Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA : Dayu
KECAMATAN: Karangpandan
KABUPATEN : Karanganyar

Disusun oleh:
Lisa Rahmawati (H0723095)
Maria Maharani (H0723096)
May Angeli Simangunsong (H0723097)
Mohammad Risky Fauzy (H0723101)
Muhamad Abdul Aziz (H0723102)

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN


PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan yang dilaksanakan pada tanggal
27-29 Oktober 2023 di Desa Dayu Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karanganyar dinyatakan telah memenuhi syarat.

Disusun dan diajukan oleh :


Nama H0…….

Mengetahui: Co-Asisten
Ketua Laboratorium Sosiologi Pedesaan

Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc. Zamia Atha’ Putri Julia


NIP. 195903051985031004 NIM. H0421093
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
Sosiologi Pedesaan ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai
mata kuliah Sosiologi Pedesaan sekaligus diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Sosiologi Pedesaan. Sebelum laporan ini di susun, penyusun
telah melakukan praktikum di Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar, dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing
penulis.
3. Kepala Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar yang
telah memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa Dayu.
4. Co-Assisten Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini.
Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, Desember 2023

Penulis
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik dalam masyarakat serta pengaruhnya bagi kehidupan
manusia. Tidak hanya itu, sosiologi juga mempelejari tentang struktur sosial
dan proses-proses sosial. Ilmuwan sosial pertama yang menggunakan istilah
sosiologi adalah seorang ilmuwan Francis bernama Auguste Comte yang
hidup pada tahun 1798-1857. Menurut comte, sosiologi merupakan
kombinasi dari dua kata, yaitu kata socius yang berasal dari Bahasa Latin
yang mengandung beberapa arti seperti society (masyarakat), association
(perkumpulan), togetherness atau companionship (kebersamaan). Kata yang
kedua berasal dari Bahasa Yunani logos yang diartikan sebagai study (kajian)
atau science (ilmu pengetahuan).
Sosiologi pedesaan adalah salah satu cabang dari ilmu sosiologi yang
memberikan bahasan dan pengetahuan mengenai segala bentuk fenomena
kehidupan dalam penduduk, fenomena kehidupan tersebut khususnya di
dalam pedesaan. Sosiologi pedesaan diartikan sebagai cara masyarakat
pedesaan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kapitalisme yang
mempengaruhi pertanian. Topik utama dalam kajian sosiologi pedesaan
meliputi struktur sosial, organisasi sosial, sistem dasar masyarakat, dan proses
perubahan sosial. Kehidupan ekonomi di pedesaan terutama dalam melihat
sektor pertanian, menjadi fokus penting dalam sosiologi pedesaan.
Sosiologi pedesaan didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang
diterapkan pada fenomena pedesaan. Pendekatan sosiologis terdiri dari
konsep, variable, teori, dan metode yang digunakan untuk dalam sosiologi
untuk memahami kenyataan sosial. Praktikum sosiologi pedesaan mempunyai
manfaat bagi mahasiswa, yaitiu untuk mengetahui tipe-tipe masyarakat
pedesaan, pola interaksi sosial, masalah sosial, dan perubahan dan mobilitas
sosial yang terjadi di masyarakat pedesaan. Sosiologi pedesaan juga membuat
kita memeahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang ada di
lingkungan pedesaan. Dengan memahami hal-hal tersebut, mahasiswa dapat
berfikir kritis, analitis, dan mampu menguasai segala permasalahan yang
muncul di masyarakat pedesaan.
B. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum mata kuliah Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk
melatih mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa,
kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kekosmopolitan
petani, petani millennial, kelebagaan pedesaan, pola komunikasi, organisasi
sosial, konflik sosial, dan adat istiadat yang ada.

C. Waktu dan tempat Pelaksanaan


Praktikum sosiologi pedesaan pada tahun 2023 dilaksanakan selama 3 hari
2 malam yaitu pada tanggal 27-29 Oktober 2023. Tempat pelaksanaan
praktikum ini terbagi dalam dua wilayah dalam Kabupaten Karanganyar.
Praktikan melakukan pengambilan dapat di Desa Dayu, Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
II. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Praktikum


Metode dasar pelaksanaan praktikum ini adalah latihan penelitian dengan
menggunakan metode dasar deskripsi analisis, yaitu metode yang
memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan
bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam
konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.

B. Teknik Pengumpulan Data


Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan
praktikum sosiologi pedesaan ini, yaitu:
1. Wawancara, mahasiswa mendatangani informan dengan berpegang pada
kuisioner yang telah tersedia. Informan dalam kegiatan praktikum ini
meliputi 16 petani dan 3 tokoh masyarakat (Kepala Desa, tetua adat, tokoh
agama, ketua kelompok tani, penyuluh, ketua karangtaruna, PKK dll).
Data penunjang dapat diperoleh dari masyarakat, baik mengenai sejarah
desa maupun fenomena sosial yang ada.
2. Observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung atas keadaan
masyarakat maupun responden serta keadaan yang terjadi di daerah
praktikum.
3. Pencatatan data-data yang diperlukan terutama monografi desa.
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam kegiatan praktikum sosiologi pedesaan ini terdapat dua jenis dan
sumber data yang digunakan, yaitu:
1. Data Primer: data yang diperoleh secara langsung dari petani dan
tokoh masyarakat dengan wawancara menggunakan kuisioner.
2. Data Sekunder: data yang diambil dengan cara mencatat langsung data
yang ada di instansi terkait, yaitu data monografi atau profil desa.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada kasus
tertentu mahasiswa dapat menulis secara lebih mendalam dan komprehensif,
oleh karena itu disarankan mahasiswa untuk menggali data lebih mendalam
melalui indepth interview. Penjelasan berdasarkan teori-teori atau hasil
penelitian yang relevan.
III. HASIL DAN ANALISIS HASIL

A. Keadaan Umum
1. Sejarah Desa
Desa Dayu dahulunya adalah dua desa, yaitu Desa Dayu dan Desa
Waru. Desa Dayu dipimpin oleh kepala desa dengan nama Kromo Diryo
dan Desa Waru dipimpin oleh kepala desa dengan nama Ronggo Reso
Diwiryo. Pada tahun 1940 kepala Desa Waru meninggal dunia, maka dari
itulah Desa Dayu dan Desa Waru dibagung menjadi satu dengan nama
Desa Dayu. Pada tahun 1940 kepala desa dijabat oleh Kromo Diryo dan
sekretaris desa dijabat oleh Marto Wiyono.
Pada tahun 1948 kepala desa pertama meninggal, kemudian
dilanjutkan oleh Marto Wiyono dengan sekretaris desa dijabat oleh
Sastro Hardoyo. Pada tahub 1950 Sastro Hardoyo menjabat sebagai
kepala desa sampai tahun 1975, kemudian Desa Day uterus berkembang
dengan kepala desa:
Tahun (1975-1988) Soeharno sebagai kepala desa.
Tahun (1989-2006) Rasmono sebagai kepala desa.
Tahun (2007-2019) Sr Suparni, S.Pd sebagai kepala desa.
Tahun (2019-sekarang) Sumardi sebagai kepala desa terpilih.
2. Kondisi Geografis Desa
Desa Dayu merupakan salah satu dari 8 desa yang berada di
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Desa Dayu
memiliki total luas wilayah secara keseluruhan seluas 2.294.290 Ha.
Batas wilayah sebelah utara adalah Desa Nglegok, sebelah selatan adalah
Desa Tohkuning, sebelah barat adalah Desa Gondang Manis, dan sebelah
timur adalah Desa Harjosari. Jarak Desa Dayu ke pusat administratif dan
pemerintahan yaitu 4 km ke Ibu Kota Kecamatan dengan lama jarak
tempuh sekitar 10 menit dan 17 km ke Ibu Kota Kabupaten dengan lama
jarak tempuh sekitar 25 menit.
Desa Dayu berada di ketinggian 540 meter di atas permukaan laut.
Hal ini menyebabkan kondisi topografi Desa Dayu berbukit yang
dibuktikan dengan banyaknya perbukitan dan jalan yang naik turun.
Wilayah Desa Dayu beriklim tropis dengan suhu rata-rata 27 derajat
celcius, sedangkan suhu maksimmumnya bisa mencapai 37 derajat
celcius. Desa Dayu memiliki intensitas curah hujan, dengan rata-rata
sebesar 1000-2000 mm per tahun sehingga mendukung kegiatan
masyarakat dalam bidang pertanian.
Iklim yang dimiliki Desa Dayu yaitu beriklim tropis, dan terdapat
dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim
penghujan umumnya terjadi pada bulan November hingga Mei. Musim
kemarau umumnya terjadi pada bulan Juni hingga Oktober.
3. Kependudukan
Kependudukan atau demografi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang dinamika kependudukan manusia. Menurut Bidarti (2020),
kependudukan atau yang sering disebut demografi adalah ilmu yang
menganalisis tentang dinamika perubahan penduduk akibat adanya
kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi). Sosio demografi adalah
struktur dan proses penduduk di suatu wilayah dimana di dalamnya
terjadi proses dan perubahan social (Sudargo dan Armawi, 2019).
a. Pertambahan penduduk, kepadatan penduduk, sex ratio.
Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang
mengurangi jumlah penduduk..Beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi.
Faktor kelahiran dan kematian disebut faktor alami sedangkan
imigrasi disebut faktor non alami. Pertambahan penduduk dapat
dihitung menggunakan rumus:
P = (L – M) + (I – E)
Keterangan:
P = Pertambahan penduduk
L = Jumlah kelahiran
M = Jumlah kematian
I = Jumlah imigrasi
E = Jumlah emigrasi
Pertumbuhan penduduk ditinjau dengan adanya jumlah kelahiran
penduduk, jumlah kematian penduduk, jumlah imigrasi, dan jumlah
emigrasi. Persamaan di atas telah tepat untuk mengetahui
pertumbuhan penduduk di Desa Dayu. Akan tetapi, berdasarkan data
yang diperoleh tidak diketahui adanya data jumlah kelahiran
penduduk, kematian penduduk, imigrasi, dan emigrasi. Maka dari itu
pertumbuhan penduduk di Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar tidak dapat diketahui
Penduduk berdasarkan jenis kelamin terdiri dari perempuan dan
laki-laki. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
menunjukkan beberapa hal. Salah satunya adalah sex ratio atau
sering disebut perbandingan jenis kelamin. Sex ratio dapat
memperlihatkan 9 keadaan penduduk di suatu wilayah.
Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung sex
ratio:

Keterangan:
SR : Rasio jenis kelamin
PL : Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki
PW : Jumlah penduduk berjenis kelamin Wanita
SR (Sex RatioI) adalah bagian dari jantan dan betina dalam suatu
contoh yang diambil (Pulungsari et al, 2023). Sex ratio merupakan
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan dikali 100%. Diketahui penduduk Desa Dayu pada tahun
2023 yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.344 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 1.418 jiwa dengan jumlah rasio
berkisar kurang lebih 94%. Semakin tinggi jumlah penduduk laki-
laki dibandingkan perempuan maka sex rationya semakin tinggi.
Perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan akan
memberikan dampak yaitu adanya kesetaraan gender atau hak yang
sama antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh atau
mencari pekerjaan
b. Keadaan penduduk menurut umur, tingkat Pendidikan, mata
pencaharian, dan menurut agama
Umur diartikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan atau ditiadakan). Umur dikenal juga dengan sebutan usia.
Usia merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk
pengelompokan penduduk. Berdasarkan usia, penduduk dapat
dikelompokkan menjadi penduduk usia produktif dan penduduk usia
tidak produktif. Usia produktif adalah penduduk dengan rentang usia
15-65 tahun, di mana usia ketika seseorang masih mampu bekerja
dan menghasilkan sesuatu. Sementara usia tidak produktif adalah
usia dengan rentang lebih dari 65 tahun, usia dimana seseorang tidak
lagi mampu bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Untuk
penduduk usia 0-15 tahun, usia belum produktif, tergolong dalam
usia yang tidak produktif karena belum mampu menghasilkan barang
maupun jasa dalam kegiatan ketenagakerjaan. Berikut merupakan
data penduduk di Desa Dayu dalam kelompok umur dan kelamin:
Tabel 3. X Penduduk desa dalam kelompok umur di Desa Dayu,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar

Tahun Kelompok Umur Jumlah penduduk


2020 0-15 504
15-65 1.965
+65 304
∑ usia produktif 1.965
∑ usia non produktif 808
Total 2.773
Sumber: Data Sekunder
Data tersebut terdiri dari usia 0-15 tahun sebanyak 504 penduduk.
Usia 15-65 tahun dengan jumlah penduduk 1965 jiwa. Usia ini
merupakan penduduk terbanyak yang berada di desa dan termasuk
usia produktif. Usia 65 tahun ke atas terdapat 304 jiwa.
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan
kepribadian manusia baik dibagian rohani atau dibagian jasmani.
Pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah
laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan melalui
pengajaran dan latihan. Hal tersebut digunakan untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri
dan masyarakat. Pendidikan menjadi aspek yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup individu. Keadaan penduduk menurut
tingkat pendidikan dapat digunakan sebagai tanda kemajuan suatu
daerah. Suatu daerah yang 12 mayoritas penduduknya berpendidikan
rendah biasanya daerah tersebut merupakan daerah terbelakang.
Sebaliknya, suatu daerah yang mayoritas penduduknya
berpendidikan tinggi biasanya daerah tersebut telah mengalami
kemajuan. Berikut data penduduk Desa Dayu menurut Pendidikan:
Tabel 3. X……
Tahun Kelompok Jumlah
Pendidikan Penduduk
2022 SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pascasarjana
Total
Sumber Data
Berdasarkan data yang telah disajikan diatas dapat diketahui jumlah
penduduk menurut pendidikan yang ditempuhnya. Beberapa
pendidikan yang ditempuh terdiri dari SD sebanyak 976 penduduk
desa dayu berpendidikan SD. Penduduk yang berpendidikan SD
merupakan jumlah penduduk terbanyak. Kemudian penduduk yang
pendidikan terakhirnya SLTP atau SMP sebanyak 485 jiwa.
Penduduk Desa Dayu yang pendidikannya tamat SMA atau SLTA
sebanyak 507 jiwa. Terakhir terdapat penduduk dengan lulusan
perguruan tinggi dengan jumlah yang masih sedikit yaitu 2 jiwa.
Kualitas sumber daya manusia di Desa Dayu tergolong belum terlalu
tinggi karena banyak penduduk yang pendidikan terakhirnya SD.
Tanda suatu desa mengalami kemajuan bukan hanya ditinjau dari
segi pendidikan, namun mata pencaharian juga mempengaruhi
kualitas suatu desa. Mata pencaharian dapat bermacam-macam
bentuknya seperti petani, buruh tani, nelayan, pengusaha, buruh
industri, pedagang, PNS, dan ABRI atau TNI. Beragamnya mata
pencaharian dapat digunakan sebagai pengukur kesejahteraan
penduduk di suatu daerah. Mata pencaharian yang dikerjakan oleh
seseorang merupakan faktor dari pendapatan yang dihasilkan oleh
rumah tangga. Semakin baik mata pencaharian seseorang maka
semakin tinggi pendapatan keluarga yang dihasilkan begitupun
sebaliknya. Berikut merupakan data keadaan penduduk Desa Dayu
berdasarkan mata pencahariannya:

Mata pencaharian penduduk desa dayu bermacam-macam seperti


petani, buruh tani, pengusaha, buruh industri, pedagang, ABRI/PNS,
dan pensiunan. Penduduk yang bekerja sebagai petani sebanyak 779
orang. Penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani ada
3 orang, pengusaha sebanyak 2 orang, buruh industri sebanyak 805
orang. Mata pencaharian yang dilakukan penduduk Desa Dayu juga
terdapat pedagang yang memiliki jumlah sama dengan PNS/ABRI
yaitu sebanyak 101 orang. Bukan hanya mata pencaharian yang ada
di Desa Dayu akan tetapi terdapat orang yang telah pensiun
sebanyak 18 orang. Mata pencaharian paling banyak yaitu buruh
industri. Kemudian diikuti oleh mata pencaharian petani karena
terhadap lahan yang mendukung untuk menjadi seorang petani.
Sementara mata pencaharian yang paling sedikit yaitu menjadi
seorang pengusaha dengan jumlah 2 orang. Pengusaha yang berada
di Desa Dayu terdapat pengusaha bus dan pengusaha tahu.
Keberagaman mata pencaharian yang ada di Desa Dayu telah
menunjukkan bahwa Desa Dayu telah sejahtera dan memiliki
kehidupan yang layak. Kehidupan yang berada di Desa Dayu
menjadi bermacam-macam karena banyaknya pekerjaan di luar
pertanian. Mata pencaharian ini tentu memiliki pengaruh terhadap
pendapatan yang diperoleh dalam suatu keluarga. Keberagaman di
Desa Dayu bukan hanya sebatas mata pencaharian akan tetapi juga
terdapat keberagaman agama. Agama merupakan suatu sistem
kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia
dengan selalu mengadakan interaksi dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dijadikan sebagai simbol keyakinan, nilai, perilaku, dan
semua persoalan maknawi. Tanpa adanya agama, manusia akan
berjalan sendiri tanpa ada pedoman untuk hidup. Manusia akan
bertindak sesuai dengan keinginan dirinya sendiri tanpa berpikir
benar atau salah atas tindakan yang telah dilakukan. Penduduk di
Desa Dayu menganut beberapa agama. Berikut data mengenai
keadaan penduduk menurut agama yang dianut di Desa Dayu,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan data di atas telah diketahui bahwa penduduk Desa Dayu


menganut dua agama yaitu agama islam dan katolik. Jumlah penduduk
yang beragama islam terdapat 2759 orang. Agama islam menjadi agama
mayoritas yang berada di Desa Dayu. Jumlah penduduk yang menganut
agama katolik terdapat 14 orang. Agama ini hanya sebagian kecil dari
keagamaan yang ada di Desa Dayu. Keberagaman agama di Desa Dayu
masih ada walaupun hanya terdapat dua agama. Banyaknya penduduk
yang beragama islam ditandai dengan adanya masjid ataupun mushola di
Desa Dayu.
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Desa dapat diartikan sekumpulan wilayah yang diatur oleh
administratif kepengurusan desa. Menurut Raharjo (2021), pelaksanaan
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala
desa diatur dan diurus oleh desa. Pelaksanaan kewenangan yang
ditugaskan dari Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten diurus oleh desa yang meliputi penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang disertai
biaya.
Kelancaran pelaksanaan semua kewenangan dan pelayanan
administrasi pemerintah kepada masyarakat desa diperlukan sebuah tata
kelola pemerintahan desa yang baik dan benar. Menurut Ismaryadi
(2022), sangatlah diperlukan menyusun organisasi dan tata kerja
pemerintahan desa untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi desa.
Struktur organisasi desa juga diatur dalam beberapa peraturan daerah,
pemerintah Kabupaten Sleman mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2004 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Desa
Pemerintah. Dalam Perda tersebut struktur organisasi desa merupakan
pola maksimal. Hal ini berarti, adanya keleluasaan kepada desa dalam
menentukan struktur organisasi dan kerja.
Struktur organisasi Pemerintah Desa Dayu terdiri atas BPR yang
setara dengan kepala desa yang dijabat oleh Bapak Sumardi. Sekretaris
desa yang dijabat oleh Bapak Riyanto. Sekretaris desa menaungi tiga
bidang, yaitu Kaur Tata Usaha dan Umum yang diketuai oleh Bapak
Andi Widiyanto, Kaur Keuangan yang diketuai oleh Bapak Dwi
Chrisdiyanto, dan Kaur Perencanaan yang diketuai oleh Bapak Anto.
Kemudian, Bidang Kasi Pemerintahan diketuai oleh Bapak Agus
Winarno, Kasi Kesejahteraan diketuai oleh Bapak Suwarto, dan Kasi
Pelayanan yang diketuai oleh Bapak Catur Susilo. Kadus Krajan dijabat
oleh Bapak Warih Utomo, Kadus Ngledok dijabat oleh Bapak Sadarno,
Kadus Waru Kulin dijabat oleh Bapan Miyono, dan Kadus kulak dijabat
oleh Bapak Suharno. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Dayu dapat
dilihat pada bagan dibawah ini.

5. Sarana dan Prasarana


Keberadaan sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam
menjalankan aktivitas masyarakat. Supaya aktivitas masyarakat berjalan
dengan lancar, harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut Nazofha et al. (2023), sarana adalah suatu alat yang
dimanfaatkan untuk memudahkan kegiatan manusia dalam mencapai
tujuan tertentu, sedangkan prasarana adalah sesuatu yang menopang
secara langsung dan tidak langsung segala bentuk sarana. Sarana jalan di
Desa Dayu memiliki kondisi yang dapat digolongkan cukup baik.
Berdasarkan data yang sudah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa
Desa Dayu memiliki akses jalan aspal 22,1 km dan memiliki akses
jembatan dengan jumlah 6 unit. Kondisi jalan di Desa Dayu sudah
memadai namun banyak jalan yang cukup menanjak dan curam. Jalan
yang ada di Desa Dayu ada yang cukup lebar sehingga bisa dilewati oleh
kendaraan roda empat dan roda dua dari dua arah yang berbeda, sehingga
membuat aktivitas penduduk Desa Dayu menjadi lebih mudah. Namun,
terdapat juga jalan yang sempit sehingga hanya bisa dilewati oleh satu
jenis kendaraan saja baik kendaraan roda dua maupun roda empat dari
dua arah yang berbeda. Untuk mempermudah dalam melakukan aktivitas,
penduduk Desa Dayu biasanya menggunakan alat transportasi. Alat
transportasi yang digunakan penduduk di Desa Dayu adalah sepeda,
sepeda motor, dan mobil. Mayoritas penduduk Desa Dayu menggunakan
sepeda motor untuk melakukan aktivitasnya. Penduduk Desa Dayu lebih
memilih sepeda motor untuk melakukan aktivitas karena lebih mudah
dan efisien.
Dalam melakukan aktivitas perekonomian dibutuhkan sarana dan
prasarana yang baik. Perekonomian adalah suatu kegiatan produksi dan
konsumsi yang saling berhubungan dalam menentukan sumber daya yang
akan dialokasikan serta dibutuhkan sarana dan prasarana dalam
menunjang kegiatan ekonomi. Sarana perekonomian di Desa Dayu yaitu,
Pasar Desa. Pasar Desa di Desa Dayu dibentuk dan memiliki anggota
dari masyarakat Desa Dayu. Sarana komunikasi merupakan hal yang
penting dalam berkomunikasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh,
sebagian besar penduduk Desa Dayu memiliki gawai atau handphone,
televisi, dan radio. Alat komunikasi modern membuat Desa Dayu lebih
mudah untuk mendapatkan informasi, memudahkan dalam
berkomunikasi jarak jauh, dan dapat bertatap muka meski tidak secara
langsung.
Pendidikan merupakan hal yang penting sehingga diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai. Sarana pendidikan merupakan
perlengkapan yang digunakan untuk memudahkan akses dalam
melakukan aktivitas pendidikan, terutama dalam hal kegiatan belajar
mengajar seperti ruang kelas. Sedangkan prasarana pendidikan yang
dibutuhkan seperti jalan menuju sekolah yang secara tidak langsung
mendukung Pendidikan. Menurut Nuzir dan Dewancker (2020), sarana
pendidikan secara berkelanjutan dapat mengembangkan perkotaan,
terjadi perubahan ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga hal tersebut
merupakan faktor kunci dalam menentukan hasil. Sarana pendidikan
yang dimiliki Desa Dayu adalah Gedung PAUD dengan jumlah 2 unit,
Gedung Taman Kanak-kanak (TK) yang berjumlah 2 unit, dan Gedung
Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 2 unit. Desa Dayu memiliki sarana
dan prasarana olahraga dengan jumlah 1 unit yaitu 1 lapangan sepak
bola. Desa Dayu tidak mempunyai sarana dan prasarana kesenian karena
tidak memiliki gedung kesenian atau budaya. Di Desa Dayu memiliki
sarana dan prasarana ibadah yaitu 13 unit masjid, sedangkan gereja, pura,
dan vihara tidak ada karena sebagian besar masyarakat di Desa Dayu
beragama Islam dengan jumlah 2.738 orang, sedangkan agama Katolik
berjumlah 2 orang dan agama Kristen berjumlah 12 orang. Sarana sosial
di Desa Dayu cukup memadai yaitu memiliki balai masyarakat yang
digunakan untuk perkumpulan warga, biasanya digunakan ketika ada
rapat. Dan untuk sarana kesehatan di Desa Dayu yaitu Posyandu dengan
jumlah 2 unit dan MCK tidak ada.
6. Organisasi Sosial
Kehidupan dalam bermasyarakat di Desa yaitu melakukan segala
aktivitas yang bersifat sosial. Agar aktivitas sosial menjadi teratur,
diperlukan sebuah koordinasi antar masyarakat Desa dengan membentuk
organisasi sosial. Organisasi sosial menjadi wadah atau fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan sosial masyarakat supaya dapat berinterasi dengan
masyarakat lain yang bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan
dan mencapai kepentingan bersama. Menurut Duha (2018), organisasi
adalah kesatuan yang dibentuk oleh beberapa orang dengan memiliki
kesamaan latar belakang, identitas, harapan, dan hal lain untuk meraih
tujuan dan dikerjakan secara bersama-sama. Sebuah organisasi sosial
harus memerlukan sebuah kepengurusan yang mampu mengatur
organisasi sehingga dapat berkembang. Menurut Aziz (2015),
kepengurusan dalam organisasi membutuhkan kemampuan untuk
menemukan cara terbaik dalam mengambil keputusan untuk
mengembangkan organisasi.
Organisasi sosial yang ada di Desa Dayu mencakup yaitu LPM,
PKK, Posyandu, pengajian, arisan, simpan pinjam, kelompok tani,
Gapoktan, dan karang taruna. LPM adalah Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat yang merupakan salah satu Lembaga Kemasyarakatan yang
ada di Desa. Lembaga ini memiliki tugas untuk melaksanakan
pemberdayaan masyarakat di Desa, merancang pelaksanaan
pembangunan, dan mengembangkan pelayanan bagi masyarakat desa.
Jumlah Organisasi sosial LPM di Desa Dayu memiliki 39 LPM. PKK
adalah sebuah organisasi sosial dengan tujuan melakukan pemberdayaan
terhadap perempuan terutama ibu-ibu di Desa dan melaksanakan
pembangunan untuk kesejahteraan Indonesia, anggota PKK biasanya
berisikan ibu-ibu. Menurut Ermayda et al (2019), PKK yaitu suatu usaha
dalam pembangunan masyarakat yang berkembang dan penggagasnya
adalah wanita. PKK sebagai organisasi sosial mempunyai tugas yaitu
Menumbuhkan kesejahteraan masyarakat dan keluarga yang ada di Desa,
melaksanakan pemberdayaan perempuan, sebagai media untuk
pendidikan bagi masyarakat, merancang dan melaksanakan program
untuk kebutuhan masyarakat, serta sebagai media untuk kolaborasi dan
koordinasi antar masyarakat. Di Desa Dayu PKK berfungsi untuk
memberdayakan perempuan supaya dapat berkoordinasi, dan
mengoptimalkan kemampuan masyarakat. Kegiatan PKK di Desa Dayu
antara lain pertemuan rutin, mengadakan arisan, dan mengadakan
kegiatan untuk memperingati hari-hari besar seperti hari Ibu.
Masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya memerlukan
kesehatan yang baik sehingga dibutuhkan sebuah sarana dan prasarana
kesehatan. Sarana dan prasarana kesehatan berupa Posyandu (pos
pelayanan terpadu) yang merupakan suatu usaha untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang baik dalam masyarakat. Posyandu menjadi
wadah masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan terutama bagi
Ibu dan anak. Tujuan posyandu yaitu menghindari angka kematian Ibu
dan bayi saat masa kehamilan dan persalinan dengan berbagai kegiatan,
memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat terutama Ibu dan
anak, pengadaan imunisasi, serta penyuluhan tentang gizi. Di Desa Dayu
terdapat 5 unit posyandu.
Kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa terutama
para pemuda sangat aktif. Kegiatan sosial ini dikoordinasikan oleh suatu
organisasi pemuda yaitu Karang Taruna. Karang Taruna adalah
organisasi sosial yang anggotanya terdiri dari para pemuda dan pemudi
yang ada di Desa Dayu. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Karang Taruna
meliputi mempersiapkan kegiatan kemasyarakatan yang akan diadakan,
seperti memperingati hari besar nasional, hari besar keagamaan, dan
acara yang berhubungan dengan kesenian kesenian. Karang Taruna juga
ikut berperan dalam acara hajatan dan kematian. Karang taruna ini akan
giat membantu jika diperlukan oleh masyarakat di Desa Dayu. Terdapat
10 kelompok karang taruna di Desa Dayu. Kegiatan masyarakat di Desa
Dayu rutin melaksanakan pengajian dan arisan. Di Desa Dayu terdapat 3
kelompok pengajian dan 5 kelompok arisan. Gapoktan merupakan
perkumpulan yang dibuat oleh beberapa kelompok tani melalui kerja
sama untuk meningkatkan usaha tani dan sebagai fasilitator kegiatan
pertanian. Di Desa Dayu hanya terdapat 1 kelompok tani yang mengikuti
Gapoktan. Di Desa Dayu terdapat kelompok tani yang berjumlah 10
kelompok dan tidak memiliki kelompok simpan pinjam.
7. Penguasaan Tanah
Tanah merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan
manusia. Dapat dikatakan demikian karena tanah berperan sebagai
penyedia sumber kehidupan bagi manusia. Tanah dipergunakan manusia
sebagai tempat mendirikan tempat tinggal dan sumber pendapatan
melalui hasil yang ditanam dari tanah tersebut. Dengan kata lain, tanah
juga dapat diartikan dalam nilai ekonomis. Sedangkan, dalam pertanian
tanah diartikan secara khusus sebagai media tumbuhnya tanaman
semusim dan tanaman tahunan. Menurut Tullah (2019) Tanah
merupakan komponen yang penting bagi ketersediaan air, udara, nutrisi
bagi makluk hidup.
Tanah digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Ramadhani (2021), pemenuhan kebutuhan tersebut dapat
dilakukan dengan pengelolaan tanah. Usaha pengelolaan tanah dan
pemanfaatan tanah yang saat ini ditemukan di Indonesia berupa
pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan. Pengusaan tanah tersebut biasanya berdasarkan adat istiadat
atau berdasarkan modal yang dimiliki oleh petani. Menurut Nasir (2021),
Penguasaan tanah secara adat istiadat berarti penguasaan tanah secara
turun tumurun dan tidak ada sejengkal pun tanah yang tidak berpunya.
Kebanyakan petani atau masyarakat desa memiliki hak milik tanah secara
turun tumurun. Hal ini berarti, tanah didapat dari hasil warisan yang
berasal dari keluarganya. Luas tanah yang di dapat dari hasil warisan ini
juga nantinya akan berpengaruh pada status penguasaan tanah oleh
petani. Petani yang mendapat tanah warisan dengan luas yang sempit
cenderung lebih memilih menjadi buruh tani. Sedangkan petani yang
mampu akan memilih untuk menggarap lahan milik orang lain dengan
penguasaan tanah sewa atau sakap.
Penguasaan tanah yang ada di Desa Dayu saat ini yaitu penguasaan
tanah dengan hak milik sendiri, penyewa, dan penyakap. Hak milik atas
tanah meliputi seperangkat hak, kewajiban dan/ atau larangan bagi
pemiliknya untuk melakukan sesuatu dengan tanah yang dihaki. Menurut
Sitorus (2019), penguasaan tanah secara perorangan meliputi 3 hak, yaitu
hak garap, hak pakai, dan hak milik atas tanah. Hak garap merupakan hak
untuk mengusahakan tanah itu saja. Menurut Sappe (2021), hak garap
yaitu hak yang didapat oleh petani untuk menggarap tanah, walaupun
tidak memiliki hak kepunyaan atas tanah tersebut. Hak pakai adalah hak
untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah dengan hak milik
orang lain. Hak milik atas tanah adalah hak turun-menurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah.
Desa Dayu dapat dijumpai sistem penguasaan tanah berupa tanah
sistem sewa, hak milik, dan tanah sistem sakap. Tanah sewa adalah tanah
yang disewakan oleh pemilik tanah untuk digarap oleh penyewa dalam
kurun waktu tertentu sesuai persetujuan dari kedua belah pihak. Tanah
sistem sakap adalah sistem perjanjian penggarapan lahan sawah antara
pemilik dengan buruh di mana pembayaran dilakukan dengan sistem bagi
hasil dan bawon. Pada sistem sakap, biasanya sistem bagi hasil yang
diterapkan adalah 1/3 hasil panen diperuntukkan untuk pemilik tanah dan
2/3 hasil panen diperuntukkan untun penggarap tanah. Tanah hak milik
adalah tanah yang dimiliki seseorang dengan sah yang dibuktikan dengan
adanya sertifikat hak milik (SHM). Di Desa dayu mayoritas yang
memiliki lahan pribadi merupakan turun temurun dari orang tua dengan
luas lahan yang tidak lebih dari 2500 m2. Selain itu, di Desa Dayu juga
dijumpai tanah adat berupa tanah gogolan, yaitu tanah pertanian milik
bersama, dimana warga desa dapat memperoleh bagian untuk digarap
baik secara bergilir atau tetap dengan suatu cara tertentu.
8. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi berasal dari kata “strata” yang berarti lapisan. Menurut
Harold (2017), stratifikasi sosial bermakna sejumlah individu yang
mempunyai kedudukan yang sama menurut ukuran masyarakatnya,
dikatakan berada dalam suatu lapisan atau startum. Stratifikasi sosial
adalah pelapisan sosial atau sistem hierarki kelompok di dalam
masyarakat. Menurut Amaludin dan Samsul (2019), stratifikasi sosial
secara etimologi adalah pelapisan atau penggolongan masyarakat secara
hierarki yang dipengaruhi oleh beberapa unsur. Desa Dayu dijumpai
startifikasi sosial berdasarkan kekayan dan status kepemilkan tanah.
Masyarakat dengan kelas sosial yang sama atau menempati
golongan masyarakat yang sama cenderung memiliki pendapatan dengan
besar yang sama. Menurut Chozin dan Prasetyo (2020), stratifikasi sosial
dapat berperan sebagai alat pengukur perekonomian, hak dan kuasa,
harga diri, serta tingkat pendidikan berdasarkan status yang dimiliki
masyarakat. Orang-orang yang berada pada tingkat pendapatan yang
sama memiliki gaya hidup, nilai hidup, dan kebiasaan yang sama.
Mereka yang berada di golongan bawah kebanyakan akan menarik diri
dari tatanan umum masyarakat. Stratifikasi sosial di Desa Dayu dapat
digambar kan sebagai berikut

