SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA : JETIS
KECAMATAN : JUWIRING
KABUPATEN : KLATEN
Disusun oleh:
Sadam Fadhil Muhammad
H0820109
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Co-Asisten
Mengetahui :
Ketua Laboratorium Sosiologi Pedesaan
ii
INTISARI
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Sosiologi
Pedesaan ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai mata kuliah
Sosiologi Pedesaan sekaligus diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
Sosiologi Pedesaan. Sebelum laporan ini di susun, penyusun telah melakukan
praktikum diDesa Jetis, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten dengan baik dan
lancar.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing
penulis.
3. Kepala Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten yang telah
memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa Jetis.
4. Co-Assisten Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini.
Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, Desember 2020
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
INTISARI .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum ............................................................................ 1
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...................................................... 2
II. METODE PENELITIANN .................................................................. 3
A. Metode Dasar Praktikum .................................................................. 3
B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 3
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 3
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 5
A. Keadaan Umum............................................................................... 5
1. Sejarah Desa ............................................................................... 5
2. Kondisi Geografis Desa .............................................................. 6
3. Kependudukan Desa ................................................................... 6
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ...................................... 9
5. Sarana dan Prasarana Desa........................................................ 10
6. Organisasi Sosial di Desa .......................................................... 11
7. Penguasaan Tanah di Desa ........................................................ 11
8. Stratifikasi Sosial di Desa ......................................................... 12
9. Konflik Sosial di Desa .............................................................. 14
10. Kebudayaan di Desa ................................................................. 15
B. Karakteristik Responden ............................................................... 16
1. Identitas Keluarga Responden ................................................... 16
2. Perilaku Responden Dalam Mencari Nafkah ............................. 16
3. Kelembagaan Hubugan Kerja Luar Pertanian ............................ 17
4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani ........................ 17
5. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan ............................................. 17
6. Hubungan Kerja Agraris ........................................................... 18
7. Kosmopolitan ........................................................................... 19
C. Dampak Covid-19 terhadap Keadaan Petani .................................. 20
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
V. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
VI. LAMPIRAN ...........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi pedesaan merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang
berkembang setelah adanya perhatian masyarakat di bidang pertanian. Sosiologi
pedesaan adalah studi yang mempelajari kehidupan masyarakat dipedesaan
mengenai perilaku, struktur sosial, organisasi sosial, lembaga, adat, kebiasaan dan
perubahan sosial serta bagaimana memecahkan persoalan di pedesaan. Secara
umum sosiologi pedesaan mempelajari tentang masyarakat dalam keseluruhan
hubungan sosial antara individu dalam masyarakat, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan masyarakat, baik formal maupun material.
Penting sekali dipahami untuk setiap masyaratkat pedesaan karena sosiologi
pedesaan mampu menjelaskan definisi, memberi batasan obyek, dan membentuk
indikator sosial yang baik. Praktikum ini meneliti tentang sejarah desa, kondisi
geografis desa, kependudukan (1 tahun terakhir), struktur organisasi pemerintahan
desa, sarana dan prasarana, organisasi Sosial, penguasaan tanah, stratifikasi sosial,
konflik sosial, kebudaayaan. Sosiologi pedesaan secara khusus menyusun ajaran
mengenai hubungan sesama manusia dan perilaku kehidupan manusia. Melalui
sosiologi pedesaan kita dapat mengenal lebih dalam tentang perilaku masyarakat
desa, lembaga sosial, adat istiadat, kelembagaan hubungan kerja pertanian dan luar
pertanian, kekosmopolotian organisasi sosial, pola komunikasi, serta konflik sosial.
Dengan praktikan yang telah dilaksanakan, hasil yang diinginkan kami
sebagai pelaksana praktikum mengharap agar dapat mengetahui pola kajian
masyarakat pedesaan. Pengetahuan mengenai kondisi sosial masyarakat pedesaan
yang kami kaji dapat semoga dapat membantu pelaksanaan pembangunan di
pedesaan secara terarah dan lebih baik. Pada desa yang kami teliti diharapkan
masyarakat desa dapat memahami kemajuan dan perkembangan desa ke arah yang
lebih baik dan maju untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan desa mereka.
B. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum mata kuliah Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk melatih
mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan
1
2
3
4
b) Data Sekunder : data yang diambil dengan cara mencatat langsung data yang
ada di instansi terkait, yaitu data monografi atau profil desa.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada kasus
tertentu mahasiswa dapat menulis secara lebih mendalam dan komprehensif, oleh
karena itu disarankan mahasiswa untuk menggali data lebih mendalam melalui
indepth interview. Penjelasan berdasarkan teori-teori atau hasil penelitian yang
relevan.
III. HASIL DAN ANALISIS HASIL
A. Keadaan Umum
1. Sejarah Desa
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau yang
benar-benar terjadi, sistematis, kronologis, dan memiliki manfaat bagi masyarakat
sebagai kelanjutan dalam kehidupan kedepan yang lebih baik lagi. Sejarah yang
dihubungkan dengan desa berarti materi yang membahas mengenai peristiwa-
peristiwa masa lampau yang pernah terjadi di desa. Sejarah desa adalah materi yang
menjelaskan tentang asal mula desa tersebut dapat terjadi.
Secara etimologi, kata “desa” berasal dari bahasa Sansekerta, deshi, yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran, oleh karena itu kata “desa” sering
dipahami sebagai tempat atau daerah (sebagai tanah asalnya) tempat penduduk
berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk
mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan kehidupan mereka. Oleh
karena itu, ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat
tinggal, tanah asal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil.
Dengan kata lain, suatu desa ditandai oleh keterikatan warganya terhadap suatu
wilayah tertentu. Keterikatan ini selain untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga
kehidupan mereka. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a
groups of houses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam
pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
Kata Jetis diambil dari dua kata Bahasa Jawa yaitu dipijet mletis, artinya
ditekan keras penuh berisi, tidak kenyal, tidak lembek, sehingga dengan adanya
tekanan atau perintah dia akan mengeluarkan energi/tenaga yang dimilikinya
dengan semaksimal mungkin demi keberhasilan perintah tersebut. Sehingga dengan
pemberian nama Jetis ini diharapkan generasi penerus desa Jetis ini dapat
menanamkan sifat yang tidak ingin menonjolkan diri, namun memiliki kemampuan
yang lebih.
5
6
3. Kependudukan di Desa
Menurut Hanum et al (2015), Kependudukan atau demografi berasal dari kata
Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang
kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan komposisi
kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu.
Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat kualitatif.
Demografi yang bersifat kuantitatif lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan
statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak
menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif analitik.
Menurut Nurkholis (2018), Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah
antara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Pengukuran ini
perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah dua jenis kelamin baik
7
dibutuhkan oleh setiap orang atau masyarakat di seluruh dunia yang sudah siap dan
membutuhkan pekerjaan, pekerjaan dapat menjadi dua macam yaitu pekerjaan yang
dapat menghasilkan barang dan pekerjaan yang dapat menghasilkan jasa. Pada
Desa Jetis juga terdapat data mengenai jenis pekerjaan masyarakat pada data
monografi desa yang terdapat berbagai macam kelompok pekerjaan yang mereka
jalani.
Menurut data monografi yang didapat terdapat berbagai macam jenis
pekerjaan yang ada di Desa Jetis dengan jumlah yang beragam. Data tersebut
terbilang bahwa jumlah pekerjaan PNS berjumlah 28, TNI/POLRI berjumlah 4,
wiraswasta/pedagang berjumlah 28, tani berjumlah 28, tukang berjumlah 23, buruh
tani berjumlah 143, pensiunan berjumlah 38, pemulung berjumlah 5. Dari data
tersebut bahwa diketahui pekerjaan buruh tani mendominasi Desa Jetis dan
TNI/POLRI merupakan pekerjaan minoritas atau dengan jumlah paling sedikit.
dari mereka sendiri atau nenek moyangnya. Dalam UUPA, tanah ini kemudian
diakui sebagai tanah milik perorangan. Pada tanah milik komunal, penguasaan
tanah dimiliki dan dikuasai oleh komunitas desa. Tanah ini dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu tanah gogolan (norowito), tanah titisoro dan tanah bengkok.
Tanah gogolan adalah tanah milik desa yang hak pemanfaatannya dibagi-bagi
kepada sejumlah petani baik secara tetap maupun secara bergiliran tergantung pada
adat masing-masing daerah. Tanah titisoro adalah tanah kas desa yang secara
berkala disakapkan atau disewakan, dan hasilnya menjadi kas desa. Tanah bengkok
adalah tanah milik desa yang diperuntukkan bagi kepala dan aparat desa sebagai
gaji selama mereka menduduki jabatan.
Penguasaan Tanah pada data responden yang diambil hanya terdapat
penguasaan tanah kepemilikan pribadi dengan itu berarti tanah ini termasuk tanah
yasan atau tanah kepemilikan pribadi. Selain tanah yasan ada tanah bengkok untuk
para pejabat desa yang dipergunakan sebagai gaji selama mereka menduduki
jabatan. Jarangnya jenis penguasaan tanah di Dukuh Getas Desa Jetis Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten dikarenakan pemilik tanah pribadi lebih memilih untuk
menggarapnya sendiri dengan maksud hasil pendapatan yang lebih banyak
dibandingkan dengan menyewakan tanah miliknya tersebut.
Keluarga
Sejahtera
Keluarga
Sejahtera 1
Pra
Keluarga
Sejahtera
Gambar 3.2 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan
14
5%
Penyewa
35%
Buruh tani
60%
Pemilik
penggarap
B. Karakteristik Responden
pendidikan anaknya, karena menurutnya investasi terbesar adalah anak dan agar
anak mendapatkan bekal ilmu untuk kehidupan yang tercukupi. Responden
melakukan investasi pada alat usaha pertanian yaitu traktor, karena selain dapat
dipergunakan responden juga dapat menyewakan traktor tersebut kepada petani
lain. Dalam kehidupan responden apabila ada seseorang mendapatkan sumbangan
dia boleh saja membalas dan boleh saja tidak membalas karena tidak ada sanksi.
Bila membalas sumbangan, responden boleh memberi lebih sedikit dari sumbangan
yang diterima karena tidak ada sanksi dan saling memberi bantuan berdasarkan
keikhlasan. Dalam melakukan kegiatan panen responden menjualnya dengan cara
menebaskan kepada orang lain, sehingga hasil panen langsung dapat terjual.
Status kepemilikan lahan pada petani desa Jetis Mayoritas adalah pemilik
lahan dan beberapa buruh tani. Pemilik lahan biasanya Mereka kerjakan sendiri
lahan pertaniannya, sedangkan buruh biasanya bekerja dengan membantu
mengerjakan lahan untuk sebagai upah pendapatannya. Status petani yang berada
di Desa Jetis Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten berkomoditas pada sektor
lahan padi. Bentuk-bentuk kerja agraris pada usahatani padi terdapat 2 bentuk yaitu
sewa dan sakap. Untuk kerjasama sewa dilakukan sewa lahan dengan jangka waktu
1 tahun utuk lahan seluas 2.500meter dengan harga 60 juta. Sedangkan kerjasama
sakap dilakukan dengan pembagian hasil panen yang setara antara kedua belah
pihak antara pemilik modal dengan pemilik lahan. Pengupahan pemilik lahan
pertanian ada berbagai macam, untuk yang pertama ada jasa semprot hama dengan
upah Rp. 40.000 untuk per harinya, selanjutnya pada jasa tandur yang diberi upah
Rp. 50.000 untuk per harinya, yang selanjutnya pada jasa matun akan mendapatkan
upah Rp. 50.000 untuk per harinya.
6. Kosmopolitan
Menurut Suharyani et al (2018), Kosmopolitan merupakan sikap keterbukaan
pandangan seseorang yang dapat dilihat dari karakteristik yang mempunyai
hubungan dan pandangan yang luas dengan dunia luar maupun kelompok lainnya
dan memiliki mobilitas yang tinggi. Kosmopolitan biasanya dicirikan dengan
frekuansi pergi ke kota atau keluar kota kabupaten dan jarak perjalanan yang
dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Khasanah menunjukkan bahwa kosmopolitan memiliki hubungan sangat
signifikan terhadap adopsi inovasi teknologi budidaya tanaman jarak pagar.
Semakin tinggi tingkat kekosmopolitannya maka akan semakin tinggi tingkat
penerapan teknologinya, semakin sering responden dalam mencari informasi yang
berkaitan dengan kegiatan usahatani dan berpengaruh besar dalam penerapan
teknologi pada usahataninya.
Responden melakukan kegiatan di luar desa dilakukan dalam satu bulan
dengan kepentingan untuk mengnjungi tempat hiburan dengan alat transportasi
milik sendiri yang berupa kendaraan pribadi. Responden mendapatkan informasi
mengenai pengelolaan usahatani atau agribisnis pada media informasi tokoh
19
masyarakat tentang topik usahatani yang dapat bermanfaat untuknya karena dengan
mengetahui permasalahan dalam usahatani, petani juga mampu memahami cara
mengatasinya.
7. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan
Menurut Anantanyu (2011), Kelembagaan petani yang dimaksud di sini
adalah lembaga petani yang berada pada kawasan lokalitas (local institution), yang
berupa organisasi keanggotaan (membership organization) atau kerjasama
(cooperatives) yaitu petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerjasama
(Uphoff, 1986). Kelembagaan ini meliputi pengertian yang luas, yaitu selain
mencakup pengertian organisasi petani, juga ‘aturan main’ (role of the game) atau
aturan perilaku yang menentukan pola-pola tindakan dan hubungan sosial,
termasuk juga kesatuan sosial-kesatuan sosial yang merupakan wujud kongkrit dari
lembaga itu. Kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa
peran, yaitu: (a) tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi
masyarakat dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks) mencakup mobilisasi
sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi) dan pengelolaannya
dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c) tugas pelayanan (service tasks) mungkin
mencakup permintaan pelayanan yang menggambarkan tujuan pembangunan atau
koordinasi permintaan masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-
organizational task) memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau
organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar.
Dalam menjalankan usahatani responden memperoleh modal dari
tabungannya sendiri dan dari warisan pemberian orangtua. Dalam menjalankan
usahatani responden, apabila ia meminjam modal ia akan meminjam kepada
keluarga atau saudara, hal ini dikarenakan tidak ada riba dan juga lebih mudah serta
percaya untuk pelunasan pinjamannya. Responden mendapatkan sarana produksi
dari hasil ia membeli di toko usahatani dengan lunas dan tidak cicilan. Responden
membayar sarana produksinya dengan cara langsung dan lunas, hal ini dikarenakan
membayar dengan langsung dan lunas sudah menjadi pola rutinitas usaha taninya
dan belum pernah melakukan dengan cicilan. Responden memanfaatkan hasil
usahatani dengan cara dijual semua kepada penebas atau tengkulak beras.
20
Responden menjual hasil usahatani kepada penebas atau tengkulak, hal ini
dikarenakan tidak perlu menyimpan hasil pertaniannya hasil tersebut sudah bisa
langsung terjual hsbis. Pihak yang terlibat dalam usahataninya yaitu responden
akan menjual hasilnnya kepada penebas atau tengkulak, setelah itu penebas akan
mendistribusikan padi kepada pengolah gabah yang nantinya akan menjadi beras
dan akan di jual dengan brand atau merk pengolah gabah. Lembaga keuangan yang
ada di daerah rsponden tersebut ada bank BRI tepatnya di dekat kecamatan
juwiring. Responden tersebut belum pernah memanfaatkan dikarenakan pada saat
ia meminjam sudah meminjam pinjaman kepada saudaranya sendiri.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Sosiologi Pedesaan uang
dilaksanakan di Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dapat ditarik
kesimpulan, diantaranya sebagai berikut :
1. Dalam mencari nafkah, petani tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup
tetapi juga berkeinginan untuk memiliki sesuatu seperti barangbarang
sekunder yang dipergunakan juga sebagai tabungan mereka.
2. Terdapat status petani sebagai pemilik penggarap, penyewa, dan buruh tani
di Desa Jetis. Bentuk hubungan kerja yang terjadi yaitu hubungan kerja lugas
dan penuh kekeluargaan. Selain bertani, petani juga memiliki pekerjaan diluar
sektor pertanian seperti pegawai.
3. Petani memperoleh informasi terkait dalam pengolahan usahatani dari tokoh
masyarakat seperti petani sukses yang berada di wiayah tersebut.
4. Lembaga keuangan yang ada di Desa Jetis yaitu Bank BRI.
5. Terdapat dua jenis stratifikasi sosial yang dijumpai di Desa Jetis, yaitu
berdasarkan kekayaan dan berdasarkan status petani.
6. Organisasi sosial yang terdapat di Desa Tlingsing yaitu sinoman dan PKK.
7. Jarang sekali konfik yang terjadi di Desa Jetis dikarenakan masyarakat yang
menjunjng tinggi kekeluargaan dan toleransi agar tidak timbul konflik.
8. Penduduk Desa Jetis mulai meningalkan adat istiadat yang telah ada sejak
dulu(mitoni, nyadran, selapanan, wiwitan) dan siklus pasca kematian. Adat
istiadat yang berkaitan dengan usaha tani sama halnya seprti kebudayaan lain
yang hanya tinggal sedikit yang masih melakukannya.
B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat
diberikan kepada Desa Tlingsing, praktikum dan Co-Ass yaitu :
1. Penduduk Desa Tlingsing sebaiknya berperan aktif mengikuti organisasi
kemasyarakatan, agar memiliki hubungan yang baik dalam hidup bertetangga
dan menghindari terjadinya konflik.
2. Praktikum sosiologi pedesaan sebaiknya dilakukan secara bersama-sama
walaupun pada masa pandemic akan tetapi tetap mematuhi protokol
kesehatan.
3. Co-Assisten sebaiknya tidak terlalu cepat dalam memberikan arahan
praktikum sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA