Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Anamnese

Nama (Inisial) Kejadian VAP


Score CPIS (Pre) Score CPIS (Post)
Tn. M 3 1
Ny. H 4 3

Dari table diatas dapat diketahui nilai Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS)
pada dua pasien penurunan kesadaran di ruangan Intensive Care Unit (ICU) dalam
pencegahan kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Charitas Hospital
Palembang. Pada Tn. M dengan penurunan kesadaran yang terpasang ventilator hari ke-2
didapatkan hasil pengkajian suhu 36,5 C, nilai leukosit 12.000, ada secret namun tidak
ditemukan purulen dan pada pemeriksaan foto thoraks tidak ada infiltrate, pemeriksaan
kultur tidak ada sehingga diperoleh CPIS pre intervensi 3. Sedangkan pada Ny. H dengan
penurunan kesadaran hari ke-1 didapatkan hasil pengkajian suhu 38,7 C, nilai leukosit
21.600, ditemukan adanya secret tanpa purulent dan pemeriksaan foto thoraks tidak ada
infiltrate sehingga diperoleh CPIS pre intervensi 4.
B. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Evidance Based Practice (EBP) ini dilakukan tindakan oral
hygiene dengan frekuensi 2 (dua) kali per hari pagi dan sore selama masa intubasi dan
pemasangan ventilator mekanik pada pasien penurunan kesadaran diruang Intensive Care
Unit (ICU) Charitas Hospital Palembang dalam upaya pencegahan Ventilator Associated
Pneumonia (VAP). Larutan yang digunakan dalam proses pelaksanaan oral care pasien
dengan ventilasi mekanik yaitu larutan chlorhexidine gluconate 0,12% dalam perawatan
oral hygiene selama 3-4 menit untuk mengurangi risiko VAP. Oral hygiene yang
dilakukan
dalam pencegahan VAP dilakukan pada sudut 45 derajat dan menyikat tidak lebih dari 3
gigi sekaligus, menggunakan gerakan melingkar yang lembut, memastikan bahwa setiap
gigi disikat pada setiap permukaan gigi, gusi, palatum serta lidah setiap 12 Jam selama 3
hari. Akan tetapi harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menyebabkan dislokasi
selang ETT dan perdarahan.
Alat ukur Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) dipakai untuk menilai
efektifitas bahan terhadap VAP (Purnama & Fikri, 2020). Alat ukur CPIS digunakan
untuk mengevaluasi infeksi paru yang terdi dari 6 komponen, yaitu PaO2, FIO2, rontgen
dada, sekresi trakea, leukosit darah, suhu, dan kultur aspirasi trakea (Maarefvand et al.,
2015). Terjadinya VAP ditentukan dengan menggunakan CPIS dan dapat digunakan
untuk mendeteksi pasien dengan pneumonia pada saat masuk ke unit perawatan kritis
(Nasiriani & Torki, 2016). Skor CPIS < 5 akan dianggap non-VAP, sedangkan CPIS
dengan skor 6-9 akan didiagnosis sebagai VAP (Maarefvand et al., 2015)

C. Pembahasan
Perawatan Oral hygiene merupakan tindakan yang tepat dilakukan untuk
mencegah kejadian VAP. Oral hygiene merupakan tindakan mandiri keperawatan yang
memiliki dampak besar dalam keberhasilan pencegahan VAP pada pasien dengan
ventilator mekanik. Pada pasien di ICU, plak gigi terbentuk lebih cepat dari pada pasien
lain (Kaya et al, 2017). Hasil beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa bakteri
yang ada dalam plak gigi adalah penyebab pneumonia terkait venilator (VAP) (Hillier et
al, 2013). Bathia et al (2015) mengatakan tingkat pneumonia terkait ventilator (VAP)
berkurang hingga 50% dan angka kematian berkurang dari 20% menjadi 13,9% dengan
mengikuti pedoman perawatan mulut. Perawatan mulut atau Oral Hygine harus dilakukan
sesuai prosedur dengan tepat untuk mencegah mikroba mengkolonisasi dalam rongga
mulut pasien kritis dengan ventilator mekanik di ICU. Berbeda dengan pendapat
Haghighi et al (2017) yang mengatakan bahwa oral care secara sistematis tidak dapat
mengurangi kejadian VAP pada pasien kritis namun meningkatkan kesehatan mulut dan
mengurangi penumpukan plak.
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka lebih banyak hasil penelitian yang
menemukan bahwa perawatan mulut (Oral Hygiene) berpengaruh pada pengurangan
kejadian VAP. Perawatan mulut mampu mencegah kolonisasi faringeal dan mencegah
perkembangan laju patogen VAP seperti Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa, dan Acinetobacter sehingga kejadian VAP mampu dicegah. Berdasarkan
Penelitian yang dilakukan oleh Purnama et al., (2020), peralatan yang digunakan untuk
Oral hygiene untuk mengurangi kejadian VAP adalah menggunakan pasta gigi yang
mengandung system lektopero. .Penelitian yang dilakukan oleh Natalia and Fauzi,
(2022), oral hygiene untuk pencegahan VAP lebih efektif menggunakan larutan
chlorhexidine. Larutan Chlorhexidine merupakan laruran mouthwash yang paling banyak
di rekomendasikan. Chlorhexidine adalah salah satu jenis antiseptik dan disinfektan yang
mempunyai efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif. Chlorhexidine memiliki spectrum yang luas dan sebagai anti pembentukan
plak yang efektif (Yagmur, 2016).
Efektifitas kerja chlorhexidine dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram
negative dan positif ditentukan oleh konsentrasi yang digunakan. Perlekatan
chlorhexidine pada membran sel bakteri kuat karena molekul memiliki muatan kation
(positif), sedangkan Sebagian molekul bakteri adalah aninon (negatif). Permeabilitas
membran sel bakteri berubah akibat chlorhexidine sehingga menyebabkan komponen dan
sitoplasma sel dengan molekul rendah keluar menembus membran sel, hal ini
menyebabkan kematian bakteri (Sinaredi et al., 2014).
DAFTAR ISI

Haghighi, A., Shafipour, V., Nesami, M.B., Baradari, A. G., & Charati, J. Y. (2017). The
Impact of Oral Care on Oral Health Status and Prevention of Ventilator-
Associated Pneumonia in Critically lll Patients. Australian Critical Care, 30 (2),
69-73.

Hillier B, Wilson C, Chamberlain D, King L. Mencegah pneumonia terkait ventilator


melalui perawatan mulut, pemilihan produk, dan metode aplikasi: Tinjauan
literatur. AACN Adv Crit Care 2013; 24: 38–58.

Kaya, H., Turan, Y., Tunalı, Y., Aydın, G. Ö., Yüce, N., & Tosun, K. (2017). Effects of
Oral Care with Glutamine in Preventing Ventilator- Associated Pneumonia in
Neurosurgical Intensive Care Unit Patients. Applied Nursing Research, 33, 10–
14. https://doi.org/10.1016/j.apnr.2016.10.006

Maarefvand, A., Heidari, M. R., Ebadi, A., & Kazemnejad, A. (2015). Comparing the
Effects of Matrica and Chlorhexidine on the Prevention of Ventilator-Associated
Pneumonia. Modern Care Journal, 12(3), 114–118.

Natalia, I., Fauzi, A., 2022. Comparison of Oral Hygiene Using Chlorhexidine Solution
and Hexadol Solution Towards Prevention of Ventilator Associated Pneumonia in
Patients with Mechanical Ventilators. J. Keperawatan Komprehensif 8, 48–55.

Nasiriani, K., & Torki, F. (2016). The Effect of Brushing with a Soft Toothbrush and
Distilled Water on the Incidence of Ventilator-Associated Pneumonia in the
Intensive Care Unit, 15(2), 101–107.

Purnama, A., Fikri, R., 2020. Perbandingan Efektifitas Oral Hygiene Menggunakan
Enzym Lactoperoxidase Dengan Chlorhexidine Dalam Pencegahan VAP dI ICU
RS X”. 2 (1), 54-64. J. Surya Muda.
Sinaredi, B. R., Pradopo, S., & Wibowo, T. B. (2014). Daya antibakteri obat kumur
chlorhexidine, povidone iodine, fluoride suplementasi zinc terhadap,
Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis (Antibacterial effect of
mouth washes containing chlorhexidine, povidone iodine, fluoride plus zinc on
Strep. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 47(4), 211.
https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v47.i4.p211-214

Anda mungkin juga menyukai