Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PRAKTIKUM

SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA : GONDANGLEGI
KECAMATAN : KLEGO
KABUPATEN :BOYOLALI

Disusun oleh:
Kelompok 51:
1. Alif Eldurr R.
H0718016
2. Argha Hyta Dimas E.
H0718031
3. Aulia Salsa Defani
H0718034
4. Ayu Lestari
H0718035

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN


PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum SOSIOLOGI PEDESAAN yang dilaksanakan


padajumat-minggu tanggal 2-4 November 2018 di Desa Gondanglegi, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal…
Desember 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Mengetahui,

Dosen pengampu Co-Assisten,


Sosiologi Pedesaan,

Hanifah Ihsaniyati S.P., M.Si. Sonhaji Pratito


NIP. 198003022005012001 NIM. H0217061

Mengetahui:
Ketua Laboratorium Sosiologi Pedesaan

Dr. Ir. Sugihardjo. M. S.


NIP. 195903051985031004

ii
KATA PENGANTAR

Sosiologi pedesaan adalah ilmu pengetahuan yang sistematis sebagai


penerapan metode ilmiah dalam upaya mempelajari masyarakat pedesaan, struktur
dan organisasi sosial, sistem dasar masyarakat, dan perubahan sosial yang terjadi.
Pedesaan sangat identik dengan pertanian dan kehidupan masyarakat yang
sederhana dan senantiasa bergotong-royong dalam menghadapi masalah. Pedesaan
umumnya memiliki lahan pertanian yang luas dengan jumlah penduduk yang relatif
sedikit. Masyarakat desa dalam setiap kehidupan sosial, ekonomi, dan budayanya
selalu bersifat kekeluargaan dan patuh terhadap norma aturan serta orang-orang
tertentu (sesepuh) yang mereka hormati.
Dulu masyarakat desa tertutup terhadap hubungan luar tetapi sekarang desa
sangat banyak terpengaruh kehidupan kota akibat adanya program pembangunan
oleh pemerintah. Dampak positif dari terbukanya desa terhadap hubungan luar
adalah dengan masuknya sarana dan prasarana kehidupan seperti komunikasi,
perhubungan, pendidikan, sistem pertanian dan bidang kehidupan lainnya. Desa
sebagai persekutuan hidup bersama memiliki karakteristik perkembangan
masyarakat yang lambat, adat yang khas dan mengikat warganya, hubungan warga
yang erat dan solidaritas tinggi, serta sarana dan prasarana yang kurang lengkap.
Dalam mengelola usaha tani mereka hanya menggunakan lahan seperlunya tanpa
merusak lingkungan. Kehidupan masyarakat desa yang sederhana dan guyup yang
tidak terlalu diketahui masyarakat banyak, maka dilaksanakanlah praktikum
Sosiologi Pedesaan ini untuk lebih mengenal dan memahami serta mengetahui
kehidupan masyarakat desa yang kompleks disegala bidang kehidupan.

Surakarta, Desember 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI. ..................................................................................................


HALAMAN JUDUL. .....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN. .......................................................................
KATA PENGANTAR. ...................................................................................
DAFTAR ISI. ..................................................................................................
DAFTAR TABEL. .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR. .....................................................................................
INTISARI. ......................................................................................................
I. PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Tujuan Praktikum. .................................................................................
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan. ...........................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA. ...........................................................................
III. METODOLOGI ......................................................................................
A. Metode Dasar Praktikum ......................................................................
B. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
C. Jenis dan Sumber Data .........................................................................
D. Metode Analisis Data ...........................................................................
IV. HASIL DAN ANALISIS DATA .............................................................
A. Keadaan Umum ...................................................................................
1. Sejarah Desa.....................................................................................
2. Kondisi Geografis ............................................................................
3. Kependudukan .................................................................................
4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa ..............................................
5. Sarana dan Prasarana .......................................................................
6. Organisasi Sosial..............................................................................
7. Penguasaan Tanah............................................................................
8. Stratifikasi Sosial .............................................................................
9. Konflik Sosial ..................................................................................
10.Kebudayaan.....................................................................................
B. Karakteristik Responden ......................................................................
1. Identitas Keluarga Responden .........................................................
2. Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah ....................
3. Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian ...............................
4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani .............................
5. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan ...................................................
6. Hubungan Kerja Agraris ..................................................................
7. Kosmopolitan ...................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Pertambahan Penduduk dan MobilitasPenduduk di Desa


Senggrong Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali
Tahun 2018.. .......................................................................... xx
teruskan

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Senggrong .............. xx
teruskan

vi
INTISARI
Kelompok 51 melakukan praktikum Sosiologi Pedesaan pada Jumat, 2
November 2018 sampai Minggu, 4 November 2018 bertempat di DesaGondanglegi,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Tujuan dari pelaksanaan praktikum
Sosiologi Pedesaan untuk melatih mahasiswa mengenallebih dalam perilaku
masyarakat desa, kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian,
kosmopolitan petani, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi,organisasi sosial,
konflik sosial dan adat istiadat yang ada. Pada dasarnya pelaksanaan praktikum ini
merupakan latihan penelitian dengan menggunakan metode dasar deskriptif
analisis, yaitu metode yang memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada
pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan
disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.
Teknik Pengumpulan Data antara lain wawancara, observasi dan encatatan data-
data yang diperlukan terutama monografi desa. Hasil yang diperoleh dari Praktikum
Sosiologi Pedesaan ini adalah rata-rata penduduk di Desa Gondanglegi mempunyai
pekerjaan sebagai petani pemilik penggarap, yaitu petani yang memiliki lahan
pertanian dan dikerjakan oleh petani itu sendiri. Selain petani pemilik penggarap,
di Desa Gondanglegi terdapat petani penyewa, yaitu petani yang menyewa lahan
untuk dikerjakan sendiri. Desa Gondanglegi, tanah yang disewa merupakan tanah
bengkok yang merupakan tanah milik pemerintah yang disewa pertahun. Selain itu
petani juga menyewa lahan kukruk yang merupakan tanah hutan yang digunakan
untuk berkebun, lahan kukruk merupakan lahan milik perhutani yang diswa dalam
jangka waktu yang lama. Desa Godanglegi juga terdapat buruh tani, yaitu orang
yang dipekerjakan dalam kegiatan usahatani dengan bayaran upah brupa uang
maupun komoditas pertanian. Selain itu, warga Desa Gondangi banyak yang
merantau sebagai kuli bangunan terutama para pemudanya.

vii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian menjadi


produksi primer utama dalam kegiatan ekonomi. Pertanian identik berada di
daerah pedesaan. Kegiatan pertanian tersebut tidak lepas adanya interaksi antar
pelaku satu dengan yang lain dimana ilmu sosiologi pedesaan digunakan untuk
mempelajarinya. Sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia
dengan manusia ,manusia dengan kelompok dan kelompok dengan masyarakat,
baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara
individu dengan individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan
kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang
namaya hubungan sosial, karena bagaimanapun hubungan tersebut
memengaruhi perilaku orang-orang. Pedesaan berasal dari suku kata desa yang
berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal pengertian
desa disini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut
suasana yang formal maupun informal. Satuan terkecilnya terdiri dari keluarga
yang mempunyai wilayah dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan
kehidupan dan keterikatan antara keluarga keluarga dalam kelompok
masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsurpenguat yang bersifat religius,
tradisi dan adat istiadat.
Sosiologi pedesaan mencakup proses-proses sosial, struktur sosial,
dinamika sosial, perubahan sosial dan pola perilaku serta mata pencaharian
yang ada di masyarakat pedesaan. Sosiologi pedesaan sering dikaitkan dengan
pertanian karena sebagian besar mata pencaharian yang ada di pedesaan ialah
dalam sektor pertanian. Sosiologi pedesaan sendiri juga berperan cukup besar
dalam proses bertani di pedesaan.
Pada mata kuliah sosiologi pedesaan ini kelompok kami berkesempatan
untuk menjalankan praktikum yang bertempatkan di Desa

1
2

Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali guna mempelajari


keadaan sosiologi para petani pada desa tersebut. Kami berharap dapat
melaksanakan praktikum dengan baik dan dapat berguna serta berkontribusi
dalam pertanian masyarakat desa tersebut.

B. Tujuan Praktikum
Praktikum Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk melatih mahasiswa
mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan hubungan kerja
agraris dan luar pertanian, kosmopolitan petani, kelembagaan pedesaan, pola
komunikasi,organisasi sosial, konflik sosial, dan adat istiadat yang ada.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum Sosiologi Pedesaan akan dilaksanakan pada Jumat sampai
Ahad (2- 4 November 2018), hari Jumat direncanakan berkumpul di Fakultas
Pertanian UNS pukul 06.30 WIB. Hari Ahad direncanakan berkumpul di titik
kumpul kecamatan (kantor kecamatan) pukul 12.00 WIB. Tempat pelaksanaan
praktikum berada di Kabupaten Boyolali : Kecamatan Andong dan Kecamatan
Klego.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji masyarakat


dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam
masyarakat tersebut. Melalui Sosiologi diharapkan berbagai persoalan dalam
masyarakat dapat ditafsirkan. Sosiologi adalah suatu ilmu sosial yang
mempelajari hubungan yang terjadi dalam masyrakat (interaksi sosial). Akibat
hubungan tersebut, masyarakat mempelajari fakta-fakta yang ada di masyarakat
yang mungkin dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam
masyarakat tersebut (Suryani etal., 2013).
Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang
dilihat dari hubungan antarmanusia dan proses yang timbul akibat dari
hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat tersebut
adalah gejala, proses pembentukan, serta mempertahankan kehidupan
masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan antarmanusia. Dengan
demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan
objek formal. Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial manusia dan
gejala serta proses hubungan antarmanusia yang memengaruhi hubungan sosial
dalam kesatuan hidup manusia (Waluya, 2009).
Dalam pandangan Bauman, sosiologi mesti didefinisikan sebagai ilmu
yang mengetengahkan percakapan atau dialog yang terus menerus dengan
pengalaman manusia. Menurutnya, sosiologi harus memusatkan diri pada
bagaimana manusia secara terus-menerus berupaya memahami lingkungan
sosial dan kebudayaan di mana mereka hidup. Dengan itu, sosiologi harus
bekerja lebih sebagai ‘metafora’ yang menyediakan jalan bagi pemahaman
manusia akan dunia daripada sebagai penyedia hukum-hukum sosial. Dengan
metode ini, maka artikel ini mencoba meredeskripsikan kembali pandangan-
pandangan Bauman melalui literatur pokoknya dengan pandangan penulis
mengenai kebutuhan kontekstual kemanusiaan saat ini (Robet, 2016).
Definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan
pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis statistik, desa

3
4

didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500


orang. Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu
lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba
informal di antara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi
desa di definisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung
kepada pertanian (Farid, 2016).
Masyarakat pedesaan atau desa dapat diartikan sebagai masyarakat yang
memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat dan sistem kehidupan
umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Sebagian besar warga
masyarakat hidup dari pertanian. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam
hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya (Ariani, 2011).
Pedesaan acap kali dideskripsikan sebagai tempat kehidupan
masyarakat dimana anggota masyarakatnya bergaul dengan rukun,
tenang,selaras, dan akur. Dalam keadaan sebenarnya, pedesaan dianggap
sebagai standar dan pemeliharaan sistem kehidupan bermasyarakat dan
kebudayaan asli seperti gotong royong,tolong-menolong, keguyupan,
persaudaraan, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, nilai-nilai,
dan norma.Dengan kata lain masyarakat pedesaan identik dengan istilah gotong
royong yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan
kepentinganmereka(Saifuddin, 2008).
Sosiologi perdesaan didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang
diterapkan pada fenomena perdesaan Pendekatan sosiologis terdiri dari konsep,
variabel, teori, dan metode yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami
kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas aktivitas yang berkaitan
dengan perdesaan. Kemampuan teoritis yang dimiliki juga memberikan
kemampuan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan atau kempetensi
dalam evaluasi keefektifan kebijakan dan program, menawarkan penyelesaian
masalah, serta mengusulkan cara untuk memperbaiki kebijakan dan program
yang berkaitan dengan pemberdayaan komunitas atau masyarakat pedesaan.
Oleh sebab itu, sosiologi perdesaan juga bisa diarahkan sebagai ilmu terapan.
Kemampuan teoritis tersebut membuat mahasiswa mampu melakukan
5

penelitian tentang fenomena perdesaan serta mengkritik fenomena dan


kebijaknnya. Kemampuan seperti itu menunjukkan pada bidang kegiatan
sosiologi perdesaan sebagai ilmu murni(Indrayani, 2016).
Anggapan yang berkembang luas adalah petani tidak akan bisa sukses.
Hasil dari bertani hanya cukup untuk bertahan makan. Pilihan yang kemudian
diambil adalah dengan merantau ke luar desa. Menjadi buruh bangunan,
menjadi pekerja di industri di kota-kota sekitar atau pun menjadi tenaga kerja
ke luar negeri menjadi pilihan yang semakin diminati khususnya di kalangan
generasi muda. Komutasi menuju pusat-pusat ekonomi yang semakin tinggi
didukung lokasi geografi yang strategis karena berada di jalur lintas provinsi
serta infrastruktur dan sarana transportasi yang sangat memadai, seperti jalan
raya dan angkutan antarkota/antarprovinsi (Pujiriyani, 2018).
Ada tiga variabel untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial
masyarakat yaitu tingkat kriminalisasi, hubungan dengan sesama masyarakat,
dan hubungan dengan pihak lain yang berkonflik. Tingkat kriminalisasi adalah
ukuran saat anggota Paguyuban Petani merasakan kekerasan baik secara fisik
dan psikologis. Hubungan dengan sesame masyarakat dilihat dari kebersamaan
yang diciptakan antara sesama anggota masyarakat termasuk di dalamnya ada
anggota Paguyuban Petani. Hubungan dengan pihak lain yang berkonflik dilihat
dari kebersamaan yang terjadi antara anggota Paguyuban Petani dengan pihak
lain yang terlibat konflik dengan mereka. Pengukuran dilakukan untuk melihat
perbedaan antara tingkat kesejahteraan sosial masyarakat sebelum dan sesudah
munculnya Paguyuban Petani
(Rahmah, 2014).
Penduduk adalah WNI dan orang asing yang masuk secara sah serta
bertempat tinggal di wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan atas pelaporan peristiwa
kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan
serta penertiban dokumen penduduk berupa identitas, kartu atau keterangan
yang dikeluarkan oleh unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk di
kabupaten/kota. Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan
6

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan


melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi
penduduk serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain (Noviyanto, 2014).
Untuk mendapatkan data jumlah penduduk suatu negara atau daerah
dibuat sistem pengumpulan data penduduk, yaitu sensus penduduk atau cacah
jiwa yang dilaksanakan pada waktu tertentu. Data kependudukan yang
diperoleh dari sensus penduduk dapat disajikan menjadi struktur penduduk
dalam bentuk tabel atau grafik. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk.
Melalui penggambaran piramida penduduk, dapat dibuat dalam skala negara,
wilayah, atau kota bahkan desa (Friyatmi, 2016).
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan kenaikan laju
pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia dari 1,45 persen pada periode 1990-
2000 menjadi 1,49 persen pada periode 2000-2010. Keresahan ini sangat
beralasan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 ,6 juta
jiwa (BPS, 2010), merupakan penduduk terbanyak ke-4 di dunia setelah cina,
India, dan Amerika serikat. Walaupun kenaikan LPP relatif kecil (0,04), jumlah
tersebut menambah secara signifikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 32,6
juta jiwa selama 10 tahun terakhir. Beberapa pemerhati kependudukan sepakat
bahwa melemahnya program pengendalian kelahiran salah satunya disebabkan
oleh peran BKKBN yang termarginalkan sejak era reformasi (Aswatini, 2012).
Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan angka perbandingan antara
jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu
daerah. Penyajian data mengenai sex ratio dapat ditampilkan secara umum
(tanpa melihat kelompok umur) atau juga dapat didasarkan kelompok umur
tertentu. Rasio jenis kelamin dapat diketahui dengan menggunakan
rumus(Putra, 2012).
Rumus diatas memiliki keterangan sebagai berikut : 1) Sex ratio = 100,
berarti jumlah penduduk laki-laki seimbang dengan jumlah penduduk
perempuan. 2) Sex ratio< 100, berarti jumlah penduduk laki-laki lebih kecil dari
7

pada jumlah penduduk perempuan. 3) Sex ratio> 100, berarti jumlah penduduk
laki-laki lebih besar dari pada jumlah penduduk perempuan (Putra, 2012).
Secara agregat, jumlah penduduk wanita di Indonesia lebih banyak
dibandingkan dengan pria. Sex ratio (perbandingan jumlah penduduk lakilaki
dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan) penduduk
di Indonesia pada tahun 2005 adalah 100.4. Artinya, setiap 100 penduduk laki-
laki, ada 104 penduduk wanita (Sopari, 2012).
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin penduduk laki-laki dan
perempuan, secara nasional rasio jenis kelamin penduduk Indonesia pada tahun
2013 sebesar 101,0. Berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan ada
sebanyak 101 penduduk laki-laki, dengan kata lain, jumlah penduduk laki-laki
di Indonesia lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis
kelamin berdasarkan provinsi, dari 33 provinsi di Indonesia terdapat sebanyak
9 provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin di bawah 100 atau dengan kata
lain jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-
laki. Rasio jenis kelamin terkecil terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat
(94,12) dan diikuti oleh Sulawesi Selatan (93,5), dan Jawa Timur (97,32).
Sementara itu, dari 24 provinsi dengan rasio jenis kelamin diatas 100, provinsi
yang memiliki rasio jenis kelamin tertinggi pada tahun 2013 adalah Provinsi
Papua (112,17), Papua Barat (111,62), dan Kalimantan Timur (110,82) (BPS,
2013). Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh
pola Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin
tertinggi tahun 2010 , diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki
yang masuk untuk bekerja pada sektor pertambangan. Provinsi NTB dengan
Rasio Jenis Kelamin terendah tahun 2010, diperkirakan terjadi karena
banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk bekerja
sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri(BKKBN, 2013).
Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat
dilihat dari sudut pandang teoritis. Artinya dalam setiap meneliti tentang
kebudayaan selayaknya diarahkan pada pemikiran terhadap berbagai derajat
susunan sosialnya. Struktur sosial dapat dipandang sebagai suatu kenyataan
8

empiris yang ada pada setiap saat terjadi hubungan sosial antar
manusia(Abdulsyani, 2015).
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur
sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu
ingin mengadakan perubahan. Dalam kehidupan nyata, perubahan perubahan
sosial yang terjadi pada masyarakat pasti akan terjadi (Baharuddin, 2015).
Beragamnya suku bangsa (etnis) yang bertempat tinggal pada tempat
tempat tertentu, menyebabkan pandangan hidup ataupun struktur sosial
masyarakat (suku bangsa) yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Tiap
negara yang ada di dunia ini mempunyai perbedaan-perbedaan tentang nilai-
nilai (disparityofvalue) yang hidup di dalam masyarakatnya atau dengan kata
lain bahwa struktur sosial masyarakat pada tiap negara berbeda-beda tergantung
kepada beberapa aspek, misalnya keadaan geografi dan agama. Berdasarkan
nilai-nilai yang hidup masyarakat Indonesia atau tidak terlepas dari struktur
sosial masyarakat Indonesia, yaitu apabila ada yang tidak setuju dengan
tindakan-tindakan pemerintah, pihak-pihak yang tidak setuju perlu menyatakan
ketidaksetujuannya dengan cara yang berlaku di negara-negara barat, tapi harus
diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat sehingga diperoleh jalan keluar
yang memuaskan semua pihak (Adji, 2008).
Organisasi pada dasarnya merupakan kerja sama antara dua orang atau
lebih dalam rangka mencapai suatu tujuan. Organisasi adalah kumpulan orang,
proses pembagian kerja antara orang-orang tersebut dan adanya system kerja
sama atau sistem sosial diantara orang-orang tersebut. Dalam mencapai tujuan,
organisasi memerlukan berbagai macam sumber daya. Mulai dari sumber daya
manusia, peralatan, mesin, keuangan, dan sumber daya informasi. Setiap
sumber daya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Sebagai suatu
sistem sumber daya-sumber daya tersebut akan berinteraksi dan saling bekerja
sama sehingga tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien
(Samsuni, 2017).
9

Organisasi sosial merupakan sasaranminat yang lebih besarfungsionalis


yang mengikuti pemikiran Malinowski, dan hinggabatas-batastertentu para
prosesualisseperti Raymond Firft. Organisasi socialdidefisinikan sebagai
peranan-peranan yang dimainkanolehindividu-individu dalam
hubunganmereka satu sama lain. Secara epistimologispendekatan ini
mengklaimbahwakenyataansosial organisasi padadasarnya adalah relatif dan
hanyabisamengertiolehsubyek yang secara langsungterlibat dalam aktivitas dan
masukke dalam kerangkareferensi yang
sedangberlangsungdimanakenyataansosial organisasi tadisedangdipelajari
(Saifuddin, 2008).
Dalam buku pedoman klasifikasi organisasi sosial dikemukakan bahwa
organisasi sosial dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu berdasarkan wilayah
kerja/jangkauan pelayanan dan tipologi. Berdasarkan wilayah kerja /jangkauan
pelayanan , organisasi sosial dapat dibagi menjadi enam tingkat wilayah, yaitu
: (1) Organisasi sosial tingkat desa/kelurahan, yaitu jangkauan pelayanannya
mecakup hanya satu desa/ kelurahan; (2) Organisasi sosial tingkat kecamatan,
yaitu jangkauan pelayanannya lebih dari satu desa/ keluarahan; (3) Organisasi
sosial tingkat kabupaten, yakni jangkauan pelayanannya lebih dari satu
kecamatan; (4) Organisasi sosial tingkat provinsi, jangkauan pelayanannya
lebih dari satu kabupaten; (5) Organisasi sosial tingkat regional, dengan
jangkauan pelayanan lebih dari satu provinsi, namun belum mencapai setengah
dari jumlah provinsi yang ada di Indonesia; dan (6) Organisasi sosial tingkat
nasional, dengan jangkauan pelayanannya mencapai setengah atau lebih jumlah
provinsi di Indonesia (Depsos, 2008).
Penguasaan tanah, tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup
dan penghidupan bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar
kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan merata. Dewasa ini sengketa-
sengketa tanah yang terjadi lebih kepada tanah yang digunakan untuk proyek
pembangunan seperti real estate, pariwisata, pertambangan, pembangunan
jalan, bendungan,kawasan industri, serta lapangan golf. Kerentanan terhadap
10

pengakuan pemilikan tanah penduduk asli maupun penggarap tanah telah terjadi
sejak periode kolonial Belanda, sehingga maraknya sengketa tanah saat ini
memiliki akar sejarah yang panjang (Winardi, 2016).
Merujuk pada Ragaan 1 tentang Klasifikasi Terjadinya Tanah Negara
maka terdapat 3 (tiga) kelompok tanah negara, yaitu: 1) tanah negara sebelum
diterbitkannya hak atas tanah; 2) menjadi tanah Negara dalam hal haknya
dilepaskan/dibatalkan/dicabut/ketentuan UU/penetapan pemerintah/sesuatu
peristiwa atau karena sesuatu perbuatan; 3) menjadi tanah negara karena
berakhirnya hak atas tanah. Nomor dua dan tiga pada hakikatnya dapat
dikelompokkan menjadi satu, yaitu pasca terbitnya hak; sehingga terdapat dua
pengelompokkan yaitu: 1) tanah negara sebelum terbitnya hakatas tanah; dan 2)
menjadi tanah negara pasca terbitnya hak atas tanah.Penguasaan tanah oleh
negara bukanlah penguasaan tanah dalam arti fisik, namun secara konstitusional
melahirkan kewenangan yang berkarakter publik yang disebut dengan Hak
Menguasai Negara (Sembiring, 2018).
Masyarakat agraris memandang tanah sebagai aset penting dalam
kehidupan. Hal ini dikarenakan tanah merupakan sumber daya alam yang diolah
untuk keperluan hidup. Tanah bagi masyarakat agraris berfungsi sebagai aset
produksi untuk menghasilkan komoditas hasil pertanian, baik untuk tanaman
panagn ataupun tanaman perdagangan. Mengatur hal tersebut, maka
dikeluarkanlah Peraturan Menteri Agraria/Ka BPN No.3 tahun 1998 tentang
Pemanfaatan tanah kosong untuk tanaman pangan. Ketentuan ini merupakan
operasionalisasi dari prinsip dasar yang tercantum dalam Undang-Undang
Pokok Agraria yaitu penggunaan tanah harus dilakukan oleh yang berhak atas
tanah selain untuk memenuhi keperluannya sendiri juga tidak boleh merugikan
kepentingan masyarakat (Subekti, 2010).
Istilah stratifikasi (stratification) berasal dari kata strata dan stratum
yang berarti lapisan. Karena itu stratifikasi sosial (socialstratification) sering
diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang
mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya,
dikatakan berada dalam suatu lapisan (stratum) (Maunah, 2015).
11

Stratifikasi sosial merupakan konsep yang menunjukkan adanya


pembedaan atau pengelompokkan suatu kelompok sosial (komunitas) secara
bertingkat. Misalnya, dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang
dan strata rendah. Pembedaan atau pengelompokkan ini didasarkan pada adanya
suatu simbol-simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai, baik
berharga atau bernilai secara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun
dimensi lainnya dalam suatu kelompok sosial (komunitas). Simbol-simbol
tersebut misalnya, kekayaan, pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama,
dan pekerjaan (Aji, 2015).
Stratifikasi sosial memiliki karakteristik atau ciri khas yang berbeda-
beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Setiap masyarakat
memiliki keunikan, baik dalam hal jenis, jumlah, jenjang, maupun rentang
stratifikasi sosialnya. Sebagai contoh, dalam sebuah masyarakat, posisi sosial
anggota masyarakatnya didasarkan pada posisi atau pemilikan ekonomi,
sedangkan pada masyarakat lainnyadidasarkan pada kekuasaan
(Pattinasarany, 2016).
Secara Sosiologis, konflik diartikan sebagai suatuproses sosial antara 2
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan
lain sebagainya. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi
berjalan sebagai sebuah sirkus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan
menghasilkan integrasi. Sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik (Mantiri, 2010).
Konflik merupakan beberapa kebutuhan yang muncul secara
bersamaan. Setiap manusia memiliki beberapa kebutuhan yang muncul secara
bersamaan, maka konflik dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu konflik atau
pertentangan dalam sekelompok orang atau masyarakat. Konflik juga
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mengimbangi
12

usaha-usaha orang lain dengan cara merintangi yang menyebabkan frustrasi


dalam mencapai tujuan atau meningkatkan keinginannya. Konflik juga dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang di dalamnya terdapat ketidakcocokan
maksud antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan, berpacu menuju tujuan dengan
cara yang tidak atau kelihataanya kurang sejalan sehingga yang satu berhasil
sementara yang lainnya tidak (Rahmadita, 2013).
Konflik merupakan gejalasosial yang serbahadir dalam kehidupan
sosial, sehinggakonflikbersifatinheren, artinyakonflikakansenantiasaada dalam
setiap ruang dan waktu, dimanasaja dan kapansaja. Dalam pandangan ini,
masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang
senantiasaberlangsung. Olehsebab itu, konflik dan integrasisosial merupakan
faktor merupakan gejala yang setiap kehidupan sosial
(Setiadi, 2013).
Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia
dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan hanya
bermakna atau berkaitan dengan bidang seni. Sebaliknya, segala hal yang
berkaitan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya bisa dikategorikan
sebagai kebudayaan.Menurut ilmu antropologi, segala tingkah laku manusia
yang layak dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan
sebagai kebudayaan (Sianik, 2009).
Kebudayaan meliputi bidang yang tiada batas, tidak hanya sekedar
kesenian atau adat istiadat saja. Dikarenakan kemampuan manusia untuk belajar
sehingga merupakan pola hidup menyeluruh yang bersifat kompleks yang
terbentuk dari berbagai unsur. Unsur tersebut diataranya sistem agama,
kemasyarakatan, adat sitiadat, bahasa, tekonologi, kesenian serta pengetahuan
(Widiastuti, 2013).
Kebudayaan memiliki unsur unsur yang sangat kompleks yang dapat
digunakan oleh setiap generasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ada 7
unsur kebudayaan yang universal yaitu agama/ kepercayaan, organisasi sosial,
ilmu pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, dan tekhnologi yang
13

digunakan. Unsur unsur ini selalu ada dalam setiap kebudayaan


(Hemawan, 2014).
Kosmopolitanisme juga sering dianalogikan sebagai salad bowl, seperti
salad buah dalam suatu wadah. Salad bowl dipahami sebagai wadah atau media
di mana setiap identitas yang bersumber dari ras, suku, agama, budaya,
kenegaraan, dan lainnya dapat mempertahankan karakteristiknya masing-
masing tanpa menjadi homogen. Semua identitas kultural, sosial, politik, dan
lainnya berbaur menjadi satu tanpa masing-masing pihak harus melebur dalam
keseragaman (homogenisasi) dan meninggalkan serta menanggalkan
identitasnya yang melekat. Secara kultural, kosmopolitanisme terwujud sebagai
sebuah sikap yang terbuka terhadap perbedaan budaya dan sebuah kemampuan
untuk menyatu dengan budaya lain, perbedaan bukanlah hal yang perlu
dipertentangkan. Secara politik, kosmopolitanisme merupakan sebuah upaya
untuk mengubah tatanan yang memungkinkan realisasi gagasan bahwa semua
manusia sama dan setara (Susilo, 2018).
Sikap manusia terhadap sesamanya tidaklah satu, namun penuh
keragaman. Ada yang acuh, diskriminatif, atau membeda-bedakan atas dasar
status dan jabatan sosial, kekayaan, warna kulit, ras, dan agama ada pula yang
memandang diri istimewa, superior, menganggap diri lebih tinggi dan lebih
hebat, dan serba lebih dibanding yang lain ada pula yang memandang semua
manusia sama dalam martabat dan kedudukannya, semuanya pada dasarnya
merupakan hamba Tuhan yang Esa, tanpa mengenal skat batas primordial,
kebangsaan, agama, ataupun status sosial, ekonomi, dan politik
(Habibullah, 2012).
Pemahaman akan definisi, bentuk dan pemeran utama dalam
kosmopolitanisme belum dapat menggambarkan kosmopolitanisme.
Dibutuhkan contoh yang jelas untuk menggambarkannya. Salah satu contoh
darikosmopolitanisme adalah keterlibatan negara dalam United Nations atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB merupakan salah satu global
governance yang beranggotakan 192 negara pada tahun 2008. Setiap negara
14

tidak paksakan untuk menjadi negara demokratis agar dapat menjadi bagian dari
PBB(Alunaza, 2017).
15

III. METODE PENELITIAN

a. Metode Dasar Praktikum


Praktikum ini merupakan latihan penelitian dengan
menggunakanmetodeDasardeskriptifanalisis, yaitumetode yang
memusatkanperhatianpadapermasalahan yang adapada masa sekarang dan
bertitiktolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam
konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.
b. TeknikPengumpulan Data
1. Wawancara, mahasiswa mendatangiresponden. Wawancaradipandu dengan
kuisioner yang telahtersedia. Usahakanmemperoleh data yang objektif. Data
penunjang dapat diperoleh dari masyarakat, baik mengenaisejarahdesa
maupun fenomenasosial yang ada.
2. Observasi, dengan melakukanpengamatan secara
langsungataskeadaanresponden serta keadaan yang terjadididaerah
penelitian atau praktikum.
3. Pencatatan data-data yang diperlukanterutamamonografidesa.
c. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer : data yang diperoleh secaralangsung dari petani atau
responden
denganwawancaramenggunakankuisioner.Keseluruhanjumlahpetanirespon
denberjumlah 23-28 orang yang terdiridari :
 20 orang petaniresponden (bagi kelompok yangberanggotakan 4 orang
praktikan) atau 25 orang petaniresponden (bagi kelompokberanggotakan
25 praktikan). Responden yang terdiri dari petanipemilikpenggarap,
penyewa, penyakap dan buruhtani.
 3 orang tokohmasyarakat yang terdiri dari pamongdesa, sesepuhdesa
dantokoh agama.
2. Data sekunder: data yang diambil dengan caramencatatlangsung data yang
ada di instasiterkait, yaitumonografidesa.
d. MetodeAnalisis Data
16

Metodeanalisis data yang digunakan adalah metodedeskriptifanalisis dengan


menggunakandistribusifrekuensi. Padakasustertentu mahasiswa dapatmenulis
secara lebih mendalam dan komprehensif, olehkarena itu disarankan mahasiswa
untuk menggali data lebih mendalam melalui
indepthinterview.Penjelasanberdasarkanteori-teori atau hasil penelitian yang
relevan.
17
18

IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL

A. Keadaan Umum

Desa Gondanglegi merupakan salah satu desa yang berada pada


kecamatan Klego, Boyolali. Desa Gondanglegi yaitu dibagi menjadi 3
Wilayah Kadus yang terdiri dari 8 dukuh. Kadus I yaitu Dukuh Gunungmijil.
Kadus II yaitu dukuh Gondanglegi, dukuh Kedungori, Dukuh Cengklik, dan
Dukuh Pojok Kadus III yaitu Dukuh Goligo, Dukun Cinde, dan Dukuh
Sambo. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Sambirejo
adalah petani.
1. Sejarah Desa
Pada zaman dahulu sebelumkemerdekaan ada seorang pengembara
menyelusuri hutan belantara yang belum ada kehidupan manusia dan orang
tersebut bernama Mbah Redup.Saat Perjalannanya, Mbah Redup merasa
kelelahan sehingga berteduh di suatu tempat dimana tempat tersebut
merupakan tempat yang teduh dan kebetulan di saat peristirahatannya Mbah
Redup merasa haus sehingga Mbah Redup tersebut melihat buah Gondang
dikarenakan tempat yang untuk berteduh tersebut adalah pohon Gondang.
Disaat beliau merasa haus maka dipetiklah buah Gondang tersebut
lalu dimakan untuk menghilangkan rasa hausnya. Setelah merasakan buah
Gondang tersebut Mbah Redup merasa heran karena sebenarnya buah
Gondang aslinya rasanya pahit, akan tetapi buah Gondang yang beliau
makan rasnya manis, maka saat itu pula Mbah Redup berkata bahwa
“mengko yen ono rejane zaman papan sing tak kanggo leren iki tak arani
desa Gondanglegi” maka mulai saat itu Mbah Redup menetap di tempat
tersebut sampai sekarang menjadilah Desa Gondanglegi.
2. Kondisi Geografis
a. Lokasi Desa
Desa Gondanglegi memiliki batas wilayah yaitu sebelah utara terdiri
dari Desa Bolo Kecamatan Wonosegora, Desa Kauman Kecamatan
Kemusu. Sebelah Selatan terdiri dari Desa Klego. Sebalh Timur terdiri
19

dari Desa Karanggatak. Sebelah barat terdiri dari Desa Dolongan


Kecamatan Karanggede. Total luas wilayah desa Gondanglegi adalah
643.992,5 Ha.
b. Topografi
1. Ketinggian wilayah desa : 250 mdpl
2. Suhu maksimum/minimum: 33˚ C 26˚C
3. Curah hujan
a. Jumlah hari huajn terbanyak : 180 hari
b. Banyaknya curah hujan : 10 mm/th
4. Bentuk wilayah %
a. Datar samapi berombak : 30%
b. Berombak samapi berbukit : 50%
c. Berbukit sampai bergunung : 20%
Kondisi Topografi Desa Gondanglegi yaitu dibagi menjadi 3
Wilayah Kadus yang terdiri dari 8 dukuh. Kadus I yaitu Dukuh
Gunungmijil. Kadus II yaitu dukuh Gondanglegi, dukuh Kedungori,
Dukuh Cengklik, dan Dukuh Pojok Kadus III yaitu Dukuh Goligo,
Dukun Cinde, dan Dukuh Sambo. Secara keseluruhan wilayah Desa
Gondanglegi tergolong (dataran tinggi) dengan kemiringan 25-45%
dan ketinggian kurang lebih 350 m di atas permikaan laut dimana
terdiri dari sawah 25%, pekarangan 25%, tegalan 44% lainnya 6%.
c. Jarak dari Pusat Administratif dan Pemerintahan
a. Kantor Kecamatan/lama tempuh : 5 km 0,20 jam
b. Ibukota kabupaten/lama tempuh: 40 km 1 jam
c. Ibukota propinsi/lama tempuh : 105 km 3 jam
3. Kependudukan
a. Pertambahan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk ialah suatu perubahan populasi sewaktu-
waktu, dan bisa dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam
sebuah populasi memakai “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan
pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu
20

mengarah pada manusia, dan sering dipakai secara informal untuk


sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan dipakai untuk
merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.Pertumbuhan atau
pertambahan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain tingkat kelahiran dan urbanisasi.
Tabel 4.1.1 Pertambahan Penduduk dan Mobilitas Penduduk di Desa
Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali
Tahun 2018
Mobilitas
Tahun Awal Lahir Mati Datang(I) Pergi Pertambahan
(L) (M) (E) Penduduk
2013 2887 45 35 5 25 -10
2014 2922 33 46 10 26 -29
2015 2698 52 30 15 28 9
2016 2998 41 17 25 29 20
2017 3025 41 17 25 29 20
2018 3032 41 17 25 29 20
Σ 17562 253 162 105 166 30
Rata-Rata 2846 42 29 16 27 2

Sumber : Data Sekunder


Pertambahan penduduk dengan rumus P = (L-M) + (I-E). Pada
tahun 2013 tidak terjadi pertambahan penduduk karena jumlah penduduk
yang mati dan pergi lebih besar dari jumlah kelahiran dan kedatangan.
Pada tahun 2014 juga tidak terjadi pertumbuhan penduduk karena jumlah
kematian dan jumlah penduduk yang pergi lebih besar daripada jumlah
kelahiran. Pada tahun 2015 terjadi pertumbuhan penduduk walaupun
jumlah tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2016,2017, dan 2018 sama-
sama terjadi pertumbuhan penduduk yang drastis sebanyak 20 orang.Hal
ini di pengaruhi dengan adanya mobilitas penduduk yang terdiri dari
kelahiran, kematian, penduduk yang datang dan penduduk yang pergi di
Desa Gondanglegi. Akibat dari pertambahan penduduk tersebut adalah
semakin padatnya penduduk.
21

Tabel 4.1.2 Kepadatan Penduduk di Desa Gondanglegi, Kecamatan


Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
Tahun Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2)
2013 2887 6439,925 km2
2014 2922 6439,925 km2
2015 2698 6439,925 km2
2016 2998 6439,925 km2
2017 3025 6439,925 km2
2018 3032 6439,925 km2

Sumber :Data Sekunder


Kepadatan geografis dapat dicari dengan persamaan berikut ini : Commented [SP1]: Interprerasi tabel

KPG 
 penduduk  jiwa 
luas wilayah km2 
KPG tahun 2013 : 2887/6439,925 = 0,45 jiwa/km2
KPG tahun 2014 : 2922//6439,925 = 0,45 jiwa/km2
KPG tahun 2015 : 2698//6439,925 = 0,42 km/km2
KPG tahun 2016 : 2998//6439,925 = 0,47 jiwa/km2
KPG tahun 2017 : 3025//6439,925 = 0,47 jiwa/km2
KPG tahun 2018 : 3032//6439,925 = 0,47 jiwa/km2

Rata-rata Kepadatan Penduduk Geografis :


(0,45+0,45+0,42+0,47+0,47+0,47+0,47) / 6 = 0,53 jiwa/km2
Kepadatan Penduduk Geografis Desa Gondanglegi pada tahun 2013
sebesar 0,45 jiwa/km2, tahun 2014 sebesar 0,45 jiwa/km2, tahun 2015
sebesar 0,42 jiwa/km2, dan tahun 2016, 2017, 2018 sebesar 0,47
jiwa/km2. Rata-rata kepadatan geografisnya setiap 1 km2 yaitu sebesar
0,53 jiwa/km2. Perubahan jumlah kepadatan geografis ini disebabkan
oleh adanya pertambahan penduduk tiap tahunnya, sedangkan luas
wilayahnya tetap. Akibat dari kepadatan penduduk maka kepadatan
geografisnya juga bertambah.
Kepadatan Penduduk Graris dapat dicari dengan persamaan berikut ini :
∑𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
𝐾𝑃𝐴 =
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑑𝑖𝑑𝑒𝑠𝑎 (𝐻𝑎)
22

KPA tahun 2013 : 2887/185280 = 0,016 jiwa/Ha


KPA tahun 2014 : 2922/185280 = 0,016 jiwa/Ha
KPA tahun 2015 : 2698/185280 = 0,015 jiwa/Ha
KPA tahun 2016 : 2998/185280 = 0,016 jiwa/Ha
KPA tahun 2017 : 3025/185280 = 0,016 jiwa/Ha
KPA tahun 2018 : 3032/185280 = 0,016 jiwa/Ha
Rata-rata Kepadatan Penduduk Agraris :
(0,016+0,016+0,015+0,016+0,016+0,016)/6 = 0,0105 jiwa/Ha
Kepadatan penduduk agraris pada tahun 2013 hingga tahun 2018
sebesar 0,016 jiwa, kecuali pada tahun 2015 yang hanya sebesar 0,015
jiwa. Artinya pada setiap 1 Ha dikelola oleh 0,016 jiwa. Rata-rata
kepadatan penduduk agraris Desa Gondanglegi sebesar 0,015 jiwa/Ha.
Perubahan penduduk agraris disebabkan oleh jumlah penduduk dan luas
lahan pertanian. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan
lahan pertanian semakin sempit, karena lahan pertanian tersebut
digunakan untuk pemukiman, sarana umum, dan lain-lain. Akibat
semakin sempitnya lahan pertanian menyebabkan semakin menurunnya
jumlah hasil pertanian.
b. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin penduduk dibedakan menjadi laki-laki
dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
menunjukkan beberapa hal antara lain. Sex ratio yaitu nilai perbandingan
antar jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan.Kepadatan penduduk menurut jenis kelamin sangat berguna
dalam mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan (Sex Ratio). Sex ratio adalah perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.
23

Tabel 4.1.3 Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali Tahun 2018.
Tahun Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
2013 1373 1578
2014 1382 1586
2015 1387 1593
2016 1394 1600
2017 1404 1608
2018 1412 1620
∑ 10035 9824
Rata-rata 2509 2456
% 50,53% 49,46%
Sumber : Data Sekunder
Pada tabel 4.1.3 keadaan penduduk menurut umur dan jenis
kelamin di Desa Godanglegi dapat diktahui bahwa dari tahun 2013-2018
jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki mapun perempuan terus
meningkat. Kita juga dapat mengetahui dari tabel jumlah dan rata-rata
penduduk berdasarkan jenis kelamin lebih besar pada pnduduk dengan
jenis kelamin laki-laki.Untuk mengetahui besarnya sex ratio maka dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :

Sex ratio 
 penduduk laki  laki x 100%
 penduduk perempuan
Sex ratio = 10035/9824 x 100% =1,02 %
jadi, besarnya sex ratio di Desa Godanglegi sebesar 1,02 %.
c. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin
berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan
dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-
masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan,
pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita,
mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan
kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai
kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki
24

usia perkawinan tidak terkena anemia sedangkan kelompok penduduk


usia lanjut juga membutuhkan pelayanan berkaitan dengan kesehatan dan
lain-lain.
Tabel 4.1.4 Penduduk Desa dalam Kelompok Umurdi Desa Gondanglegi, Commented [SP2]: Paragraf pembuka dan judul tabel
dilengkapi
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali 2018.

Kriteria Umur
No Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Umur 0-4 196 193 389
2 Umur 5-9 235 235 470
3 Umur 10-14 265 257 522
4 Umur 15-19 262 253 515
5 Umur 20-24 280 273 553
6 Umur 25-29 310 290 610
7 Umur 30-34 250 245 495
8 Umur 35-39 211 205 416
9 Umur 40-44 195 181 386
10 Umur 45-49 174 162 343
11 Umur 50-54 162 163 325
12 Umur 55-59 124 119 245
13 Umur 60 ke atas 311 299 612
Jumlah 2977 2902 5879

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan tabel 4.1.4 diketahui bahwa jumlah penduduk
berdasarkan kelompok umur di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego
paling banyak didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki dalam
rentan umur 60 ke atas dengan jumlah 311 jiwa. Untuk jumlah penduduk
berjenis kelamin perempuan juga paling banyak didominasi pada umur
60 ke atas dengan jumlah 299 jiwa. Sedangkan untuk jumlah total
penduduk laki-laki sebanyak 2977, dan jumlah total penduduk perempuan
sebanyak 2902 jiwa. Jadi Jumlah total penduduk di Desa Gondanglegi,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali pada tahun 2018 sebanyak 5879
jiwa.
25

d. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Gondanglegi,


Kabupaten Boyolali
Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung,
maupun tidak langsung, untuk membantu anak dalam
perkembangannya mencapai kedewasaan. Pendidikan harus mampu
membentuk atau menciptakan tenaga-tenaga yang dapat mengikuti
dan melibatkan diri dalam proses perkembangan, karena
pembangunan merupakan proses perkembangan , yaitu suatu usaha
atau suatu proses perubahan yang meningkat dan dinamis. Ini berarti
pembangunan berarti bahwa membangun hanaya dapat dilaksanakan
oleh manusia-manusia yang berjiwa pembangunan, yaitu manusia
yang dapat menunjang pembangunan bangsa dalam arti luas, baik
material, spiritual serta sosial budaya.
Tabel 4.1.5 Keadaan penduduk menurut pendidikan di Desa
Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali
Tahun 2018.

Pendidikan
No Tahun PT/ Akademi DI/DII SLTA SLTP
DIV
1 2013 26 30 27 261 372
2 2014 59 45 54 363 568
3 2015 27 31 36 255 365
4 2016 25 29 26 251 366
5 2017 - - - - -
6 2018 - - - - -
Jumlah - 137 135 143 1030 1671

Sumber : Data Sekunder


BerdasarkanTabel 4.1.5 Keadaan penduduk menurut
pendidikan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten
Boyolali Tahun 2018. diatas dapat diketahui bahwa dari tahun ke
tahun tingkat pendidikan masyarakat di desa Gondanglegi semakin
tinggi. Dapat dilihat dari tahun 2013-2016 yang jumlahnya semakin
meningkat, menunjukan bahwa mulai adanya kesadaran terhadap
26

pentingnya pendidikan untuk anak. Hal ini merupakan hal yang


bagus karena melihat kondisi desanya yang belum terlalu
terpengaruh oleh luar. Namun sayangnya kelompok kami tidak
memperoleh data keadaan pnduduk menurut pendidikan pada tahun
2017 dan tahun 2018, sehingga tidak dapat menganalisisnya lebih
jauh. Kami mengira-ngira yang berdasarkan hasil wawancara dengan
petani bahwa masyarakat Desa gondanglegi sudah mulai banyak
yang melanjutkan ke perguruan tinggi.

e. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Bidang Pertanian.


Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk
memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu
dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan
penduduk dan keadaan demografinya (Daldjoeni, 1987:89). Mata
pencaharian dibedakan menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok
dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah
keseluruhan kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada
yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata pencaharian utama
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian sampingan
adalah mata pencaharian di luar mata pencaharian pokok.
27

Tabel 4.1.6 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian Pada Sektor


Pertanian
JumlahMata Pencaharian Pada Pertanian Tanaman Pangan
Tahun Pertanian Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian
tanaman pangan Lainnya
2013 1494 2 4 16 11
2014 1428 2 4 16 11
2015 1382 2 4 13 11
2016 1373 2 4 13 11
2017 - - - - -
2018 - - - - -
Jumlah 5677 8 16 58 44

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan tabel 4.1.6 diketahui bahwa jumlah penduduk
menurut mata pencaharian pada sektor pertanian di Desa Gondonglegi,
Kecamatan Klego dari tahun ke tahun justru mengalami penurunan. Hal
itu disebabkan karena sebagian besar penduduk justru mempunyai
pekerjaan lain diluar usaha tani dari tahun ke tahun justru mengalami
peningkatan. Hal itu menyebabkan mata pencaharian pada pertanian
tanaman pangan tidakmengalami peningkatan. Jumlah mata pencaharian
tanaman pangan paling banyak didominasi pada pertanian tanaman
pangan dengan jumlah 5677 jiwa.
f. Keadaan Penduduk menurut Agama
Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem
atau prinsip kepercayaan kepada tuhan atau juga disebut dengan nama
dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.Kata “agama”
berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti “tradisi”. Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah Religi yang berasal dari
bahasa latin yaitu religio yang mempunyai arti re-ligare yang berarti
“mengikat kembali”. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat
28

dirinya kepada Tuhan.Enam agama besar yang paling banyak dianut di


Indonesia, yaitu: agama Islam, Kristen (protestan) dan
Katolik,Hindu,Budha dan Konghucu. Walaupun banyak agama yang
dianut di Indonesia tidak membuat penduduknya terpecah belah,
penduduknya saling bertoleransi satu sama lain sehingga tercipta suasana
damai dantenang.
Tabel 4.1.7 Keadaan Penduduk Menurut Agamadi Desa Gondanglegi,
Kecamatan Klego, Kabnupaten Boyolali, Tahun 2018.