20%

65%

15%

20% : PNS (Sangat kaya)


65% : Petani (Cukup kaya)
15% : Buruh tani (Tidak kaya)
Stratifikasi sosial berdasarkan kekayan di Desa Dayu dibedakan
menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama yaitu lapisan dengan status sosial
sangat kaya. Lapisan sosial sangat kaya di Desa Dayu diisi oleh
masyarakat dengan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Lapisan
kedua yaitu lapisan dengan status sosial cukup kaya. Lapisan sosial
cukup kaya di Desa Dayu ditempati oleh petani pemilik penggarap.
Lapisan ketiga yaitu lapisan dengan status sosial tidak kaya. Lapisan
sosial tidak kaya di Desa Dayu ditempati oleh buruh tani. Terdapat
kurang lebih 20% dari 50 rumah tangga yang menempati lapisan pertama
dengan jumlah 10 rumah tangga. Lapisan kedua terdapat 65% dari 50
rumah tangga dengan jumlah 33 rumah tangga. kemudian, terdapat 15%
dari 50 rumah tangga yang berada di lapisan ketida dengan jumlah 8
rumah tangga. Rumah tangga lapisan ketiga di Desa Dayu yang
kebanyakan bekerja sebagai buruh tani dapat meningkatkan status sosial
ke lapisan kedua atau lapisan pertama dengan melakukan kegiatan usaha
di luar usaha tani dan bantuan dari pemerintah. Contoh kegiatan di luar
usaha tani yang dapat dilakukan adalah berwirausaha dengan membuka
warung.
Stratifikasi sosial berdasarkan status petani di Desa Dayu
dibedakan menjadi pemilik penggarap, penyewa, penyakap, dan buruh
tani. Petani dengan status penyewa menduduki lapisan stratifikasi sosial
tertinggi karena kebanyakan penduduk Desa Dayu merupakan petani
yang menggarap lahan dari hasil sewa dengan persentase 70%. Status
petani pemilik penggarap menempati posisi kedua yang paling sering
dijumpai di Desa Dayu karena kebanyakan tanah milik warga didapatkan
dari hasil warisan keluarga dengan persentase 20%. Dimana tanah
warisan yang diberikan sudah berupa bangunan atau tanah pekarangan.
Hal itulah yang menyebabkan petani di Desa Dayu lebih memilih untuk
mengelola tanah pertanian dengan sistem sewa.
Status petani penyakap dan buruh tani jarang ditemui di Desa Dayu
dengan persentase 10%. Petani penyewa merupakan petani yang
menggarap lahan pertanian orang lain dalam jangka waktu dan biaya
sewa sesuai kontrak dengan pemilik lahan. Petani penyakap adalah petani
yang menggarap lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Sistem
bagi hasil yang biasanya disetujui antara petani dengan pemilik lahan
yaitu 1/3 hasil panen diperuntukkan untuk pemilik lahan dan 2/3 hasil
panen untuk petani penggarap. Buruh tani adalah petani yang menggarap
lahan orang lain dengan sistem gaji
berupa uang ataupun hasil panen. Petani pemilik penggarap adalah petani
yang mempunyai lahan dengan hak milik pribadi dan mengusahakan atau
mengelola lahan tersebut secara pribadi.
9. Konflik Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain (Syamsuddin, 2020). Manusia tidak dapat
hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri, sehingga memerlukan
interaksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial
tersebut dapat mengarah ke arah positif seperti semakin tingginya rasa
kekeluargaan dalam masyarakat. Namun, interaksi sosial tersebut juga
dapat mengarah ke arah negatif seperti timbulnya konflik sosial.
Konflik sosial sering kali terjadi di lingkungan masyarakat. Baik
itu konflik yang terjadi antar individu, individu dengan kelompok,
bahkan antar kelompok. Secara etimologis, kata konflik berasal dari
Bahasa Latin yaitu “con” dan “figere” dimana kata “con” mempunyai arti
bersama, sedangkan “figere” mempunyai arti memukul. Konflik sosial
dapat diartikan sebagai pertentangan yang terjadi antar anggota
masyarakat dalam kehidupan. Ada empat jenis utama konflik: konflik
internal individu, konflik antara individu dan kelompok, konflik antar
individu, konflik antar kelompok (Akramjanovna, 2021).
Konflik sosial sering kali dipicu oleh adanya keluhan masyarakat
lokal atas tindakan ekploitasi terhadap sumber daya alam. Konflik juga
dapat terjadi dalam skala besar seperti halnya perang saudara yang terjadi
pada suatu daerah. Masyarakat Desa Dayu tidak pernah memiliki konflik
baik antar masyarakat desa, warga lokal (tengkulak dan perusahaan),
maupun pemerintah karena seluruh kegiatan masyarakat dan usahatani
dikelola secara kekeluargaan dengan memanfaatkan bantuan dari
pemerintah desa dan penyuluh sehingga tidak ada kesalahpahaman antar
warga.
10. Kebudaayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu


buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, yang berasal dari kata
Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam Bahasa. Menurut Syamaun (2019),
kebudayaan adalah suatu sistem nilai yang dijadikan pandangan hidup
masyarakat dalam bertingkah laku. Secara garis besar, pengertian
kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh
seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya
mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi (Syakhrani dan
Kamil, 2022). Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai kebiasaan
masyarakat yang tampak.

Kebudayaan erat kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat.


Masyarakat menghasilkan kebudayaan, dan kebudayaan menentukan
corak masyarakat, sehingga antara manusia dan kebudayaan merupakan
suatu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam
kesehariannya, manusia memerlukan budaya. Tanpa budaya, manusia
tidak akan bisa hidup, karena kebudayaan merupakan jalan atau arah
dalam bertindak dan berpikir, yang tidak dapat dilepaskan dari individu
dan masyarakat. Oleh karena itu, kebudayaan dan masyarakat tidak bisa
dipisahkan, dan kebudayaan merupakan unsur yang tak dapat terpisahkan
dari kehidupan manusia.

Nilai-nilai dalam hidup bermasyarakat diperlukan untuk


menentukan tindakan atau sikap mana yang dianggap baik (Muttaqin dan
Saputra, 2019). Nilai-nilai ini memberikan makna dalam hidup, memberi
acuan, titik tolak, dan tujuan hidup. Manusia tumbuh dengan nilai-nilai
yang melekat pada dirinya sejak lahir, dan nilai-nilai ini tidak hanya
dipandang sebagai keyakinan, tetapi juga menyangkut pola pikir dan
Tindakan. Nilai-nilai moral juga berperan dalam menentukan tindakan
yang dianggap baik atau buruk. Selain itu, nilai-nilai kehidupan yang
terkandung dalam Pancasila, seperti nilai-nilai keagamaan,
perikemanusiaan, keadilan, estetik, etik, dan intelektual, juga memainkan
peran penting dalam menentukan tindakan yang dianggap baik. Semua
itu termasuk dalam kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan memiliki
fungsi sebagai pengatur etika bermasyarakat.

