Oleh :
Kelompok 6A Kelas 3A
1. Devi Ayu Oktavia (P17211201036)
2. Muzammilatus Sholeha (P17211203037)
3. Wahyu Rizka Dwi (P17211203038)
4. Farah Auliya Shofi (P17211203044)
TAHUN 2022/2023
I. PENDAHULUAN
Gambaran data kasus :
Pasien rawat inap dengan post operasi diruang Graha Mandiri Lantai 2
RSUD Dr Iskak Tulungagung dari sejumlah 40 pasien dari 46 bed terdapat pasien
post operasi yaitu 10 pasien pre operasi, 10 sedang di ruang operasi, dan 20
pasien. Dengan 20 pasien tersebut terdapat adanya diagnosis keperawatan yang
sering muncul seperti nyeri akut, yang mana pasien berarti mendapatkan nyeri
dan belum dapat melakukan penanganan nyeri yang sedang dirasakan. Nyeri akut
tersebut dikarenakan insisi bekas operasi dan saat digerakkan menimbulkan nyeri
namun keluarga dan pasien akan semakin takut untuk menggerakan lokasi yang
sudah dioperasi, yang nantinya akan memperburuk keadaan. Oleh karena itu,
edukasi terkait managemen nyeri sangat penting.
II. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan selama 15-30 menit tentang manajemen nyeri
diharapkan klien dan keluarga mampu mempraktikkan apa yang telah dianjurkan,
disampaikan dan menghidari hal-hal yang menimbulkan nyeri
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dapat :
III. SASARAN
Pasien Post Operasi atau keluarga pasien yang telah dilakukan tindakan
pembedahan.
IV. MEDIA
Media yang digunakan melalui Poster
V. METODE
a. Diskusi
b. Ceramah
c. Tanya jawab
VI. MATERI
a. Definisi nyeri
b. Skala nyeri
c. Managemen nyeri yang digunakan unuk pasien post operasi
VII. KEGIATAN
A. Waktu :
a. Hari /Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2023
b. Alokasi Waktu : 30-45 menit
B. Tempat Kegiatan : di ruang tunggu Graha Mandiri lantai 2 RSUD Dr
Iskak Tulungagung.
C. Langkah-langkah Kegiatan
KEGIATAN
No. FASE KEGIATAN PENYULUH WAKTU
PESERTA
Kesimpulan :
Setelah dilakukan penyuluhan terkait manajemen nyeri, pasien dan keluarga dapat
memahami apa yang dimaksud nyeri , skala nyeri, dan cara penangannya. Saat
dipersilahkan untuk memperagakan sesuai dengan yang diarahkan leh penyuluh.
IX. LAMPIRAN
a. MATERI PENYULUHAN
a) Defnisi Nyeri
The International Association for the Study of Pain (IASP) Nyeri merupakan
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan atau risiko kerusakan jaringan (Wardani, 2017). Nyeri
merupakan suatu hal yang subjektif yang dirasakan oleh seseorang
(HIDAYATULLOH et al., 2020). Nyeri paska operasi didefinisikan sebagai
nyeri yang dialami setelah intervensi bedah.
b) Skala nyeri
Cara mengukur skala nyeri
1) Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak yang sama
sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak adanya rasa nyeri”
sampai “nyeri hebat”.
2) Faces Pain Rating Scale terdiri atas enam wajah dengan profil kartun
yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai
tidak adanya rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap
meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih, sampai
wajah yang sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang dirasakan
sangat nyeri (Ermaliyawati, 2015)
c) Managemen Nyeri
1. Napas Dalam
Menurut relaksasi nafas dalam dinilai sangat efektif dalam menurunkan
nyeri post operasi. Relaksasi ini melibatkan otot respirasi dan tidak
membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau
sewaktu-waktu.
2. Distraksi ( pengalihan selain nyeri )
Adalah memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain nyeri. Metode
nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga
klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Contohnya diantaranya :
menonton TV, membaca buku, ngobrol dengan keluarga dan lain – lain.
3. Self healing atau metode penyembuhan penyakit bukan dengan obat,
melainkan dengan mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam dari
dalam tubuh. Proses metode ini dapat dilakukan dengan hipnosis, terapi
qolbu, atau menenangkan pikiran. Dalam latihan self healing, ada beberapa
aspek yang dilibatkan yakni napas stabil, gerak hanya untuk kesembuhan,
sentuhan, dan keheningan. Seseorang yang melakukan self healing lebih
baik berhenti sejenak dari segala rutinitasnya, sehingga bisa berinteraksi
dengan diri sendiri (Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee,
2019).
4. Teknik Relaksasi Napas Dalam
(Buku Standar Prosedur Operasional Keperawatan hlm 145)
(PPNI, 2021)
a. Tahap Orientasi
1. Identifikasi pasie menggunakan minimal dua identtas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan atau nomor rekam medis).
2. Jelaskan tujuan dan manfaat
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan : bantal, kursi dengan sandaran
bila perlu, handscoon bila perlu.
4. Lakukan kebersihan 6 langkah
5. Mengatur lingkungan tenang (tempatkan pasien diruang yang tenang
dan nyaman)
6. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang yang nyaman
b. Tahap pelaksanaan
1. Atur posisi klien pada tempat duudk atau ditempat tidur yang nyaman,
anjurkan untuk santai
2. Anjurkan ileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan klien tutup mata dan konsentrasi penuh dan meletakkan satu
tangan pada perut kanan atas
4. Anjurkan klien Tarik nafas dalam secara perlahan melalui hidung dan
merasakan udara masuk ke paru-paru serta merasakan Gerakan pelan
perut
5. Anjurkan klien menghembuskan nafas secara perlahan, lewat mulut...
ulangi beberapa kali
6. Fokuskan pada pernapasan dan rasakan keluar mausuknya paru-paru
dan tubuh klien
7. Ulangi tarik nafas dalam beberapa kali sampai merasa rilex
8. Anjurkan klien membuka mata pelan-pelan, dan anjurkan
menggerakkan tangan pelan-pelan
c. Tahap terminasi
1. Evaluasi perasaan dan manfaat yang dirasakan klien setelah prosedur
dilakukan
2. Mengajurkan klien melakukan latihan jika merasa cemas atau tidak
nyaman.
b. MEDIA PENYULUHAN
Poster
X. REFERENSI
DAFTAR PUSTAKA