LAPORAN AKHIR
DOSEN PENGAMPU
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
perkembangan wilayah perencanaan serta rekomendasi ke depannya. Terima Kasih.
Penulis
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.2 Pengertian Perencanaan.........................................................................................2
1.3 Tujuan Dan Sasaran...............................................................................................3
1.3.1 Tujuan Penyusunan Rencana Zonasi Rinci Kawasan Pesisir Kota Manado
Adalah : 3
1.3.2 Sasaran Penyusunan Rencana Zonasi Rinci Kawasan Pesisir Kota Manado
adalah : 3
1.4 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan..................................................................3
1.4.1 Orientasi dan Batas Wilayah Perencanaan.....................................................3
1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan..........................................................................4
1.5 Dasar hukum penyusunan/landasan hukum penyusunan RZWP-3-K...................5
1.6 Dimensi Waktu Perencanaan.................................................................................6
1.7 Sistematika Pelaporan...........................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................8
METODE PENYUSUNAN.................................................................................................8
2.1 Metode Pendekatan Perencanaan..........................................................................8
2.1.1 Metode Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan....................................................8
2.2 Metode Inventarisasi Data...................................................................................11
2.2.1 Metode Inventarisasi Data Fisik Dasar........................................................11
2.2.2 Metode Inventarisasi Data Penggunaan Lahan............................................13
2.2.3 Metode Inventarisasi Data Ekosistem Pesisir..............................................14
2.2.4 Metode Inventarisasi Data Pemanfaatan Wilayah Laut...............................15
2.2.5 Metode Inventarisasi Data Sosial Demografi..............................................16
2.2.6 Metode Inventarisasi Data Karakteristik Ekonomi......................................18
2.2.7 Metode Inventarisasi Data Infrastruktur......................................................18
2.3 Teknik Analisis Data...........................................................................................19
BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN
RUANG..............................................................................................................................22
3.1 Tinjauan Terhadap RZWP3K Provinsi Sulawesi Utara......................................22
3.1.1 Kebijakan Strategis......................................................................................22
3.1.2 Tinjauan Terhadap Strategi Kawasan Cepat Tumbuh Di Kawasan Pesisisr
Kota Manado...............................................................................................................36
3.1.3 Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Pesisir Teluk Manado Berdasarkan
DAFTAR TABEL
Pengumpulan datadata
Pengumpulan sekunder
primer (apabila data sekunder yang telah
3 Survei Lapangan dikumpulkan belum memenuhi kebutuhan)
7 Konsultasi Publik
Tumpang susun peta-peta tematik dalam Dokumen Awal yang telah
diperbaiki dari hasil Konsultasi Publik (Penyusunan Paket Sumberdaya)
Analisis kesesuaian terhadap kriteria kawasan, zona, sub zona, dan/atau
pemanfaatannnya
Penentuan Usulan Penentuan usulan kawasan, zona, sub zona, dan/atau pemanfaatannnya
8
Alokasi Ruang
10 Konsultasi Publik
Penyampaian Draft Dokumen Antara RZWP-3-K
Menjaring masukan
11 Penyusunan Dokumen
Hasil perbaikan Dokumen Antara
Final
Survey Primer :
Pengamatan Lapangan
Kondisi Eksisting (social
mapping) 1. Analisis Daya
Dukung Data dan Peta arahan
Survey Sekunder : 2. Analisis daya dukung lahan.
Dokumen Perencanaan Kemampuan Lahan
dan peraturan
pendukung (RZWP3K
Prov. Sulut dan Kota
Manado)
Data Topografi
Data Klimatologi
Data Geologi
Data Batimetri Bagan 1. Metode Identifikasi Kondisi Fisik
Data komponen fisik dasar kawasan perencanaan didapatkan melalui
metode pengumpulan data secara survey primer dan sekunder. Dengan
menggunakan analisis daya dukung lingkungan dan analisis kemampuan lahan
bertujuan untuk menekankan kemampuan suatu daerah dalam mendukung jumlah
maksimum populasi suatu spesies secara berkelanjutan pada suatu tingkat
kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Dalam proses tersebut dilakukan overlay
GIS dengan pendekatan evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan untuk
mendapatkan nilai lahan suatu kawasan tertentu. Melalui peta kemampuan dan
kesesuain lahan diharapkan bisa menjadi arahan daya dukung lahan dalam
perencanaan kawasan ke depan.
Survey Primer :
Pengamatan Lapangan Peta potensi dan
Kondisi Eksisting (Sosial permasalahan
Mapping) Analisis kewilayahan: aspek oseanografi
Analisis kondisi (pola arus, angin,
oseanografi gelombang, suhu,
Analisis kerentanan salinitas,
bencana akibat bathimetri,Teres
limpasan air laut trial & pasang
Survey Sekunder : Analisis potensi surut).
Dokumen RZWP3K Prov. sumber daya
Sulut dan Kota Manado Arahan
Analisis potensi Pengembangan
Data Suhu, Angin, perikanan
dan salinitas fisik oseanografi
kawasan
Data Pola
Gelombang dan arus
Data bathimetri
Data Terestrial
Data Pasang Surut
Oseanografi merupakan bagian dari ilmu kebumian yang mempelajari laut, samudra
beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya.
Oseanografi sendiri terdiri dari arus, gelombang, suhu, salinitas, pasang surut, angin,
dan kecerahan.
Dari berbagai hasil survei primer maupun sekunder dilakukan beberapa analisis,
antara lain:
1. Analisis kondisi oseanografi
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui segala potensi dan masalah terkait
dengan aspek oseanografi dari hasil data primer dan literature yang ada, sehingga
nantinya diharapkan terdapat pengembangan potensi yang ada dan pemecahan
masalah dari aspek oseanografi sendiri.
2. Analisis kerentanan bencana akibat limpasan air laut
Kawasan pesisir sangatlah rentan akan bencana seperti banjir, abrasi pantai,
intrusi air laut, limpasan air laut akibat kenaikan permukaan air laut, dan
penurunan muka tanah. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
SURVEY SEKUNDER:
Dokumen Perencanaan dan Studi
2.2.5 Metode Inventarisasi Data Sosial Demografi
Pustaka (RZWP3K Prov. Sulut dan
Metode pengumpulan data untuk identifikasi kependudukan yaitu
kota Manado)
Data Sumber Datasurvey
menggunakan Dinas Kelautan
sekunder dan survey primer. Selanjutnya dilakukan analisis
dan Perikanan
sosial demografi.
DEMOGRAFI
Data jumlah penduduk (time series)
Kondisi Eksisting Survey Data komposisi penduduk : Proyeksi jumlah
Primer
penduduk dan daya
Komposisi penduduk berdasarkan Analisis
Demografi tamping penduduk
Observasi jenis kelamin Komposisi penduduk
Wawancara berdasarkan usia Rencana kebutuhan
fasilitas
Komposisi penduduk berdasarkan
Dokumen mata pencaharian Komposisi
Perencanaan Survey
penduduk berdasarkan tingkat
dan Peraturan Sekunder
pendidikan
Ras Masyarakat
Karakteristik kependudukan
SURVEY PRIMER :
Pengamatan Lapangan Kondisi 1.Prioritas
Eksisting (Content Analysis, komoditas
Stakeholder Analysis) potensial
Sebaran potensi ekonomi Analisis komoditas
2.Data peluang
Kegiatan ekonomi penduduk potensial
investasi
Sektor dan komoditas Analisis
3.Rencana pusat
potensial pertumbuhan
kegiatan
Sistem interaksi dan ekonomi dan
ekonomi
distribusi investaris
4.Estimasi
pengembangan
SURVEY SEKUNDER :
Dokumen perencanaan dan studi ekonomi
pustaka (Data PDRB)
3. Pelestarian dan pengembangan potensi sumber daya alam secara optimal sesuai
daya dukung wilayah
a. Mengelola taman wisata alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan
pariwisata/rekreasi;
b. Mengelola kawasan cagar budaya yang memadukan kepentingan pelestarian,
pariwisata/rekreasi serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai
sejarah;
c. Melakukan pelarangan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan
fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta
ekosistem alami yang ada;
d. Melakukan pencegahan terhadap kegiatan budidaya di kawasan lindung yang
dapat mengganggu atau merusak kualitas air dan kondisi fisik sungai maupun
aliran sungai;
e. Mengamankan di daerah hulu;
f. Mengelola kawasan cagar alam dan suaka margasatwa sesuai dengan tujuan
perlindungannya; dan
g. Mengembangkan areal yang berpotensi untuk dijadikan Taman Wisata Alam.
Kebijakan 2 :
Peningkatan kualitas lingkungan dan permukiman wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Strategi 2.1 :
1. Menambah sarana dan prasarana kesehatan serta mengadakan tenaga dokter dan
paramedis.
2. Melaksanakan penyuluhan dan pendampingan kesehatan masyarakat.
3. Mengadakan sarana MCK umum dan sistem jaringan air bersih melalui hidrant-
hidrant umum.
4. Mengadakan tempat-tempat sampah yang tersebar secara merata di seluruh kawasan
permukiman.
5. Mengadakan Tempat Pengolahan Akhir (TPA) yang representatif dan tersistem
berdasarkan region.
Kebijakan 3 :
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil yang terpadu dan berkelanjutan.
Strategi 3.1 :
1. Meningkatkan kualitas staf instansi pengelola bidang pesisir dan penambahan staf
yang memiliki spesialisasi di bidang perikanan dan kelautan.
2. Memberdayakan lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi / sekolah /
lembaga pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
wilayah pesisir.
3. Membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat dan investor dalam
pemanfaatan SDA wilayah pesisir dalam skala kecil sesuai kapasitas kemampuan
Kebijakan 4 :
Penyusunan Rencana Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Strategi 4.1 :
1. Menyediakan Rencana Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam bentuk
PERDA yang partisipatif.
2. Menyediakan Sistem Informasi Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
3. Mensosialisasikan Rencana Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada
masyarakat.
Kebijakan 5 :
Pengintegrasian Rencana Tata Ruang Pesisir dalam RTRW Provinsi.
Strategi 5.1 :
1. Merevisi RTRW Provinsi dengan memasukkan wilayah pesisir menjadi bagiannya.
2. Memberdayakan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Sulawesi
Utara dan melibatkan lembaga Swadaya Masyarakat secara optimal dalam
penyusunan rencana tata ruang pesisir.
Kebijakan 6 :
Peningkatan kemampuan aparat penegak hukum.
Strategi 6.1 :
1. Mengadakan sosialisasi, penyuluhan, diklat dan kursus tentang hukum lingkungan,
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem serta undang-undang bagi aparat
penegak hukum.
2. Menambah jumlah personil, sarana dan prasarana operasional penegak hukum.
3. Mengadakan pelatihan dan simulasi operasi pengamanan wilayah pantaiuntuk
meningkatkan profesionalisme aparat hukum.
Kebijakan 7 :
Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan produk hukum, penataan
dan penegakan hukum.
Strategi 7.1 :
1. Mengintensifkan sosialisasi/konsultasi publik terhadap draft dan produk hukum.
Kebijakan 8 :
Peningkatan keterpaduan dan koordinasi wewenang antar instansi terkait.
Strategi 8.1 :
1. Mengadakan pengkajian kelembagaan di wilayah pesisir.
2. Membuat kesepakatan bersama tentang kewenangan, tugas pokok dan fungsi
pengelolaan wilayah pesisir.
3. Mengsinkronisasikan program masing-masing instansi sesuai dengan tugas dan
wewenang secara terbuka dan terpadu.
4. Melibatkan masyarakat dalam penyusunan program-program wilayah pesisir.
Kebijakan 9 :
Peningkatan pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan.
Strategi 9.1:
1. Mengembangkan pola pemanfaatan hutan mangrove berwawasan lingkungan.
2. Mengembangkan program pengelolaan tambak rakyat berwawasan lingkungan.
3. Meningkatkan pengetahuan pemanfaatan hutan mangrove dan produk turunannya
yang baik dan berkelanjutan untuk dapat menjadi alternatif pendapatan.
4. Membuat pedoman rehabilitasi mangrove di pesisirSulawesi Utara.
5. Meningkatkan pemahaman peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan
dan pelestarian hutan mangrove.
Kebijakan 10 :
Peningkatan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan.
Strategi 10.1 :
1. Mengolah ekosistem terumbu karang skala kecil berbasis masyarakat.
2. Membuat zonasi penangkapan ikan karang.
3. Mengembangkan pengelolaan rumpon oleh masyarakat (nelayan).
4. Merehabilitasi terumbu karang dengan kondisi hampir rusak – sangat rusak.
Kebijakan 11 :
Kebijakan 12 :
Peningkatan pengelolaan ekosistim padang lamun sesuai manfaat ekologi dan
ekonominya.
Strategi 12.1 :
1. Menanggulangi kerusakan ekosistim padang lamun secara terpadu.
Kebijakan 13 :
Peningkatan kualitas lingkungan perairan di Sulawesi Utara sesuai dengan baku mutu.
Strategi 13.1 :
1. Memantau kondisi kualitas air serta jenis dan sebaran bahan pencemar secara
berkala.
2. Mengawasi peredaran bahan-bahan yang dapat mencemari perairan.
3. Membangun komitmen dan kesadaran para pihak dalam pengendalian pencemaran
air.
4. Meningkatkan kemampuan staf teknis dalam penanggulangan pencemaran.
Kebijakan 14 :
Peningkatan perlindungan penduduk di desa-desa pesisir terhadap gangguan kesehatan
sebagai akibat kontaminasi sumber air tanah.
Strategi 14.1 :
1. Mengembangkan bimbingan masyarakat tentang resiko kesehatan karena
pencemaran air tanah.
2. Memperbaiki sistem drainase dan sanitasi lingkungan di areal pemukiman.
3. Mengelola limbah cair untuk industri sesuai standar yang berlaku.
Kebijakan 15 :
Kebijakan 16 :
Peningkatan kepedulian stakeholders terhadap kualitas lingkungan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yang sehat.
Strategi 16.1 :
1. Mengembangkan program penyuluhan sanitasi lingkungan kepada masyarakat di
desa pantai.
2. Memelihara serta pembuatan sarana dan prasarana sanitasi umum sesuai kebutuhan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk mengelola sarana
sanitasi umum.
Kebijakan 17 :
Pembangunan sarana dan prasarana perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Strategi 17.1 :
1. Mengadakan sarana dan prasarana perikanan tangkap dan budidaya, beserta fasilitas
pendukung.
2. Mengadakan penelitian dan ujicoba teknologi budidaya perikanan/hasil laut yang
berwawasan lingkungan.
3. Menggunakan andon, sebelum air digunakan untuk kegiatan budidaya terlebih
dahulu diendapkan di bak pengendapan.
Kebijakan 18 :
Peningkatan pendapatan hasil usaha perikanan.
Strategi 18.1 :
1. Mengembangkan skema-skema perkreditan usaha perikanan dan pola kemitraan
yang sederhana.
2. Mengembangkan pemasaran usaha perikanan.
Kebijakan 19 :
Peningkatan koordinasi antar instansi dalam pengelolaan usaha perikanan.
Strategi 19.1 :
1. Membangun sistem informasi perikanan.
2. Mengembangkan komunikasi antar instansi terkait dalam pengelolaan usaha
perikanan.
3. Menjalin koordinasi dan kerja sama antara pemerintah dan badan/lembaga
pembiayaan dalam penyediaan modal kerja secara transparan.
Kebijakan 20 :
Pengendalian abrasi pantai.
