Anda di halaman 1dari 73

PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP

DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB


KATA PENGANTAR

Buku ini merupakan Laporan Pendahuluan mengenai pekerjaan “Penilaian


Kinerja dan AKNOP Daerah Irigasi Rawa Jagebob” pada Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Balai Wilayah Sungai Papua Merauke, yang dilaksanakan
berdasarkan Kontrak Pekerjaan Jasa Konsultansi No.:
HK.01.02/OPSDA/OP-I/2020/03 tanggal 26 Maret 2020 antara
Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Papua mERAUKE dengan konsultan CV.
GAMA CONSULTANT.

Laporan Pendahuluan ini mencakup uraian pendahuluan, gambaran umum


wilayah studi, metodologi, pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja.

Kami berharap Laporan Pendahuluan ini bermanfaat dalam pelaksanaan


kegiatan selanjutnya sehingga seluruh tahapan pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan
dicapai.

Merauke, April 2020


CV. GAMA CONSULTANT,

Team Leader

Laporan Pendahuluan i
PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG .......................................................... I-1


1.2. MAKSUD DAN TUJUAN .................................................... I-3
1.3. SASARAN ..................................................................... I-4
1.4. LINGKUP PEKERJAAN ...................................................... I-4
1.5. KELUARAN .................................................................... I-5
1.6. LOKASI KEGIATAN ......................................................... I-5
1.7. REFERENSI HUKUM ........................................................ I-5

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1. LATAR BELAKANG .......................................................... II-1


2.2. KONDISI BENTANG ALAM (MORFOLOGI)............................ II-5
2.3. KONDISI TOPOGRAFI ..................................................... II-7
2.4. KONDISI GEOLOGI DAN JENIS TANAH .............................. II-7
2.5. KONDISI FISIOGRAFIS ................................................... II-8
2.6. KONDISI HIDROLOGI DAN KLIMATOLOGI .......................... II-10
2.7. KONDISI PENGGUNAAN LAHAN ........................................ II-14
2.8. KONDISI DEMOGRAFI ..................................................... II-14
2.9. KONDISI PERTANIAN...................................................... II-17
2.9.1. Tanaman pangan................................................. II-17
2.9.2. Hortikultura ........................................................ II-17
2.9.3. Perkebunan ........................................................ II-18

Laporan Pendahuluan ii
PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
BAB III METODOLOGI

3.1. UMUM .......................................................................... III-1


3.2. PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI III-1
3.2.1. Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi ........................... III-1
3.2.2. Tata Cara Operasi Jaringan Irigasi .......................... III-1
3.2.3. Kelembagaan Dan Sumber Daya Manusia ................ III-5
3.3. PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN JARINGAN
IRIGASI ....................................................................... III-7
3.3.1. Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ................... III-7
3.3.2. Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi .................. III-11
3.3.3. Kelembagaan Dan Sumber Daya Manusia ................ III-17

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. PENDEKATAN TEKNIS ..................................................... IV-1


4.2. METODE PELAKSANAAN .................................................. IV-2
4.2.1. Pekerjaan Persiapan Dan Pengumpulan Data............ IV-2
4.2.2. Pekerjaan Lapangan Dan Perencanaan .................... IV-10
4.2.3. Pelaporan ........................................................... IV-11

BAB V RENCANA KERJA

5.1. UMUM .......................................................................... V-1


5.2. ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN ........................... V-2
5.3. PERSONIL DAN TANGGUNG JAWABNYA ............................. V-3
5.4. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI .................................. V-6
5.5. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN .................................. V-6

LAMPIRAN

Laporan Pendahuluan iii


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan .............................................. I-5
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Merauke ................. II-4
Gambar 2.2 Kondisi Tanah Daerah Merauke .......................... II-8
Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk di Kabupaten Merauke .... II-15
Gambar 4.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan ...................... IV-4

Laporan Pendahuluan iv
PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Luas Distrik, Nama dan Jumlah Kampung di
Kabupaten Merauke ............................................. II-2
Tabel 2.2. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota
Kabupaten di Kabupaten Merauke .......................... II-5
Tabel 2.3. Tekanan Udara lama Penyinaran dan Kecepatan
Angin di Kabupaten Merauke (2019) ....................... II-10
Tabel 2.4. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten
Merauke (2019) .................................................. II-11
Tabel 2.5. Nama, Panjang, Lebar, dan Kecepatan Arus Sungai
menurut Nama Sungai di Kabupaten Merauke .......... II-13
Tabel 2.6. Jumlah Penduduk di Kabupaten Merauke (2019) ....... II-15
Tabel 2.7. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Merauke.. II-16
Tabel 2.8. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Merauke (2019) .. II-16
Tabel 2.9. Produktivitas Padi di Kabupaten Merauke (2019) ...... II-17
Tabel 2.10. Produktivitas Holtikultura di Kabupaten Merauke
(2019) ............................................................... II-18
Tabel 3.1. Rekap Kinerja Sistem Irigasi ................................. III-5
Tabel 3.2. Persyaratan Petugas Operasi Dan Pemeliharaan ....... III-6
Tabel 3.3. Kompetensi Petugas Pemeliharaan ......................... III-18

Laporan Pendahuluan v
PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian,
mengingat fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi
penduduk, pakan dan energi, serta tempat bergantungnya mata
pencaharian penduduk di perdesaan. Sektor ini mempunyai sumbangan
yang signifikan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),
peningkatan devisa dan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga
pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai motor penggerak dan
penyangga perekonomian nasional.

Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di
dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk
secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan
mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu
ekosistem.
Adapun ciri-ciri rawa adalah sebagai berikut:
1. Secara phisik, pada umumnya kondisi tanahnya cekung dengan
topografi relatif datar;
2. Ciri kimiawi, pada umumnya derajat keasaman airnya rendah,
tanahnya bersifat anorganik dan mengandung pirit;
3. Secara biologis, pada umumnya terdapat ikan ikan, tumbuhan dan
hutan rawa.
Ditijau dari dari lokasinya rawa dapat dibedakan menjadi dua jenis rawa
yaitu rawa pasang surut dan rawa lebak. Rawa pasang surut adalah rawa
yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara
sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Sedangkan
rawa lebak adalah rawa yang sering tergenang lebih dari 7 bulan yang

Laporan Pendahuluan I -> 1


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
letaknya bisa pada daerah yang tidak kena pengaruh pasang surut, atau
daerah pasang surut.
Pendayagunaan lahan rawa adalah upaya untuk memanfaatkan lahan
rawa sehingga lebih berdayaguna secara berkelanjutan dengan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan air di lahan rawa, melalui
penatagunaan lahan rawa, penyediaan air, penggunaan air,
pengembangan sumber daya air di lahan rawa, dan pengusahaan lahan
rawa.
Luas potensi lahan rawa yang dapat dikembangkan di Provinsi Papua ±
12.98 juta Ha, yang terdiri dari ± 4.217,000 ha rawa pasang surut, ±
677.000 ha rawa lebak dan sebagian lahan lainnya belum dapat
diusahakan sebagai lahan pertanian. Daerah rawa di Provinsi Papua
tersebar di Kab. Jayapura, Sarmi, Mamberamo Raya, Waropen, Merauke,
Mappi, Asmat, dan Mimika.
Irigasi Rawa adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
melalui jaringan Irigasi Rawa pada Kawasan Budi Daya pertanian.
Pengelolaan air (atau sering disebut tata air) di lahan rawa bukan hanya
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya banjir/genangan yang
berlebihan di musim hujan tetapi juga harus dimaksudkan untuk
menghindari kekeringan di musim kemarau. Hal ini penting di samping
untuk memperpanjang musim tanam, juga untuk menghindari bahaya
kekeringan lahan. Pengelolaan air yang hanya semata-mata
mengendalikan genangan di musim hujan dengan membuat saluran
drainase saja akan menyebabkan kekeringan di musim kemarau. Ini
prinsip penting yang harus diterapkan jika akan berhasil bertani di lahan
rawa
Air irigasi, serta jaringan irigasi dapat memberi manfaat yang maksimal
sebagaimana direncanakan, apabila dikelola secara efektif dan efisien.
Perlu diketahui, bahwa air irigasi sertajaringan irigasi dan hasil
pembangunan tersebut diatas, belum seluruhnya dikelola secara efektif
dan efisien, sehingga belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Jadi,
dalam pengelolaan atau operasi jaringan irigasi, dituntut adanya usaha-
usaha untuk memanfaatkan prasarana secara optimal, sehingga air yang

Laporan Pendahuluan I -> 2


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, dengan
membaginya ke petak-petak sawah secara adil dan merata serta tepat
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Saluran irigasi merupakan infrastruktur yang mendistribusikan air yang
berasal dari Bendungan/ Bendung
Embung menuju lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan
adanya saluran irigasi ini, kebutuhan akan air untuk sawah/ ladang para
petani akan terjamin. Bagian-bagian Irigasi terdiri dari tiga bagian
saluran yaitu:
Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/ primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.Bangunan saluran irigasi primer umumnya bersifat
permanen yang sudah dibangun oleh pemerintah.
Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi,
bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
Fungsi dari saluran irigasi sekunder ini adalah membawa air yang berasal
dari saluran irigasi primer dan diteruskan ke saluran irigasi tersier.
Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier.
Air irigasi, serta jaringan irigasi dapat memberi manfaat yang maksimal
sebagaimana direncanakan, apabila dikelola secara efektif dan efisien.
Perlu diketahui, bahwa air irigasi serta jaringan irigasi dan hasil
pembangunan tersebut diatas, belum seluruhnya dikelola secara efektif
dan efisien, sehingga betum dapat dimanfaatkan secara optimal

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud Kegiatan
Maksud dari kegiatan ini adalah :

Laporan Pendahuluan I -> 3


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
1. Menginventarisasi dan mengidentifikasi bangunan prasarana irigasi
rawa,
2. Mengevaluasi tingkat kinerja dari bangunan prasarana irigasi rawa,
3. Melaksanakan perhitungan AKNOP bangunan prasrana irigasi rawa.
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data :
1. Inventarisasi dan identifikasi bangunan prasarana irigasi rawa,
2. Tingkat kinerja dari bangunan prasarana irigasi rawa,
3. Hasil perhitungan AKNOP bangunan prasarana irigasi rawa.

1.3. SASARAN
Kegiatan Penilaian Kinerja dan AKNOP Rawa meliputi :
1) Pencatanan lokasi geografi masing-masing bangunan prasarana
irigasi rawa,
2) Pendataan jenis, jumlah dan kondisi bangunan prasarana irigasi
rawa,
3) Menganalisa dan evaluasi tingkat kinerja bangunan Prasarana irigasi
rawa,
4) Penyusunan AKNOP bangunan prasarana irigasi rawa.

1.4. LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup dan tahapan kegiatan:
1) Pendataan jenis, jumlah dan kondisi bangunan prasarana irigasi
rawa,
2) Pencatanan lokasi geografi masing-masing bangunan prasarana
irigasi rawa,
3) Menganalisa dan evaluasi tingkat kinerja bangunan Prasarana irigasi
rawa,
4) Penyusunan AKNOP bangunan prasarana irigasi rawa.

Laporan Pendahuluan I -> 4


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
1.5. KELUARAN
Ketersediaan laporan data hasil inventarisasi, identifikasi, evaluasi
tingkat kinerja, dan hasil perhitungan AKNOP dari bangunan prasarana
irigasi rawa.

1.6. LOKASI KEGIATAN


Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Merauke yang meliputi :
• DI Rawa Distrik Jagebob

Lokasi
Pekerjaan

Gambar 1.1Lokasi Pekerjaan

1.7. REFERENSI HUKUM


Dasar Hukum
1) Undang-Undang (UU) Nomor : 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;
2) Peraturan Pemerintah Nomor : 20 tahun 2006 tentang irigasi;
3) Peraturan Pemerintah Nomor : 121 Tahun 2015 Tentang
Pengusahaan Sumbe Daya Air;
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 13/PRT/M/2012
tentang Pedoman Pengelolaan Aset Irigasi;
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/PRT/M/2013
tentang Pedoman Penyusunan Pengelolaan Sumber Daya Air;
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 08/PRT/M/2013
tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Rawa
Lebak;

Laporan Pendahuluan I -> 5


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air
dan Bangunan Pengairan;
8) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
08/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sepadan Jaringan Irigasi;
9) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
: 09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air;
10) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
10/PRT/M/2015 tentang Rencana dan Rencana Teknis;
11) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
11/PRT/M/2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan jaringan
reklamasi rawa pasang surut;
12) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi;
13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah
Irigasi;
14) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi
15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi;
16) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
29/PRT/M/2015 tentang rawa;
17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem
Irigasi;
Pelaksana Tugas
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Laporan Pendahuluan I -> 6


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
3) Peraturan Menteri PU PR Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria
dan Penetapan Wilayah Sungai

Laporan Pendahuluan I -> 7


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. LATAR BELAKANG


Kabupaten Merauke merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua.
Menempati wilayah seluas 46.791,63 Km2. Atau 14,67 persen dari
keseluruhan wilayah Provinsi Papua, menjadikan Kabupaten Merauke
sebagai kabupaten terluas tidak hanya di Provinsi Papua namun juga di
antara kabupaten lainnya di Indonesia. Sejak tahun 2002, Kabupaten
Merauke yang lama dimekarkan menjadi 4 (empat) kabupaten, yaitu
Kabupaten Merauke (baru), KabupatenAsmat, Kabupaten Mappi dan
Kabupaten Boven Digoel. Kemudian pada tahun 2007 ini Distrik dari
Kabupaten Merauke yang semulaberjumlah 11 Distrik dimekarkan
menjadi 20 Distrik yang dirinci menjadi 160 kampung, dan 8 (delapan)
kelurahan. Secara astronomis, Kabupaten Merauke terletak antara 1370-
1410 Bujur Timur dan 50-90 Lintang Selatan. Kabupaten Merauke memiliki
letak geografis yang berbatasan langsung dengan;

• Sebelah Utara : Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel

• Sebelah Timur : Negara Papua New Guinea (PNG)

• Sebelah Selatan : Laut Arafuru

• Sebelah Barat : Laut Arafuru

Kabupaten Merauke berada diujung timur bagian selatan Negara


Indonesia, berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini dan
Australia. Kabupaten Merauke terdiri dari 20 kecamatan yaitu: Kimaam,
Ilwayab, Tabonji, Waan, Okaba, Tubang, Ngguti, Kaptel, Kurik, Malind,
Animha, Merauke, Semangga, Tanah Miring, Naukenjerai, Sota, Muting,
Jagebob, Elikobel dan Ulilin. Dimana Distrik Waan merupakan distrik yang
terluas yaitu mencapai 5.416,84 km2 sedangkan Distrik Semangga

Laporan Pendahuluan II -> 1


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
adalah distrik yang terkecil dengan luas hanya mencapai 326,95 km2
atau hanya 0,70 persen dari total luas wilayah Kabupaten Merauke.
Sementara luas perairan di Kabupaten Merauke mencapai 5.089,71 km2.

