Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIKUM

SOSIOLOGI PEDESAAN

DESA : JETIS
KECAMATAN : JUWIRING
KABUPATEN : KLATEN

Disusun oleh:
Sadam Fadhil Muhammad
H0820109

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN


PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan yang dilaksanakan pada tanggal 14-


22 November 2020 di Dusun Getas Desa Jetis Kecamatan Juwiring Kabupaten
Klaten dinyatakan telah memenuhi syarat.

Disusun dan diajukan oleh :

Sadam Fadhil Muhammad H0820109

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Co-Asisten

Dr. Sapja Anantanyu, S.P., M.Si. Yulia Hernan Puspita


NIP. 196812271994031002 NIM. H0418088

Mengetahui :
Ketua Laboratorium Sosiologi Pedesaan

Dr. Ir. Sugihardjo, MS


NIP. 95903051985031004

ii
INTISARI

Sadam Fadhil Muhammad. 2020. Laporan Praktikum Sosiologi


Pedesaan 2020 di Desa Getas, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.
Kegiatan praktikum mata kuliah Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk melatih
mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan
hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kekosmopolitan petani, kelembagaan
pedesaan, pola komunikasi, organisasi sosial, konflik sosial dan adat istiadat yang
ada.
Metode dasar yang digunakan pada Kegiatan praktikum mata kuliah
Sosiologi Pedesaan merupakan latihan penelitian dengan menggunakan metode
dasar deskriptif analisis. Menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, dan pencatatan data yang diperlukan. Terdapat dua jenis dan
sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan
adalah metode deskriptif. Metode pelaksanaan yang dilakukan dalam pengumpulan
data ada 3 macam yaitu wawancara, observasi, dan pencatatan.
Hasil yang didapat diketahui bahwa kata Jetis diambil dari dua kata bahasa
Jawa yaitu dipijet mletis, artinya ditekan keras penuh berisi. Letak geografi Desa
Jetis berada oada dataran rendah dengan rata-rata suhu udara 300 C dengan luas
1.333.134 Ha. Jumlah penduduk berjumlah Laki-laki 1.143 dan perempuan 1.235.
Untuk organisasi sosial yang ada hanya sinoman dan PKK. Penguasaan Tanah
hanya terdapat penguasaan tanah kepemilikan pribadi dan tanah bengkok untuk
para pejabat desa yang dipergunakan sebagai gaji selama mereka menduduki
jabatan. Stratifikasi sosial yang ada yaitu ada 3 meliputi tingkat keluarga sejahtera,
tingkat keluarga sejahtera 1 atau sedang, dan tingkat pra keluarga sejahtera. Konflik
sosial yang terjadi di desa ini tidak ada dan sangat minim sekali mengingat
masyarakat yang harmonis dan tidak suka mencari masalah. Sikap masyarakat
sangatlah apatis terhadap lingkungan dan kurangnya interaksi terjadi di dukuh ini.
Pada dukuh tersebut kebudayaan-kebudayaan masyarakat sudah mulai luntur dan
banyak ditinggalkan.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Sosiologi
Pedesaan ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai mata kuliah
Sosiologi Pedesaan sekaligus diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
Sosiologi Pedesaan. Sebelum laporan ini di susun, penyusun telah melakukan
praktikum diDesa Jetis, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten dengan baik dan
lancar.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing
penulis.
3. Kepala Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten yang telah
memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa Jetis.
4. Co-Assisten Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini.
Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, Desember 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
INTISARI .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum ............................................................................ 1
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...................................................... 2
II. METODE PENELITIANN .................................................................. 3
A. Metode Dasar Praktikum .................................................................. 3
B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 3
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 3
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 5
A. Keadaan Umum............................................................................... 5
1. Sejarah Desa ............................................................................... 5
2. Kondisi Geografis Desa .............................................................. 6
3. Kependudukan Desa ................................................................... 6
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ...................................... 9
5. Sarana dan Prasarana Desa........................................................ 10
6. Organisasi Sosial di Desa .......................................................... 11
7. Penguasaan Tanah di Desa ........................................................ 11
8. Stratifikasi Sosial di Desa ......................................................... 12
9. Konflik Sosial di Desa .............................................................. 14
10. Kebudayaan di Desa ................................................................. 15
B. Karakteristik Responden ............................................................... 16
1. Identitas Keluarga Responden ................................................... 16
2. Perilaku Responden Dalam Mencari Nafkah ............................. 16
3. Kelembagaan Hubugan Kerja Luar Pertanian ............................ 17
4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani ........................ 17
5. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan ............................................. 17
6. Hubungan Kerja Agraris ........................................................... 18
7. Kosmopolitan ........................................................................... 19
C. Dampak Covid-19 terhadap Keadaan Petani .................................. 20
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
V. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
VI. LAMPIRAN ...........................................................................................

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ...................................... 10


Gambar 3.2 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan ................................... 13
Gambar 3.3 Stratifikasi Berdasarkan Status Petani ......................................... 14
Gambar 3.4 Denah Rumah Tempat Tinggal Masyarakat Desa ........................ 15

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi pedesaan merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang
berkembang setelah adanya perhatian masyarakat di bidang pertanian. Sosiologi
pedesaan adalah studi yang mempelajari kehidupan masyarakat dipedesaan
mengenai perilaku, struktur sosial, organisasi sosial, lembaga, adat, kebiasaan dan
perubahan sosial serta bagaimana memecahkan persoalan di pedesaan. Secara
umum sosiologi pedesaan mempelajari tentang masyarakat dalam keseluruhan
hubungan sosial antara individu dalam masyarakat, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan masyarakat, baik formal maupun material.
Penting sekali dipahami untuk setiap masyaratkat pedesaan karena sosiologi
pedesaan mampu menjelaskan definisi, memberi batasan obyek, dan membentuk
indikator sosial yang baik. Praktikum ini meneliti tentang sejarah desa, kondisi
geografis desa, kependudukan (1 tahun terakhir), struktur organisasi pemerintahan
desa, sarana dan prasarana, organisasi Sosial, penguasaan tanah, stratifikasi sosial,
konflik sosial, kebudaayaan. Sosiologi pedesaan secara khusus menyusun ajaran
mengenai hubungan sesama manusia dan perilaku kehidupan manusia. Melalui
sosiologi pedesaan kita dapat mengenal lebih dalam tentang perilaku masyarakat
desa, lembaga sosial, adat istiadat, kelembagaan hubungan kerja pertanian dan luar
pertanian, kekosmopolotian organisasi sosial, pola komunikasi, serta konflik sosial.
Dengan praktikan yang telah dilaksanakan, hasil yang diinginkan kami
sebagai pelaksana praktikum mengharap agar dapat mengetahui pola kajian
masyarakat pedesaan. Pengetahuan mengenai kondisi sosial masyarakat pedesaan
yang kami kaji dapat semoga dapat membantu pelaksanaan pembangunan di
pedesaan secara terarah dan lebih baik. Pada desa yang kami teliti diharapkan
masyarakat desa dapat memahami kemajuan dan perkembangan desa ke arah yang
lebih baik dan maju untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan desa mereka.

B. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum mata kuliah Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk melatih
mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan

1
2

hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kekosmopolitan petani, kelembagaan


pedesaan, pola komunikasi, organisasi sosial, konflik sosial dan adat istiadat.

C. Waktu dan tempat Pelaksanaan


Praktikum sosiologi pedesaan dilaksanakan pada tanggal 14 – 20 November
2020, yang dilaksanakan di Desa Jetis dan mencari data responden kuisioner petani
dan tokoh masyarakat dengan lokasi Dukuh Getas Desa Jetis Kecamatan Juwiring
Kabupaten Klaten di rumah petani dan Ketua RT.
II. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Praktikum


Pada dasarnya pelaksanaan praktikum ini merupakan latihan penelitian
dengan menggunakan metode dasar deskriptif analisis, yaitu metode yang
memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan
bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam
konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
sesuai dengan ketentuan dan urutan yang berlaku agar data laporan dapat terkumpul
dengan akurat dan sesuai dengan data yang di tinjau. Dalam laporan praktikum
dapat dilakkan dengan mencari data terlebih terlebih dahulu sebelum memasukkan
data. Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data ada 3 macam yaitu sebagai
berikut.
1. Wawancara, mahasiswa mendatangani informan dengan berpegang pada
kuisioner yang telah tersedia. Informan dalam kegiatan praktikum ini meliputi 1
petani dan 1 tokoh masyarakat. Data penunjang dapat diperoleh dari masyarakat,
baik mengenai sejarah desa maupun fenomena sosial yang ada.
2. Observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung atas keadaan
masyarakat maupun responden serta keadaan yang terjadi di daerah praktikum.
3. Pencatatan data-data yang diperlukan terutama monografi desa.
C. Jenis dan Sumber Data
Untuk melakukan pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
dengan langsung mencari data di lapangan maupun dengan melihat data yang sudah
jadi atau profil data pada instansi atau kantor. Sumber data pada profil data bisa
berupa data wilayah yang akan kita kaji, sedangkan data di lapangan berupa
kuisioner yang dapat kita minta datanya secara langsung. Jenis dan sumber data
yang ada untuk melakukan praktikum dan laporan praktikum yaitu sebagai berikut.
a) Data Primer : data yang diperoleh secara langsung dari petani dan tokoh
masyarakat dengan wawancara menggunakan kuisioner.

3
4

b) Data Sekunder : data yang diambil dengan cara mencatat langsung data yang
ada di instansi terkait, yaitu data monografi atau profil desa.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada kasus
tertentu mahasiswa dapat menulis secara lebih mendalam dan komprehensif, oleh
karena itu disarankan mahasiswa untuk menggali data lebih mendalam melalui
indepth interview. Penjelasan berdasarkan teori-teori atau hasil penelitian yang
relevan.
III. HASIL DAN ANALISIS HASIL

A. Keadaan Umum

1. Sejarah Desa
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau yang
benar-benar terjadi, sistematis, kronologis, dan memiliki manfaat bagi masyarakat
sebagai kelanjutan dalam kehidupan kedepan yang lebih baik lagi. Sejarah yang
dihubungkan dengan desa berarti materi yang membahas mengenai peristiwa-
peristiwa masa lampau yang pernah terjadi di desa. Sejarah desa adalah materi yang
menjelaskan tentang asal mula desa tersebut dapat terjadi.
Secara etimologi, kata “desa” berasal dari bahasa Sansekerta, deshi, yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran, oleh karena itu kata “desa” sering
dipahami sebagai tempat atau daerah (sebagai tanah asalnya) tempat penduduk
berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk
mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan kehidupan mereka. Oleh
karena itu, ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat
tinggal, tanah asal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil.
Dengan kata lain, suatu desa ditandai oleh keterikatan warganya terhadap suatu
wilayah tertentu. Keterikatan ini selain untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga
kehidupan mereka. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a
groups of houses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam
pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
Kata Jetis diambil dari dua kata Bahasa Jawa yaitu dipijet mletis, artinya
ditekan keras penuh berisi, tidak kenyal, tidak lembek, sehingga dengan adanya
tekanan atau perintah dia akan mengeluarkan energi/tenaga yang dimilikinya
dengan semaksimal mungkin demi keberhasilan perintah tersebut. Sehingga dengan
pemberian nama Jetis ini diharapkan generasi penerus desa Jetis ini dapat
menanamkan sifat yang tidak ingin menonjolkan diri, namun memiliki kemampuan
yang lebih.

5
6

2. Kondisi Geografis Desa


Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang sangat strategis jika dilihat
dari letak geografisnya. Letak geografis adalah letak suatu negara jika dilihat dari
kenyataannya atau ditinjau dari posisi sebenarnya di permukaan bumi. Pengaruh
letak geografis Indonesia terhadap keadaan alam yaitu Indonesia merupakan negara
kepulauan yang merupakan pertemuan dari dua samudera besar (Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia) dan diapit daratan luas (Benua Asia dan Australia). Berikut
adalah penjabaran letak geografis Desa Jetis Kecamatan Juwiring Kabupaten
Klaten menurut luas dan batas wilayah, kondisi geografis, dan orbitasi atau jarak
dari pusat pemerintahan Desa/Kelurahan.
Pada luas dan batas wilayah desa, Desa Jetis memiliki luas 1.333.134 Ha atau
13.331,34 Km dan batas wilayah sebelah utara yaitu Desa Kenaiban sebelah selatan
yaitu Desa Kupang, sebelah barat yaitu Desa Juwiran dan sebelah timur yaitu Desa
Ketitang. Kondisi Geografis Desa Jetis berapa pada ketinggian tanah dari
permukaan laut setinggi 70 M, dengan jenis topografi dataran rendah yang bersuhu
udara rata-rata 30°C. Orbitasi (Jarak dari pusat pemerintahan Desa/Kelurahan)
yaitu dengan jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan 2,5 Km, jarak dari Ibukota
Kabupaten/Kota 25 Km, jarak dari Ibukota Provinsi 117 Km, jarak dari Ibukota
Negara 800 Km.

3. Kependudukan di Desa
Menurut Hanum et al (2015), Kependudukan atau demografi berasal dari kata
Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang
kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan komposisi
kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu.
Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat kualitatif.
Demografi yang bersifat kuantitatif lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan
statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak
menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif analitik.
Menurut Nurkholis (2018), Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah
antara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Pengukuran ini
perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah dua jenis kelamin baik
7

pada beberapa wilayah (spasial) maupun beberapa waktu (temporal). Pengukuran


rasio jenis kelamin dapat dilakukan berdasarkan jumlah penduduk total, penduduk
umur 0 tahun (sex ratio at birth), dan setiap kelompok umur.
Pengelompokan penduduk terdiri dari berbagai kelompok data, untuk
memudahkan pencarian dan mengetahui data maka dilakukan pengelompokan
berdasarkan kelompoknya. Kelompok data disajikan antara lain penduduk menurut
jenis kelamin, penduduk menurut tingkat pendidikan, penduduk menurut pekerjaan,
dan penduduk menurut agama. Pemerintah desa mendapatkan data tersebut sebagai
monografi desa untuk mengetahuin rasio jenis kelamin, pertumbuhan penduduk,
kepadatan penduduk agar data tersebut sampai kepada pemerintah pusat.

a) Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Kependudukan menurut kelamin dibedakan menjadi 2 yaitu laki-laki dan
perempuan. Untuk jumlah perbandingan antar keduanya akan dicari dengan sex
ratio, selain mencari perbandingan sex ratio dapat digunakan untuk mencari
pertumbuhan penduduk. Sex ratio Desa Jetis terbilang hampir seimbang dengan
jumlah kedua jenis kelamin yang tidak jauh beda.
Kependudukan Desa Jetis terbagi dalam 2 jenis kelamin. Jumlah keduanya
diketahui bahwa jumlah laki-laki berjumlah 1.143 jiwa, dan jumlah perempuan
berjumlah 1.235 jiwa. Pertambahan penduduk di Desa Jetis dapat dihitung
menggunakan rumus P = (L-M) + (I-E) dengan arti jumlah kelahiran per tahun (L)
dikurangi jumlah kematian per tahun (M), kemudian jumlahkan dengan hasil
pengurangan antara jumlah imigran per tahun (I) dengan jumlah emigran per tahun
(E). Menurut monografi desa, data kelahiran di Desa Jetis berjumlah 16 orang,
diantaranya 10 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Data kematian berjumlah 3
orang, diantaranya 2 laki-laki dan 1 perempuan. Jumlah penduduk imigran
sebanyak 11 orang, terdiri dari 6 laki-laki dan 5 perempuan. Jumlah penduduk
emigran sebanyak 11 orang, diantaranya 6 laki-laki dan 5 perempuan. Data di atas
diambil pada akhir waktu 20 November 2020. Berdasarkan jumlah tersebut dan
menggunakan rumus di atas didapat pertambahan penduduk di Desa Jetis, yaitu P
= (16-14) + (2-11) = -11. Persentase angka pertumbuhan penduduk di Desa Jetis
8

Pertumbuhan penduduk total −11


dihitung menggunakan rumus berikut : × 100% = 2.378 ×
jumlah penduduk

100% = -0,004%. Berdasarkan nilai persentase tersebut kasus kematian di Desa


Jetis terjadi lebih banyak dibandingkan kasus kelahiran. Desa Jetis memiliki
penduduk berjumlah 2.378 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 1.143 jiwa dan
perempuan sebanyak 1.235 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut Desa Jetis dapat
digolongkan sebagai desa yang masih sepi atau tidak padat penduduk. Sex ratio
L
dihitung menggunakan rumus × 100. Berdasarkan rumus tersebut, nilai sex ratio
p
1.143
di Desa Jetis secara terperinci ialah sebagai berikut : × 100 = 92,5. Diketahui
1.235

bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 93 penduduk laki-laki sehingga


dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk atau pertumbuhan penduduk
perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki.

b) Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Penduduk dengan tingkat pendidikan dibedakan menjadi 6 tingkatan tamatan
tertinggi menempuh pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah masih saja
menjadi persoalan dalam Desa Jetis karena dengan rendahnya tingkat Pendidikan
maka kesejahteraan warga juga sangat Kurang. Banyaknya buruh tani juga akibat
dari rendahnya tingkat Pendidikan sehingga meyebabkan sulitnya mencari
lapangan kerja sehingga memutuskan untuk menjadi buruh tani.
Pendidikan terakhir masyarakat Desa Jetis sangatlah beragam dan dengan
jumlah yang berbeda beda untuk setiap tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh.
Diketahui bahwa lulusan TK berjumlah 326, lulusan SD berjumlah 574, lulusan
SMP berjumlah 448, lulusan SMA berjumlah 607, lulusan D1-D3 berjumlah 605,
lulusan S1-S3 berjumlah 105. Dari data yang kami dapat dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan di Desa Jetis masih sangatlah rendah dengan masih banyaknya
masyarakat yang tidak bisa menyelesaikan pendidikannya wajib belajar selama 12
tahun sampai dengan tingkat SMA.

