Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN STUDI RUANG SOSIAL KAMPUNG KOTA

KECAMATAN MEDAN LABUHAN

ARSITEKTUR DAN ANTROPOLOGI


DOSEN PEMBIMBING:
WAHYUNI ZAHRAH, ST, MT.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
200406040 ELSA DWI FEBRIYANTI
200406094 RIFA LISLY SANTIKA
200406100 SARA VANEZA RACHMAWATI
200406109 NAOMI CLAUDIA NAPITUPULU
200406138 GRACE SYALOMITA NAINGGOLAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T.A 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
METODE KERJA....................................................................................................................5
2.1 Metode Kerja..................................................................................................................5
2.2 Tinjauan Pustaka............................................................................................................ 5
2.2.1 Studi Pustaka Kampung Kota............................................................................... 5
2.2.2 Studi Pustaka Ruang Sosial...................................................................................7
BAB III...................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 8
3.1 Karakteristik Kampung Kota Kawasan Studi................................................................ 8
3.2 Profil Responden.......................................................................................................... 11
3.2.1 Naskah Wawancara............................................................................................. 12
3.2.2 Kuesioner yang Diajukan.................................................................................... 20
3.2.3 Profil Bangunan...................................................................................................28
3.3 Aktivitas Sosial Pada Unit Bangunan.......................................................................... 33
3.3.1 Analisa Ruang Sosial Unit Bangunan................................................................. 33
3.3.2 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Fungsi Interaksi Sosial....................... 42
3.3.3. Analisis Deskripsi Ruang................................................................................... 49
3.4 Aktivitas Sosial Pada Unit Kawasan............................................................................ 50
3.4.1 Analisis Kawasan................................................................................................ 50
3.4.2 Analisa Sirkulasi................................................................................................. 50
3.4.3 Intensitas Antar Warga........................................................................................ 51
3.4.4 Pihak Terkait........................................................................................................53
3.4.5 Makna..................................................................................................................53
BAB IV.................................................................................................................................... 55
PENUTUP............................................................................................................................... 55
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................55
4.2 Saran.............................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................57
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kampung kota merupakan permukiman padat penduduk yang berada di tengah


perkotaan. Kampung berisi sekelompok manusia yang sebagian besar penduduk miskin,
menyediakan huniannya sendiri, mengontrol lingkungan, dan bersifat gotong royong yang
tinggi untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Setiawan, 2010). Secara fisik, kampung kota
yang identik dengan ketidakteraturan yang terjadi hingga menimbulkan kondisi kumuh.
Namun, sebagian besar kampung kota memiliki ciri khas berdasarkan sejarah kawasannya
(Nursyahbani dan Pigawati, 2015). Kampung kota merupakan permukiman padat penduduk
yang berada di tengah perkotaan. Kampung kota memiliki bentuk pemukiman berada di
wilayah perkotaan dengan kelekatan ciri khas yaitu penduduk bersifat dan berperilaku seperti
di pedesaan; kondisi bentuk fisik dan lingkungan yang kurang baik dan tidak beraturan;
kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggi serta memiliki pola guna lahan campuran
(Nursyahbani dan Pigawati, 2015). Kampung kota juga merupakan suatu lingkungan tempat
tinggal dengan kepadatan yang tinggi dan terdiri atas kumpulan rumah dengan jenis semi
permanen, tidak memiliki halaman rumah yang cukup, dan prasarana fisik lingkungan yang
tidak memadai (Sujarto, 1980 dalam Widjaja, 2013). Kampung kota merupakan suatu
kawasan di perkotaan yang memiliki kondisi bangunan yang padat dan tidak teratur, memiliki
pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan memiliki budaya yang masih
khas yaitu budaya gotong royong, akrab dan rasa kebersamaan antar penghuninya.
Survei ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakter dan makna ruang sosial, ruang
publik dan ruang privat dari sudut pandang masyarakat kampung kota pada unit rumah dan
kawasan permukiman, serta menggali proses penciptaan ruang sosial, ruang privat dan publik
pada kampung kota/permukiman tidak terencana di Medan. Melalui survei ini, kami ingin
memahami bagaimana kualitas fisik ruang di kampung kota memengaruhi kehidupan
sehari-hari penduduk dan bagaimana hal ini berkaitan dengan interaksi sosial dalam ruang
tersebut.
Metode yang digunakan pada survei ini adalah metode pengumpulan data primer dan
sekunder. Dimana data primer diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada penduduk
kampung kota yang menjadi responden dalam penelitian ini. Kuesioner tersebut berfokus
pada pengalaman dan persepsi pengguna terhadap kualitas fisik ruang, termasuk tata letak,
desain arsitektur, material bangunan, pencahayaan, akustik, dan elemen-elemen visual
lainnya. Sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung analisis dengan
memanfaatkan sumber informasi terkait kampung kota dan karakteristik fisik ruangnya.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif dianalisis secara statistik dengan menggunakan teknik seperti frekuensi,
persentase, dan analisis relasi antar variabel. Sedangkan data kualitatif dianalisis melalui
proses pengkodean, kategorisasi, dan interpretasi konteks.
Hasil daripada survei ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang kualitas fisik ruang di kampung kota dan dampaknya terhadap interaksi
sosial. Informasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan kebijakan dan strategi yang
sesuai dalam meningkatkan kualitas hidup dan keberlanjutan kampung kota. Selain itu, hasil
survei ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan kontribusi pengetahuan
terhadap studi kampung kota, perencanaan perkotaan, dan desain ruang yang inklusif dan
berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tata letak, desain arsitektur, dan karakteristik fisik ruang di kampung kota?
2. Bagaimana kualitas fisik ruang di kampung kota mempengaruhi interaksi sosial dan
hubungan antara penduduk?
3. Bagaimana persepsi dan pengalaman penduduk terhadap kualitas fisik ruang di
kampung kota?
4. Bagaimana peran dan fungsi ruang terbuka publik dalam kampung kota, dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat?
5. Apa dampak kualitas fisik ruang yang kurang baik terhadap kehidupan sehari-hari dan
kesejahteraan penduduk di kampung kota?

1.3 Tujuan

1. Mengeksplorasi karakter dan makna ruang sosial, ruang publik dan ruang privat dari
sudut pandang masyarakat kampung kota pada unit rumah dan kawasan permukiman
2. Memetakan, merekam, menyajikan ekspresi ruang dan bentuk ruang sosial, ruang
privat dan ruang publik pada kawasan studi
3. Menggali proses penciptaan ruang sosial, ruang privat dan publik pada kampung
kota/permukiman tidak terencana di Medan
BAB II

METODE KERJA

2.1 Metode Kerja

Metode survei yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data terkait kualitas fisik
ruang dalam kampung kota meliputi:
1. Kuesioner terstruktur dan terbuka: Mempersiapkan kuesioner dengan pertanyaan
terstruktur dan terbuka tentang kualitas fisik ruang di kampung kota.
2. Pemilihan sampel: Menentukan sampel responden yang mewakili populasi penduduk
kampung kota secara proporsional.
3. Pengumpulan data: Menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah dipilih, baik
melalui survei langsung maupun melalui media online.
4. Wawancara: Melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang persepsi dan pengalaman mereka terkait
kualitas fisik ruang.
5. Observasi visual: Mengamati secara seksama ruang-ruang di kampung kota yang
menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data yang relevan.
6. Analisis data: Melakukan analisis statistik untuk data kuantitatif dan analisis tematik
untuk data kualitatif.
7. Interpretasi dan kesimpulan: Menginterpretasikan temuan yang ditemukan dan buat
kesimpulan berdasarkan analisis data yang relevan.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Studi Pustaka Kampung Kota

Kampung merupakan satu terminologi khas Indonesia yang menggambarkan satuan


ruang permukiman di dalam kota yang menurut Funo (1996, 2018) memiliki ciri-ciri antara
lain :
1. Terdiri dari 3 kategori; kampung kota, kampung pinggir kota dan kampung kawasan
rural ;
2. Heterogen, dari aspek sosial budaya ekonomi ;
3. Merupakan satu dunia otonom terdiri tidak hanya hunian, merupakan area produksi
dan konsumsi sekaligus; sirkulasi barang tidak sederhana, produksi dan konsumsi bisa
berlangsung dalam sistem tertutup di dalam kampung, semua aktivitas bisa dilakukan
di dalam kampung;
4. Merupakan masyarakat yang memiliki pelayanan yang baik, masyarakat dapat
memperoleh barang dan jasa di dalam kampungnya sendiri
5. Memiliki tradisi kerjasama/paguyuban: gotong-royong, arisan, dll;
6. Memelihara budaya tradisional, permukiman yang memiliki tradisi vernakular;
7. Hubungan kepemilikan kompleks, antara hukum adat dan hukum kolonial.

Dalam sistem perekonomian kota-kota di Indonesia yang cenderung dikuasai oleh


kapitalis, kampung menempatkan diri sebagai satu entitas hybrid, yang ada sekaligus tiada
(tidak merefleksikan teori perencanaan), tidak formal tapi mendukung aktivitas formal, apa
yang disebut dalam istilah middling urbanism oleh Kusno (2019) .
Dengan karakter-karakter di atas, kampung juga memperlihatkan dimensi spasial yang
khas, utamanya percampuran fungsi dan teritori ruang yang bisa berlangsung secara tumpang
tindih dan atau terdistribusi pada ruang-ruang rumah dan kawasan (Yatmo dan Yatmo dan
Atmoadiwirjo, 2013). Salah satu yang menjadi keunikan masyarakat kampung kota adalah
tetap terpeliharanya budaya tradisional, di antaranya yang paling kuat adalah interaksi sosial
dan gotong-royong. Aktivitas sosialisasi masyarakat kampung, baik yang bersifat rutin
ataupun insidentil, terorganisir maupun spontan, intensitasnya lebih tinggi dibanding
kawasan-kawasan permukiman kota yang terencana (Nasution dan Zahrah, 2016). Budaya ini
bisa dipastikan menempati ruang dengan satu set kondisi fisik dan konteks sosialnya
(Seamon, 2017).
Mengingat tradisi kampung yang cenderung variatif tergantung tempat dan waktu,
masih dibutuhkan eksplorasi yang lebih luas 2 dari berbagai tempat dan masyarakat yang
berbeda, terkait strategi perwujudan ruang yang memenuhi kebutuhan sosial dan individu
masyarakat kampung (Yatmo dan Atmoadiwirjo, 2013).
Studi ini bermaksud untuk mengeksplorasi makna, proses dan wujud ruang sosial,
ruang publik dan ruang privat pada kampung kota di Medan, Indonesia. Hasil eksplorasi
diharapkan memperkuat dan memperkaya khazanah pengetahuan tentang bagaimana proses,
makna dan perwujudan ruang dalam konteks kampung kota, yang bermanfaat bagi arsitek,
akademisi, Pemerintah dan masyarakat luas, terkait teori, praktek dan kebijakan perencanaan
dan perancangan ruang kota dan permukiman, khususnya kampung kota.
2.2.2 Studi Pustaka Ruang Sosial

Menurut Rapoport (1977) ruang sosial (socio space) adalah ruang yang digunakan
oleh suatu kelompok sosial yang mencerminkan pola tingkah laku dan persepsi mereka.
Ruang sosial yang terbentuk merupakan wadah bagi masyarakat dalam melakukan “aktivitas
sosial”, dalam ruang ini terjadi interaksi antar masyarakat dengan lingkungannya. Ruang
yang terjadi merupakan hasil dari proses sosial yang mewakili karakteristik masyarakat
pencipta dan pemakainya.
Dalam melihat dan memahami socio space pada suatu lingkungan, maka terlebih
dahulu harus mengetahui bagaimana masyarakat memahami lingkungannya. Karena hal ini
tidak terlepas dari pengaruh latar belakang sosial-ekonomi, budaya masyarakat pemakainya.
Setiap orang sesuai dengan karakteristiknya akan memiliki persepsi masing-masing terhadap
ruang yang ada untuk dapat mempelajari faktor sosial dalam masyarakat. Rapoport (1977)
membagi faktor sosial tersebut ke dalam 7 (tujuh) kategori, yaitu:
1. Kenyamanan ruang (comfortable space);
2. Ruang terpakai (usable space),
3. Pendukung aktivitas (activity support),
4. Interaksi antar kelompok,
5. Simbol kepemilikan (symbolic ownership),
6. Territorial; dan
7. Kontrol sosial.
Rapoport (1982), membagi elemen ruang dalam arsitektur menjadi tiga macam, yakni fixed,
semifixed, dan non fixed element.
1. Fixed element atau elemen tetap; yaitu elemen ruang yang statis dan tidak
mudah untuk dipindah, seperti dinding, lantai atau atap.
2. Semi fixed element merupakan elemen ruang yang mudah untuk digeser atau
dipindahkan, misalnya perabot, tirai atau pot.
3. Sementara non fixed element lebih terkait dengan manusia sebagai pengguna
ruang, misalnya gerakan dan gestur tubuh manusia.
Tata letak fixed dan semi fixed element dapat berpengaruh pada kualitas ruang dan perilaku
manusia yang menggunakan ruang atau lingkungan tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Kampung Kota Kawasan Studi

Lokasi kampung kota yang dijadikan kawasan studi berada di Jalan Jermal Raya
Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Medan, Sumatera Utara. Sebagai kelurahan
terluas di Kecamatan Medan Labuhan karakteristik kampung kota dalam kawasan studi dapat
bervariasi tergantung pada konteks geografis, budaya, dan sosial tertentu. Berikut adalah
beberapa karakteristik yang ada dalam kampung kota dalam kawasan studi:
1. Kepadatan Penduduk
Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan merupakan kawasan yang ramai
penduduk dengan jumlah yang dapat dilihat pada tabel. Hampir seluruh wilayah
dipenuhi oleh rumah penduduk dan beberapa fasilitas sosial.
Tabel Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut
Kelurahan Tahun 2018

Kelurahan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan


(Jiwa) (Km2) Penduduk per Km2

Besar 36.844 6.000 6.140,67

Tangkahan 22.260 6.005 3.706,91

Martubung 17.388 8.000 2.173,50

Sei Mati 15.299 12.870 1.188,73

Pekan Labuhan 20.634 3.600 5.731,67

Nelayan Indah 8.436 4.800 1.757,50

Jumlah 120.861 41.275 2.928,19

2017 119.509 41,275 2.895,43

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan


2. Heterogenitas Penduduk
Kelurahan Sei Mati terdiri atas agama, pekerjaan dan suku yang beragam, yang
menjadikan setiap kawasan memiliki karakter tertentu.
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kelurahan Tahun 2018

Kelurahan Islam Kristen Katolik Budha Hindu Jumlah

Besar 28.839 992 10.200 805 15 41.851

Tangkahan 15.895 662 6.326 2 0 22.884

Martubung 11.873 69 2.142 4.344 5 18.398

Sei Mati 8.466 416 5.985 977 4 15.848

Pekan Labuhan 15.082 4.142 228 1.625 5 27.434

Nelayan Indah 9.694 0 63 0 0 9.757

Jumlah 90.849 6.281 29.944 7.753 29 136.172

2017 94.752 34.605 8.008 2.030 85 139.480

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Tabel Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 2018

Kelurahan Nelayan Pedagang Pensiun Lainnya


(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

Besar 116 2.427 531 9.546

Tangkahan 168 993 49 1.692

Martubung 154 1.259 163 3.489

Sei Mati 2.146 752 2.384 2.716

Pekan Labuhan 1.435 1.524 272 9.612

Nelayan Indah 1.147 726 24 2.483


Jumlah 5.166 7.681 3.323 29.538

2015 5.166 7.681 3.323 29.538

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan


3. Kekompakan Permukiman
Kampung kota biasanya memiliki struktur permukiman yang kompak dengan
rumah-rumah yang berdekatan satu sama lain. Ruang terbatas dalam kampung kota
menyebabkan rumah-rumah cenderung saling berdekatan, dan terkadang terlihat
adanya kepadatan vertikal seperti rumah bertingkat.

Gambar 1. Lorong Jalan Jermal Raya


Sumber : Dokumentasi
4. Jaringan Sosial
Kampung kota seringkali memiliki jaringan sosial yang kuat di antara penduduknya.
Hubungan sosial yang erat antar warga kampung kota dapat terjalin melalui interaksi
sehari-hari, kegiatan komunal, dan ikatan kekerabatan.Mulai dari rasa bertetangga
hingga kekeluargaan yang erat karena sudah berada dilingkungan yang sama selama
puluhan tahun.

Gambar 2. Interaksi Sosial di Lingkungan maupun di Rumah


Sumber : Dokumentasi pribadi
5. Keberagaman Fungsi Ruang
Ruang di kampung kota seringkali digunakan untuk berbagai fungsi. Selain tempat
tinggal, kampung kota juga dapat menjadi tempat perdagangan, usaha mikro, aktivitas
komunal, dan pusat kegiatan sosial dan budaya.

Gambar 3. Fungsi ruang sebagai tempat berdagang dan kegiatan budaya


Sumber : Dokumentasi pribadi

3.2 Profil Responden

A. Responden 1

Gambar 4. Dokumentasi dengan Responden 1


Sumber : Dokumentasi pribadi
● Terjadinya Wawancara
Tempat : Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Medan, Sumut
Tanggal : Selasa, 16 Mei 2023
Waktu : 12.45 WIB
● Biodata Narasumber
Nama : Jasmer
No Hp/WA :-
Etnis : Padang
Alamat : Jalan Jermal Raya Lingkungan 16 Lorong 6
Kelurahan : Sei Mati
Kecamatan : Medan Labuhan
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendapatan rata-rata : < 2 juta
B. Responden 2

Gambar 4. Dokumentasi dengan Responden 2


Sumber : Dokumentasi pribadi
● Terjadinya Wawancara
Tempat : Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Medan, Sumut
Tanggal : Selasa, 16 Mei 2023
Waktu : 10.00 WIB
● Biodata Narasumber
Nama : Mariance Br. Tarihoran
No Hp/WA : 081370257190
Etnis : Batak Tapanuli
Alamat : Jalan Jermal Raya Lingkungan 17 Batang Bugis
Kelurahan : Sei Mati
Kecamatan : Medan Labuhan
Umur : 62 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendapatan rata-rata : < 2 juta (Tidak menentu)

3.2.1 Naskah Wawancara

A. Responden 1
Keterangan:
P = Pewawancara N = Narasumber
P : Apa fungsi utama bangunan ini?
N :Rumah saja, namun dulu pernah membuka usaha (menjual mi sop, nasi goreng, dll)
sekarang enggak lagi
P :Berapa orang yang tinggal di rumah ini?
N :Empat orang, menantu, cucu, anak
P :Tahun berapa bangunan ini didirikan?
N :Tahun 1975
P :Tinggal dibangunan ini sejak tahun?
N :Tahun 1975
P :Berapa lantai bangunan ini?
N :Satu lantai
P :Apakah bangunan ini milik sendiri?
N :Iya milik sendiri
P :Apakah bangunan ini di desain pakai jasa arsitek atau tidak?
N :Nggak, pakai pekerja bangunan aja/ jasa tukang
P :Berarti membangun bangunan ini sendiri?
N :Iya membangun sendiri
P :Apa pernah dilakukan renovasi?
N :Pernah, dulu awalnya rumah orang tua/ rumah pusaka. Sesudah orang tau almarhum,
diwariskan sama nenek terus dibagi ke adek-adek nenek
P :Bagian apa saja yang direnovasi?
N :Semua, karena awalnya rumah ini satu pintu. Namun karena ada anak, rumah
dibongkar dan dibagi 3 untuk anak
P :Ruang apa saja yang ada di bangunan ini?
N :Teras, ruang tamu merangkap ruang keluarga karena rumah kecil, ruang makan
merangkap di ruang tamu juga, kamar mandi satu, dapur, kamar tidur satu, nenek aja
diluar tidur
P :Apakah rumah ini sudah lengkap pertama kali sesuai keinginan nenek?
N :Tidak
P :Berapa persen perubahan ruang yang dilakukan?
N :Semua
P :Siapa yang berperan dalam menyusun tata letak ruangan rumah ini?
N :Anak- anak nenek
P :Seberapa sering nenek berkumpul bersama anggota keluarga di dalam rumah?
N :Setiap hari
P :Di ruang mana paling sering berkumpul ?
N :Di ruang tamu
P :Aktivitas apa saja yang dilakukan kalau berkumpul?
N :Makan, nyanyi, ngobrol
P :Apa makna kegiatan berkumpul bersama keluarga bagi nenek?
N :Menyambung silaturahmi biar panjang usia
P :Seberapa akrab nenek dengan anggota keluarga?
N :Sangat akrab,
P :Seberapa sering tamu/ kunjungan orang lain ke rumah?
N :Sesekali
P :Di ruang mana menerima tamu?
N :Di ruang tamu, teras, lebih enak bisa lesehan
P :Ruang mana saja yang bisa dimasuki tamu?
N :Ruang tamu, kamar mandi
P :Organisasi sosial apa yang nenek ikuti?
N :STM
P :Berapa orang anggota STM ?
N :70 KK
P :Seberapa nenek ikut STM?
N :Sering, sudah terikat dan kewajiban. Kalau ada kemalangan disitu kami membantu
P :Kegiatan apa saja yang dilakukan di STM?
N :Membantu orang kemalangan, kenduri, pesta ulang tahun
P :Dimana biasanya dilakukan ?
N :Di rumah masing-masing anggota, dan di ruang tamu
P :Berapa banyak yang biasanya ikut kegiatan tersebut?
N :Semua anggota
P :Seberapa banyak nenek mengenal tetangga/ warga kampung disini?
N :Hampir semua, apalagi dulu sempat berjualan
P :Seberapa akrab dengan tetangga/ warga kampung?
N :Sangat akrab
P :Kegiatan apa yang dilakukan saat berinteraksi dengan tetangga/ warga kampung?
N :Ngobrol pada saat berbelanja pagi di tempat Mamak Tiur
P :Di tempat mana saja di dalam kampung bertemu/ berkumpul dengan tetangga/ warga
kampung?
N :Kedai Mak Tiur, di jalan, halaman rumah
P :Apakah pernah menyelenggarakan ritual kematian di rumah ini?
N :Belum pernah
P :Apakah pernah menyelenggarakan kenduri? Kenduri apa saja?
N :Pernah, berdoa, lahiran
P :Ruang yang dipakai saat kenduri?
N :Ruang tamu, dapur yang paling utama, kamar mandi untuk cuci piring, teras,
halaman rumah
P :Bagaimana proses persiapan saat kenduri?
N :Masak untuk dibagi, mempersiapkan tratak, kursi, untuk sekitar 200 orang
P :Seberapa banyak tetangga terlibat dalam persiapan/ penyelenggaraan pesta?
N :2 lorong terlibat, karena rame untuk memasak
P :Ruang apa saja yang digunakan untuk kegiatan pesta?
N :Ruang tamu, halaman depan, teras tetangga, halaman tetangga juga, memasak nasi,
cuci piring, lapangan kosong
P :Apa makna/ peran penting interaksi sosial dengan masyarakat bagi nenek?
N :Sangat penting, karena kita saling membutuhkan mau kemalangan, mau pesta kita
membutuhkan tetangga, jadi baik-baik ajalah semua
P :Jika bisa memilih menyelenggarakan pesta lebih suka di rumah sendiri atau di
gedung pertemuan? Apa alasannya?
N :Kalau rumah kecil seperti ini gak ngerti juga, tapi kalau bisa memilih, lebih suka di
rumah. Sekarang pelaminan bisa di luar, Karena di rumah keakraban, dan kekeluargaan lebih
besar daripada di gedung. Tidak ada bercanda gurau bersama, kita cuman membayar. Masuk
bersih, pulang kotor itu urusan mereka.Tapi kalau kita di rumah,sambil bekerja bisa sambil
ngobrol. Keakraban itu lebih penuh.

B. Responden 2
Keterangan:
P = Pewawancara N = Narasumber
P : Apa fungsi utama bangunan ini? Apakah sekaligus tempat jualan opung?
N : Enggak, khusus rumah saja
P : Yang tinggal di rumah ini? Keluarga inti berapa orang opung?
N : 10 orang, anak, menantu, keponakan dan cucu
P : Bangunan ini didirikan tahun berapa opung?
N : Sudah 50 tahun yang lalu, kira-kita tahun 1970
P : Tinggal di bangunan ini sejak tahun ?
N : Kira-kira sekitar tahun 1996
P : Berapa lantai bangunan ini?
N : Satu lantai
P : Kepemilikan bangunan ini milik sendiri atau bagaimana opung?
N : Dulu bapak bekerja buruh sawit disini, jadi disuruh pekerja nya kami tinggal disini.
Setelah tua dan gak kuat lagi bekerja, tetap kami diberi numpang. Lebih tepatnya hanya
menempati
P : Apa mendesain bangunan ini menggunakan jasa arsitek?
N : Tidak tahu, karena tinggal menempati saja
P : Bangunan ini diperoleh dengan membangun sendiri atau bagaimana opung?
N : Tinggal menempati saja, karena diberikan izin untuk menempati rumah ini dari
tempat bekerja
P : Apakah pernah dilakukan renovasi di rumah ini opung?
N : Ini masih bawaannya ini, tidak pernah
P : Ruangan yang ada dibangunan ini apa aja opung?
N : Teras 2,5 meter, ruang tamu sekaligus ruang keluarga 4x4 meter, dapur, kamar tidur
3, kamar mandi luar (air sumur) 1, gudang 1
P : Waktu opung menempati rumah ini, ruangan yang ada apakah sudah sesuai
keinginan opung?
N : Sebenarnya bukan sesuai keinginan kita, karena namanya kita sudah tinggal
menempati yang sudah dibangun. Namun setelah itu ada ditambah kamar sedikit yang kecil,
untuk satu tempat tidur. Awalnya rumah ini untuk 2 rumah tangga, sehingga ada sekat dan
dapur ada di bagian depan dekat teras. Namun karena pekerjaannya sudah keluar jadi untuk
opung dan dibuat dapur, gudang dan kamar di belakang.
P : Seberapa sering opung berkumpul anggota keluarga di dalam rumah?
N : Setiap hari
P : Di ruang mana opung paling sering berkumpul?
N : Ruang tamu dan kalau makan bersama pun di ruang tamu tidak pernah di dapur
P : Aktivitas apa saja yang dilakukan saat berkumpul dengan anggota keluarga?
N : Makan bersama, bercerita- cerita, nonton TV, tapi kalau siang jarang karena ambil
kesibukan masing-masing yang jaga kambing, ngurus ayam hanya berkumpul malam
hari saja
P : Apa makna/ arti kegiatan berkumpul bersama keluarga bagi opung?
N : Semua yang namanya berkumpul kan senang lah hati kita, jadi seandainya kalau ada
keributan disana kita risau, kadang kita suruh panggil anakmu (cucu) masuk rumah.Apalagi
letak rumah di pelosok gini
P : Jadi opung sangat akrab dengan anggota keluarga?
N : Iya, sangat akrab kami
P : Seberapa sering tamu berkunjung kesini opung?
N : Kalau adek opung/ adek sewali (dari bapak), sering baik dari pihak suami datang
dari Siantar.
P : Apakah setiap hari opung?
N : Mau 2 kali seminggu
P : Jadi apabila ada tamu, ruang mana yang boleh dimasuki?
N : Ruang keluarga, disini kita berkumpul. Dapur juga boleh, karena sudah keluarga.
Kamar tidur pun boleh dipakai, karena mereka pun tahu hati kita, jadi tidak sungkan-sungkan
P : Organisasi sosial kemasyarakatan apa yang opung ikuti?
N : STM, perwiritan bapak masih aktif, opung gini karena sakit dulu mamak sama abang
jadi saya permisi dulu lah udah 2 tahun karena capek. Perwiritan biasanya sekali seminggu.
P : Berapa orang anggota STM itu opung?
N : Lebih kurang 100 kk
P : Kalau perwiritan berapa orang anggotanya opung?
N : Dulu masih ada 50 kk, kalau sekarang sudah tidak tahu lagi karena sudah dua tahun
tidak ikut
P : Seberapa sering melakukan kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan yang diikuti?
N : Dalam dua tahun ini enggak ikut, cuman kalau ada pesta-pesta tetap ikut, ada acara
tetap ikut.
P : Apakah organisasi tersebut memiliki kegiatan rutin?
N : Sekali seminggu perwiritan, STM sempat sekali sebulan, sekarang sudah satu kali
setahun merayakan ulang tahun
P : Apa saja kegiatan di STM opung?
N : Ulang tahun, partangiangan sekali sebulan
P : Dimana berlangsungnya kegiatan itu?
N : Di lorong
P : Seberapa banyak opung mengenal tetangga/ warga kampung disini?
N : Separuh sei mati ini sudah kenal, hampir semua apalagi opung sudah 30 tahun disini
P : Kegiatan apa yang paling sering kalau berkumpul bersama tetangga?
N : Ya cerita-cerita tentang keluhan di rumah tangga, ekonomi, apalagi zaman sekarang
sulit ekonomi, “anakku gini kali lah”, “gak ada uang ku” gitu lah kira-kira
P : Dimana opung berkumpul?
N : Kalau jumpa kawan di jalan, kalau datang orang jualan, waktu berbelanja, duduk
sebentar atau hata batak nya ‘sangga pajumpang” / papasan.
P : Apakah opung pernah menyelenggarakan ritual kematian disini?
N : Iya pernah, mamak, adek, abang juga karena stroke
P : Ruang-ruang yang dipakai teras dan ruang keluarga berarti ya opung?
N : Iya
P : Apakah rumah tetangga ikut digunakan ?
N : Tidak, karena sendiri disini dan halaman kita sudah luas jadi sudah cukup
P : Pernahkah opung melakukan kenduri disini?
N : Ya kalau perwiritan, kalau pas giliran kita
P : Ruang yang dipakai ruang keluarga saja ya opung?
N : Iya ini aja
P : Kekmana proses persiapannya opung?
N : Kadang masak mi, gelar tikar, memberi sedekah dengan memberi makan orang.
Kalau rame bisa digunakan teras
P : Apakah opung pernah menyelenggarakan pesta pernikahan disini?
N : Tidak belum, tapi mangadati disini pestanya/ utang adat. Kalau orang Batak,
walaupun sudah tua kan mangadati itu. Pesta adat batak setelah tua baru mangadati,
mengesahkan suami istri secara adat. Acaranya biasanya makan, tidak ke gereja lagi kalau
kristen
P : Pesta seperti itu, kira-kira berapa orang opung?
N : Kira-kira 200 orang
P : Pesta nya di luar, jadi kalau masak memakai dapur?
N : Nggak semua diluar, masak pakai tungku, acaranya pun dibuat di luar. Ruang tamu
juga terbuka, siapa yang mau duduk, duduk aja, namanya pun mau mangulosi, parkir juga di
halaman, rumah tetangga dipakai untuk mandi/ kamar mandi, tidur, tetangga sudah oke
P : Menurut opung seberapa penting bersosial sama tetangga?
N : Ya penting, namanya kita tetap butuh pertolongan orang. Seperti STM (Serikat
Tolong-Menolong) suatu saat kan butuh kita pertolongan itulah senangnya. Seandainya kita
kalau apa-apa pun tetangga yang kasih kabar ke orang tua kita. Kalau bisa jangan lah sampai
musuhan.
P : Misal ada pesta, opung secara pribadi lebih suka di rumah atau di wisma?
N : Sebenarnya lebih sukanya di rumah diadakan, kadang-kadang sebenarnya bagusan di
rumah kita/lingkungan kita, lebih enak, terjangkau, lebih hemat daripada menyewa, tetangga
juga bisa ikut terlibat.
3.2.2 Kuesioner yang Diajukan

A. Responden 1
B. Responden 2
3.2.3 Profil Bangunan

A. Responden 1
1. Data Hasil Survey
Regulasi :
- Lokasi : Jl. Jermal Raya Lingkungan 16, Lorong 6 - Luas Site : 44 m2
- Luas Bangunan : 11 x 4 m
Batasan Wilayah :
- Utara : Rumah Tinggal
- Timur : Rumah Tinggal
- Selatan : Rumah Tinggal
- Barat : Warung dan Rumah Tinggal

2. Site Plan

Gambar 6. Site Plan


Sumber : Cadmapper
3. Denah

Gambar 7. Denah responden 1


Sumber : Autocad

4. Tampak

Gambar 8. Tampak Depan


Sumber : Sketchup

Gambar 9. Tampak Belakang


Sumber : Sketchup

Gambar 10. Tampak Samping Kanan


Sumber : Sketchup

Gambar 11. Tampak Samping Kiri


Sumber : Sketchup

B. Responden 2
1. Data Hasil Survey
Regulasi :
- Lokasi : Jl. Jermal Raya Lingkungan 17, Batang Bugis - Luas Site : m2
- Luas Bangunan : 11 x 9 m
Batasan Wilayah :
- Utara : Kamar Mandi
- Timur : Lahan Kosong
- Selatan : Rumah Tinggal
- Barat : Lahan Kosong

2. Site Plan
Gambar 12. Site Plan
Sumber : Cadmapper

3. Denah

Gambar 13. Denah responden 2


Sumber : Autocad

4. Tampak
Gambar14 . Tampak Depan
Sumber : Sketchup

Gambar15. Tampak Belakang


Sumber : Sketchup

Gambar 16. Tampak Samping Kanan


Sumber : Sketchup

Gambar 17. Tampak Samping Kiri


Sumber : Sketchup
3.3 Aktivitas Sosial Pada Unit Bangunan

3.3.1 Analisa Ruang Sosial Unit Bangunan

A. Responden 1
1. Ruang tamu/ ruang keluarga
Luas ruangan : 12m²
Fungsi :

● Sebagai tempat berkumpul bersama anggota keluarga di dalam rumah

Anggota keluarga berkumpul setiap hari di ruang ini pada malam hari untuk makan
malam bersama yang biasanya dilakukan lesehan di lantai sambil menonton televisi

● Sebagai tempat menerima tamu di dalam rumah.

Biasanya tamu dipersilahkan duduk di sofa yang sudah disediakan.

● Sebagai tempat kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan

Biasanya jika ada kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan, seperti kenduri dan
wirid, dilakukan lesehan di lantai dengan alas tikar dan sofa-sofa yang ada di ruang ini
diangkat dan dipindahkan sementara ke rumah sebelah atau rumah tetangga depan.

Gambar 18. Ruang tamu sebagai tempat menerima tamu di dalam rumah
Sumber : Dokumentasi pribadi

Bukaan

Pintu utama yang menjadi akses utama untuk masuk ke dalam rumah dan langsung menuju
ke ruang sosial dari rumah ini.
Gambar 19. Pintu
Sumber : Dokumentasi pribadi

Jendela pada ruang ini terletak di sebelah kanan dan kiri pintu utama, masing-masing terdiri
dari 1 daun jendela.

Gambar 20. Jendela


Sumber : Dokumentasi pribadi

Ventilasi ini terletak di atas pintu utama dan kedua jendela

Gambar 21. Ventilasi


Sumber : Dokumentasi pribadi

Pencahayaan

Selain bukaan, lampu ini menjadi satu-satunya sumber pencahayaan pada ruang ini terutama
pada malam hari, terletak di bagian tengah plafon ruangan.
Gambar 22. Lampu
Sumber : Dokumentasi pribadi
View
View yang dapat dilihat dari ruang ini melalui jendela dan pintu adalah jalan dan rumah
tetangga depan.

Gambar 23. View dari ruang sosial di dalam rumah


Sumber : Dokumentasi pribadi

Perabotan

Gambar 24. Perabotan di ruang sosial


Sumber : Dokumentasi pribadi
Material Interior

Seluruh dinding pada rumah ini merupakan dinding tembok yang berbahan dasar batu bata
plesteran yang di cat kuning pada ruang sosial di dalam rumah.
Gambar 26. Dinding
Sumber : Dokumentasi pribadi

Seluruh ruangan pada rumah ini menggunakan plafon dengan material asbes.

Gambar 27. Plafon


Sumber : Dokumentasi pribadi

Semua lantai rumah menggunakan keramik, namun motifnya berbeda pada dapur. Muali dari
teras, ruang tamu/ ruang keluarga hingga koridor menuju dapur menggunakan motif marble
coklat dengan aksen yang kuat, sedangkan motif lantai dapur berwarna putih gading dengan
aksen yang lebih kalem.

Gambar 28. Lantai


Sumber : Dokumentasi pribadi
2. Teras
Luas ruangan : 6m²
Fungsi :

● Sebagai tempat cadangan ketika ruang tamu sudah penuh ketika ada acara sosial
kemasyarakatan
● Sebagai tempat bagi tamu lain untuk menunggu ketika masih ada tamu di ruang tamu
● Sebagai tempat bagi anggota keluarga duduk-duduk bercengkrama dengan para
tetangga

Gambar 29. Teras


Sumber : Dokumentasi pribadi

B. Responden 2
1. Ruang tamu/ ruang keluarga
Luas ruangan : 30,25m²

Fungsi :

● Sebagai tempat berkumpul bersama anggota keluarga di dalam rumah


Anggota keluarga berkumpul setiap hari di ruang ini pada malam hari untuk makan
malam bersama yang biasanya dilakukan lesehan di lantai, menonton televisi atau
hanya sekedar rebahan di kasur yang sudah disediakan di depan televisi.

● Sebagai tempat menerima tamu di dalam rumah.

Biasanya tamu dipersilahkan duduk di area dekat pintu utama di kursi yang hanya
disediakan ketika tamu datang.

● Sebagai tempat kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan

Biasanya jika ada kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan, seperti kenduri dan
wirid, dilakukan lesehan di lantai dengan alas tikar dan kasur yang ada di ruang ini
diangkat dan dipindahkan sementara ke dapur.

Bukaan

Pintu utama yang menjadi akses utama untuk masuk ke dalam rumah dan langsung menuju
ke ruang sosial dari rumah ini.

Gambar 32. Pintu


Sumber : Dokumentasi pribadi
Satu-satunya jendela pada ruang ini terletak di sebelah pintu utama, terdapat 3 daun jendela
salah satunya sudah ditutup menggunakan papan.

Gambar 33. Jendela


Sumber : Dokumentasi pribadi

Ventilasi yang terletak di atas pintu utama dan di atas jendela.

Gambar 34. Ventilasi


Sumber : Dokumentasi pribadi

Pencahayaan
Selain bukaan, lampu ini menjadi satu-satunya sumber pencahayaan pada ruang ini terutama
pada malam hari, terletak di bagian tengah plafon ruangan.

Gambar 35. Lampu


Sumber : Dokumentasi pribadi
View
View yang dapat dilihat dari ruang ini melalui jendela dan pintu adalah bagian halaman depan
yang terdapat beberapa kandang bekas, furniture bekas, pepohonan dan potongan kayu-kayu.

Gambar 36. View dari ruang sosial


Sumber : Dokumentasi pribadi

Furnitur/ Perabotan

Gambar 37. Perabotan


Sumber : Dokumentasi pribadi

Material interior

Dinding

Dinding bagian depan yang langsung berbatasan dengan ruang luar, materialnya terdiri dari 2
bahan, yaitu pada bagian bawah merupakan dinding tembok setinggi 80 cm dan sisanya
merupakan dinding kayu. Dinding bagian dalam yang berbatasan langsung dengan
ruang-ruang yang lain, seperti kamar, terbuat dari papan kayu yang lebih tipis jika
dibandingkan dengan dinding kayu yang berbatasan langsung dengan ruang luar.
Gambar 38. Dinding
Sumber : Dokumentasi pribadi
Lantai

Pada semua ruang di rumah, lantainya berbahan dasar semen.

Gambar 39. Lantai


Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Teras
Luas ruang : 18m²

Fungsi :

● Sebagai tempat cadangan ketika ruang tamu sudah penuh ketika ada acara sosial
kemasyarakatan
● Sebagai tempat bagi tamu lain untuk menunggu ketika masih ada tamu di ruang tamu.
● Sebagai tempat bagi anggota keluarga beristirahat sejenak pada siang atau sore hari
ketika selesai mengurus hewan peliharaan atau kegiatan lain yang dilakukan di
halaman depan

3. Halaman depan

Fungsi :
● Sebagai ruang bagi anggota keluarga melakukan beberapa pekerjaan bersama pekerja
lain
● Sebagai ruang untuk menempatkan kandang hewan peliharaan
● Sebagai ruang bagi salah seorang “homeless” bernama Ade untuk beristirahat di siang
hari
● Sebagai ruang untuk melakukan acara pesta adat

3.3.2 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Fungsi Interaksi Sosial

Responden 1 (Kapasitas 4 orang)

Ruang Sifat Ruang Aktivitas


Teras Publik ● Anggota keluarga
bercengkrama
dengan tetangga
● Tamu lain menunggu
ketika masih ada
tamu di dalam
● Wirid, kenduri
Ruang Tamu/ Ruang Keluarga Publik ● Anggota keluarga
menonton televisi
● Anggota keluarga
makan
● Anggota keluarga
menerima tamu
● Wirid, kenduri
● Anggota keluarga
bercengkrama
dengan tamu

Gambar 43. Ruang tamu/ ruang keluarga


Sumber : Dokumentasi pribadi

Dapur Semi Publik ● Anggota keluarga


dan tetangga masak
● Ibu mencuci baju
● Anggota keluarga
mencuci piring
Gambar 44. Dapur
Sumber : Dokumentasi pribadi

Kamar Mandi Semi Publik ● Anggota keluarga


mandi
● Anggota keluarga,
tetangga dan tamu
buang air
● Tetangga dan tamu
cuci muka dan cuci
kaki
Gambar 45. Kamar mandi
Sumber : Dokumentasi pribadi

Ruang Jemur Privat ● Anggota keluarga


menjemur baju

Gambar 46. Ruang jemur


Sumber : Dokumentasi pribadi
Kamar Tidur Semi publik ● Anggota keluarga
beristirahat/ tidur
● Cucu belajar
● Cucu bermain
dengan anak
tetangga

Gambar 47. Kamar tidur


Sumber : Dokumentasi pribadi

Responden 2 (Kapasitas 10 orang)

Ruang Sifat Ruang Aktivitas

Halaman Depan Publik ● Anggota keluarga


melakukan pekerjaan
dengan anggota
keluarga lain
● Anggota keluarga
mengurus ternak
kambing
● Seorang “homeless”
bernama Ade
beristirahat di siang
hari
● Acara adat

Gambar 48. Halaman depan


Sumber : Dokumentasi pribadi
Sumber : Dokumentasi pribadi

Teras Publik ● Anggota keluarga


dan pekerja lain
beristirahat sejenak
setelah bekerja
● Tamu lain menunggu
ketika masih ada
tamu di dalam
● Wirid, kenduri
● Acara adat

Gambar 49. Teras


Sumber : Dokumentasi pribadi

Ruang Tamu dan Ruang Keluarga Semi Publik ● Anggota keluarga


menonton
● Anggota keluarga
makan bersama
● Anggota keluarga
beristirahat sejenak
di malam hari
sebelum tidur di
kamar
masing-masing
● Anggota keluarga
Gambar 50. Ruang tamu/ ruang keluarga menerima tamu
Sumber : Dokumentasi pribadi
● Wirid, kenduri
● Upacara adat

Dapur Semi Publik ● Anggota keluarga


masak
Gambar 51. Dapur
Sumber : Dokumentasi pribadi

Kamar Mandi Semi Publik ● Anggota keluarga


mandi
● Anggota keluarga
dan tamu buang air
● Ibu mencuci baju
● Anak mencuci piring

Gambar 52. Kamar mandi


Sumber : Dokumentasi pribadi

Gudang Semi Publik ● Menyimpan barang


perlengkapan
pekerjaan dan pakan
ternak
Kamar Tidur Semi publik ● Anggota keluarga
tidur

3.3.3. Analisis Deskripsi Ruang

Responden 1

Responden 2
3.4 Aktivitas Sosial Pada Unit Kawasan

3.4.1 Analisis Kawasan

Gambar 54. Rencana Blok


Sumber : Cadmapper

Kawasan terletak di Jalan Jermal Raya, Kel. Sei Mati, Kec. Medan Labuhan yang
merupakan kawasan kampung kota dengan penduduk yang cukup padat. Kawasan ini
terletak di dalam gang. Lingkungan rumah warga cukup padat dan ramai sehingga banyak
aktivitas sosial yang terjadi di daerah ini.

3.4.2 Analisa Sirkulasi

Gambar 55. Rencana Blok


Sumber : Cadmapper

Berdasarkan gambar diatas, jenis sirkulasi jalan yang dipakai pada kawasan ini
merupakan sirkulasi tipe grid.

3.4.3 Intensitas Antar Warga

Gambar 56. Rencana Blok


Sumber : Cadmapper

Intensitas penggunaan ruang sosial pada kawasan ini cukup sering. Ruang yang biasa
dipakai untuk kegiatan sosial adalah gereja, musholla, kedai/tempat jual beli dan rumah
warga yang mengadakan acara untuk aktivitas sosial (seperti pengajian, wirid, pesta
pernikahan, dll).

Berdasarkan survey di tempat, dapat diuraikan beberapa kegiatan sosial yang paling
sering dilakukan warga sekitar, yaitu:
- Kegiatan berkumpul
Durasi dari kegiatan berkumpul cukup bervariasi, biasanya waktu yang dibutuhkan
untuk berkumpul bersama adalah sekitar 2-3 jam atau lebih. Dan frekuensi kegiatan
berkumpul tidak terlalu sering, hanya ketika ada acara atau kegiatan besar saja.

Gambar 57. Kegiatan masyarakat berkumpul


Sumber : Dokumentasi pribadi
- Kegiatan jual beli
Durasi dari kegiatan jual beli yaitu sekitar 15 menit sampai dengan 1 jam tergantung
oleh apa yang diperjualbelikan. Frekuensi kegiatan jual beli yaitu sering karena
kegiatan ini merupakan kegiatan primer.
● Warung Mak Tiur Sijabat
PMGM+2W4, Lor.7 Sei Mati, Kec. Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara
20252

Gambar 58. Warung Mak Tiur Sijabat


Sumber : Dokumentasi Pribadi
- Kegiatan beribadah
Durasi untuk aktivitas beribadah kira-kira memakan waktu sekitar 2 jam. Frekuensi
kegiatan beribadah adalah sering karena ini merupakan kegiatan rutinitas dan
kewajiban.
● Mushollah Al-Osmani Batang Bugis
Lor. 12 Sei Mati, Kec. Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara 20252

Gambar 59. Mushollah Al-Osmani Batang Bugis


Sumber : Dokumentasi Pribadi

● Gereja HKBP Immanuel Ressort Medan Nauli


PMGP+FC9, Jalan Gereja, Sei Mati, Kec. Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera
Utara 20252
● Masjid Al-Mujahirin
Jalan Jermal Raya, Lorong 1 No.Kel, Sei Mati, Kec. Medan Labuhan, Kota Medan,
Sumatera Utara 20252

Gambar 60. Masjid Al-Mujahirin


Sumber : Dokumentasi Pribadi
- Kegiatan duduk bersantai
Durasi kegiatan duduk bersantai kurang lebih memakan waktu 1-2 jam. Frekuensi
kegiatan ini adalah sering karena warga di kawasan ini sangatlah akrab dan selalu
melakukan interaksi sosial setiap harinya.

3.4.4 Pihak Terkait

Pihak yang terlibat dalam aktivitas ruang sosial di kawasan kampung kota di Jalan
Jermal Raya, Kel. Sei Mati, Kec. Medan Labuhan ini adalah seluruh warga yang tinggal pada
kawasan ini. Aktivitas sosial berupa keikutsertaan dalam berorganisasi seperti STM (Serikat
Tolong Menolong), mengikuti kegiatan pengajian, wirid, mengadakan pesta pernikahan, dan
lain sebagainya dilakukan bersama-sama oleh warga pada kawasan ini. Kegiatan sosial di
kampung kota ini dapat dikatakan sangat aktif karena hubungan ketetanggaan cukup akrab
dan tidak individualis.

3.4.5 Makna

Berdasarkan hasil analisis ruang sosial pada kawasan permukiman kampung kota, ada
4 wujud interaksi sosial masyarakat yaitu interaksi sosial berkumpul, jual beli, beribadah dan
duduk bersantai. Yang pertama, terdapat interaksi sosial berkumpul yaitu kegiatan berkumpul
yang dilakukan oleh setiap warga pada waktu atau acara tertentu. Kedua, wujud interaksi
sosial jual beli yang meliputi membeli dan membayar. Kemudian wujud interaksi sosial
beribadah yang meliputi beribadah, beristirahat dan berinteraksi. Dan wujud interaksi sosial
duduk bersantai yang meliputi duduk santai, makan/minum, berbincang dan lain sebagainya.

Kontak dan interaksi sosial yang terjadi secara tidak sadar dapat menimbulkan makna
sosial yaitu keterikatan/hubungan yang erat antar tetangga dan dapat menciptakan kawasan
kampung kota yang rukun dan damai.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi kawasan kampung kota di Jalan Jermal Raya, Sei Mati, Medan
Labuhan, Medan, Sumut yang telah dilakukan dapat disimpulkan setiap unit kawasan
maupun unit bangunan memiliki ruang sosial, ruang privat, dan ruang publik. Ruang-ruang
yang tercipta dipengaruhi banyak aspek terutama aspek sosial dan budaya.
Ruang sosial yang terbentuk dipengaruhi oleh letak rumah penduduk yang masih
berdekatan satu sama lain tanpa ada halaman yang luas dan dibatasi pagar. Aspek budaya
yang masih kental di kawasan kampung kota, membuat rasa gotong royong dan silaturahmi
antar warga masih kental terlihat baik ketika ada pesta atau acara yang bersifat budaya seperti
pesta pernikahan, kenduri dan lainnya.
Ruang privat terbentuk karena adanya kebutuhan privasi yang lebih tinggi dalam
suatu ruang dalam unit kawasan maupun unit bangunan yang dapat dilihat pada ruang tidur.
Ruang publik juga dapat ditemui baik dalam unit kawasan maupun unit bangunan.
Pada unit kawasan dapat dilihat pada ruang-ruang berjualan di kawasan kampung kota.
Sedangkan pada unit kawasan dapat dilihat pada ruang tamu yang kebanyakan juga berfungsi
sebagai ruang keluarga dan ruang makan. Ruang-ruang tersebut dijadikan tempat untuk
mengobrol, makan, bernyanyi, berkumpul dengan keluarga dan menerima tamu. Aspek
budaya yang biasa berkumpul dengan keluarga mempengaruhi ukuran, pencahayaan,
penghawaan pada ruang tersebut.
Sehingga, dalam kawasan kampung kota di Jalan Jermal Raya bisa dilihat masih
eratnya rasa kekeluargaan antar tetangga maupun antar warga. Acara-acara seperti pesta
pernikahan, kenduri maupun STM merupakan kegiatan yang memperkuat ikatan tersebut.
Mereka lebih memilih melaksanakan kegiatan tersebut di rumah karena kekeluargaan lebih
terasa dan lebih menghemat biaya.

4.2 Saran

1. Pengelolaan ruang sosial: Diperlukan pengelolaan yang baik terhadap ruang sosial
dalam kampung kota untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan penduduk dan
keterbatasan ruang. Perencanaan yang baik, penggunaan lahan yang efisien, dan
peningkatan infrastruktur yang mendukung akan membantu mengoptimalkan ruang
sosial dalam kampung kota.
2. Pemberdayaan komunitas: Melibatkan penduduk dan komunitas lokal dalam
pengelolaan dan pengembangan ruang sosial sangat penting. Pemberdayaan
komunitas dapat dilakukan melalui partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan,
pengorganisasian kegiatan sosial, dan pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan.
3. Pelestarian identitas lokal: Dalam mengembangkan kampung kota, penting untuk
mempertahankan dan memperkuat identitas lokal. Melalui pelestarian tradisi, budaya,
dan warisan lokal, kampung kota dapat menjadi tempat yang khas dan menarik bagi
penduduk dan wisatawan.
4. Peningkatan kualitas ruang: Diperlukan perhatian terhadap kualitas ruang sosial
dalam kampung kota. Pembangunan ruang publik yang nyaman, ramah lingkungan,
dan estetis akan meningkatkan kualitas hidup penduduk serta meningkatkan kegiatan
sosial dan interaksi antar individu.
5. Pemberdayaan ekonomi lokal: Pengembangan ekonomi lokal dapat menjadi sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk kampung kota. Dukungan terhadap
usaha mikro, pengembangan koperasi, dan pelatihan keterampilan akan membantu
meningkatkan kesempatan kerja dan penghasilan penduduk.
DAFTAR PUSTAKA

Rapoport, Amos.1969.House Form and Culture. USA:Prentice-Hall,Inc.


Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2019. Kecamatan Medan Labuhan dalam Angka
2019. Medan : Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Anda mungkin juga menyukai