Kebudayaan merupakan benda-benda yang diciptakan oleh


manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yang berupa prilaku, serta
benda-benda yang bersifat nyata, sebagai contoh pola perilaku, peralatan
hidup, bahasa, organisasi sosial, seni, religi, dan sebagainya. Bentuk
rumah termasuk ke dalam kebudayaan yang ada di Indonesia. Rata-rata
bentuk rumah di Desa Dayu adalah rumah kampung. Denah rumah
tersebut adalah sebagai berikut.

Masyarakat Desa Dayu masih mengadakan dan melestarikan adat


istiadat yang telah ada sejak lama yang dikemas dengan cara keagamaan
pada saat pelaksanaannya. Adat istiadat yang diadakan berkaitan dengan
siklus hidup manusia, seperti mantu, mitoni, khitanan, tetesan, dan
selapanan. Adapun adat istiadat yang terkait dengan siklus pasca
kematian seperti 7 harian. Adat istiadat yang berkaitan dengan usahatani
masih diadakan juga, yaitu labuhan panen dan pesta panen.

11. Petani Millenial

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar


penduduknya berprofesi sebagai petani. Namun dalam beberapa tahun
terakhir, Indonesia dan beberapa negara lainnya mengalami penurunan
tenaga kerja usia muda dalam sektor pertanian. Selama ini profesi petani
lebih banyak ditekuni oleh masyarakat dengan usia lebih dari 50 tahun/
usia tua. Pekerja usia tua tentu kurang dari segi tenaga dan tidak akan
bertahan lama, sementara itu generasi muda mulai meninggalkan
pekerjaan di bidang pertanian dan beralih ke sektor lain. Hal ini
kemudian yang menjadi alasan terbentuknya petani milenial di Indonesia.
Menurut Septeri (2023), Petani milenial merupakan salah satu dari
program Kementrian Pertanian dimana para generasi muda yang
memiliki jiwa milenial, bersifat adaptif terhadap teknologi digital, dan
tentunya memiliki jaringan kerjasama usaha, di dorong untuk
memperbaiki pembangunan sektor pertanian. Keberadaan petani milenial
ini diharapkan dapat mempertahankan keberlanjutan sumber daya petani
dan menghasilkan komoditas berkualitas dan produktivitas maksimal.

Sektor pertanian berperan sangat penting untuk menjaga ketahanan


pangan negara. Dalam hal ini petani milenial berupaya agar kebutuhan
pangan Indonesia tetap stabil di tengah menurunnya jumlah tenaga kerja
pertanian. Usahatani yang perlu dikembangkan berfokus pada tanaman
pangan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti salah satu
contohnya yaitu padi. Untuk meningkatkan produktivitas pada usahatani
tersebut, petani milenial menggunakan metode pertanian pintar yaitu
pengelolaan pertanian berbasis teknologi. Penerapan teknolgi di bidang
pertanian ini berupa pemanfaatan mesin dan peralatan modern dan juga
teknik bertani yang lebih efisien. Dengan adanya bantuan teknologi
dalam kegiatan bercocok tanam akan meningkatkan kualitas dan
kuantitas produk pertanian.

Teknologi yang dimanfaatkan oleh petani milenial tidak hanya


diterapkan di lapangan tapi juga dalam komunikasi pemasaran. Menurut
Arvianti et al. (2022), salah satu bentuk digitalisasi dengan menggunakan
teknologi internet sedang berkembang dengan pesat. Teknologi tersebut
dapat memberikan kemudahan dan keuntungan untuk banyak pihak salah
satunya yaitu petani untuk membantu kegiatan usahatani, contohnya
dalam pemasaran. Saat ini, persaingan bisnis dapat dimenangkan dan
ditingkatkan dengan penggunaan internet untuk promosi ataupun
penjualan dari hasil produksi pertanian. Petani milenial menggunakan
aplikasi perangkat lunak sebagai media pemasaran produk pertanian atau
yang disebut sebagai digital marketing. Teknologi ini juga membantu
petani untuk mempercepat pencarian pembeli dan memperluas jangkauan
konsumen. Metode transaksi yang digunakan juga lebih efisien dan dapat
diakses oleh banyak orang tanpa harus bertemu secara langsung. Digital
marketing dapat membantu petani untuk memutus rantai pemasaran yang
panjang sehingga petani memiliki nilai tawar yang tinggi.

Uraikan keberadaan petani millenial di desa, bentuk usaha tani dan


aktifitas petani millenial untuk mengembangkan usaha taninya.

12. Perubahan sosial masyarakat desa

Masyarakat adalah tempat berkumpulnya manusia dari daerah yang


satu ke daerah yang lain sehingga membentuk sebuah perkampungan
atau pedesaan. Menurut Manullang (2021), Perubahan sosial masyarakat
desa adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat desa dalam bidang
sosial, budaya, ekonomi, dan juga politik. Di era kemajuan teknologi saat
ini, sangat memungkinkan terjadinya perubahan sosial khususnya pada
masyarakat desa yang terdampak. Banyak hasil teknologi saat ini yang
membantu kehidupan masyarakat seperti adanya listrik dan sarana
prasarana. Sebelumnya masyarakat desa menggunakan lampu minyak
atau kayu bakar untuk memasak. Sejak adanya listrik, masyarakat tidak
lagi menggunakan lampu dengan minyak dan memasak tidak lagi
memakai kayu bakar, tetapi dengan gas. Sarana prasarana seperti mobil
dan traktor juga mengubah kebiasaan masyarakat dalam bertani karena
penggunaannya yang cepat dan praktis,

Perkembangan teknologi lainnya yang cukup berdampak adalah


internet. Teknologi internet telah membawa perubahan yang begitu besar
dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Mungkin, dahulu masyarakat
desa masih dikatakan sebagai masyarakat terbelakang dari segala-galanya
karena sangat ketertinggalan sekali dari informasi dibandingkan
masyarakat kota, tetapi saat ini telah berubah. Meskipun saat ini belum
sepenuhnya, masyarakat desa masih bisa menjangkau informasi yang
sama seperti masyarakat kota. Menurut Fahmi (2023), keberadaan
internet sebagai teknologi informasi membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Penyediaan teknologi digital meningkatkan
aksesibilitas informasi dan membuka peluang inovasi di daerah pedesaan
dalam artian menghasilkan keuntungan besar bagi penghidupan petani
atau memberikan kontribusi nilai yang signifikan terhadap
perekonomian. Masyarakat yang dulunya hanya menjual hasil pada
tengkulak dengan harga rendah, kini bisa menjual hasil usahataninya
pada pembeli yang beragam dan harga beli yang lebih tinggi.

Perkembangan teknologi di Desa Dayu sendiri berjalan dengan


baik. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas rumah tangga dan transportasi
kepemilikan masyarakat yang hampir sama seperti masyarakat kota pada
umumnya. Teknologi pertanian seperti traktor dan truk pengangkut rata-
rata telah digunakan sehari-hari oleh masyarakat. Pasokan listrik berjalan
lancar dan masyarakat memiliki alat transportasi yang memadai seperti
motor atau mobil. Pembangunan fasilitas publik juga mulai dijalankan
untuk kepentingan warga, namun beberapa petani menganggap
pembangunan ini dapat mempersempit lahan bertani mereka. Alih fungsi
lahan tani ke perkembangan industri lain berpotensi menurunkan hasil
produksi pertanian. Daerah resapan air serta struktur tanah juga akan
terpengaruh akibat pembangunan dari perkembangan teknologi.
Masyarakat juga mengkhawatirkan terjadinya bencana alam jika
melalukan eksploitasi alam secara berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, A. 2020. Akibat Hukum dari Penerapan Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Tanah Pertanian terhadap Batas
Maksimum Kepemilikan Tanah dan Penguasaan Tanah Pertanian (Studi di
Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri). Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum, 26(4): 504-515.
..: tahunnya tanpa tanda kurung
.. : kata depan, kata hubung huruf awalnya kecil
.. : Jenis jurnalnya di italic
.. : volume dan halaman ditulis dengan format seperti itu

Akramjanovna, B. K. 2021. Community Conflicts and Their Management


Mechanisms. International Journal on Economics, Finance and Sustainable
Development, 3(3): 144-148.
Arvianti, E. Y., Anggrasari, H., Masyhuri. 2022. Pemanfaatan Teknologi
Komunikasi melalui Digital Marketing pada Petani Milenial di Kota Batu,
Jawa Timur. Jurnal Agriekonomika, 11(1): 11-18.

Awalludin Awalludin dan Samsul Aman. “Stratifikasi Sosial dalam Novel


Pabrik Karya Putu Wijaya”. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan
Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing. Vol. 2. No. 1. 2019. pp. 15-28.
Aziz, A.B. 2015. Pengurusan Islam Alternatif Pengurusan Moden. Kedah:
UUM Press.
Bidarti, A. 2020. Teori Kependudukan. (cetakan pertama). Bogor: Lindan
Bestari.
Chozin, A., & Prasetyo, T. A. (2021). Pendidikan Masyarakat Dan
Stratifikasi Sosial Dalam Prespektif Islam. Mamba'ul'Ulum, 62-73.
Duha, Timotius. 2018. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.
Ermayda, R.Z., Nanda, H.I., Narullia, D. 2019. Digital Marketing Sebagai
Strategi Produk Pemasaran PKK. Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI 3
(2), 80-84.
Fahmi, F. Z. and Savira, M. 2023. Digitalization and rural entrepreneurial
attitude in Indonesia: a capability approach. Journal of Enterprising
Communities: People and Places in the Global Economy (17 )2: 454-478.
Harold Kerbo. Social Stratification. 21st Century Sociology: A Reference
Handbook, Clifton D. Byrant & Dennis L. Peck (Ed.) SAGE Publications:
Thousand Oaks. 2017. pp. 228-236.
Ismaryadi, H. (2022). Implementation of Village Administration in
Minomartani Village, Ngaglik District According to Regional Regulation No.
2 of 2007 Sleman Yogyakarta Regency concerning Guidelines for the
Organizational Structure and Working Procedures of the Village
Government. Journal of Law Science, 4(4), 205-214.
Manullang, S. O. 2021. PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT
PEDESAAN DI ERA TEKNOLOGI. Jurnal Kajian Perbatasan
Antarnegara, Diplomasi, dan Hubungan Internasional (4)1: 83-88
Muttaqin, F. A., & Saputra, W. (2019). Budaya Hukum Malu Sebagai Nilai
Vital Terwujudnya Kesadaran Hukum Masyarakat. Al-Syakhsiyyah:
Journal of Law & Family Studies, 1(2), 187-207.
Nasir, G. A., Khudzaifah Dimyati, S. H., & Absori, S. H. (2021). Penguasaan
Hak Ulayat: Studi Perubahan Nilai Penguasaan Tanah Hak Ulayat di Nagari
Kayu Tanam-Sumatera Barat (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Nazofha, B.R.F., et al. 2023. Penerapan Program Literasi Al-Qur’an dalam
Pembentukan Karakter Religius Siswa di SMPN 19 Mataram. Pendas:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 8 (3).
Nuzir, F.A., Dewancker, B.J. 2014. Understand The Role of Education
Facilities in Sustainable Urban Development: A Case Study of KSRP,
Kitakyushu, Japan. Procedia Environmetal Sciences 20, 632-641.
Pulungsari, A. E., Ekasanti, A., Bhagawati, D., & Winarni, E. T. (2023).
Abundance, Sex Proportion, and Longitudinal Distribution of Parathelpusa
spp in the Banjaran River, Banyumas Indonesia. Jurnal Biologi Tropis, 23(2),
164-175.
Raharjo, M. M. I. (2021). Tata Kelola Pemerintahan Desa. Bumi Aksara.
Ramadhani, R. (2021, August). Analisis Yuridis Penguasaan Tanah Garapan
Eks Hak Guna Usaha PT. Perkebunan Nusantara II Oleh Para Penggarap.
In Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan Humaniora (Vol. 1, No. 1,
pp. 860-867).
Sappe, S., Latturete, A. I., & Uktolseja, N. (2021). Hak Pakai Atas Tanah
Hak Milik dan Penyelesaian Sengketa. Batulis Civil Law Review, 2(1), 78-92.
Syakhrani, A. W., & Kamil, M. L. (2022). Budaya Dan Kebudayaan:
Tinjauan Dari Berbagai Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur
Kebudayaan Yang Bersifat Universal. Cross-border, 5(1), 782-791.
Septeri, D. I. 2023. Lahirnya Petani Milenial dan Peranannya dalam
Pengembangan Agrowisata di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Ilmu Sosial
dan Humaniora 12(1): 29-39
Sudargo, T., & Armawi, A. (2019). Sosio Demografi Ketahanan Pangan
Keluarga Dalam Hubungannya Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia
1–5 Tahun (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kelurahan
Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kotamadya Semarang, Provinsi
Jawa Tengah). Jurnal Ketahanan Nasional, 25(2), 178-203.
Syamaun, S. 2019. Pengaruh Budaya Terhadap Sikap dan Perilaku
Keberangaman. Jurnal AT-TAUJIH Bimbingan dan Konseling Islam 2(2):
81-95
Syamsuddin, A. (2020). Konflik Sosial Dalam Perspektif Sosiologi Agama.
Al-Din: Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan, 6(1).
Tullah, R., Sutarman, S., & Setyawan, A. H. (2019). Sistem penyiraman
tanaman otomatis berbasis mikrokontroler arduino uno pada toko tanaman
hias yopi. Jurnal Sisfotek Global, 9(1).
NOTE TERAKHIR, BUKTI SITASI SILAKAN DILAMPIRKAN YAA

SEMANGAT REVISI

Anda mungkin juga menyukai