c) Penduduk Menurut Pekerjaan


Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan itu Pekerjaan
9

dibutuhkan oleh setiap orang atau masyarakat di seluruh dunia yang sudah siap dan
membutuhkan pekerjaan, pekerjaan dapat menjadi dua macam yaitu pekerjaan yang
dapat menghasilkan barang dan pekerjaan yang dapat menghasilkan jasa. Pada
Desa Jetis juga terdapat data mengenai jenis pekerjaan masyarakat pada data
monografi desa yang terdapat berbagai macam kelompok pekerjaan yang mereka
jalani.
Menurut data monografi yang didapat terdapat berbagai macam jenis
pekerjaan yang ada di Desa Jetis dengan jumlah yang beragam. Data tersebut
terbilang bahwa jumlah pekerjaan PNS berjumlah 28, TNI/POLRI berjumlah 4,
wiraswasta/pedagang berjumlah 28, tani berjumlah 28, tukang berjumlah 23, buruh
tani berjumlah 143, pensiunan berjumlah 38, pemulung berjumlah 5. Dari data
tersebut bahwa diketahui pekerjaan buruh tani mendominasi Desa Jetis dan
TNI/POLRI merupakan pekerjaan minoritas atau dengan jumlah paling sedikit.

d) Jumlah Penduduk Menurut Agama


Indoneia merupakan negara yang beraneka ragam budaya, suku, ras, dan
agama. Tidak heran lagi bahwa adanya keanekaragaman tersebut menjadikan
Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman dan harus menjunjung
tinggi sikap toleransi dan kerukunan. Indonesia terdapat 6 agama yang berada di
dalamnya yang kita ketahui ada islam, protestan, katolik, hindu, buddha, dan
khonghucu, dari ke enam agama tersebut ada 4 jenis agama yang di anut pada Desa
Jetis yaitu sebagai berikut.
Dalam data monografi yang kami peroleh terdapat 4 agama atau kepercayaan
yang berada di Desa Jetis. Agama atau kepercayaan yang ada meliputi islam,
protestan, katholik, hindu dengan jumlah masyarakat islam 2.421, protestan 2,
katholik 2, hindu 3. Berdasarkan data yang didapat dapat diketahui bahwa agama
islam yang mendominasi kepercayaan di Desa Jetis dengan jumlah yang sangat
banyak yaitu mencapai 2,421 jiwa.

4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa


Menurut Lunnenburg (2010), Istilah struktur organisasi mengacu pada pola
yang ditentukan secara formal yang ada antara berbagai unit organisasi. Struktur
10

organisasi biasanya dideskripsikan menggunakan diagram yang dikenal sebagai


bagan organisasi. Diagram tersebut memberikan representasi grafis dari pola
komunikasi formal dalam suatu organisasi. Bagan organisasi menunjukkan
kerangka organisasi, garis besar yang direncanakan secara formal antara individu.
Berikut ini merupakan struktur Desa Jetis yang kami dapatkan menurut tahun
anggaran 2020 atau yang sedang berlaku.
Kepala Desa
Slamet
Witoyo
BP
D
Sekertaris
Desa
Mulyata
Kadus I Kadus II
Sumarso Suwardi

Kasi Kasi Kaur Kaur Kaur Tata Usaha


Kesejahteraan Pemerintahan Keuangan Perencanaan dan Umum
dan pelayanan Sugeng Sumarso Sugeng Syaiful Ahmad.
Syaiful Ahmad. S Ruwihadi Ruwihadi S
Gambar 3.1 Organisasi Pemerintah Desa
5. Sarana dan Prasarana Desa
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Suatu
pemerintahan tentunya memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang dan
membantu segala bentuk aktivitas. Sarana dan prasarana banyak sekali jenisnya,
mulai dari sarana peribadatan sampai dengan transportasi yang pada intinya
berguna untuk menunjang aktivitas masyarakat. Berikut ini merupakan tabel data
sarana dan prasarana Desa Jetis Tahun 2020.
Dalam sarana prasarana Desa Jetis terdapat sarana peribadatan dengan jumlah
masjid 7 dan mushola 5. Sarana kesehatan terdapat 1 balai kesehatan yang
dipergunakan di wilayah Desa Jetis. Sarana pendidikan terdapat 1 TK, 1 SD, dan 1
pondok pesantren. Sarana olahraga dan kesenian terdapat 3 lapangan volley, 2
lapangan bulu tangkis, 8 lapangan tenis meja. Sarana perhubungan terdapat 8 jalan
dusun, 4 jalan desa, 4 jalan ekonomi. Dan yang terakhir sarana transportasi terdapat
998 sepeda, 6 gerobak, 1.375 sepeda motor, 17 mobil pribadi.
11

6. Organisasi Sosial di Desa


Menurut Kurniawan dan Rudiyansjah (2017), organisasi sosial merupakan
wadah partisipasi masyarakat secara lembaga. Pentingnya organisasi sosial
didasarkan pada asumsi bahwa semakin banyak organisasi sosial maka semakin
tinggi partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial sehingga
semakin sedikit permasalahan yang berkembang. Untuk itu perlu
ditumbuhkembangkan bentuk organisasi sosial yang dapat berperan lebih optimal
dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
Organisasi sosial yang berada di Dukuh Getas Desa Jetis Kecamatan Juwiring
Kabupaten Klaten bertujuan untuk melancarkan kegiatan sosial yang ada dan
sebagai panitia acara kegiatan-kegiatan masyarakat dalam rangka meningkatkan
partisipasi dan interaksi antar masyarakat. Jenis kegiatan yang diadakan bisa saja
dari perayaan, bencana, dan keagamaan. Kegiatan dari perayaan bisa berupa
perayaan lomba 17 Agustus untuk setiap tahunnya dan kegiatan sepeda santai
Bersama, untuk yang kedua kegiatan dari bencana bisa berupa pembersihan jalan
dan permukiman yang terkena abu vulkanik, penyemprotan disinfektan pada masa
pandemic, dan menebang pohon yang tumbang menutupi pohon untuk dibersihkan,
untuk yang ketiga dari keagamaan bisa berupa penyembelihan hewan qurban,
membantu kelancaran hajatan atau acara keagamaan yang lainnya Organisasi sosial
yang ada Pada Dukuh ini ada 2 macam yaitu sebagai berikut. Yang pertama yaitu
Sinoman, keanggotaan sinoman meliputi bapak-bapak dan pemuda pemudi dengan
kegiatan membantu kelancaran hajatan, bersih desa dan kegiatan desa seperti
pengadaan lomba 17 Agustus. Yang kedua yaitu PKK, keanggotaan PKK yaitu dari
kalangan ibu-ibu dengan kegiatan yang sama dengan sinoman, yaitu dengan
membantu kelancaran hajatan, kumpulan arisan, dan membantu ikut serta kegiatan
yang di lakukan dukuh.
7. Penguasaan Tanah di Desa
Menurut Winarso (2012), Penguasaan lahan secara adat di pedesaan Jawa
dapat dilihat dari bentuknya, yaitu tanah yasan dan tanah milik komunal. Tanah
yasan adalah tanah yang diperoleh dari pembukaan hutan atau tanah liar untuk
dijadikan tanah garapan, tanah tersebut berasal dari hasil pencetakan/pembukaan
12

