Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN MUSYAWARAH MASYARAKAT KELURAHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS PROFESI NERS UMI ANGK. X DI RT 04 RW 03


KEL. MACCINI SOMBALA KEC. TAMALATE
KOTA MAKASSAR

Oleh:
1. Abdullah (14420192194) 7. Minarsi (14420192190)
2. Yanti inawati (14420192195) 8. WD. Yuliana (14420192196)
3. Suci Nur inzani (14420192187) 9. Nurwaddah (1442019219)
4. Kurnia ayu rahasty (14420192191) 10. ST nadira yusuf (14420192198)
5. Israwati pontoh (14420192188) 11. Kartini (14420192199)
6. Andriyaningsih S. Sahido (14420192189)

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS X


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

melimpahkan Nikmat, Rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Laporan Musyawarah masyarakat Kelurahan Keperawatan Komunitas di RT

04 RW 03 Kelurahan maccini sumbala Kec. tamalate, dapat diselesaikan tepat pada waktu

yang telah ditentukan.

Dalam penyelesaian Laporan ini, penyusun menyadari bahwa dalam proses awal

pembuatan laporan hingga akhir terselesaikan laporan tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat maupun rezki dari mulai proses

pengkajian masalah hingga penyusunan laporan

2. Preceptor Institusi Stase Keperawatan Komunitas Bpk Akbar Asfar, S.kep, Ns,

M.kep yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan masukan

dalam menyelesaikan penyusunan laporan akhir ini.

3. preseptor lahan Ibu leny luis, S.kep, Ns yang telah mengarahkan pemikirannya

dan juga membimbing kami dalam proses praktik lapangan di puskesmas maccini

sumbala

4. Bapak RT 04, RW 03 dan seluruh warga yang telah menyempatkan waktunya

untuk pengkajian dan kegiatan kesehatan

5. Teman-teman Profesi Ners angkatan X Universitas Muslim Indonesia yang sama-

sama saling memberi dukungan selama proses belajar di kelurahan maccini

sombala
Penyusun menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan laporan tugas stase

komunitas ini. Besar harapa penyusun akan kritikan dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya Penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi

pembaca sekalian.

Makassar, 23 Desember 2020


Penyusun

kelompok x
DAFTAR ISI
Isi Hal
LEMBAR JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
D. Manfaat................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)....................... 3
B. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas................................................ 8
C. Teori Health Believe Model (HBM)..................................................... 11
D. Konsep Agregat Dewasa....................................................................... 13
E. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas............................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang di tunjukan

pada masyarakat dengan penekanan kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian

derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan pencegahan penyakit,

pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pelayanan keperawatan.

Program praktik lapangan keperawatan komunitas merupakan penerapan konsep,

prinsip dan proses keperawatan komunitas yang diarahkan agar mahasiswa dapat

mengaplikasikan teori keperawatan komunitas dan manajemen keperawatan dalam praktik

lapangan ini, mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan, dengan mewawancarai

dan mmengobservasi di wilayah RT 04, RW 03 kelurahan maccini sombala

Sebagai salah satu stase keperawatan komunitas yang di lakukan di wilayah RT 04,

RW 03 kelurahan maccini sombala dilakukan mulai dari survey musyawarah masyarakat

tingkat RT, melakukan intervensi hingga evaluasi dalam pelaksanaan praktek di RT 04,

RW 03 kelurahan maccini sombala di temukan masalah yang terjadi di tenggah-tengah

masyarakat, Masalah tersebut antara lain kondisi lingkungan di RT 04, RW 04 merupakan

daerah pemukiman padat, namun dapat memungkinkan akan terjadinya penyakit yang

berbasis pada lingkungan, kurangnya pengatahuan masyarakat mengenai Hipertensi dan

penyakit degeneratif

Setelah melalui musyawarah dengan mesyarakat, maka disepakati beberapa hal yang

dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan mengadakan penyuluhan
mengenai penyakit Hipertensi, penyuluhan Covid-19 melakukan pemeriksaan kesehatan

lansia, melakukan kerja bakti

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasien pada Komunitas di RW 04 RT 03 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah meneyelesaikan praktik belajar lapangan keperawatan komunitas mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan proses keperawatan komunitas di RW 04 RT 03 kelurahan maccini
sumbala kecamatan tamalate.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan program praktik lapangan keperawatan komunitas mahasiswa
dapat :
a. Melaksanakan keperawatan komunitas dengan menerapkan asuhan keperawatan
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan komunitas RW 04 RT 03
b. Menerapkan pendidikan kesehatan dan strategi organisasi komunitas dalam
melaksanakan implementasi keperawatan (khususnya dalam penyuluhan tentang
penyakit Hipertensi)
c. Melaksanakan keperawatan komunitas berdasarkan factor risiko personal social
dan lingkungan
D. Manfaat

Terkait dengan tujuan laporan stase komunitas ini diharapkan dapat memberi manfaat.

1. Bagi Mahasiswa Profesi Ners angkatan X Universitas Muslim Indonesia

Hasil laporan stase komunitas ini, diharapkan dapat menjadi masukkan bagi

Mahasiswa Profesi Ners angkatan X Universitas Muslim Indonesia lainnya dalam

asuhan keperawatan komunitas.


2. Bagi Penyusun

Hasil penulisan laporan akhir stase komunitas ini dapat menjadi salah satu

rujukan bagi penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan asuhan keperawatan

komunitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat

diantaranya adalah :

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang

ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan

mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam

rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang

diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan

psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik

dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan

emosional dan intelektual.

3. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam

bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang

bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

4. Sebagai pembela (Client Advocate)


Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.

Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial

yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak

klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,

memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak,

2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien

dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan

dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil

persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus

dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan

banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan

pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

6. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama

dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain

dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan


kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang

lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk

merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan

di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada

klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah

kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan

melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan

mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari

semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak

profesional (Mubarak, 2005).

10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah

atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.

Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang

mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk

berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,


mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan

mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan

dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And

Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada

masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah

kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau

pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran

perawat komunitas.

B. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas

a. Kesehatan Lingkungan

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala

sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara

langsung maupun tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan

maupun kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009).

Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang

harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari

manusia (Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Efendi, 1998).


Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan

Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas

sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri

Kesehatan RI pada Agustus 2008.

Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai

berikut:

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vector

e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi


(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan

ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Penyehatan air dan udara

b. Pengamanan limbah padat atau sampah

c. Pengamanan limbah cair

d. Pengamanan limbah gas

e. Pengamanan radiasi

f. Pengamanan kebisingan

g. Pengamanan vektor penyakit

h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana


b. Perilaku Masyarakat

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan

stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif

(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau

practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok,

yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan

(Wawan, 2010).

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori

(Wawan, 2010), yaitu:

a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar

b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar

C. Teori Health Believe Model (HBM)

1. Definisi Health Belief Model (HBM)

Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama sebagai

sebuah konsep, yakni health, believe, dan modal. Health diartikan sebagai keadaan

sempurna baik fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan

catat World Health Organization (WHO, 2017).

Belief dalam bahasa inggris memiliki arti percaya atau keyakinan. Sehingga

belief yaitu sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan tindakan atau

perilaku tertentu, misalnya seseorang percaya bahwa mandi akan membuat tubuh

bersih dari kotoran. Sedangkan menurut Hayden (2017) mengatakan bahwasanya


keyakinan sangat erat kaitannya dengan budaya yang dianut dimana seseorang

mempresepsikan tentang sesuatu benar meskipun tidak benar dari suatu kebenaran.

Sehingga dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belief merupakan

suatu keyakinan terhadap sesuatu baik benar atau salah yang dipengaruhi oleh budaya

sehingga dari keyakinan tersebut akan menimbulkan suatu tidakan atau perilaku dari

seseorang.

Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk

yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam yang ada (Mahmud, 2008).

Sedangkan pengertian model yang mengacu pada Health Belief Model ini adalah

suatu representasi dari suatu ide dalam suatu kondisi yang dirasakan oleh seseorang.

Sejauh ini Health Belief Model adalah teori yang paling umum digunakan dalam

pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz & Lewis, 2010; National Cancer

Institute /NCI, 2010). Health Belief Model ini juga menjadi salah satu dari teori

perilaku kesehatan (Maulana, 2010). Dimana teori kesehatan perilaku adalah

kombinasi antara pengetahuan, pendapat, dan tindakan yang dilakukan oleh individu

atau kelompok yang mengacu pada kesehatan mereka (Kennedy, 2011).

Hubungan antara keyakinan terhadap kesehatan dan perilaku sangat berkaitan

erat terhadap kepercayaan dan perilaku dimana yang diyakini seseorang dalam

mengambil tindakan positif atau negatif Lewin(1951 dalam Charles Abraham dan

Paskah Sheeran 2015). Teori Health belief model merupakan suatu konsep yang

mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau berperilaku sehat

(Becker, 1984).
Health belief model merupakan model kognitif, yang digunakan untuk

meramalkan perilaku dari seseorang dalam upaya meningkatan kesehatan (Putri,

2016). Menurut teori Health belief model, kemungkinan seseorang melakukan

tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil tiga keyakinan atau

penilaian kesehatan (helath beliefs), antara lain sebagai berikut (Maulana, 2010)

a. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness)

Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir bahwa penyakit atau

kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika

ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan meningkat

(Maulana, 2010).

b. Keuntungan dan kerugian (benefit and costs)

Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan

melakukan tindakan pencegahan atau tidak (Maulana, 2010).

c. Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku, yang

disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position). Hal ini

berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan,

misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota

keluarga yang lain atau teman. (Maulana, 2010).

2. Komponen Dasar Health Belief Model

Komponen dasar HBM, dibagi menjadi 6 teori, dimana empat presepsi berikut

berfungsi sebagai konstruksi utama model HBM ini, yakni: (1) perceived seriousness,

(2) perceived susceptibility, (3) perceived benefits, dan (4) perceived barriers. Masing-

masing presepsi ini, baik secara individu maupun berkombinasi, dapat digunakan
untuk menjelaskan perilaku kesehatan. Baru-baru ini komponen lain telah

ditambahkan ke HBM, yakni: (1) cues to action, (Notoatmodjo, 2012).

a. Perceived seriousness/severity

Perceived seriousness disebut juga sebagai keparahan/keseriusan yang

dirasakan. Keparahan / keseriusan yang dirasakan bermaksud sebagai presepsi

seseorang terhadap tingkat keparahan penyakit yang diderita individu (Anies,

2016). Sehingga perceived seriousness juga memiliki hubungan dengan perilaku

sehat, jika presepsi keparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat

(Conner, dkk, 2013).

Perceived seriousness ini juga mengacu pada tingkat keparahan kondisi

(konsekuensi medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, atau kematian) dan

dampaknya terhadap gaya hidup (konsekuensi social yang meliputi kemampuan

kerja, hubungan social, dan lain-lain). Contohnya individu percaya bahwa merokok

dapat menyebabkan kanker (Subagiyo, 2014).

b. Perceived susceptibility

Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan yang dirasakan atau

sebagai presepsi subyektif seseorang tentang risiko terkena penyakit (Anies, 2016).

Perceived susceptibility ini juga mengacu pada keyakinan tentang kemungkinan

mendapatkan suatu penyakit, misalnya, seorang wanita pasti percaya ada

kemungkinan mendapatkan penyakit kanker payudara sebelum dia mendapatkan

mammogram (Hayden, 2017).

c. Perceived benefits
Perceived benefits disebut juga sebagai manfaat yang dirasakan. Ini mengacu

pada persepsi seseorang tentang efektivitas berbagai tindakan yang tersedia untuk

mengurangi ancaman penyakit atau penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit)

(Lamorte, 2016). Jalannya tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah

(atau menyembuhkan) penyakit atau penyakit bergantung pada pertimbangan dan

evaluasi dari yang dirasakan dan manfaat yang dirasakan, sehingga orang tersebut

akan menerima tindakan kesehatan yang disarankan jika dianggap bermanfaat.

Ketika seseorang yakin bahwa ia rentan terhadap sesuatu penyakit dan juga

sudah mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak akan begitu saja menerima

tindakan kesehatan yang dianjurkan kepadanya, kecuali bila ia yakin bahwa

tindakan tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup

melakukannya (Anies, 2016).

Contohnya individu yang sadar akan keuntungan deteksi dinipenyakit akan

terus melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah

kalau terdapat seseorang tidak merokok, maka dia tidak akan terkena kanker

(Subagiyo, 2014).

d. Perceived barriers

Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang dirasakan. Ini mengacu

pada perasaan seseorang terhadap hambatan untuk melakukan tindakan kesehatan

yang disarankan (Lamorte, 2016). Ada variasi yang luas dalam perasaan

penghalang, atau hambatan, yang menghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang

tersebut mempertimbangkan keefektifan tindakan terhadap persepsi bahwa hal itu


mungkin mahal, berbahaya (misalnya, efek samping), tidak menyenangkan

(misalnya menyakitkan), menyita waktu, atau merepotkan (Glanz, 2010).

e. Cues to action

Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang merasa

butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan

perilaku sehat. Cues to action juga berarti dukungan atau dorongan dari lingkungan

terhadap individu yang melakukan perilaku sehat disebut juga sebagai strategi

untuk mengaktifkan kesiapan. Inilah rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu

proses pengambilan keputusan untuk menerima tindakan kesehatan yang

direkomendasikan (Lamorte, 2016).


D. Konsep Agregat Dewasa

Pada usia dewasa terjadi perubahan fisik yang berlangsung dimana proses tersebut

adalah proses penuaan (aging) . Perubahan perubahan fisik yang terjadi ditandai

dengan kulit yang mulai keriput, kelenjar keringat berkurang sehingga kulit terasa kering,

bruban, penglihatan dan pendengaran menurun, penurunan kekuatan otot, dan

penurunan fungsi organ seperti kardiovaskular, gastrointestinal, reproduksi, endokrin, dan

lainnya (Stalsbroten dan Torrence, 2010).

E. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling

berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang

sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang

sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana

mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health)

dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif

dan rehabilitatif yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan

fungsi kehidupan manusia secara optimal (Mubarak, 2010).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang

berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip,

yaitu:

1. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang

besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat

dan kerugian (Mubarak, 2005).


2. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan

serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).

3. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien

dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan

utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

4. Keadilan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari

komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan

kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

5. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan

beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada

(Mubarak, 2005).

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek

keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi

individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

1. Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek

biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,

pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,


psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan

pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).


2. Keluarga sebagai klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus

menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara

bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat

dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman

dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).

3. Masyarakat sebagai klien

Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi,

2007).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan

kesehatan masyarakat adalah :

1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,

tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).

2. Proses kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat

sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,

keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya

peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat


menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan

sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan

kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan

pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community

development) (Elisabeth, 2007).

3. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,

berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan

manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan

inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan

kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat

digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal

ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan

keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan

kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).

4. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses

pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif

kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru,

dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok

khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau

perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :


1. Individu

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek

biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,

pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social,

psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan

pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus

menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara

bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat

dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman

dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

3. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis

kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap

masalah kesehatan.

4. Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat

sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok

beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan

keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

Anda mungkin juga menyukai