Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI NON-FARMAKOLOGI

TERAPI BENSON PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG


RAWAT BEDAH RSUD SITI FATIMAH PALEMBANG

Oleh :

Mahasiswa Profesi Ners UKMC Angkatan 2022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI
CHARITAS PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun serta menyelesaikan proposal ini
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Non-Farmakologi Terapi Benson Pada
Pasien Post Operasi Di Ruang Rawat Bedah Rsud Siti Fatimah Palembang ” ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah PPKB tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapakan kepada para preceptor pendidikan dan klinik yang telah
membimbing dan memberikan masukan kepada kami dalam menyelesaikan proposal ini.
Kami berharap proposal ini bisa membantu dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari dalam proposal ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan memotivasi untuk membuat
proposal yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Palembang, November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Manfaat Penulisan 2
D. Ruang Lingkup 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Terapi Benson 3
1. Definisi 3
2. Tujuan 3
3. Manfaat 3
4. Mekanisme Kerja 4
5. Waktu Pemberian 4
6. Prosedur Tindakan 4
B. Terapi Genggam Jari 5
1. Definisi 5
2. Mekanisme Kerja 5
3. Manfaat 6
4. Tujuan 6
5. Prosedur Pelaksanaan 6
C. Terapi Musik 7
1. Definisi 7
2. Manfaat 8
3. Prosedur 8
ii
4. Hal yang Perlu Diperhatikan 8
D. Konsep Nyeri 9
1. Pengertian Nyeri 9
2. Etiologi Nyeri 9
3. Klasifikasi Nyeri 10
4. Penatalaksanaan Nyeri 12
5. Nyeri Pasca Operasi 13
BAB III : METODE PENELITIAN 14
A. Metode Penelitian 14
B. Waktu dan Tempat 15
DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Asosiasi internasional yang khusus mempelajari tentang nyeri (The
Internasional Association for the Study of Pain/IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif dan berhubungan
dengan pancaindera, serta merupakan suatu pengalaman emosional yang
dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik actual maupun potensial, atau
digambarkan sebagai kerusakan/cidera (Patricia and Anne, 2009, p. 214).
Nyeri yang terjadi pada seseorang atau lansia akan memiliki dampak fisiologis
seperti peningkatan respirasi rate, vasokostriksi perifer, peningkatan gula darah,
peningkatan kekuatan otot, penurunan motilitas GI, dilatasi pupil, muka pucat,
nafas cepat, pernyataan verbal (menangis, mendengkur, meringis, menggigit
bibir, gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan tangan,
menurunnya kontak /interaksi social (focus dengan nyeri, menghindari
percakapan) (Siti, 2017, p. 180).
Nyeri dapat diatasi dengan cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Tipe
farmakologi untuk meringankan nyeri biasanya mengunakan analgesic yang
dibagi menjadi dua yaitu analgesik non narkotik dan analgesik narkotik.
Sedangkan pada tipe non farmakologi untuk mengurangi nyeri yang sering
digunakan antara lain yaitu dengan meditasi, relaksasi nafas dalam, hipnosis,
terapi musik, dan penggunaan aromaterapi (Pambudi and Supriyanti 2017, p. 03).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan penulisan laporan ini, presepti
mampu memnerapkan terapi non–farmakologi (Terapi Benson,
Genggam Jari &
1
2

Terapi Musik) pada pasien dengan post operasi di ruang rawat bedah RSUD
Siti Fatimah Palembang.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien nyeri yang dilakukan dengan cara
non farmakologi terhadap penurunan nyeri.
b. Melakukan diagnose keperawatan pada pasien nyeri dengan cara non
farmakogi terhadap penurunan nyeri.
c. Melakukan rencana keperawatan pada pasien nyeri dengan cara non
farmakologi terhadap penurunan nyeri.
d. Melakukan tindakan pada pasien nyeri dengan cara non farmakologi
terhadap penurunan nyeri.
e. Melakukan evaluasi pada pasien nyeri dengan cara non farmakologi
terhadap penurunan nyeri.

C. Manfaat Penulisan
a. Bagi pelayanan keperawatan
b. Bagi pendidikan keperawatan
Penulisan ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dengan
memperbanyak membaca referensi tentang asuhan keperawatan nyeri yang
dilakukan dengan cara non farmakologi terhadap penururnan nyeri.
c. Bagi penelitian keperawatan
Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti keperawatan sebagai
sumber informasi untuk menambah wawasan da pengetahuan mengenai
asuhan keperawatan nyeri yang dilakukan dengan cara non farmakologi
terhadap penururnan nyeri.

D. Ruang Lingkup
Penulisan proposal ini berada dalam lingkup keperawatan bedah, khususnya
pada ruangan ruang rawat bedah RSUD Siti Fatimah Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Benson
1. Definisi
Teknik relaksasi benson adalah suatu teknik respon relaksasi yang
dikenalkan oleh Benson. Teknik relaksasi benson merupakan teknik non
farmakologi yang berfokus pada spiritual seseorang yang digunakan untuk
menghilangkan atau mengurangi nyeri, menurunkan tingkat insomnia dan
mengurangi rasa cemas atau stress (Taslim and Redina Cahyani, 2021, p. 73).
Teknik relaksasi benson adalah prosedur sederhana yang
dikembangkan oleh Benson yang dimana prosedur ini member pengaruh
relaksasi ke orang yang mengalami ketegangan atau mengalami kecemasan
ringan hingga sedang (Sinthania et al., 2022, p. 181).
Teknik relaksasi benson merupakan upaya untuk memusatkan
perhatian pada suatu focus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual
dan menghilangkan berbagai pikiran yang menggangu (Puspita Haryanti,
2021, p. 5).
2. Tujuan
Tujuannya yaitu untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah aktelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk,
mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional yang menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan dan menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik.
3. Manfaat
Menurut Taslim and Redina Cahyani (2021, p. 74) terdapat beberapa
manfaat dari teknik relaksasi benson antara lain:
a. Menurunkan rasa nyeri