Wilayah administratif Kabupaten Merauke dibentuk oleh tiga bentukan


permukaan, yaitu ekosistem pulau, rawa serta perairan sungai. Secara
keseluruhan dapat disebutkan, bahwa komposisi daratan dan perairan di
Kabupaten Merauke adalah 11 : 1 atau 4.679.163,26 Ha luas daratan
(terdiri dari 20 distrik) dan 508.970,503 Ha luas wilayah perairan (RTRW
Kabupaten Merauke 2010-2030).
Tabel 2.1. Luas Distrik, Nama dan Jumlah Kampung di Kabupaten
Merauke
No Distrik Luas (Ha) Perairan (Ha) Persentase
Kampung: Kimaam, Kiworo,
Mambun, Woner, Deka,
1 Kimaam 463.030,36
Sabudom, Teri, Turiram, Kalilam,
Kumbis, Komolom
Kampung: Wanam, Bibikem,
2 Ilwayab 199.908,19 50.174.856
Padua, Wogikel.
Kampung: Tabonji, Bamol I,
Bamol II, Yamuka, Iromoro,
3 Tabonji 286.806,48 66.698.772
Wanggambi, Yeraha, Konjom
Bando.
Kampung: Waan, Konorau,
4 Waan 541.683,98 13.8374.026 Sibenda, Wetau, Kawe, Toor,
Sabon, Kladar.
Kampung: Okaba, Alaku, Alatep,
5 Okaba 156.049,89 37.644.561 Makaling, Iwol, Wambi,
Sanggase, Dufmira
Kampung: Yowied, Dokib,
6 Tubang 278.117,58 28.622.088 Wamal, Woboyo, Dodalim,
Welbuti.
Kampung: Yawimu, Poepe,
7 Ngguti 355.461,64
Tagaepe, Nakias, Salamepe.
Kampung: Kaptel, Ihalik,
8 Kaptel 238.404,75
Kaniskobat, Kwemsid.
Kampung: Harapan Makmur,
Kaliki, Telaga Sari,
9 Kurik 97.704,64 SumberRejeki, Salor Indah,
Ivimahad, Jaya Makmur,
SumberMulya, Kurik.
Kampung: Kumbe, Rawa Sari,
10 Malind 49.059,59 3.0619.747 Padang Raharja, SukaMaju,
Kaiburse, Onggari, Domande.
Kampung:Wayau, Koa, Kaisah,
11 Animha 146.560,29
Baad, Senegi.
Kampung:Nasem, Wasur.
Kelurahan: Rimba Jaya, Seringgu
12 Merauke 144.562,689 18.893.132
Jaya, Maro, Karang Indah,
Samkai, Mandala, Kelapa Lima,

Laporan Pendahuluan II -> 2


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
No Distrik Luas (Ha) Perairan (Ha) Persentase
BambuPemali.
Kampung: MargaMulia,
Waninggap Kai, Muram Sari,
13 Semangga 32.695,06 9.207.476 Semangga Jaya, Kuper, Kuprik,
Sidomulyo, Urumb,
Matara,WaninggapNanggo.
Kampung: SermayamIndah, Soa,
Ngguti Bob, Tambat, Bersehati,
Tanah Yaba Maru, IsanoMbias, Amun
14 151.667,25
Miring Kai, WaninggapMiraf, HidupBaru,
Waninggap Sai, YasaMulia,
SumberHarapan.
Kampung: Onggaya, Kuler,
15 Naukenjerai 90.586,37 51.747.665
Tomer, Tomerau, Kondo.
Kampung: Sota, Erambu, Torai,
16 Sota 284.320,73
Yanggandur, RawaBiru.
Kampung: Muting, Pahas, Sigabel
Jaya, Seed Agung, Enggal Jaya,
17 Muting 350.167,49 Afkab Makmur, Andaito, Wan
Waibob, Selow, Waan, Boha,
Kolam.
Kampung: Kartini, Jemunain
Jaya, Obatrow, MelinMegikar,
BlandinKakayo, Nalkin, Makarti
18 Jagebob 136.496,13 Jaya, AnggerPermegi, Poo,
Jagebob Raya, Gurinda Jaya,
WendaAsri, Mimi Baru, Kamno
Sari.
Kampung: Bupul, Bumun,
Bunggay, Bupul Indah, Bouwer,
19 Elikobel 166.623,50 Mentaat Makmur, Gerisar, Enggal
Jaya, Tof-Tof, Sipias, Tanas,
Kweel.
Kampung: Kumaaf,
Kindiki,Rawahayu, Mandekman,
20 Ulilin 509.256,65 Belbelan, Kir-Ely, Baidub,
Kafyamke, Nggayu, Selil, Kandra-
Kai.
Merauke 4.679.163,26 508.970,503
5.188.133,76

Sumber : RTRW KabupatenMerauke, 2010-2030

Laporan Pendahuluan II -> 3


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Merauke

Laporan Pendahuluan II -> 4


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Tabel 2.2. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten di
Kabupaten Merauke
Satuan
No Distrik IbukotaDistrik JarakTempuh
(km/mil)
1 Kimaam Kimaam 145 Mil
2 Tabonji Tabonji 170 Mil
3 Waan Waan 165 Mil
4 Ilwayab Wanam 149 km
5 Okaba Okaba 112 km
6 Tubang Yowied 116 km
7 Ngguti Po Epe 120 km
8 Kaptel Kaptel 125 km
9 Kurik Harapan Makmur 83 km
10 Animha Wayau 70 km
11 Malind Kaiburse 92 km
12 Merauke Merauke km
13 Naukenjerai Onggaya 40 km
14 Semangga Muram Sari 32 km
15 Tanah Miring HidupBaru 50 km
16 Jagebob Kartini 99 km
17 Sota Sota 76 km
18 Muting Muting 247 km
19 Elikobel Bupul 240 km
20 Ulilin Kumaaf 244 km
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

2.2. KONDISI BENTANG ALAM (MORFOLOGI)


Kabupaten Merauke terdiri atas dua bagian, yaitu wilayah darat dan
kepulauan. Wilayah darat merupakan bagian dari Pulau Papua,
sedangkan kepulauan adalah bagian dari kepulauan sebelah barat
Kabupaten Merauke dengan Pulau Kimaam dan Komolom sebagai pulau
terbesarnya.

A. Wilayah Daratan
Secara umum kondisi morfologi dari Kabupaten Merauke adalah datar
dan datar berombak. Bentangan alam datar tersebar di pesisir utara
Kabupaten Merauke, bagian Barat sampai ke Pulau Kimaam dan
Komolom. Sedangkan datar-berombak terdapat di bagian tengah
wilayah Kabupaten Merauke, dimana wilayah tersebut merupakan

Laporan Pendahuluan II -> 5


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
bagian wilayah rawa dan bagian hulu dari DAS 3 (tiga) sungai besar di
Merauke (Bian-Kumbe-Maro).
Terdapat 16 dari 20 distrik yang berada wilayah daratan utama Pulau
Papua. Wilayah ini memiliki luasan sebesar 3.402.135,2 Hektar. Dataran
dan bentang alam dari wilayah ini berupa daerah rawa, sungai dan
hamparan dataran rendah dimana ketinggian maksimum yang didapati
hanya ± 60 m dpl. Topografi datar sampai agak datar ini terutama
bahkan memanjang sampai ke Utara di bagian Kabupaten Boven Digoel,
Kabupaten Asmat dan Kabupaten Mimika. Daerah rawa tersebar di
seluruh distrik Kabupaten Merauke, dari Distrik Ulilin di daerah Utara
sampai Distrik Kimaam di Wilayah paling Barat Kabupaten Merauke.
Rawa-rawa itu antara lain Rawa Gudang Arang-Serapu, Rawa Wasur-
Nasem, Rawa Burung, Rawa Salor dan lain-lain.
Kendala secara umum yang dapat terjadi karena topografi ini adalah
banjir pada tiga DAS Bikuma dan bentang alam rawa, dimana
kemungkinan terjadi penyusupan air laut akibat arus pasang naik air
laut sangat besar. Aliran air permukaan relative sangat lambat dan
mudah tercampur dengan air payau (darirawa) dan air laut.
B. Wilayah Kepulauan
Pulau adalah daratan yang terbentuk secara alamiah dan yang tidak
terendam pada saat air surut. Sedangkan pulau kecil adalah pulau
dengan ukuran luas kurang dari atau sama dengan 10.000 km2, jumlah
penduduk kurangdari 200 ribujiwa, terpisah dari pulau induk, bersifat
insuler, memiliki biota endemik, memiliki daerah tangkapan air yang
relatif kecil dan sempit, budaya dan ekonomi masyarakatnya bersifat
khas dan berbeda dengan pulau induk.
Di Kabupaten Merauke terdapat 2 (dua) pulau, yaitu Pulau Kimaam dan
Pulau Komolom. Di dalam Pulau-pulau besar ini terdapat empat distrik,
yaitu Distrik Kimaam, Ilwayab, Waan, dan Tabonji dengan jumlah
luasan sebesar 1.489.866,14Hektar. Morfologi wilayah ini adalah datar,
seragam dengan morfologi seluruh wilayah pesisir Kabupaten Merauke.
Permasalahan yang banyak ditemui di wilayah ini adalah erosi air laut
yang cukup besar, terutama wilayah pesisir Laut Arafura. Potensi

Laporan Pendahuluan II -> 6


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
perikanan sangat tinggi di wilayah ini, dimana penangkapan di muara
sungai besar seperti Muara Sungai Digoel dan Selat Mariana merupakan
tempat-tempat penangkapan paling strategis di wilayah kepulauan
tersebut. Di sekitar 2 pulau besar itu terdapat pulau-pulau dan tanah
gosong/atol, yang berjumlah sekitar 12 buah, membentang diantara
selatan pulau besar dengan daratan utama (Selat Mariana) kearah
Selatan sampai pertemuan dengan Laut Arafura.

2.3. KONDISI TOPOGRAFI


Kabupaten Merauke mayoritas merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0-100 m dari permukaan laut. Berdasarkan peta administrasi
Kabupaten Merauke, terlihat sebagian besar areal berdataran rendah (65%)
dengan kemiringan 0 – 8% terletak di pesisir pantai dengan bagian selatan
berawa-rawa dan tergenang air sedangkan sisanya (35%) memiliki
kemiringan diatas 8% merupakan dataran bergelombang dan berbukit
terletak di bagian utara. Ketinggian daerah adalah antara 0 sampai dengan
100 meter diatas permukaan laut.
Tinggi air pasang naik dan pasang surut antara 5 – 7 m. Pasang naik air laut
dapat mencapai sejauh 50 – 60 km dan beberapa tempat terinterusi air
laut. Terdapat beberapa sungai besar yang berfungsi sebagai urat nadi
sarana tranportasi yang menghubungkan antar kecamatan dan Distrik-
Distrik serta menjadi sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
sumber air irigasi, air minum, perikanan dan pariwisata.

2.4. KONDISI GEOLOGI DAN JENIS TANAH


Tanah di daerah Merauke pada umumnya terdiri dari dari tanah liat plastis
dengan permeabilitasnya cukup tinggi. Lapisan humus yang sangat subur
dengan kedalaman 10 - 30 cm, dengan tekstur rendah, lapisan humus ini
tidak dijumpai pada daerah-daerah tinggi secara garis besar jenis tanah
terdiri dari:
▪ Latosol
▪ Podsolik merah kuning
▪ Hidromorf kelabu

Laporan Pendahuluan II -> 7


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Pada kedalaman tertentu disepanjang tepi Sungai dapat jumpai tanah liat
berpasir dengan warna abu ke-kuning-kuningan atau abu-abu bercak-
bercak coklat.

Gambar 2.2 Kondisi Tanah Daerah Merauke

2.5. KONDISI FISIOGRAFIS


Sebagian besar wilayah Kabupaten Merauke terdiri dari dataran rendah dan
berawa, luas areal rawa 1.425.000 Ha dan dataran tinggi dibeberapa distrik
pedalaman bagian utara. Umumnya berdataran rendah, kemiringan 0-8%,
pesisir pantai berawa-rawa tergenang air, bagian Utara dan Timur agak
tinggi/bergelombang dengan sedikit berbukit. Rata-rata tinggi air pasang
surut 5-7 m, sedangkan air pasang laut yang masuk ke daratan bisa
mencapai 50-60 km.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh WWF (2005), Kabupaten
Merauke memiliki 2 (dua) ekoregion yang merupakan bagian ekoregion
Pulau Papua secara keseluruhan. Kedua ekoregion tersebut adalah
ekoregion hutan rawa tawar dan gambut Papua Selatan (Southern New
Guinea Peat and Freshwater Swamp Forest) dan ekoregion savanna dan
padang rumput (Trans-Fly/Trans-Fly Savanna and Grassland). Kemudian di
bagian wilayah Merauke masih termasuk kedalam kawasan lindung batas
bersama-sama dengan Tonda Wildlife Management Area Papua New
Guinea.
Ekoregion hutan rawa tawar dan gambut Papua Selatan (Southern New
Guinea Peat and Freshwater Swamp Forest) seluas 52,7 ribu km2 terdiri dari
dua kawasan lindung kecil, yaitu Cagar Alam Kumbe-Merauke dan habitat

Laporan Pendahuluan II -> 8


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
lahan basah, SM Danau Rawa Biru. Sedangkan ekoregion darat lainnya
adalah Savanna dan Padang Rumput (Trans-Fly/Trans-Fly Savanna and
Grassland) seluas 8,4 ribu km2 yang terdiri dari Taman Nasional Wasur dan
Cagar Alam Rawa Biru. Trans Fly Ecoregion adalah suatu wilayah yang
memiliki beranekaragam tumbuhan dan hewan yang terpusat. Disebut
terpusat karena seluruh jenis burung yang ada di Pulau Papua New Guinea
atau pulau Papua setengah bagian atau 50% terdapat dalam wilayah ini.
PNG menetapkan wilayah ini sebagai suatu kawasan lindung, mulai dari
SungaiFly kebawah hingga cagar alamTonda Wild Life Management Area
yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Wasur.
Dengan kesamaan geografis dan perwilayahan ekoregion ini, Indonesia
melalui Pemerintah Kabupaten Merauke dan PNG bias memulai suatu
kerjasama regional untuk pelestarian alam. Kepentingan pelestarian alam
kedua ekoregion ini tidak hanya menjadi permasalahan kedua negara saja,
akan tetapi juga dunia. Organisasi-organisasi di dunia untuk pelestarian
alam seperti WWF, Green Peace juga memandang penting hal ini. Mereka
melalui PBB dan organisasinya mulai menetapkan wilayah-wilayah di dunia
ini menjadi apa yang disebut dengan “Global 200 Ecoregion”, dimana tentu
saja Trans-Fly/Trans-Fly Savanna and Grassland dan Southern New Guinea
Peat and Freshwater Swamp Forest termasuk kedalam perhatian badan
dunia tersebut. PBB kemudian memulai usaha pelestarian ekoregion-
ekoregion di dunia tersebut melalui persetujuan untuk memelihara alam
dengan suatu kesepakatan yang disebut “Kesepakatan Ramsar”.
Kesepakatan Ramsar merupakan perjanjian antar pemerintahan yang
memberikan kerangka untuk setiap negara untuk melakukan usaha
perlindungan habitat lahan basah dan kerjasama internasional untuk
pengelolaan. Persetujuan tersebut pertama kali ditandatangani di Kota
Ramsar, Irian tahun 1971.
Oleh karena itu, dalam aspek lingkungan hidup, Kabupaten Merauke juga
mempunyai peran untuk turut serta melestarikan keanekaragaman hayati
dan non hayati tidak hanya untuk wilayah kabupaten saja, tetapi juga
seluruh Pulau Papua dan Papua New Guinea, bahkan bagian dari ekoregion
dunia.

Laporan Pendahuluan II -> 9


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
2.6. KONDISI HIDROLOGI DAN KLIMATOLOGI
a. Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Merauke memiliki iklim yang sangat tegas antara musim
penghujan dan musim kemarau. Menurut Oldeman (1975), wilayah
Kabupaten Merauke berada pada zona Agroclimate Zone C yang memiliki
masa basahantara 5-6 bulan. Dataran Merauke mempunyai karakteristik
iklim yang agak khusus yang mana curah hujan yang terjadi dipengaruhi
oleh Angin Muson, baik Muson Barat - Barat Laut (Angin Muson Basah)
dan Muson Timur – Timur Tenggara (Angin Muson Kering) dan juga
dipengaruhi oleh kondisi Topografi dan elevasi daerah setempat.
Berdasarkan data iklim yang dikeluarkan oleh Kantor Meteorologi dan
Geofisika Merauke menunjukkan bahwa kecepatan angin hampir sama
sepanjang tahun; kecepatan angin berkisar antara 4 s/d 6 knot dimana
pada bulan Februari dan Juni yang terbesar 6 knot. Untuk lama penyinaran
matahari tertinggi pada bulan Desember, dengan rata-rata harian sebesar
250,7 jam. Tingkat tekanan udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh
iklimTropis Basah, kelembaban rata-rata berkisar antara 1000 mb.

Tabel 2.3. Tekanan Udara lama Penyinaran dan Kecepatan Angin di


Kabupaten Merauke (2019)
Lama
Tekanan Rata-rata
Penyinaran
Bulan Udara Kecepatan
Matahari
(mb) (jam) (knot)
Januari 1009,2 146,2 5
Februari 1011,0 176,2 6
Maret 1010,7 136,1 4
April 1011,2 176,2 4
Mei 1012,3 140,5 4
Juni 1012,6 118,3 6
Juli 1014,2 166,0 5
Agustus 1014,1 143,1 5
September 1015,1 171,7 5
Oktober 1012,4 219,7 5
November 1010,9 238,3 5
Desember 1010,1 250,7 4
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

Laporan Pendahuluan II -> 10


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Tabel 2.4. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Merauke
(2019)

Curah Hari
Hari Hujan
Bulan Hujan
(hari) (mm)
Januari 28 478,6
Februari 17 68,6
Maret 25 643,0
April 18 158,7
Mei 18 76,5
Juni 15 13,0
Juli 8 7,4
Agustus 13 55,0
September 6 16,2
Oktober 8 10,8
November 4 18,1
Desember 8 19,8
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

Curah hujan pertahun di Kabupaten Merauke rata-rata mencapai 173,6


mm. Dari data yang ada, memperlihatkan bahwa perbedaan jumlah
curah hujan perbulan di daerah Merauke secara umum terjadi
perbedaan pada jumlah bulan basah dan bulan kering. Kondisi iklim
yang demikian berpeluang untuk satu kali tanam. Musim hujan yang
terjadi merupakan kendala terhadap kondisi jalan-jalan tanah yang
setiap tahun mengalami kerusakan.
Sementara disisi lain musim kemarau yang panjang justru
mengakibatkan kekurangan air bersih dan air irigasi bagi masyarakat
dan petani.
b. Kondisi Perwilayahan DAS
Secaraumum, Kabupaten Merauke memiliki 3 (tiga) perwilayahan
Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bikuma, DAS Buraka, dan DAS
Dolak. DAS Bikuma sendiri terdiri dari 3 (tiga) DAS, yaitu DAS Bian,
Kumbe, dan Maro. Selainitu, ada sebagian wilayah Kabupaten Merauke
yang termasuk dalam perwilayahan DAS Digoel. Apabila perwilayahan
DAS tersebut disesuaikan dengan perwilayahan administrasi distrik di

Laporan Pendahuluan II -> 11


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Kabupaten Merauke, maka perwilayahan DAS tersebut dapat dibagi
menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu:
1. Distrik Ulilin, Muting, Anim Ha, Kurik, Kaptel, Distrik Malind dan
Distrik Okaba tergabung dalam DAS Bian (DAS BIKUMA) dengan luas
999.918, 9 Ha.
2. Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga, Merauke,
Kurik, Anim Ha dan Distrik Malind tergabung dalam DAS Kumbe (DAS
BIKUMA) dengan luas 465.140,1 Ha.
3. Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga, Merauke,
Kurik, Anim Ha dan Distrik Sota tergabung dalam DAS Maro (DAS
BIKUMA) dengan luas 829.112,5 Ha.
4. Distrik Ulilin, Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tubang dan Distrik Okaba
tergabung dalam DAS Buraka 876.627,5 Ha
5. Distrik Ilwayab, Tabonji, Kimaam dan Distrik Waan tergabung dalam
DAS Dolak dengan luas 1.246.950,8 Ha.
6. Distrik Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tabonji dan Distrik Kimaam
tergabung dalam DAS Digoel dengan luas 233.594,1 Ha
Dalam aspek pengelolaan wilayah DAS, umumnya satuan perwilayahan
DAS tersebut dibagi lagi kedalam tiga bagian wilayah, yaitu wilayah hulu
(upstream), sebagai bagian wilayah yang menyimpan air, wilayah tengah
(median), sebagai bagian wilayah yang mengalirkan sekaligus menyimpan
air, dan ketiga wilayah hilir (downstream), sebagai muara dari aliran
sungai. Ketiga bagian ini saling terkait dan harus saling mendukung
kapasitas sungai yang mengalirkan air tersebut tetap terjaga dan dapat
meneruskan air tanpa harus memberikan limpasan air pada daerah kiri
kanan sungainya, bahkan pada saat curah hujan tinggi.
Untuk perwilayahan DAS Bikuma, Wilayah Upstream, meliputi Distrik Ulilin,
Elikobel, dan Muting; Wilayah Median, meliputi Kurik, Tanah Miring,
Jagebob, dan Sota; serta Wilayah Downstream, meliputi bagian selatan-
timur DistrikOkaba, Kurik, Semangga dan Merauke.
Untuk perwilayahan DAS Buraka, wilayah Upstream, meliputi: Wilayah
Distrik Ngguti, Bagian barat laut Distrik Kaptel , wilayah Median, meliputi

Laporan Pendahuluan II -> 12


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Wilayah bagian utara Distrik Okaba dan wilayah downstream, meliputi
Distrik Tubang.
Untuk perwilayahan DAS Dolak, wilayah Upstreamnya meliputi: wilayah
Pulau Dolak sendiri sebagai catchment area-nya dan wilayah
downstreamnya berupa sungai-sungai kecil yang tidak terhitung
jumlahnya. Wilayah DAS ini dihitung sebagai satu DAS pulau berdasarkan
Kepmen 11 tahun 2005 tentang Perwilayahan Sungai. Dalam peraturan
tersebut dijelaskan bahwa Daerah Aliran Sungai dapat ditentukan oleh
Sungai menurut sungainya dan juga dapat dinamai berdasarkan Pulau. Hal
tersebut terjadi pula dalam kasus Merauke, dimanaPulau Dolak memiliki
banyak sungai dan anak sungai sehingga DAS-nya dinamai sesuai dengan
nama Pulaunya.
Kabupaten Merauke memiliki 10 sungai besar yang memiliki karakteristik
dan potensi tersendiri. Sungai terpanjang adalah sungai Digul dengan
panjang 800 km dan Sungai terpendek adalah sungai Lorenz dengan lebar
120 km. Sementara Sungai dengan kecepatan arus terbesar adalah sungai
Bian yaitu 1,25 km/jam. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel berikut

Tabel 2.5. Nama, Panjang, Lebar, dan Kecepatan Arus Sungai menurut
Nama Sungai di Kabupaten Merauke
Panjang Lebar KecepatanArus
Nama Sungai
(km) (m) (km/jam)
1 2 3 4
1. Bian 210 117 - 1.449 1,25
2. Digul 800 215 - 1.200 0,27
3. Kouh 217 200 - 360 0,07
4. Kumbe 260 97 - 700 0,09
5. Lorenz 120 300 - 1.500 0,11
6. Maro 300 43 - 900 0,09
7. Obaa 160 70 - 400 0,07
8. Kawarga 218 50 - 300 0,09
9. Bets 240 200 - 900 -
10. Buraka - - -
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

Laporan Pendahuluan II -> 13


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
2.7. KONDISI PENGGUNAAN LAHAN
Kabupaten Merauke terdiri dari 18 jenis tutupan lahan, yaitu hutan lahan
kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove primer, hutan
mangrove sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder,
permukiman, sawah, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering
bercampur semak, perkebunan, semak/belukar, semak/belukar rawa, rawa,
savana, tanah terbuka dan tubuh air. didominasi oleh tutupan lahan
savanna dengan total luas keseluruhannya adalah 1.137.320,77 Ha atau
sekitar 24,45% dari total keseluruhan luas Kabupaten Merauke. Kemudian
tutupan lahan semak/belukar rawa dengan total luas 707.700,324 Ha atau
15,21% dari total keseluruhan. Selanjutnya adalah tutupan lahan hutan
lahan kering primer dan sekunder yang mendominasi hingga 13,64% dan
11,19% dari total tutupan lahan yang ada. Karena pengambilan citra satelit
pada waktu itu sedikit berawan, maka terdapat beberapa titik dalam peta
tutupan lahan yang tidak teridentifikasi datanya. Akan tetapi data jenis
tersebut hanya sekitar 0,07%, tidak mengganggu analisis yang dilakukan.
Sisanya sebesar 35,51% terdiri dari hutan mangrove primer, hutan
mangrove sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, perkebunan,
permukiman, tanah terbuka, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering
bercampur dengan semak rawa, sawah, semak/belukar, semak/belukar
rawa dan tubuh air.

2.8. KONDISI DEMOGRAFI


Tahun 2019 jumlah penduduk Kabupaten Merauke sebanyak 227.411 jiwa
dengan luas yang mencapai hingga 46.791,63 km2, sehingga kepadatan
penduduk di Kabupaten Merauke sebesar 4,86 orang/km2. Tahun 2019 ini
laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Merauke mencapai hingga 0,75
persen.

Laporan Pendahuluan II -> 14


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Tabel 2.6. Jumlah Penduduk di Kabupaten Merauke (2019)
Penduduk
No Distrik
(ribu Jiwa)
1 Kimaam 6,697
2 Tabonji 5,146
3 Waan 5,924
4 Ilwayab 5,913
5 Okaba 5,61
6 Tubang 2,582
7 Ngguti 2,154
8 Kaptel 2,005
9 Kurik 15,125
10 Animha 10,136
11 Malind 2,246
12 Merauke 101,782
13 Naukenjerai 14,698
14 Semangga 19,285
15 Tanah Miring 7,925
16 Jagebob 3,337
17 Sota 21,52
18 Muting 5,801
19 Elikobel 4,289
20 Ulilin 4,604
Jumlah 227,411
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk di Kabupaten Merauke

Laporan Pendahuluan II -> 15


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Tabel 2.7. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Merauke
Laju Pertumbuhan Penduduk
No Distrik (%)
2018-2019
1 Kimaam 0,89
2 Tabonji 0,82
3 Waan 0,90
4 Ilwayab 0,90
5 Okaba 0,83
6 Tubang 0,86
7 Ngguti 0,84
8 Kaptel 0,91
9 Kurik 0,69
10 Animha 0,74
11 Malind 0,90
12 Merauke 0,75
13 Naukenjerai 0,68
14 Semangga 0,69
15 Tanah Miring 0,66
16 Jagebob 0,82
17 Sota 0,80
18 Muting 0,69
19 Elikobel 0,68
20 Ulilin 0,63
Rerata 0,75
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

Tabel 2.8. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Merauke (2019)


Kepadatan Penduduk
No Distrik (km2)
2019
1 Kimaam 1,45
2 Tabonji 1,79
3 Waan 1,09
4 Ilwayab 2,96
5 Okaba 3,60
6 Tubang 0,93
7 Ngguti 0,61
8 Kaptel 0,84
9 Kurik 15,48
10 Animha 6,92
11 Malind 4,58
12 Merauke 70,41
13 Naukenjerai 16,23
14 Semangga 58,98
15 Tanah Miring 5,23
16 Jagebob 2,44
17 Sota 0,76
18 Muting 1,66
19 Elikobel 2,57
20 Ulilin 0,90
Rerata 4,86
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

Laporan Pendahuluan II -> 16


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB

2.9. KONDISI PERTANIAN


2.9.1. Tanaman pangan
Kabupaten Merauke adalah penghasil tanaman padi terbesar di Provinsi
Papua. Ada tahun 2019 produksi padi di Kabupaten Merauke adalah
sebesar 208.206,38 ton. Dengan luas tanam sawah seluas 49.322,75
hektar dan luas panen sawah 47.444,25 hektar. Dimana produktivitas
panen mencapai 4,39 ton/ha.

2.9.2. Hortikultura
Sebagai contoh tanaman jagung dan ubi kayu. Dimana luas tanam untuk
tanaman jagung seluas 260 hektar dengan jumlah produksi sebesar
796,80 ton. Produktivitas tanaman jagungung mencapai 3,06 ton/ha.
Sedangkan untuk tanaman ubi kayu luas tanam sekitar 317 hektar dengan
jumlah produksi mencapai 6.169 ton, dengan produktivitas tanam
mencapai 19,46 ton/ha.
Sedangkan untuk holtikultura lainnya berupa ubi jalar, kedelai, kacang,
tomat, cabai, dan lain-lain.
Tabel 2.9. Produktivitas Padi di Kabupaten Merauke (2019)
Luas Panen Produksi Produktivitas
No Distrik
(hektar) (ton) (ton/ha)
1 Kimaam 434,00 1.519,006 3,50
2 Tabonji 168,00 420,00 2,50
3 Waan 130,00 325,00 2,50
4 Ilwayab 14,00 40,60 2,90
5 Okaba 114,50 343,50 3,00
6 Tubang 55,00 121,00 2,20
7 Ngguti - - -
8 Kaptel 65,00 162,50 2,50
9 Kurik 17.247,00 100.722,48 5,84
10 Animha 135,00 405,00 3,00
11 Malind 8.186,00 45.023,00 5,50
12 Merauke 1.254,00 6.244,92 4,98
13 Naukenjerai 383,00 1.129,85 2,95
14 Semangga 9.614,00 55.184,36 5,74
15 Tanah Miring 17.569,00 102.778,65 5,85
16 Jagebob 1.545,75 6.492,15 4,20
17 Sota 26,00 78,00 3,00
18 Muting 593,50 2.195,95 3,70
19 Elikobel 570,00 1.995,00 3,50
20 Ulilin 770,50 2.696,75 3,50
jumlah 58.874,25 327.877,71 5,57
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

Laporan Pendahuluan II -> 17


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Tabel 2.10. Produktivitas Holtikultura di Kabupaten Merauke (2019)
Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi
No Distrik
Jagung Ubu Kayu Ubu Jalar Kacang Tanah Kacang Hijau
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
1 Kimaam 4,40 700,00 242,00 - 1,00
2 Tabonji - 300,00 150,00 - -
3 Waan - 450,00 385,00 - -
4 Ilwayab - 300,00 60,00 - -
5 Okaba 2,50 120,00 130,00 - -
6 Tubang - 90,00 90,00 - -
7 Ngguti - - - - -
8 Kaptel - - - - -
9 Kurik 489,13 307,60 52,00 5,50 2,25
10 Animha 4,00 82,50 33,00 - -
11 Malind 1.000,50 335,50 65,40 138,60 6,00
12 Merauke 89,10 104,00 18,73 - 6,40
13 Naukenjerai 13,75 105,00 44,80 - 6,30
14 Semangga 1.231,20 270,00 108,00 14,40 19,00
15 Tanah Miring 1.236,00 319,50 1.160,25 15,68 9,90
16 Jagebob 2.289,30 615,00 273,00 375,48 31,00
17 Sota 24,20 18,00 - - -
18 Muting 305,25 292,50 225,50 16,15 2,70
19 Elikobel 1.128,75 130,00 39,60 - 6,00
20 Ulilin 738,50 87,50 8,25 27,00 -
jumlah 8.556,58 4.627,10 3.085,53 592,81 90,55
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2020

2.9.3. Perkebunan
Perkebunan yang banyak dihasilkan di Kabupaten Merauke adalah tanaman
buah seperti halnya mangga, jeruk dan pisang. Dimana total produksi
tanaman manggan adalah sebesar 11.853 ton, untuk tanaman jeruk
sebesar 8.057 ton, sedangkan untuk pisang 30.429 ton.

Laporan Pendahuluan II -> 18


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
BAB III
METODOLOGI

3.1. UMUM
Kegiatan Penilaian Kinerja dan Aknop merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pelaksanaan Operasi dan Pemeliharan Jaringan
Irigasi. Pelaksanaan pekerjaan ini berdasarkan dengan pedoman yang
dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) dengan No. 12/PRT/M/2015 tanggal 6 April 2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharan Jaringan Irigasi.

3.2. PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN


IRIGASI
3.2.1. Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi
Kegiatan operasi jaringan irigasi secara rinci meliputi :
A. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas
tanam, dll);
B. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit
C. Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan
Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana
Pengeringan, dll.;
D. Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk
pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi,
mengatur bukaan pintu);
E. Koordinasi antar instansi terkait;
F. Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.

3.2.2. Tata Cara Operasi Jaringan Irigasi


A. Perencanaan Operasi Jaringan Irigasi
Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air pada Jaringan Sekunder dan
Primer.
Perencanaan tersebut disesuaikan dengan luas areal yang telah
ditetapkan akan mendapatkan pembagian dan pemberian air dari

Laporan Pendahuluan III -> 1


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
jaringan sekunder dan primer. Perencanaan tersebut merupakan jumlah
Rencana Pemberian Air (RPA) di petak tersier ditambah kehilangan air di
saluran primer dan sekunder. Besarnya kehilangan air ini biasanya
sebesar 10% s.d 20% (tergantung panjang saluran, jenis tanah dll).
B. Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi
1. Laporan Keadaan Air dan Tanaman
Dilaksanakan oleh juru/mantri setiap 2 (dua) mingguan dapat
diketahui realisasi keadaan air dan tanaman di masing-masing
wilayah kerja juru pengairan/mantri.
2. Penentuan Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan
Kebutuhan air di tiap pintu pengambilan sesuai dengan realisasi
pada periode 2 (dua) mingguan.
3. Pencatatan Debit Saluran
Pencatatan debit saluran dilakukan pada setiap bangunan
pengambilan utama, sekunder, dan bangunan sadap tersier yang
dilaksanakan setiap 2 (dua) mingguan guna mengetahui realisasi
detil yang dialirkan setiap luas saluran sesuai dengan rencana
pembagian dan pemberian air.
4. Penetapan Pembagian Air pada Jaringan Sekunder dan Primer
Merupakan jumlah kebutuhan air di petak-petak tersier di masing-
masing jaringan sekunder dan primer ditambah dengan kehilangan
air sebesar 10% s.d 20%.
5. Pencatatan Realisasi Luas Tanam
Pencatatan realisasi luas tanam dan pembagian serta pemberian
airnya per daerah irigasi dengan melakukan pencatatan per musim
tanam selama satu tahun.
6. Pencatatan Realisasi Luas Tanam per Kabupaten/Kota dan Provinsi
Pencatatan ini dilakukan setiap satu tahun sekali setelah MT-III.
Blangko ini adalah informasi mengenai rencana luas tanam, realisasi
tanam, dan areal terkena musibah.
7. Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi

Laporan Pendahuluan III -> 2


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Pengoperasian bangunan pengatur ini dilakukan oleh
petugas/mantri/juru pengairan untuk mengatur debit air sesuai
dengan kebutuhan yang telah ditetapkan.
C. Pemanfaatan Sumber Lain
1. Pemanfaatan Air Tanah (Conjunctive Use)
Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air permukaan dan air
tanah diperlukan terutama pada pemanfaatan air tanah sebagai
pengganti air irigasi permukaan pada musim kemarau dan atau
sebagai tambahan (suplesi) bagi irigasi air permukaan.
2. Pemanfaatan Kembali Air Drainase
Pada daerah-daerah irigasi yang tanahnya sangat porous (berpori)
dimana air merembes ke saluran drainase maka air tersebut dapat
dimanfaatkan di lahan itu kembali seperti dengan pompanisasi dan
gravitasi.
D. Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring Pelaksanaan Operasi
Monitoring pelaksanaan operasi dilakukan dengan menggunakan
daftar simak Bagan Alir Blangko Operasi. Blangko tersebut harus
dikondisikan dengan kewenangan pengelolaan daerah irigasi yang
bersangkutan yaitu DI kewenangan pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
2. Kalibrasi Alat Ukur
Jenis alat ukur yang dipakai dalam pembagian air sesuai dengan
Kriteria Perencanaan (KP) Irigasi ada 6 yaitu :
▪ Tipe Romijn
▪ Tipe Cipoletti
▪ Tipe Parshall Flume
▪ Tipe CHO (Constan head orifice)
▪ Tipe Crump de Gruyter
▪ Tipe Drempell
Dari enam tipe di atas sudah ada rumus standar (asal dipenuhi
syarat hidrolisnya).
3. Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi

Laporan Pendahuluan III -> 3


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Evaluasi kinerja sistem irigasi dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi kinerja sistem irigasi yang meliputi :
▪ Prasarana Fisik
- Kinerja Sumur
- Kinerja Pompa
- Kinerja mesin penggerak
- Kinerja rumah pompa
- Kinerja saluran
- Kinerja Bangunan pelengkap
▪ Produktivitas Tanam
- Tingkat pemenuhan kebutuhan air
- Realisasi luas tanam
- Tingkat produktivitas padi
- Tingkat produktivitas palawija
- Nilai panen
▪ Sarana Penunjang
- Sumur pantau
- Peralatan OP
- Peralatan transportasi
- Peralatan kantor
- Alat komunikasi
▪ Organisasi Personalia
▪ Dokumentasi
- Buku data Jaringan Irigasi
- Peta dan Gambar
- Manual OP
▪ P3AT
- Status kelembagaan secara hukum
- Kondisi perkembangan lembaga
- Kegiatan lembaga dalam menunjang kelancaran OP
- Partisipasi lembaga dalam pembiayaan dan pelaksanaan OP
▪ Perhitungan Indeks Kinerja JIAT
- Prasarana fisik, bobot 45

Laporan Pendahuluan III -> 4


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
- Produktivitas tanam, bobot 15
- Sarana penunjang, bobot 10
- Organisasi personalia, bobot 10
- Dokumentasi, bobot 5
- P3AT, bobot 15

Tabel 3.1. Rekap Kinerja Sistem Irigasi

Sumber : Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi

Indeks Kinerja Sistem Irigasi dengan nilai :


▪ 80-100 : kinerja sangat baik
▪ 70-79 : kinerja baik
▪ 55-69 : kinerja kurang dan perlu perhatian
▪ < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian
▪ maksimal 100, minimal 55 dan optimum 77,5

3.2.3. Kelembagaan Dan Sumber Daya Manusia


A. Petugas dalam Kegiatan Operasi yang Berada di Lapangan
1. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil/Pengamat
2. Petugas Mantri/Juru Pengairan
3. Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil
4. Petugas Operasi Bendung (POB)
5. Petugas Pintu Air (PPA)
B. Kebutuhan Tenaga Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan
1. Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil : 1 orang + 5
staff per 5.000 – 7.500 Ha
2. Mantri /Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha

Laporan Pendahuluan III -> 5


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
3. Petugas Operasi (PO) : 1 orang, dapat ditambah beberapa pekerja
untuk bendung besar
4. Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran berjarak antara 2 - 3 km atau daerah
layanan 150 sd. 500 ha
C. Persyaratan Petugas Operasi dan Pemeliharaan
Adapun persyaratannya yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2. Persyaratan Petugas Operasi Dan Pemeliharaan

Jabatan Kompetensi Pendidikan Fasilitas


Minimal
Kepala Ranting/ Mampu Sarjana Muda / Mobil pick up
pengamat/ UPTD/ melaksanakan D-III Teknik Sipil Rumah dinas Alat
cabang dinas/ tupoksi untuk komunikasi
korwil/ Pengamat areal irigasi
5.000-7.500 Ha
Juru / Mantri Mampu STM Bangunan Sepeda motor
Pengairan melaksanakan Alat komunikasi
tupoksi untuk
areal irigasi 750-
1.500 Ha
Petugas Operasi Mampu ST, SMP Sepeda Alat
melaksanakan komunikasi
tupoksi
Petugas Pintu Air Mampu ST, SMP Sepeda Alat
melaksanakan komunikasi
tupoksi

D. Tugas Pokok dan Fungsi P3A dalam Operasi Jaringan Irigasi


Perkumpulan petani pemakai air dapat berperan serta dalam operasi
jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya antara lain :
1. Kegiatan Pengumpulan Data
2. Perencanaan Operasi
3. Pelaksanaan Operasi

Laporan Pendahuluan III -> 6


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
4. Monitoring dan Evaluasi Operasi
E. Kegiatan Operasi
Kegiatan operasi jaringan irigasi secara rinci meliputi:
1. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data
luas tanam, dll);
2. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit;
3. Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian.

3.3. PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN JARINGAN


IRIGASI
3.3.1. Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya
melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan
yang harus dilakukan secara terus menerus.

Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :

• Inventarisasi kondisi jaringan irigasi;


• Perencanaan;
• Pelaksanaan;
• Pemantauan dan evaluasi.
A. Data Pendukung Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Di dalam penyelenggaraan pemeliharaan jaringan irigasi diperlukan
data-data pendukung sebagai berikut :
1. Peta Areal Irigasi Air tanah (Skala 1 : 5.000 atau Skala 1 : 10.000);
2. Skema Jaringan Irigasi air tanah
3. Inventarisasi Jaringan Irigasi air tanah
4. Gambar pasca konstruksi (as built drawing);
5. Perencanaan 5 (lima) tahunan pengelolaan asset irigasi air tanah
6. Dokumen dan data pendukung lainnya.
B. Jenis-jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari :

Laporan Pendahuluan III -> 7


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
1. Pengamanan jaringan irigasi;
2. Pemeliharaan rutin;
3. Pemeliharaan berkala;
4. Perbaikan darurat.
• Pengamanan Jaringan Irigasi air tanah
Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk
mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan
irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh
manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi.
Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut :
a. Tindakan pencegahan
- Melarang memandikan hewan selain di tempat yang
telah ditentukan dengan memasang papan larangan;
- Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan
dan peraturan yang berlaku;
- Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah
dan mendirikan bangunan di dalam garis sempadan
saluran;
- Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok
batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh
masyarakat;
- Memasang papan larangan untuk kendaraan yang
melintas jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan;
- Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam
pohon di tanggul saluran irigasi air tanah.
- Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat
dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi
Jaringan Irigasi air tanah
b. Tindakan pengamanan
- Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci;
- Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-
tanggul saluran berupa portal, patok.

Laporan Pendahuluan III -> 8


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
• Pemeliharaan Rutin
Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka
mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi air tanah yang
dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian
konstruksi yang diubah atau diganti.
Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :
a. Yang bersifat perawatan
- Memberikan minyak pelumas pada genset.
- Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar
dan semak-semak;
- Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan
kotoran;
- Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur;
- Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan
di tepi luar tanggul saluran;
b. Yang bersifat perbaikan ringan
- Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/
bangunan;
- Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya
siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka
yang lepas;
• Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
pemeliharaan yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang
bersifat perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat
penggantian.
Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :
c. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan
- Pengecatan pintu;
- Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran.
d. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan
- Perbaikan sumur, Bangunan Pengambilan dan
Bangunan Pengatur.

Laporan Pendahuluan III -> 9


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
- Perbaikan Bangunan Ukur dan kelengkapannya.
- Perbaikan Saluran.
- Perbaikan Pintu-pintu
- Perbaikan Jalan Inspeksi;
- Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah
dinas, rumah PPA dan PPB, kendaraan dan peralatan.
• Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian
- Penggantian oli genset
- Penggantian alat ukur;
- Penggantian peil schall.
• Penanggulangan/Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau
kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti
pengrusakan/penjebolan tanggul, longsoran tebing yang
menutup jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan
segera dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan
irigasi air tanah tetap berfungsi. Kejadian Luar Biasa/Bencana
Alam harus segera dilaporkan oleh juru kepada pengamat dan
kepala dinas secara berjenjang.

C. Peran Serta P3A dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui
hasil penelusuran bersama dengan proses sebagai berikut :
1. P3A/GP3A/IP3A bersama petugas pengelola irigasi melakukan
penelusuran untuk mengindentifikasi kerusakan-kerusakan,
usulan rencana perbaikan dan skala prioritas;
2. Penyusunan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh
P3A/GP3A/IP3A;
3. Dinas yang membidangi irigasi melaksanakan pemeliharaan
jaringan irigasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
P3A/GP3A/IP3A secara swakelola;
4. P3A/GP3A/IP3A dapat berperan serta dalam pelaksanaan
pemeliharaan jaringan irigasi dalam bentuk tenaga, bahan, atau
biaya sesuai dengan kemampuannya;

Laporan Pendahuluan III -> 10


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
5. P3A/GP3A/IP3A berperan aktif dalam pengamanan jaringan
irigasi;
6. P3A/GP3A/IP3A dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder dalam bentuk
penyampaian laporan penyimpangan pelaksanaan kepada dinas
atau pengelola irigasi.

3.3.2. Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan yang optimal, diperlukan tata
cara/prosedur yang tepat dengan mengacu pada tahapan sebagai
berikut:

• Inventarisasi jaringan irigasi air tanah pada setiap areal irigasi


• Perencanaan pemeliharaan jaringan irigasi air tanah
• Pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi air tanah
• Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi air tanah
A. Inventarisasi Jaringan Irigasi air tanah
Inventarisasi jaringan irigasi dilakukan untuk mendapatkan data
jumlah, dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset irigasi serta
data ketersediaan air, nilai aset jaringan irigasi dan areal pelayanan
pada setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan
setiap tahun mengacu pada ketentuan/pedoman yang berlaku.
Untuk kegiatan pemeliharaan dari inventarisasi tersebut yang sangat
diperlukan adalah data kondisi jaringan irigasi yang meliputi data
kerusakan dan pengaruhnya terhadap areal pelayanan.
B. Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi air tanah
Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh Dinas/pengelola irigasi
bersama perkumpulan petani pemakai air berdasarkan rencana
prioritas hasil inventarisasi jaringan irigasi. Penyusunan rencana
pemeliharaan meliputi :
1. Inspeksi Rutin
Dalam melaksanakan tugasnya juru pengairan harus selalu
mengadakan inspeksi/pemeriksaan secara rutin di wilayah kerjanya
setiap 10 hari atau 15 hari sekali, untuk memastikan bahwa jaringan

Laporan Pendahuluan III -> 11


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
irigasi dapat berfungsi dengan baik dan air dapat dibagi/dialirkan
sesuai dengan ketentuan. Kerusakan ringan yang dijumpai dalam
inspeksi rutin harus segera dilaksanakan perbaikannya sebagai
pemeliharaan rutin.
2. Penelusuran Jaringan Irigasi
Berdasarkan usulan kerusakan yang dikirim oleh juru secara rutin,
dilakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui tingkat kerusakan
dalam rangka pembuatan usulan pekerjaan pemeliharaan tahun
depan. Penelusuran dilaksanakan setahun dua kali yaitu pada saat
pengeringan, untuk mengetahui endapan, dan mengetahui tingkat
kerusakan yang terjadi ketika air di saluran berada di bawah air
normal dan pada saat air normal (saat pengolahan tanah) untuk
mengetahui besarnya rembesan dan bocoran jaringan.
3. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survai identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan secara partisipatif, dan
dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala
prioritas serta uraian pekerjaan pemeliharaan. Dalam menentukan
kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan fisik jaringan
irigasi. Pada hakekatnya pemeliharaan jaringan irigasi yang tertunda
akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan memerlukan
rehabilitasi lebih dini.
Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi sebagai berikut :
a. Kondisi baik jika tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal
bangunan/saluran dan diperlukan pemeliharaan rutin.
b. Kondisi rusak ringan jika tingkat kerusakan 10 – 20 % dari kondisi
awal bangunan/saluran dan diperlukan pemeliharaan berkala yang
bersifat perawatan.
c. Kondisi rusak sedang jika tingkat kerusakan 21 – 40 % dari
kondisi awal bangunan/saluran dan diperlukan pemeliharaan yang
bersifat perbaikan.

Laporan Pendahuluan III -> 12


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
d. Kondisi rusak berat jika tingkat kerusakan > 40 % dari kondisi awal
bangunan/saluran dan diperlukan perbaikan berat atau
penggantian.
Hasil identifikasi dan analisa kerusakan merupakan bahan dalam
penyusunan detail desain pemeliharaan.
4. Pengukuran dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Jaringan
Irigasi
a. Survei dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Irigasi
Survei dan pengukuran untuk pemeliharaan jaringan irigasi dapat
dilaksanakan secara sederhana oleh petugas Dinas/pengelola
irigasi bersama-sama perkumpulan petani pemakai air dengan
menggunakan roll meter, alat bantu ukur, selang air atau, tali.
Hasil survai yang dituangkan dalam gambar skets atau diatas
gambar as built drawing. Sedangkan untuk pekerjaan perbaikan,
perbaikan berat maupun penggantian harus menggunakan alat
ukur waterpass atau theodolit untuk mendapatkan elevasi yang
akurat. Hasil survai dan pengukuran ini selanjutnya digunakan
oleh petugas Dinas/pengelola irigasi dalam penyusunan detail
desain.
b. Pembuatan Detail Desain
Berdasarkan hasil survei dan pengukuran disusun rancangan
detail desain dan penggambaran. Hasil rancangan detail desain ini
didiskusikan kembali dengan perkumpulan petani pemakai air
sebagai dasar pembuatan desain akhir.
5. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan perhitungan volume
dan harga satuan yang sesuai dengan standar yang berlaku di
wilayah setempat. Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan
jaringan irigasi berasal dari :
a. Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau DAK.;
b. Kontribusi biaya pemeliharaan oleh perkumpulan petani pemakai
air;

Laporan Pendahuluan III -> 13


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
c. Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.
6. Penyusunan Program/Rencana Kerja
Rencana Program/Rencana kerja dibuat oleh Dinas/Pengelola irigasi
bersama perkumpulan petani pemakai air. Untuk lebih teratur dan
terarah dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan Jaringan
Irigasi perlu adanya suatu program atau rencana kerja sebagai
berikut :
a. Pekerjaan yang Dilaksanakan Secara Swakelola
• Pemeliharaan rutin :
✓ Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terus
menerus sesuai dengan kebutuhan/hasil inspeksi rutin
juru;
✓ Pelaksanaan oleh dinas/pengelola irigasi atau oleh
perkumpulan petani pemakai air secara gotong royong
dengan bimbingan teknis dari dinas/pengelola irigasi.
• Pemeliharaan berkala
✓ Pekerjaan dilaksanakan secara periodik disesuaikan
dengan tersedianya anggaran;
✓ Pelaksanaan secara swakelola oleh dinas/pengelola
irigasi atau dapat melibatkan perkumpulan petani
pemakai air;
✓ Pekerjaan berupa perawatan.
• Penanggulangan
✓ Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan dan saluran
segera berfungsi;
✓ Pelaksanaan oleh dinas bersama
masyarakat/perkumpulan petani pemakai air dengan
cara gotong royong.
b. Pekerjaan yang Dapat Dikontrakan
• Pekerjaan bersifat perbaikan, perbaikan berat, dan
penggantian;
• Pelaksanaan melalui pihak ketiga (kontraktor).

Laporan Pendahuluan III -> 14


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
C. Pelaksanaan Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
Sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan perlu dilakukan
sosialisasi kepada petani pemakai air sebagai anggota
P3A/GP3A/IP3A, tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenaga,
bahan, peralatan yang harus disediakan dan disesuaikan dengan
jenis, sifat pemeliharaan dan tingkat kesulitannya.
1. Pekerjaan pemeliharaan yang akan dilaksanakan oleh
Pekarya/GP3A/IP3A perlu dilakukan persiapan yang menyangkut
pengusulan kebutuhan bahan, penyediaan tenaga, pengaturan
regu kerja, pelatihan praktis mengenai jasa konstruksi dan
jaminan mutu agar tercapainya kualitas pekerjaan sesuai
spesifikasi yang ditetapkan.
2. Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor. Disusun
dalam paket paket pekerjaan yang menggambarkan lokasi, jenis
pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaannya.
D. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
1. Pemantauan dan Evaluasi
a. Pemeliharaan Jaringan Irigasi air tanah yang Dilaksanakan
Secara Swakelola
Pemantauan untuk pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi
yang dilakukan secara swakelola baik pemeliharaan rutin
maupun pemeliharaan berkala dilakukan oleh Dinas/Pengelola
irigasi bersama P3A/GP3A/IP3A.
b. Pemeliharaan Jaringan Irigasi air tanah yang dilaksanakan
Secara Kontraktual
Pemantauan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jaringan
irigasi yang dilakukan secara kontraktual baik pemeliharaan
berkala maupun perbaikan/penggantian dilakukan oleh
Dinas/Pengelola irigasi dengan melibatkan peran serta
P3A/GP3A/IP3A.
• Pemantauan dan Evaluasi Mingguan

Laporan Pendahuluan III -> 15


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
• Pemantauan dan evaluasi kemajuan pekerjaan dilakukan
secara mingguan. Hal-hal yang dipantau dan dievaluasi
secara mingguan antara lain meliputi :
✓ Jenis dan volume pekerjaan;
✓ Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
✓ Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang
telah dilaksanakan;
✓ Kemajuan hasil pekerjaan;
✓ Nilai pelaksanaan (%) yaitu kemajuan hasil pekerjaan
dibandingkan dengan nilai bobot seluruh kegiatan.
• Pemantauan dan Evaluasi Bulanan
Pada setiap akhir bulan, dilakukan pemantauan dan
evaluasi bulanan yang mencakup :
✓ Jenis dan volume pekerjaan;
✓ Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
✓ Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang
telah dilaksanakan;
✓ Kemajuan pekerjaan fisik (volume v.s. waktu);
✓ Nilai tertimbang (%) yaitu bobot kemajuan biaya serta
kinerja fisik.
Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut terutama ditujukan untuk
keperluan perbaikan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang
sedang berjalan. Sedangkan untuk perbaikan perencanaan
program pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan
pada setiap akhir tahun. Dengan melihat hasil evaluasi tahunan
tersebut, dapat dipelajari masalah dan kekurangan yang pernah
terjadi, sehingga dapat dilakukan perbaikan rencana tahun
berikutnya.
Apabila pekerjaan sudah selesai, penilaian hasil pekerjaan
dilakukan terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan. Juga
evaluasi dilakukan terhadap fungsi atau kinerja jaringan irigasi
melalui penelusuran jaringan dan pengujian lapangan (trial run).
2. Laporan Kemajuan Pelaksanaan

Laporan Pendahuluan III -> 16


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara
berkala meliputi :
a. Laporan bulanan
b. Laporan Tahunan
E. Indikator Keberhasilan Kegiatan Pemeliharaan
Indikator :
1. Terpenuhinya kapasitas saluran sesuai dengan kapasitas rencana.
2. Terjaganya kondisi bangunan dan saluran :
a. Kondisi baik jika tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal
bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan rutin.
b. Kondisi rusak ringan jika tingkat kerusakan 10 – 20 % dari
kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan
berkala yang bersifat perawatan.
c. Kondisi rusak sedang jika tingkat kerusakan 21 – 40 % dari
kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan
berkala yang bersifat perbaikan.
d. Kondisi rusak berat jika tingkat kerusakan > 40 % dari
kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan
berkala yang bersifat perbaikan berat atau penggantian.
3. Meminimalkan biaya rehabilitasi jaringan irigasi
4. Tercapainya umur rencana jaringan irigasi

3.3.3. Kelembagaan Dan Sumber Daya Manusia


A. Petugas Pemeliharaan yang Berada di Lapangan
1. Pengamat/Ranting/UPTD
2. Mantri/Juru
3. Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabag Dinas/Korwil
4. Petugas Operasi (PO)
5. Petugas Pintu Air (PPA)
6. Pekerja/Pekarya Saluran (PS)
B. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan
Adapun kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan yaitu
sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan III -> 17


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
1. Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil : 1 orang + 5
staff per 5.000 – 7.500 Ha
2. Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha
3. Petugas Operasi (PO) : 1 orang
4. Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan
5. Pekerja/pekarya Saluran (PS) : 1 orang per 2-3 km panjang saluran.
C. Kompetensi Petugas Pemeliharaan
Adapun kompetensi petugas pemeliharaan yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.3. Kompetensi Petugas Pemeliharaan

Jabatan Kompetensi Pendidikan Fasilitas


Minimal
Kepala Ranting/ Mampu Sarjana Muda / Mobil pick up
pengamat/ UPTD/ melaksanakan D-III Teknik Sipil Rumah dinas
cabang dinas/ tupoksi untuk Alat komunikasi
korwil/ Pengamat areal irigasi
5.000-7.500 Ha
Juru / Mantri Mampu STM Bangunan Sepeda motor
Pengairan melaksanakan Alat komunikasi
tupoksi untuk
areal irigasi 750-
1.500 Ha
Sumur Mampu ST, SMP Sepeda
melaksanakan Alat komunikasi
tupoksi

Petugas Pintu Air Mampu ST, SMP Sepeda


melaksanakan Alat komunikasi
tupoksi

Pekerja/Pekarya Mampu SD Alat kerja pokok


saluran melaksanakan
tupoksi

Laporan Pendahuluan III -> 18


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. PENDEKATAN TEKNIS

Penjabaran secara skematis mengenai metoda pelaksanaan seluruh


kegiatan disajikan pada Bagan Alir Metoda Pelaksanaan Kegiatan dalam
Gambar 4.1.
Adapun penjabaran tahap kegiatan tersebut diatas adalah sebagai
berikut:

1) Umum
Dalam Pekerjaan ”Penilaian Kinerja dan AKNOP Derah Irigasi
Rawa Jagebob” ini, secara ringkas cakupan tahapan kegiatan
meliputi sebagai berikut;

• Kegiatan A : Persiapan dan Pengumpulan Data (sekunder dan


primer)

• Kegiatan B : Indentifikasi Kerusakan Jaringan Irigasi

• Kegiatan C : Perencanaan Detail Desain Kerusakan Jaringan


Irigasi

• Kegiatan D : Pembuatan Rencana Anggaran Biaya

• Kegiatan E : Penyusunan Laporan

2) Persiapan dan Pengumpulan Data


• Data yang digunakan harus dari sumber yang resmi dan terbaru.
• Hasil-hasil studi terdahulu dapat digunakan setelah dilakukan
pengkajian secara matang.
3) Identifikasi Kerusakan Jaringan Irigasi
• Melakukan identifikasi melalui penelusuran jaringan pada daerah
irigasi.

Laporan Pendahuluan IV -> 1


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
• Membuat kriteria kerusakan untuk memisahkan batasan rusak
ringan, sedang dan berat.
4) Pengukuran
• Pengukuran pada titik-titik kerusakan jaringan irigasi dan harus
memenuhi kebutuhan desain rehab.
5) Perencanaan Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi
• Desain rehabilitasi ini dilakukan sesuai dengan standar yang
berlaku.
• Material konstruksi diusahakan diambil dari lokasi terdekat Daerah
Irigasi tersebut.
6) Pembuatan Rencana Anggaran Biaya
• Rencana Anggaran Biaya (RAB) dibuat secara rinci
• Harga dasar dari material yang digunakan adalah yang berlaku di
lokasi keberadaan jaringan irigasi.
• Analisa harga satuan dibuat terinci dan menggunakan analisa yang
berlaku umum.
• Volume pekerjaan harus disertai dengan back-up volume (hitungan
volume)
7) Pembuatan Spektek dan Dokumen Lelang
• Pembuatan spesifikasi teknik harus mengikuti SNI atau spesifikasi
teknik lain yang berlaku di Indonesia.
• Menyiapkan metode pelaksanaan pekerjaan berdasarkan
kebutuhan pekerjaan termasuk dengan mempertimbangkan
kondisi yang ada di lokasi pekerjaan.
• Pembuatan syarat-syarat kontrak dan dokumen lelang yang
berlaku sesuai Kepmen dan Keppres yang berlaku saat ini.
8) Penyusunan Laporan dan Diskusi/Presentasi

4.2. METODE PELAKSANAAN


4.2.1. Pekerjaan Persiapan Dan Pengumpulan Data
A. Persiapan Personil dan Administrasi
Pekerjaan ini meliputi beberapa kegiatan baik berupa kegiatan di kantor
maupun kegiatan di lapangan. Konsultan akan mengerahkan tenaga ahli

Laporan Pendahuluan IV -> 2


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
dengan koordinasi oleh Direktur Teknik Perusahaan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan.
Pada tahap ini team tenaga ahli akan membahas hasil usulan teknis dan
kerangka acuan kerja dan merumuskannya dalam laporan persiapan.

B. Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data-data sekunder yang dibutuhkan untuk penyiapan
desain yaitu:
1. Peta Situasi skala 1 : 25.000
2. Data Hidrologi
3. Data penggunaan lahan
4. Data sosial ekonomi penduduk setempat

C. Peninjauan Lapangan Pendahuluan

Manfaat dari kegiatan ini lebih difokuskan pada potensi dan


permasalahan berdasarkan data sekunder yang telah direview termasuk
hasil konsultasi awal dengan instansi terkait. Beberapa hal yang
berkaitan dengan perencanaan optimasi jaringan irigasi dan pengunaan
lahan yang terkait dalam lingkup pekerjaan ini.
Tahapan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Inventarisasi Bangunan dan Saluran Existing
2. Melakukan pengelompokan daerah untuk dilakukan survey
pendahuluan
3. Melakukan kegiatan survey kerusakan terhadap sarana dan
prasarana daerah irigasi
4. Mendata informasi yang diperoleh hasil wawancara dengan aparat
instansi terkait dan meninjau lokasi

Laporan Pendahuluan IV -> 3


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB

Gambar 4.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

Laporan Pendahuluan IV -> 4


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
D. Perencanaan Kerusakan/Rehabilitasi digambarkan sebagai berikut:

1. Pengenalan Kerusakan

Hal yang penting dalam rehabilitasi adalah bagaimana mengenali


kerusakan dengan pandangan mata, pengkajian atau dengan
investigasi. Gejala perubahan struktur bisa disebabkan proses
perubahan secara wajar atau suatu proses kerusakan yang akan
terus berlanjut yang dapat meruntuhkan konstruksi.

Penurunan tanggul suatu pergerakan wajar karena proses settlement


yang telah diperhitungkan sejak semula atau gejala keruntuhan
karena daya dukung tanah yang kurang memadai.

Kerusakan beton bisa disebabkan karena retak rambut yang wajar


pada perencanaan beton dengan prinsip Perencanaan Tegangan
Batas (Ultimate Strength Design) atau keretakan karena
perencanaan yang salah, misalnya karena kekurangan tulangan
(Under Reinforced), sehingga bisa berakhir luluhnya struktur.

Untuk dapat mengenali kerusakan dalam suatu bangunan pengairan


diperlukan kejelian seorang ahli, yang pandai membedakan apakah
ini gejala perubahan wajar atau proses perubahan yang dapat
berakhir pada kerusakan suatu struktur.

2. Mencari Penyebab Kerusakan

Tahap awal suatu perencanaan rehabilitasi adalah mencari penyebab


kerusakan saluran dan bangunan. Misal: pecahnya sayap hilir
bangunan utama dapat disebabkan oleh kualitas pasangan, pondasi
jelek dan atau gerusan lokal. Kalau kualitas pasangan baik dan
fondasi cukup kuat maka gerusan lokal terjadi akibat oleh kolam
pemecah energi kurang berfungsi; yang disebabkan karena banjir
rencana salah hitung atau dimensi kolam olak kurang memadai.

3. Tinjauan Ulang Perencanaan Terdahulu

Tahap selanjutnya adalah melakukan peninjauan ulang (review)


terhadap perencanaan terdahulu yang meliputi:

Laporan Pendahuluan IV -> 5


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
• Proses pengecekan data penunjang (topografi, geologi, mekanika
tanah , hidrologi, sedimen dll) dimaksudkan untuk mencari :

a. Kesalahan Data

b. Kekurangan data

c. Proses pengambilan data keliru

• Proses pengecekan analisa dan perhitungan akan memastikan


apakah :

a. Analisa data sudah tepat dan betul konsep pendekatan


benar, rumus yang dipakai tepat, proses analisa dari data
dasar menjadi data siap pakai sudah memadai.

b. Perhitungan teknis sudah tepat dan betul; asumsi yang


diambil wajar, pendekatnnya tepat, rumus yang dipakai
sesuai, dan perhitungan aritmatika-nya benar.

• Proses pengecekan gambar perencanaan akan meyakinkan kita


apakah :

a. Terdapat kecocokan angka antara perhitungan dan


gambar. Penempatan posisi dan elevasi sudah benar.

b. Proses interpolasi memadai.

c. Besaran standar wajar.

4. Elaborasi Teknik

Proses ini adalah upaya mencari penyebab dan jalan keluar


menurunnya fungsi suatu bangunan pengairan, yang berupa upaya:

• Perbaikan data dan analisa data, bisa berupa :

a. Topografi: pengukuran ulang, pengukuran tambahan dll.

b. Hidrologi: tambahan seri data hidrologi, perhitungan ulang


dengan rumus yang benar, dan perbaikan pendekatan.

c. Geologi/Mekanika Tanah: tambahan data geologi/Mekanika


tanah, perubahan pendekatan perhitungan ulang dengan
rumus yang benar, interpretasi yang wajar, dll.

Laporan Pendahuluan IV -> 6


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
d. Sedimen: tambahan data, perbaikan teknik sampling,
perubahan asumsi yang benar dll.

• Penyempurnaan perhitungan teknis, bisa berupa :

a. Konsep pendekatan yang lebih sesuai.

b. Anggapan (asumsi) yang benar

c. Rumus pengganti yang lebih tepat

d. Perhitungan aritmatika yang betul

e. Besaran standar yang wajar

f. Angka keamanan yang memadai

5. Teknik Penggambaran

Setelah elaborasi teknik perbaikan dilakukan, dilanjutkan dengan


penuangan rekayasa teknik, ini dalam bentuk gambar teknik.
Gambar teknik harus disiapkan sesuai standar penggambaran KP-
07: Jelas, rapi, bersih dan mudah dibaca.

E. Tata Laksana Perencanaan Kerusakan/Rehabilitasi

Seperti dijelaskan diatas bahwa perencanaan rehabilitasi adalah


penyempurnaan terhadap perencanaan sebelumnya, maka untuk
keperluan efisiensi (ditinjau dari segi waktu, biaya dan teknis) tidak
perlu melakukan pengulangan secara utuh proses perencanaan lama.
Perencanaan rehabilitasi cukup dilakukan dengan menyempurnakan
gambar lama, yang memang dengan maksud untuk penyempurnaan
fungsi jaringan perlu tambahan perencanaan. Tentunya tetap bisa
memenuhi kebutuhan untuk manajemen pengelola, yaitu:

a. Sebagai dasar untuk perhitungan volume pekerjaan dengan pihak


pelaksana konstruksi.

b. Sebagai dasar untuk keperluan Operasi dan Pemeliharaan (OP).

Tata laksana berikut akan menjelaskan tentang pengukuran dan


penggambaran dalam perencanaan rehabilitasi.

Dalam hal ini tata laksana perencanaan rehabilitasi akan dibedakan


menjadi 3 (tiga) yaitu perencanaan rehabilitasi yang:

Laporan Pendahuluan IV -> 7


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
a. Gambar lama tersedia lengkap.

b. Gambar lama tidak tersedia (hilang)

c. Gambar lama tersedia tetapi tidak lengkap (sebagian hilang).

1) Gambar Lama Tersedia

Sebagai tahap awal perlu di cek kelengkapan gambar seluruh sistim;


diurutkan gambar potongan memanjang dan melintang baik saluran
induk maupun saluran sekunder yang ada, demikian juga gambar
bangunan mulai bangunan utama sampai dengan bangunan terakhir.

Kemudian dilakukan pencetakan ulang dalam kalkir (re-kalkir*) dan


kalkir lama disimpan kembali. .

Catatan: *) Jika hasil re-kalkir gambar lama - kualitasnya kurang


baik (tidak jelas terbaca) maka perlu di gambar ulang.
Atau jika gambar lama yang tersedia berupa cetakan
(blue-print) maka perlu digambar ulang.

Diatas kalkir yang baru inilah perencanaan rehabilitasi dilakukan


sehingga perencanaan rehabilitasi bisa dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengukuran situasi 1 : 5000 / 1 : 2000 sejauh gambar


pengukuran situasi lama tersedia tidak ada perubahan situasi
di lapangan dan setelah dilakukan inspeksi lapangan ternyata
gambar situasi lama masih cocok; maka sebaiknya tidak
dilakukan pekerjaan pengukuran situasi. Sehingga pekerjaan
pengukuran situasi hanya dilakukan dalam hal:

• Tambahan areal pelayanan

• Ada perubahan situasi

• Terdapat kesalahan pengukuran

Jadi pengukuran dilakukan hanya pada bagian yang diperlukan


saja dan gambar pengukuran yang baru sebagai tambahan
(komplemen) gambar lama pada lembar yang sama atau
lembar baru.

2) Pengukuran trase saluran trase saluran pada garis besarnya


dengan menggunakan gambar pengukuran trase yang lama,

Laporan Pendahuluan IV -> 8


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
dilakukan pengukuran kembali pada daerah yang akan
direhabilitasi (misal: galian endapan, timbunan tanggul,
proteksi longsoran atau pasangan lining) dengan
penyederhanaan sebagai berikut:

• Situasi tidak perlu dilakukan pengukuran lagi.

• Potongan memanjang dilakukan pada alignment yang


sama dengan pengukuran yang lama, dengan titik
tembak pada setiap 2 potongan melintang yang
terdahulu;

• Potongan melintang dilakukan pada setiap 2 potongan


melintang yang terdahulu dengan jarak kiri dan kanan
terbatas hanya pada daerah yang akan diperbaiki.
Pengukuran trase saluran komplit hanya akan dilakukan
untuk trase tambahan atau perubahan arah trase.

3) Pengukuran situasi daerah irigasi; pengukuran ini tidak perlu


dilakukan, kecuali kalau dilakukan perubahan total daerah
irigasi; pemindahan lokasi daerah irigasi baru pada lokasi
diluar pengukuran lama atau pada lokasi di dalam pengukuran
lama tetapi ada perubahan regime sungai. Pengukuran kedl
tambahan mungkin perlu dilakukan kalau ada perbaikan parsial
pada daerah irigasi dan lain sebagainya.

4) Pengukuran situasi bangunan; pengukuran ini hanya dilakukan


untuk bangunan yang akan diperbaiki. Bangunan yang masih
baik dan tidak diperbaiki tidak perlu diukur.

5) Penggambaran; hasil pengukuran digambar pada kertas re-


kalkir gambar pengukuran lama. Demikian juga gambar
perencanaan dilakukan pada kertas yang sama, sehingga perlu
dilakukan penggambaran ulang.

2) Gambar lama tidak tersedia (hilang)

Mengingat gambar lama tidak ditemukan, maka kita kehilangan


bahan dasar untuk perbaikan perencanaan rehabilitasi. Tidak ada
jalan lain kecuali melakukan pengukuran dan penggambaran ulang

Laporan Pendahuluan IV -> 9


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
secara komplit dan menyeluruh, dengan berpedoman pada sistim
jaringan yang telah ada.

3) Gambar lama sebagian hilang

Dalam keadaan ini tentunya dilakukan kombinasi seperti tersebut


hal-hal di atas yang sebagian diukur dan digambar ulang secara
penuh, sebagian diukur dan digambar dengan penyempurnaan.

4.2.2. Pekerjaan Lapangan Dan Perencanaan


Pekerjaan lapangan dan perencanaan meliputi:

1. Inventarisasi Kerusakan Bangunan dan Jaringan Irigasi


2. Pengisian Data AKNOP
Penjelasan untuk masing-masing pekerjaan lapangan di atas, adalah
sebagai berikut:
A. Inventarisasi Kerusakan Bangunan dan Jaringan Irigasi
Kegiatan survey inventarisasi pada saluran yang ada dilakukan
dengan melakukan penelusuran terhadap rute saluran. Dari survai
tersebut kemudian dibuat catatan tentang kondisi dan dimensi
saluran. Apabila terdapat kerusakan pada saluran, dibuat usulan
perbaikan termasuk volume perbaikannya dan rekomendasi
pemanfaatannya dalam sistem yang baru.
Kegiatan inventarisasi bangunan dilakukan dengan meninjau setiap
bangunan yang ada, membuat catatan tentang nama, kondisi dan
dimensi bangunan. Kemudian dibuat usulan perbaikan bila perlu, dan
membuat rekomendasi tentang pemanfaatannya pada sistem yang
baru.
Semua hasil inventarisasi ini dibuatkan sketsa gambar lengkap
dengan dimensi dan elevasinya, dan dituangkan dalam suatu format
yang telah mendapat persetujuan dari pihak direksi pekerjaan.
Penyajian ini harus dicantumkan posisi bangunan dalam sistem,
dilengkapi dengan foto dan catatan-catan lain yang diperlukan.
Semua kegiatan inventarisasi kerusakan akan dibuat dalam laporan
survey kerusakan, sebagai data utama untuk program operasi dan
pemeliharaan daerah irigasi.

Laporan Pendahuluan IV -> 10


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
B. Pengisian Data AKNOP
Melalui pemutahiran data AKNOP ini diharapkan akan dapat
diperoleh data kondisi daerah irigasi saat ini dan berapa besar angka
kebutuhan nyata untuk biaya operasi dan pemeliharaan di masing-
masing daerah irigasi yang meliputi:
• Isian Blangko AKNOP untuk masing-masing daerah irigasi
• Perhitungan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
pada masing-masing daerah irigasi
• Gambar Skema Bangunan dan Jaringan Irigasi.
• Rekapitulasi Kebutuhan Tenaga OP untuk Daerah Irigasi
Jagebob
• Rekapitulasi Kebutuhan Sarana Penunjang Tenaga OP untuk
Daerah Irigasi Jagebob
• Rekapitulasi Total AKNOP Daerah Irigasi Jagebob
• Rekapitulasi AKNOP Daerah Irigasi Jagebob

4.2.3. Pelaporan
A. Laporan Rencana Mutu Kontrak
Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK), berisi :
Pedoman teknis pelaksanaan pekerjaan secara rinci untuk menjamin
mutu pelaksanaan pekerjaan sehingga didapatkan keluaran yang
diharapkan sesuai KAK ini.
Laporan harus diserahkan selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 3 (tiga) buku laporan.
B. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan Pendahuluan memuat:
1. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh antara lain
mobilisasi tenaga ahli, tenaga pendukung, penyediaan kantor,
peralatan kantor, peralatan survei, kendaraan operasional, dll;
2. Metodologi pelaksanaan pekerjaan;
3. Hasil kesimpulan sementara hasil pengumpulan data, gambar
/peta dan laporan hasil kegiatan terdahulu yang terkait (bila
ada);

Laporan Pendahuluan IV -> 11


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
4. Kendala-kendala yang mungkin akan terjadi selama pelaksanaan
pekerjaan nantinya;
5. Rencana kerja berikutnya.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu)
hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 4 (empat) buku laporan.
C. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat:
1. Uraian perkembangan pekerjaan yang telah dicapai per bulan
termasuk besarnya bobot progress dan nilai deviasi.
2. Uraian kegiatan yang dilakukan tiap tenaga ahli maupun tenaga
pendukung per bulan dan dilengkapi dengan foto kegiatan di
lapangan (jika melakukan kegiatan lapangan).
3. Penjelasan rencana kegiatan berikutnya baik teknis maupun
administratif dan permasalahannya.
4. Dokumentasi hasil pelaksanaan pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya minggu pertama
pada tiap bulan sebanyak 2 (Dua) buku laporan 3 (tiga) rangkap.
D. Laporan Akhir (Final Report)
Laporan Akhir (Final Report) memuat:
1. Tanggapan, masukan dan perbaikan-perbaikan dari hasil
pembahasan Laporan Akhir Sementara;
2. Rangkuman akhir (final) hasil pekerjaan secara keseluruhan.
3. Kesimpulan akhir hasil pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) minggu
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 4 (empat) buku laporan.
E. Laporan Dan Backup Data
4. Seluruh Laporan dan gambar disajikan dalam Bahasa Indonesia
dengan ukuran kertas A4, font arial, cover warna dasar putih.
Untuk istilah-istilah dalam bahasa asing, agar ditulis dalam
format huruf miring.
5. Seluruh laporan harus dijilid langsung (semi lux) dengan
memberikan judul pada punggung buku, tahun anggaran dan isi
laporan wajib berwarna.

Laporan Pendahuluan IV -> 12


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
6. Seluruh hasil pekerjaan (data mentah baik data primer, data
sekunder, hasil analisa hitungan dalam bentuk spread sheet,
aplikasi yang digunakan dalam analisis dan seluruh dokumen
laporan dalam ms. office) yang di simpan (backup) di dalam Hard
Disk Eksternal 1 (satu) buah untuk diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen.
7. seluruh laporan yang dicetak diserahkan dalam box container
berukuran minimal P 800 x L 560 x T 440 mm.
8. Seluruh dokumen asli pembelian data dari pihak penyedia jasa
diserahkan sebagai aset Operasi dan Pemeliharaan SDA I
(Softcopy maupun hardcopy).
F. Diskusi Pembahasan
Pembahasan diskusi dilakukan dengan intern balai yaitu pejabat-
pejabat yang ada di lingkungan Balai Wilayah Sungai Papua
Merauke sebanyak 2 kali dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Draft pendahuluan dilakukan untuk menjaring informasi-informasi
sebagai masukan dan penyempurnaan Laporan Pendahuluan
2. Draft akhir dilakukan untuk melaporkan hasil akhir sementara
sekaligus untuk memberikan masukan guna menyempurnakan
Laporan Akhir.
3. Handout presentasi dibuat dalam format A4 berwarna 1 slide 1
lembar.

Laporan Pendahuluan IV -> 13


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
BAB V
RENCANA KERJA

5.1. UMUM
Sesuai dengan lingkup pekerjaan dan kualifi-kasi tenaga ahli yang
ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka dalam pelaksanaan
pekerjaan “Penilaian Kinerja dan AKNOP Daerah Irigasi Rawa Jagebob”
akan melibatkan sejumlah tenaga ahli dari beberapa disiplin ilmu yang
seluruhnya akan merupakan suatu kesatuan kerja dalam organisasi
pelaksanaan.

Organisasi pelaksanaan diperlukan untuk memperlancar jalannya


pekerjaan karena adanya koordinasi diantara Tenaga Ahli (Tenaga
Profesional) dan Tenaga Pendukung pada masing-masing kegiatan serta
menunjukkan hubungan kerja antara Tim Pelaksana Konsultan dengan
Direksi Pekerjaan sebagai wakil dari Kepala Satuan Kerja.

Penanggung jawab pekerjaan sesuai dengan kontrak adalah Pemimpin


(Direktur) Perusahaan, sedangkan penanggung jawab pelaksanaan
adalah Ketua Tim sebagai pemimpin dalam pelaksanaan pekerjaan.

Kepala Satuan Kerja mempunyai hubungan langsung dengan Direktur


Utama Perusahaan, sedang di lapangan Kepala Satuan Kerja
menugaskan Direksi Pekerjaan untuk mengawasi jalannya pekerjaan
yang dilaksanakan oleh Tim Konsultan. Secara operasional Direktur
Perusahaan menugaskan Ketua Tim untuk melaksanakan pekerjaan
khususnya dalam hal teknis. Dalam pelaksanaan tugasnya Ketua Tim
dibantu oleh Tenaga Ahli Bangunan Air/Irigasi, Ahli Cost Estimate,
Asisten Tenaga Ahli yaitu Juru Ukur (Surveyor) dan Juru Gambar
(Draftman) serta Tenaga Pendukung. Demi kelancaran dan memperoleh
hasil pekerjaan yang dapat memenuhi keinginan pihak Pengguna Jasa,

Laporan Pendahuluan V -> 1


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
maka setiap Tenaga Ahli dapat dan harus saling berhubungan
(berkoordinasi) langsung.

Selama melaksanakan tugasnya Ketua Tim selalu berhubungan


(berkoordinasi) de-ngan Direksi Pekerjaan. Dalam masalah penting yang
terkait dengan pekerjaan, Ketua Tim dapat berhubungan langsung
dengan Kepala Satuan Kerja dengan persetujuan Direktur Perusahaan
dan Direksi Pekerjaan.

Ketua Tim dengan persetujuan Direksi Pekerjaan dapat berhubungan


langsung dengan Instansi Terkait untuk mendapatkan data-data awal,
data-data sekunder dan data penunjang lainnya.

5.2. ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan “Penilaian Kinerja dan AKNOP
Daerah Irigasi Rawa Jagebob” dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Konsultan telah menugaskan seorang Direktur Pelaksanaan dalam


pekerjaan ini, yang diwakili oleh salah seorang Manager Teknik, yang
akan senantiasa siap untuk mengarahkan, mengawasi dan mengatur
koordinasi back up support bagi team kerja bilamana ditemukan
kendala yang sulit dipecahkan oleh team. Sehingga dengan demikian,
perintah-perintah yang dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan selaku
pihak pemberi pekerjaan, berkenaan dengan lingkup pekerjaan
sebagaimana yang tertuang didalam kontrak dan telah disepakati
bersama, lebih terjamin realisasinya oleh team kerja konsultan.
2. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, konsultan melakukan koordinisasi
sesuai keperluannya dengan berbagai pihak terkait.
3. Konsultan telah menugaskan seorang Team Leader yang bertanggung
jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan, baik dibidang teknis
maupun administrasi, sehingga pekerjaan ini dapat dilaksanakan
tepat mutu dan waktu sebagaimana yang disebutkan didalam KAK.
Team Leader akan mengkoordinir aktivitas seluruh anggota team
kerja, dan akan mengatur tata hubungan kerja antar mereka. Team
leader juga akan melaporkan progres pekerjaan, baik kepada pihak

Laporan Pendahuluan V -> 2


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
pemberi kerja maupun kepada Direktur pelaksana, selain itu juga
akan memimpin diskusi/presentasi yang akan diadakan dan
menghadiri rapat lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini.
4. Tenaga Ahli dan Tenaga Teknisi. Tenaga Ahli terdiri dari berbagai
tenaga ahli untuk berbagai bidang, yang masing-masing sangat
berpengalaman dalam menangani pekerjaan sejenis sesuai dengan
bidangnya. Sedangkan Tenaga Teknisi terdiri dari juru ukur yang
masing-masing akan membantu tenaga ahli dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan bidangnya.
5. Tenaga Pendukung. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, Konsultan telah menugaskan Administrator, Operator Cad,
pesuruh dan surveyor. Administrasi akan membantu Team Leader
dalam melaksanakan pekerjaan administrasi kantor dan keuangan,
operator cad akan membantu dalam penggambaran.

5.3. PERSONIL DAN TANGGUNG JAWABNYA


Keahlian personil yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
“Penilaian Kinerja dan AKNOP Daerah Irigasi Rawa Jagebob” ini harus
sesuai dengan persyaratan yang tertuang di dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), dan dibutuhkan tim pelaksana yang handal yang terdiri dari
tenaga ahli dan tenaga pendukung yang cakap serta berpengalaman di
bidangnya.

Agar dapat lebih terkoordinasi dan dapat lebih dipahami serta dapat
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, maka perlu adanya
penjabaran tugas dari masing-masing tenaga (personil) yang menangani
pekerjaan ini.

Sesuai dengan rincian tugas personil yang tertuang di dalam Kerangka


Acuan Kerja (KAK), Konsultan akan menugaskan personil pelaksana
pekerjaan lengkap dengan personil inti di dalam struktur organisasi
perusahaan, dengan rincian tugas sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan V -> 3


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Direktur Perusahaan
Tugas dan tanggung jawab Direktur Perusahaan, antara lain adalah :
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan dan
pengendalian perusahaan.
Memimpin keseluruhan jalannya perusahaan.
Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan pemasaran serta produksi.
Melaksanakan kerjasama operasi dengan mitra kerja atau
perusahaan lain dalam penanganan pekerjaan/proyek.
Mengelola dan mengendalikan seluruh sumber daya perusahaan.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pemasaran,
produksi dan sumber daya perusahaan untuk meningkatkan
keuntungan maupun performance perusahaan.
Melakukan koordinasi dengan direktur I dan staff dalam perusahaan.
Menjalin kerjasama yang baik dengan para stakeholder dan instansi
pemerintah maupun swasta.

Tugas, Tanggung Jawab Dan Wewenang Tenaga Ahli


Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam melaksanakan pekerjaan
“Penilaian Kinerja dan AKNOP Daerah Irigasi Rawa Jagebob” , agar diperoleh

hasil kerja yang baik dan dapat selesai sesuai jadwal yang direncanakan,
Konsultan akan menempatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu
yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam menangani proyek-proyek
irigasi dan sejenisnya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan memenuhi kriteria sebagai berikut :

✓ Tenaga profesional dan mempunyai kemampuan untuk bekerja keras


sesuai dengan apa yang tertera pada Kerangka Acuan Kerja (KAK).
✓ Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang
tugasnya,
✓ Mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya,
✓ Mempunyai latar belakang pengalaman kerja dibidangnya.
✓ bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.

Laporan Pendahuluan V -> 4


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
✓ Bersedia untuk bekerja di lapangan dan mempunyai mental yang baik
sesuai dengan bidang masing-masing.

Team Konsultan akan dipimpin oleh seorang Pimpinan Team (Team


Leader) yang telah berpengalaman dalam memimpin pekerjaan
perencanaan konservasi dan sejenisnya, dan akan membawahi tenaga
ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pekerjaan ini.

Untuk posisi Team Leader, konsultan akan menempatkan seorang yang


telah berpengalaman luas dalam bidang perencanaan konservasi dan
sejenisnya.
Kriteria dan tanggung jawab tenaga ahli dalam pekerjaan “Penilaian
Kinerja dan AKNOP Daerah Irigasi Rawa Jagebob” adalah sebagai berikut
:

Ketua Tim (Ahli Sungai), 1 (satu) orang :


Tugas dan tanggung jawab Ketua Tim (Ahli Sungai) :
Menyiapkan Program kerja.
Mengkoordinasi internal Tim untuk seluruh kegiatan.
Memberi petunjuk dan pengarahan ke seluruh anggota tim sesuai
bidang tugasnya.
Melakukan mekanisme kerja eksternal dengan Pihak Direksi.
Menjalankan tugas keseluruhan secara menerus dan koordinatif.
Mengidentifikasi permasalahan OP.
Menyusun AKNOP Sungai sesuai dengan skala prioritas.
Juru Ukur, 1 (satu) orang :
Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur :
Melakukan survey lapangan, mengetahui dengan jelas situasi dan
kondisi lapangan, memeriksa pengambilan data lapangan, hasil peta
situasi, profil melintang, memanjang terhadap akurasi data dan
gambar yang disajikan.
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
menyangkut survey pengukuran.

Laporan Pendahuluan V -> 5


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
Melaksanakan diskusi horisontal dengan anggota tim lainnya yang
terkait dengan bidangnya untuk menjamin agar hasil pekerjaan
komprkehensif dan terpadu.
Membantu Team Leader dalam penyusunan laporan-laporan yang
terkait dengan bidang keahliannya dan berpartisipasi dalam diskusi
yang diadakan.
Administrasi, 1 (satu) orang :
Tugas dan tanggung jawab Tenaga Administrasi :
Membantu Team dalam proses administrasi, surat-menyurat, dan
koordinasi dengan balai terkait.
Tenaga Lokal, 4 (empat) orang :
Tugas dan tanggung jawab Tenaga Lokal :
Membantu Juru Ukur dalam pelaksanaan survey dan kegiatan-
kegiatan yang menyangkut survey pengukuran dilapangan.

5.4. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI


Seperti diketahui, bahwa keberadaan dan ketepatan penempatan tenaga
ahli sangat menentukan suatu keberhasilan proyek, ini berarti penentuan
kapan para Tenaga Ahli mulai bekerja merupakan hal yang sangat
penting, karena ketidak tepatan waktu bagi para Tenaga Ahli dapat
menimbulkan pemborosan dana dan beresiko terhadap penyelesaian
pekerjaan.

Dalam hal keperluan jumlah tenaga personil yang dibutuhkan, khususnya


untuk Tenaga Ahli, Proyek secara cermat dan jelas sudah memberikan
kebutuhan yang diperlukan, sedangkan jumlah bulan orang (man month)
yang dibutuhkan tergantung dari hasil analisa teknis yang dilakukan
sendiri oleh Konsultan, dan hasilnya adalah seperti yang digambarkan
pada Jadual Penugasan Personil.

5.5. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Total waktu pelaksanaan pekerjaan telah ditetapkan selama 2 (dua)
bulan atau 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), sehingga Konsultan

Laporan Pendahuluan V -> 6


PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP
DAERAH IRIGASI RAWA JAGEBOB
dalam menghitung kebutuhan dan jadual pelaksanaan pekerjaan
mengacu kepada total waktu yang telah ditetapkan tersebut.

Jadual pelaksanaan pekerjaan disusun mengacu pada total waktu


pelaksanaan pekerjaan yang telah dialokasikan di dalam Kerangka Acuan
Kerja, kapasitas kerja normal personil dan bagan alir proses pelaksanaan
pekerjaan serta ruang lingkup dan volume pekerjaan.

Laporan Pendahuluan V -> 7

Anda mungkin juga menyukai