Agama yang Dianut


No Tahun
Islam Katholik Kristen Hindu Budha
1 2013 3096 2 11 - -
2 2014 3099 4 15 - -
3 2015 3107 7 24 - -
4 2016 3102 8 20 - -
5 2017 - - - - -
6 2018 - - - - -
Jumlah - 12404 21 70 - -

Sumber : Data Sekunder


4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Commented [SP3]: Dibuat bagan

Organisasi pada dasarnya merupakan kerja sama antara dua orang


atau lebih dalam rangka mencapai suatu tujuan. Organisasi adalah kumpulan
orang, proses pembagi-an kerja antara orang-orang tersebut dan adanya
system kerja sama atau sistem sosial diantara orang-orang tersebut. Dalam
mencapai tujuan, organisasi memerlukan berbagai macam sumber daya.
Mulai dari sumber daya manusia, peralatan, mesin, keuangan, dan sumber
daya informasi. Setiap sumber daya memiliki tugas dan fungsinya masing-
masing. Sebagai suatu sistem sumber daya-sumber daya tersebut akan
berinteraksi dan saling bekerja sama sehingga tujuan dapat tercapai denga
efektif dan efesien.(Samsuni, 2017).
29

Bagan struktur organisasi Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun


2013-2018
KEPALA DESA
Sungkono

SEKRETARIS KADUS 1
Sungkono Rimanto

KAUR
PEMERINTAHAN KADUS 2
Sumardi Muhsoni

KAUR
PEMBANGUNAN KADUS 3
Ridwanto Slamet

1. Tugas Kepala Desa


 Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD
 Mengajukan rancangan peraturan Desa
 Menetapkan peraturan-peraturan yang telah mendapatkan persetujuan
bersama BPD
 Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengnenai APB
Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
 Membina kehidupan masyarakat Desa
 Membina ekonomi desa
 Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
 Mewakili desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan paeraturan perundang-
undangan; dan
 Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
30

2. Tugas dan Fungsi Sekretaris Desa


 Tugas Pokok : Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan
melaksanakan pengelolaan administrasi Desa, mempersiapkan bahan
penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa.
 Fungsi :
 Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan
untuk kelancaran tugas Kepala Desa
 Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan
 Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa diberhentikan
sementara
 Penyiapan bantuan penyusunan Peraturan Desa
 Penyiapan bahan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
 Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas urusan; dan
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
3. Tugas dan Fungsi KAUR
 Tugas Pokok : Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan
administrasi umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris
kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan.
 Fungsi :
 Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat
keluar serta pengendalian tata kearsipan
 Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa
 Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum
 Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat
tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor
 Pengelolaan administrasi perangkat Desa
 Persiapan bahan-bahan laporan; dan
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

4. Tugas dan Fungsi KADUS


 Tugas :
31

 Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya


 Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan
gotong royong masyarakat
 Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah
kepada masyarakat
 Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan
kegiatan RW (Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga)
diwilayah kerjanya
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
 Fungsi :
 Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa,
pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah
dusun
 Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya
 Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan
swadaya gotong royong masyarakat dan melakukan pembinaan
perekonomian
 Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan
ketrentaman dan ketertiban masyarakat
 Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala desa.
5. Sarana dan Prasarana
a. Kondisi jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.Salah satu manfaat dari adanya Jalan Raya adalah agar
masyarakat merasa hidupnya lebih aman, hal ini dikarenakan Jalan
Raya makan lebih muda untuk melakukan segala aktivitas yang
32

berkaitan dengan kendaraan atau hal yang berkaitan dengan berkendara.


Ketika seseorang melakukan perjalanan tentu mereka akan lebih merasa
aman, ketika jalan yang mereka gunakan halus dan tidak bergelombang.
Jalan yang halus dan tidak bergelombang secara psikologis manusia
akan lebih menyenangkan dan memberikan rasa aman serta rasa
nyaman, keamanan dalam berkendara juga berkaitan erat dengan
manfaat mematuhi tata tertib lalu lintas.
Tabel 4.1.8 Kondisi Jalan di Desa Gondanglegi, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

Kondisi Jalan Panjang


Jalan Aspal/Betom 12,7 km
 Kondisi baik 3 km
 Kondisi sedang 6 km
 Kondisi rusak 3,7 km

Jalan Diperkeras 3,5 km


 Kondisi baik -
 Kondisi sedang 1 km
 Kondisi rusak 2,5 km

Jalan Tanah 3 km
 Kondisi baik -
 Kondisi sedang -
 Kondisi rusak 3 km
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa jalanan di Desa
Gondanglegi sudah termasuk kategori baik. Jalanan sudah mulai banyak
yang diaspal. Hal ini mempermudah masyarakat untuk beraktivitas
tanpa ada kendala. Semakin baik jalanan, maka semakin kecil pula
resiko kecelakaan yang ditimbulkan.

b. Transportasi
Sarana transportasi yang ada dan sering digunakan oleh warga Desa
Gondanglegi adalah motor. Transportasi adalah perpindahan manusia
atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Sarana transportasi digunakan untuk menjual hasil
33

panen ke pasar, membeli kebutuhan dan sebagainya. Jumlah alat


transportasi yang terdapat di Desa Gondanglegi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.1.9 Alat transportasi di Desa Gondanglegi, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

Sarana Transportasi Jumlah


Mobil/motor 7/145
Motor air -
Sepeda/ojek -
Delman -
Dan lain-lain -

∑ 152
Sumber : Data Sekunder
Dari data yang diperoleh, rata-rata penduduk Desa Gondonglegi
memiliki kendaraan motor dan sebagiannya memiliki mobil. Itupun
hanya sebanyak tujuh orang. Pada umumnya warga Desa Gondanglegi
lebih banyak yang belum memiliki kendaraan pribadi. Dikarenakan
mereka lebih memilih menggunakan angkutan umum apabila ingin
pergi keluar desa dan sebagainya. Sedangkan di sekitar desa mereka
lebih sering berjalan kaki. Dari rumah ke tempat kerjanya.
c. Komunikasi
Sarana komunikasi adalah salah satu sarana yang penting di dalam
suatu desa sebagai sarana untuk menjalin hubungan dengan saudara
yang jauh. Komunikasi seacar bahasa yaitu, suatu proses di mana
seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihakmaupun sebagai sarana pencarian informasi dari luar. Sarana
komunikasi di Desa Gondanglegi dapat dilihat didalam tabel.
Tabel 4.1.10 Komunikasi di Desa Gondanglegi, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
34

Sarana Komunikasi Jumlah


Tv 789
Telepon/HP 354
Kantor pos -
ORACI/CRAP -
Pemancar radio -
Radio 35

0
Sumber : Data Sekunder
Data hasil pengamatan mengenai alat komunikasi di Desa
Gondanglegi dapat dipahami bahwa penduduk Desa Gondanglegi
mayaritas penduduknya sudah banyak yang memiliki TV. Tidak hanya
itu, penduduk Desa Gondanglegi hampir semua masyarakatnya sudah
memiliki handphone dan dapat menggunakannya. Penduduk pun
sekarang jarang menggunakan radio sebagai media untuk mendapatkan
informasi dari dunia luar. Mereka sudah cenderung menggunakan TV
sabagai alat hiburan bagi keluarga.
d. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak.Pendidikan merupakan faktor penting
dalam usaha memajukan desa, semakin banyak warga desanya yang
terdidik maka desa tersebut semakin baik, rasional terhadap suatu
permasalahan lebih logis. Serta semakin banyak warga desa yang
berpendidikan menjadikan desa tersebut mudah dalam menerima
perubahan kemajuan dari luar namun tetap selektif, dan tidak bersifat
statis.

Tabel 4.1.11Sarana Pendidikan di Desa Gondanglegi, Kecamatan


Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
35

Sarana Pendidikan Panjang


Taman Kanak-kanak
 jumlah sekolah 1
 jumlah murid 20
 jumlah guru 2
 prasarana fisik 1
 perpustakaan Ada
Sekolah Dasar Negeri
 jumlah sekolah 2
 jumlah murid 187
 jumlah guru 18
 prasarana fisik 12
 perpustakaan Ada
Madrasah ibtidaiyah
 jumlah sekolah
 jumlah murid
 jumlah guru 2
 prasarana fisik 145
 perpustakaan 12
Sekolah Menengah Pertama 12
 jumlah sekolah Ada
 jumlah murid
 jumlah guru
 prasarana fisik -
 perpustakaan -
Sekolah Menengah Atas -
 jumlah sekolah -
 jumlah murid -
 jumlah guru
 prasarana fisik -
 perpustakaan -
-
-
-

Sumber : Data Sekunder


Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa di Desa
Gondanglegi sudah terdapat sarana pendidikan yang dapat menunjang
masyarakat untuk dapat menimpa ilmu lebih baik lagi. Taman kanak-
kanak hanya terdapat satu, sekolah dasar negeri sebanyak dua, sekolah
ibtidaiyah sebanyak dua. Sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas belum ada di Desa Gondanglegi.

e. Sarana Ibadah
Tujuan pokok manusia diciptakan di dunia ini adalah beribadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengabdi kepada Tuhan, melaksanakan
36

perintah atau ajarannya dan menjauhi larangannya. Dalam kegiatan


beribadah kepada Tuhan perlu ada yang namanya sarana ibadah, yang
merupakan keharusan dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Tabel 4.1.12 Sarana Ibadah di Desa Gondanglegi, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
Sarana Ibadah Jumlah
Masjid 6
Surau/mushala 15
Gereja 1
Kanisa -
Kuil -
Pura -

Sumber : Data Sekuder


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa
Gondanglegi mayoritas memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya masjid dan surau yang terdapat di desa ini. Selain itu,
ada sebuah gereja yang terdapat di Desa Gondanglegi. Meskipun
mayoritas penduduk di Desa Gondanglegi memeluk agama Islam,
namun mereka tetap menghormati dan hidup dengan damai bersama
penduduk yang beragama selain Islam.

Dari keseluruhan tabel yang ada dapat kita ketahui bahwa di Desa
Gondanglegi ini telah ada berbagai sarana dan prasarana kehidupan
seperti sarana pendidikan, komunikasi, transportasi dan ibadah. Sarana
dan prasarana tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
walaupun jumlahnya sangat terbatas untuk pendidikan. Sarana
transportasi terdiri dari motor, mobil pribadi, dan angkota/Angkudes.

Mencapai kombinasi sistem transportasi yang proporsional


diperlukan sarana transportasi yang dapat mengangkut penumpang
dalam jumlah banyak, sehingga ruas jalan yang ada digunakan
seefisien mungkin. Sarana transportasi ini dituntut untuk dapat
bergerak cepat. Kegiatan transportasi masyarakat akan menjadi cepat
dan efisien bila sistem transportasi harus dikoordinasi sebaik mungkin.
37

Sarana perhubungan yang ada di Desa Gondanglegi berupa jalan


dan jembatan yang menjadi sarana penghubung antar dusun.
Jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Tetapi
perubahannya relatif naik, ini membuktikan bahwa Desa Gondanglegi
mengalami kemajuan dan mengikuti perkembangan zaman.
Prasarana perhubungan merupakan faktor utama dalam
perkembangan desa, dimana evaluasi terhadap lancar tidaknya jalan
perhubungan cukup memberi gambaran orbitasi perdesaan kita.
Prasarana perhubungan lebih khusus universal serta berperan penting
bagi hubungan antara desa dan kota dan sebaliknya, terutama di dalam
lalu lintas ekonomi. Penilaian diperhatikan pada kepemilikan desa
akan jalan aspal, jalan batu, jalan tanah dan lain-lain.
6. Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan suatu bentuk pengaturan tindakan
atau perilaku individu untuk bekerja sama dalam mencapai visi atau
tujuan yang disepakati. Adanya pengaturan tindakan mengandung
pesan implisit bahwa perilaku individu diorganisir sedemikian rupa
untuk suatu tujuan tertentu.
Dengan demikian, kita bisa pahami bahwa organisasi sosial terdiri
dari kumpulan individu sebagai anggotanya. Organisasi terdapat
proses pengaturan sehingga perilaku atau tindakan para anggotanya
menjadi terorganisir. Organisasi juga memiliki tujuan tertentu, untuk
membedakan dengan kelompok yang spontan, tak bertujuan dan nggak
jelas.

Table 4.1.13 Organisasi di desa Gondanglegi, Kecamatan


Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
Nama
Organisas Keanggotaan Kegiatan Kepengurusan
i
38

Karang Para pemuda  Agustusan - Ketua:


Taruna  Kerja bakti priyanto
 Banjari - Wakil : agus
- Sekretaris :
pairin
 Arisan - Bendahara :
PKK Ibu-ibu  Posyandu maryanto

- Ketua :
warsiyem
 Peminjaman
alat tani - Wakil :
Kelompo Bapak/Ibu  Penyuluhan supadmi
k Tani - Sekretaris :
siti R
- Bendahara :
mustaqimah

- Ketua :
paijo
- Sekretaris:
sarjono
- Bendahara :
nuryanto
∑ 0 0 0
Sumber : Data Sekunder
a. Kelompok Tani
Kelompok petani Desa Gondanglegi berkumpul tiap awal
bulan keperluannya yaitu membahas masalah-masalah atau
kendala-kendala yang ada dalam pertanian. Mengenai
keanggotaannya diperoleh dari warga petani Desa Gondanglegi itu
sendiri, pembagiannya yaitu berdasar lahan yang bertempat di tiap
dusun, misal sawah di dusun tahunan, anggotanya adalah orang –
orang yang mempunyai sawah di dusun tahunan tersebut. Namanya
juga diambil dari nama dusun tersebut, misal kelompok tani
Tahunan. Selain membahas tentang masalah petanian, kelompok
tani ini berkumpul untuk membagikan pupuk bersubsidi.
b. Karang Taruna
39

Organisasi karang taruna ini beranggotakan pemuda-pemudi Desa


Gondanglegi. Karang taruna sering menjadi panitia apabila ada
peringatan 17 Agustus, dan hari besar lainnya. Kegiatan yang
dilaksanakan berkaitan dengan kesenian dan olahraga.
c. PKK
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga di Desa Gondanglegi
mempunyai tugas membantu Pemrintah Desa atu lurah dan
merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan keluarga. Selain itu, PKK di Desa Gondanglegi ini
juga mengadakan kegiatan aktif seperti arisan oelh ibu-ibu dan juga
posyandu.
Berdasarkan table di atas bahwa organisasi yang terdapt di
Desa Gondanglegi yaitu Kelompok Tani, Karang Taruna dan PKK.
Organisai tersebut masih terus berjalan dan aktif dalam menjalankan
tugasnya sesuai dengan acara masing-masing. Organisasi masih
tergolong skala kecil hanya dalam lingkup perdesaan, sehingga rasa
kekeluargaan dan gotong-royong masih sangat terasa.
7. Penguasaan Tanah
a. Sistem Penguasaan Tanah
Desa Gondanglegi sistem penguasaan tanah terbagi dalam empat sistem,
diantaranya pemilik penggarap yaitu petani yang mempunyai lahan
sendiri dan sekaligus mengerjakan lahan milik nya sendiri, lalu ada
petani penyewa yaitu petani yang melakukan kegiatan pertanian dari
hasil menyewa lahan milih orang lain, kemudian buruh tani yaitu petani
yang bekerja pada seseorang tanpa menyewa atau memiliki lahan
sendiri, dan yang terakhir penyakap yaitu petani yang mengolah lahan
orang lain lalu dari hasil produksinya di bagi dengan pemilik lahan.
b. Bentuk Penguasaan Tanah
Desa Gondanglegi bentuk penguasaan tanahnya di dominasi oleh
pemilik penggarap yaitu sebanyak 55% kemudian buruh tani sebanyak
33%, lalu ada penyewa sebanyak 7% dan yang terakhir adalah penyakap
40

sebanyak 5%. Di Desa Gondanglegi hanya ditemui adanya Tanah


Bengkok. Maksudnya adalah tanah milik Desa untuk diberikan kepada
perangkatDesa sebagai gaji selama masa jabatannya. Dalam sistem
agraria di Pulau Jawa adalah lahan garapan milik desa. Tanah bengkok
tidak dapat diperjualbelikan tanpa persetujuan seluruh warga Desa
namun boleh disewakan oleh mereka yang diberi hak mengelolanya
3000 x 16 m untuk setiap Kepala Desa, 2 patok (1 hektar kurang) untuk
Kepala Urusan (KAUR), 1 hektar untuk Kepala Dusun (KADUS).
c. Status Penguasaan Tanah
Status penguasaan tanah yang dijumpai di Desa Gondanglegi adalah
Petani pemilik penggarap yaitu petani yang menggarap lahan usaha tani
milik sendiri. Petani penyewa yaitu petani yang tidak mempunyai lahan
usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain
dengan sistem bayar di muka. Petani penyakap yaitu petani yang tidak
mempunyai lahan usaha tani sendiri tetapi mengerjakan lahan usaha tani
milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Buruh tani yaitu tidak
mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani
milik orang lain dengan mendapat upah.

2. Stratifikasi Sosial
a. Struktur masyarakat berdasarkan kekayaan
41

sangat
kaya
10%

tidak
kaya
35%

cukup kaya
55%

Gambar 4.2 Stratifikasi Berdasar Kekayaan


b. Struktur pelapisan petani berdasarkan status petani

bagi
hasil
5%

penye
wa
7%
buruh tani
33%

pemilik penggarap
55%

Gambar 4.3 Struktur Pelapisan Masyarakat Berdasarkan Status Petani


3. Konflik Sosial
Bentuk konflik di desa Gondanglegi didominasi pada masalah
internal masyarakat lokal yaitu berupa perceraian yajg disebabkan karena
kesenjangan ekonomi. Masalah ini dapat diselesaikan dengan cara
perundingan atau melalui lembaga yang berwenang. Masalah internal kedua
adalah petani yang bertanam melampaui batas wilayah tanamnya hingga ke
jalan. Cara penyelesaian masalah ini yaitu dengan menegur petani yang
bersangkutan dan dilaporkan kepada kepala desa setempat. Masalah internal
yang ketiga yaitu sindir-menyindir antar tetangga yang disebabkan karena
42

adanya perbedaan status sosial masyarakat. Cara penyelesaiannya belum ada


karena masih terjadi hingga saat ini. Sedangkan, konflik antar masyarakat
lokal, masyarakat lokal dengan dunia usaha (tengkulak, perusahaan), dan
masyarakat lokal dengan pemerintah tidak ditemukan.
4. Kebudayaan

U Keterangan

1
1. Jalan
2. Kamar tidur
3. Kamar tidur
7
4. Kamar tidur
2 8 5. Dapur
6. Kamar
9
mandi
3
7. Pintu
4 5 6
8. Gudang
9. Ruang tamu

Gambar 4.4 Denah Rumah Tempat Tinggal di Desa Gondanglegi,


Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
Denah rumah petani di Desa Gondanglegi tergolong sederhana hanya
terdiri dari satu ruang utama. Satu ruang utama seolah hanya ruang
seperti aula besar sebagai ruangan serbaguna. Adapun kamar dan lain-
lainnya ,penyekatan sesuai dengan kehendak dari pemilik rumah. Model
rumah di Desa Gondanglegi sinom. Alasan dari susunan rumah seperti
ini adalah agar lebih fleksibel penyekatan hanya dengan papan, dapat
menyimpan hasil pertanian serta dapat digunakan untuk menampung
banyak orang saat ada acara besar seperti kenduri, hajatan dan lain-lain.

Penjelasan denah tiap ruang :

 Kamar mandi dibelakang agar tertutup dan tidak diketahui banyak


orang serta untuk meminimalisir suara.
43

 Dapur dibelakang agar mudah mengambil kayu bakar dan bila


saat memasak asap langsung keluar dan tidak mengepul di dalam.

 Kamar tidur di depan samping agar lebih mudah keluar masuk


kamar dan mudah dijangkau.

 Gudang berada di depan samping agar mudah dan cepat


menyimpan hasil pertanian dan menjemur hasil pertanian.

 Pintu menghadap utara agar langsung menghadap jalan.

 Ruang tamu berada di tengah dan dibuat lebar agar mudah


menampung banyak orang saat bertamu.

Peralatan pertanian yang masih digunanakan dalam usaha tani


diantaranya cangkul untuk mengolah tanah agar gembur. Sabit untuk
mnyiangi rumput dan untuk panen. Traktor untuk membajak sawah dalam
sklala besar. Tanker digunakan sebagai tempat menyimpan pestisida untuk
memberantas hama. Selep untuk memisahkan kulit padi dengan bulir padi.
Sedangkan tidak ada perbedaan pada bentuk dan fungsi peralatan pertanian
di desa Gondanglegi dengan desa lainnya. Di desa Gondanglegi masih
ditemukan adanya adat istiadat yang berkaitan dnegan siklus hidup manusia
dan pasca kematian. Hal ini dapat ditemukan pada serangkaian acara pada
hari dan tanggal tertentu. Contohnya yaitu sedekah desa yang berupa tradisi
tumpengan dan syukuran di balai desa sebagai rasa syukur atas berhasilnya
dan melimpahnya hasil panen. Kedua, sadran yaitu berupa orok-orokan dan
syukuran di balai desa.

B. Karakteristik Responden
1. Identitas Keluarga Responden
a. Identitas Menurut Umur dan Status Penguasaan Lahan
Pertanian tidak lepas dari unsur-unsur penguasaan lahan
sebagai faktor produksi yang penting dan berpengaruh luas terhadap
tingkat kemakmuran petani. Namun pada kenyataannya lahan
44

pertanian yang ada saat ini semakin sempit yang dikarenakan


penggunaan lahan untuk pemukiman penduduk. kepemilikan
pertanian di pedesaan yang masih menggunakan budaya warisan
mengakibatkan makin sempitnya kepemilikan lahan pertanian dari
generasi ke generasi selanjutnya. Commented [SP4]: Pemformatan diperbaiki, minimal 3 kalimat

Tabel 4.2.1 Identitas Petani Menurut Umur dan Status Penguasaan


Lahan Di Desa Gondanglegin Kecamatan Klego,
kabupaten boyoli Tahun 2018
No Nama Umur Status Penguasaan Lahan
Petani Suami Istri 1 2 3 4
1. Tuminah 70 65 √ - - -
2. Suminem 70 39 √ - - -
3. Painem 56 55 √ - - -
45

4. Salmet 40 30 √ - - -
5. Tohari 53 45 - - - √
6. Tariyem 40 39 √ - - -
7. Suratin 60 57 √ - - -
8. Suharni 70 50 √ - - -
9. Yatina 43 40 √ - - -
10. Sumiati 55 53 - - - √
11. Tarjo 64 43 √ - - -
Sri
12. 65 60 - - - √
wahyuni
13. Jumini 50 45 - √ - -
14. Rukimit 50 45 - √ - -
15. Sutiyem 56 50 √ - - -
16. Pami 50 50 √ - - -
17. Zainudin 36 26 √ - - -
18. Sarwanti 47 39 √ - - √
19. Musiah 60 60 √ - - -
20. Mari 50 55 √ - - -
∑ 20 1049 742 15 2 0 4
71,5 9,5
% - 58,57% 41,43% 0% 19%
% %
Sumber : Data Primer
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa petani di desa
Gondanglegi menurut tahun dengan status pemilik penggarap
sebanyak 71,5%, petani penyewa sebesar 9,5 %, penyakap sebesar
0%, buruh tani sebesar 19%. Rata-rata penduduk yang bekerja
sebagai petani yatu sudah berumur 30 keatas. Sehingga yang
mengeloloa lahan bukan para pemudanya, menurut informasi yang
kami peroleh, para pemudanya banyak yang pergi merantau sehingga
para orang tua yang mengerjakan lahan pertanian.

b. Identitas Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga


Pengertian Identitas adalah suatu ciri ciri atau tanda-tanda yang
melekat pada diri seorang individu yang menjadi ciri khasnya.
Identitas sering dihubungkan dengan atribut yang disematkan kepada
individu yang sebenarnya memiliki sifat majemuk. Sedangkan
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen,
1991). Identitas diri adalah komponen dari konsep diri yang
memungkinkan individu untuk memelihara pendirian yang konsisten
46

dan karenanya memungkinkan seseorang untuk menempati posisi


yang stabil di lingkungannya
(Rawlins et al, 1993).
47

Tabel 4.2.2IdentitasKeluargadanTingkatPendidikan diDesa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali


Tahun 2018
Jumlah Anggota Keluarga Pendidikan
No. Pria Wanita Anak
Suami Istri
0-4 4-15 15-65 >65 0-4 4-15 15-65 >65 SD SMP SMA AK PT
1. - - - 1 - - 3 - - - 2 - - - -
2. - 1 1 - - 2 1 1 SD MI 2 1 1 - -
3. - - 1 - - - 4 1 SD SD - 2 - - -
4. - 1 1 - - 1 1 - SD SD 1 - - - -
5. - 1 1 - - - 3 - MI MI 1 2 - - -
6. - 1 1 - - 1 1 - MI MI 1 - 1 - -
7. - - 4 - - - 1 1 SD SD - 3 - - -
8. - - 2 1 - - 1 - SD MI - - 2 - -
9. - 1 1 - - - 2 - MI MI 1 - - - 1
10. - - 3 - - - 2 - SD SD - - 3 - -
11. - - 2 - - - 2 - SD MI 1 1 - - -
12. - - - 1 - - 6 - SD SD 3 2 - - -
13. - - 1 - - - 2 - SMP SD - - 1 - -
14. - - 3 - - - 2 - - - - 1 2 - -
15. - - 3 - - - 1 - SD SD - - 2 - -
16. - - 2 - - - 3 - MI SD - - 3 - -
17. - - 1 - - 1 1 - SLTA SLTA 1 - - - -
18. - 1 2 - - - 1 - SD MI - 1 1 - -
19. - - 4 - - - 1 - SD - 1 2 - - -
20. - - 3 - - - 1 - SD MI 1 - 1 - -
∑ 0 6 36 3 0 5 93 3 - - 15 15 17 0 1
31,
% 0% 4,1% 24,7% 2% 0% 3,4% 63,7% 2% - - 31,9% 36,2% 0% 5%
9%

Sumber: Data Primer


48

Berdasarkan Tabel 4.2.2IdentitasKeluargadanTingkatPendidikan


menunjukkan bahwa seagian besar masyarakat petani di Desa Gondanglegi
berpendidikan rendah, mereka hanya tamat SD bahkam belum Tamat SD. Dari
data diatas juga menunjukkan anak para petani juga memiliki pendidikan yang
masih terbilang rendah, walau kebanyakan lulusan SMK sederajat. Kesadaran
untuk menyekolahkan anak ke jenjang perguruan tingginsangat rendah, hal ini
diketahui dari sedikitnya anak para petani yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa,
sayangnya pendidikan di desa ini masih belum terlalu diperhatikan.
2. Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah
a. Arti Hidup Cukup
Siklus kehidupan orang desa, khususnya para petani, kerap
dipengaruhi oleh masa panen. Guna menyiasati keadaan, orang-orang yang
tidak memiliki kerja sampingan harus memutar otak. Pada bulan-bulan
sebelum panen, kerap mereka meminjam rupiah dari saudara, tetangga, bank,
atau lembaga keuangan lainnya. Uang ini digunakan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Untuk membeli kebutuhan sekunder, kaum tani harus
menunggu panen. Di masa inilah para petani memegang uang dan menikmati
jerih payah mereka. Dalam taraf tertentu, sawah menyimpan hak komunal.
Sawah menggambarkan bahwa kehidupan perdesaan dibangun oleh
kebersamaan dan kolektivitas. Sawah menjadi simbol bahwa toleransi, kerja
sama, dan gotong royong menjadi pijakan orang desa dalam bertindak. Selain
menyumpal kebutuhan perut, hasil tanah juga dipakai untuk membiayai
pendidikan buah hati sebagai aset terbaik di masa depan.

Tabel 4.2.3 Arti Hidup Cukup di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego,


Kabupaten Boyolali tahun 2018
No. Responden Jawaban
49

A B C D
1. √ - - -
2. - - √ -
3. - √ - -
4. √ - - -
5. - √ - -
6. - - - √
7. √ - - -
8. - - - √
9. √ - - -
10. √ - - -
11. - √ - -
12. √ - - -
13. √ - - -
14. √ - - -
15. - √ - -
16. - √ - -
17. - - √ -
18. - - √ -
19. - √ - -
20. - √ - -
∑ 8 7 3 2
% 40% 35% 15% 10%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.2.3 Arti Hidup Cukup di Desa Gondanglegi,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun 2018, dapat diketahui bahwa
kehidupan peetani sangat sederhana, pemenuhan kehidupan mereka tidak
terlalu banayk. Dari tabel diaatas para petani kebaynyakan berpendapat
bahwa asal bisa makan, membeli pakaian sekedarnya, mempunyai rumah
sederhana itu sudah cukup untuk kehidupan mereka. Bagi petani yang
mmiliki anak yang masih sekolah, asal bisa menyekolahkan anak termasuk
arti hidup cukup. Kebutuhan sekunder sperti tanah, dan barang lainnya
merupakan hal yang tidak terlalu dipentingkan oleh petani, asalkan
kebutuhan pokok terpenuhi itu sudah cukup.
b. Kegiatan Mencari Nafkah

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya


dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman padi,bunga, buah, dan lain-lain dengan harapan untuk
memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun
50

menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah
bagi industri, seperti serealia untuk minuman berakohol, buah untuk jus,
dan wol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian.

Setiap orang bisa menjadi petani (asalkan punya sebidang tanah atau
lebih), walau ia sudah punya pekerjaan bukan sebagai petani. Maksud dari
kalimat tersebut bukan berarti pemilik tanah harus mencangkul atau mengolah
sendiri tanah miliknya, tetapi bisa bekerjasama dengan petani tulen untuk
bercocok tanam di tanah pertanian miliknya. Apabila ini diterapkan, berarti
pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang lain walau hasilnya
tidak banyak. Apabila bermaksud mengolah sendiri, tentu harus benar-benar
bisa membagi waktu, tetapi kemungkinan akan kesulitan kalau tanahnya lebih
dari satu petak.
51

Tabel 4.2.4 Kegiatan Mencari Nafkah di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali
No. Jawaban
Responden 2 3 4 5 9
A B C D A B C D E A B C A B C D A B C D
1 √ - - - √ - - - - √ - - √ - - - √ - - -
2 - √ - - - √ - - - √ - - √ - - - √ - - -
3 √ - - - √ - - - - √ - - √ - - √ √ - -
4 - √ - - - √ - - - √ - - √ - - - √ - - -
5 √ - - - √ - - - - √ - - √ √ - - √ √ - -
6 - √ - - √ - - - - √ - - √ - - - - √ - -
7 √ - - - - - √ - - √ - - √ - - - - - √ -
8 - √ - - - √ - - - √ - - √ - - - - √ - -
9 √ - - - - √ - - - √ - - √ - - - - √ - -
10 √ - - - √ - - - - - √ - √ - - - - √ - -
11 - √ - - - √ - - - √ - - - √ - √ - - -
12 - √ - - - √ - - - √ - - √ - - - - √ - -
13 √ - - - - √ - - - √ - - √ - - - - - - -
14 √ - - - √ - - - - √ - - √ - √ - - - - -
15 - √ - - - √ - - - √ - - √ - - - √ - - -
16. √ - - - - √ - - - - √ - √ - √ - √ - - -
17. √ - - - - √ - - - - √ - √ - - - √ - - -
18. √ - - - √ - - - - - √ - √ - √ - √ - - -
19. √ - - - - √ - - - - √ - √ - √ - √ - - -
20. - √ - - - √ - - - - √ - √ - √ - √ - - -
∑ 12 8 0 0 7 12 1 0 0 14 6 0 18 2 6 0 12 7 1 0
% 60% 40% 0% 0% 35% 60% 5% 0% 0% 70% 30% 0% 69,2% 7,6% 23,07% 0% 60% 35% 5% 0%

Sumber: Data Prmer


52

Berdasarkan Tabel 4.2.4 Kegiatan Mencari Nafkah di Desa


Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali menunjukan bahawa
masyarakat petani didesa tersebut bekerja sebgai petani, selain untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya sebgian besar memiliki keinginan memiliki
sesuatu seperti tanah, memprbaiki rumah, dsb. Dalam bekerja petani memiliki
keyakinan jika usahanya akan memberikan hasil yang baik untuk kehdupannya,
bahkan kadang berpikiran hasil dari usahataninya dapat meningkatkan taraf
hidupnya. Petani biasanya memperoleh ilmu bertani dari pengalaman orang tua
sbelumnya dan dari penyuluh pertanain. Petani di Desa Godanglegi termasuk
ptani yang mudah menerima inovasi terbaru dari penyuluh sehingga hasil yang
didapat juga semakin membaik.

c. Keputusan dalam Usaha Tani


Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau
keluaran dari proses yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan atau tindakan. Keputusan biasanya terbagi menjadi dua jenis yaitu
keputusan dan keputusan . Keputusan merupakan keputusan yang diambil untuk
kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan. Keputusan merupakan
keputusan yang diambil bedasarkan kesepakatan dan untuk
kepentingan Keputusan bersama tidak boleh menguntungkan satu pihak dengan
merugikan pihak lain.
53

Tabel 4.2.5 Keputusan dalam Usaha Tani di Desa Gondang legi, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali tahun 2018
No 6 7 8
A B C A B C Siapa
1 - √ - - √ - Anak
2 - √ - √ - - Suami
3 - √ - √ - - Suami
4 √ - - √ - - Istri
5 - - √ √ - - Istri
6 - √ - √ - - Suami
7 - - √ √ - - Anak,istri
8 - √ - √ - - Suami
9 - √ - √ - - Suami
10 - √ - √ - - Suami
11 √ - - √ - - Suami
12 - √ - √ - - Suami
13 - √ - √ - - Suami
14 - - √ √ - - Suami
15 √ - - √ - - Suami
16. √ - - √ - - Suami, Anak
17. - √ - √ - - Istri
18. √ - - √ - - Suami
19. √ - - √ - - Suami
20. √ - - √ - - Suami
∑ 7 10 3 19 1 0
% 35% 50% 15% 95% 5% 0%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.2.5 Keputusan dalam Usaha Tani di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali sebagian besar penduduknya mengambil
keputusan dengan anggota keluarga mereka. Biasanya dengan suami/istri mereka
masing-masing. Adapun mengambil keputusan dengan anak-anak mereka sedikit
karena sebagian besar yang mengelola lahan adalah para orangtua dikarenakan
para pemudanya sebagian besar bekerja diluar usaha pertanian.
d. Penggunaan Pendapatan Petani
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun
berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai
atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan
merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan
seseorang secara langsung mau pun tidak lagsung (Suroto, 2000). Pendapatan
54

sangat berpengaruh bagi kelangsungan suatu usaha, semakin besar pendapatan


yang diperoleh maka semakin besar kemampuan suatu usaha untuk membiayai
segala pengeluaran dan kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan.