Strategi 20.1 :
1. Membangun bangunan-bangunan pencegah abrasi.
2. Melaksanakan konservasi hutan bakau.
3. Merancang ulang sistem kanal untuk mengatur keperluan sawah dan tambak.
4. Membatasi/melarang alih fungsi lahan mangrove.
Kebijakan 21 :
Pengendalian sedimentasi di muara sungai.
Strategi 21.1 :
1. Mengkaji tingkat kekritisan lahan dan sedimentasi di muara sungai.
2. Menanam/ menghijaukan di hulu dan sepanjang DAS.
3. Mengembangkan sistem pertanian yang menghasilkan sedikit sedimen.
4. Menertibkan penambangan pasir di sepanjang sungai.
5. Meminimalisasi transpor sedimen.
6. Menertibkan bangunan-bangunan yang menggunakan badan sungai.
Kebijakan 22 :
Penyediaan sistem informasi terpadu tentang pariwisata.
Strategi 22.1 :
1. Menyusun dan mengembangkan basis data dan jaringan informasi kepariwisataan.
2. Mengembangkan pusat-pusat informasi, promosi dan pemasaran pariwisata.
Kebijakan 23 :
Pengembangan pariwisata bahari sebagai salah satu sektor unggulan.
Strategi 23.1 :
1. Membuat arahan kebijakan umum pengembangan pariwisata di Provinsi Sulawesi
Utara.
2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan wisatawan.
3. Mewujudkan manajemen pariwisata yang profesional.
4. Mengadakan iven-iven dan atraksi wisata yang menarik dan mewakili identitas
daerah.
5. Melaksanakan program promosi di tingkat nasional maupun internasional.
6. Melakukan kerja sama dengan penyelengara perjalanan wisata seluruh Indonesia
dan dari negara lain.
7. Memudahkan birokrasi bagi investor dan operator wisata.
8. Menjadikan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil menjadi masyarakat yang
sadar wisata.
Kebijakan 24 :
Pengelolaan wisata bahari yang berwawasan lingkungan.
Strategi 24.1 :
1. Membangun sarana dan prasarana dengan konsep ekowisata.
2. Memelihara rutin lingkungan lokasi wisata dengan pengawasan terhadap
kemungkinan pengrusakan lingkungan oleh para pengunjung.
3. Menonjolkan iven daerah yang menumbuhkan dan menciptakan kesadaran
melestarikan lingkungan.
4. Menghubungkan bidang wisata berdasarkan wewenang dan tanggung jawab antar
instansi pemerintah, masyarakat dan pengelola swasta.
Kebijakan 26 :
Peningkatan perlindungan hukum atas tanah pertanian di wilayah pesisir milik petani dan
nelayan.
Strategi 26.1 :
1. Mengadakan payung hukum yang mengatur kepemilikan tanah pertanian warisan.
2. Mengadakan bantuan modal untuk petani yang memiliki lahan pertanian, yang
kekurangan modal dalam melanjutkan usaha pertanian.
3. Membimbing bagi petani yang memiliki lahan pertanian.
Kebijakan 27 :
Peningkatan pembangunan yang berpihak kepada rakyat/masyarakat pesisir dan pulau-
pulau kecil.
Strategi 27.1 :
1. Meningkatkan perlindungan pemerintah terhadap modernisasi lahan pertanian.
Merelokasikan kegiatan pembangunan infrastruktur yang mempergunakan ruang
pertanian produktif.
Adapun isu-isu yang berkembang dalam kaitan dengan reklamasi antara lain:
1. Sering menimbulkan konflik dengan masyarakat adat/masyarakat lokal
karena mereka merasa dirugikan
2. Menutup akses dan kegiatan masyarakat dalam
menjalankan usaha pemanfaatan sumberdaya
3. Menimbulkan perubahan fisik lingkungan yang menyebabkan
menurunnya ekosistem maupun potensi sumberdaya pesisir
Menggunakan bahan dasar pasir laut dan/atau terumbu/batu karang
berdampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem.
4. Pencemaran Konservasi Sumberdaya Hayati
Secara umum isu-isu berkaitan dengan kerusakan dan pencemaran lingkungan
antara lain :
Panjang garis pantai kota Manado adalah 62,50 km, Berdasarkan RTRW
Kota Manado 2014-2034, kecamatan Bunaken ditetapkan sebagai kawasan
lindung sedangkan untuk kecamatan Tuminting, kecamatan Wenang, kecamatan
Sario, dan kecamatan Malalayang ditetapkan sebagai kawasan budidaya.
Adapun Kelurahan-kelurahan yang masuk dalam ruang lingkup rencana zonasi rinci
kawasan pesisir kota Manado, sebagai berikut:
Table 4. Pembagian keluarahan pesisir kota Manado
b) Kelerengan
Kemiringan tanah yang dinyatakan dalam prosentase (%).
Pernyataan untuk setiap 1% kelerengan (kemiringan tanah) berarti terdapat
perbedaan tinggi sebesar 1 meter antar dua tempat berjarak 100 meter.
Kemiringan lereng pada wilayah perencanaan, terbagi atas 3 klasifikasi
meliputi :
Klasifikasi Identifikasi Luas (Ha)
0-8 % Datar 1463, 65
8-15 % Landai 634,95
15 – 25 % Agak curam 443,20
25 – 45 % Curam 101,56
>45% Sangat curam 0,13
Sumber : : Peta RBI 2017, RTRW Kota Manado tahun 2014-2034, Geoportal
Manado
a) Jenis batuan
Secara geologi, litologi Kota Manado dibedakan atas endapan sungai
dan marin (Resen), Tufa Tondano (Pleistosen) dan batuan gunung api (Resen
dan Miosen). Tufa Tondano, endapan sungai dan marin mempunyai stabilitas
batuan yang rendah dibandingkan dengan batuan gunungapi. Batuan hasil
Sumber : : Peta RBI 2017, RTRW Kota Manado tahun 2014-2034, Geoportal Manado
4.2.4 Hidrologi
Kota Manado dilintasi oleh 5 sungai yaitu ; Sungai Tondano, Sungai
Tikala, Sungai Bailang, Sungai Sario, Sungai Malalayang. Sungai Tondano
berhulu di Danau Tondano, (wilayah Kabupaten Minahasa) dan bergabung dengan
Sungai Tikala (bagian tengah Kota Manado) sebelum bermuara di Teluk Manado.
Keberadaan Sungai Tondano dimanfaatkan dan dikelola oleh PT. Air Kota
Berdasarkan RTRW Kota Manado 2014 – 2034, adapun jalur evakuasi yang
diperuntukan untuk bencana gelombang tsunami. Kegiatan evakuasi bencana
diarahkan pada jalur evakuasi dengan jalur jalan jalan yang menuju ke kawasan-
kawasan perbukitan yang ada di wilayah Kecamatan Malalayang, Kecamatan
Wanea, Kecamatan Wenang, Kecamatan Singkil, Kecamatan Tikala dan
Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Tuminting, Kecamatan Bunaken dan Kecamatan
Bunaken Kepulauan. Selain itu , terdapat juga ruang evakuasi bencana yang
meliputi :
- kawasan perbukitan Tuminting dan Singkil di Kecamatan Tuminting dan
Kecamatan Singkil;
- kawasan kampus Universitas Sam Ratulangi di Kecamatan
- Malalayang kawasan perbukitan Kecamatan Malalayang
4.3.2 Arus
Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal
sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi
di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu
massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan
gelombang panjang. Berdasarkan hasil pengolahan data pengaruh pasang surut
pada pergerakan arus permukiman di Teluk Manado, diketahui bahwa kecepatan
arus yang terukur di Teluk Manado bervariasi kecepatanya mulai dari 0,2 sampai
dengan 3,002 m/det. Kecepatan arus terendah yang sebesar 0,2 m/det atau sekitar
0,04 knot diperoleh pada saat air sedang mengalami pasang. Kecepatan arus
tertinggi, yaitu sebesar 3,002 knot atau lebih dari 5 knot terukur saat air sedang
bergerak surut.
Gambar 17. Pasang naik dan surut kota manado sumber : pasanglaut.com
18.36.
Koefisien pasang surut air laut adalah 99. Itu merupakan koefisien yang
sangat tinggi,hal ini menyebabkan terjadinya pasang surut air laut dan arus
terbesar sepanjang tahun. Kita dapat membandingkan level-level berikut dengan
pasang naik maksimum yang terdaftar di tabel pasang surut air laut Manado,yaitu
2,6m dengan ketinggian 0,1m
4.3.4 Gelo
mba
ng
jam.
Arah angin per jam rata-rata yang dominan di Manado bervariasi
sepanjang tahun. Angin paling sering bertiup dari selatan selama 5,6 bulan, dari
11 Mei hingga 29 Oktober, dengan persentase tertinggi 92% pada tanggal 15
Agustus. Angin paling sering bertiup dari barat selama 1,1 bulan, dari 29 Oktober
hingga 2 Desember, dengan persentase tertinggi 42% pada tanggal 1 Desember.
Angin paling sering bertiup dari utara selama 4,6 bulan, dari 2 Desember hingga
21 April, dengan persentase tertinggi 59% pada tanggal 1 Januari.
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2017,RTRW Kota Manado Tahun 2014-
2034,Geoportal Kota Manado,Copernicus 2022
4.3.9 pH
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur
b. Tanah Kosong
Tanah kosong adalah area tanpa ada peruntukan yang berarti. Lahan kosong di
Kota Manado menempati area seluas 42,81Ha.
4.5 Kependudukan
Kependudukan atau demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,
kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat
secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti
pendidikan, kewarganegaraan,agama atau etnisitas tertentu. Dengan demikian data
a. Kecamatan Malalayang
b. Kecamatan Sario
Kepadatan rata-rata penduduk di pesisir Kecamatan Sario adalah sebesar
136 jiwa/Ha. Untuk melihat kepadatan penduduk Kecamatan Sario dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel Kepadatan Penduduk Kec. Sario
c. Kecamatan Tuminting
Kepadatan rata-rata penduduk di pesisir Kecamatan Tuminting
adalah sebesar 172 jiwa/Ha. Untuk melihat kepadatan penduduk
Kecamatan Tuminting dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel Kepadatan Penduduk Kec. Tuminting
d. Kecamatan Wenang
Kepadatan penduduk di pesisir Kecamatan Wenang adalah 44 jiwa/Ha.
Untuk melihat kepadatan penduduk Kecamatan Wenang dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini :
Tabel Kepadatan Penduduk Kec. Wenang
Sumber Data : BPS (Kecamatan Wenang Dalam Angka 2021) & Hasil Kelompok
Komposisi Penduduk
a. Komposisi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
Kecamatan
Laki-laki Perempuan L+P
Malalayang 14.904 15.547 30.451
Sario 5.565 5.026 10.591
Wenang 2.715 2.725 5.440
Tuminting 9.740 9.967 19.707
Jumlah 32.924 33.265 66.189
Sumber BPS Kecamatan Dalam Angka 2021
a. Kecamatan Malalayang
Penduduk di pesisir Kecamatan Malalayang, berdasarkan data tahun 2020
berjumlah 61.891 jiwa. Dengan luas wilayah 983 Ha. Secara keseluruhan
jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Penduduk Kecamatan
Malalayang merupakan penduduk majemuk, yaitu memiliki latar belakang
etnis, budaya, dan adat-istiadat yang berbeda-beda.
Tabel Jumlah Penduduk Kec. Malalayang
b. Kecamatan Sario
Penduduk di pesisir Kecamatan Sario, berdasarkan data tahun 2020 berjumlah
19.784 jiwa. Dengan luas wilayah 111,76 Ha. Secara keseluruhan jumlah
penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk
yang berjenis kelamin perempuan. Penduduk Kecamatan Malalayang
merupakan penduduk majemuk, yaitu memiliki latar belakang etnis, budaya,
dan adat-istiadat yang berbeda-beda.
Tabel Jumlah Penduduk Kec. Sario
c. Kecamatan Tuminting
Penduduk di pesisir Kecamatan Tuminting, berdasarkan data tahun
2020 berjumlah 53.759 jiwa. Dengan luas wilayah 107 Ha. Secara
keseluruhan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang tercermin
dari angka sex ratio sebesar 101,40. Penduduk Kecamatan Tuminting
merupakan penduduk majemuk, yaitu memiliki latar belakang etnis, budaya,
dan adat-istiadat yang berbeda-beda.
Tabel Jumlah Penduduk Kec. Tuminting
d. Kecamatan Wenang
Jumlah penduduk di pesisir kecamatanWenang pada tahun 2020 yaitu
sebesar 32.601 jiwa dengan luas wilayah 336 hektare atau 120 Ha. Jumlah
penduduk laki-laki di Kecamatan Wenang hampir sama dengan jumlah
penduduk perempuannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai angka sex rationya
yaitu sebesar 99.9. Jumlah penduduk yang paling banyak ada di Kelurahan
Teling Bawah sebesar 4.644 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit
berada di Kelurahan Calaca sebesar 1.460.
Gambar 29.Gambar Tali Ikat Pada Perahu, Serta Warna Bentuk dan Warna
Perahu Di Muara Bahu Kec.Malalayang
Pt =Po (1 + r)t
Dimana :
Pt = penduduk pada tahun t (jiwa)
Po = intercept (penduduk pada tahun dasar)
r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu
Pertumbuhan Penduduk Exponensial (Exponensial Growth)
Pertumbuhan penduduk exponensial merupakan pertumbuhan penduduk
yang langsung secara terus menerus. Rumus yang digunakan dalam pertumbuhan
exponensial adalah:
Pt =Po.ert
Metode Aritmatik
Tahun 2020 = 2.639 – 2.354 = 285
Metode Geometrik dan Metode Eksponensial
2.639 – 2.354
Tahun 2020 = 2.639 100% = 0,10%
2.126 – 2.566
Tahun 2020 = 2.126 100% = -0,20%
5. Kelurahan Calaca
Tingkat pertumbuhan penduduk Kelurahan Calaca sebagai berikut :
Contoh perhitungan tingkat pertumbuhan penduduk:
Metode Aritmatik
Tahun 2020 = 1.460 – 1.218 = 242
Metode Geometrik dan Metode Eksponensial
1.460 – 1.218
Tahun 2020 = 100% = 0,16%
1.460
Tahun 2020 = Table 15.Tabel Analisis Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Sindulang Satu
1.920 – 1.663
100% = 0,13%
1.920
9. Kelurahan Maasing
Untuk melihat tabel proyeksi penduduk per 5 tahun mendatang pada tiap
kelurahan di kawasan pesisir Kota Manado sebagai berikut:
Jumlah Prediksi Pertumbuhan Penduduk Per 5
Penduduk Tahun Mendatang
Kecamatan Kelurahan
Tahun
2025 2030 2035 2040
2020
Bahu 8.190 9.755 11.618 13.838 16.482
Malalayan Malalayang Satu 11.112 14.897 19.972 26.776 35.897
g Malalayang Satu Timur 6.189 6.565 6.963 7.386 7.834
Malalayang Dua 9.203 7.937 6.845 5.903 5.091
Titiwungen Selatan 4.593 6.824 1.140 15.066 22.385
Titiwungen Utara 2.639 1.895 1.361 978 702
Sario
Sario Tumpaan 3.499 3.301 3.114 2.938 2.771
Sario Utara 2.996 2.449 2.002 1.637 1.338
Wenang Selatan 2.126 1.945 1.779 1.628 1.489
Wenang Wenang Utara 1.753 1.330 1.010 766 581
Calaca 1.460 1.673 1.918 2.199 2.520
Tuminting Sindulang Satu 8.033 7.640 7.266 6.910 6.572
Sindulang Dua 1.920 1.870 1.821 1.774 1.728
Bitung Karangria 3.037 2.928 2.823 2.722 2.624
a. Fasilitas Umum
Fasilitas Pendidikan
Sarana Pendidikan
Kecematan Kelurahan Jumlah
TK SD SLTP SLTA PT
Bahu 0 5 1 0 2 8
Malayang I 8 4 2 1 1 16
Malalayang
Malalayang I Timur 4 1 1 1 1 8
Malalayang II 9 3 2 2 3 19
Sario Utara 2 4 1 1 0 8
Sario Tumpaan 1 4 2 0 0 7
Sario
Titiwungen Selatan 3 1 1 1 2 8
Titiwungen Utara 1 1 0 0 1 3
Wenang Selatan 3 5 1 1 0 10
Wenang Wenang Utara 0 9 1 3 5 18
Calaca 1 2 0 0 0 3
Sindulang I 1 3 0 0 0 4
Sindulang II 2 3 0 0 0 5
Tuminting Bitung Karangria 2 3 1 1 0 7
Maasing 1 4 0 0 0 5
Tumumpa Dua 1 4 1 0 0 6
Total 39 56 14 11 15 135
Sumber : 1. BPS Kecamatan Dalam Angka 2021
2. Data Referensi Pendidikan & Kebudayaan
Table 27. sarana Pendidikn kawasan pesisir kota Manado
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di wilayah perencanaan pesisir Kota Manado terdiri
dari 2 unit rumah sakit ,2 puskesmas dan 7 puskesmas pembantu, juga terdapat
62 unit posyandu dan 74 praktik dokter. Fasilitas kesehatan yang sudah tersebar
secara merata dan cukup memadai secara kuantitas adalah posyandu.
Kecamatan Malalayang dengan Kelurahan Bahu adalah kelurahan di daerah
pesisir dengan fasilitas kesehatan terbanyak. Untuk lebih jelas mengenai
jumlah dan distribusi fasilitas kesehatan di kawasan pesisir Kota Manado dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel Fasilitas Kesehatan
Pembantu Dokter
Bahu 0 0 0 5 15 20
Malayang I 0 0 1 4 5 10
Malalayang I 0 0 0 7 3 10
Malalayang
Timur
Malalayang 0 1 1 9 1 12
II
Sario Utara 0 0 1 4 2 7
Sario 0 0 1 3 11 15
Tumpaan
Sario Titiwungen 0 0 1 5 6 12
Selatan
Titiwungen 1 0 0 0 11 12
Utara
Wenang 0 0 0 3 3 6
Selatan
Wenang Wenang 1 0 0 1 9 11
Utara
Calaca 0 1 0 2 3 6
Sindulang I 0 0 1 3 2 6
Sindulang II 0 0 0 3 0 3
Bitung 0 0 0 5 3 8
Tuminting Karangria
Maasing 0 0 0 4 0 4
Tumumpa 0 0 1 4 0 5
Dua
Total 2 2 7 62 74 147
Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2021
Table 28. Sarana pendidikan kawasan pesisir kota Manado
Puskesmas Tuminting
Praktek Dokter Umum
Sumber : Google Streat View
Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang ada di kawasan pesisir Kota Manado terdiri
dari 37 masjid, 115 gereja, dan 1 vihara. Kelurahan di pesisir yang memiliki
fasilitas peribadatan terbanyak adalah Kelurahan yang berada di Kecamatan
Malalayang yang memiliki fasilitas sarana peribadatan terbanyak di banding
kelurahan yang berada di daerah pesisir pada kecamatan lainnya, jumlah unit
fasilitas yang tersedia adalah 6 unit yang terdiri dari gereja dan masjid.
Sedangkan daerah pesisir yang fasilitas peribadatannya paling sedikit adalah
Kelurahan yang berada di Kecamatan Wenang dan Kecamatan Tuminting
dengan jumlah masing-masing yaitu 34 unit pada Kecamatan Tuminting dan 36
unit pada Kecamatan Wenang. Untuk vihara terdapat 1 unit yaitu Kelurahan
Titiwungen Utara, Kecamatan Sario. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel Fasilitas Peribadatan
Kecematan Kelurahan Sarana Peribadatan Jumlah
Fasilitas Perdagangan
Wenang 11 117 84 1 88 8
Tuminting 21 709 78 2 4 -
Sumber :Google
4.6.1 Utilitas
1. Jaringan Transportasi
1.1 Jaringan Jalan
Kemajuan suatu daerah harus ditunjang oleh adanya prasarana jalan yang
memadai agar aktivitas di segala bidang dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Dengan adanya jenis panjang jalan yang terdiri dari jalan Negara, Provinsi,
Kabupaten dan Desa.
2. Jaringan Listrik
Jaringan listrik di wilayah pesisir dengan potensi distribusi yang sudah cukup merata
yang berda di kota Manado khususnya wilayah pesisir Kota Manado.
Kecematan Kelurahan
Bahu
Malayang I
Malalayang Malalayang I
Timur
Malalayang II
Sario Utara
Sario Tumpaan
Sario Titiwungen
Selatan
Titiwungen Utara
Wenang Selatan
Wenang Wenang Utara
Calaca
Sindulang I
Sindulang II
Tuminting Bitung Karangria
Maasing
Tumumpa Dua
Total
Sumber : BPS Kecamatan dalam angka 2021
6. Sistem Persampahan
Kecematan Kelurahan
TPA TPS
Malalayang Bahu
Malayang I
Malalayang I
4.7.1 Estuaria
Gambar Sampah berserakan di Muara Bahu Gambar Batang pohon dan sampah
b. Muara Sungai Sario
Muara sungai Sario ini berada di Kelurahan Titiwungen Selatan, Kecamatan
Sario, lebih tepatnya di antara Mantos dan Kawasan Megamas.
Pada gambar diatas menunjukan karakteristik pasir yang ada di sekitar muara
Sungai Bailang berwarna hitam kecoklatan dan terdapat banyak sampah plastik
disekitarnya. Di sekitar muara juga terdapat rumah-rumah nelayan yang dibangun
seadanya.
4.7.2 Mangrove
Mangrove tumbuh di pantai yang landai dengan kondisi tanah yang
berlumpur atau berpasir, serta tidak dapat tumbuh di pantai yang terjal, berombak
besar atau yang mempunyai pasang surut tinggi dan berarus deras. Mangrove akan
Daun Katang
Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan pantai yang khas sejenis semak-
semak atau disebut Daun Katang dan termasuk dalam familia Convulvulaceae
(sekeluarga dengan Kangkung (Ipomoea aquatica), Ubi Jalar (Ipomoea batatas),
dan sebagainya). Daun Katang merupakan tumbuhan menjalar yang tumbuh liar
dengan batang lurus dan panjang yang tumbuh menyebar ke segala arah. Tajuk
bunga berbentuk terompet berwarna merah ungu namun apabila hari sudah siang
bunganya cepat menjadi layu. Daerah penyebaran Daun katang sangat luas dan
biasanya tumbuh bersama jenis tumbuhan yang lain. Berbagai jenis tumbuhan ini
oleh para ahli dimasukkan ke dalam kelompok atau asosiasi atau formasi dan
karena Ipomoea pes-caprae merupakan tumbuhan yang mendominasi dan selalu
ada maka disebut formasi pes-caprae.
Gambar 46.Gambar Vegetasi Daun Katang dan Pohon Ketapang di pesisir pantai
Pohon Kelapa
Sebuah gagasan yang muncul belakangan ini sebagai satu wisata yang
dikemas secara khas dan bersifat alami yang dikenal sebagai ekowisata.
Pengembangan wisata bahari tidak hanya tergantung dari faktor sumberdaya alam
saja, tetapi perlu memperhitungkan faktor lain yang tidak kalah pentingnya seperti:
penyediaan fasilitas, keamanan dan sikap masyarakat sekitarnya menerima
Usaha pariwisata bahari masih belum memberikan nilai ekonomi yang cukup
memadai bagi masyarakat
Masih minimnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata pesisir yang
berwawasan lingkungan
Belum terpadunya paket wisata bahari
Atraksi yang ditampilkan masih kurang menarik
Belum ada studistudi mendalam yang menginventarisasi potensi-potensi
pengembangan wisata pesisir yang berwawasan lingkungan di wilayah pesisir
Ada dampak krisis ekonomi dan keamanan
Berdasarkan Identifikasi permasalahan dan telaahan Kota Manado yang tertulis dalam
Rencana Strategis Dinas Pariwisata Kota Manado 2021-2016, bermuara pada beberapa
isu-isu strategis, yaitu:
1) Tujuan RPJPD Kota Manado sebagai Kota Pariwisata Dunia tahun 2021.
2) Implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Security dan Environment
Sustainability)
3) Optimalisasi promosi destinasi pariwisata dan event-event yang ada baik lewat
bahan promosi maupun promosi berbasis elektronik.
4) Sinergitas dengan stakeholder Pariwisata yang berpotensi untuk
pengembangan Pariwisata.
5) Belum optimalnya sarana dan prasarana pendukung (transportasi, amenitas &
infrastuktur) sebagai penunjang pariwisata.
6) Belum maksimalnya pemanfaatan sarana dan fasilitas pariwisata.
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Sulawesi Utara. Bab IV Profil Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil I, Artikel
Pariwisata Kota Manado dan Survey Lapangan 2022
Berdasarkan karakteristik pemanfaatan wilayah laut bagian pariwisata, berikut ini
merupakan gambar titik objek wisata pada 4 kecamatan sesuai dengan lokasi tabel diatas.
Gambar 2. Peta Lokasi Pariwisata Kota Manado bagian wilayah Kawasan Pesisir
Selain rekreasi pantai, aktivitas selam di dasar laut Pantai Malalayang sangat
enak untuk di nikmati karena pantainya yang cenderung datar, membuat pandangan
menjadi luas dan arus air laut tidak begitu kencang. Sehingga pemandangan di dasar laut
sangat menarik bagi yang gemar melakukan selam. Hasil identifikasi ditemukan 22
famili dan 86 genus. Famili yang mendominasi yaitu Pomacentridae, dengan presentase
kelimpahan tertinggi (60,46%) yang menyebabkan famili ini menjadi family yang
mendominasi karena mempunyai sifat teritorialisme, relative stabil, dan dapat dijumpai
pada daerah pasang surut sampai kedalaman 40 meter.
Manado Town Square adalah sebuah mal di Kota Manado, Kecamatan Wenang.
Mal ini terletak di pusat kota Manado tepatnya di Jalan Pierre Tendean (Boulevard) . Mal
ini terdiri atas dua lantai. Terdapat 3 wilayah bagian Manado Town Square dengan tenant
yang ada, berikut bisa dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. Tenant Manado Town Square
Mal Lantai Tenant
Manado Town Square 1 Lantai 1 ACE Hardware, Adidas
Consept Store, Arithalia,
A&W, Bambu Express,
Baskin Robbins, Beauty
Center, Body & Soul,
Body Shop, Es Teller 77,
Giordano, Hammer, J.Co
Donuts, King Cooker,
Mantos Handphone
Center, Mawar Sharron,
Models Talk, My Secret
Garden's, Naughty, Oke
Shop, Optik Seis, Pizza
Hut, Quali Rice and
Noodle, ShareTea,
Solaria, Ta Wan,
Timezone, Naughty, Oke
Shop, Warung Pojok,
Strawberry, The
Kampoeng, The Sport
Warehouse, dll
Lantai 2 Apotek Century, Apotek
Guardian, A&W, Boston
Drugstore, Cinema XXI,
Cloud9, Cool Kids,
Hypermart, Jhonnie
Andrean Salon, KXTV
Karaoke, M Photo
Studio, Maranatha, My
Size, R Fashion, Number
61, Redz Salon by
Matrix, Rotiboy, Toko
Buku Kharisma, Toys
Store, X8, Yopie Salon,
dll
Manado Town Square 2 Lantai 1 Bellagio, Bombbogie,
Crocs, Coconut Island,
Dunkin' Donuts, EVB,
Excelso, Gaudi, Levi's,
Mal ini merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Manado, selain MTC dan
Megamall yang masuk pada Kawasan Megamas. Dengan bentuknya yang unik, memiliki
desain langit memberikan kesan berbelanja diluar ruangan dengan udara yang sejuk dan
patung-patung yang berdiri kokoh sepanjang area banguan disamping jalan Manado
Town Square.
God Bless park atau taman berkat ini merupakan salah satu ikon Kota Manado
dengn patung telapak tangan yang dikepal. Letak God Bless Park ini tidak jauh dari pusat
kota, lebih tepatnya terletak dipinggir pantai, Jalan Piere Tendean, Sario Utara,
Kecamatan Sario, Kota Manado. God Bless Park dibuat sebagai ikon milenial Kota
Manado dengan fungsi salah satunya untuk mengakomodir bakat dan kreativitas anak
muda di Manado. God bless park ini merupakan ikon kota Wisata manado terbaru karna
sempat dilakukan pembangunan untuk pengembangan objek wisata ini menjadi lebih
indah dan nyaman. Objek wisata ini digambarkan ada patung tangan mengepal seraya
mengucap doa dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Taman god bless ini
dibangun untuk adanya berbagai fasilitas olahraga dari pemerintah kota manado untuk
bersantai para masyarakat. Fasilitas lainnya adalah adanya lapangan basket, panjat tebing,
dan voli sehingga ada pula lapangan untuk bermain skateboard. Taman ini banyak menuai
apresiasi bisa digunakan untuk para kawula muda dan bisa untuk menjadi pemandangan
laut dan juga perkotaan layaknya metropolitan. Taman bersantai ini bisa wisatawan
gunakan untuk menghabiskan liburan akhir pekan dan tidak perlu khawatir karena kondisi
perut sebab ada banyak kuliner dan jajanan khas manado yang bisa di dapatkan dan di
beli.
5. Kawasan Megamas
Gambar 61.Peta lokasi sampling dan daerah penagkapan alat purse seine nelayan Tumumpa Manado.
PDRB Kota Manado Atas Dasar Harga Konstan 2019-2021 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 437 659,99 433 426,34 440 888,69
Data diatas merupakan data PDRB Kota Manado Tahun 2019 hingga 2021 atas
dasar harga konstan yang mengalami penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2020 angka
PDRB mengalami penurunan dari 25. 581. 644,15 menjadi 24.780.882,57 dan pada
tahun 2021 mengalami kenaikan angka PDRB menjadi 26.056.517,11
Struktur ekonomi Kota Manado tahun 2021masih didominasi oleh sektor
perdagangan, konstruksi, informasi dan komunikasi. Salah satu indikator ekonomi yang
sangat ditunggu adalah laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan
pembangunana suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator
ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebiajakan pembangunan yang akan
datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung data PDRB
atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil bisa menjadi
tolak ukur keberhasilan pemerintahan dalam mewujudkan visi pembangunannya,
namun perlu dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu
Dari data diatas diketahui masyarakat pada wilayah studi didominasi oleh
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang/ wiraswasta.
Berikut adalah data produksi perikanan tangkap di Kota Manado
Table Produksi Perikanan Tangkap Kota Manado
Sumber: sulut.bps.go.id
Dari data diatas menunjukkan adanya peningkatan produksi perikanan
tangkap di Kota Manado dari tahun 2018-2020 baik untuk perikanan laut maupun
perikanan umum.
