Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAS AGB C

Asisten:
1. Mardiyas Setya Anggara
2. Fitrah Mubasysyir
3. Sahla Aludra

Disusun Oleh:
Zalfa Alifia
NIM. 2006114075

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN SOSIOLOGI


JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DISEKITAR OBJEK WISATA
SUMATERA BARAT

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum
Pemberdayaan Masyarakat
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Riau

Asisten:
1. Mardiyas Setya Anggara
2. Fitrah Mubasysyir
3. Sahla Aludra

Disusun Oleh:
Zalfa Alifia
NIM.2006114075

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN SOSIOLOGI


JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima Oleh:
Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi

Sebagai:
Laporan Praktek Lapangan

Diserahkan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 5 November 2022
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Riau

Mengesahkan

Ketua Laboratorium Dosen Pengampu


Komunikasi dan Sosiologi Program Studi

Yulia Andriani, S.P., M.Si Meki Herlon


NIP. 198607232014042001 NIP. 198702222022031005

Koordinator Praktikum
Pemberdayaan Masyarakat

Mardiyas Setya Anggara


NIM. 1906156243
Pemberdayaan Masyarakat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena
atas berkatnya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Biaya
dengan judul “Kalkulasi Biaya Berdasarkan Pesanan” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah dan analisis kasus ini
adalah untuk memenuhi tugas yang telah diberikan pada mata kuliah
Akuntansi Biaya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
analisis kasus ini. Kami selaku penulis menyadari bahwa laporan yang kami
buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan laporan
ini.Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya laporan ini. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Pekanbaru, 30 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan.............................................................................................................7
1.4 Manfaat...........................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Kemiskinan.....................................................................................................8
2.2 Pemberdayaan Masyarakat...........................................................................10
2.3 Objek Wisata................................................................................................12
2.4 Pariwisata.....................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................16
GAMBARAN UMUM..........................................................................................16
Lembah Harau....................................................................................................16
Pabrik Coklat Chokato.......................................................................................19
3.3 Luak Gadang Bukik Baka Park....................................................................21
Kulik Kayu Resort..............................................................................................22
Tempat Pelelangan Ikan (TPI)...........................................................................24
BAB IV..................................................................................................................25
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................25
4.1 Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat.............................................25
4.2 Perekonomian Masyarakat...........................................................................30
4.3 Sosial Budaya Masyarakat...........................................................................36
Pemberdayaan Masyarakat

4.4 Sumberdaya Manusia...................................................................................42


4.5 Ekonomi Kreatif...........................................................................................48
4.6 Kelembagaan................................................................................................50
BAB V....................................................................................................................54
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................54
5.1 Kesimpulan...................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56
DOKUMENTASI..................................................................................................58

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih dan

bertindak, yang bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas karena

ketidakmampuan bersuara (voicelessness) dan ketidakberdayaan

(powerlessness) dalam hubungannya dengan negara dan pasar. Kemiskinan

bersifat multi dimensi, masyarakat miskin membutuhkan kemampuan pada

tingkat individu (seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan) dan pada

tingkat kolektif (seperti bertindak bersama untuk mengatasi masalah).

Memberdayakan masyarakat miskin dan terbelakang menuntut upaya

menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka meningkatkan kualitas

hidupnya. Oleh karena itu, pemberdayaan merupakan sebuah proses, dan

sebagai sebuah pemberdayaan merupakan serangkaian aktivitas yang

terorganisir dan ditujukan untuk meningkatkan kekuasaan, kapasitas atau

kemampuan personal, interpersonal atau politik yang memungkinkan individu,

keluarga atau masyarakat dapat melakukan tindakan memperbaiki situasi-

situasi yang mempengaruhi kehidupannya.

Proses pemberdayaan tidak hanya mencakup peningkatan kemampuan

seseorang atau sekelompok orang, melainkan juga memiliki daya untuk

merubah sistem dan stuktur sosial, yaitu seperti ekonomi, sosial, dan politik.

Pemberdayaan masyarakat memang ditujukan untuk memberikan kekuatan


Pemberdayaan Masyarakat

pada setiap anggotanya dalam menyikapi dan mengambil tindakan yang tepat,

untuk keberlangsungan hidup mereka secara berkelanjutan. Keberlangsungan

hidup ini tidak hanya terkait pada pembentukan dan pembangunan struktur

kelembagaan dan mekanisme kerja masyarakat, tetapi juga terkait dengan

pembangunan nilainilai, dan pemberian makna baru pada struktur-struktur

tradisional.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka pemberdayaan masyarakat

merupakan sebuah konsep pembangunan yang mencerminkan paradigma baru

yang tidak hanya bersifat ekonomis ataupun politis, tetapi merupakan

pendekatan pembangunan yang berorienasi pada “people-centered,

participatory, empowering, and sustainable.” Konsep ini lebih luas dari hanya

semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan

mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang

pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari

alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini

berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang

antara lain oleh Friedman (1992) disebut alternative development, yang

menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth, gender

equality and intergenerational equity”.

Upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi yaitu (1)

menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling), karena sesungguhnya tidak ada masyarakat yang sama

sekali tanpa daya, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu,

dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan

potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya; (2)

6
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering)

yang memerlukan langkah-langkah positif, selain dari hanya menciptakan

iklim dan suasana, meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut

penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam

berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi

makin berdaya; dan (3) memberdayakan mengandung pula arti melindungi,

yaitu dengan memberikan perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah,

namun melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi,

karena melindungi adalah upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang

tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat juga dilakukan terhadap korban bencana alam,

termasuk bencana yang diakibatkan oleh kerusakan hutan. Kebijakan

pengusahaan hutan dimasa lalu telah banyak menimbulkan kerusakan hutan.

Rusaknya hutan menimbulkan banyak dampak negatif bagi kehidupan

manusia. Banjir, longsor, kekeringan, tingginya emisi karbon hingga

hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar hutan menjadi akibat lanjutan

dari rusaknya hutan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang didapat diatas, maka dibuatlah rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa saja kegiatan pemberdayaan masyarakat pada objek wisata di

Sumatera Barat?

2. Bagaimana keadaan sosial dan ekonomi pemberdayaan masyarakat di

objek wisata di Sumatera Barat?

3. Bagaimana kelembagaan pemberdayaan masyarakat pada objek wiasata

Sumatera Barat?
Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan
Adapun tujuan yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kegiatan pemberdayaan masyarakat pada objek wisata di

Sumatera Barat

2. Mengetahui keadaan sosial dan ekonomi pemberdayaan masyarakat di

objek wisata di Sumatera Barat

3. Mengetahui kelembagaan pemberdayaan masyarakat pada objek

wiasata Sumatera Barat

1.3 Manfaat
Manfaat dari adanya praaktikum pemberdayaan masyarakat adalah

pmeningkatkan percaya diri dalam melakukan sesuat dan akan terjadi

peningkatan kepuasan kerja, kerjasama yang lebih dekat dengan orang lain,

bekerja dengan tujuan yang lebih jelas, dan mendapatkan prestasi apabila

tujuan tercapai. Pengakuan merupakan penghargaan sehingga menyebabkan

orang yang bekerja melihat sinar baru dan lebih menghargai.

Bagi organisasi, pemberdayaan akan meningkatkan kinerja organisasi dan

individu yang dapat mengembangkan bakatnya secara penuh. Departemen

atau tim menjadi lebih antusias, aktif, dan sukses. Karyawan menguasai

pemahaman dan keterampilan baru dan dengan memberi kesempatan melihat

sesuatu dengan cara berbeda, merefleksikan apa yang dilihat dan

mengembangkan keterampilan baru.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Pengertian kemiskinan menurut BPS adalah “kemiskinan adalah suatu

kondisi seseorang yang hanya dapat memenuhi makanannya kurang dari 2100

kalori per kapita per hari” (Tibyan, 2010). Sedangkan definisi kemiskinan

menurut BKKBN (2003) adalah “tidak dapat melaksanakan ibadah menurut

agamanya, seluruh anggota keluarga: tidak mampu makan dua kali sehari,

seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian, bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah,

tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan”, World Bank,

juga mendefinisikan kemiskinan sebagai berikut: “kemiskinan adalah keadaan

tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan USD 2,00 per

hari( 1US$ = Rp. 10.000,00)” (Yulianto, 2005).

Bappenas mengartikan kemiskinan adalah “kondisi di mana seseorang atau

sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak

dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat” (Apriayanti, 2011). Hak-hak dasar masyarakat antara lain,

terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup,

rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk

berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun

laki-laki”
Pemberdayaan Masyarakat

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan

tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat

kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum,

kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidak berdayaan dalam

menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005).

Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi,

kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan

alamiah dan ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia,

dan sumberdaya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat

berperan dalam pembangunan (Yulianto, 2005). Kemiskinan struktural dan

sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata, tatanan

kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan

kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa

kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan (Nugroho dan

Dahuri, 2004; Soegijoko, 1997; dan Nasution, 1996).

Penyebab kemiskinan menurut masyarakat miskin sendiri adalah

kurangnya modal, pendidikan, keterampilan, dan kesempatan kerja; dan

rendahnya pendapatan (KKP dalam Yulianto, 2005). Sahdan (2005)

mengemukakan penyebab kemiskinan di desa yang hingga saat ini tetap

menjadi kantong utama kemiskinan dimana 60% penduduk miskin di

Indonesia tinggal di daerah perdesaan. Penyebab utama kemiskinan desa

adalah: (1) pendidikan yang rendah; (2) ketimpangan kepemilikan modal dan

lahan pertanian; (3) ketidakmerataan investasi di sektor pertanian; (4) alokasi

anggaran kredit yang terbatas; (5) terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan

dasar; (6) pengelolaan ekonomi secara tradisional; (7) rendahnya produktivitas

10
dan pembentukan modal; (8) budaya menabung yang belum berkembang; (9)

tidak adanya jaminan sosial bagi masyarakat desa; dan (10) rendahnya

jaminan kesehatan.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang berkaitan dengan

kekuasaan (power). Istilah kekuasaan seringkali identik dengan kemampuan

individu untuk membuat dirinya atau pihak lain melakukan apa yang

diinginkan. Kemampuan tersebut baik untuk mengatur dirinya, mengatur

orang lain sebagai individu atau kelompok/ organisasi, terlepas dari

kebutuhan, potensi, atau keinginan orang lain, kekuasaan menjadikan orang

lain sebagai objek dari pengaruh atau keinginan dirinya (M. Anwas, 2013).

Menurut Moelijarto bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki

potensi yang dapat dikembangkan. Sehingga pemberdayaan merupakan upaya

untuk membangun potensi, memberikan motivasi, membangkitkan kesadaran

akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya

(Moelijarto, 1996).

Pemberdayaan pada dasarnya berusaha untuk membangun potensi yang

ada pada diri seseorang dengan memberikan motivasi, membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan

potensi yang ada seperti; Pertama, pemberdayaan merupakan proses

perubahan pribadi karena masing-masing pribadi mengambil tindakan atas

nama diri mereka sendiri dan kemudian mempertegas kembali pemahaman

terhadap dunia tempat mereka tinggal. Kedua, pemberdayaan diartikan

sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha yang terencana dan

sistematis. Dilaksanakan secara berkesinambungan baik itu individu maupun

kolektif guna mengembangkan potensi dan kemampuannya yang terdapat dari


Pemberdayaan Masyarakat

dalam individu dan kelompok masyarakat, sehingga mampu melakukan

transformasi sosial. Kehidupan masyarakat perlu dikondisikan sebagai sebuah

wadah, dimana setiap anggotanya melalui aktivitas sehari-hari saling belajar

dan mengajar. Dengan demikian diharapkan akan terjadi proses interaksi

dalam wujud dialog dan komunikasi informasi antara sesama anggota

masyarakat yang saling mendorong guna mencapai pemenuhan hidup manusia

mulai dari kebutuhan fisik sampai pada aktualisasi diri. Ketiga, pemberdayaan

dapat dilihat dari setiap manusia dan masyarakat yang memiliki potensi yang

dapat dikembangkan. Sehingga pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya

untuk membangun potensi dengan memberikan motivasi dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki serta upaya untuk mengembangkannya

(Moelijarto, 1996).

Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki

tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi

keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Totok, 2015).

Pemberdayaan ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat agar

mampu berdaya sehingga ia dapat meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraannya. Namun keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar menekan

pada hasil, tetapi juga pada prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi,

yang berbasis kepada kebutuhan dan potensi masyarakat.

Strategi pemberdayaan, hakikatnya merupakan gerakan dari, oleh, dan

untuk masyarakat. Menurut Suyono, gerakan masyarakat berbeda dengan

membuat model percontohan secara ideal, selanjutnya setelah teruji baru

disebarluaskan. Berbeda dengan strategi gerakan masyarakat, ditempuh

12
melalui jangkauan kepada masyarakat seluas-luasnya atau sebanyak-

banyaknya. Benih pemberdayaan ditebar kepada berbagai lapisan masyarakat.

Masyarakatnya akhirnya akan beradaptasi, melakukan penyempurnaan dan

pembenahan yang disesuaikan dengan potensi, permasalahan dan kebutuhan,

serta cara/pendekatan mereka. Dengan demikian model atau strategi

pemberdayaan akan beragam, menyesuaikan dengan kondisi masyarakat lokal

(M. Anwas, 2013).

Menurut Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya,

melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian

dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jauh lagi. Dilihat dari

pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar,

hingga mencapai status mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga

kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan

kemampuan secara terus-menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi

(Ambar, 2017).

2.3 Objek Wisata


Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara objek wisata merupakan tempat yang

menjadi pusat daya tarik dan dapat memberikan kepuasan khususnya pengunjung

(Harahap, 2018).

Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan pengunjung

karena mempunyai sumberdaya, baik alami maupun buatan manusia, seperti

keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dan fauna, kebun binatang,
Pemberdayaan Masyarakat

bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-candi, tari-tarian, atraksi

dan kebudayaan khas lainnya (Ananto, 2018). Menurut Siregar (2017) objek

wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata, objek wisata sangat

erat hubungannya dengan daya tarik wisata. Daerah yang merupakan objek wisata

harus memiliki keunikan yang menjadi sasaran utama apabila berkunjung ke

daerah wisata tersebut. Keunikan suatu daerah wisata dapat dilihat dari budaya

setempat, alam dan flora fauna, kemajuan teknologi dan unsur spiritual.

Kualitas objek wisata tidak hanya dapat dinilai dari kondisi objek wisata

itu sendiri, namun dilihat juga dari fasilitas, pelayanan, jasa, pemasaran, dan

aksesibilitas yang mendukung objek wisata tersebut. Penilaian pengunjung

terhadap objek wisata yang ada dapat digunakan sebagai acuan untuk

pengembangan objek wisata dimasa yang akan datang. Dalam pengembangan

pariwisata hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengunjung agar

pengunjung merasa puas dengan apa yang diberikan dan membuat pengunjung

lebih lama bertahan ditempat tersebut dan juga ingin berkunjung kembali ke

tempat tersebut (Murti, 2013). Pengembangan objek wisata menjadi acuan sebagai

sumber penghasilan utama bagi setiap daerah. Objek dan daya tarik wisata

merupakan suatu bentuk dan fasilitas yang berhubungan dan dapat menarik minat

pengunjung atau pengunjung untuk datang kesuatu daerah atau tempat tertentu.

Daya tarik yang belum dikembangkan merupakan sumberdaya potensial

dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis

pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar dari

kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu,

kepariwisataan sulit untuk dikembangkan (Putra et al., 2018).

14
Suatu objek wisata harus meningkatkan kualitas objek menjadi lebih baik

guna mendapatkan persepsi positif. Karena persepsi terhadap kualiatas objek

wisata yang dapat menjadi tolok ukur untuk melihat tingkat mutu suatu objek

wisata. Kualitas objek wisata merupakan salah satu unsur penentu dalam menarik

pengunjung berkunjung. Suatu objek wisata memiliki ketergantungan antara

atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi dan layanan. Hal ini tentu saja sangat

menentukan apakah suatu objek tersebut layak dikunjungi atau tidak. Suatu objek

wisata memerlukan infrastruktur dan transportasi untuk mengunjungi tempat

tujuan wisata. Selain itu, ketersediaan fasilitas juga penting dalam menyediakan

kebutuhan pengunjung selama berada jauh dari tempat tinggalnya (Niemah,

2014).

2.4 Pariwisata
Pariwisata merupakan segala bentuk perjalanan yang berhubungan dengan

kegiatan rekreasi yang bertujuan mengisi waktu luang dengan bepergian ke satu

tempat atau lebih (Utomo et al. 2017). Berdasarkan Undang-Undang No. 109

Tahun 2009 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh pengunjung, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata dianggap sebagai suatu aset

strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang

mempunyai potensi objek wisata (Aryunda, 2011).

Pariwisata berkembang layaknya perkembangan zaman yang selalu

disesuaikan dengan kebutuhan konsumennya. Sumbangan pariwisata masih

merupakan alternatif dalam mempercepat pembangunan di berbagai negara dan

daerah yang tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor industri (Kurniawati,

2015). Pembangunan pariwisata pada umumnya diarahkan sebagai sektor andalan


Pemberdayaan Masyarakat

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah,

memperluas lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha serta meningkatkan

pengenalan dan pemasaran produk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

pengunjung (Widiastari et al., 2017).

Industri pariwisata berlomba-lomba menciptakan produk wisata sesuai

dengan tujuan pembangunan pariwisata yaitu untuk mengenalkan keindahan alam,

kebudayaan dan adat istiadat (Hidayat, 2016). Pariwisata merupakan salah satu

sektor yang menjadi pilihan bagi negara-negara berkembang dalam rangka

mewujudkan pengunjung yang sejahtera dan makmur di samping sektor lain.

Indonesia dengan keanekaragaman budaya, kekayaan alam serta keramahtamahan

penduduknya merupakan potensi dalam kepariwisataan dan sebagai salah

satu negara tujuan pariwisata dunia (Hariyana dan Mahagangga, 2015).

Pariwisata berasal dari asal kata wisata dengan kata kerjanya berwisata

artinya bepergian atau melancong untuk bersenang-senang. Pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara. (UU RI No. 10 Tahun 2009). Menurut

16
undang – undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan

wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

BAB III

GAMBARAN UMUM
3.1 Lembah Harau
Lembah Harau merupakan sebuah lembah atau ngarai yang terbentuk dari

patahan turun akibat peristiwa tektonik sehingga membentuk wilayah lembah

yang datar dan diapit oleh dua dinding perbukitan dengan tebing yang curam.

Dinding perbukitan di Lembah Harau inilah yang membuatnya dijuluki Yosemite

of Indonesia karena bentuk dan warnanya mirip dengan dinding bukit di Lembah

Yosemite yang ada di California, Amerika Serikat, sehingga Lembah Harau

merupakan obyek wisata alam di Kabupaten Lima Puluh Kota yang memiliki

Unique Selling Proposition yang membedakan Lembah Harau dengan destinasi

lainnya. Bukit yang mengapit Lembah Harau memiliki ketinggian 100-500 meter

dan sangat cocok dikembangkan untuk olahraga ekstrim panjat tebing.


Pemberdayaan Masyarakat

Setidaknya ada 300 lokasi panjat tebing di Lembah Harau yang

menjadikannya salah satu surga bagi pecinta olahraga panjat tebing. Selain untuk

olahraga panjat tebing, keindahan Lembah Harau dengan tebingnya yang

kemerah-merahan menjadi surga tersendiri bagi para fotografer atau bagi

wisatawan yang sekedar ingin menikmati keindahan alam. Umur batuan di

Lembah Harau diperkirakan berumur 30-40 juta tahun. Lembah Harau berada

dalam wilayah administratif Kabupaten Limapuluh Kota yang berlokasi di dua

nagari, yaitu Nagari Harau dan Nagari Tarantang atau berada ± 138 km dari Kota

Padang ± dan 47 km dari Kota Bukittinggi atau sekitar ± 18 km dari Kota

Payakumbuh dan ±2 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Lembah Harau yang diresmikan tanggal 14 Agustus 1926 ini memiliki keindahan

alam yang terbagi ke dalam tiga Resort yaitu Resort Aka Barayun, Resort Sarasah

Bunta, dan Resort Rimbo Piobang. Pada Resort Aka Barayun, terdapat sebuah air

terjun dan sebuah kolam pemandian yang masih asri. Sementara di Resort Sarasah

Bunta terdapat empat buah Sarasah (Air Terjun) yaitu sarasah Aie Luluih, sarasah

Bunta, sarasah Murai dan sarasah Aie Angek (infosumbar.net, 2015). Lembah

Harau ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993. Luasnya sendiri

mencapai 270,5 hektar dan dipenuhi oleh tumbuhan dan hewan khas hutan tropis.

Kendala bagi tempat wisata Lembah Harau pada saat ini yakni kurang

terciptanya pengalaman yang berkesan bagi wisatawan. Untuk menuju objek

Lembah Harau hanya bisa dilalui dengan satu jalur. Di gerbang utama akses

menuju objek wisata yang terletak hampir 5 kilometer, tidak ada tanda-tanda

istimewa ataupun simbol terhadap obyek wisata yang terkenal tersebut. Hanya

gerbang tua yang dibangun belasan tahun lalu menyambut kedatangan wisatawan

yang akan mendatangi Lembah Harau. Tidak adanya ikon wisata Lembah Harau

18
pada gerbang pintu masuk yang terletak di ruas jalan Sumbar-Riau turut

menenggelamkan keberadaannya, sehingga obyek wisata Lembah Harau selalu

terlewati bagi pengguna jalan dari Riau. Lembah Harau merupakan obyek wisata

yang pertama kali ditemui oleh pengunjung dari Riau saat memasuki wilayah

Sumbar. Pengelolaan dan penataannya tidak sehebat nama besar Lembah Harau

yang sudah sangat terkenal.

Pengelolaannya bahkan jauh tertinggal jika dibandingkan dengan obyek

wisata lain yang ada di Sumbar. Dari tahun ke tahun, Lembah Harau selalu seperti

itu, baik dari segi infrastruktur, pelayanan serta fasilitas pendukung lainnya.

Lembah Harau memiliki potensi yang luar biasa dan sangat menjanjikan bagi

daerah, tetapi tidak dikelola secara maksimal. Kendala utama dari Lembah Harau

yakni obyek wisata tersebut tidak 100 persen dikelola oleh Pemkab Lima Puluh

Kota, melainkan turut dikelola oleh masyarakat yang ada di Nagari Tarantang dan

Nagari Harau sehingga pengelolaan pintu masuk obyek dilaksanakan dengan

melibatkan pemuda dua nagari tersebut yang berpotensi konflik. Kawasan wisata

Lembah Harau masih berbentuk klasik dan tradisional sehingga hal tersebut

menjadi salah satu kendala tidak majunya wisata Lembah Harau

(harianhaluan.com, 2016).

Hal ini akhirnya berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke objek

wisata Lembah Harau, baik wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan

mancanegara (wisman) karena pengalaman wisata yang kurang menyenangkan

dan peningkatan persepsi risiko kepuasan dan kenyamanan mereka saat berwisata.

Hal ini serupa dengan penelitian Huang dan Hsu (2009) bahwa pada umumnya

pengalaman wisata masa lalu berpengaruh pada perilaku wisatawan, baik positif

maupun negatif sehingga wisatawan yang puas dengan pengalaman wisata dan
Pemberdayaan Masyarakat

persepsi risiko yang rendah pada suatu destinasi memiliki keinginan untuk

mengunjungi kembali destinasi tersebut.

Rajesh (2013) mengidentifikasi adanya hubungan positif antara lingkungan,

infrastruktur, kualitas, nilai dan niat berkunjung kembali dengan pengalaman

wisatawan. Kunjungan kembali ke sebuah destinasi wisata merupakan salah satu

tolak ukur kepuasan wisatawan atas pengalaman sebelumnya di destinasi wisata

tersebut. Sementara Chen & Tsai (2007) mengemukakan bahwa perilaku

wisatawan meliputi pilihan untuk mengunjungi sebuah destinasi wisata, evaluasi

atas pengalaman wisata masa lalu dan intensi berkunjung kembali di masa

mendatang serta merekomendasikan destinasi wisata tersebut pada wisatawan

lain.

Menurut Kim dalam Zhang, Yang, Chunhui dan Jie (2016) pentingnya

dilakukan penelitian tentang pengalaman wisata masa lalu dan persepsi risiko

karena dapat menjadi sumber informasi dan pertimbangan untuk melalukan

kunjungan kembali di masa depan. Kim, Hallab dan Kim (2012) menyimpulkan

bahwa pengalaman wisatawan yang menghasilkan image positif akan

meningkatkan intensi berkunjung kembali pada suatu negara.

3.2 Pabrik Coklat Chokato


Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena

didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi

perkebunan. Beberapa komoditi unggulan perkebunan rakyat Sumatera Barat

adalah Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi dan Kakao, Gambir, Kulit Manis dan

20
Nilam. Dari beberapa komoditi unggulan perkebunan enam diantaranya, yaitu

Karet, Kelapa, Kopi, Kakao, Kulit Manis dan Gambir merupakan komoditi

perkebunan rakyat yang dominan. Produksi untuk masing-masing komoditi ini

mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dalam suatu usaha agribisnis yang

dapat memperkokoh perekonomian rakyat (Idrus, 2012: 2).

Agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yaitu

subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, pembibitan, usaha tani,

pengolahan hasil (agroindustri), dan pemasaran. Pentingnya agroindustri dalam

pembangunan dan dalam perekonomian nasional telah diyakini oleh semua pihak.

Agroindustri mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu banyak

menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa melalui

peningkatan ekspor dan mampu memunculkan industri baru. Karena keunggulan

agroindustri inilah maka agroindustri dapat dipakai sebagai salah satu pendekatan

pembangunan bagi suatu negara yang berbasis agraris (Soekartawi, 2005:9).

Salah satu produk agroindustri yang memiliki potensi bisnis yang besar dalam

perekonomian sehingga dapat meningkatkan nilai tambah, lapangan pekerjaan,

dan kesejahteraan masyarakat adalah agroindustri cokelat. Peningkatan nilai

tambah biji kakao dilakukan melalui agroindustri yang diolah menjadi produk

makanan dan minuman. Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan dan

minuman dari biji kakao (Theobroma cacao). Kakao (Theobroma cacao) adalah

salah satu tanaman tahunan yang sangat potensial (Kristanto, 2010: 38-112).

Proses pengolahan dari biji kakao menjadi kunci utama kualitas produk cokelat,

karena dalam proses tersebut terjadi pembentukan fisik, cita rasa, serta faktor lain

yang menjadi standar produk kakao berkualitas (Kristanto, 2011:32).


Pemberdayaan Masyarakat

Pabrik Chokato merupakan salah satu agroindustri yang berada di Kota

Payakumbuh Selatan yang didirikan pada tahun 2011. Pendirian pabrik mini

Chokato ini merupakan salah satu bantuan pemerintah melalui Program Hibah

Pembinaan (PHP) anggaran 2011 melalui Dinas Perkebunan Sumatera Barat.

Usaha ini dikelola oleh kelompok tani Tanjung Subur dengan ketua bapak Joni

Saputra. Pabrik Mini “Chokato” telah mampu memproduksi berbagai macam

produkdari olahan biji kakao, berupa bubuk cokelat, bubuk cokelat 3 in1, lemak

coklat, Milk coklat batang.

Adapun dasar pendirian pabrik ini adalah untuk memenuhi permintaan

konsumen akan Coklat sebagai produk pangan derivat dari kakao yang

mengandung kaya senyawa fenolik dari biji tanaman Theobroma cacao, dan

merupakan salah satu sumber konsentrat senyawa flavanol, yang berfungsi

sebagai anti oksidan alami yang disebut flavonoid yang dipercaya dapat

mengurangi risiko penyakit jantung atau kardiovaskular, selain itu coklat juga

memiliki bermacam rasa, bentuk dan harga yang terjangkau (Sudibyo, 2012: 24).

Pabrik Chokato mendapatkan bahan baku dari hasil usahatani kelompok tani

kakao Tanjung Subur, kelompok tani lainnya serta dari masyarakat sekitar. Pabrik

menerima biji kakao fermentasi dan biji kakao yang mentah, biji kakao yang

mentah akan difermentasi

oleh anggota kelompok tani yang mengelola pabrik, khususnya dibagian

fermentasi.

22
Dari hasil wawancara di lapangan produk coklat Pabrik chokato mendapat respon

yang bagus dari konsumen, terbukti dengan adanya permintan 100 kg bubuk

cokelat / bulan dari satu pengusaha di kota Bandung, tetapi belum dapat terpenuhi

permintaan tersebut karena usaha chokato harus mengisi toko yang terletak di

sebelah pabrik dan permintaan konsumen dalam daerah.

3.3 Luak Gadang Bukik Baka Park


Objek wisata Luak Gadang dan Bukik Baka terletak di Jorong Guguak

Rang Pisang, salah satu Jorong yang terdapat di Nagari Kamang Hilia. Objek

Wisata Luak Gadang memiliki latar batu Karst yang menjadi keunikan dari

objek ini. Menurut cerita dari orang-orang tua di Jorong Guguak Rang

Pisang, di daerah Luak Gadang ini dahulunya merupakan tempat pemandian

bagi masyarakat.

Di objek wisata ini terdapat dua kolam ikan besar yang berisi berbagai

macam jenis ikan. Pengunjung dapat memberi makan ikan yang terdapat di objek

ini yang menjadi salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di objek ini.

Selain itu di kolam tersebut pengunjung juga dapat melakukan kegiatan

menaiki rakit sambil berfoto untuk mencapai miniatur kapal yang berada di

tengah kolam.

Pengunjung dapat menikmati pemandangan yang menyejukkan mata

sambil mencicipi makanan yang dijual oleh pedagang yang berjualan makanan di

lapak-lapak yang berada di sekitar kedua kolam besar tersebut. Di area

tersebut juga terdapat beberapa permainan untuk anak-anak seperti ayunan dan

perosotan. Objek wisata Bukik Baka berada di puncak bukit yang dapat dicapai

melalui jalan semen dari objek wisata Luak Gadang. Dari Puncak Bukik
Pemberdayaan Masyarakat

Baka wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan gunung Merapi

dan gunung Singgalang serta Nagari Kamang Hilia dari ketinggian.

Semenjak dibukanya kedua objek wisata ini pada pertengahan tahun

2017, sudah banyak wisatawan lokal dan wisatawan nusantara yang berkunjung

ke objek wisata ini. Objek wisata Luak Gadang dan Bukik Baka dikelola oleh

masyarakat sekitar dan Pokdarwis Luak Gadang yang terbentuk pada tanggal 4

Mei 2008 dengan Surat Keputusan (SK) dari Wali Nagari Kamang Hilia Nomor

556-28-Kep-2018. Dalam SK Wali Nagari Kamang Hilia ini sudah ada

struktur kepengurusan dari Pokdarwis Luak Gadang yang mana terdapat 5

bagian yang terdiri dari bagian humas, perlengkapan, parkir, kebersihan dan

keamanan.

Kulik Kayu Resort


Kayu Resort merupakan salah satu penginapan yang berada di Kawasan

Wisata Mandeh, Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Penginapan ini menyediakan berbagai tipe kamar dengan kapasitas 2-7 orang

dengan fasilitas yang cukup lengkap dan bangunan yang aestetik.

Di depan penginapan tersaji view pantai yang sangat indah dengan gubuk-

gubuk tempat bersantai dan juga ayunan. Seiap orang yang menginap juga dapat

berkunjung ke pulau menggunakan kapal yang sudah disediakan oleh pemilik

resort melalui kerjasama dengan nelayan disekitar.

Objek Wisata Mandeh berlokasi di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan

Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Untuk menemukan kawasan

Mandeh wisatawan atau pengunjung dapat menempuh beberapa pilihan jalur

tempuh. Pilihan pertama menggunakan jalur darat dengan transportasi milik

pribadi. Pilihan lainnya wisatawan juga dapat menggunakan jalur darat dengan

24
transportasi umum. Selain itu ada pula jalur laut yang dapat menjadi pilihan

wisatawan, dengan menggunakan kapal wisata Bintang atau dari Pelabuhan Teluk

Bayur Mandeh dan pelabuhan Muaro Padang menuju Pelabuhan Carocok.

Sementara untuk Kawasan Wisata Mandeh memiliki luas sebesar 18.00

Hektar. Kawasan tersebut yaitu penggabungan atara bukit yang alami dengan

teluk yang dikelilingi dengan gugusan pulau kecil di tengah Teluk Carocok

Tarusan. Kawasan Mandeh memiliki wilayah darat, laut dan gugusan pulau yang

letaknya berada di depan Pantai Batu Kalang, Desa Carocok, Desa Mandeh, Desa

sungai nyalo, Desa Mudik Air, dan sungai Pinang. Pulau-pulau yang menjadi

bagian Kawasan Mandeh diantaranya Pulau Setan, Pulau Sironjong Gadang,

Pulau Sironjong Ketek, Pulau Cubadak, Pulau Marak, dan Pulau Bintangor.

Sejarah wilayah Mandeh dimulai pada tahun 1998, saat pertama kali

terdapat pembangunan jalan menjadi akses darat bagi masyarakat desa yang

sebelumnya terisolir. Pembangunan jalan sepanjang 45km dari Carocok Tarusan

hingga ke Sungai Pisang yang sebagian daerahnya masuk kota Padang. Dari

pembangunan jalan tersebut kemudian ada pula pembangunan air bersih, sekolah-

sekolah dasar pembangkit listrik, posyandu, serta pembangunan lingkungan

terbebas dari penyakit malaria yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan

Pusat.

Kawasan Objek Wisata Pulau Mandeh sangat menjanjikan untuk

dijadikannya tujuan investasi. Lokasi tersebut disebut Kulik Kayu Resort

merupakan salah satu penginapan yang berada di Kawasan Wisata Mandeh, Koto

XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Penginapan ini


Pemberdayaan Masyarakat

menyediakan berbagai tipe kamar dengan kapasitas 2-7 orang dengan fasilitas

yang cukup lengkap dan bangunan yang aestetik. Di depan penginapan tersaji

view pantai yang sangat indah dengan gubuk-gubuk tempat bersantai dan juga

ayunan.

3.4 Tempat Pelelangan Ikan (TPI)


Budidaya Perikanan Minapolitan Bedasarkan RTRW Kabupaten Pesisir

Selatan tahun 2010-2030. Dengan ditetapkan sebagai kawasan inti Minapolitan,

kawasan ini memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai yang dapat mendukung

peningkatan produksi perikanan. Terdapatnya Pelabuhan Perikanan Pantai

Carocok Tarusan berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Untuk mendukung

kegiatan perikanan di Kecamatan Koto XI Tarusan. TPI ini berada dalam kawasan

Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok Tarusan, dengan sebutan Pelabuhan

Pendaratan Pantai (PPP) dengan luas areal sebesar 2,19 Ha.

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) mulai dibangun oleh kementrian Perikanan

pada tahun 2003, pada awalnya disebut dengan nama Pangkalan Pendaratan Ikan

(PPI) pada tahun 2003 dan sejalan dengan fasilitas yang dimiliki PPI berubah

fungsi menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). Dan mulai berfungsi pada

tahun 2014 sebagai Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dengan adanya fasilitas

berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pelabuhan ini utamanya di fungsikan untuk

mempermudah masyarakat pesisir khususnya nelayan dalam proses penangkapan

ikan serta mempermudah wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan Mandeh.

Menurut informasi narasumber sebelum dibangun menjadi Tempat Pelelangan

Ikan (TPI), kawasan ini merupakan rawa dan tambak yang dikelola oleh sebagian

26
masyarakat sekitar, kemudian mengalami proses pembangunan dengan teknik

pengerukan sebidang lahan atau disebut sebagai reklamasi.

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu dari 12 kabupaten di Provinsi

Sumatera Barat yang membentang di Pantai Barat Sumatera dengan panjang

pantainya 234 km. Disepanjang pantai wilayah pesisir selatan merupakan wilayah

tempat bermukimnya masyarakat nelayan. Dibandingkan dengan wilayah

kabupaten yang ada di Sumatra Barat bisa dilihat dari panjang pantainya wilayah

Pesisir Selatan yang paling panjang garis pantai. Tentu dengan panjang pantai

yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Selatan banyak masyarakat Pesisir Selatan

yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut.

Kabupaten Pesisir Selatan sangat erat sebutannya dengan orang pesisir, itu

dikarenakan lingkungan tempat bermukimnya masyarakat lebih banyak mengarah

kearah pesisir pantai. Masyarakat Pesisir merupakan sekumpulan masyarakat yang

hidup bersama-sama yang mendiami pesisir yang memiliki kebudayaan yang khas

terkait dengan ketergantungan pada pemanfaatan sumber daya pesisir. Masyarakat

pesisir rata-rata mata pencahariannya sangat bergantung kepada hasil laut yaitu

dengan menjadi nelayan.


Pemberdayaan Masyarakat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
No Kuisioner Harau Wisata Luak Wisata Pulau

Gadang Mandeh
(Kampung Chokato

Sarosah)

1 Apakah Bapak/Ibu tahu Iya, Mengetahui Iya, Iya, Mengetahui Iya,

atau mengetahui tentang Mengetahui Mengetahui

adanya program

pemberdayaan

masyarakat dan

keberdayaan?

2 Apakah ada kegiatan Ada Ada Ada Ada

sosialisasi tentang

pemberdayaan

28
masyarakat?

3 Jika ada apakah kegiatan Bermanfaat Bermanfaat Bermanfaat Bermanfaat

sosialisasi

pemberdayaan

masyarakat bermanfaat

bagi masyarakat?

4 Apakah kegiatan Iya Iya Iya Iya

pemberdayaan

masyarakat berpengaruh

terhadap perkembangan

kehidupan masyarakat?

5 Apakah dengan adanya Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh

kegiatan pemberdayaan

masyarakat akan

berpengaruh terhadap

peningkatan

keterampilan usaha

diberbagai bidang?

6 Apakah ada Ada Ada Ada Ada

pemanfaatan potensi

lokal sebagai destinasi

wisata guna peningkatan

perekonomian

masyarakat?

7 Apakah ada penyuluhan Selama saya disini, Ada Belum Ada Tidak Ada

atau sosialiasasi dari saya belum pernah


Pemberdayaan Masyarakat

aparat desa tentang merasakan

pentingnya penyuluhan dari

pemberdayaan aparat desa

masyarakat? mengenai

pemberdayaan

masyarakat

No. Nama Lokasi Hasil

Responden

1. Kampung Lingkup kegiatan dari Kampung

Sarosah, Harau Sarosah, Harau adalah dengan

menyediakan objek – objek dan daya

tarik bagi wisatawan dengan berbagai

macam pilihan bangunan unik atau ciri

khas dari berbagai negara di Dunia.

2 Chokato Chokato merupakan bentuk dari

kegiatan yang bertujuan untuk

memberdayakan masyarakat. Mulai

dari pembelian bibit dan pupuk yang

langsung dari masyarakat sekitar.

Selain intu chokato juga menerima

tenaga kerja yang berasal dari

masyarakat local.

3 Luak Gadang Lingkup dari luak gadang bukik baka

30
Bukik merupakan kegiatan yang berupaya

untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat sekitar, karena mulai dari

penjualan dan pemebesihan objek

wisata dilakukan oleh masyarakat

sekitar dan keuntungan penuh didapat

untuk penjualnya sendiri.

4 Kulik Kayu Kulik kayu resort merupakan salah

Resort satu objek wisata yang lingkup

kegiatannya adalah menyediakan

penginapan disekitar tempat wisata,

yang dimana yang membangun dan

yang bekerja adalah ibu-ibu dan bapak-

bapak masyarakat setempat. Dengan

memanfaatkan sumber daya alam yang

ada, pengunjung akan disuguhkan

dengan pemandangan yang dapat

membuat pengunjung betah di kulik

kayu resort.

5 Kawasan Lingkup kegiatan Kawasan wisata

Wisata mandeh adalah dengan memanfaatkan

Mandeh keindahan alam yang dimilikinya,

masyarakat setempat berupaya untuk

membangun objek wisata yang

bertujuan untuk meningkatkan


Pemberdayaan Masyarakat

perekonomian masyarakat local.

6 Tempat

Pelelangan

Ikan (TPI)

Tarusan

Interpretasi hasil:

Lingkup kegiatan dari Kampung Sarosah, Harau adalah dengan menyediakan

objek – objek dan daya tarik bagi wisatawan dengan berbagai macam pilihan

bangunan unik atau ciri khas dari berbagai negara di Dunia. Chokato merupakan

bentuk dari kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat. Mulai

dari pembelian bibit dan pupuk yang langsung dari masyarakat sekitar. Selain intu

chokato juga menerima tenaga kerja yang berasal dari masyarakat local.

Lingkup dari luak gadang bukik baka merupakan kegiatan yang berupaya untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, karena mulai dari penjualan dan

pemebesihan objek wisata dilakukan oleh masyarakat sekitar dan keuntungan

penuh didapat untuk penjualnya sendiri.

Kulik kayu resort merupakan salah satu objek wisata yang lingkup kegiatannya

adalah menyediakan penginapan disekitar tempat wisata, yang dimana yang

membangun dan yang bekerja adalah ibu-ibu dan bapak-bapak masyarakat

setempat. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, pengunjung akan

disuguhkan dengan pemandangan yang dapat membuat pengunjung betah di kulik

kayu resort.

32
Lingkup kegiatan Kawasan wisata mandeh adalah dengan memanfaatkan

keindahan alam yang dimilikinya, masyarakat setempat berupaya untuk

membangun objek wisata yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat local.

4.2 Perekonomian Masyarakat


No Kuisioner Harau Wisata Wisata

Luak Pulau
(Kampung Chokato
Gadang Mandeh
Sarosah)

1 Apakah menurut Iya, Sangat Berpengaruh Iya

Bapak/Ibu Berpengaruh Berpengaruh

kegiatan

pemberdayaan

masyarakat

berpengaruh

terhadap

peningkatan

pendapatan

diberbagai

bidang usaha?

2 Apakah menurut Iya Iya Iya Iya

Bapak/Ibu

dengan adanya

kegiatan

pemberdayaan

masyarakat akan
Pemberdayaan Masyarakat

mengembangkan

potensi diri

masyarakat?

3 Apakah menurut Iya Iya Iya Iya

Bapak/Ibu

kegiatan

pemberdayaan

bermanfaat

untuk

kesejahteraan

ekonomi

masyarakat?

4 Apakah kegiatan Sudah Sudah Sudah Sudah

pemberdayaan Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

telah sesuai

dengan tujuan

guna membantu

dan

meningkatkan

ekonomi

masyarakat?

No. Nama Lokasi Hasil

34
Responden

1. Kampung Responden mengatakan Perekonomian

Sarosah, masyarakat pada objek wisata di Asia

Harau Haritage atau kampong sarosah,harau

mengandalkan wisatawan yang

berkunjung untuk meningkatkan

perekonomiannya.dengan adanya

wisata ini mampu menambah

peningkatan pendapatan

masyarakat.Dengan adanya

pemberdayaan masyarakat mampu

mengembangkan potensi diri

masyarakat di kampong sarosah.

2 Chokato Berdasarkan responden,Perekonomian

masyarakat pada pabrik coklat mini

atau Chokato mengandalkan

banyaknya wisatawan yang berkunjung

untuk meningkatkan perekonomiannya.

dengan adanya pabrik Chokato ini

mampu menambah peningkatan

pendapatan masyarakat dengan tingkat

produksi kakao yang semakin

tinggi.Dengan adanya pemberdayaan

masyarakat mampu mengembangkan

potensi diri masyarakat di sekitar


Pemberdayaan Masyarakat

pabrik chokato.

3 Luak gadang Berdasarkan Responden,Perekonomian

bukik baka masyarakat pada Luak gadang bukik

park baka park mengandalkan banyaknya

wisatawan yang berkunjung untuk

meningkatkan perekonomiannya.