Tabel 4.2.6 Penggunaan Pendapatan Petani di Desa Gondanglegi, Kabupaten


Boyolali tahun 2018

No. 10 11 12 13
A B C D A B C D A B C D E A B C
1 √ - - √ - - - √ - - - - √ - -
2 √ √ - √ √ - - √ - - - - √ √ √ -
3 √ - - - √ - - - √ -[ - - - √ - -
4 √ - - - √ √ - - √ - √ - - √ - -
5 √ - - - √ - - - √ - - - - √ - -
6 √ √ - - √ - - - √ - - - - √ - -
7 - - √ √ - - - √ - - - √ √ - -
8 √ √ - - - - - √ √ - - - √ √ - -
9 √ - - - - - - √ - - - - √ √ √ -
10 √ - - - - - - √ - - - - √ √ - -
11 √ √ - - √ - √ - √ -- √ - - √ √ -
12 √ - - - √ - - - √ - - - - √ - -
13 √ - - - √ - - - √ - - - - √ - -
14 √ √ - - √ - - - √ - - - - √ - -
15 √ √ - - √ - - - √ - √ - - √ √ -
16 √ - - - √ - - √ √ √ - - - √ √ -
17 √ √ - - √ - - √ √ √ - - - √ √ -
55

18 √ √ - - √ √ - √ √ √ √ - - √ √ -
19 √ √ - - √ √ - √ √ √ √ - - √ √ -
20 √ √ - - √ - √ √ √ - - - √ √ -
1
∑ 11 1 2 16 3 1 10 16 5 5 0 5 20 9 0
9
5
3,
7, 33, 3 6 53, 10 30, 61, 19,2 19;, 14, 58, 26, 0
% 3 -
6 3% % % 3% % 3% 5% 3% 23% 7% 8% 4% %
%
%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.2.6 Penggunaan Pendapatan Petani di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali paling banyak pendapatan petani digunakan
untuk biaya konsumsi rumah tangga.selain itu juga banyak digunakan untuk
ditabung berupa harta kekyaan seperti: rumah, alat transportasi, alat rumah
tangga. Tujuan menabung itu sendiri yaitu untuk keperluan mendesak, modal
usaha dan menykolahkan anak. Bentuk investasi ptani sebagian besar yaitu
berupa alat usaha tani, tanah dan ternak.

e. Tingkat Kerukunan Masyarakat


Kerukunan secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan
kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbedasecara suku, agama,
ras, dan golongan.Selain bermakna sebagai kemampuan dan kemauan untuk
hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram, kerukunan
juga bermakna sebagai proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada
ketidakrukunan. Untuk mencapai kerukunan seperti itu, tentu diperlukan
adanya proses dialog, saling terbuka,saling menerima, saling menghargai, serta
saling menanamkan rasa cinta-kasih.
56

Tabel 4.2.7 Tingkat Kerukunan Masyarakat di Desa Gondanglegi, Kabupaten


Boyolali tahuin 2018
14 15
No. Keterangan
A B C A B
1 - - √ - -
Tidak ada
sanksi karena
sudah saling
2 - √ - - √ memahami
mereka orang
yang tidak
mampu
Tidak ada
sanksi karena
biasanya
3 - √ - - √
pinjam
tetangga
terdekat
Tidak ada
4 √ - - - √
sanksi
Tidak ada
5 √ - - - √
sanksi
Tidak ada
6 - √ - - √
sanksi
Tidak ada
7 - √ - - √
sanksi
Tidak ada
8 - √ - - √
sanksi
Tidak ada
9 - √ - - √
sanksi
Tidak ada
10 - √ - - √
sanksi
Tidak ada
11 √ - - - √
sanksi
Tidak ada
12 √ - - - √
sanksi
Tidak ada
13 √ - - - √
sanksi
Tidak ada
14 √ - - - √
sanksi
Tidak ada
15 √ - - - √
sanksi
16 - - √ - -
17 - - √ - - -
57

18 - - √ - - -
19 - - √ - - -
20 - - √ - - -
∑ 7 7 6 0 14
% 20,59% 20,59% 17,64% 0% 41,18%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.2.7 Tingkat Kerukunan Masyarakat di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tingkat kerukunan masyarakat sangat tinggi,
mereka saling memahami keadaan satu sama lain. Kondisi masyarakat disana
cenderung bersyukur atau menerima apa adanya dengan keadaan mereka
masing-masing. Selain hal tersebut keadaan ekomoni yang cederung sama
membuat rasa perasaan senasib sehingga mereka saling tolong menolong antar
sesama.
f. Kegiatan Panen Masyarakat
panen dapat diartikan sebagai kegiatan dalam budidaya baik itu di
bidang pertanian, perternakan ataupun bidang perikanan dan perkebunan yang
dilakukan pada akhir untuk menikmati hasil kerja keras selama merawat dan
menjaga sesuatu yang dibudidayakan serta panen adalah awal dari kegiatan
pasca panen.Kegiatan panen dalam bidang pertanian meliputi pemotongan
malai, Pengumpulan malai, Perontokan dan pembersihan gabah serta
Pengeringan, Penyimpanan, Penggilingan, Pengemasan dan pengangkutan
serta pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan di waktu pasca panen. Dengan
demikian komoditas yang baru kita panen akan bertahan lebih lama dan mampu
dipasarkan dalam keadaan kualitas masih terjaga.
58

Tabel 4.2.8 Kegiatan Panen Masyarakat di Desa Gondanglegi, Kabupaten


Boyolali tahun2018
No. Uraian  %
1. Dalam melakukan kegiatan panen,
petani :
a. Menebaskan kepada orang lain 1 4,76%
b. Dikerjakan oleh anggota keluarga
dibantu kerabat 13
61,90%
c. Dikerjakan tetangga (wanita)
warga desa tentu saja (yang
diundang saja) 4
19,0%
d. Dikerjakan tetangga (wanita)
warga desa siapa saja tanpa dibatasi 0
0%
jumlahnya
e. Lainnya 3
14,28%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.2.8 Kegiatan Panen Masyarakat di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali sebagian besar dikerjakan oleh anggota
keluarga dan dibantu kerabat dengan jumlah 61,90%. Yang kedua dengan
jumlah 19,0 % dikerjakan oleh tetangga atau warga desa yang diundang. Ketiga
dengan jumlah 4, 76% menebaskan kepada orang lain. Hal ini berhubungan
dengan ketenagaan kerja sebelumnya yaitu dengan mnggunakan jasa tenaga
buruh tani.
3. Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian
1) Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja di Luar Pertanian
Pekerjaan yang paling dasar dan ada dalam diri setiap pencari kerja.
Minimal, didorong oleh keinginan agar tidak menjadi beban bagi orang lain,
seseorang akan berusaha menemukan pekerjaan yang bisa mencukupi
kebutuan hidupnya. Cara pandang seperti ini tidaklah salah. Namun jika
seseorang hanya memandang pekerjaan sebagai sarana untuk mencari
nafkah maka ia akan cepat merasa bosan dan melihat pekerjaannya sebagai
59

sebuah beban bahkan bisa jadi motivasi bekerjanya semata-mata karena


uang.

Tabel 4.2.9 Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja di Luar Pertanian di


Desa Gondanglegi, kabupaten Boyolali tahun 2018

N Jenis Pekerjaan
o Pendapatan/Ta
Pekerjaan hun Motivasi
1 - -
Untuk menaikkan taraf hidup dan
memenuhi kebutuhan hidup yang
2 Ternak sapi Rp 15000000 mendesak
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
Untuk sampingan, untuk waktu luang,
menambah biaya dan membelikan motor
7 Tukang bangunan Rp 1200000 anak
8 - - -
9 Ternak sapi Rp 15000000 Untuk mendapatkan tambahan pendapatan
Mengisi waktu luang jika tidak ada
10 PRT Rp 3960000 panggilan untuk bertani
Tukang kayu +
11 ternak sapi Rp 23800000 Menambah penghasilan
12 - - -
13 - - -
14 - - -
15 - - -
Untuk memenuhi kebutuhan yang
16 Ternak sapi Rp 15000000 mendesak
Untuk memenuhi kebutuhan yang
17 Ternak sapi Rp 15000000 mendesak
Untuk memenuhi kebutuhan yang
18 Ternak sapi Rp 15000000 mendesak
Untuk memenuhi kebutuhan yang
19 Ternak sapi Rp 10000000 mendesak
Untuk memenuhi kebutuhan yang
20 Ternak sapi Rp 15000000 mendesak
Sumber : Data Primer
60

Dari Tabel 4.2.9 Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja di Luar


Pertanian dapat dilihat bahawa mayorat penduduk Desa gondanglegi,
kabupaten Boyolali mempunyai pekerjaan smapingan sebagai peternak sapi.
Keadaan seperti ini didorong oleh kebutuhan yang semakin meningkat serta
memnuhi kebutuhan yang mendesak agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
Selain bertenak hasil mayoritas wawancara kelompok kami, penduduknya
bekerja sebagai kuli bangunan, banyak pemuda-pemuda yang merantau ke
jakarta untuk menjadi kuli bangunan karena untuk mencari nafkah.
2) Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian
Usaha jika diartikan secara general, usaha merupakan setiap
aktivitas yang dilakukan manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Jika diartikan secara khusus, istilah usaha dapat diartikan ke dalam banyak
makna dan sangat bergantung dengan di mana istilah usaha ini digunakan.
Usaha disini yaitu untuk mendapatkan pekerjaan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari serta hubungan pekerja dengan pemberi pekerjaan
dan fasilitas yang diberikan sebagai penunjang pekerjaan pekerja.
Tabel 4.2.10 Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian
di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali tahun 2018
No Uraian Σ %
3. Selain mendapat upah apakah buruh
tersebut masih?
a. Mendapat jaminan lainnya 15 30,61%
(makanan, hadiah lebaran)
b. Ikut membantu dalam kegiatan 0 0%
rumah tangga majikan
c. Digolongkan dalam istilah 8 16,32%
tertentu : buruh masih
saudara/kerabat, buruh dengan
kontrak kerja, buruh lepas/tanpa
ikatan.
d. Lainnya 4 8,16%
4. Siapa yang memberikan pekerjaan di
luar pertanian tersebut?
a. Mencari atau berusaha sendiri 12 24,48%
b. Ikut saudara 2 4,08%
c. Diajak teman atau saudara 2 4,08%
d. Lainnya 6 12,24%

Sumber : Data Primer


61

Berdasarkan Tabel 4.2.10 Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan


di Luar Pertanian, selain pengupahan berupa uang buruh tani mendapatkan
fasilitas makan sesuai panjang jam kerja mereka. Sebagian besar buruh tani
di desa tersebut digolongkan sebagai buruh lepas/tanpa ikatan yaitu dengan
dibayar sesuai jam kerja mereka. Dan sebagian besar pekerjaan buruh tani
dicari dengan mencari atau berusaha sendiri serta ditawari oleh pihak yang
membutuhkan.
4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani keluarga
(family farms), khususnya tenaga kerja petani bersama anggota keluarganya.
Rumah tangga tani yag umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi
modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat
diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sediri maka tidak perlu mengupah
tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. Baik dalam usahatani keluarga
maupun perusahaan pertanian peranan tenaga kerja belum belum sepenuhnya
diatasi dengan tekologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini
dikarenakan selain mahal juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja
manusia tidak dapat digantikan.
Tabel 4.2.11 Kelembagaan Hubungan Kerja di Desa Gondanglegi, Kabupaten
Boyolali tahun 2018
No Uraian Σ
1. Apakah pekerjaan orang tua responden?
a. Petani 20
b. Pegawai 0
c. Serabutan 0
d. Lainnya 0

Sumber: Data primer

Tabel 4.2.12 Kelembagaan Hubungan Kerja di Desa Gondanglegi, kabupaten


Boyolali tahun 2018
No. Uraian  %
62

2a. Apakah orang tua responden masih ikut


bekerja dalam usaha tani responden?
a. Ya 3 7,5%
b. Tidak 17 42,5%
c. Tidak semua, sebutkan - -
Kalau ya, apakah mereka di beri upah?
2b. a. Ya 2 5%
b. Tidak 18 45%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.2.11dan Tabel 4.2.12 Kelembagaan Hubungan


Kerja di Desa Gondanglegi, Kabupaten Boyolali, orang tua para petani bekerja
sebagai petani juga. Ilmu yang didapat oleh orang tua petani diwariskan kepada
keturunannya sehingga anaknya juga menjadi petani. Sebagian besar juga orang
tua petani sudah tidak ikut dalam kegiatan petani dan tidak diberi upah.
a. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan
1) Asal Modal Usaha Tani
Modal Usaha merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk membuat
atau mendirikan suatu bidang usaha. Seperti uang dan tenaga kerja
(keahlian). Modal uang bisa digunakan untuk membiayai berbagai
keperluan usaha, pengurusan izin, biaya investasi untuk membeli aset,
hingga modal kerja. Sedangkan dengan modal tenaga kerja (keahlian)
digunakan sebagai kepiawaian seseorang dalam menjalankan suatu usaha
yang didirikan.
Tabel 4.2.13 Asal Modal Usaha Tani di Desa Gondanglegi, Kabupaten
Boyolali tahun 2018
No Uraian Σ %
1. Dalam menjalankan usahatani dari
manakah Bapak/Ibu memperoleh modal
usaha?
a. Milik sendiri/Keluarga/Tabungan 16 80%
b. Pinjam dari tetangga/kerabat 0 0%
c. Pinjam dari lembaga keuangan 1 5%
d. a dan b 3 15%
e. a dan c 0 0%
2. Untuk menjalankan usahatani, apabila
Bapak/Ibu harus meminjam modal, dari
siapakah modal dimaksud berasal?
Mengapa saudara pilih sumber modal
tersebut?
63

a. Keluarga (saudara, anak) - 0%


b. Majikan - 0%
c. Tetangga 10 50%
d. Lembaga keuangan (bank, koperasi) 10 50%

Sumber : Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.13 Asal Modal Usaha Tani di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali sebagian besar asal modal usaha tani
berasal dari milik sendiri/keluarga/tabungan dengan jumalah 80%.
Adapuncampuran asal modal dari kelembagaan keuangan sebesar 15%.
Jika harus meminjam modal masyarakat pinjam ke tetangga karena lebih
mudah dan tidak ada batasan waktu untuk mengmbalikannya. Selain itu
masyarakat juga meminjam di lembaga keuanggan karena bisa meminjam
uang dengan nominal yang lebih besar.
2) Asal Saprodi
Menurut Bambang Riyanto (1997:19) pengertian modal usaha
sebagai ikhtisar neraca suatu perusahaan yang menggunakan modal konkrit
dan modal abstrak. Terdapat dua macam sumber modal yaitu, modal sendiri
adalah modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri
terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya.
Modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak luar
perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman.
Tabel 4.2.14 Asal Saprodi di Desa gondanglegi, Kecamatan Klego,
Kabupaten Boyolali Tahun 2018
No Jenis Saprodi Asal Keterangan Cara Pembayaran
1 Cangkul Beli Cash Cash
2 Cangkul Beli Cash Cash
3 Cangkul Beli Cash Cash
4 Cangkul Beli Cash Cash
5 Cangkul Beli Cash Cash
6 Cangkul Beli Cash Cash
7 Cangkul Beli Cash Cash
8 Cangkul Beli Cash Cash
9 Cangkul Beli Cash Cash
10 Cangkul Beli Cash Cash
11 Alat semprot Beli Cash Cash
64

