Anda di halaman 1dari 20

PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

CATRINE YEMIMA SIAGIAN (20001)


SRIMULIYANTI PURBA (20004)

DOSEN PEMBIMBING :
YUNITA PARIANI SEMBIRING SKM,M.K.M

AKADEMI KEBIDANAN SARI HUSADA MEDAN


T.A 2021/2022

[Type here]
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
kebidanan komunitas ini dengan baik dengan judul “MAKALAH PEMBINAAN
PERAN SERTA MASYARAKAT”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah kebidanan di
Akbid Sari Husada Medan.Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, baik isi dan susunannya oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dalam
penggunaan laporan kasus ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu YUNITA PARIANI SEMBIRING SKM, M.K.M
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi mahasiswi kesehatan lainnya.

Medan, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3. Tujuan penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1. Pengertian peran serta masyarakat.....................................................................3
2.1.1. Dukun bayi......................................................................................................3
2.1.2. Kader kesehatan.............................................................................................4
2.2. Upaya upaya dalam pembinaan peran serta masyarakat..................................5
2.3. Pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat tidak mampu..............................5
2.4. Dana sehat..............................................................................................................6
2.5. Donor darah berjalan...........................................................................................6
2.6. Gerakan sayang Ibu.............................................................................................6
2.7. Sistem Siaga (Suami Siaga, Bidan Siaga, Dan Desa Siaga)................................8
2.7.1. Suami Siaga.....................................................................................................8
2.7.2. Bidan Siaga.....................................................................................................9
2.7.3. Desa Siaga.....................................................................................................10
2.8. Pengembangan Program Pemerintah (Posyandu, Polindes, KB-KIA, Dasa
Wisma, Tabulin, Donor Darah Berjala)...............................................................11
2.8.1. posyandu.......................................................................................................11
2.8.2. Polindes.........................................................................................................12
2.8.3. KB-KIA.........................................................................................................12
2.8.4. Dasa Wisma..................................................................................................13
2.8.5 Tabulin...........................................................................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................................14
3.1 kesimpulan............................................................................................................14
3.2. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi
yang bersifat persuasif dan melalui memerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahun, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat
dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan
sumber daya/potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan
tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan
menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan
kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di
dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah
anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
memanfaatkan Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan
penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta
Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Salah satu bentuk pembinaan peran serta masyarakat, yaitu : pendataan
sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan penggerakan
sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA), pengaturan transportasi setempat yang siap pakai untuk rujukkan
kegawatdaruratan, pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat yang tidak
mampu,pengorganisasian donor darah berjalan dan pelaksanaan pertemuan
rutin GSI dalam program”suami, bidan dan desa siaga”.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pembinaan Peran Serta Masyarakat?
2. Apa Tujuan dari Pembinaan Peran Serta Masyarakat?
3. Bagaimana pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi?

1.3. Tujuan penulisan


1. Mengetahui tentang pengertian Pembinaan Peran Serta Masyarakat
2. Mengetahui tentang Tujuan dari Pembinaan Peran Serta Masyarakat
3. Mengetahui tentang Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian peran serta masyarakat


Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan
yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun
dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat Peran serta masyarakat adalah proses dimana
individu, keluarga, lembaga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan
masyarakat luas pada umumnya :
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya
sendiri, keluarga dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya
peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga
termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang di hadapinya
3. Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam
perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi
dengan semangat gotong royong.
2.1.1. Dukun bayi
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya
adalah seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki
keterampilan menolong persalinan secara tradisional. Keterampilan
tersebut diperoleh secara turun temurun, belajar secara praktis atau cara
lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan serta melalui tenaga
kesehatan. Dukun bayi juga merupakan seseorang yang dianggap terampil
dan dipercaya oleh mayarakat untuk menolong persalinan dan perawatan
ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pembinaan dukun
adalah suatu pelatihan yang diberikan kepada dukun bayi oleh tenaga

3
kesehatan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dukun
yang bersangkutan, terutama dalam hal higiene sanitasi, yaitu mengenai
kebersihan alat–alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta
pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap risiko
tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian.
Pembagian dukun menurut Depkes RI, dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Dukun bayi terlatih adalah dukun bayi yang telah mendapatkan
pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b. Dukun bayi tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah
terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan
belum dinyatakan lulus.
Upaya pembinaan dukun Masyarakat masih menganggap dukun sebagai
tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peranan penting bagi
ibu–ibu di desa. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya agar bidan dapat
melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat di lakukan
bidan di antaranya adalah :
a. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
b. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
c. Memberikan pengetahuan kepada para dukun tentang pentingnya
persalinan yang bersih dan aman.
d. Memberi pengetahuan kepada para dukun tentang komplikasi–
komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
2.1.2. Kader kesehatan
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan
untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat
itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga
memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara
sedarhana. Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a. Perilaku hidup bersih dan sehat

4
b. Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa
c. Upaya penyehatan di lingkungan
d. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e. Permasyarakatan keluarga sadar gizi
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa
yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan
tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan
bersama untuk terlaksanakan acara tersebut.
2.2. Upaya upaya dalam pembinaan peran serta masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi
manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya
menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat. Secara garis
besar langkah mengembangkan peran serta adalah :
a. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya.
c.   Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui
kader yang telah terlatih.

2.3. Pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat tidak mampu


Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan
diperlukan dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat
terdapat kecenderungan,bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan
beban berat kepada pemerintah.oleh karena itu sesuai dengan dasar dasar
pembangunan sistem kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

5
Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan
akan berasal dari:
1)      Masyarakat termasuk swasta
2)      Pemerintah pusat dan daerah
3)      Dana upaya kesehatan

2.4. Dana sehat


Pengkolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja
di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat dan  daya guna
yang akan tercapai,namun hendaknya di pertimbangkan pula segi-segi
kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di arahkan
kepada program atau kegiatan yang di titikberatkan kepada upaya kesehatan
dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan baik
biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun asuransi kesehatan
merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh 
2.5. Donor darah berjalan
Pengorganisasian donor darah adalah sekelompok warga yang siap untuk
menjadi donor darah bagi ibu melahirkan yng membutuhkan darah. Para
warga dikelompokkan berdasarkan golongan darahnya. Dengan pendataan
dan pengelompokkan ini akan memudahkan warga dalam mendapatkan darah
yang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam proses pendonoran, kelompok ini
dibantu atau bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia ( PMI ) terdekat
dengan mekanisme yang disepakati bersama antara PMI dengan masyarakat.

2.6. Gerakan sayang Ibu


Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak
terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan
nifas serta penurunan angka kematian bayi.

6
Kegiatan GSI ini selain bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan
balita, juga memiliki 11 tujuan lainnya yakni meningkatkan pengetahuan,
wawasan, komitmen dan menetapkan kesadaran dan kepedulian terhadap
perempuan.Melalui GSI diharapkan akan dapat menekan angka kematian ibu
dan bayi, beberapa sebab kematian ibu dan bayi yang menonjol disebabkan
oleh : pendarahan, eklamsia (keracunan kehamilan), infeksi, penanganan
abortus yang tidak aman dan partus (Persalinan) yang lama.
Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi juga disebabkan oleh adanya
hal-hal diluar medis seperti kurang adanya kesetaraan gender, nilai budaya di
masyarakat yang merendahkan perempuan. Masalah tersebut mengakibatkan
rendahnya perhatian suami/laki-laki terhadap masalah ibu melahirkan serta
kurangnya kemampuan untuk membuat keputusan bagi kesehatan diri sendiri.
Selanjutnya dikatakan bahwa GSI adalah gerakan percepatan penurunan
angka kematian ibu dan bayi yang dilaksanakan bersama-sama antara
pemerintah dan masyarakat, untuk lebih meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kepedulian dalam upaya interaktif dan sinergis.
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan
dan anak, akan tetapi pada saat ini kesehatan ibu dan anak khususnya bayi
baru lahir, merupakan tugas bersama antara pemerintah, masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, organisasi perempuan dan organisasi profesi.
Disamping itu strategi Pemerintah dalam meningkatkan percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi ini juga dilakukan program advokasi,
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) bagi bidan, LPM, PKK, PLKB,
tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pendataan ibu hamil serta
pengembangan rujukan oleh masyarakat serta peningkatan kualitas kesehatan
kepada masyarakat. Disamping ada siaga ( siap, antar, jaga ) oleh pemerintah
juga telah dikembangkan P 4 K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) yang dimaksudkan untuk menuju persalinan yang
aman dan selamat bagi ibu. Selain itu juga untuk meringankan warga dalam
hal pembayaran, biaya persalinan tersebut dicicil melalui tabungan ibu
bersalin (tabulin).

7
Menurut A.A Taruma, program gerakan sayang ibu juga meliputi
persiapan menghadapi kelahiran. Hal tersebut adalah hal terpenting sebab
terkadang masalah ini cenderung diacuhkan dan baru dilaksanakan menjelang
melahirkan. IB Pasti Asirwada dari Koordinator PLKB Kecamatan Denpasar
Utara mengatakan bahwa, melalui pembinaan ini diharapkan pemerintah
desa/Kelurahan dapat mengambil langkah langkah preventif untuk menekan
angka kematian ibu. Oleh sebab itu program Gerakan Sayang Ibu kali ini,
diharapkan menjadi momentum untuk memperhatikan dan memprioritaskan
peningkatan gizi pada ibu hamil. Harapannya Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsa
dapat terwujud dalam memperhatikan dan memprioritaskan peningkatan
asupan gizi pada ibu hamil dan kesehatannya.

2.7. Sistem Siaga (Suami Siaga, Bidan Siaga, Dan Desa Siaga)
2.7.1. Suami Siaga
 Siap
Suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika
melihat tanda dan bahaya kehamilan.
 Antar
Suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediakan donor
darah jika diperlukan.
 Jaga
Mendampingi istri selama proses dan selesai persalinan. Jadi suami
siaga suami hendaknya adalah suami yang siap menjaga istrinya sedang
hamil, menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan
untuk menggunakannya apabila terjadimasalah kehamilan. Suami siaga
juga memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan,persalinan,
nifas dan mengutamakan keselamatan Istri.Untuk menjadi suami yang
benar-benar siaga, harus dibekali dengan pengetahuan tentang beberapa
hal berikut :
 Upaya menyelamatkan ibu hamil

8
 Tiga terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan,
dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.
 Empat terlalu, yaitu terlalu muda saat hamil, terlalu tua saat
hamil, terlalu banyak anak dan terlalu dekat usia kehamilan..
 Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda
bahaya kehamilan, persalinandan nifas, serta pentingnya
pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan secara tepat
 Transportasi siaga dan pentingnya rujukan. Dengan demikian
perhatian suami dan keluarga bertambah dalam memahami dan
mengambil peran yang lebih aktif serta memberikan kasih
sayang pada istri terutama pada saat sebelum kehamilan, selama
kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan

2.7.2. Bidan Siaga


Bidan siaga adalah seorang bidan yang telah dipercaya dan diberi
kepercayaan yang lebih dari pemerintah atau negara untuk membantu
masyarakat. Dimana, jika masyarakat membutuhkan bantuan dari bidan,
maka bidan siap kapan saja. Bidan siaga diharapkan memberikan
pelayanan yang luar biasa kepada masyarakat. Khusunya dalam hal
pelayanan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas serta dalam upaya
menggerakan masyarakat untuk membentuk sistem transportasi, donor
darah dan tabungan bersalin untuk mengatasi kegawatdaruratan saat
persalinan.
Peran bidan dalam menggerakan masyarakat adalah sebagai promotor
dari pembinaan peran serta masyarakat. Bidan sebagai pelopor harus
mampu menggerakan masyarakat sekaligus ikut berkecimpung dalam
kegiatan yang ada dimasyarakat. Sebagai contoh, bidan ikut sebagai
pendonor dalam program donor darah berjalan, menyediakan layanan
untuk tabungan ibu bersalin, serta berperan aktif dalam program

9
pemerintah. Bidan siaga harus kompeten dan terlatih serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan standar.
Kompetensi-kompetensi bidan dapat dicapai, baik melalui pendidikan
formal maupun nonformal, serta secara terus menerus mengakses
pengetahuan agar selalu up to date. Misalnya mengikuti pelatihan asuhan
persalinan normal (APN), melalui obat-obatan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan dalam kepmenkes. Peran harus mengetahui peran, tugas
tanggung jawab dan kewenangan dalam praktik kebidanan, sehingga dapat
melakukan pelayanan secara optimal serta mengetahui batas-batas
kewenangan.
Bidan siaga juga wajib memiliki pengetahuan dasar seperti : Konsep dan
sasaran kebidanan komunitas Masalah kebidanan komunitas Pendekatan
asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat Strategi
pelayanan kebidanan komunitas Ruang lingkup pelayanan kebidanan
komunitas Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
dalam masyarakat.
Promosi Bidan Siaga merupakan salah satu cara untuk melakukan
promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun
bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan.
Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila dukun
menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat
dilibatkan dalam perawatan Bayi Baru Lahir ( BBL). Apabila cara tersebut
dapat dilakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitahukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga
kesehatan bidan

2.7.3. Desa Siaga


Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan
yang memiliki potensial sumber daya dalam mengatasi masalah kesehatan,
bencana, kegawat daruratan secara mandiri. Siaga singkatan dari siap antar
jaga, Siaga dipakai dalam berbagai fungsi dalam menggalang partisipasi

10
masyarakat seperti suami siaga, desa siaga, bidan siaga, dan sebagainya.
Desa Siaga (Siap Antar Jaga) adalah desa yang memiliki sistem kesiagaan
untuk menanggulangi kegawatdaruratan ibu hamil dan ibu bersalin.
Landasan hukum pelaksanaan desa siaga adalah sebagai berikut: Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, khususnya pada pasal 5,
8, 711 dan 722 serta Bab VII tentang peran serta masyarakat. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/ Menkes/SK/ VII/ 2006
tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan Desa siaga. Desa Siap Antar
Jaga harus memiliki sistem kegotongroyongan yang dikembangkan untuk
mengantar/membina ibu hamil yang akan bersalin, terutama juga ibu
tersebut mengalami komplikasi. Bentuk transportasi dapat berupa:
 Mobil atau sepeda motor milik warga masyarakat
 Ambulan Puskesmas
 Kendaraan umum yang beroperasi di desa.
Transportasi tersebut penggunaannya harus ada kesepakatan tertulis
sebelumnya dari yang memiliki kendaraan. Kendaraan tersebut diberi tanda
khusus agar mudah dikenali oleh petugas kesehatan, polisi dan masyarakat.
Fasilitator desa juga sekaligus sebagai penghubung antara masyarakat
dengan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, Instansi Kesehatan, wartawan
dan lembaga terkait lainnya bila terjadi suatu masalah didesanya. Untuk
menjadi desa Siap Antar Jaga dibutuhkan bidan yang tinggal di desa dan
siap memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) selama 24 jam.
Bidan di desa sebagai tenaga kesehatan terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak dan reproduksi diwilayahnya, harus
dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat
menunjang kegiatan desa Siap Antar Jaga. 
2.8. Pengembangan Program Pemerintah (Posyandu, Polindes, KB-KIA,
Dasa Wisma, Tabulin, Donor Darah Berjala)
2.8.1. posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat

11
oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang
mempunyai nilai strategi untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini. Tujuan Posyandu:
a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan  ibu untuk menurunkan IMR
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan menunjang peningkatan hidup sehat
d. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sehingga tercapai peningkatan cakupan palayanan.
e. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.
2.8.2. Polindes
Polindes merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan  Bagi
Masyarakat) yang didirkan masyarakat oleh masyarakat atas dasar
musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk
memberikan pelayanan KIA – KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai
dengan kemampuan Bidan. Tujuan nya:
a) Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA – KB termasuk
pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.
b) Meningkatkan pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan
c) Meningkatkan kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan bagi ibu dan keluarganya
d) Meningkatkan pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kesenangan
bidan

12
2.8.3. KB-KIA
KB –KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang
anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui. 
Tujuan umum:
Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga kesehatan
sendiri dan anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas dan
posyandu atau tenaga kesehatan lain pada masa hamil dan menyusui serta
adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi yang efektif dan
tepat.
Tujuan khusus :
Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene perorangan pentingnya
menjaga kesehatan, kesehatan ibu untuk kepentingan janin, jalanya proses
persalinan, persiapan menyusui dan KB.
2.8.4. Dasa Wisma
Dasawisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang
bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga.
Bentuk kegiatannya seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, kembangkan
dana sehat (PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan
kotoran ).Dasawisma atau kelompok persepuluh merupakan salah satu
pembinaan wahana peran serta masyarakat dibidang kesehatan secara
swadaya di tingkat keluarga. Salah satu dari anggota keluarga pada
kelompok persepuluh dipilih untuk dijadikan ketua kelompok atau
penghubung/Pembina. Bidan desa dijadikan sebagai Pembina yang bertugas
melakukan pembinaan secara berkala dan menerima rujukan masalah
kesehatan.

13
2.8.5 Tabulin
Tabulin adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu
hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya
pemeriksaankehamilan dan persalinan serta pemeliharaan kesehatan selama
nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehamilan dan
persalinan ke dalam rekening tabulin. Tujuan :
a) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat
tentang tubulin
b) Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam
mengenali masalahpotensi yang ada dan menemukan alternative
pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas
c) Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat
dalam menggerakkan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan
tenaga kesehatan, PNC, serta penghimpunan dana masyarakat untuk
ibu hamil, bersalin, dan ambulan desa.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi
yang bersifat persuasif dan melalui memerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahun, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat
dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan
sumber daya/potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan
tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Khusunya dalam hal pelayanan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas
serta dalam upaya menggerakan masyarakat untuk membentuk sistem
transportasi, donor darah dan tabungan bersalin untuk mengatasi
kegawatdaruratan saat persalinan. Peran bidan dalam menggerakan
masyarakat adalah sebagai promotor dari pembinaan peran serta masyarakat.
Bidan sebagai pelopor harus mampu menggerakan masyarakat sekaligus ikut
berkecimpung dalam kegiatan yang ada dimasyarakat

3.2. Saran
Diharapkan dengan mempelajari makalah ini kita sebagai tenaga kesehatan
akan lebih memahami dan berperan aktif berpartisipasi dalam program
Pembinaan Peran Serta Masyarakat, sehingga tujuan yang di inginkan bisa
teraplikasikan dengan sukses dan dengan adanya program ini diharapkan akan
memperbaiki kuantilas dan kualitas dari mutu kesehatan di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Runjati. 2010. ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS. JAKARTA : EGC


PURWANDASARI,ATIK.2010.ILMUKESEHATANMASYARAKAT.JAKART
A : EGC
http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/peranserta-masyarakat-kader-
kesehatan.html
Examinations, Preventive Measures and Treatments: A Narrative Review Article
National Institute of Health (2020). U.S. National Library of
MedicineMedlinePlus.
Mayo Clinic (2020). Diseases and Conditions. Infant Jaundice. Moores, D.
Healthline (2017).

16

Anda mungkin juga menyukai