Anda di halaman 1dari 50

TUGAS SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

LAPORAN PETA PENETAPAN FUNGSI KAWASAN DAN FAKTORNYA


(KEMIRINGAN LERENG, JENIS TANAH, DAN CURAH HUJAN)
(Studi Kasus: Kabupaten Sidrap)

DISUSUN OLEH:
Muhammad Rezki L
D101181303
PWK B

Dosen Pengampu:
Mukti Ali, ST., MT., Ph.D
Dr. Eng. Abdul Rachman Rasyid, ST., M.Si
Laode Muhammad Asfan, ST., MT
Suci Anugrah Yanti, S.T., M.Si.

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Laporan ini
penulis susun untuk menambah pengetahuan, wawasan, serta memperdalam
pemahaman penulis akan laporan ini. Penyusunan laporan ini disesuaikan dengan
kemampuan dasar yang penulis miliki dan disajikan secara sistematis, ringkas, dan
mudah dipahami.
Dengan demikian, diharapkan makalah ini tidak hanya sebagai tugas bagi
penulis, namun lebih bersifat aplikatif yang dilandasi sikap kritis dan analitis. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Makassar, 08 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 1
BAB II GAMBARAN UMUM ........................................................................... 2
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Sidenreng Rappang ................................... 2
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 3
3.1 Analisis Penentuan Kawasan .................................................................... 3
A. Jenis Tanah .......................................................................................... 3
B. Curah Hujan ........................................................................................ 7
C. Kemiringan Lereng ............................................................................. 9
3.2 Tool Overlay ............................................................................................. 11
A. Union ................................................................................................... 11
B. Intersect ............................................................................................... 11
C. Identity ................................................................................................ 11
3.3 Penentuan Arah Fungsi Kawasan.............................................................. 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 44
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Kemiringan Lereng .......................... 11
Tabel 3.2 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Jenis Tanah ....................................... 12
Tabel 3.3 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Harian Rata –Rata . 12
Tabel 3.4 Skoring Fungsi Kawasan ........................................................................ 21

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik persentase luas wilayah kecamatan di Kab. Sidrap .............. 3
Gambar 3.1 Peta Jenis Tanah Kabupaten Sidrap ................................................. 4
Gambar 3.2 Atribut Tabel Jenis Tanah Kabupaten Sidrap. ................................. 6
Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Sidrap ............................................... 7
Gambar 3.4 Atribut Tabel curah hujan Kabupaten Sidrap .................................. 8
Gambar 3.5 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Sidrap .................................... 9
Gambar 3.6 Atribut Tabel Kemiringan Lereng Kabupaten Sidrap ..................... 10
Gambar 3.7 Tampilan SHP aktif ......................................................................... 15
Gambar 3.8 Tampilan Tools Overlay Intersect ................................................... 16
Gambar 3.9 Tampilan SHP Hasil Overlay Intersect ........................................... 16
Gambar 3.10 Peta Hasil Overlay Intersect .......................................................... 17
Gambar 3.11 Tampilan Tools Overlay Union ..................................................... 18
Gambar 3.12 Tampilan SHP Hasil Overlay Union ............................................. 18
Gambar 3.13 Peta Hasil Overlay Union .............................................................. 19
Gambar 3.14 Tampilan Tools Overlay Identity................................................... 20
Gambar 3.15 Tampilan SHP Hasil Overlay Identity ........................................... 20
Gambar 3.16 Peta Hasil Overlay Identity ............................................................ 21
Gambar 3.17 Peta Fungsi Kawasan Kabupaten Sidrap ....................................... 41
Gambar 3.18 Peta Fungsi Kawasan Lindung Kabupaten Sidrap ........................ 42
Gambar 3.19 Peta Fungsi Kawasan Budidaya Kabupaten Sidrap ....................... 43

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang
memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat dan pendapatan daerah tanpa meninggalkan aspek konservasi.
Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan pertumbuhan jumlah penduduk
yang semakin meningkat secara signifikan, mengakibatkan berkembangnya kegiatan
pembangunan yang dilakukan semakin pesat. Masalah yang sering terjadi adalah
terbatasnya lahan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lahan.
Hal ini mengakibatkan banyak masyarakat membuka lahan baru atau disebut dengan
alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan lahannya. Terbatasnya lahan membuat
petani-petani terpaksa harus membuka lahan pertanian di lahan marjinal.
Dalam melakukan perencanaan pengembangan wilayah perlu mengetahui
fungsi suatu kawasan, apakah kawasan tersebut dapat diubah tutupan lahannya
ataukah hanya dapat dilakukan pelestarian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
dibahas mengetahui penentuan arahan fungsi suatu kawasan yang terbagi atas
kawasan budidaya, kawasan penyangga, dan kawasan lindung.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusun beberapa tujuan penelitian
yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mengidentifikasi informasi mengenai kemiringan lereng, curah
hujan, dan jenis tanah.
2. Mempelajari sistem skoring dan tool overlay dalam ArcGIS.
3. Mengidentifikasi dan menganalisis fungsi suatu kawasan.

1
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Sidenreng Rappang
Kabupaten Sidenreng Rappang atau biasa disingkat dengan Sidrap adalah salah
satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini
terletak di Sidenreng. Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki luas wilayah 1.102,10
km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 301.972 jiwa (2019). Kabupaten Sidrap
adalah salah satu kota yang masuk ke dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi
Selatan yang secara astronomis terletak terletak antara 3o43’ dan 4o09” Lintang
Selatan, serta 119o41 dan 120o10’ Bujur Timur. Kabupaten Sidenreng Rappang
berpenduduk sebanyak kurang lebih 301.972 jiwa (2019). Adapun batas-batas
geografis Kabupaten Sidrap, antara lain:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kab. Pinrang dan Kab. Enrekang


b. Sebelah timur berbatasan dengan Kab. Luwu dan Kab. Wajo
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Soppeng dan Kab. Barru
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kab. Pinrang dan Kota Pare-Pare
Secara administratif luas wilayah Kab. Sidrap sebesar 1.102,10 Km² yang
terdiri dari 11 kecamatan, yang terbagi atas 106 desa/kelurahan (68 kelurahan dan 38
desa). Kecamatan Pitu Riase meruapkan kecamatan terluas dengan luas 326,28 km 2.
Adapun luas masing-masing kecamatan dijelaskan pada grafik di bawah ini.

2
Panca Lautang
9% Tellu Limpoe
30% 6%
Watang Pulu
8%
4% Baranti
Panca Rijang
6% 6% Kulo
5% Maritengngae
15% 8% 3%
Watang Sidenreng
Pitu Wiawa
Dua Pitue
Pitu Riase

Gambar 2.1 Grafik persentase luas wilayah kecamatan di Kab. Sidrap

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Penentuan Kawasan


A. Jenis Tanah
Berdasarkan Peta di bawah, Kabupaten Sidrap memiliki 5 macam jenis tanah,
diantaranya Aluvial, Grumosol, Komplek Mediteran, Podsolik, dan Regosol

Gambar 3.1 Peta Jenis Tanah Kabupaten Sidrap

Berikut adalah penjelasan singkat terkait jenis tanah pada Kabupaten Sidrap:

 Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan
tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas

4
organik didalamnya. Hal inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin hara
dan unsur organik lainnya. Sifat kapur itu sendiri yaitu dapat menyerap semua
unsur hara di tanah sehingga kadar kapur yang btinggi dapat menjadi racun
bagi tumbuhan. Grumosol diklasifikasikan kedalam jenis tanah yang agak
peka.

 Tanah aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir halus
yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah,maupun di kanan kiri aliran sungai
besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung
unsur-unsur zat hara. Di Indonesia tanah aluvial ini merupakan tanah yang
baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman
hingga tahunan. Aluvial diklasifikasikan kedalam jenis tanah yang tidak
peka.

 Tanah mediteran merupakan jenis tanah kapur yang terjadi dari hasil proses
pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah mediteran
kemerahan sampai coklat dan memiliki sifat kurang subur. Meski kurang
subur, tanah kapur meditaran masih cocok untuk ditanami tanaman jati,
palawija, jambu mete dan tembakau. Mediteran diklasifikasikan kedalam jenis
tanah yang peka.

 Tanah Podsolik adalah tanah yang bewarna merah hingga kuning dan
kandungan organik serta mineralnya akan sangat mudah mengalami
pencucian oleh air hujan. Oleh karena itu untuk menyuburkan tanah ini harus
ditanami tumbuhan yang memberikan zat organic untuk kesuburan tanah serta
pupuk baik hayati maupun hewani. Tanah Podsolik diklasifikasikan kedalam
jenis tanah yang peka.

5
 Tanah Regosol merupakan jenis tanah yang merupakan butiran kasar yang
berasal dari meterial erupsi gunung berapi. Dengan demikian tanah regosol
merupakan salah satu hasil dari peristiwa vulkanisme. Tanah regosol
merupakan tanah yang berupa tanah aluvial yang diendapkan. Tanah Regosol
diklasifikasikan kedalam jenis tanah yang sangat peka.

Berikut atribut tabel SHP jenis tanah Kabupaten Barru:

Gambar 3.2 Atribut Tabel Jenis Tanah Kabupaten Sidrap.

6
B. Curah Hujan

Berdasarkan peta di bawah, curah hujan di Kabupaten Sidrap tergolong ke dalam


curah hujan yang sangat rendah hingga sedang. Curah hujan di Kabupaten Sidrap ada
5 intensitas yang berbeda yaitu 1501-2000mm, 2001-2500 mm, 2501-3000 mm,
3001-3500 mm, dan > 3500 mm

Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Sidrap


. Berikut atribut tabel SHP curah hujan Kabupaten Barru yang diambil
dari hasil screenshot pada aplikasi ArcGIS.

7
Gambar 3.4 Atribut Tabel curah hujan Kabupaten Sidrap

8
C. Kemiringan Lereng

Berdasarkan peta di atas, kemiringan lereng pada Kabupaten Sidrap cukup


beragam. Terdapat wilayah dengan kemiringan 0-8% (Datar), 8-15% (Landai), 15-
30% (Agak Curam), 30-40% (Curam), dan > 40% (Sangat Curam).

Gambar 3.5 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Sidrap

Untuk Kabupaten Sidrap, dominan wilayahnya adalah Datar. Berikut


atribut tabel SHP Kemiringan Lereng Kabupaten Barru

9
Gambar 3.6 Atribut Tabel Kemiringan Lereng Kabupaten Sidrap

10
3.2 Tools Overlay
A. Union
Tools ini digunakan untuk melakukan analisis overlay pada kelas fitur. Alat ini
membangun kelas fitur baru dengan menggabungkan fitur dan atribut dari masing-
masing kelas fitur secara keselurahan.
B. Intersect
Intersect Tool yang digunakan analisis overlay pada kelas fitur. Alat ini
membangun kelas fitur baru dari berpotongan fitur umum di kedua kelas fitur.
C. Identity
Tool identity digunakan untuk melakukan analisis overlay pada kelas fitur. Tool
ini mengabungkan bagian-bagian dari fitur yang tumpang tindih, untuk menciptakan
kelas fitur baru.

3.3 Penentuan Arah Fungsi Kawasan


Penentuan fungsi kawasan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
837/Kpts/Um/11/1980 dan No.: 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara
penetapan hutan lindung dan hutan produksi. Kriteria Penetapan Fungsi Kawasan
melalui penilaian tiga variabel karakteristik lahan, yaitu: kelerengan lapangan, jenis
tanah menurut kepekaan terhadap erosi, intensitas hujan harian rata – rata. Informasi
tersebut didapatkan dari hasil pengolahan peta topografi, peta tanah, dan data hujan.
Klasifikasi dan nilai skor dari ketiga faktor di atas berturut – turut adalah seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Kemiringan Lereng


Kelas Kelerengan Klasifikasi Nilai
Skor
I 0-8 % Datar 20
II 8-15 % Landai 40
III 15-25 % Agak 60
Curam
IV 25-40 % Curam 80
V >40 % Sangat 100

11
Curam
(Pedoman Penyusunan RLKT: 1994)
Untuk Kemiringan Lereng Kabupaten Sidrap sangat beragam dan termasuk
kedalam semua kelas, sehingga memiliki skor yang berbeda-beda
Tabel 3.2 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Jenis Tanah
Kelas Jenis Klasifikasi Nilai
Tanah Skor
I Aluvial,Glei, Planosol,Hidromerf, Tidak peka 15
Laterik air tanah Aluvial,Glei,
Planosol,Hidromerf,
II Latosol Kurang 30
peka
III Brown forest soil, non calcic brown, Peka 45
mediteran
IV Andosol, Laterit, Grumusol, Podsol, Agak peka 60
Podsolic
V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Peka 75
(Pedoman Penyusunan RLKT: 1994)
Untuk jenis tanah Kabupaten Sidrap cukup beragam karena memiliki 3 jenis
tanah yang berbeda, yaitu Aluvial dengan skor 15, Grumosol dengan skor 60,
Komplek Mediteran dengan skor 45, Podsolik dengan skor 60, dan Regosol dengan
skor 75.
Tabel 3.3 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Harian Rata –Rata
No. Kelas Curah Hujan (mm) Klasifikasi Skor
1. I < 1500 Sangat rendah 10
2. II 1500 - 2500 Rendah 20
3. III 2001 – 2500 Sedang 30
4. IV 2501 – 3499 Tinggi 40
5. V ≥ 3500 Sangat tinggi 50
(Pedoman Penyusunan RLKT: 1994)
Untuk curah hujan Kabupaten Sidrap menggunakan semua skor mulai dari
klasifikasi sangat rendah dengan skor 10 hingga klasifikasi sangat tinggi dengan
skor 50.

12
Melalui overlay peta masing - masing faktor diatas, akan didapatkan satuan
lahan menurut klasifikasi dan nilai skor dari ketiga tersebut. Penetapan fungsi
kawasan dilakukan dengan menjumlahkan nilai skor dari ketiga faktor yang dinilai
pada setiap satuan lahan. Besarnya jumlah nilai skor tersebut merupakan nilai skor
kriteria fungsi kawasan. Jenis fungsi Kawasan ditetapkan berdasarkan besarnya nilai
skor kemampuan lahan dan kriteria khusus lainnya, sebagaimana kriteria dan
tata cara yang ditetapkan dalam Buku Petunjuk Penyusunan Pola RLKT. Fungsi
kawasan berdasarkan kriteria tersebut dibagi menjadi :

1. Kawasan Fungsi Lindung

Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan sumberdaya alam
air, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar
sumber mata air, alur sungai, dan kawasan lindung lainnya sebagimana diatur dalam
Kepres 32 Tahun 1990. Suatu lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung,
apabila besarnya skor lahannya ≥175, atau memenuhi salah satu/beberapa syarat
berikut :

 Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40 %,

 Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol, dan
renzina) dengan kemiringan lapangan lebih dari 15%,

 Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-kurangnya 100


meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai,

 Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius 200


meter di sekeliling mata air,

 Merupakan perlindungan danau/waduk, yaitu 50-100 meter sekeliling


danau/waduk

 Mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih di atasa permukaan laut,

 Merupakan kawasan Taman Nasional yang lokasinya telah ditetapkan oleh


pemerintah,

13
 Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan lindung.

2. Kawasan Fungsi Penyangga

Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung
dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasan
fungsi budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras),
kebun campur dan lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai
kawasan fungsi penyangga apabila besarnya nilai skor lahannya sebesar 125-174
dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut :

 Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara


ekonomis,

 Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga,

 Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi/lingkungan hidup bila dikembangkan


sebagai Kawasan penyangga

3. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan

Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang


diusahakan dengan tanaman tahunan seperti Hutan Produksi Tetap, Hutan Tanaman
Industri, Hutan Rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan tanaman buah - buahan.
Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi budidaya tanaman
tahunan apabila besarnya nilai skor lahannya≤ 124 serta mempunyai tingkat
kemiringan lahan 15-40% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan
fungsi penyangga.

4. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim

Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim adalah kawasan yang mempunyai


fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim terutama tanaman
pangan atau untuk pemukiman. Untuk memelihara kelestarian kawasan fungsi
budidaya tanaman semusim, pemilihan jenis komoditi harus mempertimbangkan
keseuaian fisik terhadap komoditi yang akan dikembangkan. Untuk kawasan

14
pemukiman, selain memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124 dan memenuhi
kriteria tersebut diatas, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih
dari 8%.

Dalam menentukan fungsi kawasan suatu kota/kabupaten dapat dilakukan


dengan melalukan beberapa jenis overlay pada aplikasi ArcGIS. Berikut jenis-jenis
overlay yang biasa digunakan, antara lain:

A. Intersect, yaitu tools yang digunakan untuk melakukan analisis overlay pada
kelas fitur. Tools ini mempunyai kelas fitur baru dari perpotongan fitur yang
umum dari kelas fitur yang digabungkan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

 Memasukkan shp curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng.

Gambar 3.7 Tampilan SHP aktif

 Kemudian melakukan proses overlay intrsect, yaitu memasukkan shp jenis


tanah, curah hujan, dan kemiringan lereng ke dalam input features tools

15
intersect.

Gambar 3.8 Tampilan Tools Overlay Intersect

 Lalu ketika proses intersect berhasil, shp hasil intersect akan muncul.

Gambar 3.9 Tampilan SHP Hasil Overlay Intersect

16
 Tahap terakhir, memastikan semua data hasil intersect berhasil
digabungkan dalam satu tabel.

Gambar 3.10 Peta Hasil Overlay Intersect

B. Union, tools ini digunakan untuk melakukan analisis overlay pada kelas fitur.
Alat ini membangun kelas fitur baru dengan menggabungkan fitur dan atribut
dari masing-masing kelas fitur secara keselurahan. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:

 Melakukan proses overlay union, yaitu memasukkan shp jenis tanah, curah
hujan, dan kemiringan lereng ke dalam input features tools union.

17
Gambar 3.11 Tampilan Tools Overlay Union

 Lalu ketika proses union berhasil, shp hasil union akan muncul.

Gambar 3.12 Tampilan SHP Hasil Overlay Union

18
 Tahap terakhir, memastikan semua data hasil union berhasil digabungkan
dalam satu tabel.

Gambar 3.13 Hasil Overlay Union

C. Identity, tool identity digunakan untuk melakukan analisis overlay pada kelas
fitur. Tool ini mengabungkan bagian-bagian dari fitur yang tumpang tindih,
untuk menciptakan kelas fitur baru. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

 Melakukan proses overlay identity, yaitu memasukkan shp jenis tanah,


curah hujan, dan kemiringan lereng ke dalam input features tools identity.

19
Gambar 3.14 Tampilan Tools Overlay Identity

 Lalu ketika proses identity berhasil, shp hasil identity akan muncul.

Gambar 3.15 Tampilan SHP Hasil Overlay Identity

 Tahap terakhir, memastikan semua data hasil identity berhasil digabungkan


dalam satu tabel.

20
Gambar 3.16 Hasil Overlay Identity

Di bawah ini merupakan tabel skoring penentuan fungsi kawasan Kabupaten


Sidrap.

Tabel 3.4 Skoring Fungsi Kawasan


Kemiringan Curah Skor Skor Skor Total Fungsi
Lereng Hujan Jenis Tanah CH JT KMLG Skor Kawasan
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm ALUVIAL 30 15 40 85 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm ALUVIAL 30 15 40 85 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm ALUVIAL 30 15 40 85 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm ALUVIAL 30 15 40 85 Budidaya
8-15 3001 - 3500 ALUVIAL 40 15 40 95 Kawasan

21
mm Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm MEDITERAN 10 45 40 95 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm MEDITERAN 10 45 40 95 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm MEDITERAN 10 45 40 95 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm ALUVIAL 10 15 40 65 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm ALUVIAL 20 15 40 75 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm ALUVIAL 20 15 40 75 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 20 60 40 120 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm ALUVIAL 10 15 80 105 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm ALUVIAL 20 15 80 115 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm ALUVIAL 20 15 80 115 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm ALUVIAL 20 15 80 115 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 30 15 60 105 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 30 15 60 105 Budidaya
15-30 1501 - 2000 MEDITERAN 10 45 60 115 Kawasan

22
mm Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 10 45 60 115 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 10 45 60 115 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 10 45 60 115 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 10 45 60 115 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 10 45 60 115 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 10 45 60 115 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 10 15 60 85 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 20 15 60 95 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 20 15 60 95 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 20 15 60 95 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 20 15 60 95 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm ALUVIAL 20 15 60 95 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 30 15 20 65 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 30 15 20 65 Budidaya
0-8 2501 - 3000 ALUVIAL 30 15 20 65 Kawasan

23
mm Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
3001 - 3500 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 40 60 20 120 Budidaya
3001 - 3500 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 40 60 20 120 Budidaya
3001 - 3500 Kawasan
0-8 mm MEDITERAN 40 45 20 105 Budidaya
3001 - 3500 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 40 15 20 75 Budidaya
3001 - 3500 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 40 15 20 75 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm MEDITERAN 10 45 20 75 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm MEDITERAN 10 45 20 75 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 10 75 20 105 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 10 75 20 105 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 10 75 20 105 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 10 75 20 105 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 10 75 20 105 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm MEDITERAN 10 45 20 75 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm MEDITERAN 10 45 20 75 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 10 75 20 105 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm GRUMOSOL 10 60 20 90 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 10 15 20 45 Budidaya
1501 - 2000 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 10 15 20 45 Budidaya
0-8 1501 - 2000 ALUVIAL 10 15 20 45 Kawasan

24
mm Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 20 75 20 115 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 20 75 20 115 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 20 60 20 100 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 20 75 20 115 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 20 15 20 55 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm GRUMOSOL 20 60 20 100 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 20 15 20 55 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 20 15 20 55 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 20 75 20 115 Budidaya
2001 - 2500 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 20 15 20 55 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm PODSOLIK 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 30 15 20 65 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm GRUMOSOL 30 60 20 110 Budidaya
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 30 15 20 65 Budidaya
Kawasan
0-8 >3500 mm ALUVIAL 50 15 20 85 Budidaya
3001 - 3500 Kawasan
0-8 mm ALUVIAL 40 15 20 75 Budidaya
3001 - 3500 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 40 60 80 180 Lindung
3001 - 3500 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 40 60 80 180 Lindung
3001 - 3500 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 40 60 80 180 Lindung
3001 - 3500 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 40 60 80 180 Lindung
30-40 2001 - 2500 REGOSOL 20 75 80 175 Kawasan

25
mm Lindung
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 20 75 80 175 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 30 75 80 185 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 30 75 80 185 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
>40 2501 - 3000 PODSOLIK 30 60 100 190 Kawasan

26
mm Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
>40 2501 - 3000 PODSOLIK 30 60 100 190 Kawasan

27
mm Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
3001 - 3500 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 40 60 100 200 Lindung
3001 - 3500 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 40 60 100 200 Lindung
3001 - 3500 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 40 60 100 200 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
>40 1501 - 2000 REGOSOL 10 75 100 185 Kawasan

28
mm Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 10 75 100 185 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm REGOSOL 20 75 100 195 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm GRUMOSOL 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 30 75 100 205 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 30 75 100 205 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 30 75 100 205 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 30 75 100 205 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm REGOSOL 30 75 100 205 Lindung
>40 2501 - 3000 REGOSOL 30 75 100 205 Kawasan

29
mm Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm GRUMOSOL 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
>40 mm PODSOLIK 30 60 100 190 Lindung
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 30 60 40 130 Penyangga
8-15 3001 - 3500 PODSOLIK 40 60 40 140 Kawasan

30
mm Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm MEDITERAN 40 45 40 125 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm MEDITERAN 40 45 40 125 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
8-15 mm PODSOLIK 40 60 40 140 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 10 75 40 125 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 10 75 40 125 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 10 75 40 125 Penyangga
8-15 1501 - 2000 REGOSOL 10 75 40 125 Kawasan

31
mm Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 10 75 40 125 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 20 75 40 135 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm GRUMOSOL 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm GRUMOSOL 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm GRUMOSOL 30 60 40 130 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
8-15 2501 - 3000 REGOSOL 30 75 40 145 Kawasan

32
mm Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
8-15 mm REGOSOL 30 75 40 145 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
30-40 2501 - 3000 PODSOLIK 30 60 80 170 Kawasan

33
mm Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 10 75 80 165 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 10 75 80 165 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 10 75 80 165 Penyangga
30-40 1501 - 2000 MEDITERAN 10 45 80 135 Kawasan

34
mm Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 10 75 80 165 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 10 75 80 165 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 10 75 80 165 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 10 45 80 135 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
30-40 mm REGOSOL 10 75 80 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 20 45 80 145 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 20 45 80 145 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 20 45 80 145 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 20 45 80 145 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 20 45 80 145 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm MEDITERAN 20 45 80 145 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 20 60 80 160 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm GRUMOSOL 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm GRUMOSOL 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm GRUMOSOL 30 60 80 170 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
30-40 mm PODSOLIK 30 60 80 170 Penyangga
15-30 2501 - 3000 PODSOLIK 30 60 60 150 Kawasan

35
mm Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 30 60 60 150 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 30 60 60 150 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 30 60 60 150 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 30 60 60 150 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 30 60 60 150 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 30 60 60 150 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 40 60 60 160 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 40 60 60 160 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 40 60 60 160 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 40 60 60 160 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 40 60 60 160 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 40 60 60 160 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 40 60 60 160 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 10 75 60 145 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm GRUMOSOL 10 60 60 130 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 10 75 60 145 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 10 75 60 145 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 10 75 60 145 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 10 75 60 145 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 20 45 60 125 Penyangga
15-30 2001 - 2500 REGOSOL 20 75 60 155 Kawasan

36
mm Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm GRUMOSOL 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 20 75 60 155 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 20 75 60 155 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 20 45 60 125 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 20 45 60 125 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 20 45 60 125 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 20 45 60 125 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm MEDITERAN 20 45 60 125 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 20 75 60 155 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 20 75 60 155 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
15-30 mm PODSOLIK 20 60 60 140 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
15-30 2501 - 3000 GRUMOSOL 30 60 60 150 Kawasan

37
mm Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm GRUMOSOL 30 60 60 150 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
15-30 mm REGOSOL 30 75 60 165 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
Kawasan
0-8 >3500 mm REGOSOL 50 75 20 145 Penyangga
3001 - 3500 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 40 75 20 135 Penyangga
2501 - 3000 Kawasan
0-8 mm REGOSOL 30 75 20 125 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 10 45 100 155 Penyangga
>40 1501 - 2000 MEDITERAN 10 45 100 155 Kawasan

38
mm Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 10 45 100 155 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 10 45 100 155 Penyangga
1501 - 2000 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 10 45 100 155 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
>40 2001 - 2500 MEDITERAN 20 45 100 165 Kawasan

39
mm Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm MEDITERAN 20 45 100 165 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga
2001 - 2500 Kawasan
>40 mm ALUVIAL 20 15 100 135 Penyangga

Berikut adalah hasil overlay faktor jenis tanah, curah hujan, dan kemiringan
lereng Kabupaten Sidrap:

40
Gambar 3.17 Peta Fungsi Kawasan Kabupaten Sidrap

Berdasarkan peta di atas, Kabupaten Sidrap hanya memiliki 3 Fungsi Kawasan


yaitu sebagai Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya, dan Kawasan Penyangga.
Kawasan budidaya dapat diartikan sebagai wilayah yang dapat dibudidayakan dan
difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam bentuk kegiatan usaha berbagai
sektor atau sub sektor pembangunan yang terkait. Penetapan kawasan budidaya dapat
dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yaitu kriteria sektoral dan kriteria ruang.
Kriteria teknis sektoral kawasan budidaya adalah suatu kegiatan dalam kawasan yang
memenuhi ketentuan-ketentuan teknis seperti daya dukung, kesesuaian lahan, bebas
bencana, dan lain-lain. Sedangkan kriteria ruang kawasan budidaya menentukan
pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang menghasilkan nilai sinergi terbesar untuk
kesejahteraan masyarakat dan tidak bertentangan dengan kelestarian lingkungan.

41
Sedangkan kawasan lindung merupakan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan di bawahnya (kawasan hutan lindung), kawasan perlindungan
setempat (sempadan sungai dan sempadan pantai), kawasan hutan bakau, kawasan
rawan bencana alam (kawasan rawan pergerakan tanah). Untuk wilayah Kabupaten
Sidrap, didomansi oleh wilayah dengan fungsi Kawasan Budidaya.

Kawasan Budidaya di Kabupaten Sidrap terdiri atas hutan rakyat. Hutan


produksi, hutan produksi terbatas, permukiman dan kawasan peternakan. Sedangkan
kawasan lindung di Kabupaten Sidrap terdiri atas hutan lindung, taman wisata alam,
serta kawasan pelestarian dan cagar alam. Berikut peta kawasan budidaya dan
kawasan lindung Kabupaten Sidrap.

Gambar 3.18 Peta Fungsi Kawasan Lindung Kabupaten Sidrap

42
Gambar 3.19 Peta Fungsi Kawasan Budidaya Kabupaten Sidrap

43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam melakukan penentuan arahan fungsi kawasan suatu daerah digunakan tiga
komponen yaitu curah hujan, jenis tanah dan kemiringan lereng. Ketiga komponen ini
memiliki angka skoringnya masing-masing berdasarkan jenis-jenisnya.
Untuk menentukan fungsi suatu kawasan, digunakan aplikasi ArcGIS yang
memiliki berbagai macam tools didalamnya. Tools yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tools overlay dengan jenis Union, Intersect, dan Identity. Overlay
dilakukan terhadap 3 komponen, yaitu curah hujan, kemiringan lereng, dan jenis
tanah. Setelah itu dilakukan metode skoring Setelah melakukan skoring, kemudian
dapat ditentukan fungsi kawasannya.
Berdasarkan hasil overlay dan skoring wilayah Kabupaten Sidrap, fungsi
kawasan di Kabupaten Sidrap didomansi oleh wilayah dengan fungsi Kawasan
Budidaya.

44
DAFTAR PUSTAKA
Murtianto, H., Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan di Lereng gunungapi
sindoro. Volume 9, no 1 (2009).

Pedoman Penyusunan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Tahun 1994.

Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 5 Tahun 2012 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidrap tahun 2012-2023.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidrap tahun 2012-2023.

45

Anda mungkin juga menyukai