12 Alat semprot Beli Cash Cash


13 Alat semprot Beli Cash Cash
14 Alat semprot Beli Cash Cash
15 Alat semprot Beli Cash Cash
16 Alat semprot Beli Cash Cash
17 Alat semprot Beli Cash Cash
18 Alat semprot Beli Cash Cash
19 Alat semprot Beli Cash Cash
20 Alat semprot Beli Cash Cash

Sumber : Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.14 Asal Saprodi di Desa gondanglegi,
Kabupaten Boyolali semuanya membeli sendiri dengan cara cash. Menurut
wawancara yang dilakukan oleh kelompok kami, jika tidak membayar
secara cash tidak akan mendapat barang tersebut. Sehingga para petani
sebelum membeli alat usaha tani harus meniapkan modal yang cukup sesuai
kebutuhan dan memikirkan berapa harga yang bisa dijangkau oleh si petani
itu sendiri.
3.) Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil
Pemasaran adalah Suatu kegiatan usaha/bisnis untuk
memenuhikebutuhan dan keinginan konsumen melalui pendistribusian suatu
produk.Pemasaran hasil pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual
produk berupa komoditas pertanian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen, dengan harapan konsumen akan puas dengan mengkonsumsi
komoditas tersebut. Pemasaran hasil pertanian dapat mencakup perpindahan
barang atau produk pertanian dari produsen kepada konsumen akhir, baik input
ataupun produk pertanian itu sendiri.
65

Tabel 4.2.15 Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil di Desa Gondanglegi,


Kabupaten Boyolali Tahun 2018
5 6 7
No.
A B C D Cara Alasan Jawaban
Karena masih
Menjual ke banyak yang
1 √ - - - Tetangga
tetangga membeli dari
responden
Menjual ke
Karena lebih dekat
tetangga dan Tetangga dan
2 - - √ - dsan tidak boros
warung sekitar warung
biaya transportasi
rumah

Menjual ke Karena jarknya Pak ridwan


3 - - √ -
pakmudih dan selep lebih dekat pengelola selep
Karena warung
4 - - √ - Menjual ke warung sering membeli hasil Penjual warung
pertanian responden
Karena lebih cepat
5 - - √ - Menjual dimpasar Pnjual di pasar
transaksinya
Karena tetangga
Menjual ke
6 - - √ - banyak yang Tetangga
tetangga
membutuhkan
Karena lebih dekat
Menjual ke warung
7 - - √ - dan tidak ada Penjual warung
sembako
ongkos
Karena mudah dekat
Menjual ke
8 - - √ - dan tidak ada Tetangga
tetangga
ongkos kirim
Menjual ke
Karena lebih mudah Tetangga dan
9 - - √ - tetangga dan
dan dekat juragan
juragan
Responden tidak Karena responden Responden
10 √ - - - menjula hasil usaha bekerja sebagai tidak tau siapa
taninya buruh tani yang terlibat
Karena lebih dekat
11 - - √ - Menjual ke warung dan tidak memakan Penjual warung
baya restribusi
Karena harganya
lebih mahal dari
12 - - √ - Menjual ke pasar Penjual di pasar
pada dijual ke
tngkulak
Menjual ke Karena lebih mudah
13 - - √ - Tengkulak
tengkulak dan dekat
Karena lebih dekat
dan harganya tidak
14 √ - - - Menjual ke warung berselisih jauh Penjual warung
dengan yang di
pasar
Menjual ke Karena lebih mudah
Pengebul dan
15 - - √ - tengkulak atau dan diambil
penjual pasar
pasar langsung di rumah
Menjual ke Karena lebih dekat
16 - - √ - Pengepul
pengepul dan mudah
Menjual ke Karena lebih dekat
17 - - √ - Tengkulak
tengkulak dan mudah
Menjual ke Karena lebih dekat
18 - - √ - Tengkulak
tengkulak dan mudah
Karena lebih dan
Menjula ke mudah serta tidak
19 - - √ - Pengepul
pengepul mengeluarkan
ongkos transportasi
Karena lebih mudah
Menjual ke
20 - - √ - dan dkat serta tidak Tengkulak
tengkulak
perlu kepasar
∑ 3 0 17 0 - - -
% 15% 0% 85% 0% - - -
66

Sumber: Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.15 Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali pemanfaatan hasil usahatani sebagian besar
dikomsumsi sendiri dan sbagian dijual. Tujuan dikonsumsi sendiri yaitu untuk
memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga, sebagiannya lagi dijual untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. Para petani di Desa Gondanglegi
sbagian besar menjual hasilusahatani mereka ke tengkulak karena jaraknya lebih
dekat, tidak mengeluarkan biaya transportasi kepasar walaupun jika dijual ke
pasar harganya lebih mahal akan tetapi hal tersebut tidak bermasalah karena
selisih harganya sedikit dengan tengkulak.
4.) Pemanfaatan Lembaga Keuangan
Pengertian Lembaga Keuanganadalah suatu institusi atau badan usaha
yang bergerak di bidang jasa keuangan yang dalam bentuk dana dari
masyarakat lalu menyalurkan dana tersebut untuk pendanaan kegiatan ekonomi
dan proyek pembangunan dengan mendapatkan keuntungan dalam bentuk
bunga dengan persentase tertentu dari dana yang disalurkan
tersebut.Fungsi. Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara
antara pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam
penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana
tersebut. Melancarkan pertukaran produk (barang dan jasa) dengan
menggunakan uang dan instrumen kredit.
67

Tabel 4.2.16 Pemanfaatan Lembaga Keuangan di Desa Gondanglegi,


Kabupaten Boyolali Tahun 2018
1. Lembaga Keuangan bank 2. Lembaga Keuangan koperasi dan kelompok tani
No
Pernah/Belu Pernah/belu
. Alasan Ket Alasan Ket
m m
Belu Belu
Tidak mampu m Karna tidak m
1 Belum Belum
membayar perna mau hutang perna
h h
Belu Belu
Karena tidak m Karna tidak m
2 Belum Belum
berani hutang perna mau hutang perna
h h
Belu Belu
Karena tidak m Karna tidak m
3 Belum Belum
ingin hutang perna mau hutang perna
h h
Belu Belu
Karena tidak m Karna tidak m
4 Belum Belum
ingin hutang perna mau hutang perna
h h
Responden
Belu Belu
tidak
m Karna tidak m
5 Belum mengetahui Belum
perna mau hutang perna
lembaga
h h
tersebut
Belu
Sudah
Karena m Untuk beli
6 Belum Pernah perna
jaraknya jauh perna pupuk dan bibit
h
h
Untuk beli
Belu
pupuk dan bibit Sudah
Karena m
7 Belum Pernah serta mencukupi perna
jaraknya jauh perna
kebutuhan h
h
mendesak
Belu
Sudah
Karena ada m Karena tidak
8 Belum Pernah perna
bunganya perna ada bunga
h
h
Untuk
Sudah Sudah
Untuk beli keperluan sehari
9 Pernah perna Pernah perna
bibit hari dan beli
h h
pupuk
Belu
Untuk Sudah
Karena m
10 Belum Pernah kebutuhan perna
jaraknya jauh perna
sehari hari h
h
Karena lebih
Karena tidak Belu
terpecaya dan Sudah
Belum bisa pinjam m
11 Pernah bisameminja perna
pernah uang dalam perna
m nominal h
jumlah besar h
sesuai dengan
68

yang
diinginkan
Belu Karena lebih
Sudah
Karena m mudah
12 Belum Pernah perna
jaraknya jauh perna mendapatkanny
h
h a
Belu Karena mudah
Sudah
Karena m untuk
13 Belum Pernah perna
jaraknya jauh perna mendapatkanny
h
h a
Belu
Karna sudah Sudah
Karna m Belum
14 Belum terbiasa dengan perna
jaraknya jauh perna pernah
modal sendiri h
h
Karean sudah Belu
Karena sudah Sudah
terbiasa m
15 Belum Belum terbiasa dengan perna
dengan modal perna
modal sendiri h
sendiri h
Sudah Sudah
Untuk Untuk
16 Pernah perna Pernah perna
menabung meminjam uang
h h
Karna
responden
Belu
tidak Sudah
m Untuk
17 Belum mengetahui Pernah perna
perna menabung
manfaat h
h
lembaga
tersebut
Belu Belu
Karena jauh
m Karena tidak m
18 Belum serta ada Belum
perna ingin hutang perna
bunganya
h h
Belu Belu
Karena jauh
Karena tidak m m
19 Belum Belum serta ada
ingin hutang perna perna
bungamya
h h
Belu
Karena jauh Sudah
m Untuk
20 Belum srta ada Pernah perna
perna meminjam uang
bunganya h
h
∑ - - - - - -
% - - - - - -
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.2.16 Pemanfaatan Lembaga Keuangan di Desa
Gondanglegi, Kabupaten Boyolali mayoritas masyarakatnya belum
memanfaatkan lembaga keuangan dengan baik. Hal ini dikarenakan bebrapa
alasan yaitu karena jaraknya jauh, ada bunga banknya, jumlah yang dipinjam
sedikit sehingga tidak perlu meminjam ke lembaga keuangan. Selain belum
69

memanfaatkan degan baik, juga banyak masyarakat yang sudah


memanfaatkannya yaitu ituk modal usahatani, untuk membeli kendaraan, dsb.

6. Hubungan Kerja Agraris


Hubungan kerjaadalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan
pengusaha setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang bersangkutan.
Didalam hubungan kerja harus ada pekerjaan tertetu sesuai perjanjian. Pengusaha
berkewajiban membayar upah dan pekerja berhak atas upah dari pekerjaan yang
dilakukannya. Sedangkan agraris sendiri adalah sektor pertanian atau penduduk
yang mayoritas memiliki pekerjaan di sektor pertanian. Jadi hubungan kerja
agraris adalah suatu hubungan antara pekerja dengan pihak yang mengadakan
perjanjian pada pihak yang bersangkutan, yang bergerak di bidang pertanian.

a. Status Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan


Status petani berdasarkan penguasaan lahan dibedakan menjadi
empat, yaitu pemilik penggarap. Penyewa, penyakap, dan buruh tani. Pemilik
penggarap yaitu petani yang menggarap lahan usaha tani milik sendiri. Petani
penyewa yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi
mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bayar di muka.
Petani penyakap yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri
tetapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bagi hasil.
Buruh tani yaitu tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan
lahan usaha tani milik orang lain dengan mendapat upah.
Tabel 4.2.17 Status Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan di Desa
Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali
Tahun 2018
Apakah masing
Apakah di desa ini ada petani masing petani yang
berstatus sebagai : Pemilik berbeda status
Kesimpulan Penggarap, Penyewa, Penyakap menerima komoditas
dan Buruh Tani ? Jelaskan pertanian yang
berbeda beda?
Jawaban Jawaban
70

1. Pemilik
Di Desa Gondanglegi tidak penggarap :
1. Pemilik penggarap :60 % Padi,Jagung,
terdapat semua status petani,
2. Penyewa 30 % dan Singkong
yang ada hanya status 2. Penyewa : Padi
3. Penyakap :0 %
pemilik penggarap, penyewa, 4. Buruh tani :10% dan jagung
dan buruh tani 3. Penyakap : -
4. Buruh tani :
padi dan
jagung, ketela
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2.17 diketahui bahwa status petani berdasarkan
penguasaan lahan di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego didominasi oleh
petani pemilik penggarap dengan presentase sebanyak 60%. Untuk petani
penyewa sebanyak 30%, dan buruh tani sebanyak 10%. Sedangkan untuk
system penguasaan lahan petani penyakap di Desa Gondanglegi,
Kecamatan Klego tidak ditemukan dalam 20 jumlah total responden.

a. Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sewa)


Sistem Sewa Tanah adalah sebuah sistem yang diterapkan dimana
rakyat atau para petani di nusantara diwajibkan membayar pajak pada
pemerintah yang dianggap sebagai uang sewa dengan dasar bahwa semua
tanah adalah milik negara. Sistem sewa tanah di Indonsia pertamakali
diperkenalkan sejak zaman penjajahan Belanda, namun setelah
berakhirnya masa penjajahan sistem sewa masih berlangsung sampai saat
ini. Sistem sewa inipun hingga saat ini masih banyak dijumpai di Indonesai
lebih namun pada pedesaan para petani kebanyakan memiliki lahan
walaupun lahan tersebut berukuran kecil.
Tabel 4.2.18Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sewa) di Desa
Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
Jenis Usahatani Padi Jenis Usahatani Jagung Jenis Usahatani Ubi
No. Jangka Jangka Jangka
Ketentuan Ketentuan Ketentuan
Waktu Waktu Waktu
1 Rp 100000 1 tahun Rp 1000000 1 tahun - -
2 Rp100000 1 tahun Rp100000 1 tahun - -
3 Rp500000 1 tahun Rp500000 1tahun - -
4 Rp- - Rp- - - -
5 Rp1000000 1 tahun Rp1000000 1 tahun - -
6 Rp500000 6 bulan Rp500000 6 bulan - -
71

7 Rp500000 6 bulan Rp500000 6 bulan - -


8 Rp333000 4 bulan Rp333000 4 bulan - -
9 Rp 333000 4 bulan Rp 333000 4 bulan - -
10 Rp - - Rp- - - -
Rp 1500000- Rp 1500000-
11 1 tahun 1 tahun - -
2000000 2000000
12 Rp 1000000 1 tahun Rp1000000 1 tahun - -
13 Rp 100000 1 tahun Rp100000 1 tahun - -
14 Rp 100000 1 tahun Rp 100000 1 tahun - -
15 Rps 1000000 1 tahun Rp1000000 1 tahun - -
16 Rp 500000 6 bulan Rp500000 6 bulan - -
17 Rp 500000 6 bulan Rp 500000 6 bulan - -
18 Rp- - Rp- - - -
19 Rp 500000 6 bulan Rp 500000 6 bulan - -
20 Rp 500000 6 bulan Rp 500000 6 bulan - -
∑ Rp 9.566.000 Rp 10.016.000 -
% 48,85% 51,14%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2.19 diketahui bahwa bentuk hubungan kerja
agraris (sistem sewa) sistem sewa di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego
didominasi oleh jenis usaha tani jagung dengan presentase sebanyak
51,14%. Kemudian untuk sistem sewa pada jenis usaha tani padi
mempunyai presentase sejumlah 48,85%. Sedangkan untuk sistem sewa
paada jenis usaha tani ubi tidak ditemukan di Desa Gondanglegi,
Kecamatan Klego pada total 20 responden petani.
72

Tabel 4.2.19 Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sakap) di Desa


Gondang Legi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

Jenis Usahatani padi Jenis Usahatani jagung Jenis Usahatani ubi


No. Jangka
Ketentuan Ketentuan Jangka Waktu Ketentuan Jangka Waktu
Waktu
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
1 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
2 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
3 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
4 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
5 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
6 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
7 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
8 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
73

Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
9 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
10 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
11 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
12 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
13 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
14 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
15 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
16 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
17 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
18 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
19 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
74

Responden
Responden tidak tidak
Responden tidak
mengetahui mengetahui
mengetahui sistem
20 sistem sakap sistem sakap
sakap yang ada
yang ada idesa yang ada
idesa gondanglegi
gondanglegi idesa
gondanglegi
∑ - - - - - -
% - - - - - -

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.19 diketahui bahwa bentuk hubungan kerja
agraris sitem sakap di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego tidak
ditemukan. Sebagian besar responden tidak mengetahui sistem sakap yang
ada di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego. Hal ini disebabkan sebagian
besar petani yang ada di desa tersebut bukan berorientasi pada petani sakap
melainkan sebagai petani pemilik penggarap.
Tabel 4.2.20 Bentuk Pengupahan di Desa Gondang Legi, Kecamatan
Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018

Jenis Usahatani Padi Jenis Usahatani Jagung Jenis UsahataniUbi


Jeni
Jenis Jenis Be s
No Bentu Jamin Bes Bentu Jamin Be Jam
Besar Pekerja Peker nt Pek
k an ar k an sar inan
an jaan uk erja
an
Maka Makn
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
1 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
2 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
3 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
4 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
5 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Tand
Maka Makan
Daud, Rp ur,
Rp n pagi pagi
6 Uang tandur, 300 Uang meng - - - -
30000 dan dan
matun 00 olah
rokok rokok
lahan
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
7 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
8 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
75

Tand
Maka Makan ur,
Daud, Rp
Rp n pagi pagi meng
9 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan olaha
matun 00
rokok rokok n
lahan
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
10 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
11 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
12 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
13 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
14 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Makan
Daud, Rp
Rp n pagi pagi Tand
15 Uang tandur, 300 Uang - - - -
30000 dan dan ur
matun 00
rokok rokok
Maka Tand
Daun,
n pagi Rp ur
Rp tandur, Makan
16 Uang dan 300 Uang dan - - - -
70000 matun, pagi
makan 00 pane
panen
siang n
Men
Mengol golah
Makn
ah tanah
pagi, Rp
Rp tanah, Makan ,
17 Uang makan 300 Uang - - - -
60000 tandur, pagi tandu
siang, 00
matun, r,
rokok
panen pane
n
Maka Tandur,
Uang n pagi matun, Rp Tand
Rp Makan
18 dan dan semprot 300 Uang ur, - - - -
70000 pagi
gabah makan hama, 00 pagi
siang panen
Rp
10
Rp
Maka 00 M
200
n pagi Tandur, 0/ ak
Rp 0/pe Makan pane uan Pan
19 Uang dan matun, Uang pe an
70000 r pagi n g en
makan panen r pa
kar
siang ka gi
ung
ru
ng
Tandur,
Maka
daud, Tand
n pagi Rp
Rp matun, Makan ur,
20 Uang dan 300 Uang - - - -
70000 smprot pagi pane
makan 00
hama, n
siang
panen
Rp Rp
∑ 760.00 - - 572. - - - - - - -
0 000
43
% 57% - - - - - - - - - -
%
76

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.20 diketahui bahwa petani di Desa
Gondanglegi, Kecamatan Klego mendapatkan upah dalam bentuk uang dan
konsumsi. Uang yang didapatkan dalam satu hari bekerja Rp.70.000 per
orang, dan ditambah mendapatkan makan pagi dan makan siang. Usaha tani
yang biasa dilakukan para petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego
berupa kegiatan tandur, daud, matun, macul, semprot hama, dan panen.
Tabel 4.2.21 (Bentuk Pengupahan pada usaha tani lainnya) di Desa
Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun
2018
Jenis Usahatani Jenis Usahatani Jenis Usahatani
Jeni
Jenis Jenis Be Jam s
No Bes Ben Jamin Bes Bentu Jamin Be
Pekerj Peke nt ina Pek
ar tuk an ar k an sar
aan rjaan uk n erja
an

1 0 - - - 0 - - - - - - -

2 0 - - - 0 - - - - - - -
3 0 - - - 0 - - - - - - -
4 0 - - - 0 - - - - - - -
5 0 - - - 0 - - - - - - -
6 0 - - - 0 - - - - - - -
7 0 - - - 0 - - - - - - -
8 0 - - - 0 - - - - - - -
9 0 - - - 0 - - - - - - -
10 0 - - - 0 - - - - - - -
11 0 - - - 0 - - - - - - -
12 0 - - - 0 - - - - - - -
13 0 - - - 0 - - - - - - -
14 0 - - - 0 - - - - - - -
15 0 - - - 0 - - - - - - -
16 0 - - - 0 - - - - - - -
17 0 - - - 0 - - - - - - -
18 0 - - - 0 - - - - - - -
19 0 - - - 0 - - - - - - -
20 0 - - - 0 - - - - - - -
∑ 0 - - - 0 - - - - - - -
% 0% - - - 0 - - - - - - -
Sumber: Data Primer

Pada tabel 4.2.21 kami tidak mendapatkan data berupa bentuk


pengupahan petani pada bentuk usaha tani lainnya yang ada di Desa
77

Gondanglegi, Kecamatan Klego. Hal itu disebabkan karena rata-rata petani


di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego hanya melakukan usaha tani sawah
atau perkebunan. Sehingga tidak dijumpai sistem pengupahan usaha tani
lainnya di desa tersebut.
Tabel 4.2.22 Hubungan Kerja Pemilik dengan Buruh Tanidi Desa
Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali tahun
2018
Bagaimana hubungan kerja pemilik lahan dengan buruh taninya?
No.
A B C D
Sudah seperti
1 - - √ - - -
keluarga sendiri
Sudah seperti
2 - - √ - - -
keluarga sendiri
Sudah seperti
3 - - √ - - -
keluarga sendiri
Sudah seperti
4 - - √ - - -
keluarga sendiri
Sudah seperti
5 - - √ - - -
keluarga sendiri
Saling tolong
6 - - √ - - -
menolong
Saling tolong
7 - - √ - - -
menolong
Sudah seperti
8 - - √ - - -
keluarga sendiri
Saling tolong
9 - - √ - - -
menolong
Saling peduli satu
10 - - √ - - -
sama lain
Karena petani
bekerjaan secara
11 √ profesional dan - - - - -
tidak membeda-
bedakan
Karena petani
bekerjaan secara
12 √ profesional dan - - - - -
tidak membeda-
bedakan
Karena petani
bekerjaan secara
13 √ profesional dan - - - - -
tidak membeda-
bedakan
Karena petani
bekerjaan secara
14 √ profesional dan - - - - -
tidak membeda-
bedakan
Karena petani
bekerjaan secara
15 √ profesional dan - - - - -
tidak membeda-
bedakan
Karna buruh
16 √ dipekerjakan dan - - - - -
diberi upah
Karna buruh
17 √ dipekerjakan dan - - - - -
diberi upah
78

Karna buruh
18 √ dipekerjakan dan - - - - -
diberi upah
Karna buruh
19 √ dipekerjakan dan - - - - -
diberi upah
Karna buruh
20 √ dipekerjakan dan - - - - -
diberi upah
∑ 10 10 0 0
% 50% 50% 0% 0%

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.22 diketahui bahwa hubungan pemilik dengan
buruh tani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego rata-rata
memperkerjakannya secara profesial dan tidak membeda-bedakan, buruh
juga diperkerjakan dengan baik dan diberi upah. Selain dua hal tersebut,
petani di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego juga menganggap buruh tani
sebagai saudaranya sendiri dan mereka juga saling tolong menolong satu
sama lain. Hal itu dilandasi karena hubungan kekeluargaan yang terjadi di
pedesaan terutama di Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, masih sangat
kental.

6. Kosmopolitan
Secara kultural, kosmopolitanisme terwujud sebagai sebuah sikap
yang terbuka terhadap perbedaan budaya dan sebuah kemampuan untuk
menyatu dengan budaya lain. Perbedaan bukanlah hal yang perlu
dipertentangkan. Secara politik, kosmopolitanisme merupakan sebuah upaya
untuk mengubah tatanan yang memungkinkan realisasi gagasan bahwa semua
manusia sama dan setara.
a. Mobilitas
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan
penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Baik untuk sementara maupun
untuk jangka waktu yang lama atau menetap seperti mobilitas ulang-alik
(komunitas) dan migrasi. Mobilitas penduduk adalah perpindahan
penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain atau dari suatu daerah
ke daerah lain. Berikut merupakan tabel Mobilitas Petani di Desa
Gondang Legi, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
79

Tabel 4.2.23 Mobilitas Petani di Desa Gondang Legi, Kecamatan


Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
1a 1b 1c
No.
Jawaban 1 2 3 4 5 1 2 3
1 Tidak pernah - - - - - - - -
2 2kali/bulan - √ - √ - - √
3 3 kali/bulan - √ - √ - - √ -
4 4 kali/bulan - - - √ √ - -
5 Belum tentu - - - √ - - √ -
6 1 kali/bulan - √ - - - √ - -
7 Tidak pernah - - - - - - - -
8 3 kali/bulan - √ - - - - √ -
9 2 kali/bulan - - - - √ √ -
10 1 kali/bulan - - - √ - - √ -
11 1 kali/bulan - √ - - - √ - -
12 1 kali/bulan - √ - - - - √ -
13 7 kali/bulan √ - - - - - - √
14 Jarang - - - - - - - -
15 2 kali/bulan - √ - - - √ - -
16 Jarang - - - - - √ √ -
17 3/bulan - - - - √ √ - -
Setiap
18 - - - - √ - - √
hari/bulan
19 2/bulan - - - √ √ √ - -
20 4/bulan - √ - - √ √ -
∑ 1 8 0 5 6 9 7 2
% 5% 40% 0% 25% 30% 50% 38,9% 11,1%

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.23 dijelaskan bahwa rata-rata petani di
Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego jarang melakukan mobilitasnya
di setiap bulanya. Rata-rata petani hanya melakukan mobilitas 1-3 kali
tiap bulannya. Hal itu disebabkan karena petani lebih sering
menghabiskan waktunya untuk mengerjakan lahan pertaninan nya
dibandingkan harus melakukan mobilitas ke luar desa.

b. Sumber Informasi
Sumber informasi merupakan penyedia sekumpulan informasi
yang telah di kelompokan berdasarkan masing – masing kategori .
sumber informasi bisa berupa Perpustakaan, Majalah, Surat Kabar
dan Website. Dikalangan masyarakat saat ini dimana persaingan
80

bisnis begitu keras, dengan keadaan seperti itu tentunya beberapa


kalangan masyarakat yang berfikiran maju berusaha untuk memenuhi
kebutuhan akan informasi sebagai syarat bersaing dalam pasar global
ini, dan internet merupakan salah satu alterinatif baik untuk media
pencari dan penyebar informasi dalam pasar global. Media internet
semua informasi yang di sediakan oleh website atau Sumber –
sumber inforamsi umum di masyarakat saat ini bisa dengan cepat
dalam menyebarkan sebuah informasi dan memiliki jangkauan tak
terbatas semasih di jangkau oleh jaringan internet. Berikut
merupakan tabel Sumber Informasi Pertanian di Desa Gondanglegi,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018.

Tabel 4.2.24Sumber Informasi Pertanian di Desa Gondanglegi,


Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali Tahun 2018
81

No. Media Yang Diakses Pesan/Berita yang Diakses Manfaat/Dampak


Responden belum pernah
1 mendapatkan informasi tentang - -
pertanian
 Metode penanaman
2  Penyuluh  Menanam menjadi lebih baik
baru
 Teknik pengolahan
3  Penyuluh  Mendapat benih secara gratis
pupuk dan benih
Responden belum pernah
4 mendapatkan informai tentang - -
pertanian
 Teknik pengolahan
5  Penyuluh  Mendapat benih secara gratis
benih
 Pembuatan pupuk  Menambah wawasan tentang
6  Penyuluh
cair pupuk cair
 Pembuatan pupuk  Menambah wawasan tentang
7  Penyuluh
cair pupuk cair
 Cara membuat usaha
baru
 Tambah wawasan mengenai
8  Penyuluh  Inovasi olahan hasil
kewirausahaan
pertanian seperti
kripik singkong
 pembuatan pupuk  Menambah wawasan mengenai
9  Penyuluh
cair cara pembuatan pupuk cair
 subsidi bibit dan  Membli bibit dan pupuk
10  Penyuluh
pupuk cair dengan harga yang lebih murah
 Informasi mengenai  Mengetahui bibit yang
11  Penyuluh
bibit dan pupuk berkualitas
 Pengetahuan dari  Mengetahui teknik bercocok
12  Cara bercocok tanam
orang tua tanam
 Pengetahuan dari  Mengetahui teknik bercocok
13  Cara bercocok tanam
orang tua tanam
 Cara pemilihan bibit  Dapat membedakan kualitas
14  Penyuluh
dan pupuk bibit dan pupuk
 Cara pemilihan bibit  Dapat membedakan kualitas
15  Penyuluh
dan pupuk bibit dan pupuk
 Informasi
 Hasil komoditas pertanian
16  Penyuluh mengetahui mana
lebuh baik
yang bibit unggul
 Informasi megenai  mengetahui mana yang bibit
17  Penyuluh
bibit unggul unggul
 Informasi mengenai
 Mengetahui mengenai bibit
bibit unggul dan
18  penyuluh unggul dan waktu bercocok
waktu bercocok
tanam
tanam
 informasi mengenai
 Mengetahui mengenai bibit
bibit unggu dan
19  penyuluh unggu dan mendapat batuan
mendapat batuan
bibitl
bibitl
 informasi inovasi-
inovasi dalam bidang  mengetahui inovasi-inovasi
pertanian contohnya dalam bidang pertanian
 media elektronik (
menjadi tau alat contohnya menjadi tau alat
20 televisi)
pertanian yaitu pertanian yaitu traktor
 penyuluh traktor  mengetahui mengenai bibit
 informai mengenai unggul
bibit unggul
∑ - - -
% - - -

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2.24 diketahui bahwa rata-rata petani di


Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego mendapatkan sumber informasi
82

pertanian nya dari penyuluh. Penyuluh dijadikan sebagai sumber


informasi karena dianggap sudah menguasai bidang pertanian, dan
bisa menyampaikan informasi-informasi yang diperlukan petani.
Informasi yang didapatkan mengenai bibit unggul, inovasi-inovasi di
bidang pertanian, dan waktu untuk bercocok tanam yang baik.
83
84

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah pengamatan 3 hari di desa Gondanglegi, Kecamatan Klego, Kabupaten
Karanganyar, kami mendapatkan hasil data sebagai berikut :

1. Dipandang dari segi topografi, Desa Gondanglegi merupakan bagian dari


wilayah Kecamatan Klego Secara keseluruhan wilayah Desa Gondanglegi
tergolong (dataran tinggi) dengan kemiringan 25-45% dan ketinggian kurang
lebih 350 m di atas permikaan laut dimana terdiri dari sawah 25%,
pekarangan 25%, tegalan 44% lainnya 6%. Desa Gondanglegi merupakan
dataran tinggi maka mayoritas penduduknya memiki lahan pertanian.

2. jumlah penduduk menurut mata pencaharian pada sektor pertanian di Desa


Gondonglegi, Kecamatan Klego dari tahun ke tahun justru mengalami
penurunan. Pada tahun 2016 jumlah petani di desa Gondanglegi hanya 1373
jiwa. Hal itu disebabkan karena sebagian besar penduduk justru mempunyai
pekerjaan lain diluar usaha tani dari tahun ke tahun justru mengalami
peningkatan. Hal itu menyebabkan mata pencaharian pada pertanian tanaman
pangan tidakmengalami peningkatan. Meskipun mengalami penurunan tetapi
mayoritas mata pencaharian di desa Gondanglegi sebagai petani. Penduduk
yang bekerja di luar bidang pertanian, seperti buruh bangunan, pengusaha
industri, buruh industri, pedagang dan lain lain lebih sedikit di banding bidang
pertanian.

3. Mayoritas penduduk Desa Gondanglegi adalah pemeluk islam yang patuh. Hal
tersebut terlihat dari banyaknya organisasi keagamaan yang ada di desa
tersebut. Organisasi untuk remaja, dewasa, sampai orang tua semua ada.

4. Hubungan masyarakat dengan pemerintah terjalin dengan sangat baik karena


tidak ada konflik yang terjadi di Desa Gondanglegi.

5. Dalam hal transportasi mereka lebih sering jalan kaki, mereka menggunakan
motor ataupun kendaraan umum jika hanya berpergian jauh.
85

6. Dalam hal komunikasi, Desa Gondanglegi masih kurang dan terjadi hambatan
karena tidak adanya sarana komunikasi yang memadai, seperti susahnya
mencari sinyal telepon seluler.

7. Pendidikan di desa Gondanglegi masih rendah, hal itu dibuktikan dengan


masih banyaknya para petani yang hanya lulusan SD/MI dan hanya sedikit
yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.

8. Organisasi sosial yang ada di Desa Gondanglegi terdiri dari Karang Taruna,
PKK, dan Kelompok Usaha Tani (KUT).

9. Bentuk penguasaan tanah yang ada di desa Gondanglegi adalah tanah


bengkok. Tanah bengkok adalah tanah yang milik pemerintah yang diberikan
kepada kepala desa untuk dioolah sesuai dengan masa jabatannya.

10. Status penguasaan lahan paling banyak adalah pemilik penggarap, sementara
yang paling susah dijumpai adalah status sebagai buruh tani murni. Rata-rata
petani yang memiliki lahan, menyewa lahan, atau menyakap lahan juga
bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain.

B. Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka saran yang
dapat kami berikan kepada Pemerintah Desa dan pihak swasta sebaiknya
bekerja sama melaksanakan lebih banyak penyuluhan mengenai pertanian
berkelanjutan kepada masyarakat Desa Gondanglegi, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dan kualitas usaha tani. Penyediaan sarana irigasi
yang baikbagi masyarakat desa Gondanglegi untuk meningkatkan
produktivitas petani karena lahan didesa Gondanglegi berupa lahan tadah
hujan. Membangun pemancar sinyal telepon seluler yang lebih baik agar
masyarakat Desa Gondanglegi dapat selalu mengikuti perkembangan zaman,
terutama yang berkaitan dengan usahatani.

Anda mungkin juga menyukai