Tabel Jumlah Perahu/ Kapal Penangkapan Ikan Kota Manado
Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan (Unit) Kota Manado
Tahun 2015 2016 2017
Perahu Tanpa 713 713 713
Motor
Perahu Kapal Motor 495 495 495
Kapal Motor 411 411 411
Table 45.Jumlah Perahu/ Kapal Penangkapan Ikan Kota Manado
Sumber: BPS
5.1.3 Analisis Isu dan permasalahan Perencanaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kebijakan pemanfaatan kawasan pesisir dan laut serta pulau-pulau kecil Kota
Manado sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang ada, didukung pesatnya aktivitas
pembangunan di darat dan laut. Akibat dari aktivitas tersebut telah berdampak terhadap
kerusakan fisik ekosistem wilayah pesisir, pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan
lautan, dan konflik penggunaan pemanfaatan ruang di kawasan pesisir.
berpotensi untuk
Gelomban Mengarah ke laut dengan arah relatif ke dibudidayakan kegiatan
g Barat Daya, Barat dan Barat Laut. industrialisasi
Perikanan
berpotensi untuk
mengetahui potensi fishing
ground atau
Menurut jurnal kelautan tahun 2019, daerah penangkapan ikan dan
Salinitas salinitas
LAPORAN AKHIR RENCANAperairan
ZR KAWASAN pada wilayah
PESISIR studi juga untuk
KOTA MANADO 176
berkisar 31,5 ° /oo. mengetahui kesesuaian
pembudidayaan
rumput laut dan ekosistem
lainnya.
Gambar kesesuaian aspek oseanografi
Batimetri
Sesuai untuk budidaya perikanan
Arus
Sesuai untuk industrialisasi perikanan
Pasang Surut
Berpotensi untuk budidaya perikanan
Gelombang
Sesuai untuk industrialisasi perikanan
Salinitas
Penangkapan ikan
Pembudidayaan rumput laut
Wilayah Kecamatan Pesisir pada Kota Manado adalah sebesar 807.49 Ha.
Kecamatan Pesisir terebut meliputi Kecamatan Malalayang, Kecamatan Sario,
Kecamatan Wenang dan Kecamatan Tuminting. Pengunaan lahan pada kawasan pesisir
Kota Manado dengan kompleks terbesar yaitu permukiman dengan luas sebesar 392,40
Ha. Sedangkan Tanah kosong yakni hanya sebesar 42,81 Ha. Hal tersebut di karenakan
pada kawasan pesisir lebih dominan kearah Permukiman dan juga Perdagangan
5.3.2 Analisa Potensi dan Masalah Tata Guna Lahan Wilayah Rencana
A. Pola Pemanfaatan Lahan
Potensi
1. Kawasan Wisata Kuliner, kawasan wisata kuliner ini bisa menjadi sebuah jenis
wisata yang cukup menarik di daerah pesisir, wisata kuliner ini juga dapat
meningkatkan pendapatan Daerah. Dengan mengembangkan potensi kuliner
tersebut, suatu daerah dapat mendapatkan kemungkinan untuk menjadikan wisata
kuliner sebagai salah satu nilai jual daerah tersebut.
2. Kawasan Strategis Ekonomi Wilayah (Pertokoan dan Pelabuhan), dengan adanya
kawasan strategis ekonomi wilayah bisa meningkatkan peluang ekonomi produktif
5.4 Kependudukan
Kependudukan atau demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau
kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama
atau etnisitas tertentu. Dengan demikian data kependudukan adalah segala tampilan data
penduduk dalam bentuk resmi maupun tidak resmi yang diterbitkan oleh badan-badan
pencatatan kependudukan (pemerintah maupun non pemerintah), dalam berbagai bentuk
baik angka, grafik, gambar dan lain lain.
Analisis kependudukan dilakukan karena terjadinya perubahan jumlah penduduk
seiring berjalannya waktu. Analisis ini digunakan untuk kepentingan pembangunan seperti
perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Penduduk pada dasarnya merupakan
target utama yang ingin dituju oleh setiap proses pembangunan, yaitu berupa peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Hal yang bisa dianalisis dalam hal kependudukan pada umumnya
menyangkut masalah yang berkaitan dengan perubahan keadaan penduduk seperti kelahiran,
kematian, jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, proyeksi jumlah penduduk dan
perkembangan penduduk. Faktor-faktor tersebut memiliki peranan penting sebagai bahan
yang perlu diketahui dalam rangka menentukan berbagai keputusan yang berkaitan dengan
proses pembangunan.
Dimana :
Pt = penduduk pada tahun t (jiwa)
Po = intercept (penduduk pada tahun dasar)
r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu
Pertumbuhan Penduduk Exponensial (Exponensial Growth)
Pertumbuhan penduduk exponensial merupakan pertumbuhan penduduk yang
langsung secara terus menerus. Rumus yang digunakan dalam pertumbuhan exponensial
adalah:
Pt =Po.ert
Dimana :
Pt = penduduk pada tahun t (jiwa)
Po = intercept (penduduk pada tahun dasar)
r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu
e = angka exponensial, besarnya 2,718282
Gambar 68.Kelompok
LAPORAN AKHIR RENCANA ZR KAWASAN Nelayan
PESISIR KOTA di Kampung Kinamang
MANADO 186
Sumber: Dokumentasi Kelompok (2022)
Masalah Sosial Demografi
Kondisi Eksisting di beberapa permukiman pesisir manado menunjukan tingkat
kepadatan yang tinggi di bebrapa titik sehingga menjadikan kondisi pemukiman daerah
pesisir yang terlalu padat ini terlihat seperti bangunan kumuh yang tidak terawat, selain
itu kesan kumuh di perkampungan nelayan menjadikan Masyarakat sekitar pesisir
kurang merasa nyaman akan keadaan lingkungan sekitar akibat sampah berserakan yang
seringkali tidak diketahui pihak-pihak yang membuang sampah di daerah tersebut.
Tabel Angka Perubahan Tiap Sektor dalam PDRB Kota Manado dan PDRB Sulawesi
Utara dari tahun 2019 ke tahun 2021
LAPANGAN PDRB 2019 N=(1)x51% R R-N
USAHA (1) (2) (3) (4)
Pertanian, Kehutanan,
437.659,99 223.206,59 3.228,70 -219.977,89
dan Perikanan
Pertambangan dan
20.153,34 10.278,20 391,98 -9.886,22
Penggalian
Industri Pengolahan 932.164,68 475.403,99 89.054,67 -386.349,32
Pengadaan Listrik dan
24.058,02 12.269,59 3.953,03 -8.316,56
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
22.288,56 11.367,17 332,64 -11.034,53
Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi 2.943.781,84 1.501.328,74 198.550,96 -1.302.777,78
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
4.703.525,80 2.398.798,16 117.446,28 -2.281.351,88
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
3.670.320,18 1.871.863,29 -650.626,79 -2.522.490,08
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan Makan 1.496.954,98 763.447,04 -289.406,26 -1.052.853,30
Minum
Informasi dan
3.234.156,53 1.649.419,83 491.183,32 -1.158.236,51
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
1.977.878,21 1.008.717,89 221.691,21 -787.026,68
Asuransi
Real Estate 688.816,64 351.296,49 -2.868,24 -354.164,73
Jasa Perusahaan 58.871,06 30.024,24 -1.595,55 -31.619,79
Administrasi 2.236.547,84 1.140.639,40 -4.201,77 -1.144.841,17
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Keunggulan suatu sektor menunjukkan bahwa sektor tersebut akan lebih berkembang
dibandingkan sektor lainnya.
Dari hasil analisis, untuk sektor perikanan sendiri bukan termasuk dalam salah satu sektor
andalan karena sektor ini kurang berkembang dibandingkan sektor lainnya. Dimana dari tahun
2019 hingga 2021 menurut PDRB Kota, sektor perikanan Kota Manado hanya bertumbuh
sebesar 1%. Hal ini terjadi karena sektor perikanan masih menjadi mata pencaharian sebagian
kecil penduduk Kota Manado yang dikarenakan pengembangannya belum optimal serta adanya
kegiatan reklamasi yang mungkin menjadi salah satu faktor pertumbuhan sektor perikanan kota
manado belum maksimal. sehingga diperlukan pengoptimalan dalam pengembangan Sektor
perikanan Kota Manado kedepannya.
Untuk Parawisata tidak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan PDRB Kota
Manado namun berpengaruh pada sektor lainnya, seperti penyediaan akomodasi makan dan
minum, ataupun jasa lainnya yang terkait. Sehingga kegiatan parawisata di Kota Manado
hendaknya tetap dikembangkan agar bisa menjadi sektor potensial Kota Manado yang dapat turut
menunjang perekonomian Kota Manado
1.6.3
Metode yang digunakan dalam menganalisis SKL Kemudahan Dikerjakan wilayah studi,
pertama menggunakan metode spasial yaitu metode yang menggunakan data keruangan
berupa data tematik kondisi fisik selanjutnya disajikan dengan perhitungan skoring serta
tumpang tindih pada aplikasi ArcMap. Kedua, menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum serta perhitungan analisa
dilengkapi dengan alat statistic berupa tabel dan visual berupa peta
Sumber : : Peta RBI 2017, RTRW Kota Manado tahun 2014-2034, Geoportal Manado
Peta peta akan diperbaiki ke skala 1:10.000
Metode yang digunakan dalam menganalisis SKL Kestabilan Lereng wilayah studi,
pertama menggunakan metode spasial yaitu metode yang menggunakan data keruangan
berupa data tematik kondisi fisik selanjutnya disajikan dengan perhitungan skoring serta
tumpang tindih pada aplikasi ArcMap. Kedua, menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum serta perhitungan analisa
dilengkapi dengan alat statistic berupa tabel dan visual berupa peta
Kestabilan dalam analisis ini belum memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh
pengaruh gempa. Kestabilan yang memperhitungkan efek gempa tersebut dianalisis
Dari pembobotan sesuat standar pada tabel diatas kemudian di hitung SKL
Kestabilan Lereng di wilayah perencanaan (Kecamatan Malalayang, Kecamatan Sario,
Kecamatan Wenang dan Kecamatan Tuminting) dan didapat bahwa kestabilan lereng di
wilayah perencanaan (Kecamatan Malalayang, Kecamatan Sario, Kecamatan Wenang
dan Kecamatan Tuminting) untuk seluruh wilayahnya termasuk dalam kestabilan Lereng
tinggi. Dari hasil SKL kestabilan lereng dapat ditentukan sebagai lahan yang dapat
digunakan untuk menentukan kerawanan lereng terhadap kontruksi bangunan dalam
memenuhi keamanan dan kenyamanan.
Metode yang digunakan dalam menganalisis SKL Kestabilan POndasi wilayah studi,
pertama menggunakan metode spasial yaitu metode yang menggunakan data keruangan
berupa data tematik kondisi fisik selanjutnya disajikan dengan perhitungan skoring serta
tumpang tindih pada aplikasi ArcMap. Kedua, menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum serta perhitungan analisa
dilengkapi dengan alat statistic berupa tabel dan visual berupa peta
Dilihat dari hasil analisis overlay peta pada kestabilan pondasi yang mendominasi di
wilayah perencanaan adalah daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi meliputi kawasan
pesisir kecamtan Tuminting, kecamatan Wenang, kecamatan Sario. Hal ini menunjukkan
bahwa stabil sebagai kawasan pengembangan permukiman. Kestabilan pondasi dengan
kategori cukup mendominasi di bagian kecamatan Malalayang, berarti wilayah tersebut
cukup stabil dan memudahkan pengembangan dan pembangunan. namun mungkin untuk
jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam.
Metode yang digunakan dalam menganalisis SKL Ketersediaan Air wilayah studi,
pertama menggunakan metode spasial yaitu metode yang menggunakan data keruangan
berupa data tematik kondisi fisik selanjutnya disajikan dengan perhitungan skoring serta
tumpang tindih pada aplikasi ArcMap. Kedua, menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum serta perhitungan analisa dilengkapi
dengan alat statistic berupa tabel dan visual berupa peta
Metode yang digunakan dalam menganalisis SKL Morfologi wilayah studi, pertama
menggunakan metode spasial yaitu metode yang menggunakan data keruangan berupa
data tematik kondisi fisik selanjutnya disajikan dengan perhitungan skoring serta
tumpang tindih pada aplikasi ArcMap. Kedua, menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum serta perhitungan analisa
dilengkapi dengan alat statistic berupa tabel dan visual berupa peta
Gambar 81. Peta sebaran permukiman nelayan dan non nelayan wilayah perencanaan
sumber : Peta RBI tahun 2017, RTRW Kota Manado 2014-2034, Geoportal Kota Manado,
Hasil Analisis Kelompok, 2022
Pada analisis ini digunakan metode skoring atau pembobotan di setiap parameter
diatas. Untuk skor klasifikasi di setiap parameter yang digunakan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel Skor Klasifikasi Kemiringan Lereng
Klasifikasi Kelas Nilai Bobot Skor
0–2% S1 4 12
2 – 15 % S2 3 9
3
15 – 25% S3 2 6
25 – 40 % N 1 3
Table 53.Tabel Skor Klasifikasi Kemiringan Lereng
Dari uraian parameter diatas, maka dapat ditentukan skor dan bobot pada masing-
masing parameter (kemiringan lereng, jenis tanah, jarak terhadap sungai, aksesbilitas dan
penggunaan lahan) yang digunakan sebagai parameter penentuan kesesuaian lahan
permukiman, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel . Bobot dan Skor Kesesuaian Permukiman
Kesesuaian Lahan Permukiman
No. Kriteria Bobot Skor
Klasifikasi Kelas Nilai
1 Kemiringan
0 – 8% S2 3 3 9
lereng
2 Jenis tanah Alluvium/alluvial S1 4 3 12
3 Jarak terhadap
<500 m S1 4 2 8
sungai (m)
4 Aksesbilitas
<500 m S1 4 2 8
jalan (m)
5 Pengunaan Lahan kosong,
lahan permukiman,
perumahan S1 4 3 12
teratur,
lapangan
Total Skor 49
Table 58.Tabel . Bobot dan Skor Kesesuaian Permukiman
Untuk menentukan interval pada masing-masing jenis tingkat kesesuaian lahan ini
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
Nilai maksimal (max) total skor sebesar 52 dan nilai minimal (min) total skor sebesar 13.
Rumus Interval
total skor max−total skor min 52−13
interval= = =9,75
jumlah kelas 4
Adapun kriteria hasil daya dukung dan daya tampung permukiman berdasarkan
buku pedoman daya dukung lingkungan untuk perencanaan pengembangan wilayah,
sebagai berikut:
DDP > 1 yaitu suatu wilayah mampu menampung penduduk untuk bermukim;
Tidak Leluasa
3%
Gambar 83.Peta Neraca Pemanfaatan lahan permukiman Kawasan pesisir kota Manado
Keterangan :
DDK = Daya Dukung Kawasan (orang per meter)
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang per m²)
Lp = Luas area atas panjang area yang dapat dimanfaatkan (m²)
Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m²)
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam)
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam)
No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori S4 Skor
Keterangan:
Jumlah = Skor x bobot
Keterangan :
Jumlah = Skor x bobot
11.000 14
Daya Dukung Kawasan ( Surut ) =4 × × =308 m²
1000 2
11.000 14
Daya Dukung Kawasan ( Surut ) =2× × =1232 m²
250 1
Berikut dibawah ini merupakan tabel matriks setiap parameter snorkeling berdasarkan data
dan analisis survey kelompok.
Tabel 5. Matriks Nilai Setiap Parameter Snorkling
No Parameter Stasiun
1 Kecerahan (%) M 8
Bobot 5
Skor 3
Kategori SangatSesuai
BXS 15
2 Tutupan Karang % 18,84
Bobot 5
Skor 1
Kategori SesuaiBersyarat
BXS 5
3 Jenis Life Form Jumlah 195
Bobot 3
Skor 3
Kategori SangatSesuai
BXS 9
4 Jenis Ikan Karang Jumlah 22
Bobot 3
Skor 1
Kategori SesuaiBersyarat
IKW(%) =35%
Kategori =SesuaiBersyarat
3. Berdasarkan perhitungan IKW hasil yang di dapatkan yaitu sebesar 35%, yang
berarti termasuk ke dalam kategori Sesuai Bersyarat (S3)
Keterangan :
Jumlah = Skor x bobot
Sumber:Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2017, RTRW Kota Manado 2014-2034, Geoportal
Kota Manado, dan Copernicus 2022
Lokasi Wisata
Snorkeling
Pomacentridae
Sumber : tertera
Hasil identifikasi ditemukan 22 famili dan 86 genus. Famili yang mendominasi
yaitu Pomacentridae, dengan presentase kelimpahan tertinggi (60,46%) yang
menyebabkan famili ini menjadi family yang mendominasi karena mempunyai sifat
teritorialisme, relative stabil, dan dapat dijumpai pada daerah pasang surut sampai
kedalaman 40 meter.
Pengukuran arus di pesisir Malalayang diperoleh data sekitar 0,08 knot-0,047
knot pada saat pasang dan 0,27 knot-0,55 knot pada saat surut. Rata-rata kecepatan arus
pada saat pasang adalah 0,21 knot dan pada saat surut sekitar 0,37 knot.
Pada periode surut, air bergerak ke arah barat pada awal periode, kemudian
Skor 3
Kategori Sangat
Sesuai
BXS 3
B XMANADO
LAPORAN AKHIR RENCANA ZR KAWASAN PESISIR KOTA S Total = 35 278
IKW (%) = 35 %
Peta Delineasi
Lokasi Wisata
Selam
Gambar 95.. Aktivitas awal para penyelam saat akan melakukan selam
Untuk fasilitas pendukung yang disediakan di pantai malalayang yaitu berupa kamar
mandi umum yang dugunakan untuk berganti pakaian sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas selam dan tempat makan
IKW = ∑
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Syahodi (2007) metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling
dasar, ditunjukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada baik fenomena yang alami atau rekayasa manusia.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di tiga tititk berbeda dimana tiga titik ini merupakan
lokasi yang terdapat terumbu karang yang umumnya sering digunakan untuk aktivitas
selam. Lokasi tersebut yaitu tepatnya di pantai Malalayang dan Muara Sario yaitu titik
pertama yaitu di tugu boboca, pantai malalayang pada titik koordinat 124⁰47’1,12”E,
1°27'41.35"N, titik yang kedua berada di daerah relokasi para pedangang dari pantai
boboca pada titik koordinat 124⁰47’30,57”E, 1°27'39.83"N dan titik ketiga berada pada
muara Sario yaitu di titik koordinat 124⁰47’18,83”E, 1°27'47.48"N seperti pada peta
titik penelitian. Ketiga spot ini umumnya berkarakteristik berpasir, berarus kuat, serta
terdapat beberapa jenis karang dan biota eksotik mini. Lokasi titik wisata selam dapat
dilihat seperti pada peta titik penelitian di bawah ini.
a. Kecerahan Perairan
Titik 1
Jenis karang yang ditemui di titik 1 yaitu 29,75% Hard Coral ada 8 Hard
Coral yang ditemukan yaitu : Acropora Encrusting, Acropora Submassive,
Acropora Tabulate, Coral Branching, Coral Encrusting, Coral Foliose,
Coral
Titik 2
Jenis karang yang ditemui di titik 2 yaitu 31,16% hard coral ada 11 bentuk
hard coral yang di temukan yaitu: Acropora Branching, Acropora Encrustin,
Acropora Submassive, Acropora Tabulate, Coral Branching, Coral
Encrusting, Coral Foliose, Coral Massive, Coral Millepora, Coral Mashroom,
Coral Submassive dan yang paling dominan pada titik 2 adalah Coral
Millepora 16,94%.
Titik 3
Jenis karang yang ditemui pada titik 3 yaitu dimana 24,26% hard coral ada 9
bentuk hard coral yang ditemukan yaitu: Acropora Branching, Acropora
Encrusting, Coral Branching, Coral Encrusting, Coral Foliose, Coral
Massive, Coral Millepora, Coral Mashroom, Coral Submassive dan yang
paling dominan pada titik 3 adalah Coral Millepora 7,87%.
Titik 1 : Baraccuda
Jenis karang pada titik 1 ditemukan nilai persentase tutupan karang yang
tertinggi adalah (S) sand 30,94% (HC) hard coral 29,75% (RK) rock 25,76% (OT)
Kondisi terumbu karang pada titik 3 berada pada kategori buruk dengan
persentase (HC) hard coral 24,26% (S) sand 28,87% (RK) rock 22,06% (OT)
other biota 15,04% (SC) soft coral 4,54% (R) rubble 3,40% (SP) sponge 1,28%
(DCA) dead coral with algae 0,28% (FS) fleshy seaweed 0,28%. Kondisi terumbu
karang pada titik 3 Pantai Malalayang dikategorikan buruk yaitu 24,26% dan
yang paling dominan di titik ini adalah pasir 28,87% dikarenakan struktur dasar
Berdasarkan peta di atas luas terumbu karang yang ada di kecamatan yaitu
seluas 24.401,552 ha
Jenis Life 3 8 2 6 8 2 6 9 2 6
From
Jenis Ikan 3 14 0 0 12 0 0 13 0 0
Karang
Kecepatan 1 0.003 3 3 0.017 3 3 0,018 3 3
Arus (cm/dt)
Kedalaman 1 9 3 3 7,8 3 3 7 3 3
Terumbu
Karang (m)
Total Skor 32 32 32
Kategori S2 S2 S2
Dari hasil analisis maka luas untuk kesesuaian wisata selam dapat diketahui
luas untuk kesesuaian wisata selam yaitu :
Tabel Luas Kesesuaian Wisata Selam
Klasifikasi Luas (ha)
Tidak Sesuai 913.17933
Cukup Sesuai 229.765899
Sesuai 24.401552
*)Sumber: Hasil Analisis Kelompok
Dari tabel di atas klasifikasi wisata selam di kecamatan Malalayang untuk
Kemudian sejak tahun 1967 karena kondisi geografis kurang mendukung serta
beban kerja Pelabuhan Manado sudah sangat maksimal, maka kegiatan kapal-kapal
yang berukuran diatas 500 ton dipindahkan di Pelabuhan Bitung yang dibangun sejak
tahun 1953 oleh Pemerintah Indonesia dengan harapan pada waktu itu agar semua
kegiatan kapal berangsur-angsur dipindahkan ke Pelabuhan Bitung dan pada akhirnya
Pelabuhan Manado akan ditutup. Dibangunnya Pelabuhan Bitung pada tahun 1953
karena Pelabuhan Manado yang terletak dimuara sungai Tondano dimana
pengendapan pasir dan lumpur yang terjadi cukup tinggi sehingga pada saat itu di
Pelabuhan Manado disiapkan kapal keruk sebanyak 2 unit yang beroperasi tiga bulan
sekali melaksanakan pengerukan. Untuk mengatasi hal ini maka pada tahun 1950
Pemerintah mengalihkan kali Tondano ke kali Jengki. Namun kegiatan ini tidaklah
maksimal untuk mencegah tingkat sedimentasi yang cukup tinggi yang dialami
Pelabuhan Manado.
Pada tahun 2002 sejalan dengan perkembangan kegiatan yang cukup pesat
melalui Keputusan Menteri No,62 Tahun 2002 kemudian diubah dengan KM.17
Tahun 2004 dan dengan KM.9 Tahun 2008 status Pelabuhan Manado ditingkatkan
menjadi Kantor Administrator Pelabuhan Klas III yang kemudian pada tahun 2012
dirubah menjadi Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Manado sesuai
dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 36 tahun 2012.
7 Debra, T. L. (2019)
9 PT Pelindo
Luas total dermaga di Pelabuhan Manado yaitu 2.390 m2. Selain itu luas
keseluruhan Pelabuhan Manado, yang juga sudah termasuk bangunan-bangunan
komersial lainnya yaitu 11.9746 ha. Melalui ketersediaan data terhadap parameter
pelabuhan umum yang sudah tersedia, yaitu sebanyak 10 paramater, Pelabuhan
Manado berada pada kategori sesuai. Hal ini disebabkan karena sebagian parameter
yang datanya sudah tersedia, dominan pada kriteria penilaian untuk kategori sesuai.
Nilai
No Nama Kriteria Satuan Bobot Skor
5 4 3 2 1
Kriteria Akses
Fungsi Kota
yang dilayani
2. PKN PKW - PKL - 3 15
Pusat
Kegiatan
Kriteria Teknis
0,5 –
6. Gelombang m <0,2 0,2 – 0,5 0,8 – 1 >1 1 4
0,8
Luas Lahan
7. Ha >30 15 – 30 5 – 15 2–5 <2 2 6
Darat
Kedalaman
9. m >6 5–6 4–5 3–4 <3 1 2
Kolam Labuh
Kecamatan
Berkaran 12 – 27 0,13 – 1,2 Perairan yang
Malalayan 7 meter 10 – 50 cm 13% 2
g cm/detik m terbuka
g
Sumber :
1. Abdulrahman Lahay, R. D. (2020).
Kriteria Akses
Fungsi Kota
yang dilayani
2. PKN PKW - PKL - 3 15
Pusat
Kegiatan
Kriteria Teknis
0,5 –
6. Gelombang m <0,2 0,2 – 0,5 0,8 – 1 >1 1 4
0,8
Luas Lahan
7. Ha >30 15 – 30 5 – 15 2–5 <2 2 15
Darat
Kecamatan Pasir
12 – 27 0,13 – 1,2
Malalayan 15 – 20 m berlumpu 10 – 50 cm Terlindung 0 – 8% 2
cm/detik m
g r
Sumber :
1. Yumai, Y. (2019).
2. Abigail E. F. Lang, P. N. (2021)
3. BMKG-OFS Mei 2022
4. Data ArcGis Kelompok
50 cm
Tinggi Gelombang
12 – 27 cm/detik
Kecepatan Arus
Amplitudo Pasut 0,13 – 1,2 m
Terlindungi
Ketrlindungan
0-8%
Kemiringan Lahan
2
Fasilitas Transportasi
Sumber:
1. Data Argis Kelompok
Luas total dermaga di Pelabuhan Perikanan yaitu seluas 1000 m².. Selain itu
luas keseluruhan Pelabuhan Perikanan, yang juga sudah termasuk bangunan-
bangunan komersial lainnya yaitu 4.45636 Ha. Melalui ketersediaan data terhadap
parameter pelabuhan perikanan yang sudah tersedia, yaitu sebanyak 12 Paramater,
Pelabuhan Perikanan berada pada kategori sangat sesuai. Hal ini disebabkan karena
sebagian parameter yang datanya sudah tersedia, dominan pada kriteria penilaian
untuk kategori sangat sesuai.
Paramater Kesesuaian Lahan Untuk Pelabuhan Perikanan
1. Kedalaman Perairan.
Sangat Sesuai 66 – 90
Sesuai 44 – 66
Sesuai Bersyarat 22 – 44
Tidak Sesuai 0 – 22
Sumber : Modifikasi Hartono dan Helmi, 2004
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode skoring, kesesuaian lahan pelabuhan
perikanan di Malalayang masuk dalam kriteria sesuai bersyarat dengan skor totalnya 38.
Total skor di dapat dari hasil perkalian nilai dengan bobot.
2) Kecamatan Wenang
Tabel Skoring Pelabuhan Perikanan
SKORING
Pelabuhan
Perikanan Batrimetri Pasang Surut Kecepatan Tinggi Topografi Luas Lahan
Calaca Arus Gelombang Darat
Sesuai 44 – 66
Sesuai Bersyarat 22 – 44
Tidak Sesuai 0 – 22
3) Kecamatan Sario
Tabel Skoring Pelabuhan Perikanan
SKORING
Pelabuhan
Perikanan Batrimetri Pasang Surut Kecepatan Tinggi Topografi Luas Lahan
Sario Arus Gelombang Darat
Sangat Sesuai 66 – 90
Sesuai 44 – 66
Sesuai Bersyarat 22 – 44
Tidak Sesuai 0 – 22
Salah satu provinsi yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar adalah
Sulawesi Utara yaitu luas wilayahnya sekitar ± 110.000 km2 dengan panjang garis
pantai ± 1.740 km dan memiliki potensi ikan 500.000 ton per tahun. Provinsi ini
telah menjadikan hasil usaha perikanan dan kelautan sebagia salah satu produk
unggulan untuk memacu peningkatan pendapatan asli daerah. Pembangunan sub
sektor perikanan dan Kelautan di Sulawesi Utara hingga saat ini telah
memperlihatkan kemajuan yang relatif berarti. Tahun 2017, produksi perikanan
tercatat 818.192,3 ton atau meningkat 5,99% dibanding tahun sebelumnya sebesar
771.88,28 ton.
Kecamatan Sario, Wenang dan Tuminting merupakan Kecamatan yang
berada di Kota Manando yang memiliki potensi wilayah pesisir dan laut yang cukup
besar. Besarnya Potensi pengelolaan wilayah pesisir dan laut tersebut di dominasi
oleh kegiatan usaha perikanan tangkap laut.
Berdasarkan hasil survey di Kelurahan Sindulang Satu, Kecamatan
Tuminting, pada wilayah pesisir disana membudidayakan jenis ikan Bobara, dengan
membeli bibit ikan dan kemudian dibudidayakan di Keramba yang berada sedikit
jauh dari pesisir pantai. Karena adanya reklamasi sehingga sumber daya ikan yang
biasanya berada disekitaran pesisir menjauh ketengah laut dan menyebabkan para
nelayan kesusahan dalam menangkap ikan, sehingga munculah budidaya ikan di
Keramba. Untuk perolehan bibit sendiri didapatkan/dibeli dari Kota Bitung.
Gambar 118. Jenis Ikan Bobara Putih di Keramba Sindulang, Kecamtan Tuminting
Sumber : Komentar.id (2020)
b. Analisis Kesesuaian Keramba jaring Apung
Kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya keramba jaring apung diperoleh dari
analisis parameter-parameter kesesuaian lahan untuk kawasan ini, yang meliputi 8
parameter fisika-kimiawi perairan antara lain:
Table 68. Parameter Kesesuaian Budidaya Keramba Jaring Apung
Tingkat Kesesuaian
1. Kecepatan Arus
Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal sehingga
menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di
seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang
dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang
panjang. Berdasarkan hasil pengolahan data pengaruh pasang surut pada
pergerakan arus permukiman di Teluk Manado, diketahui bahwa kecepatan arus
yang terukur di Teluk Manado bervariasi kecepatanya mulai dari 0,13 sampai
dengan 0,27 m/det.
2. Kedalaman Air dari Dasar jaring
Kedalama air dari dasar jaring merupakan jarak antara dasar air dan jaring
keramba apung. Untuk keramba apung ikan Bobora pada Sindulang satu diketahui
berjarak antar 30-35 meter.
3. pH Perairan
Air laut umumnya memiliki nilai pH di atas 7 yang berarti bersifat basis, namun
dalam kondisi tertentu nilainya dapat menjadi lebih rendah dari 7 sehingga
menjadi bersifat asam. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan
nilai pH, nilai yang ideal untuk kehidupan antara 7 – 8,5
Menurut data jurnal ilmu kelautan pada daerah wilayah studi budidaya perikanan
tahun 2019 nilai pH pada perairan Teluk Manado berkisar 7,52-8,07
4. Oksigen Teralarut
Oksigen terlarut atau DO (Dissolved oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut
dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen
terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh
mahkluk hidup dalam air.
Menurut jurnal ilmu kelautan tahun 2019 kadar oksigen terlarut pada perairan
Teluk Manado berkisar 6,03-7,23 mg/l.
5. Salinitas perairan
Menurut jurnal kelautan tahun 2019, salinitas perairan pada perairan Teluk
Manado berkisar 31,5-34,0° /oo
6. Suhu Perairan
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam
perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan
mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari
peningkatan suhu air, maka kelarutan oksigen akan berkurang.
Menurut jurnal ilmu kelautan tahun 2019 suhu perairan pada perairan Teluk
Manado mencapai 27,9-29,5°C.
7. Phospat
Fosfat merupakan zat hara yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
hidup organisme di laut terutama fitoplankton. Namun bila zat ini kosentrasinya
sangat besar di perairan dan melebihi nilai ambang batas maka terjadinya
blooming fitoplankton yang menyebabkan kematian berbagai jenis biota laut.
Table 71. Data Parameter Kesesuaian Budidaya ikan keramba Jaringa Apung Kelurahan Sindulang
1
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 30-35 meter 7,52 6,03mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0065 0,0069
m/det mg/I mg/I
Tabel Data Parameter Kesesuaian Budidaya ikan keramba Jaring Apung Kecamatan
Wenang
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 - 7,63 6,75mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0044 0,0039
m/det mg/I mg/I
Sumber: Simon Patty (2019); BMKG;
Penilaian kondisi perairan Kecamatan Wenang untuk kesesuaian budidaya Bobara di
KJA dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan kualitas air yang
sesuai bagi kehidupan ikan Bobara. Berikut hasil pengukuran tingkat kesesuaian
parameter fisika-kimiawi perairan Kecamatan Wenang.
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 - 7,52 6,03mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0044 0,0039
m/det mg/I mg/I
Sumber: Simon Patty (2019); BMKG;
Penilaian kondisi perairan Kecamatan Sario untuk kesesuaian budidaya Bobara di
KJA dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan kualitas air yang
sesuai bagi kehidupan ikan Bobara. Berikut hasil pengukuran tingkat kesesuaian
parameter fisika-kimiawi perairan Kecamatan Sario
Tabel 9. Hasil Analisis Kesesuaian Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Kecamatan
Sario
Tabel 10. Data Parameter Kesesuaian Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Kecamatan
Malalayang
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 - 7,52 6,03mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0023 0,0024
m/det mg/I mg/I
Sumber: Simon Patty (2019); BMKG;
Penilaian kondisi perairan Kecamatan Malalayang untuk kesesuaian budidaya
Bobara di KJA dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan kualitas
air yang sesuai bagi kehidupan ikan Bobara. Berikut hasil pengukuran tingkat kesesuaian
parameter fisika-kimiawi perairan Kecamatan Malalayang
Tabel 11. Hasil Analisis Kesesuaian Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Kecamatan
Malalayang
Tabel 12. Hasil Analisis Kesesuaian Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Wilayah
Studi
Sumber : Mustafa dan Abdullah (2012), Alabster dan Lloyd (1982), Ihsan (2015), KMLH No
51 (2004), Effendi (2003), Iskandar (2002), Winanto (2004)
Tabel. Matriks Analisis Perikanan Tangkap
Parameter Bobot Nilai Kelas Nilai
Kedalaman (m) 15 35 m S1 125
Tipe substrat 15 Pasir S1 125
MPT (mg/l) 15 0 TS 10
Salinitas (PSU) 15 31,5%00 S1 125
Suhu (celcius) 10 27,9 C S2 50
DO (mg/l) 5 5,56 mg/l S1 50
pH 5 7,52 S1 50
Kecerahan 5 1,5 S1 50
TDS (mg/l) 5 0,143 S1 50
Nitrat (mg/l) 5 0,0065 mg/l S1 50
Fosfat (mg/l) 5 0,069 mg/l S2 30
100 715
Table 73.Matriks Analisis Perikanan Tangkap
Salah satu provinsi yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar
adalah Sulawesi Utara yaitu luas wilayahnya sekitar ± 110.000 km2 dengan
panjang garis pantai ± 1.740 km dan memiliki potensi ikan 500.000 ton per tahun.
Provinsi ini telah menjadikan hasil usaha perikanan dan kelautan sebagia salah
satu produk unggulan untuk memacu peningkatan pendapatan asli daerah.
Pembangunan sub sektor perikanan dan Kelautan di Sulawesi Utara hingga saat
ini telah memperlihatkan kemajuan yang relatif berarti. Tahun 2017, produksi
perikanan tercatat 818.192,3 ton atau meningkat 5,99% dibanding tahun
sebelumnya sebesar 771.88,28 ton.
Kecamatan Sario, Wenang dan Tuminting merupakan Kecamatan yang berada di
Kota Manando yang memiliki potensi wilayah pesisir dan laut yang cukup besar.
Besarnya Potensi pengelolaan wilayah pesisir dan laut tersebut di dominasi oleh
kegiatan usaha perikanan tangkap laut.
Gambar. Tempat Budidaya Ikan Bobora tengah Laut Kelurahan Sindulang Satu
Sumber : Hasil Observasi 2022
Gambar 130. Jenis Ikan Bobara Putih di Keramba Sindulang, Kecamtan Tuminting
Sumber : Komentar.id (2020)
b. Analisis Kesesuaian Budidaya Keramba Jaring Apung
Kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya keramba jaring apung diperoleh dari
analisis parameter-parameter kesesuaian lahan untuk kawasan ini, yang meliputi 8
parameter fisika-kimiawi perairan antara lain:
Tabel 9. Parameter Kesesuaian Budidaya Keramba Jaring Apung
Tingkat Kesesuaian
Parameter Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai
Bobot S1 (5) S2 (3) N (1)
Kecepatan arus 25 0,2-0,5 0,05-0,1 atau >0,5 atau
(cm/dtk) >0,40-<0,50 <0,05
Kedalaman air dari 25 8-20 5-<8 atau >20- <5 atau >25
dasar jaring (m) <25
pH Perairan 10 7,0-8,5 4,0-7,0 atau <4,0 atau >9,0
>8,5-<9,0
Oksigen Terlarut 10 >5 3-<5 <3,0
(mg/l)
Salinitas Perairan (ppt) 10 30-35 20-29 <20 atau >35
Suhu Perairan °C 10 27-32 20-26 <20 atau >35
Menurut data jurnal ilmu kelautan pada daerah wilayah studi budidaya perikanan
tahun 2019 nilai pH pada perairan Teluk Manado berkisar 7,52-8,07
12. Oksigen Teralarut
Oksigen terlarut atau DO (Dissolved oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut
dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut
di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk
hidup dalam air.
Menurut jurnal ilmu kelautan tahun 2019 kadar oksigen terlarut pada perairan Teluk
Manado berkisar 6,03-7,23 mg/l.
13. Salinitas perairan
Menurut jurnal kelautan tahun 2019, salinitas perairan pada perairan Teluk Manado
berkisar 31,5-34,0° /oo
14. Suhu Perairan
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di
dalam perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan
mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari
peningkatan suhu air, maka kelarutan oksigen akan berkurang.
Menurut jurnal ilmu kelautan tahun 2019 suhu perairan pada perairan Teluk Manado
mencapai 27,9-29,5°C.
15. Phospat
Fosfat merupakan zat hara yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
hidup organisme di laut terutama fitoplankton. Namun bila zat ini kosentrasinya
sangat besar di perairan dan melebihi nilai ambang batas maka terjadinya blooming
fitoplankton yang menyebabkan kematian berbagai jenis biota laut.
Menurut data jurnal ilmu kelautan tahun 2019, pada daerah wilayah perairan Teluk
Manado nilai kadar fosfat sebesar 0,0024-0,0099 mg/I
16. Nitrat
Seperti halnya zat hara fosfat, nitrat juga merupakan salah satu nutrisi yang
dibutuhkan mahluk hidup dalam perairan. Kadar nitrat tertinggi diperoleh pada musim
barat berkisar antara 0,0043-0,0223 mg/l dengan rata-rata 0,091±0,0048 mg/l dan
terendah pada musim peralihan-I berkisar antara 0,0023-0,0128 mg/l dengan rata-rata
0,0052±0,0028 mg/l.
Menurut data jurnal ilmu kelautan pada daerah wilayah perairan Teluk Manado
memiliki nilai kadar nitrat sebesar 0,0023-0,0128 mg/I
1. Kecamatan Tuminting
Tabel 12. Data Parameter Kesesuaian Budidaya ikan keramba Jaringa Apung Kelurahan Sindulang
1
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 30-35 meter 7,52 6,03mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0065 0,0069
m/det mg/I mg/I
Sumber: Simon Patty (2019; Komentar.id (2020);BMKG (2022)
Penilaian kondisi perairan Sindulang I untuk kesesuaian budidaya Bobara di KJA dilakukan
dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan kualitas air yang sesuai bagi kehidupan
Tabel 6. Data Parameter Kesesuaian Budidaya ikan keramba Jaring Apung Kecamatan
Wenang
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 - 7,63 6,75mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0044 0,0039
m/det mg/I mg/I
Sumber: Simon Patty (2019); BMKG;
Penilaian kondisi perairan Kecamatan Wenang untuk kesesuaian budidaya Bobara di
KJA dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan kualitas air yang sesuai
bagi kehidupan ikan Bobara. Berikut hasil pengukuran tingkat kesesuaian parameter fisika-
kimiawi perairan Kecamatan Wenang.
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 - 7,52 6,03mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0044 0,0039
m/det mg/I mg/I
Sumber: Simon Patty (2019); BMKG;
Penilaian kondisi perairan Kecamatan Sario untuk kesesuaian budidaya Bobara di
KJA dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan kualitas air yang sesuai
bagi kehidupan ikan Bobara. Berikut hasil pengukuran tingkat kesesuaian parameter fisika-
kimiawi perairan Kecamatan Sario
Tabel 9. Hasil Analisis Kesesuaian Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Kecamatan
Sario
Tabel 10. Data Parameter Kesesuaian Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Kecamatan
Malalayang
Parameter
Kecepata Kedalaman pH Oksigen Salinitas Suhu Nitrat Phosphat
n Arus Air dari Perairan Terlarut Perairan Peraira
Dasar n
Jaring
0,13 -0,27 - 7,52 6,03mg/l 31,5° /oo 27,9°C 0,0023 0,0024
m/det mg/I mg/I
Sumber: Simon Patty (2019); BMKG;
Penilaian kondisi perairan Kecamatan Malalayang untuk kesesuaian budidaya Bobara
di KJA dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lingkungan dan kualitas air yang
sesuai bagi kehidupan ikan Bobara. Berikut hasil pengukuran tingkat kesesuaian parameter
fisika-kimiawi perairan Kecamatan Malalayang
Tabel 11. Hasil Analisis Kesesuaian Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Kecamatan
Malalayang
Sumber2 stasiun
Gambar 138. Gambar deliniasi Google Earth di
mangrove 2022
kecamatan Malalayang
Sesuai : 75–100%
Sesuai bersyarat:50<75%
Adapun dibutuhkan data Matriks Kesesuaian Area Kategori Wisata Mangrove Sebagai
Berikut:
Kategori Kategori Kategori Kategor
Parameter Bobot Skor Skor Skor Sko
S1 S2 S3 iN
r
Ketebalan
mangrove(m) 0,35 >500 4 >200-500 3 50-200 2 <50 1
Kerapatan (100
m2) 0,25 >15-25 4 >10-15 3 5-10 2 <5 1
Jenis mangrove 0,17 >5 4 >3-5 3 1-2 2 0 1
ikan,
udang, ikan,
Objek Biota 0,13 kepiting, 4 udang, 3 ikan, 2 Salah 1
moluska, kepiting, moluska satu
reptil, moluska biota air
burung
Pasang surut(m) 0,10 0-1 4 >1-2 3 >2-5 2 >5 1
Sumber: Modifikasi Modul Sosialisasi dan Orientasi Penataan Ruang Laut, Pesisir
danPulau-pulauKecil(2002),Yulianda(2007),Bakosurtanal(1995) dan Purbani(1999)
Keterangan:
Nilai maksimum = 4
Kategori Kesesuaian (%) S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 75 – 100%
Ketebalan Mangrove
Ketebalan mangrove diukur berdasarkan panjang bentangan roll meter di
setiap stasiun secara tegak lurus dari batas darat sampai batas laut. Dari hasil
pengukuran yang dilakukan secara tegak lurus terhadap garis pantai
Ketebalan ekosistem mangrove menunjukkan bahwa pertumbuhan
mangrove disebuah kawasan terjadi secara alami dan belum terganggu aktivitas
masyarakat. Kondisi ini menunjang tetap terjaganya ekosistem mangrove dan
sekaligus menunjang kegiatan ekowisata mangrove.
Ketebalan ekosistem mangrove di Kecamatan Malalayang stasiun 1 adalah sekitar
21 m dari batas darat sampai batas laut dengan Luas wilayah yang tertenamam
mangrove adalah 0,324232 Ha/3.242.32 meter persegi.
Kerapatan Mangrove
Analisis tingkat kerapatan jenis mangrove dilakukan berdasarkan kategori
pertumbuhan yaitu semai, pancang dan pohon. Kerapatan Mangrove secara umum
masih dalam kondisi relative baik dengan nilai kerapatan berdasarkan kategori
pertumbuhannya yaitu: Tingkat kerapatannya dikategorikan berdasarkan Kepmeneg
LH No.201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Dan Pedoman Penentuan Kerusakan
Mangrove adalah kategori baik (sanagt padat-sedang) dan rusak (jarang)
Beragamnya jenis mangrove disebuah kawasan menjadi daya tarik bagi pengunjung
untuk melakukan wisata dan kegiatan edukasi yang berhubungan dengan ekosistem
mangrove. Banyaknya jenis mangrove juga menjadi suatu halyang sangat menunjang
untuk beragamnya biota yang berasosiasi serta menjadi habitat utama biota lainnya.
Ekowisata mangrove dan edukasi mangrove bisa menjadi pilihan yang akan digemari
oleh para wisatawan, karena dapat menikmati alam yang indah, udara yang sejuk serta
dapat menambah wawasan tentang lingkungan hidup dan pentingnya ekosistem
mangrove dalam struktural ekosistempesisir.
Biota Lainnya
Ikan
No. NamaLatin NamaIndonesia NamaDaerah
1. Periopthalmussp. Gelodok Kondong
2. Chanos-chanos Mugilidae Bandeng Balanak Bolu Balana’
Burung
No. NamaLatin NamaIndonesia NamaDaerah
Kepiting
No. NamaLatin NamaIndonesia NamaDaerah
Kepiting Bakau/
1. Scyllaserrata. Kepiting Hijau Buang Sudir
2. Thalamita sp. Kepiting Bakau Buang Bakko
Beberapa biota lainnya yang terdapat dikawasan konservasi yang ada di Kecamatan
Malalayang adalah Actitis hypolecosatau Trinilpantai.
Pasang surut
Pasang surut pada kawasan ini adalah tipe pasang surut campuran condong harian
ganda dengan hasil berdasarkan metode analisis admiralty Pasang surut pada
kawasan peissir Malalayang dibeberapa titik stasiun Mangrove adalah 2,35 m
pasang tertinggi dan 0,31 m pasang terendah sehingga pasang surut ini termasuk
pada kategori s3
IKW = Σ Ni x 100 %
Keterangan:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni = Nilai Parameter ke-I (Bobot x Skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata.
Hasil dari jumlah skor 14 dikalikan dengan parameter/100% adalah 70% sehingga
kawasan konservasi mangrove pada kawasan pesisir Kota Manado yang terdapat pada
dua stasiun secara kesimpulan masuk pada kategori s2 (sesuai) dengan nilai 70%
Fasilitas Kesehatan
Potensi
Sudah terdapat fasilitas kesehatan di wilayah Pesisisr Kota Manado
berupa puskesmas, apotek, dan rumah sakit. Selain itu, beberapa fasilitas
seperti puskesmas sudah banyak tersebar di wilayah pesisir Kota.
Masalah
Perlu untuk menambahkan lagi beberapa puskemas, posyandu serta
praktik dokter di beberapa wilayah pada setiap kelurahan di pesisir Kota
Manado.
Fasilitas Peribadatan
Potensi
Gambar. Sekolah
Sumber: Google Maps
Gambar. Sekolah
Sumber: Google Maps
Berdasarkan hasil analisis melalui proyeksi kebutuhan sarana kesehatan, di tahun 2040
jumlah sarana kesehatan bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di daerah
pesisir.
c. Sub Zona Peribadatan
Gambar. Klenteng
Sumber: Google Maps
Berdasarkan SNI, untuk tingkat kelurahan, Masjid Lingkungan harus memiliki
jumlah penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa. Dan untuk sarana ibadah agama
lainnya, tergantung sistem kekerabatan/hirarki kelembagaan.
Berdasarkan hasil analisis melalui proyeksi kebutuhan sarana kesenian, di tahun 2040
sarana kesenian berupa balai masyarakat/balai pertemuan sangat dibutuhkan dan harus
Sumber :Google
Berdasarkan tabel proyeksi sarana perdagangan di tahun 2040, semakin banyak jumlah fasilitas dari perdagangan yang perlu untuk
ditambahkan karena penduduk akan semakin bertambah tiap tah
Berdasarkan tabel proyeksi sarana perdagangan di tahun 2040, semakin banyak jumlah fasilitas dari perdagangan yang perlu untuk
ditambahkan karena penduduk akan semakin bertambah tiap tahun
2. Jaringan Listrik
Potensi
Distribusi listrik di wilayah pesisir Kota Manado sudah cukup merata
Masalah
Tidak ada kendala atau hambatan dengan ketersediaan jaringan listrik di wilayah
pesisir karena sudah terpenuhi.
6. Sistem Persampahan
Potensi
Sistem Pembuangan sampah yang ada yaitu dengan menggunakan jasa
pengangkut sampah
Masalah
Masih ada masyarakat yang mengelolah sampah sendiri yaitu dengan membakar
Penanaman bibit dilakukan dengan cara menanaman bibit mangrove yang berasal
dari hasil penyemaian atau bibit alami yang terdiri dari buah dan propagul.
Rehabilitasi mangrove dilakukan dengan cara :
Pengayaan Sumber Daya Hayati
Perbaikan habitat
Perlindungan Mangrove agar tumbuh dan berkembang secara alami
Ramah lingkungan
Analisis Data
Di wilayah pesisir Kota Manado yang menjadi wilayah studi terdapat beberapa
estuaria diantaranya muara Sungai Bahu, muara Sungai Sario, muara Sungai Tondano
dan muara Sungai Bailang
Kerapatan Mangrove
Untuk Mangrove kategori pancang, terdapat di stasiun 1 dan 2 pada
kecamatan Malalayang dengan tingkat kerapatan 15-25 meter persegi masuk pada
kategori s1 dengaan tingkat pertumbuhan sedang.
Selanjutnya untuk kategori pohon juga terdapat pada statsiun 1 dan 2
kecamatan Malalayang denga tingkat kerapayan 15-25 meter persegi, masuk pada
kategori s1 dengan tingkat pertumbuhan sedang.
Kesimpulannya berdasarkan Kepmeneg LH No.201 Tahun 2004 tentang
Kriteria Baku Dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove pada stasiun 1 dan
satisun 2 kecamatan Malalayang masuk pada kriteria baik dengan tingkat
pertumbuhan sedang dan nilai kerapatan pada kategori s1 yaitu 15-25 meter.
Hasil dari jumlah skor 14 dikalikan dengan parameter/100% adalah 70% sehingga
kawasan konservasi mangrove pada kawasan pesisir Kota manado yang terdapat pada
dua stasiun secara kesimpulan masuk pada kategori s2 (sesuai) dengan nilai 70%.
30 31.16
29.75
28.39
25
24.26
20
15
10
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-Rata
Berdasarkan hasil analisis pada sebaran ekosistem terumbu karang wilayah perencanaan
2. Masalah
Rata-rata pantai yang ada di wilayah studi terjadi sedimentasi pantai
Gelombang besar masih terjadi di wilayah pesisir pantai di waktu-waktu tertentu
Ekosistem mangrove yang tumbuh masih kurang di wilayah pesisir
Kondisi terumbu karang di beberapa titik kurang baik hingga buruk dikarenakan
karakteristik pantai tempat tumbuhnya terumbu karang adalah berpasir sehingga
menghambat pertumbuhan terumbu karang
Terdapat banyak sampah plastik di sekitar pantai
Wilayah pesisir pantai menjadi daerah rawan banjir
3. Prospek pengembangan
Mengusahakan pertumbuhan bibit mangrove yang sudah ditanam
Pengembangan ekowisata dimana pengembangan berbasis alam yang juga dapat
menarik wisatawan khususnya di wilayah pesisir Kecamatan Malalayang
4. Isu strategis
1. Penataan dan penegakan hukum perlu ditingkatkan dalam pengelolaan wilayah
pesisir pantai misalnya dalam mereklamasi pantai, penerapan sanksi terhadap
4. Terumbu Karang
Analisis Data
Pada analisis ini merupakan analisis isu dan permasalahan perencanaan di
wilayah pesisir yang dimana identifikasinya meliputi:
- Identifikasi potensi masalah lingkungan dan pencemaran: intrusi air laut/asin,
polusi, kerusakan ekosistem/habitat mangrove, kerusakan ekosistem/habitat
terumbu karang
- Identifikasi aktivitas di daratan yang berpengaruh terhadap kegiatan pada
kawasan perairan.
Kerapatan Mangrove
Untuk Mangrove kategori pancang, terdapat di stasiun 1 dan 2 pada
kecamatan Malalayang dengan tingkat kerapatan 15-25 meter persegi masuk pada
kategori s1 dengaan tingkat pertumbuhan sedang.
Terumbu Karang
30 31.16
29.75
28.39
25
24.26
20
15
10
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-Rata
7. Prospek pengembangan
Mengusahakan pertumbuhan bibit mangrove yang sudah ditanam
Pengembangan ekowisata dimana pengembangan berbasis alam yang juga dapat
menarik wisatawan khususnya di wilayah pesisir Kecamatan Malalayang
8. Isu strategis
1. Penataan dan penegakan hukum perlu ditingkatkan dalam pengelolaan wilayah
pesisir pantai misalnya dalam mereklamasi pantai, penerapan sanksi terhadap pihak
yang melanggar isi dokumen Amdal dan peraturan perundangan yang berlaku (PP
27/99 tentang Amdal dan UU 23/97 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup), dan
lainnya
2. Terjadi eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan dan tidak terarah
3. Tergerusnya garis pantai dan bertambah dangkalnya perairan pantai (sedimentasi)
4. Pencemaran wilayah pesisir antara lain:
a. Strategi Pengembangan
Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif berbasis sumberdaya
kelautan dan perikanan secara berkesinambungan.
Meningkatkan pendayagunaan tempat pelelangan ikan dalam rangka
mendapatkan harga yang wajar bagi para nelayan.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam rangka pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan yang berwawasan lingkungan.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dalam rangka
memberikan fasilitas yang memadai dan bermutu bagi usaha bidang
kelautan dan perikanan. Meantapkan landasan hukum pembinaan dan
pengembangan sektor kelautan dan perikanan.
Mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan
perikanan secara bertanggung jawab demi pembangunan berkelanjutan.
b. Kebijaksanaan Pengembangan
Mengembangkab kegiatan ekonomi produktif berbasis sumberdaya
kelautan dan perikanan secara berkesinambungan dengan sasaran
terwujudnya kegiatan ekonomi produktif berbasis sumberdaya kelautan
dan perikanan secara berkesinambungan. Untuk mencapai sasaran dan
tujuan pertama ditempuh melalui kebijaksanaan menumbuh kemabngkan
sosial ekonomi masyarakat pesisir dengan program pengembangan
ekonomi pesisir.
Sumber : Dokumen Final Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi
Sulawesi Utara dan modifikasi
Untuk memberikan arahan peraturan zonasi, maka pada setiap subzona terdapat
aturan-aturan dasar antara lain :
1) Kegiatan yang diperbolehkan (b) Segala kegiatan yang akan dialokasikan pada
suatu ruang, tidak mempunyai pengaruh dan dampak sehingga tidak mempunyai
pembatasan dalam implementasinya, karena baik secara fisik dasar ruang maupun
fungsi ruang sekitar saling mendukung dan terkait.
2) Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin (i) Setiap kegiatan yang
diizinkan dialokasi pada suatu ruang, namun mempunyai pembatasan, sehingga
pengalokasiannya bersyarat.
3) Kegiatan yang tidak diperbolehkan (T) Kegiatan yang sama sekali tidak
diperbolehkan pada suatu ruang, karena dapat merusak lingkungan dan
mengganggu kegiatan lain yang ada disekitarnya.
Pemanfaatan 1. Zona Pariwisata Wisata Olah Raga Air Kec. Malalayang Wisata bahari: berenang, ,
Umum Snorkling, pancing.
Wisata Alam Bawah
Laut Wisata alam bawah laut : selam
2. Zona Permukiman Permukiman Nelayan Pesisir pantai kelurahan Kawasan permukiman nelayan
Bitung Karang Ria
3. Zona Pelabuhan Daerah Lingkungan sebelah barat Kelurahan Pelabuhan laut, Terminal Khusus
Kepentingan Pelabuhan Calaca atau tepatnya dan Kawasan Perindustrian/
(DLKp) disamping Pasar Bersehati Perdagangan
Manado Kec. Wenang
4. Zona Perikanan Pelagis Kelurahan Tumumpa II, Kec. Ikan tuna, layang, cakalang,
tangkap Tuminting tongkol dan ikan teri.
5. Zona Perikanan Budidaya Laut Kelurahan Sindulang Satu, Budidaya jenis ikan bobara
Budidaya Kec. Tuminting
6. Zona Hutan Ekosistem Mangrove Kawasan pesisir pantai Kec. Tumbuh dan berkembangnya
Mangrove Malalayang tanaman mangrove
Table 82.Kawasan Pemanfaatan Umum
Kawasan pemanfaatan umum di kawasan pesisir Kota Manado sudah dipergunakan sesuai dengan pengaturan penataan ruang
yang ada, hanya perlu dikembangkan lagi pemanfaatanya
Area Rekreasi
dan Konservasi
Area Budaya
Area Konservasi
Identifikasi Potensi
Daya tarrik dari Pantai Malalayang adalah pesona alam sekitarnya yang
sangat menawan. Perpaduan keindahan tersebut bisa menjadi spot untuk
snorkeling bagi masyarakat , Pantai Malalayang memiliki Panorama dan
keasrian alam berupa air laut yang bersih,hamparan pasir. Keindahan pantai
dan bawah laut dari Pantai Malalayang menyajikan wisata snorkeling sebagai
destinasi wisata bahar and punisi yang berkelanjutan. Perlu di dukung dengan
upaya- upaya khusus sehingga keberlanjutan ekosistem didarat dan bawah
laut tetap terjaga meskipun terdapat aktivitas pemanfaatan didalamnya. Salah
satunya dengan terdapatnya kebijakan pelarangan penangkapan ikan hias,
dengan penerapan reward and punishment yang tegas bagi nelayan yang
menangkap ikan hias dapat menekan angka destruction pada ekosistem akibat
aktivitas wisata.
Titik lokasi ketiga yaitu ada pada Bitung Karangria, dengan potensi rekreasi
pantai. Untuk pemanfaatan lokasi ini lebih kepada permukiman penduduk yang
tinggal di pesisir pantai dengan memanfaatkan pesisir sebagai objek wisata untuk
berekrasi pantai dan memanfaaatkan laut sebagai mata pencaharian bagi nelayan.
Dengan adanya aktivitas yang dilakukan pada saat rekreasi pantai yang
seperti melihat panorama pantai, jalan-jalan di tepi pantai, fotografi, duduk santai,
mengobrol, serta menikmati kuliner/makanan. Agar dapat melakukan kegiatan ini
dengan aman dan nyaman diperkirakan membutuhkan luas area sebesar 0,5 m² pe
orang, dengan area yang dimanfaatkan sepanjang 11.000m² yang tidak cukup. Hasil
dari analisis kami bahwa kegiatan rekreasi pantai membutuhkan 154.000m² untuk
menampung wisatawan yang sering berkunjung kesana saat air laut surut.
-
-
-
-
-
-
Berdasarkan peta di atas luas terumbu karang yang ada di kecamatan yaitu
seluas 24.401,552 ha
Spot penyelaman pertama dapat disebut Baraccuda, sebab spot ini berada
di perairan depan bekas rumah makan Baraccuda yang sudah dikenal masyarakat
umum. Karakteristik spot ini berpasir, dapat dijumpai beberapa jenis karang yang
membangun koloni dalam luasan tertentu. Di spot ini dapat dijumpai biota-biota
eksotik yang berukuran kecil (mini). Arus air laut di spot penyelaman ini cukup
Rencana Pengembangan :
Perlu adanya penyediaan penyewaan peralatan selam
Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung wisata selam seperti kamar mandi,
fasilitas kesehatan, penyediaan tempat sampah dan tempat parker untuk kendaraan
para penyelam.
2. Sub Zona/Titik 2 : Terminal Malalayang
Spot penyelaman kedua yaitu terletak di Terminal, karena lokasinya berada di
perairan depan kompleks terminal Malalayang. Sama seperti spot penyelaman
Baraccuda, di spot ini juga berarus kuat, berpasir, dan dapat dijumpai biota-biota
eksotik mini.
Rencana Pengembangan :
Perlu adanya penyediaan penyewaan peralatan selam
Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung wisata selam seperti kamar
mandi, fasilitas kesehatan, penyediaan tempat sampah dan tempat parker untuk
kendaraan para penyelam.
3. Sub Zona/Titik 3 : Boboca
Spot penyelaman ketiga disebut Boboca, disesuaikan dengan lokasi spot
ini yang berada pada perairan depan tugu Boboca yang ada di tapal batas kota
Manado. Karakteristik spot ini berpasir, dengan kondisi arus sedang sampai kuat.
Di spot ini juga dapat dijumpai beberapa jenis karang yang berkoloni dan biota-
biota eksotik mini.
Rencana Pengembangan :
Saat ini Boboca termasuk dalam pengembangan wisata waterfront city pantai
Minaga Beach maka dari itu ada banyak pengemabangan yang di lakukan di titik
lokasi ini. Boboca sendiri dapat dikatakan sudah memadai untuk aktivitas wisata
selam. Namun karena adanya pengembangan wisata waterfront city ini, wisata selam
di sub zona boboca akan menjadi lebih maksimal lagi.
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu fasilitas yang diadakan oleh pemerintah
untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan mutu pendidikan yang ada.
Fasilitas pendidikan meliputi sekolah (TK, SD, SMP, SMA).
