraan/pelaksanaan Peraturan Zonasi;
e. Mengembangkan data dan informasi berkaitan dengan Peraturan Zonasi
untuk kepentingan penggunaan ruang di jajaran pemerintah, masyarakat
dan swasta;
f. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan Peraturan Zonasi;
g. Memadukan Peraturan Zonasi kota/kabupaten dan dengan
kabupaten/kota yang berbatasan;
h. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul
dalam penyelenggaraan/pelaksanaan Peraturan Zonasi dan memberikan
pengarahan serta saran pemecahannya;
i. Menjabarkan petunjuk walikota/bupati berkenaan dengan pelaksanaan
fungsi dan kewajiban koordinasi penyelenggaraan/pelaksanaan
Lembaga
Tugas dan Wewenang
Pemerintah
Peraturan Zonasi;
j. Menilai permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan RTRW
dan/atau RDTRK maupun Peraturan Zonasi, dan merekomendasikan
hasilnya kepada instansi yang berwenang.
Wewenang:
a. Memanggil dan menghadirkan berbagai pihak terkait baik dalam
konsultasi khusus maupun dalam berbagai pertemuan lain yang
diselenggarakan dalam kaitannya dengan perencanaan, arsitektur dan
Lembaga sistem transportasi khususnya dalam penyusunan dan pelaksanaan
Pembuat Peraturan Zonasi;
Rekomendasi
b. Meminta bahan-bahan yang relevan dengan Peraturan Zonasi,
perencanaan tata ruang, penataan arsitektur kota/kawasan/bangunan,
sistem tranportasi yang dimiliki oleh para pihak terkait.
Tugas:
a. Memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap substansi Peraturan
Zonasi berkaitan dengan sistem transportasi dan perubahan rencana
tata ruang yang berkaitan dengan sistem transportasi;
b. Menampung dan menyelesaikan usulan perubahan dan gugatan
masyarakat atas Peraturan Zonasi khususnya yang berkaitan dengan
sistem transportasi;
Komisi c. Menyelenggarakan kegiatan dengar pendapat publik atas adanya usulan
Perencanaan dan gugatan Peraturan Zonasi secara terbuka dan partisipatif terhadap
halhal yang berkaitan dengan sistem transportasi;
d. Membuat rekomendasi untuk dilakukan revisi atas Peraturan Zonasi
apabila dinilai ada perubahan yang terkait dengan sistem transportasi;
e. Menyelenggarakan kegiatan konsultasi dan koordinasi dengan berbagai
lembaga terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam rangka
keterpaduan substansi Peraturan Zonasi.
Komisi Tugas:
Arsitektur Kota a. Memberikan rekomendasi dalam penyusunan dan pelaksanaan
Peraturan Zonasi dalam arsitektur bangunan;
b. Memberi penilaian terhadap substansi penataan arsitektur kota/kawasan,
baik ruang umum maupun ruang pribadi yang telah ada maupun yang
akan dibentuk;
c. Menampung dan menyelesaikan persoalan dan usulan masyarakat yang
berkaitan dengan arsitektur bangunan/kota/kawasan khususnya dalam
pelakasanaan Peraturan Zonasi;
d. Menyelenggarakan kegiatan dengar pendapat publik atas adanya usulan
dan gugatan terhadap Peraturan Zonasi, secara terbuka dan partisipastif
dari masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan arsitektur
bangunan;
e. Membuat rekomendasi untuk dilakukan perubahan atas Peraturan
Zonasi, khususnya dalam hal intensitas pemanfaatan ruang dan
arsitektur kota/kawasan/bangunan;
f. Menyelenggarakan kegiatan konsultasi dan koordinasi dengan berbagai
Lembaga
Tugas dan Wewenang
Pemerintah
lembaga terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam rangka
keterpaduan substansi Peraturan Zonasi.
Tugas:
a. Memberikan penilaian terhadap kegiatan yang memerlukan kajian
AMDAL, UKL, RPL;
b. Memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada komisi perencanaan
terhadap perubahan rencana tata ruang apabila menyangkut hal-hal
berkaitan dengan AMDAL;
c. Memantau dan memberikan saran atas pemanfaatan ruang yang
memerlukan AMDAL;
d. Memberikan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang diperkirakan
Komisi Amdal akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan;
e. Menyelenggarakan kegiatan dengar pendapat publik atas adanya usulan
dan gugatan, secara terbuka dan partisipatif terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan dampak lingkungan;
f. Membuat rekomendasi untuk dilakukan revisi atas rencana tata ruang
apabila dinilai merugikan masyarakat dalam hal terjadinya dampak
lingkungan;
g. Menyelenggarakan kegiatan konsultasi dan koordinasi dengan berbagai
lembaga terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam rangka
keterpaduan penataan ruang.
T Ketentuan
Sudah
Diberlakukan
Terbangun ?
Secara Langsung Pencabutan Izin
Y
Penertiban Pembongkaran
Y T
Sesuai
Berhenti
Ketentuan ? Pengenaan Denda
Progressif / Disinsentif
T
Y
e.