3
4

b. Menurunkan kadar gula darah


c. Menurunkan tekanan darah
d. Membuat gangguan kualitas tidur yang sebelumnya kategori berat
menjadi kategori ringan
e. Menurunkan stress
4. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja teknik relaksasi benson dengan cara menghambat
system saraf simpatis dan menstimulus peningkatan system saraf parasipatis
yang dapat menghambat impuls nyeri sehingga intensitas nyeri dapat
menurun. Teknik ini dapat mencukupi kadar oksigen dalam otak sehingga
tubuh dalam keadaan rileks. Perasaan rileks tersebut diteruskan ke
hipotalamus untuk menghasilkan conticothropin relaxing faktor (CRF) untuk
mengontrol respon tubuh terhadap stress fisik dan emosional. CRF
menstimulus kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi pro opiod
melano corthin (POMC) sehingga terjadi peningkatan produksi enkephaline
yang dapat menurunkan nyeri. Kondisi ini membantu untuk menggalihkan
focus pasien terhadap nyeri yang dialami (Benson et al., 2022, p. 313).
5. Waktu Pemberian
Teknik relaksasi benson dapat dilakukan selama 5-10 menit yang
dilakukan 1x dalam sehari selama 1 minggu (Taslim and Redina Cahyani,
2021, p. 74).
6. Prosedur Tindakan
Menurut Cahyati et al (2021, p. 32) prosedur relaksasi benson adalah
sebagai berikut :
a. Usahakan situasi ruangan atau lingkungan tenang, atur posisi nyaman
b. Pilih satu kata atau ungkapan singkat yang mencerminkan keyakinan.
Sebaiknya pilih kata atau ungkapan yang memiliki arti khusus
c. Pejamkan mata, hindari menutup mata terlalu kuat
5

d. Bernafas lambat dan wajah sambil melemaskan otot mulai dari kaki,
betis, paha, perut, danpinggang. Kemudian disusul melemaskan kepala
e. Atur nafas kemudian mulailah menggunakan fokus yang berakar pada
keyakinan. Tarik nafas dari hidung, pusatkan kesadaran pada
pengembangan perut, lalu keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan
sambil mengucapkan ungkapan yang sudah dipilih
f. Pertahankan sifat pasif (abaikan pikiran-pikiran yang mengganggu)

B. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius,
protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius, epikritik) misalnya:
sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan.
Definisi tersebut menjelaskan konsep bahwa nyeri adalah hasil kerusakan
struktural, bukan saja tanggapan sensorik dari suatu proses nosisepsi, tetapi
juga merupakan tanggapan emosional (psikologik) yang didasari atas
pengalaman termasuk pengalaman nyeri sebelumnya. Persepsi nyeri menjadi
sangat subjektif tergantung kondisi emosi dan pengalaman emosional
sebelumnya. Toleransi terhadap nyeri meningkat bersama pengertian,
simpati, persaudaraan, pengetahuan, pemberian analgesik, anisolitik,
antidepresan dan pengurang gejala.Sedangkan toleransi nyeri menurun pada
keadaaan marah, cemas, bosan, kelelahan, depresi, penolakan sosial, isolasi
mental dan keadaan yang tidak menyenangkan.
Nyeri pada dasarnya adalah reaksi fisiologis karena merupakan reaksi
perlindungan untuk menghindari stimulus yang membahayakan tubuh. Tetapi
bila nyeri tetap berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada,
berarti telah terjadi perubahan patofisiologis yang justru merugikan tubuh dan
membutuhkan terapi.
2. Etiologi Nyeri
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) penyebab nyeri akut adalah:
6
a) Agen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
7

3. Klasifikasi Nyeri
Nyeri terbagi menjadi dua bagian, yaitu (1) Nyeri akut dan (2) Nyeri
kronis.Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori,
persepsi, dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa
detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan.Nyeri akut
biasanya mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cedera spesifik.Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus
menerus yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.Nyeri kronis dapat
tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk
diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan
yang diarahkan pada penyebabnya.
Pengetahuan tentang nyeri sangat penting untuk menyusun program
penghilangan nyeri pasca pembedahan. Derajat nyeri dapat diukur dengan
macam-macam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal dasar/ Verbal
Rating Scales (VRS), dan yang umum adalahskala analog visual/ Visual
Analogue Scales (V).
a. Wong-Baker Faces

Wong-baker faces mengembangkan skala wajah untuk menjelaskan


lokasi nyeri. Skala ini dapat digunakan untuk anak-anak, pasien yang
mengalami gangguan kognitif ringan hingga sedang dan juga dapat
digunakan pada penderita dengan gangguan bisu bahasa (Nuraisyah, 2017).
8

b. Verbal Rating Scale

Skala verbal ini menggunakan kalimat yang selalu dipakai seperti nyeri
ringan, sedang dan berat untuk mengukur intesitas nyeri yang dialami
(Nuraisyah, 2017).

c. Numeric pain rating scale

Skala numerik sering digunakan untuk menilai derajat nyeri. Penderita


akan menilai nyeri dengan menggunakan skala ini dari 0-10. Skala numerik
paling efektif dan mudah untuk digunakan saat mengkaji intenitas nyeri
sebelum dan sesudah pengobatan.Keterangan skala numerik 0 tidak nyeri, 1-3
nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang.Pasien mendesis, menyeringai, dapat
mendeskripsikan, mengikut perintah dengan baik dan menunjukkan lokasi
nyeri.Skala 7-9 nyeri berat, skala 10 nyeri sangat berat (Nuraisyah, 2017).
9

4. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Wahyuni (2013), penatalaksanaan nyeri farmakologis dan non
farmakologis antara lain :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yaitu anastesi lokal, bekerja dengan memblok
konduksi syaraf saat di berikan langsung ke serabut saraf.Dapat menurunkan
nyeri dengan pruduksi prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma
atau inflamasi, yang menghambat resptor nyeri untuk menjadi sensitif
terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya.
b. Tindakan nonfarmakologis
Tindakan nonfarmakologis dapat digunakan untuk pelengkap dalam
pemberian analgesik meliputi :
1) Massase

Tindakan kenyamanan yang dapat membantu relaksasi, menurunkan


ketegangan otot, dan dapat menurunkan ansietas.
2) Terapi panas

Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah suatu


area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan.
3) Teknik relaksasi

Relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekasikan ketegangan


otot, dilakukan dengan berirama, memejamkan matanya dan bernafas
dengan perlahan dan nyaman.
4) Distraksi

Tindakan dengan memfokuskan perhatian pada suatu selain pada nyeri


misalnya menonton film dan bermain.
5) Terapi music

Terapi musik dapat mengurangi nyeri dan kecemasan.


1

5. Nyeri Pasca Operasi


Nyeri operasi merupakan keadaan yang sudah terduga sebelumnya akibat
trauma dan proses inflamasi, terutama bersifat nosiseptif, pada waktu istirahat
dan seringkali bertambah pada waktu bergerak. Nyeri operasi memicu respon
stres, yaitu respon neuro endokrin yang berpengaruh pada mortalitas dan
berbagai morbiditas komplikasi pasca oprasi.Nyeri operasi bersifat dapat sembuh
dengan sendirinya (tak lebih dari 7 hari) dan nyeri hebat memicu kejadian nyeri
kronik di kemudian hari.
Mediator radang prostaglandin dan histamin pada keadaan inflamasi
berperan merangsang reseptor nosiseptif, yang kemudian mempengaruhi
eksabilitas sistem saraf pusat untuk mengekspresikan rasa sakit berlebihan pada
pasien.Inflamasi juga mengakibatkan kondisi keasaman (pH) meningkat di
jaringan sekitar. Hal ini dapat mengganggu kemampuan obat anestetikum
menembus membran syaraf sasaran.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Desain penelitian menggunakan studi kasus dengan pendekatan proses asuhan
keperawatan dengan sasaran individu dengan penerapan relaksasi benson,
genggam jari dan terapi musik untuk mengurangi nyeri post operasi selama 3 hari
dalam waktu 10 menit dengan frekuensi pemberian 2 kali dalam sehari.
Pasien pada studi kasus ini adalah penderita nyeri post operasi yang berada di
ruang rawat bedah RSUD Siti Fatimah Palembang berjumlah 30 orang, sebelum
dilakukan terapi pasien terlebih dahulu diwawancarai terkait nyeri yang dirasakan
selanjutnya peneliti menerapkan terapi selama 3 hari dalam waktu 10 menit
dengan frekuensi 2 kali perhari. Melakukan pendataan hasil dari implementasi
menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS). Kriteria pemilihan
sampel terdiri dari kriteria inklusi:

1. Pasien post operasi yang sedang rawat inap di ruang rawat bedah RSUD Siti
Fatimah Palembang.
2. Pasien yang telah melewati post operasi hari kedua (1 x 24 jam setelah
operasi)
3. Pasien yang mengalami nyeri post operasi dengan kriteria nyeri ringan dan
nyeri sedang.
4. Pasien yang tidak mengalami gangguan pendengaran, gangguan motorik dan
gangguan kognitif.
Kriteria eksklusi :
1. Pasien dengan gangguan jiwa dan gangguan pendengaran,
2. Pasien yang mengalami amputasi tangan/jari.
3. Pasien yang masih dalam pengaruh anastesi.

14
15

B. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di ruang rawat bedah RSUD Siti Fatimah Palembang,
waktu penelitian akan dilakukan pada minggu ke 2-3 selama periode stase PPKB
pada bulan akhir November s.d awal Desember 2022.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan grafik di atas diketahui dari 17 responden yang


menjadi subjek penelitian, rata-rata responden berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 9 responden (52,9%) dan 8 responden (47,1%)
berjenis kelamin perempuan.

2. Berdasarkan Jenis Anestesi

Berdasarkan grafik di atas diketahui dari 17 responden yang


menjadi subjek penelitian , rata-rata responden mendapatkan
jenis anastesi general/umum sebanyak 11 responden (64,7%),
anastesi spinal sebanyak 4 responden (29,4%) dan anastesi lokal
sebanyak 1 responden (5,9%).
3. Berdasarkan Usia

presentase
6%
pra dewsa (17-22)
dewasa awal (23-45)
18%
12% dewasa tengah (46-
65)
dewasa akhir >65

65%

Berdasarkan grafik di atas dari 17 responden, rata-rata


responden berusia dewasa tengah sebanyak 11 responden (65%),
dewasa akhir sebanyak 3 responden (17%), dewasa awal sebanyak 2
responden (12%) dan pra-dewasa sebanyak 1 responden (6%).

4. Intervensi hari ke 1

a. Pre Intervensi
Quality Skala
Provokasi (penyebab (kualitas Regional (skala Timing (waktu
nyeri bertambah) nyeri) (area nyeri) nyeri) nyeri
Nyeri
Seperti Kuadran sedang
Tindakan operasi ditusuk kanan atas (4-6) Banyak gerak
Nyeri
sedang
Bergerak Ditusuk-tusuk Kaki kiri (4-6) Terus menerus
Nyeri
Nyeri perut saat Nyeri ditusuk sedang Nyeri hilang
bergerak tusuk Abdomen (4-6) timbul
Nyeri
Seperti Perut kanan sedang
Jika beraktivitas tekanan bawah (4-6) Sepanjang hari
Nyeri
Nyeri Tidak berat (7-
Bergerak berdenyut menyebar 10) Hilang timbul
Nyeri Saat bergerak
Seperti Abdomen sedang dan
Nyeri luka post ops ditusuk-tusuk bawah (4-6) beraktivitas
Tulang Nyeri
Seperti punggung sedang
Saat bergerak ditusuk-tusuk bawah (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Seperti sedang
Post op kll ditusuk tusuk Kepala (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri seperti berat (7-
Post kll tersyat sayat Lutut kanan 10) Sepnjang hari
Seperti Nyeri
berdenyut Pinggang sedang
Nyeri pinggang kanan denyut kanan (4-6) Hilang timbul
Ada benjolan pada Nyeri
daerah abdomen kanan Abdomen sedang
bawah Senut senut kanan bawah (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka post op Berdenyut- sedang
debridement denyut Femur Dextra (4-6) Hilang Timbul
Nyeri
Nyeri ditusuk sedang
Bila bergerak tusuk Lipatan paha (4-6) Hilang timbul
Nyeri
di remas- jempol sedang
Luka gangrene remas tangan kiri (4-6) hilang-timbul
Nyeri
sedang 15 detik hilang
Mobilisasi Diremas Pinggul (4-6) timbul
Nyeri
sedang
Luka post operasi Ditusuk tusuk Hidung (4-6) Terus Menerus
Nyeri
seperti di sedang
Luka post op tusuk tusuk Perut (4-6) 15-30 detik
Berdasarkan tabel diatas, dari 17 responden pre interaksi hari
ke-1 terdapat 7 responden yang penyebab nyeri merupakan luka post
operasi, 7 responden yang penyebab nyeri timbul saat bergerak, dan 3
responden yang mengalami nyeri luka gangren, nyeri pinggang dan
terdapat benjolan pada abdomen. Kemudian didapat hasil 15 responden
mengalami nyeri sedang dan 2 responden mengalami nyeri berat.
b. Post Intervensi
Provokoasi Regional
(post Quality (post (post Skala (post Timing (post
intervensi intervensi) intervensi) intervensi) intervensi)
Nyeri
Seperti Kuadran sedang (4-
Pembedahan ditusuk kanan atas 6) Banyak gerak
Nyeri
sedang (4-
Bergerak Ditusuk tusuk Kaki kiri 6) Terus menerus
Nyeri
Nyeri ditusuk sedang (4- Nyeri hilang
Nyeri perut tusuk Abdomen 6) timbul
Nyeri
Nyeri perut Seperti Perut kanan ringan (1-
kanan bawah tekanan bawah 3) 12
Nyeri
Tidak sedang (4-
Bergerak Berdenyut menyebar 6) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka post Seperti di Abdomen ringan (1-
oper sayat sayat bawah 3) Hilang timbul
Sesekali Tulang Nyeri
Saat bergerak seperti punggung sedang (4-
setelah operasi ditusuk-tusuk bawah 6) Hilang timbul
Nyeri
ringan (1-
Post op kll Di tusuk tusuk Kepala 3) Hilang timbul
Nyeri Setiap melalukan
Nyeri tersayat sedang (4- pergerakan d kaki
Post orif syat Lutut kanan 6) kanan
Nyeri
Nyeri luka post Seperti Pinggang sedang (4-
op tertusuk-tusuk kanan 6) Hilang timbul
Nyeri
Abdomen sedang (4-
Luka operasi Di sayat sayat kanan bawah 6) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka post sedang (4-
op Berdenyut Femur Dextra 6) Hilang Timbul
Nyeri
Nyeri bila Nyeri bekas sedang (4-
bergerak sayatan Lipatan paha 6) Hilang timbul
Nyeri
jempol ringan (1-
luka gangrene di remas-remas tangan kiri 3) hilang-timbul
Nyeri
Luka post ringan (1-
oprasi Diremas Menyebar 3) Hilang timbul
Nyeri
Luka post sedang (4-
oprasi Ditusuk tusuk Hidung 6) Terus menerus
Nyeri
Terapi nyeri seperti sedang (4-
relaksasi di tekan abdomen 6) 30 detik
Berdasarkan tabel di atas, dari 17 responden post intervensi hari
ke-1 didapatkan 12 responden mengalami nyeri sedang dan 5 responden
mengalami nyeri ringan.
5. Intervensi hari ke 2

a. Pre Intervensi
Provokasi Quality Regional Skala Timing (waktu nyeri)
(penyebab (kualitas
nyeri) nyeri) (area nyeri) nyeri
Nyeri
Seperti Kuadran sedang
Pembedahan ditusuk kanan atas (4-6) Banyak gerak
Nyeri
Menggerakkan sedang
kaki Ditusuk" Kaki kiri (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri post Nyeri ditusuk sedang
laparascopy tusuk Abdomen (4-6) Nyeri hilang timbul
Nyeri
Seperti Perut kanan sedang
Nyeri luka op tersayat2 bawah (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Bergerak .luka Tidak sedang
operasi Berdenyut menyebar (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka post Abdomen ringan
operasi D tusuk tusuk bawah (1-3) Hilang timbul
Sesekali Tulang Nyeri
Nyeri saat seperti punggung sedang
bergerak ditusuk-tusuk bawah (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Seperti di sedang
Post op kll tusuk tusuk Kepala (4-6) Hilang timbul
Nyeri Setiap beraktivitas
Nyeri seperti sedang menggunakan kaki
Post orif tersyat sayat Lutut kanan (4-6) kanan
Nyeri
Nyeri luka post Seperti Pinggang sedang
op tertusuk-tusuk kanan (4-6) Hilang timbul
Nyeri
Luka post Abdomen ringan
operasi Di sayat sayat kanan bawah (1-3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri Luka post sedang
op Berdenyut Femur Dx (4-6) Hilang timbu
Nyeri
Nyeri saat Nyeri bekas ringan
bergerak sayatan Lipatan paha (1-3) Hilang timbul
jempol Nyeri
tangan sedang
Luka Gangren di remas-remas sebelah kiri (4-6) hilang-timbul
Nyeri
ringan
Luka post op Diremas Pinggul (1-3) Hilang timbul
Nyeri
Luka post sedang
operasi Tertusuk Hidung (4-6) Terus menerus
Nyeri
Nyeri seperti sedang
Nyeri post op di tekan Abdomen (4-6) 15-25detik
Berdasarkan tabel di atas, dari 17 responden pre intervensi hari
ke-2 didapatkan 13 responden mengalami nyeri sedang dan 4 responden
mengalami nyeri ringan.
b. Post Intervensi
Provoke (post Quality (post Regional (post Skala (post Timing (post
intervensi) intervensi) intervensi) intervensi) intervensi)
Seperti Kuadran kanan Nyeri ringan
Pembedahan ditusuk atas (1-3) Banyak gerak
Nyeri sedang Hilang
Menggerakkan kaki Ditusuk tusuk Kaki kiri (4-6) timbul
Luka post Nyeri ditusuk Nyeri sedang Nyeri hilang
laparascopy tusuk abdomen (4-6) timbul
Perut kanan Nyeri ringan
Nyeri post op Tersayat2 bawah (1-3) 19
Nyeri ringan Hilang
Luka operasi Berdenyut Tidak menyebar (1-3) timbul
Nyeri luka post Nyeri ringan Hilang
ops Di tusuk tusuk Abdomen bawah (1-3) timbul
Nyeri luka Sesekali
operasi saat seperti Tulang punggung Nyeri ringan Hilang
bergerak ditusuk-tusuk bagian bawah (1-3) timbul
Nyeri ringan Hilang
Post op kll Di tusuk tusuk Kepala (1-3) timbul
Nyeri sedang Saat
Post orif Terus menerus Kanan (4-6) beraktivitas
Seperti
Nyeri puka post berdenyut Nyeri ringan Hilang
op denyut Pinggang kanan (1-3) timbul
Abdomen kanan Nyeri ringan Hilang
Luka post operasi Disayat sayat bawah (1-3) timbul
Nyeri luka post Nyeri ringan Hilang
op Berdenyut Femur Dx (1-3) Timbul
Nyeri luka Nyeri bekas Nyeri ringan Hilang
operasi syatan Lipatan paha (1-3) timbul
jempol tangan Nyeri sedang hilang-
luka gangrene diremas-remas sebelah kiri (4-6) timbul
Nyeri ringan Hilang
Luka post op Diremas Pinggul (1-3) timbul
Nyeri sedang Hilang
Luka post operasi Tertusuk tusuk Hidung (4-6) timbul
Seperti di Nyeri sedang
Terapi benson tekan abdomen (4-6) 15-25detik
Berdasarkan tabel di atas, dari 17 responden post intervensi hari
ke-2 didapatkan 6 responden mengalami nyeri sedang dan 11 responden
mengalami nyeri ringan.
6. Intervensi hari ke 3

a. Pre Intervensi
Provoke Quality Region Skala Timing
Nyeri
Kuadran kanan ringan (1-
Pembedahan Seperti ditusuk atas 3) Hilang timbul
Nyeri
Menggerakkan ringan (1-
kaki Tusuk tusuk Kaki kiri 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri post Nyeri ditusuk ringan (1- Nyeri hilang
laparascopy tusuk Abdomen 3) timbul
Nyeri
Perut kanan ringan (1-
Nyeri post op Seperti tersayat2 bawah 3) Hilang timbul
Nyeri
ringan (1-
Luka operasi Berdenyut Tidak menyebar 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka post ringan (1-
ops D tusuk tusuk Abdomen bawah 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri saat Sesekali seperti Tulang punggung ringan (1-
bergerak ditusuk-tusuk bawah 3) Hilang timbul
Nyeri
ringan (1-
Post op kll Di tekan Kepala 3) Hilang timbul
Nyeri
ringan (1- Nyeri saat
Post otof Tersyat sayat Lutut kanab 3) beraktivitas
Nyeri
Nyeri luka post Seperti berdenyut ringan (1-
op - denyut Pinggang kanan 3) Hilang timbul
Nyeri
Abdomen kanan ringan (1-
Luka post ops Tusuk tusuk bawah 3) Hiang timbul
Nyeri
Nyeri luka post ringan (1-
op Berdenyut Femur Dx 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka Nyeri bekas ringan (1-
operasi syatan Lipatan paha 3) Hilang timbul
Nyeri
jempol tangan ringan (1-
luka gangren diremas-remas bagian kiri 3) hilang-timbul
Nyeri
Luka post ringan (1-
oprasi Diremas Pinggul 3) Hilang timbul
Nyeri
Luka post ringan (1-
operasi Ditusuk Hidung 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri seperti di ringan (1-
post op tekan abdomen 3) 20 detik
Berdasarkan tabel di atas, dari 17 responden pre intervensi hari
ke-3 didapatkan 17 responden mengalami nyeri ringan.
b. Post Intervensi
Provoke post Quality post Region post Skala post Timing post
intervensi intervensi intervensi intervensi intervensi
Nyeri
Seperti Kuadran kanan ringan (1-
Pembedahan ditusuk atas 3) Hilang timbul
Nyeri
Menggerakkan ringan (1-
kaki Tusuk tusuk Kaki kiri 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri post Nyeri ditusuk ringan (1- Nyeri hilang
laparascopy tusuk Abdomen 3) timbul
Nyeri
Seperti Perut kanan ringan (1-
Nyeri post op tersayat2 bawah 3) 19
Nyeri
Nyeri luka Tidak ringan (1-
operasi Berdenyut menyebar 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka ringan (1-
operasi Ditusuk tusuk Abdomen bawah 3) Hilang timbul
Sesekali Tulang Nyeri
Nyeri saat seperti punggung ringan (1- Sesekali hilang
bergerak post op ditusuk-tusuk bawah 3) timbul
Nyeri
ringan (1-
Post op kll Di tekan tekan Kepala 3) Hilang timbul
Nyeri Saat melakukan
ringan (1- aktivitas dan
Post orif Tersayat sayat Kanan 3) berdiri
Nyeri
Nyeri luka post Pinggang ringan (1-
op berkurang Berdenyut kanan 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka post Abdomen ringan (1-
ops Tusuk tusuk kananbawah 3) Hilang timbul
Nyeri
Nyeri luka post ringan (1-
op Berdenyut Femur Dx 3) Sesekali
Nyeri luka Nyeri bekas Nyeri
operasi sayatan Lipatan paha ringan (1- Hilang timbul
3)
Nyeri
jempol tangan sedang (4-
luka gangren diremas-remas sebelah kiri 6) hilang-timbul
Nyeri
ringan (1-
Luka post oprasi Diremas Pinggul 3) Hilang timbul
Nyeri
Luka post ringan (1-
operasi Tertusuk Hidung 3) Hilang timbul
Nyeri
nyeri seperti ringan (1-
terapi benson di tekan abdomen 3) 20 detik
Berdasarkan tabel di atas, dari 17 responden post intervensi hari
ke-3 didapatkan 17 responden mengalami nyeri ringan.
B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan grafik jenis kelamin di atas diketahui dari 17


responden yang menjadi subjek penelitian, rata-rata responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 responden (52,9%) dan 8
responden (47,1%) berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian (Suganda & Nopriani, 2022) yang
dimana pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa adanya
pengaruh terhadap relaksasi benson terhadap nyeri pada responden
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 12 responden (60%) sedangkan
perempuan sebanyak 8 responden (40%).

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Rasubala


et al., 2017) yang dimana pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa adanya pengaruh terapi benson terhadap nyeri pada
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 responden
(75%) sedangkan perempuan 4 responden (25%).

b. Usia

Berdasarkan grafik di atas dari 17 responden, rata-rata


responden berusia dewasa tengah sebanyak 11 responden (65%),
dewasa akhir sebanyak 3 responden (17%), dewasa awal sebanyak 2
responden (12%) dan pra-dewasa sebanyak 1 responden (6%).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Suganda &
Nopriani, 2022) yang dimana pada penelitian didapatkan hasil
usia >41 tahun sebanyak 11 responden (55%) dibandingkan dengan
usia 31-40 tahun sebanyak 8 responden (40%).

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian


(Rasubala et al., 2017) dimana pada penelitian ini didapatkan
hasil bahwa adanya pengaruh terapi benson terhadap nyeri pada
responden yang berusia 21-30 tahun sebanyak 8 responden (50%)
dibandingkan dengan responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak
1 responden (6,2%).

2. Berdasarkan Jenis Anestesi

3. Efek Terapi Benson Untuk Nyeri Post Op


Hasil studi kasus ini menunjukkan hari pertama pre test 15 pasien
mengalami nyeri sedang dan 2 pasien mengalami nyeri berat kemudian pada
saat setelah dilakukan implementasi teknik benson skala nyeri berkurang 12
pasien mengalami penurunan ke skala nyeri sedang 5 pasien mengalami
penurunan ke skala nyeri ringan. Hari kedua pasien pre test 13 responden
mengalami nyeri sedang dan 4 respoden mengalami nyeri ringan. setelah
diterapkan terapi relaksasi benson hasilnya juga menunjukkan pasien
mengalami penurunan ke skala nyeri 6 responden mengalami nyeri sedang dan
11 responden mengalami nyeri ringan. Hari 3 pasien baik pre maupun post 17
pasien memiliki nyeri ringan. Hasil ini menunjukkan bahwa teknik relaksasi
benson menurunkan skala nyeri. Hal tersebut dikarenakan Terapi Benson
melibatkan keyakinan yang mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi
oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan
perasaan tenang dan nyaman. Apabila O2 dalam otak tercukupi maka manusia
dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara
umum pada manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk
menghasilkan conticothropin releaxing factor (CRF). CRF akan merangsang
kelenjar dibawah otak untuk meningkatkan produksi proopiod melanocorthin
(POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat.
Kelenjardibawah otak juga menghasilkan βendorphine sebagai neurotransmitter
(Yusliana, 2015).
Endorphine muncul dengan cara memisahkan diri dari deyoxyribo nucleid
acid (DNA) yaitu substansi yang mengatur kehidupan sel dan memberikan
perintah bagi sel untuk tumbuh atau berhenti tumbuh.Pada permukaan sel
terutama sel saraf terdapat area yang menerima endorphine. Ketika endorphine
terpisah dari DNA, endorphine membuat kehidupan dalam situasi normal
menjadi tidak terasa menyakitkan. Endorphine mempengaruhi impuls nyeri
dengan cara menekan pelepasan neurotransmitter di presinap atau menghambat
impuls nyeri dipostsinap sehingga rangsangan nyeri tidak dapat mencapai
kesadaran dan sensorik nyeri tidak dialami (Solehati & Kokasih, 2015). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yusliana (2015) yang berjudul
efektivitas relaksasi benson terhadap penurunan nyeri pada ibu post partum
section caesarea dalam hasil penelitian menunjukkan rata-rata nyeri
postpartumsectio caesarea setelah diberikan intervensi pada kelompok
eksperimen adalah 2,86 dengan penurunan nyeri sebesar 1,53 dan kelompok
kontrol adalah 3,76 dengan penurunan nyeri sebesar 0,30 dari data tersebut
menunjukkan penurunan nyeri pada kelompok eksperimen yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji t dependent pada kelompok
eksperimen menunjukkan nilai p value (0,000) < α (0,05) dan pada kelompok
kontrol menunjukkan nilai pvalue (0,082) > α (0,05). Sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa teknik relaksasi benson dapat menurunkan skala nyeri
pada pasien post operasi dari hasil penelitian dan hasil penelitian yang sejalan
dengan penelitian diatas. Selain itu, teknik relaksasi benson dapat digunakan
dimana saja tanpa mengganggu aktivitas yang lainnya.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pada studi kasus ini data menunjukkan bahwa kombinasi antara teknik
relaksasi benson dan kuatnya keyakinan yang baik merupakan suatu faktor
keberhasilan relaksasi tersebut. Unsur keyakinan yang digunakan dalam
intervensi adalah unsur keyakinan agama pasien. Unsur keyakinan yang
digunakan berupa penyebutan kata atau kalimat yang sesuai dengan keyakinan
agama masing-masing secara berulang- ulang yang disertai dengan sikap pasrah.
Keberhasilan dalam menjalankan Relaksasi Benson merupakan metode
relaksasi yang mengkaji beberapa manfaat doa dan meditasi bagi kesehatan,
dengan mengabungkan antara respon relaksasi dan sistem keyakinan
individu/faith factor (difokuskan pada ungkapan tertentu berupa nama-nama
Tuhan atau kata yang memiliki makna menyenangkan bagi pasien itu sendiri)
yang diucapkan berulang-ulang dengan ritme teratur sikap pasrah dan diimbangi
dengan nafas dalam, relaksasi ini menggunakan teknik pernapasan yang biasa
digunakan di rumah sakit pada pasien yang sedang mengalami nyeri atau
mengalami kecemasan. Tetapi, pada Relaksasi Benson terdapat penambahan
unsur keyakinan dalam bentuk kata-kata yang mengungkapkan sugesti bagi
pasien yang diyakini dapat mengurangi nyeri yang sedang pasien alami, Teknik
Relaksasi Benson dilakukan setelah kesadaran pasien pulih, serta efek anastesi
hilang (Septiana, A., 2021).
Didapatkan bahwa pada kasus hari pertama pre test 15 pasien mengalami
nyeri sedang dan 2 pasien mengalami nyeri berat kemudian pada saat setelah
dilakukan implementasi teknik benson skala nyeri berkurang 12 pasien
mengalami penurunan ke skala nyeri sedang 5 pasien mengalami penurunan ke
skala nyeri ringan. Hari kedua pasien pre test 13 responden mengalami nyeri
sedang dan 4 respoden mengalami nyeri ringan. setelah diterapkan terapi
relaksasi benson hasilnya juga menunjukkan pasien mengalami penurunan ke
skala nyeri 6 responden mengalami nyeri sedang dan 11 responden mengalami
nyeri ringan. Hari 3 pasien baik pre maupun post 17 pasien memiliki nyeri
ringan. Hasil ini menunjukkan bahwa teknik relaksasi benson menurunkan skala
nyeri. Hal tersebut dikarenakan Terapi Benson melibatkan keyakinan yang
mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot
tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan terapi benson yaitu
mendukung waktu istirahat tidur pasien yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri (pembatasan pengunjung). Tindakan pembatasan pengunjung
klien membuat pasien dapat beristirahat maka dapat menciptakan suasana yang
nyaman sehingga mengalirkan fokus terhadap sensasi nyeri pada hipothalamus
sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri yang dirasakan oleh individu yang
bersangkutan. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada
manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipothalamus untuk menghasilkan
corticothropin relaxing factor (CRF). CRF akan merangsang kelenjar dibawah
otak untuk meningkatkan produksi proopioid melanocorthin (POMC) sehingga
produksi enkephalin oleh modulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak
juga menghasilkan β endorphine sebagai neurotransmitter (Yusliana, 2015).
Memberikan terapi nonfarmakologi relaksasi benson merupakan tindakan
keperawatan non farmakologi relaksasi benson dapat memberikan rasa nyaman
dan rileks kepada pasien dengan mengalihkan perhatian pasien pada nyeri ke
hal-hal yang membuatnya senang dan bahagia maka pasien dapat melupakan
nyeri yang sedang dialaminya. Terapi benson merupakan tehnik relaksasi
pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang mengakibatkan penurunan
terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi rileks
sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman (Astutiningrum, D., &
Fitriyah, F, 2019).
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil mini riset yang telah dilakukan kelompok mengenai Pengaruh
Terapi benson Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Operasi diperoleh hasil
bahwa, terapi benson sangat efektif dalam meredakan ataupun
mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien, hal ini didukung dengan
pemberian relaksasi nafas dalam dengan melibatkan keyakinan sehingga
mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan
otot-otot tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman serta mampu mengendalikan nyeri yang sedang dialaminya pada
pasien post oprasi. Walaupun teknik ini tidak dapat menggantikan obat
obatan analgesik yang dapat memberikan efek mengurangi nyeri secara
signifikan namun teknik relaksasi benson ini dapat menjadi alternatif
pasien untuk dilakukan karena mudah untuk diterapkan oleh pasien tanpa
menggunakan bantuan alat.

1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin, rata-rata responden


berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 responden (52,9%) dan 8 responden
(47,1%) berjenis kelamin perempuan.

2. Distribusi frekuensi berdasarkan anestesi, rata-rata responden


mendapatkan jenis anastesi general/umum sebanyak 11 responden
(64,7%), anastesi spinal sebanyak 4 responden (29,4%) dan anastesi lokal
sebanyak 1 responden (5,9%).

3. Distribusi frekuensi berdasarkan usia, rata-rata responden berusia


dewasa tengah sebanyak 11 responden (65%), dewasa akhir sebanyak 3
responden (17%), dewasa awal sebanyak 2 responden (12%) dan pra-
dewasa sebanyak 1 responden (6%)

B. Saran

1. Bagi institusi

Dapat memberikan referensi mengenai penatalaksanaan non farmakologi


yang kedepannya dapat dilakukan pada pasien nyeri post operasi.
2. Bagi profesi keperawatan

Dapat memberikan intervensi non farmakologis pada pasien-pasien untuk


mengurangi rasa nyeri khususnya pada pasien post operasi.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Mengembangkan kembali penelitian tentang cara menerapkan terapi non–


farmakologi seperti (Terapi Benson,Genggam Jari & terapi musik)
ataupun teknik non farmakologis lain yang dapat mengurangi nyeri pada
pasien post operasi
DAFTAR PUSTAKA

Benson, R. et al. (2022) ‘DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf13209 Relaksasi Benson


untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Luka Ibu’, 13(April), pp. 310–315.
Cahyati, Y. et al. (2021) Penatalaksanaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
( Pedoman Bagi Kder dan Masyarakat). Yogyakarta: Deepublish.
Pambudi, Angki Bagus, and Endang Supriyanti. 2017. “PENGARUH
AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
NYERI PADA PASIEN POSTPARTUM NORMAL DI RSUD KOTA
SEMARANG.” 151: 10–17.
Patricia, Potter A, and Perry G. Anne. 2009. Fundamental Keperawatan. Singapore:
Elsevier.
Puspita Haryanti, R. (2021) Monograf Efektifvitas Teknik Relaksasi Benson dengan
Massage Effleurage. Jakarta: NEM.
Sinthania, D. et al. (2022) Kesehatan Mental (Teori dan Penerapan). Jakarta: Media
Sains Indonesia.
Siti, Aisyah. 2017. “Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non-
Farmakologi.” Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(1): 179–82.
Suryana, D. (2012). Terapi Musik : Music Therapy. Health & Fitness.
Taslim, R. and Redina Cahyani, A. (2021) Stress Akademik dan Penanganannya.
Jakarta: Guepedia.
Rasubala, G. F., Kumaat, L. T., & Mulyadi. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi di RSUP. PROF. DR. R.D. Kandou
dan RS TK.III R.W. Mongisidi Teling Manado. Jurnal Keperawatan, 5, 3.
file:///C:/Users/user/Downloads/ebawotong,+Grece+Frida+Rasubala.pdf
Suganda, B., & Nopriani, Y. (2022). Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson Terhadap
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Bedah Mayor. Jurnal Kesehan Akper Kesdam II
Sriwijaya Palembang, 11, 4. file:///C:/Users/user/Downloads/107-444-2-PB.pdf
Septiana, A., Inayati, A., & Ludiana, L. (2021). PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI
BENSON TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI APPENDIKTOMI DI KOTA METRO. Jurnal Cendikia Muda, 1(4), 444-
451.
Astutiningrum, D., & Fitriyah, F. (2019). Penerapan Tehnik Relaksasi Benson untuk
Menurunkan Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesarea. Proceeding of The URECOL.
16

Anda mungkin juga menyukai