dari mereka sendiri atau nenek moyangnya. Dalam UUPA, tanah ini kemudian
diakui sebagai tanah milik perorangan. Pada tanah milik komunal, penguasaan
tanah dimiliki dan dikuasai oleh komunitas desa. Tanah ini dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu tanah gogolan (norowito), tanah titisoro dan tanah bengkok.
Tanah gogolan adalah tanah milik desa yang hak pemanfaatannya dibagi-bagi
kepada sejumlah petani baik secara tetap maupun secara bergiliran tergantung pada
adat masing-masing daerah. Tanah titisoro adalah tanah kas desa yang secara
berkala disakapkan atau disewakan, dan hasilnya menjadi kas desa. Tanah bengkok
adalah tanah milik desa yang diperuntukkan bagi kepala dan aparat desa sebagai
gaji selama mereka menduduki jabatan.
Penguasaan Tanah pada data responden yang diambil hanya terdapat
penguasaan tanah kepemilikan pribadi dengan itu berarti tanah ini termasuk tanah
yasan atau tanah kepemilikan pribadi. Selain tanah yasan ada tanah bengkok untuk
para pejabat desa yang dipergunakan sebagai gaji selama mereka menduduki
jabatan. Jarangnya jenis penguasaan tanah di Dukuh Getas Desa Jetis Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten dikarenakan pemilik tanah pribadi lebih memilih untuk
menggarapnya sendiri dengan maksud hasil pendapatan yang lebih banyak
dibandingkan dengan menyewakan tanah miliknya tersebut.

8. Stratifikasi Sosial di Desa


Menurut Singgih (2010), Stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang
menunjukkan adanya pembedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok sosial
(komunitas) secara bertingkat. Misalnya: dalam komunitas tersebut ada strata
tinggi, strata sedang dan strata rendah. Pembedaan dan pengelompokan ini
didasarkan pada adanya suatu simbol-simbol tertentu yang dianggap berharga atau
atau bernilai secara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi
lainnya dalam suatu kelompok sosial (komunitas). Simbol-simbol tersebut
misalnya, kekayaan, pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan
pekerjaan. Yaitu selama dalam suatu kelompok sosial (komunitas) ada sesuatu yang
dianggap berharga atau bernilai, dan dalam suatu kelompok sosial (komunitas) pasti
ada sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai, maka selama itu pula akan ada
stratifikasi sosial dalam kelompok sosial (komunitas) tersebut.
13

Stratifikasi sosial pada Dukuh Getas Desa Jetis Kecamatan Juwiring


Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 tingkatan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial
yang ada yaitu tingkat keluarga sejahtera, tingkat keluarga sejahtera 1 atau sedang,
dan tingkat pra keluarga sejahtera. Untuk jenis pekerjaan pada tingkat keluarga
sejahtera antara lain bekerja sebagai PNS, TNI/POLRI, wirausaha, dan petani.
Sedangkan untuk jenis pekerjaan pada tingkat keluarga sejahtera 1 atau sedang
antara lain bekerja sebagai pedagang dan petani. Untuk tingkat stratifikasi sosial
yang terakhir yaitu tingkat pra keluarga sejahtera dengan jenis pekerjaan buruh dan
pegawai pabrik.
Pada usahatani juga terdapat stratifikasi sosial berdasarkan pekerjaan mereka
pada. Untuk yang pertama stratifikasi sosial pada usaha tani yaitu sebagai penyewa
lahan dengan jumlah persentase 5%, selanjutnya yang kedua yaitu sebagai buruh
tani dengan jumlah persentase 35%, dan yang terakhir yaitu sebagai pemilik
sekaligus penggarap lahan dengan jumlah persentase 60%. Perbedaan stratifikasi
tersebut dapat terjadi karena banyak faktor, antara lain faktor kepemilikan, faktor
modal, faktor pengalaman dan masih banyak lagi.

Keluarga
Sejahtera

Keluarga
Sejahtera 1

Pra
Keluarga
Sejahtera
Gambar 3.2 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan
14

5%
Penyewa

35%
Buruh tani

60%
Pemilik
penggarap

Gambar 3.3 Stratifikasi Sosisal Berdasarkan Status Petani

9. Konflik Sosial di Desa


Menurut Suherman (2018), Konflik berasal dari kata kerja latin configure,
yang berarti saling memukul.Yang dimaksud dengan konflik sosial adalah salah
satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam
masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan,
hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu
proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relatif
sama terhadap hal yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah
persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-benturan fisik baik dalam skala
kecil maupun dalam skala besar.
Dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau
perbedaan yang belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang
memberikan pengaruh positif dan ada pula yang negatif didalam interaksi manusia.
Dalam masyarakat pedesaan terdapat interaksi yang mungkin saja dapat
menyebabkan konflik sosial antar masyarakat. Data yang diperoleh untuk Dukuh
Getas Desa Jetis Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten dengan responden yang di
minta keterangan menjelaskan tentang adamya konflik sosial bahwa tidak ada
satupun konflik sosial yang terjadi di dukuh tersebut, baik konflik internal
masyarakat, konflik antar masyarakat, konflik masyarakat lokal dengan dunia
usaha, maupun konflik masyarakat lokal dengan pemerintah.
15

10. Kebudaayaan di Desa


Menurut Irianto (2017), Kebudayaan dilihat sebagai identitas kultural
masyarakat pendukungnya yang berfungsi secara sosial dan ritual. Kebudayaan
tradisional ini juga dipercaya masyarakat pendukungmya tidak sekadar sebagai
hiburan yang menciptakan kegembiraan, namun ia juga menjadi media yang
mampu memfasilitasi doa dan harapan mereka. Kendatipun penyajian kebudayaan
tradisional saat ini mengalami perubahan berbagai gaya dan variasi, namun secara
fungsional hal itu merupakan bentuk strategi adaptif masyarakat pendukung dalam
mempertahankan dan melestarikan kebudayaan tradisional.
Sikap masyarakat yang apatis terhadap lingkungan dan kurangnya interaksi
terjadi di dukuh ini. Pada dukuh tersebut kebudayaan-kebudayaan masyarakat
sudah mulai luntur dan banyak ditinggalkan karena berbagai macam faktor yang
mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dan sikap pada
masyarakat tersebut yaitu karena banyak pemuda yang berimigrasi meninggalkan
desa sehingga para orang tua tidak bisa mengajarkan kebudayaan tersebut kepada
penerusnya, selanjutnya dengan perkembangan modernisasi mengakibatkan pola
perilaku dan sikap menjadi kurang interaksi dan menjadi memiliki sikap egois yang
tinggi akan individualisme masing-masing masyarakat.

Gambar 3.4 Denah Rumah Tempat Tinggal Masyarakat Desa


16

B. Karakteristik Responden

1. Identitas Keluarga Responden


Nama responden Mulyana yang berumur 47 tahun dengan pendidikan
terakhir responden 12 atau lulusan SMA, status petani yaitu Pemilik lahan, dengan
anggota keluarga berada dalam satu rumah yang terdiri dari istri yang bernama Nur
Hidayati yang berumur 48 tahun dengan pendidikan terakhir 12 atau lulusan SMA
yang bekerja sebagai ibu rumahtangga, selanjutnya ada anak pertama yang bernama
Muh. Andika yang berumur 21 tahun dengan pendidikan terakhir 12 atau lulusan
SMA dengan status belum memiliki pekerjaan tetap dan membantu Mulyana
bertani, dan yang terakhir anak kedua yang bernama Syahrul Ramadani yang
berumur 8 tahun dengan pendidikan SD yang masih dijalaninya yaitu kelas 3 SD
yang belum memiliki pekerjaan atau masih menjadi siswa pelajar.

2. Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah


Yang diartikan hidup cukup oleh responden adalah dengan asal bisa makan,
membeli pakaian, mempunyai rumah, dan bisa menyekolahkan anak. Dalam
mencari nafkah responden memiliki keinginan untuk memiliki seuatu (menaikkan
status dengan membeli tanah, rumah, barang-barang sekunder, dan ibadah haji).
Selain usaha untuk mencekupi hidup dan memenuhi keinginannya, responden
mencari tambahan penghasilan dengan berusaha/bekerja di bidang lain. Responden
ingin memperbaiki nasib yang lebih baik untuk menyekolahkan anak agar dapat
lancar dan sukses dalam pendidikannya.
Responden berorientasi atau berpedoman pada dirinya sendiri pada saat
mencari nafkah. Pada saat menerapkan inovasinya responden langsung menerapkan
inovasi dalam usahataninya karena agar usahatani dapat lebih baik dengan adanya
perubahan. Pada saat mengambil keputusan responden tidak pernah melibatkan
orang lain kecuali usaha dirinya sendiri. Responden bekerja mencari nafkah dalam
usahataninya dengan mengutamakan kerjasama dengan warga desa. Pendapatan
responden dipergunakan untuk tabungan masadepan. Responden menabung dalam
bentuk membeli transportasi dan perhiasan emas untuk disimpan dan akan dijual
kembali saat membutuhkannya. Tujuan responden menabung adalah untuk
17

pendidikan anaknya, karena menurutnya investasi terbesar adalah anak dan agar
anak mendapatkan bekal ilmu untuk kehidupan yang tercukupi. Responden
melakukan investasi pada alat usaha pertanian yaitu traktor, karena selain dapat
dipergunakan responden juga dapat menyewakan traktor tersebut kepada petani
lain. Dalam kehidupan responden apabila ada seseorang mendapatkan sumbangan
dia boleh saja membalas dan boleh saja tidak membalas karena tidak ada sanksi.
Bila membalas sumbangan, responden boleh memberi lebih sedikit dari sumbangan
yang diterima karena tidak ada sanksi dan saling memberi bantuan berdasarkan
keikhlasan. Dalam melakukan kegiatan panen responden menjualnya dengan cara
menebaskan kepada orang lain, sehingga hasil panen langsung dapat terjual.

3. Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian


Selain Bertani responden juga bekerja sebagai sekertaris desa dengan gaji
hasil dari pengelolaan lahan sawah. Untuk pendapatan setiap harinya bisa mencapai
Rp.200.000,00 dan pendapatan pertahunnya bisa mencapai Rp.72.000.000,00.
Motivasi responden bekerja di luar pertanian yaitu untuk menyekolahkan anak
sampai setinggi-tingginya dan dapat sukses di masa mendatang

4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani


Pekerjaan orangtua responden tersebut adalah seorang petani sama seperti
dirinya. Dalam usahataninya orangtua reponden sudah tidak ikut bekerja sebagai
petani dikarenakan sudah meninggal dan sudah tua. Dalam rumahtangga petani
istrinya ikut membantu dalam kegiatan usaha taninya dengan membantu membeli
pupuk dan bahan lainnya.

5. Hubungan Kerja Agraris


Menurut Harahap., Aprilia Ambarwati (2015), Gejala kepemilikan dan
penguasaan tanah oleh absentee mulai signifikan dan mengarah kepada polarisasi
sehingga mengakibatkan pola usaha tani skala kecil merata namun
ketimpangan distribusi masih tetap ada. Sementara penguasaan tanah di hampir
semua desa berada pada petani yang berasal dari keturunan petani pemilik tanah
luas (tuan tanah). Namun, keadaan ini mulai bergeser karena orang kaya baru di
desa telah berhasil menguasai tanah melalui akumulasi modal non pertanian.
18

Status kepemilikan lahan pada petani desa Jetis Mayoritas adalah pemilik
lahan dan beberapa buruh tani. Pemilik lahan biasanya Mereka kerjakan sendiri
lahan pertaniannya, sedangkan buruh biasanya bekerja dengan membantu
mengerjakan lahan untuk sebagai upah pendapatannya. Status petani yang berada
di Desa Jetis Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten berkomoditas pada sektor
lahan padi. Bentuk-bentuk kerja agraris pada usahatani padi terdapat 2 bentuk yaitu
sewa dan sakap. Untuk kerjasama sewa dilakukan sewa lahan dengan jangka waktu
1 tahun utuk lahan seluas 2.500meter dengan harga 60 juta. Sedangkan kerjasama
sakap dilakukan dengan pembagian hasil panen yang setara antara kedua belah
pihak antara pemilik modal dengan pemilik lahan. Pengupahan pemilik lahan
pertanian ada berbagai macam, untuk yang pertama ada jasa semprot hama dengan
upah Rp. 40.000 untuk per harinya, selanjutnya pada jasa tandur yang diberi upah
Rp. 50.000 untuk per harinya, yang selanjutnya pada jasa matun akan mendapatkan
upah Rp. 50.000 untuk per harinya.

6. Kosmopolitan
Menurut Suharyani et al (2018), Kosmopolitan merupakan sikap keterbukaan
pandangan seseorang yang dapat dilihat dari karakteristik yang mempunyai
hubungan dan pandangan yang luas dengan dunia luar maupun kelompok lainnya
dan memiliki mobilitas yang tinggi. Kosmopolitan biasanya dicirikan dengan
frekuansi pergi ke kota atau keluar kota kabupaten dan jarak perjalanan yang
dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Khasanah menunjukkan bahwa kosmopolitan memiliki hubungan sangat
signifikan terhadap adopsi inovasi teknologi budidaya tanaman jarak pagar.
Semakin tinggi tingkat kekosmopolitannya maka akan semakin tinggi tingkat
penerapan teknologinya, semakin sering responden dalam mencari informasi yang
berkaitan dengan kegiatan usahatani dan berpengaruh besar dalam penerapan
teknologi pada usahataninya.
Responden melakukan kegiatan di luar desa dilakukan dalam satu bulan
dengan kepentingan untuk mengnjungi tempat hiburan dengan alat transportasi
milik sendiri yang berupa kendaraan pribadi. Responden mendapatkan informasi
mengenai pengelolaan usahatani atau agribisnis pada media informasi tokoh
19

masyarakat tentang topik usahatani yang dapat bermanfaat untuknya karena dengan
mengetahui permasalahan dalam usahatani, petani juga mampu memahami cara
mengatasinya.

7. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan
Menurut Anantanyu (2011), Kelembagaan petani yang dimaksud di sini
adalah lembaga petani yang berada pada kawasan lokalitas (local institution), yang
berupa organisasi keanggotaan (membership organization) atau kerjasama
(cooperatives) yaitu petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerjasama
(Uphoff, 1986). Kelembagaan ini meliputi pengertian yang luas, yaitu selain
mencakup pengertian organisasi petani, juga ‘aturan main’ (role of the game) atau
aturan perilaku yang menentukan pola-pola tindakan dan hubungan sosial,
termasuk juga kesatuan sosial-kesatuan sosial yang merupakan wujud kongkrit dari
lembaga itu. Kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa
peran, yaitu: (a) tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi
masyarakat dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks) mencakup mobilisasi
sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi) dan pengelolaannya
dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c) tugas pelayanan (service tasks) mungkin
mencakup permintaan pelayanan yang menggambarkan tujuan pembangunan atau
koordinasi permintaan masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-
organizational task) memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau
organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar.
Dalam menjalankan usahatani responden memperoleh modal dari
tabungannya sendiri dan dari warisan pemberian orangtua. Dalam menjalankan
usahatani responden, apabila ia meminjam modal ia akan meminjam kepada
keluarga atau saudara, hal ini dikarenakan tidak ada riba dan juga lebih mudah serta
percaya untuk pelunasan pinjamannya. Responden mendapatkan sarana produksi
dari hasil ia membeli di toko usahatani dengan lunas dan tidak cicilan. Responden
membayar sarana produksinya dengan cara langsung dan lunas, hal ini dikarenakan
membayar dengan langsung dan lunas sudah menjadi pola rutinitas usaha taninya
dan belum pernah melakukan dengan cicilan. Responden memanfaatkan hasil
usahatani dengan cara dijual semua kepada penebas atau tengkulak beras.
20

Responden menjual hasil usahatani kepada penebas atau tengkulak, hal ini
dikarenakan tidak perlu menyimpan hasil pertaniannya hasil tersebut sudah bisa
langsung terjual hsbis. Pihak yang terlibat dalam usahataninya yaitu responden
akan menjual hasilnnya kepada penebas atau tengkulak, setelah itu penebas akan
mendistribusikan padi kepada pengolah gabah yang nantinya akan menjadi beras
dan akan di jual dengan brand atau merk pengolah gabah. Lembaga keuangan yang
ada di daerah rsponden tersebut ada bank BRI tepatnya di dekat kecamatan
juwiring. Responden tersebut belum pernah memanfaatkan dikarenakan pada saat
ia meminjam sudah meminjam pinjaman kepada saudaranya sendiri.

C. Dampak Covid-19 terhadap Keadaan Petani


Ancaman penyebaran virus Covid-19 yang membuat daya beli masyarakat
akhirnya menurun. Harga yang menurun akibat supply meningkat namun daya beli
menurun. Serta menyebabkan terputusnya rantai logistik dari desa ke kota pada
distribusi usahatani. Petani juga tidak bisa lagi bebas menjual hasil panen karena
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan pemerintah pusat.
Pada usaha tani hulu seprti mendapatkan bahan bibit yang baik sangatlah susah
yang dikarenakan banyak toko usaha yang melakukan PSBB dengan menutup
tokonya sehingga petani susah untuk mendapatkannya selain tutupnya toko, toko
tersebut juga tidak mendapatkan supply bahan dari para wirausaha pembibitan dan
harus mengurangi pengeluaran uang pada saat pandemi agar tidak terlalu banyak
uang yang dikeluarkan sedang penghasilan petani harus menunggu pada saat panen.
Pada usahatani onfarm juga sangatlah terdampak pada persiapan panen lahan
pertanian yang sudah mendekati masa panen, alasannya dikarenakan pada masa
PSBB benar benar segala aktivitas tidak boleh dilakukan dan untuk itu petani tidak
bisa mengagendakan masa panennya dengan koordinasi dengan pihak pembeli
maupun buruh panen untuk memanen hasilnya. Pada usahatani hilir juga sangat
terdampak karena pengolahan dan juga pendistribusian penjualan hasil pertanian
sulit sekali untuk dijual kepada pihak konsumen karena kegiatan perekonomian
mati dan tidak berjalan pada saat diberlakukannya PSBB.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Sosiologi Pedesaan uang
dilaksanakan di Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dapat ditarik
kesimpulan, diantaranya sebagai berikut :
1. Dalam mencari nafkah, petani tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup
tetapi juga berkeinginan untuk memiliki sesuatu seperti barangbarang
sekunder yang dipergunakan juga sebagai tabungan mereka.
2. Terdapat status petani sebagai pemilik penggarap, penyewa, dan buruh tani
di Desa Jetis. Bentuk hubungan kerja yang terjadi yaitu hubungan kerja lugas
dan penuh kekeluargaan. Selain bertani, petani juga memiliki pekerjaan diluar
sektor pertanian seperti pegawai.
3. Petani memperoleh informasi terkait dalam pengolahan usahatani dari tokoh
masyarakat seperti petani sukses yang berada di wiayah tersebut.
4. Lembaga keuangan yang ada di Desa Jetis yaitu Bank BRI.
5. Terdapat dua jenis stratifikasi sosial yang dijumpai di Desa Jetis, yaitu
berdasarkan kekayaan dan berdasarkan status petani.
6. Organisasi sosial yang terdapat di Desa Tlingsing yaitu sinoman dan PKK.
7. Jarang sekali konfik yang terjadi di Desa Jetis dikarenakan masyarakat yang
menjunjng tinggi kekeluargaan dan toleransi agar tidak timbul konflik.
8. Penduduk Desa Jetis mulai meningalkan adat istiadat yang telah ada sejak
dulu(mitoni, nyadran, selapanan, wiwitan) dan siklus pasca kematian. Adat
istiadat yang berkaitan dengan usaha tani sama halnya seprti kebudayaan lain
yang hanya tinggal sedikit yang masih melakukannya.

B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat
diberikan kepada Desa Tlingsing, praktikum dan Co-Ass yaitu :
1. Penduduk Desa Tlingsing sebaiknya berperan aktif mengikuti organisasi
kemasyarakatan, agar memiliki hubungan yang baik dalam hidup bertetangga
dan menghindari terjadinya konflik.
2. Praktikum sosiologi pedesaan sebaiknya dilakukan secara bersama-sama
walaupun pada masa pandemic akan tetapi tetap mematuhi protokol
kesehatan.
3. Co-Assisten sebaiknya tidak terlalu cepat dalam memberikan arahan
praktikum sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anantanyu, S. 2011. Kelembagaan petani: peran dan strategi pengembangan


kapasitasnya. Jurnal Sepa, 7(2), 102-109.
Hanum, Y. 2015. Analisis Pengetahuan Remaja Tentang Kependudukan dan
Keluarga Berencana di Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan
Perjuangan. jurnal keluarga sehat sejahtera, 13(1).
Harahap, R. A., & Ambarwati, A. 2015. Tanah Untuk Penggarap? Penguasaan
Tanah Dan Struktur Agraris Di Beberapa Desa Penghasil Padi.
Irianto, A. M. 2017. Kesenian Tradisional Sebagai Sarana Strategi Kebudayaan di
Tengah Determinasi Teknologi Komunikasi. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa
dan Sastra, 12(1), 90-100.
Kurniawan, A., & Rudyansjah, T. 2017. Kajian Mengenai Perubahan Afiliasi Pada
Sistem Organisasi Sosial Masyarakat Lematang. Jurnal Antropologi: Isu-
Isu Sosial Budaya, 18(2), 89-103.
Lunenburg, F. C. 2010. Formal communication channels: Upward, downward,
horizontal, and external. Focus on Colleges, Universities, and
Schools, 4(1), 1-7.
Nurkholis, A. 2018. Evaluasi Kondisi Demografi Secara Temporal di Provinsi
Bengkulu: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan
Peduduk. Jurnal RINarxiv
Singgih, D. S. 2010. Prosedur Analisis Stratifikasi Sosial dalam Perspektif
Sosiologi. Masyarakat Kebudayaan dan Politik Unair, 20(1).
Suharyani, A. dan Oktoriana, S. 2018. Pengaruh Tingkat Imitasi dan Kosmopolitan
Wanita Tani Terhadap Keputusan, Pengelolaan Usahatani. Jurnal
AGRIFO. Vol 3(2): 1-2
Suherman, A., & Sirajuddin, A. 2018. Kearifan Lokal Sebagai Basis Komunikasi
Pemerintah Dalam Penyelesaian Konflik Sosial Dan
Komunal. DIALEKTIKA: Jurnal Ekonomi dan Ilmu Sosial, 3(2), 34-42.
Winarso, B. 2012. Dinamika pola penguasaan lahan sawah di wilayah pedesaan di
Indonesia. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 12(3).
LAMPIRAN

Foto Bersama Responden Foto Bersama Tokoh Masyarakat

Foto Kajian Kebudayaan Foto Aktivitas Pertanian

Foto Sarana Prasarana Desa Foto Alat Mesin Pertanian

Anda mungkin juga menyukai