Rumus yang digunakan:
Sekolah Dasar (SD)
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 1.600
Jumlah penduduk eksisting
Rumus penghitungan standar kebutuhan :
Jumlah penduduk pendukung
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/SLTP
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 4.800
Jumlah penduduk eksisting
Rumus penghitungan standar kebutuhan :
Jumlah penduduk pendukung
1. Kecamatan Malalayang
Penyajian Hasil Hitung Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Malalayang
Tabel 1. Rencana Pengembangan Fasilitas Pendidikan
Aturan SNI 03-
1733-2004
Fasilitas Meurut
Jenis Tentang Tata
yang ada Standar Kesimpulan Keterangan
Sarana Cara Penataan
(2020) Kebijakan
Lingkungan
Perumahan
Kekurangan Sarana
TK 21 30
8 unit TK Pendidikan di
Kekurangan wilayah peisir
SD 13 22 1.TK @1.250 jiwa
10 unit SD pada Kecamatan
penduduk
Kekurangan Malalayang
SMP 6 7 pendukung.
1 unit SMP masih
2. SD @1.600 jiwa
membutuhkan
penduduk
penambahan
pedukung
baik untuk unit
3. SMP @4.800
Kekurangan TK, SD,SMP,
SMA 4 7 jiwa pendukung
3 unit SMA
4. SMA @4.800
dibeberapa
kelurahan
pesisir.
Table 83.Rencana Pengembangan Fasilitas Pendidikan
a. Posyandu
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 1.250
Jumlah penduduk eksisting
Rumus penghitungan standar kebutuhan :
Jumlah penduduk pendukung
b. Pukesmas
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 30.000
Jumlah penduduk eksisting
Rumus penghitungan standar kebutuhan :
Jumlah penduduk pendukung
c. Praktik Dokter
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 5.000
Jumlah penduduk eksisting
Rumus penghitungan standar kebutuhan :
Jumlah penduduk pendukung
d. Apotek
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 30.000
Jumlah penduduk eksisting
Rumus penghitungan standar kebutuhan :
Jumlah penduduk pendukung
e. Klinik Bersalin
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 30.000
a. Kecamatan Malalayang
Tabel 6. Penyajian Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Malalayang
Aturan SNI
03-1733-
2004
Jenis Fasilitas Menurut
Tentang
Sarana yang ada Standar Kesimpulan Keterangan
Tata Cara
Kesehatan (2020) Kebijakan
Penataan
Lingkungan
Perumahan
a. Masjid
Jumlah penduduk pendukung (jiwa) : 30.000
Jumlah penduduk eksisting
Rumus penghitungan standar kebutuhan :
Jumlah penduduk pendukung
Penyajian Hasil Hitung Fasilitas Peribadatan pada wilayah pesisir Kota Manado
Tabel 10. Rencana Pengembangan Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Peribadatan Menurut Standar Aturan SNI 03-
Eksisting (2020) Kebutuhan 1733-2004
Tentang Tata
Kelurahan Sarana Sarana Keterangan
Cara Penataan
Gereja Masjid ibadah Gereja Masjid ibadah
Lingkungan
lainnya lainnya
Perumahan
Bahu 17 2 0 - - - Melihat dari 1. Masjid
hasil analisa Kelurahan
Malalayang I 9 2 0 - - -
bahwa padda @30.000 jiwa
Malalayang I 17 1 0 - - - tiap kelurahan penduduk
Timur tidak dapat 2. Sarana ibadah
Malalayang II 18 3 0 - - - diproyeksikan agama lain
Sario Tumpaan 4 1 0 - - - kebutuhan tergantung
Calaca 0 2 2 - - - sistem
kekerabatan/hi
Sindulang Satu 5 4 0 - - -
rarki lembaga
Sindulang Dua 4 4 1 - - -
Bitung 4 4 1 - - -
Karangria
Maasing 5 5 3 - - -
Tumumpa Dua 6 6 1 - - -
Tabel 11. Proyeksi Jumlah Fasilitas Umum Sub Zona Kesenian Wilayah Studi
Kecamatan Kelurahan Jumlah Proyeksi Jumlah Pada Tahun 2040
Penduduk Jumlah Penduduk Balai
Tabel 12. Proyeksi Jumlah Fasilitas Umum Sub Zona Olahraga Wilayah Studi
Jumlah Proyeksi Jumlah Pada Tahun 2040
Kecamatan Kelurahan Penduduk Jumlah Penduduk Lapangan
Tahun 2020 Tahun 2040 Olahraga
Bahu 8.190 8.448 3
Malalayang I 11.112 11.387 2
Malalayang Malalayang I
6.189 6.432 5
Timur
Malalayang II 9.203 9.483 62
Sario
3.499 3.700 2
Tumpaan
Sario Utara 2.996 3.200 3
Sario Titiwungen
4.593 4.809 -
Selatan
Titiwungen
2.639 2.839 -
Utara
Wenang
2.126 2.314 -
Selatan
Wenang
Wenang Utara 1.753 1.929 -
Calaca 1.460 1.620 -
Tuminting Sindulang
8.033 6.572 -
Satu
Sindulang Dua 1.920 1.728 -
Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi berbagai jenis
binatang dan tumbuhan di laut. Terumbu karang yang berada di dekat pantai
berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi berbagai properti yang ada di
kawasan pesisir dari ancaman pengikisan oleh ombak dan arus.
Estuaria
Estuaria merupakan perairan muara sungai semi tertutup yang
berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar dari sungai. Masuknya air tawar maupun air laut ke
estuari merupakan faktor yang meningkatkan kesuburan perairan, dan menjadikan
estuaria sebagai salah satu habitat alami yang mempunyai produktivitas yang
tinggi.
Berdasarkan prospek pengembangan yang ada pada hasil analisis, maka
dapat dilakukan rencana pengembangan, yaitu :
1. Mengembangkan Konservasi Dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Sebagai
Ekowisata
No
Kesejahteraan Masyarakat Lokasi (Kabupaten/Kota)
.
Manado, Bitung, Tomohon, Minahasa dan
1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
Minahasa Utara
Kawasan koridor pantai pesisir utara Manado, Minahasa dan Minahasa Selatan;
2 (PANTURA) dari Manado sampai dengan Bolaang Mongondow, dan Bolaang Mongondow
Bolaang Mongondow Utara Utara
Sumber: Dokumen Final RZWP3K Sulawesi Utara
Dengan Arahan strategi Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis
Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi, Rehabilitasi/Peningkatan Kualitas
Kawasan.
1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bitung – Manado
Konsep pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Manado-Bitung sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi
bagian Utara sedang dirumuskan dalam Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres)
tentang Rencana Tata Ruang (RTR) KAPET Manado-Bitung.
KAPET Manado-Bitung yang ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional
(KSN) berdasakan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 memiliki dukungan
Pelabuhan Bitung sebagai penghubung internasional yang juga akan dikembangkan
menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Konsep KEK sendiri pada intinya
bertujuan mendorong suatu kawasan agar memiliki daya saing terhadap perdagangan
di Asia Pasifik dalam upaya percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Potensi ruang yang dimiliki oleh KAPET Manado yaitu lokasi yang strategis
yang terletak di jalur pelayaran internasional (ALKI III) yang menghubungkan
negara-negara di Asia Pasifik. Negara-negara tersebut berpeluang menjadi pasar
yang besar bagi KAPET dan lalu lintas transportasi menuju Kawasan Timur
Indonesia. Potensi ini memegang peranan penting yang harus dimanfaatkan secara
Konsep
Konsepsi Kesejahteraan Masyarakat Kawasan Pesisir
Untuk alokasi ruang alur laut untuk alur pelayaran di Kota Manado masuk
ke kategori alur pelayaran regional dan alur pelayaran lokal.
Tabel Panjang Alur Pelayaran
Jenis Alur Laut Keterangan Panjang (m)
Alur Pelayaran Lokal 53391,07
Alur Pelayaran Manado-Likupang
Alur Pelayaran Khusus 47024,54
Sumber : Geoportal Kota Manado
Sumber :Peta RBI Tahun 2017, RTRW Kota Manado tahun 2014-2034, Geoportal
Kota Manado
Rencana alokasi ruang kawasan strategis cepat tumbuh pada wilayah studi
berdasarkan PERGUB No. 11 Tahun 2016 tentang Kawasan Strategis Cepat
Tumbuh Provinsi Sulawesi Utara dan PERDA No. 1 Tahun 2017 tentang Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2017-2037:
a. Kawasan Perhatian Investasi (KPI) di wilayah pesisir
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado-Bitung
Potensi Pengembangan
Pemantapan kawasan pesisir Kecamatan Wenang, Kecamatan Sario, Kecamatan
Malalayang, Kecamatan Tuminting dan Kecamatan Bunaken;
Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat untuk pengembangan dan
pengelolaan kawasan pesisir.
Perlu adanya peraturan daerah yang tegas dalam mengatur kelestarian ekosistem
pantai dan zonasi wilayah pesisir Kota Manado.
Pembangunan/pengembangan pelabuhan perikanan serta area docking di TPI
Tumumpa di Kecamatan Tuminting
Pembangunan pusat pemasaran hasil laut yang memenuhi standar sanitasi dan higienis
seperti pasar ikan higienis yang berlokasi di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
dan Pusat Kota/kawasan pasar Bersehati di Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang
Pembangunan pabrik es mini, cold storage, serta instalasi air bersih di pusat kegiatan
nelayan (TPI, PPI dan pasar higienis) yang berlokasi di Kecamatan Malalayang,
Kecamatan Wenang dan Kecamatan Tuminting
Pembangunan pusat pemasaran hasil laut yang memenuhi standar sanitasi dan higienis
seperti pasar seafood higienis di Kecamatan Malalayang, Kecamatan Wenang, dan
Kecamatan Tuminting.
Abdulrahman Lahay, R. D. 2020. Pemetaan Batimetri Pantai Malalayang Dua, Kota Manado.
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis.
Abdulrahman Lahay, R. D. 2020. Pemetaan Batimetri Pantai Malalayang Dua, Kota Manado.
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis.
Adi Nugroho, D. H. 2015. Studi Karakteristik Dan Co-Range Pasang Surut Di Teluk Lembar
Lombok Nusa Tenggara Barat. Jurnal Oseanografi, 93-99.
Adi Nugroho, D. H. 2015. Studi Karakteristik Dan Co-Range Pasang Surut Di Teluk Lembar
Lombok Nusa Tenggara Barat. Jurnal Oseanografi, 93-99.
Alluvium. 2021. (https://magma.esdm.go.id/ , diakses 11 Mei 2022)
Aninda, Ayesa Pitra. Taufik, Muhammad. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan Peruntukan
Kawasan Permukiman, Industri, Mangrove Wilayah Pesisir Utara Surabaya Tahun
2010 dan 2014. Surabaya : GEOID Vol. 10, No. 02, Februari 2015 (155-162).
Aprizon Putra, A. I. 2020. Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Pada Zona Khusus (Pelabuhan) Di
Kawasan Pesisir Teluk Bungus Kota Padang. Jurnal Kelautan Nasional, 91-102.
Badan Pusat Statistik. 2021. Kecamatan Malalayang Dalam Angka. Manado: BPS Kota
Manado
Badan Pusat Statistik. 2021. Kecamatan Sario Dalam Angka. Manado: BPS Kota Manado
Badan Pusat Statistik. 2021. Kecamatan Wenang Dalam Angka. Manado: BPS Kota Manado
Badan Pusat Statistika. 2022. Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan (Unit) Kota Manado
tahun 2015-2017. BPS, Sulawesi Utara
Badan Pusat Statistika. 2022. Laju Pertumbuhan Perekonomian Kota Manado Tahun 2019-
2021. BPS, Sulawesi Utara
Badan Pusat Statistika. 2022. PDRB Kota Manado Atas Dasar Harga Konstan 2019-2021
Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah). BPS, Manado
Badan Pusat Statistika. 2022. PDRB Sulawesi Utara Atas Dasar Harga Konstan 2019-2021
Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah). BPS, Sulawesi Utara
Badan Pusat Statistika. 2022. Produksi Perikanan Tangkap Kota Manado tahun 2018-2020.
BPS, Sulawesi Utara
Badan Pusat Statistika. 2022.Kecamatan Tuminting Dalam Angka Tahun 2021. BPS, Kota
ManadoMoningka, Moreyne. 2014. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Kota
Manado. Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi. Diakses tanggal 24 mei 2022
BAPPEDA. 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Manado tahun
2016-2021. Manado : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Manado
Effendi, Irzal 2012 Budidaya Perikanan. In: Budidaya Perikanan. Universitas Terbuka,
Jakarta, pp. 1-40. ISBN 979011088X
Gubernur Sulawesi Utara. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No. 1 Tahun 2017
Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2017-2037. Sulawesi Utara. 2017
Hartoko, A., & Helmi, M. (2004). Development of Digital Multilayer Ecological Model for
Padang Coastal Water (West Sumatra). Journal Coastal Development, 7(3), 129-
136.
Hasibuan, S.F., Jusuf, N., Durand, S.S., Manoppo, V.E.N., Aling, D. R.R., Monijung, D.R.,
2022. Presepsi Layanan Bongkar Muat Ikan Pada Hasil Perikanan Di
Peabuhan Pantai (PPP) Tumumpa Kota Manado. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan,Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Hastari, Indah. 2017. Analisis Kesesuaian Budidaya KJA Kerapu Menggunakan SIG di
Perairan Ringgung Lampung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 9 No.
1, Halm 151-159. IPB
Hudha, Nurul. 2019. Kajian Pengembangan Pesisir Teluk Manado. Jurnal Spasial, 800-809.
Kamil, I. 2021. Kajian Kesuaian dan Zonasi Perairan Teluk Lampung Terhadap Daya
Dukung Fisik Kawasan Untuk Budidaya Ikan Kerapu Di Keramba Jaring Apung.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 457-467. IPB
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Pedoman Teknis Pemetaan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi. Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta Pusat
Kuswoyo, A., Rahmat, E. 2018. Aspek Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan Purse
Seine Yang Mendarat Di PPP Tumumpa, Manado, Sulawesi
Utara :Buletintekniklitkayasa.
Lukas Gerrits, A. H. 2020. Analisis Kinerja Gelombang Di Pantai Malalayang II. Jurnal Sipil
Statistik Vol 8 No. 1, 39-44.
Maili, R., Suhaeni, S., Sondakh, S.J., Aling, D. R.R., Andaki, J.A., 2022. Presepsi Nelayan
Purse Seine Terhadap Layanan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPI) Tumumpa
Kota Manado. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulagi,
Manado.
Monica Vega Posumah M. V., 2015. Peranan Kelompok Usaha Bersama Terhadap Tingkat
Pendapatan Nelayan Tradisional Aurora Malalayang Dua Kecamatan Malalayang
Kota Manado,Akulturasi : Vol. III No.5.
Natasya, Arini et.al. 2015. Laporan Fakta dan Analisis Rencana Zonasi Bagian Wilayah
Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RZWP-3-k) Kabupaten Tulung Agung Jawa Timur.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Wilayah dan Kota
Patty I. S.,Rizki M. P., Rifai H., Akbar N., (2019). Kajian Kualitas Air dan Indeks
Pencemaran Perairan Laut di Teluk Manado Ditinjau Dari Parameter Fisika-
Kimia Air Laut, Program Studi Ilmu Kelautan,FPI,Universitas
Khairun,Ternate.
Patty, Simon. 2019. Kajian Kulaitas Air dan Indeks Pencemaran Perairan Laut di Teluk
Manado Ditinjau Dari Parameter Fisika-Kimia Laut. Jurnal Ilmu Kelautan
Kepulauan, 1-13.
Yuliana, Ira et.al. 2021. Analisis Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Di Kota Manado. 333-
353. Jurnal Ilmu Perencanaan Pengembangan Wilayah Universitas Sam Ratulangi
D
o
k
u
m
e
n
t
a
si