Namun dengan adanya luak gadang

bukik baka park ini belum mampu

menambah peningkatan pendapatan

masyarakat secara signifikan karena

jumlah pengunjung yang akhir-akhir

ini menurun. Dengan adanya

pemberdayaan masyarakat akan

mampu mengembangkan potensi diri

masyarakat menjadi lebih baik.

4 kulik kayu Berdasarkan Responden,Perekonomian

resort masyarakat pada kulik kayu resort

mengandalkan banyaknya wisatawan

yang berkunjung untuk meningkatkan

perekonomiannya. dengan adanya

kulik kayu resort ini terbukti mampu

menambah peningkatan pendapatan

masyarakat dengan tingkat pengunjung

yang semakin tinggi. Dengan adanya

pemberdayaan masyarakat mampu

36
mengembangkan potensi diri

masyarakat di sekitar kulik kayu

resort.dengan dilakukannya

pemberdayaan masyarakat tentang

kulik kayu resort ini akan membantu

kesejahteraan masyarakat disekitarnya.

5 Tempat Berdasarkan Responden,untuk

pelelangan Perekonomian masyarakat empat

ikan (TPI) Pelelangan Ikan Dipulau Mandeh lebih

Tarusan mengandalkan penjualan ikan untuk

memperoleh keuntungan. Dengan

mengandalkan banyaknya penjualan

ikan membuat pendapatan tidak

menentu. Namun dengan adanya TPI

ini membantu peningkatan pekerjaan

dan pendapatan masyarakat sebagai

nelayan. Dengan adanya pemberdayaan

masyarakat mampu mengembangkan

potensi diri masyarakat di sekitar TPI.

dengan dilakukannya pemberdayaan

masyarakat tentang Tempat pelelangan

ikan (TPI) ini akan membantu

kesejahteraan masyarakat disekitarnya.


Pemberdayaan Masyarakat

Dari berbagai pandangan mengenai konsep pemberdayaan, maka dapat

disimpulkan, bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan

pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan

pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai,

dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan

ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek

masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya. Karena persoalan atau isu

strategis perekonomian masyarakat bersifat lokal spesifik dan problem spesifik,

maka konsep dan operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak dapat

diformulasikan secara generik. Usaha memformulasikan konsep, pendekatan, dan

bentuk operasional pemberdayaan ekonomi masyarakat secara generik, memang

penting, tetapi yang jauh lebih penting, adalah pemahaman bersama secara jernih

terhadap karakteristik permasalahan ketidakberdayaan masyarakat di bidang

ekonomi. Sebab dengan pemahaman yang jernih mengenai ini, akan lebih

produktif dalam memformulasikan konsep, pendekatan, dan bentuk operasional

pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sesuai dengan karakteristik

permasalahan lokal.

Perekonomian masyarakat pada objek wisata di Kampung Sarosah, Pabrik Coklat

Chokato, Wisata Luak gadang bukik baka park, kulik kayu resort dan Tempat

pelelangan ikan (TPI) Tarusan disokong dengan konsep yang berbeda, hampir

tiga tempat wisata diatas mengandalkan wisatawan yang berkunjung untuk

meningkatkan perekonomiannya, namun untuk Tempat Pelelangan Ikan Dipulau

Mandeh lebih mengandalkan penjualan ikan untuk memperoleh keuntungan.

38
4.3 Sosial Budaya Masyarakat
No Kuisioner Harau Wisata Wisata

Luak Pulau
(Kampung Chokato
Gadang Mandeh
Sarosah)

1 Apakah Iya, Iya, Iya, Iya,

menurut Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui

Bapak/Ibu

kegiatan

pemberdayaan

berpengaruh

terhadap

kondisi sosial

masyarakat?

2 Bagaimana

dampak yang

ditimbulkan

dari kegiatan

pemberdayaan

masyarakat

terhadap

kondisi sosial?

3 Apakah Iya Iya Iya Iya

terdapat

perubahan dari

status sosial
Pemberdayaan Masyarakat

masyarakat

ketika

kegiatan

pemberdayaan

berhasil

diterapkan?

4 Apakah Iya,Bisa Iya, Bisa Iya, Bisa Iya, Bisa

menurut

Bapak/Ibu

dengan

terlaksananya

kegiatan

pemberdayaan

, masyarakat

bisa memiliki

kekuatan

politis

diwilayah

mereka?

5 Apakah Iya Iya Iya Iya

dengan adanya

pemberdayaan

masyarakat

akan

memberikan

40
pengaruh

terhadap

dinamika

sosial

masyarakat?

6 Apakah Iya Iya Iya Iya

kegiatan

pemberdayaan

masyarakat

berpengaruh

terhadap

budaya lokal?

7 Apakah Memberika Memberika Memberika Memberika

kegiata n dampak n dampak n dampak n dampak

pemberdayaan positif positif positif positif

memberikan

dampak positif

atau dampak

negatif bagi

keberlanjutan

budaya lokal?

No. Nama Lokasi Hasil

Responden
Pemberdayaan Masyarakat

1. Kampung Kegiatan pemberdayaan masyarakat di

Sarosah, Harau sekitar lembah harau ini berpengaruh

terhadap kondisi social masyarakat.

Dampak yang ditimbulkan dari

pemberdayaan terhadap kondisi social

masyarakat sekitar adalah masyarakat

sekitar semakin terberdaya dalam hal

ekonomi, social, dan sebagainya.

2 Chokato Pemberdayaan masyarakat di sekitar

pabrik chokato ini tidak berpengaruh

terhadap kondisi social masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat disana

memberikan dampak pada

perekonomian mereka.

3 Luak Gadang Pemberdayaan masyarakat di sekitar

Bukik luak gadang ini berpengaruh terhadap

kondisi social masyarakatnya karena

memberikan dampak kemandirian

dalam ekonomi di masyarakat dan

banyak masyarakat yang keluar dari

kemiskinan, keterbelakangan dan

kebodohan.

4 Kulik Kayu Pemberdayaan masyarakat di sekitar

Resort kulik kayu resort ini berpengaruh

42
terhadap kondisi social masyarakat

karena masyarakat lebih peduli

terhadap pariwisata. Adanya

pemberdayaan masyarakat ini ternyata

belum memberikan pengaruh terhadap

dinamika social masyarakat. Terdapat

perubahan status social dari

masyarakat karena pemberdayaan , hal

ini dapat dilihat dari banyak masyarat

yang telah keluar dari perangkap

kemiskinan, kebodohan dan

keterbelakangan, sehingga

pemberdayaan masyarakat tidak hanya

penguatan individu tetapi juga pranata

– pranata sosial yang ada

5 Kawasan Pemberdayaan masayarakat di sekitar

Wisata Kawasan wisata mandeh ini

Mandeh berpengaruh terhadap kondisi social

mereka karena kelompok masyarakat

pesisir yang mata pencaharian

utamanya adalah menangkap ikan

dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam

dua kelompok besar, yaitu nelayan

kelompok modern dan nelayan tangkap

tradisional. Keduanya kelompok ini


Pemberdayaan Masyarakat

dapat dibedakan dari jenis kapal atau

peralatan yang digunakan dan

jangkauan wilayah tangkapnya dan

masyarakat nelayan pengumpul atau

bakul. Mereka akan mengumpulkan

ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui

pelelangan maupun dari sisi ikan yang

tidak terlelang yang selanjutnya dijual

kemasyarakat sekitarnya atau dibawah

kepasar-pasar lokal.

6 Tempat

Pelelangan

Ikan (TPI)

Tarusan

Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang pertama kampung

Sarosah,Harau pemberdayaan masyarakatnya sangat mempengaruhi kondisi sosial

budaya yang ada disekitar wisata tersebut karna masyarakat ikut andil dalam

pembangunan maupun perkembangan dari objek wisata kampung Sarosah. Kedua

Chokato yang dimana pembedayaan masyarakat di sekiataran kawasan tersebut

tidak mempengaruhi kondisi sosial budaya masyarakat disana namun Chokato

sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian yang ada di sana. Ketiga Luak

Gadang Bukik,kawasan tersebut juga berpengaruh terhadap kondisi sosial budaya

44
yang ada di sana dan Luak Gadang Bukik ini membuat masyarakat disana lebih

mandiri dan perekonomian mereka pun lebih baik. Keempat Kulit Kayu

Risor,dengan adanya pemberdayaan masyarakat terlihat bahwa masyarakat di

sekitaran kawasan tersebut lebih peduli terhadap pariwisata.

Namun adanya pemberdayaan masyarakat ini ternyata belum memberikan

pengaruh terhadap dinamika social masyarakat. Terdapat perubahan status social

dari masyarakat karena pemberdayaan , hal ini dapat dilihat dari banyak

masyarakat yang telah keluar dari perangkap kemiskinan, kebodohan dan

keterbelakangan, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan

individu tetapi juga pranata – pranata sosial yang ada. Kelima,sekitar Kawasan

wisata mandeh ini pemberdayaan masyarakatnya berpengaruh terhadap kondisi

social mereka karena kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian

utamanya adalah menangkap ikan dilaut,dan memiliki dua kelompok besar yaitu

nelayan kelompok modern dan nelayan tangkap tradisional. Perbedaannya dilihat

dari jenis kapal,peralatan,maupun jaungkuan wilayahnya. Ikan yang didapat akan

dikumpulkan kemudian di jual kepada masyarakat sekitar.

4.4 Sumberdaya Manusia


No Kuisioner Harau Wisata Wisata

Luak Pulau
(Kampung Chokato
Gadang Mandeh
Sarosah)
Pemberdayaan Masyarakat

1 Apakah Sudah Sudah Sudah Sudah

tenaga kerja

yang

Bapak/Ibu

gunakan

sudah

memiliki

kemampuan

dibidang

usaha yang

dijalankan?

2 Berapakah 20 – 50 Tahun 20 – 50 35 – 50 35 – 50

rentang Tahun Tahun Tahun

umur tenaga

kerja yang

Bapak/Ibu

gunakan

dalam

menjalankan

usaha?

3 Sebutkan SMA SMA Tidak ada Tidak ada

tingkat tingkat tingkat

pendidikan pendidikan pendidikan

tenaga kerja

yang

46
Bapak/Ibu

gunakan

dalam usaha

ini?

4 Bagaimana Sesuai dengan Sesuai Sesuai Sesuai

pembagian porsi pekerjaan dengan dengan dengan

jenis porsi porsi porsi

kelamin pekerjaan pekerjaan pekerjaan

untuk tenaga

kerja dalam

usaha

Bapak/Ibu

jalankan?

5 Jika dalam Iya, kita Iya, karena Iya, karena Iya, karena

menjalankan memprioritaskan kita akan kita akan kita akan

usaha tenaga kerja melibatkan melibatkan melibatkan

Bapak/Ibu wanita pada siapapun siapapun siapapun

apakah bagian yang ingin yang ingin yang ingin

melibatkan administrasi belajar belajar belajar

tenaga kerja tanpa tanpa tanpa

wanita? Jika melihat melihat melihat

iya/tidak, gender gender gender

sebutkan

alasannya.

6 Berapa lama 8 – 10 Jam 8 Jam 8 – 10 Jam 24 Jam


Pemberdayaan Masyarakat

jam kerja

untuk

menjalankan

usaha

Bapak/Ibu

ini dalam

satu hari?

No. Nama Lokasi Hasil

Responden

1. Kampung Tenaga kerja yang digunakan di objek

Sarosah, Harau wisata Kampung Sarosah sudah

memiliki kemampuan dibidang

usahanya masing-masing dengan

rentang umur 20-35 tahun dengan

tingkat pendidikan rata-rata adalah

SMA. Untuk pembagian pekerjaan

berdasarkan jenis kelamin, tenaga kerja

laki-laki mendapatkan pekerjaan yang

membutuhkan tenaga cukup besar

seperti perbaikan sarana prasarana

objek wisata dan keamanan.

Sedangkan tenaga kerja perempuan

digunakan dalam hal administrasi, dll.

48
Jam kerja yang digunakan dalam sehari

adalah 10 jam.

2. Joni Saputra Chokato Tenaga kerja yang digunakan di pabrik

mini Chokato sudah memiliki

kemampuan dibidang usahanya

masing-masing dengan rentang umur

18-45 tahun dengan tingkat pendidikan

rata-rata adalah SMA. Untuk

pembagian pekerjaan berdasarkan jenis

kelamin, tenaga kerja laki-laki

mendapatkan pekerjaan yang

membutuhkan tenaga cukup besar

seperti pemanenan dan pengankutan

kakao. Sedangkan tenaga kerja

perempuan digunakan dalam hal

pengolahan dan pengemasan kakao.

Jam kerja yang digunakan dalam sehari

adalah 8 jam.

3. Jun Midwar Luak Gadang Tenaga kerja yang digunakan di objek

Bukik Baka wisata Luak Gadang Bukik Baka Park

Park sudah memiliki kemampuan dibidang

usahanya masing-masing dengan

rentang umur 15-45 tahun dengan

tingkat pendidikan rata-rata adalah

SMA. Tidak terdapat pembagian kerja

berdasarkan jenis kelamin di objek


Pemberdayaan Masyarakat

wisata ini. Jam kerja yang digunakan

dalam sehari adalah 7 jam.

4. Ferdianto Kulik Kayu Tenaga kerja yang digunakan di Kulik

Resort Kayu Resort sudah memiliki

kemampuan dibidang usahanya

masing-masing dengan rentang umur

23-60 tahun dengan tingkat pendidikan

rata-rata adalah sarjana. Tenaga kerja

laki-laki dibutuhkan untuk pekerjaan

seperti renovasi dan keamanan resort

sedangkan yang perempuan lebih

dibutuhkan untuk reservasi dan

penyedian makanan. Jam kerjnya

adalah sebanyak 24 jam karena harus

selalu siaga jika dibutuhkan penginap.

5. Kawasan Tenaga kerja yang digunakan di

Wisata Kawasan Wisata Mandeh teruama

Mandeh dalam jasa transportasi seperti boat

tentu sudah sesuai dengan kemampuan

dibidangnya dengan rentang umur 18-

55 tahun dan pendidikan rata-rata

adalah SMP dan SMA. Tenaga kerja

yang digunakan adalah laki-laki.

Sedangkan untuk jam kerjanya tidak

menentu tergantu dari jumlah

50
pengunjung, namun pengemudi boat

bersiap dari pukul 6 pagi hingga pukul

6 sore.

6. Tempat Tenaga kerja yang digunakan adalah

Pelelangan para nelayan yang sudah sesuai dengan

Ikan (TPI) bidangnya dengan rentang umur 15-65

Tarusan tahun dengan pendidikan rata-rata

adalah SMP dan SMA. Tenaga kerja

yang lebih banyak digunakan adalah

laki-laki, sedangkan wanita hanya

sebagai tenaga kerja pembantu. Tidak

ada penentuan jam kerja, hanya

berdasarkan kondisi pasar TPI

Interpretasi hasil:

Pada Harau Sarosah, kebanyakan masyarakat yang berumur 20-50 tahun disana

sudah memiliki kemampuan dalam usaha yang dijalankan dengan ijazah SMA dan

pekerja disana rata-rata memperkerjakan wanita pada bidang administrasi yang

mana sudah sesuai dengan proporsi pekerjaan. Jam kerja mereka adalah 8-10 jam.

Pada pabrik coklat chokato mereka (20-50 tahun) semua sudah mempunyai

pekerjaan dan keahlian di bidangnya masing-masing dengan ijazah SMA dan

mereka melibatkan pekerjaan apapun dengan siapapun tanpa melihat gender

dengan rata-rata jam kerja 8 jam.


Pemberdayaan Masyarakat

Pada wisata luak gadang mereka (30-50 tahun) semua sudah mampu bekerja

dengan kemampuannya masing-masing dan rata-rata tidak memiliki tingkat

pendidikan, semua pekerjaan mereka sudah sesuai dengan proporsi pekerjaan

yang ada tanpa memandang gender dan rata-rata jam kerja 8-10 jam.

Pada wisata pulau mandeh rata-rata masyarakat (35-50 tahun) sudah memiliki

kemampuan di bidangnya masing-masing dan tidak ada tingkat pendidikan yang

spesifik serta semuanya dapat bekerja tanpa memandang gender dengan jam kerja

24 jam karena pulau ini membuka kesempatan pada wisatawan selama seharian

penuh.

4.5 Ekonomi Kreatif


N Kuisioner Harau Wisata Wisata

o Luak Pulau
(Kampung Chokato
Gadang Mandeh
Sarosah)

1 Berapa 15 orang 10 orang 2 orang 1 orang

jumlah

tenaga kerja

yang

digunakan

untuk

menjalankan

usaha

Bapak/Ibu?

2 Apakah Iya ,karna Iya . karna Iya, agar Iya, agar

tenaga kerja dapat agar masyarakat dapat

52
yang meningkatka masyaraka dapat meningkatka

Bapak/Ibu n ekonomi di t mendapatkan n

gunakan daerah sana mengetahu meningkatka perekonomia

berasal dari i n ekonomi n disana.it

masyarakat keunggula disana.

lokal? Jika n di daerah

iya/tidak, tersebut

sebukan

alasannya.

3 Apakah Iya Iya iya Iya

dengan usaha

yang

Bapak/Ibu

jalankan bisa

membantu

perekonomia

n masyarakat

lokal?

4 Apakah Iya Iya Iya iya

usaha yang

Bapak/Ibu

jalankan

berdampak

terhadap

kesejahteraan
Pemberdayaan Masyarakat

masyarakat?

4.6 Kelembagaan
No Kuisioner Harau Wisata Luak Wisata

Gadang Pulau
(Kampung Chokato
Mandeh
Sarosah)

1 Apakah Iya, Sangat Berpengaruh Iya

Bapak/Ibu berpengaruh berpengaru

yang h

menjalankan

usaha ini

tergabung

dalam

kelompok

usaha?

2 Apakah ada Iya Iya Iya Iya

kelembagaan

masyarakat

seperti

kelompok

tani, KUB

dan lain-lain

yang bermitra

dengan usaha

54
Bapak/Ibu?

3 Apakah Iya Iya Iya Iya

dalam

menjalankan

usaha

Bapak/Ibu

mendapatkan

binaan dari

LSM,

pemerintah,

ataupun dari

pihak

universitas?

No. Nama Lokasi Hasil

Responden

1. Kampung Kelembagaan masyarakat yang ada

Sarosah, Harau pada Kampung Sarosah ini adalah

adanya kerjasama pemilik objek wisata

dengan masyarakat sekitar, lalu tidak

adanya sosialisasi terkait

pemberdayaan masyarakat.

2 Chokato Kelembagaan pada pabrik chokato ini

yaitu adanya kerjasama kelompok tani


Pemberdayaan Masyarakat

yang dibina oleh pihak pemilik

chokato. Pembinaan tersebut

melibatkan penyuluh.

3 Luak Gadang Kelembagaan yang terjadi di wisata

Luak Gadang ini adalah adanya

kelompok sadar wisata yang

diterbitkan SK nya oleh nagari.

Dimana kelompok sadar wisata ini

melibatkan pemuda yang terdiri dari

ketua, sekretaris, bendahara dan

penasehat.

4 Kulik Kayu Kelembagaan yang ada yaitu adanya

Resort dan kerjasama pemilik resort dengan

Kawasan nelayan sekitar dalam hal penyewaan

Wisata kapal menuju pulau-pulau yang ada di

Mandeh kawasan mandeh.

6 Tempat Kelembagaan pada TPI ini yaitu

Pelelangan lembaganya lebih terikat dengan

Ikan (TPI) koperasi setempat guna terus

Tarusan meningkatkan kualitas dan kuantitas di

tempat pelelangan tersebut.

Interpretasi hasil:

56
didapatkan hasil dari ke enam tempat yang ada adalah yang Pertama, Kampung

Sarosah,Harau kelembagaan masyarakat yang ada dapat diketahui dengan adanya

kerjasama pemilik objek wisata dengan masyarakat sekitar,lalu tidak adanya

sosialisasi terkait pemberdayaan masyarakat.Kedua,Chokato yang kelembagaan

nya itu ditandai dengan adanya kerjasama kelompok tani yang dibina oleh pihak

pemilik chokato dan pembinaan tersebut melibatkan penyuluh.Ketiga,Luak

Gadang kelembagaan nya ditandai dengan adanya kelompok sadar wisata yang

diterbitkan SK nya oleh nagari.Dimana kelompok sadar wisata ini melibatkan

pemuda yang terdiri dari ketua,sekretaris,bendahara dan penasehat.

Selanjutnya yang Keempat dan Kelima ,Kulik Kayu Resort dan Kawasan

Wisata Mandeh yang kelembagaan nya ditandai dengan adanya kerjasama pemilik

resort dengan nelayan sekitar dalam hal penyewaan kapal menuju pulau-pulau

yang ada di kawasan mandeh.Dan yang keenam atau terakhir adalah Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) yang kegiatan kelembagaan nya ditandai dengan adanya

lembaga yang lebih terikat dengan koperasi setempat guna terus meningkatkan

kualitas dan kuantitas di tempat pelelangan tersebut.


Pemberdayaan Masyarakat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang telah didapat ialah pengelolaan Asian heritage jauh

tertinggal jika dibandingkan dengan obyek wisata lain yang ada di Sumbar dan hal

ini akhirnya berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata

Lembah Harau, baik wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara

(wisman).

Pabrik Chokato mendapatkan bahan baku dari hasil usahatani kelompok tani

kakao Tanjung Subur, kelompok tani lainnya serta dari masyarakat sekitar. Pabrik

menerima biji kakao fermentasi dan biji kakao yang mentah, biji kakao yang

mentah akan difermentasi oleh anggota kelompok tani yang mengelola pabrik,

khususnya dibagian fermentasi.

Objek wisata Luak Gadang dan Bukik Baka terletak di Jorong Guguak Rang

Pisang, salah satu Jorong yang terdapat di Nagari Kamang Hilia. Objek Wisata

Luak Gadang memiliki latar batu Karst yang menjadi keunikan dari objek ini.

Menurut cerita dari orang-orang tua di Jorong Guguak Rang Pisang, di

daerah Luak Gadang ini dahulunya merupakan tempat pemandian bagi

masyarakat

Kayu Resort merupakan salah satu penginapan yang berada di Kawasan

Wisata Mandeh, Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Penginapan ini menyediakan berbagai tipe kamar dengan kapasitas 2-7 orang

dengan fasilitas yang cukup lengkap dan bangunan yang aestetik. Di depan

penginapan tersaji view pantai yang sangat indah dengan gubuk-gubuk tempat

58
bersantai dan juga ayunan. Seiap orang yang menginap juga dapat berkunjung ke

pulau menggunakan kapal

yang sudah disediakan oleh pemilik resort melalui kerjasama dengan nelayan

disekitar.

Budidaya Perikanan Minapolitan Bedasarkan RTRW Kabupaten Pesisir

Selatan tahun 2010-2030. Dengan ditetapkan sebagai kawasan inti Minapolitan,

kawasan ini memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai yang dapat mendukung

peningkatan produksi perikanan. Terdapatnya Pelabuhan Perikanan Pantai

Carocok Tarusan berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Untuk mendukung

kegiatan perikanan di Kecamatan Koto XI Tarusan. TPI ini berada dalam kawasan

Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok Tarusan, dengan sebutan Pelabuhan

Pendaratan Pantai (PPP) dengan luas areal sebesar 2,19 Ha.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, penulis

memberikan saran kepada pemerintah Sumatera Barat dalam meningkatkan objek

wisata yang ada disana dan memperluas pengetahuan tentang objek wisata baik

kepada pengunjung maupun wisatawan yang akan datang. Oleh karena itu, kita

sebagai mahasiswa harus ikut andil dalam mendukung objek wisata di daerah

Sumatera Barat agar masyarakat sekitar dapat lebih memahami bagaimana

memanajemen objek wisata.


Pemberdayaan Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Deki Yusman. MANAJEMEN KAWASAN WISATA LEMBAH HARAU
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Vol 15, No 1 (2021) 
Heny, Urmila Dewi Made. 2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal
Kawistara Vol. 3 No. 2, 17 Agustus 2013 Hal 117- 226

Riani MW. 2012. Mekanisme hubungan para pihak dalam pengelolaan wisata
alam di Kota Bandar Lampung dan sekitarnya Provinsi Lampung.
[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Yoghi Citra Pratama. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI INDONESIA. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. Vol. 4, No. 2, Agustus 2014

Febrinaldo Roby. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Produk Olahan


Coklat (Studi Kasus: Pabrik Pengolahan Coklat Chokato). 2016.

Silsila Asri. Kebijakan Pengelolaan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif


Sumaterabarat Menghadapi Global Village. Menara Ilmu Vol. Xvi No.02
Oktober 2022

Tiara Rama Dana. PROSEDUR PENGAJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN


SUMBER DAYA MANUSIA PADA DINAS PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF PROPINSI SUMATERA BARAT

Mulyani, Y. S. (2021). E-Commerce Solusi Pemasaran UMKM Dalam


Mengembangkan Industri Pariwisata Di Tengah Pademi Covid-19 (Studi
Kasus UMKM di Kota Tasikmalaya). Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata
Dan Budaya, 12(2), 131–141.

Risnayanti. (2020). Sumber Daya Wisata Nagari Tuo Pariangan Sebagai Destinasi
Wisata Budaya Di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Jurnal Daya
Saing, 6(3), 269–278.

60
Yomi, W. G., Adnan, M. F., & Alhadi, Z. (2019). Pengembangan Objek Wisata
Nagari Tuo Pariangan Oleh Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga
Kabupaten Tanah Datar. JPSI (Journal of Public Sector Innovations), 3(1),
6. 

Surmeier, A. (2020). Dynamic capability building and social upgrading in tourism


- Potentials and limits of sustainability standards. Journal of Sustainable
Tourism, 28(10), 1498–1518.

Arsyah, R. H., & Juwita, A. I. (2021). KONVERGENSI MEDIA DALAM


PEMASARAN PRODUK KERAJINAN PENDAHULUAN Nagari
Parianagan merupakan salah satu desa terindah di dunia dari 5 negara ,
yang terletak di Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar , Sumatera
Barat . Nagari yang terletak di Menurut Tamb. 4(1).
Pemberdayaan Masyarakat

DOKUMENTASI

62
Pemberdayaan Masyarakat

64

Anda mungkin juga menyukai