Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KEGITAN PROFESI ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS DAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :

1. Riski Eko Saputra 2235001


2. Oktianto W Tamba 2235003
3. Priskilla S Arindita 2235005
4. Muhammad Idris 2235035
5. Dewi R Antikawati 2235007
6. Eka Yuniarti 2235009
7. Sirwi laudya 2235011
8. Indriyani 2235013
9. Intan 2235015
10. Ayusari 2235037

PEMBIMBING AKADEMIK
Ns. Bangun Dwi Hardika, S. Kep., M.K.M

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan karuniaNya sehingga kita selalu diberikan
nikmat termasuk nikmat bekerja, berdoa dan serta berkarya. Atas
rahmatNya juga saya bisa menyelesaikan laporan keperawatan Komunitas
dan Keluarga.
Dalam membuat laporan ini kelompok mendapatkan dukungan
saran, dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
penulis ingin mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya khusus kepada
Ns. Bangun Dwi Hardika, S. Kep., M.K.M. selaku dosen pengampu untuk
stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga
Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa banyak kekuangan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun dan menjadi proses pembelajaran yang lebih baik dimasa
yang akan datang. Akhirnya kami berharap semoga laporan pendahuluan
ini dapat bermanfaat dan semoga tuhan selalu melipahkan rahmat dan
karunia Nya selalu kepada kita semua
Palembang, April
2023

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR
PERSETUJUAN ...............................................................................

KATA
PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR
ISI .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
belakang.....................................................................................................

B.
Tujuan ................................................................................................................

1. Tujuan
umum................................................................................................

2. Tujuan
khusus ...............................................................................................

C. Ruang
Lingkup ..................................................................................................

D. Sistematika
Penulisan ........................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Desa
Siaga ............................................................................................

B. Konsep RW
Siaga ..............................................................................................

C. Konsep Perilaku Hidup bersih dan


Sehat ..........................................................

D. Pengertian Perawat Kesehatan


Komunitas ........................................................

E. Konsep Dasar Keperawatan


Komunitas ............................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A.
Pengkajian .........................................................................................................
.

B. Analisa
Data .......................................................................................................

C. Masalah
Keperawatan ........................................................................................

D. Rencana
Keperawatan ........................................................................................

E. Implementasi dan
Evaluasi ................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN

A.
Pengkajian .........................................................................................................
.

B.
Diagnosa ............................................................................................................

C.
Perencanaan .......................................................................................................
D. Pelaksanaan ........................................................................................................

E. Evaluasi ..............................................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................

B. Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ................
.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari berbagai organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas,
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi yang serupa (Wenger, 2002).
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan salah satu bidang yang sangat strategis
dan berperan aktif dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat (Swarjana, 2016).

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan


serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan kesehatan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Hal yang penting dalam keperawatan kesehatan komunitas adalah
pemberian asuhan keperawatan (askep) komunitas secara langsung sesuai dengan
kebutuhan komunitas masing-masing. Proses asuhan keperawatan komunitas ini
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Proses
keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah,
sistematis, dinamis, kontinu dan secara berkesinambungan untuk memecahkan masalah
kesehatan pasien/klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Kesehatan yang optimal dalam keperawatan komunitas lebih menekankan pada upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan
keperawatan dalam upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang
sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan sesuai masalah keperawatan yang terjadi di
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan pengorganisasian pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas pada masyarakat
b. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada terjadi di
kelompok masyarakat
c. Mampu menjelaskan keperawatan komunitas pada kelompok
masyarakat.
C. Ruang Lingkup
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan komunitas dengan masalah
kesehatan di RT.... Kecamatan Sukarami Kelurahan Sukarami
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam menyusun karya tulis imiah ini, agar dalam pembahasan terfokus pada pokok
permasalahan dan tidak melebar kemasalah yang lain, maka penulis membuat
sistematika penulisan karya tulis ilmiah sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUANDalam bab ini penulis membahas tentang Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penulisan, dan Sistematika
Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSAKA
Dalam bab ini penulis tentang sistem Konsep desa siaga,konsep RW siaga,Konsep
PHBS,Pengertian perawat komunitas, Konsep dasar keperawatan komunitas,
BAB 3 GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini penulis membahas tentang Gambaran Umum tetang desa
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang Metodologi Penelitian, pembahasan
penelitian
BAB 5 PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Desa Siaga


a. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga merupakan desa yang memiliki penduduknya kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengataasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri seta dalam rangka
mewujudkan desa sehat. Desa siaga juga dapat di revitalisasi Pembangunan
Masyarakat Desa (PKMD) sebagai suatu pendekatan edukatif yang perlu
dikembangkan kembali, serta dipertahankan dan ditingkatkan (Ekasari,
2018, pp. 12-13; Hamdani, 2015).
b. Tujuan desa siaga
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan yang ada dilingkungannya (Ekasari, 2018,
p.103; Hamdani, 2015).
c. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa
tentang pentingnya kesehatan.
2) Meningkatkan kewasapadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
desa adanya resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan (bencana, wabah penyakit,
Kegawatdaruratan).
3) Meningkatkan Keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat.
4) Meningkatkan kemandirian masyaarakat desa dalam pembiayaan
kesehatan.
5) Meningkatkan dukukan dan peran aktit para pengampu
(stakeholders) dalam me wujudkan kesehatan masyarakat desa.
6) Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya di bidang kesehatan (Ekasari, 2018, p.
104;Hamdani, 2015).

d. Sasaran Pengembangan Desa Siaga


1) Semua individu dan keluarga di desa, diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim
kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, pemuda, kader
desa, serta petugas kesehatan.
3) Pihak pihak yang diharapkan memberikan dukungan
Kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga,
sarana. Seperti, kepala desa, camat, para pejabat terkait,
swasta, para donator, dan stakeholders lainnya (Ekasari, 2018,
p. 104)

e. Kriteria Desa Siaga


Kriteria dari Desa Saga adalah sebagai berikut:
1) Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar. Bagi desa yang
tidak mempunyai akses ke puskesmas atau puskesmas
pembantu dan dikembangkan pos keseharan desa
(Poskesdes).

2) Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan


masyarakat (posyandu, warung obat desa) yang didasrkan
atas kehendak dan kebutuhan masyarakat, shingga
keberadaannya sesuai dengan desa siaga. Jenis UKBM dan
staratanya (ptrama, madya, purnama dan mandiri) di setiap
desa tidak harus sama, karena UKB, dipilth oleh masyarakat.
3) Memiliki sistem pembiyaan kesehatan berbasis masyarakat
Tujuannya untuk kepentingan masyarakat dan pembiayaan
yang terkait dengan kegiatan desa saga ditanggung oleh
masyarakat. Memiliki sistem pengamatan penyakit dan
factor- faktor resiko yang berbasis masyarakat. Masyarakat
mengamati hal-hal penting yang dapat mengancam
Kesehatan masyarakat seperti PM dan PM serta
melaporkannya kepada petugas kesehatan.
4) Memiliki sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
Kegawatdaruratan dan bencan berbasis masyarakat.
Masyarakat yang siaga bencana adalah masyarakat yang
paham dan bersedia bertindak terhadap adanya ancaman atau
kejadian yang dapat membahayakan jiwa masyarakat.
5) Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakat
besedia mengupayakan lingkungan yang sehata serta menjaga
nya agar tetap bertambah sehat ditandai dengan sifat bersih
nyaman, tidak membahayakan dan membuat manusia
menjadi sehat. (Ekasari, 2018, p. 104).

Berdasarkan kriteria yang ada diatas maka terdapat 3 tingkatan Desa


Siaga, yaitu:
a) Desa siaga pertama, yaitu desa yang telah memenuhi kriteria 1,2,3,
serta sedang dalam upaya untuk mencapai kriteria 4,5,6
b) Desa siaga madya, yaitu desa yang telah memenuhi kriteria 1,2,3,
dan 4 atau S, serta sedang dalam upaya menacapai kriteria 4 atau 5
dan 6
c) Desa siaga mandiri, yaitu desa yang telah memenuhi selauruh
kriteria 1-6 (Ekasari, 2018, p. 105).

f. Tahap Desa Siaga


1) Tahap bina
Pada tahap ini telah ada forum masyarakat desa akan tetapi
kemungkinan belum aktif. Kelompok tersebut seperti
kelompok yasinan, pengajian dan lain-lain.
2. Tahap tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat mulai aktif
mengembangkan UKBM sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan mampu mengamati penyakit menular dan
tidak menular serta resiko di lingkungan secara terus
menerus dan melaporkan kepada petugas Kesehatan
setempat.
3. Tahap kembang
Pada tahap in forum kesehatan masyarakat berperan lebih
aktif dan mampu mengembangkan UKBM. Pembinaan dan
pendampingan harus diberikan agar dapat menuju kepada
tahap panpurna.
4. Tahap paripurna

Tahap ini merupakan tahap akhir dari desa siaga, idikator


dalam kriteria desa siaga sudah terpenuhi masyarakat
mampu hidup dan berperilaku sehat. Masyarakat tidak perlu
lagi pendampingan kerena masyarakat sudah mandiri
g. Pelaksanaan Kegiatan Desa Siaga
a) Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga, dilakukan
melalui pertemuan Khusus para pemimpin formal desa
dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.
b) Orientasi/pelatihan Kader Desa Siaga sebelum melakukan
tugasnya, kepada pengelolaan dan kader desa yang telah
di tetapkan perlu di berikan orientasi ataupun pelatihan.
Materi yang diberikan yaitu pengelolaan siaga secara
umurm, pengelolaan UKBM, penerapan PHBS, dan lain-
lain.
c) Pengembangan pelayanan kesehatan dasar dan UKBM,
dalam hal in pembangunan poskesdes bisa dikembangkan
dari UKBM yang ada Khusunya polides.

h. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga


1.Pemberdayaan
Pada prinsipnya konsep desa siaga merupakan
pemberdayaan, dimana peran serta dari masyarakat merupakan
yang utama.
2. Bina suasana (Empowerment)
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau
lingkungan sosial yang mendorong, individu keluarga dan
masyarakat agar berperan dalam pengembangan desa siaga,
dengan memberikan informasi tentang desa saga melalui
leaflet.
3.Advokasi
Advokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis Oengembangan
Desa Siaga dan tim promosi kesehatan oleh tenaga Kesehatan
puskesmas.
4. Kemitraan
Bentuk kemitraan untuk pengembangan desa siaga masih
dalam penjajakan, tim teknis desa siaga telah melakukan
pendekatan terhadap pihak ketiga (Pihak Swasta) agar dapat
mengambil peran dalam pengembangan desa siaga.
i. Kegiatan Pokok Desa Siaga
a) Surveilans sumber daya masyarakat: melalui forum desa
siaga, masyarakat dihimbau memberikan sebagai tembahan
biaya operasional poskesdes.
b) Kegiatan khusus: desa saga dapat mengembangkan kegiatan
khusus yang aktif efektif mengatasi masalah kesehatan yang
diprioritaskan.
c) Monitoring Kinerja: menggunakan peta rumah sebagai bagian
dari survailens rutin.
d) Manajemen kinerja: desa siaga akan mendapatkan dana
hibah (block grant) setiap tahun dari DHS-2 guna
mendukung Kegiatan

B. Konsep RW Siaga
a. Pengertian RW Siaga

RW Siaga merupakan RW yang memiliki penduduknya


kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
Kegawatdaruratan atau kejadian luar biasa (KLB) secara mandiri
(Ekasari, 2018, p. 108).
b. Dasar Pelaksanaan
Dasar pelaksanaan dari RW siaga adalah
1) UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Pembangunan Kesehatan
Masyarakat.
2) Kuputusan Menkes No. 564/Menkes/SK/VIII/2006 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.
3) Surat Keputusan Gubernur Tentang RW Siaga.
4) Revitalitasi Posyandu.

c. Tujuan
1. Tujuan umum
Terwujudnya RW Saga disetiap kelurahan dengan
masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan termasuk KLB diwilayanya (Ekasari, 2008, . 109).
d. Tujuan khusus
1.Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat RW
tentang pentingnya kesehatan.
2.Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan RW terhadap
resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan)
3.Meingkatkan keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
hidup bersih dan sehat
4.Meningkatkan kesehatan lingkungan di RW
5.Meningkatkan kemandirian masyarakat RW dalam pembiyaan
kesehatan
6.Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat RW
untuk menolong diri sendir di bidang Kesehatan
7.Meningkatkan dukungan dan peran aktif para pemangku
kepentingan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat RW
(Ekasari, 2018, P. 109).

e. Konsep Operasional RW saga sebagai dasar Keluraham sehat


1. setiap RW memiliki 1 pos yang dapat dimantaatkan untuk
pusat informasi Kegiatan siaga di tingkat RW di kelurahan.
Bisa dikaitkan dengan PIK keluarga.
2. Memiliki satu orang tenaga kesehatan/bidan/perawat
berperan mengelola kegiatan promotive dan preventif serta
mengkoordinir pengelolaan informas
3. Memiliki minimal 2 orang kader yang membantu kegiatan di
pos RW sebagai RW siaga (Ekasari, 2018, p. 109).

f. Aspek-aspek kegiatan RW Siaga


1. Memiliki saran apos RW/PIK keluarga sebagai pusat
informasi 1 kegiatan siaga di tingkat RW.

2. Memiliki berbagai upaya kesehatan ber sumberdaya


masyarakat (UKBM) sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat (posyandu, dana sehat, donor
darah, Gsi, dan sarana transportasi).
3. Memiliki sistem pengamatan penyakit dan factor-
faktor resiko yang berbasis masyarakat.
4. Memiliki sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat
memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis
masyarakat memilki lingkungan yang sehat.
5. Masyarakatnya sadar gizi serta berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS)

g. Tahapan perkembangan RW Siaga


Agar sebuah RW menjadi RW maka RW tersebut harus
memiliki forum RW/Lembaga kemasyarakatan yang aktif dan
adanya sarana.akses pelayanan keseahatan dasar. Dalam
pengembangannya RW Siaga akan meningkar dengan membagi
menjadi 4 Kriteria RW Siaga:
1. Tahap bina
Pada tahap ini forum RW Siaga mungkin belum ktif,
namun telah ad forum/Lembaga masyarakat RW yang
telah berfungsi dalam bentuk apa saja, misalnya
kelompok rembug RW. Demikian juga posyandu
mungkin masih tahap pertama. Pembinaan intensif dari
petugas kesehatan dan petugas sector lainnya sangat
diperlukan, misalnya dalam bentuk pendampingan untuk
meningkatkan kinerja (Ekasari, 2018, p. 110; Hamdani,
2015).
2. Tahap tumbuh
pada tahap in forum RW Siaga telah aktif membangun
UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu,
demikian juga posyandu sedikitnya sudah pada tahap
madya. Pendampingan dari tim kecamatan LSM masih
sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas atau
pengembangan UKBM lainnya. Hal penting yang
diperhatikan adalah pembinaan dari puskesmas, shingga
semua ibu hamil bersalin nifas serta bayi baru lahir yang
risiko tinggi dan mengalami komplikasi dapat ditangani
dengan baik. Disamping itu sistem surveilans berbasis
masyarakat juga sudah dapat bejalan, artinya masyarakat
mampu mengamati penyakit (menular dan tidak
menular) serta factor risiko di lingkungannya secara
terus meneru dan melaporkan serta memberikan
informasi pada petugas kesehatan yang terkait.
3. Tahap kembang
Pada tahap in forum kesehatan masyarakat telah berperan
secara aktif dan mampu mengembangkan UKBM sesuai
kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis mayarakat.
System kewaspadaan masyarakat menghadapi bencana
dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan baik,
demikian juga dengan system pembiayaan kesehatan
berbasis masyarakat.
4. Tahap paripurna

Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria RW Saga


sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam
lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan
sehat Masyarakat sudah mandiri dan siaga tidak hanya
terhadap masalah yang mengancam, namun juga
terhadap kemungkinan musibah/ bencana non
kesehatan, pendampingan dari tim kecamatan sudah
tidak diperlukan lagi
C. Konsep Perilaku Hidup bersih dan Sehat
1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sebagai wujud operasional
promosi kesehatan merupakan dalam upaya mengajak, mendorong
kemandirian masyarakat berperilaku hidup bersih dan shat. Pembinaan
PHBS di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah
tangga untuk hidup bersih dan sehat.
2. Landasan Hukum
Sebagai landasan hukum pembinaan PHBS dirumah tangga melalui
kemitraan dengan Tim Penggerak PKK antara lain adalah :
a. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan
b. kependudukan dan pemberdayaan keluarga s Nomor 23 Tahun
1992 tentang kesehatan
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah
d. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai
Daerah Otonom
e. Persatuan Pemerintah Nomor 76 tahun 2001 tentang pedoman
umum
f. pengaturan mengenai desa dan kelurahan
g. Peraturan pemerintah nomor 65 tahun 3005 tentang
kewenangan wajib standar pelayanan minimal di bidang
kesehatan
h. Keputusan menteri dalam neger dan otonomi daerah nomor 53
tahun 2000 tentang gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan
keluarga h. Keputusan menteri kesehatan RI nomor
1993/Menkes/SK/X/2004
i. tentang kebijakan nasional promosi Kesehatan Keputusan
menteri kesehatan RI nomor 1114/Menkes/SK/VIM/2005
tentang pedoman pelaksanaan promosi di daerah.
3. Tujuan
a. Memperoleh gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Serta meningkatnya rumah tangga sehat di kabupaten
di seluruh Indonesia.
4. Tujuan Khusus :
a. Diperolehnya gambaran tentang 10 indikator PHBS
b. Meningkatkan dukungan dan peran aktif tim penggerak PKK
c. Pembinaan PHBS di rumah tangga
d. Memberdayakan keluarga untuk tahu, mau dan mampu
melaksanakan PHBS.
5. Sasaran
Sasaran pembinaan PHBS di rumah tanga adalah seluruh anggota
rumah tangga, yaitu :
a. Pasangan usia subur
b. Ibu hamil dan menyusui
c. Anak dan remaja
d. Usia lanjut
e. Pengasuh anak
6. Manfaat
Bagi rumah tangga
a. Setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak
mudah sakit
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas
c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dialihkan untuk
pemenuhan gizi keluarga, biaya pendidikan dan model usaha
untuk peningkatan pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan shat
b. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
untuk penyembuhan dan peningkatan kesehatannya
d. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat (UKBM) untuk pencapaian PHBS di
Rumah tangga, seperti penyelenggaraan posyandu, jaminan
pemeliharaan kesehatan, tabungan ibu bersalin (tabulin), dan
sosial ibu bersalin (dosolin), ambulan desa, kelompok pemakai
air (pokmair) dan arisan jamban
Bagi Tim Penyelenggara PKK:
a. Mempercepat tercapainya 10 program pokok PKK khususnya
di bidang kesehatan
b. Meningkatnya kemampuan dan citra tim penggerak PKK dalam
memberdayakan keluarga tau rumah tangga
c. Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
d. Peningkatan persentase rumah tangga shat menunjukan kinerja
dan citra pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik
e. Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi
masalah-masalah dalam kesehatan dapat dialihkan untuk
pengembanganlingkungan yang sehat dan terjangkau
f. Provinsi dan kabupaten/kota dapat dijadikan pusat
pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
rumah tangga
7. Perencanaan
Perencanaan terdiri dari: Penentuan prioritas, tujuan, kegiatan
intervensi dan jadwal kegiatan g akan dilaksanakan.
a. Menentukan tujuan
Berdasarkan hasil pengumpulan data PHBS maka dapat
ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat. Selanjutnya
berdasarkan masalah yang ditemui dan ketersediaan sumber
daya, maka ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk
mengatasi masalah yang ditemukan. Contoh: Meningkatya
persentase persalinan pada tenaga kesehatan dari 50% menjadi
70 % di kelurahan Cempaka.

b. Menentukan Kegiatan
Menentukan kegiatan yang akan dilakukan dengan cara
membuat beberapa alternatif kegiatan kemudian dipilih
kegiatan mana yang bisa dilakukan dikaitkan dengan
ketersediaan sumber daya.
c. Menyusun Jadwal Kegiatan
Setelah ditentukan kegiatan, kemudian dibuat jadwal kegiatan
selama jangka waktu tertentu. Misalnya jangka waktu 1 bulan,
atau 3 bulan sesuai dengan sumberdaya yang ada. Penggerakan
dan Pelaksanaan Penggerakan adalah upaya yang dilakukan
sesuai dengan rencana kegiatan-kegiatannya, antara lain:
1) Menggerakkan keluarga seperti bapak, ibu yang
mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkung anya
dengan cara menjadi kader posyandu, aktif pada
kelompok-kelompok yang peduli kesehatan.
2) Peningkatan pengetahuan keluarga / masyarakat melalui
berbagai kegiatan
3) Mengupayakan dukungan tokoh, kepala desa kelompok
potensial dalam bentuk komitmen sumber dana dan
tenaga.
d. Pemantauan dan penilaian
Pemantauan dan penilaian dilaksanakan untuk mengetahui
seberapa jauh kegiatan yang telah berjalan dan memberikan
hasil yang diharapkan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
di rumah tangga yaitu :
1) Pemantauan kegiatan dapat dilakukan dalam pertemuan
bulanan bagi kader, topik bahasannya adalah kegiatan
vang telah dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal yang
telah ditetapkan. Waktu pemanatuan disesuaikan
dengan rencana yang telah ditetapkan. Kendala –
kendala yang muncul perlu untuk dibahas serta
dicarikan solusinva. Carapemantauan dapat
dilaksanakan dengan melakukan kunjungan kerumah
tangga-rumah tangga atau dengan melihat pelaporan
pelaksanaan kegiatan.
2) Penilaian dilakukan dengan menggunakan formulir
PHBS di rumah tangga yang telah dirancang sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian
dilakukan terhadap indikator, masukan, proses kegiatan
dan keluaran atau hasil kegiatan. Penilaian dapat
dilakukan melalui cara pengkajian ulang, pengamatan di
lapangan, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok
terarah dengan masing-masing rumah tangga. Penilaian
pencapaian rumah tangga sehat akan dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
- Tujuh indikator PHBS akan dinilai setiap tahun
ole tim penggerak PKK tingkat desa dengan
menggunakan formulir atau kartu PHIBS di
rumah tangga sebagai dasar untuk melihat
pencapaian rumah tangga sehat dan mengikuti
lomba PHBS di rumah tangga yang dilakukan
secara berjenjang setiap tahun.
- Tujuan indikator PHBS juga akan dinilai oleh
dinas kesehatan kabupaten atau kota setiap tahun
melalui survey cepat
- Tiga indiator gaya hidup sehat akan dinilai
setiap tiga tahun melalui survey sosial ekonomi
nasional (susenas).

D. Pengertian perawat komunitas Menurut WHO


keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sebagai bagian dari program Kesehatan
masyarakat secara keseluruhan gunanya meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah di mana hal itu
mempengaruhi
masyarakat keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas adalah
pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA adalah
suatu sintesis dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan keschatan masyarakat. Praktik keperawatan
kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi
pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, dan
melibatkan masyarakat (Reni Asmara Ariga,2020, p. 87).

E .     KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


A.       Pengertian
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).

B.     Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA
(American Nurses Association)
1.      Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a.    Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
b.   Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek
penelitian.
c.    Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
d.   Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
2.      Kepercayaan
a.    Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b.   Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c.    Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d.   Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e.    Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f.    Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
g.   Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h.   Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan aktif
berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
C.    Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat
dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan
komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu:
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.      Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat
khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3.      Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua
orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4.      Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
5.      Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6.      Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan
keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan
status kesehatan masyarakat.
7.      Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
8.      Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut
dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan
mereka sendiri.

Komunitas Dengan Keluarga


Sebagai UnitPelayanan
Dasar.
 

MANUSIA
 

KESEHATAN
(SEHAT-SAKIT)
 

LINGKUNGAN
(Physic,Biologic,
Psychologist, Social,
Cultural, Dan Spiritual.
 
 
Gambar 2.1 : Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sbg berikut :


1.      Manusia.
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada lokasi
atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif
sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan. Komunitas merupakan
sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud
termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2.      Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan mengatasi stressor.
3.      Lingkungan.
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat biologis,
psikologis, social, cultural dan spiritual.
4.      Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan,
sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.
D.    Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan
yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka
miliki.
Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal:
a.    Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b.   Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c.    Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan.
d.   Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e.    Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/ keperawatan.
f.    Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g.   Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
h.   Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i.     Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta
diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j.     Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

E.     Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.

1.   Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal
dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,
mental maupun sosial.

2.   Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian
darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan
keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

3.   Kelompok Khusus


Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a.    Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti;
1)   Ibu hamil
2)   Bayi baru lahir
3)   Balita
4)   Anak usia sekolah
5)   Usia lanjut
b.   Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta
asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1)      Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.
2)      Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner,
cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c.    Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1)   Wanita tuna susila
2)   Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3)   Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d.   Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1)      Panti wredha
2)      Panti asuhan
3)      Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4)      Penitipan balita

4.      Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama
untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun
kesehatan khususnya.

F.     Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :

1. Proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (partnership).

G.    Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan
yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a.       Penyuluhan kesehatan masyarakat
b.      Peningkatan gizi
c.       Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d.      Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e.       Olahraga secara teratur
f.       Rekreasi
g.      Pendidikan seks.

Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a.    Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b.   Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan
rumah
c.    Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
d.   Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a.    Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b.   Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit
c.    Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d.   Perawatan payudara
e.    Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

4.   Upaya Rehabilitatif


Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
a.       Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang
maupun kelainan bawaan
b.      Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC,
latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh
perawat.

5.   Upaya Resosialitatif


Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau
kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan
lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara
benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan
dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

H.       Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan
yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja
perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

    Tahap Persiapan:


b.   Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program praktek.
c.    Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan kesehatan
utama.
d.   Penyusunan instrumen data.
e.    Uji coba instrumen pengumpulan data.
f.    Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan program
praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
g.   Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan setempat.
h.   Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi, epidemiologi dan
statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
i.     Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan dan
melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan undangan.
j.     Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
1)   Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
2)   Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis besar rencana
kegiatan
3)   Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.
4)   Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dari instansi
terkait.

1.      Tahap Pelaksanaan:


a.    Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok kerja
kesehatan.
b.   Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja kesehatan:
1)   Pelatihan kader kesehatan
2)   Penyuluhan kesehatan
3)   Simulasi/demonstrasi
4)   Pembuatan model/percontohan
5)   Kunjungan rumah (home health care)
6)   Kerja bakti, daan lain-lain.
c.    Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan.

2.      Tahap Evaluasi:


a.       Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian, kefektifan
dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.
b.      Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan, keberhasilan
pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan masalah.

a.      Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :
a.          Pengkajian
b.         Diagnosa Keperawatan
c.          Perencanaan
d.         Pelaksanaan
e.          Evaluasi.

2.   Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat


a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya,
mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan potensi dan
sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas. Pendekatan yang
digunakan menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar seperti tertera pada gambar 2.3
b.   Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
1)      Persiapan :
a)      Pengenalan komunitas
∙      Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada wilayah komunitas dengan
cara ;
1.   Pengajuan proposal dan perijinan
2.   Penjelasan tujuan dan program
🡪 hasil : surat ijin/persetujuan
∙      Pendekatan Jalur Informal
Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi dengan melakukan
pendekatan kepada :
1.   Tokoh-tokoh masyarakat
2.   Ketua RW, RT
3.   Kader kesehatan
🡪 Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan dan partisipasi serta
kontrak kerjasama.
b)      Pengenalan Masalah
Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang benar-benar menjadi
kebutuhan komunitas saai ini.
Tahap pengenalan masalah :
∙   Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data
1.      Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :
o Survey wilayah
o Survey populasi
o Survey masalah utama dan faktor penyebab
o Survey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.
o Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.
2.      Membuat instrument pengumpulan data.
∙   Tabulasi Data:
1.      Membuat table tabulasi data
2.      Menghitung frekuensi distribusi
3.      Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
∙   Analisa Data
1.      Analisa Deskriptif
Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.
2.      Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih subvariabel yang diteliti dengan
menggunkan perhitungan statistik.
∙   Perumusan Masalah
1.      Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji dengan berdasarkan
hasil analisa data.
2.      Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
3.      Formulasi :
o   Problem
o   Etiologi
o   Data yang menyokong.
c)   Penyadaran komunitas
1)      Tujuan :
1.      Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas
2.      Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
3.      Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga potensial dalam
kegiatan pemecahan masalah.
2)      Kegiatan :
Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini, dengan langkah :
1.      Penyajian data hasil survey
2.      Diskusi kelompok :
o   Perumusan masalah dan faktor penyebab
o   Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu, tempat, penanggung jawab
dan biaya)
o   Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota komunitas yang merupakan
calon kader kesehatan yang bertanggung jawabterhadap kegiatan yang direncanakan.
3.      Penyajian hasil diskusi kelompok
4.      Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.
2)      Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan melihat
aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan aparat
desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :
a)      Pelatihan Kader
b)      Penyuluhan kesehatan
c)      Pelayanan kesehatan langsung
d)     Home care
e)      Rujukan
3)      Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a)      Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
b)      Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
c)      Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
d)     Rencana tindak lanjut.

Keterangan:

 
: Peran masyarakat
: Peran perawat

Gambar 2.6 : Peranan Perawat dan Masyarakat dalam Mencapai Tujuan Perawatan Kesehatan
Komunitas
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar dari pada klien
dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat. Atau dapat digambarkan
peralihan basarnya peran antara perawat dan masyarakat :

Tahapan Peran Peran


perawat Masyarakat
1.   Pengenalan masyarakat +++ +
2.   Pengenalan masalah ++ ++
nyadaran masyarakat ++ +++
4.   Pelaksanaan + ++++
+ ++++
+ ++++

Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima
tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan
kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan
yaitu melalui proses keperawatan.

2.         PROSES KEPERAWATAN MODEL CAP


Model adalah gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. (Riehl and Roy, 1980).
Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep – konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan
dapat didefinisikan sebagai kerangka piker, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu
gambaran tentang lingkup keperawatan.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas; analisa dan
diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan;
primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).
Fokus pada model ini komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan
lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi
klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense
(lihat gambar 1).

Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau
lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan
pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998;
Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope &
Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan
yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan
mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance Anderson dan
McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan.
Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem
yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan
proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal
komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah
kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan
merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan,
yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
a.    Pengumpulan Data
Tujuan :
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan
pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta
factor lingkungan yang mempengaruhinya.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1.      Data inti
a.       Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
b.      Data demografi
c.       Vital statistic
d.      Status kesehatan komunitas
2.      Data lingkungan fisik
a.       Pemukiman
b.      Sanitasi
c.       Fasilitas
d.      Batas-batas wilayah
e.       Kondisi geografis
3.      Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
a.       Pelayanan kesehatan
b.      Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)
4.      Ekonomi
a.       Jenis pekerjaan
b.      Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c.       Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d.      Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia
5.      Keamanan dan transportasi
a.       Keamanan
b.      Transportasi
6.      Politik dan pemerintahan
a.       System pengorganisasian
b.      Struktur organisasi
c.       Kelompok organisasi dalam komunitas
d.      Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7.      System komunikasi
a.       Sarana umum komunikasi
b.      Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas
c.       Cara penyebaran informasi
8.      Pendidikan
a.       Tingkat pendidikan komunitas
b.      Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
c.       Jenis bahasa yanhg digunakan
9.      Rekreasi
a.       Kebiasaan rekreasi
b.      Fasilitas tempat rekreasi

Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1.      Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2.      Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

Sumber Data
1.      Data primer
Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan
masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.
2.      Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan
riwayat kesejatan pasien atai medical record. (Wahit, 2005)
Cara Pengumpulan Data
1.      Wawancara atatu anamnesa
2.      Pengamatan
3.      Pemeriksaan Fisik

b.   Pengolahan Data


1.      Klasifikasi data atau kategorisasi data
2.      Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3.      Tabulasi data
4.      Interpretasi data
(Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client)

c.       Analisis Data


Tujuan analisis data :
1.      Menetapkan kebutuhan komuniti
2.      Menetapkan kekuatan
3.      Mengidentifikasi pola respon komuniti
4.      Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
d.      Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

e.       Prioritas masalah


Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai
factor sebagai criteria:
1.      Perhatian masyarakat
2.      Prevalensi kejadian
3.      Berat ringannya masalah
4.      Kemungkinan masalah untuk diatasi
5.      Tersedianya sumber daya masyarakat
6.      Aspek politis.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham H.
Mashlow yaitu:
1.      Keadaan yan mengancam kehidupan
2.      Keadaan yang mengancam kesehatan
3.      Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

3.      Diagnosa keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual
maupun potensial. Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American
Nurses Of Association (ANA). Dengna demikian diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Contoh Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya diare di RW. 02 Ds. Genuk Semarang suhubungan dengan :

a.       Sumber air tidak memenuhi syarat


b.      Kebersihan perorangan kurang
c.       Lingkungan yang buruk di manefestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan,
penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi dan pembuangan kotoran.

2. Tingginya kejadian karies gigi SMP 29 Semarang sehubungan dengan :

a.       Kurangnya pemeriksaan gigi


b.      Kurangnya fluor pada air minum di manefestasikan: 62% caries dengan inspeksi pada murid-
murid SMP 29.

3. Kurangnya gizi pada balita di desa Karang Awen sehubungan dengan :

a.       Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan


b.      Kurangnya jumlah kader
c.       Kurangnya jumlah posyandu
d.      Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi.

4. Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di desa Karang
Awen sehubungan dengan :
5. Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (Diare, ISPA, DBD) di desa
Karang Awen sehubungan dengan :
4.      Perencanaan
a.       Tahapan pengembangan masyarakat:
b.      Persiapan, penentuan prioritas daerah
c.       Pengorganisasian, pembentukan pokjakes.
d.      Tahap diklat
e.       Tahap kepemimpinan
f.       Koordinasi intersektoral
g.      Akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.

5.      Pelaksanaan/Implementasi
a.       Tanggung jawab melaksanakan kegiatan:
b.      Bantuan mengatasi masalah kurang
c.       nutrisi, mempertahankan kondisi
d.      seimbang, meningkatkan kesehatan
e.       Mendidik komunitas tentang perilaku sehat
f.       untuk mencegah kurang gizi
g.      Advokat komunitas.

6.      Evaluasi atau penilaian


Dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:

a. Relevansi antara kenyataan dengan target


b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana,
fasilitas dan jumlah peserta
c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
e. Dampak, apakah terjadi perubahan status kesehatan. lama.

Proses Evaluasi
a.       Menilai respon verbal dan nonverbal
b.      Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
3.   TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

A.    Definisi Terapi Komplementer


Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk
Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah
dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi
di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain
diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005,
terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-
konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk
pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi
non – konvensional di berbagai media

B.  Jenis – Jenis Terapi Komplementer


1.   Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.
2.   Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.

3.   Homeopati atau jamu-jamuan.


4.   Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki

5.   Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.

6.   Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

C. Fokus Terapi Komplementer


1.   Pasien dengan penyakit jantung.
2.   Pasien dengan autis dan hiperaktif
3.   Pasien kanker
D. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer
1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara holistik
dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada
pasien.
E.  Teknik Terapi Komplementer
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk  dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :

1. Akupuntur

Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.


Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai
kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah
dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel.
Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan
pada sistem tubuh.

2. Terapi  hiperbarik,

Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi,
pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat
tingginya tekanan udara
3. Terapi herbal medik,

Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal
terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan
diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk
mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya
karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi
hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya
tidak  perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam
meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki
keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare,
meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan
neuropati.

F.     Persyaratan Dalam Terapi Komplementer


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki
kompetensi.
2. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin
dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus
– menerus
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and practice in
nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts and
practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health nursing,
Standford, Connecticut: Appleton & Lange
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed.
Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :
Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv
Sagung Seto : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai