Anda di halaman 1dari 11

VAP (VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA) BUNDLE CARE

Dosen pengampu:
NS. DIAH TIKA ANGGRAENI, M. KEP

Disusun guna untuk memenuhi tugas Keperawatan Kritis (Kelas B)

Disusun Oleh :

Mei Diana Arminiarti 1610711033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
A. PENGERTIAN
VAP (Ventilator Associated Pneumonia) merupakan penyakit infeksi pneumonia
terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs) yang paling umum
ditemukan di Intensive Care Unit (ICU) (Kemenkes RI, 2017)
Ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah penyakit pneumonia yang disebabkan
karena 48 jam setelah diberikan intubasi, jadi sebelum dilakukan tindkan intubasi pasien ini
belum mempunyai riwayat penyakit pneumonia tapi setelah dipasang intubasi 48 jam
pertama itu bisa terkena pneumonia (Karagözoğlu et al., 2018).
Ventilator bundle (VB) adalah serangkaian intervensi yang berhubungan dengan
perawatan pada pasien dengan ventilator mekanik yang ketika diimplementasikan bersama-
sama akan mencapai hasil signifikan dibandingkan bila diterapkan secara individual, yang
terdiri dari 5 elemen antara lain: elevasi tempat tidur (Head Of Bed) 30º sampai 45º,
penghentian secara berkala agen sedasi dan penilaian kesiapan ekstubasi, profilaksis
trombosis vena dalam, profilaksis ulkus peptikum, oral care secara berkala dengan
chlorhexidine (kecuali kontraindikasi medis).
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah infeksi nosokomial yang sering
ditemukan, dengan salah satu faktor risiko utama adalah pada penggunaan alat bantu napas
berupa ventilator mekanik, terutama pada pasien ICU.3. (The new England Journal of
Medicine. 2006 Dec, 21 2006;355(2006):11)
Jadi kesmpulannya dari 4 sumber menjelaskan bahwa, VAP Bundel Care ialah suatu
infeksi nosokomial pneumonia yang disebabkan oleh terpasangnya alat intubasi selama
lebih dari 48 jam. Yang biasanya disebabkan kurangnya petugas kesehatan melakukan
pemeriksaan berkala yang terdapat pada ruangan ICU. Pasien diruang ICU sangat beresiko
tinggi mengalami infeksi tersebut, sehingga akan mengakibatkan angka kesakitan dan
kematian pada pasien.

B. TANDA DAN GEJALA


1. Demam atau bisa juga suhu badan rendah
2. Purulent sputum
3. Hipoksemia

C. PERAN PERAWAT
Peran perawat menurut Potter & Perry (2010)
a. Care giver (pemberi asuhan keperawatan)
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi: pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakan diagnosis keperawatan
berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah,
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukannya.

b. Client advocate (pembela untuk melindungi klien) Sebagai advokat klien, perawat
berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi Dalam menjalankan peran sebagai advocate(pembela
klien), perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat
dalam pelayanan keperawatan.

c. Counsellor(pemberi bimbingan/konseling klien)


Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,
pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup
ke arah perilaku hidup sehat.

d. Educator(sebagai pendidik klien)


Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis yang
diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggungjawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya.

e. Collaborator (anggota tim kesehatan)


Perawat juga bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan
rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan
kesehatan klien.
f. Change agent (pembaharu)
Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat.
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan kepada klien.

g. Consultant(konsultan)
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan, perawat
adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

PERAN PERAWAT DIRUANG ICU


Mencegah infeksi adalah pekerjaan sehari-hari perawat disetiap rumah sakit. Ini juga
berlaku untuk unit kritis di mana perawat adalah garis depan pencegahan infeksi baik VAP
atau lainnya. Perawat memimpin anggota perawatan kesehatan dalam berlatih strategi
pencegahan untuk melindungi pasien dari infeksi. Jadi, kurangnya pengetahuan tentang
pencegahan infeksi dan asuhan keperawatan yang tepat dapat menjadi penghalang di
mematuhi pedoman berbasis bukti untuk mencegah VAP.Selanjutnya, mereka harus
menghubungkan pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab pada saat memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien. Dari saat pasien masuk, perawat harus mengikuti
proses keperawatan secara sistematis, yaitu penilaian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Perawat mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi terhadap infeksi dan juga
meminta dokter dengan melaporkan respons dan peningkatan pasien. Perawat harus
melindungi pasien dan juga diri mereka sendiri fokus pada pengendalian infeksi dengan
mengikuti tindakan pencegahan universal seperti kebersihan lingkungan, kebersihan
tangan, penggunaan alat pelindung diri, penggunaan dan pembuangan instrumen benda
tajam yang aman. Mereka harus waspada saat memberikan perawatan kepada pasien
dengan perangkat invasif seperti tabung endotrakeal, tabung trakeostomi dan tabung
nasogastrik untuk mencegah VAP. Memutuskan rantai pencegahan infeksi di mana saja
dapat menyebabkan infeksi nosokomial pada pasien. Ini bisa dicegah melalui tangan yang
benar mencuci setelah kontak langsung atau tidak langsung dengan pasien, teknik
desinfeksi dan sterilisasi yang tepat, isolasi pasien yang terinfeksi, pengakuan host yang
rentan dan perlindungan pasien berisiko tinggi. (Osti, Wosti, Pandey, & Zhao, 2017).
D. KOMPONEN VAP
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi VAP adalah dengan VAP Bundle. VAP
bundel digambarkan sebagai sekelompok intervensi berbasis-bukti yang akan membantu
mencegah VAP. Pentingnya Bundle dalam pencegahan infeksi nasokomial VAP dapat
mengurangi biaya 10 kali lipat dan meningkatkan hasil pasien terkait dan keselamatan
pasien dan kualitas pelayanan. Intervensi keperawatan kritis dilakukan secara rutin telah
terbukti mengurangi angka kejadian VAP. (The Institute for Healthcare Improvement,
2006). The Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 2003) dan An European
Care Bundle (Rello et al., 2010) telah merancang VAP bundle untuk membantu
mengurangi atau menghilangkan VAP dan mempromosikan kepatuhan terhadap pedoman
bukti dasar, dalam rangka meningkatkan hasil pasien. Tindakan yang dilakukan seperti:

a) Elevasi kepala tempat tidur (HOB) 300-450


b) Sedasi harian
c) Deep Vein Trombosis (DVT) prophylaxis
d) Ulkus peptikum prophylaxis
e) Perawatan mulut (oral care). (Idawaty, Huriani, & Gusti, 2018)

E. ALAT UKUR VAP


Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) Clinical Pulmonary Infection Score adalah
suatu alat ukur yang digunakan untuk mendiagnosis VAP. Penentuan CPIS berdasarkan
pada 6 variabel, yaitu suhu tubuh pasien, jumlah leukosit dalam darah, volume dan dan
tingkat kekentalan sektret dalam trakea, indeks oksigenasi, pemeriksaaan radiologi paru dan
kultur semi kuantitatif dari aspirasi trakea, jika diperoleh skor lebih dari 6, maka diagnosis
VAP dapat ditegakkan (Luna, 2003). Diagnosis VAP ditegakkan setelah menyingkirkan
adanya pneumonia sebelumnya, terutama pneumonia komunitas (Community Acquired
Pneumonia). Bila dari awal pasien masuk ICU sudah menunjukkan gejala klinis pneumonia
maka diagnosis VAP disingkirkan, namun jika gejala klinis dan biakan kuman didapatkan
setelah 48 jam dengan ventilasi mekanik serta nilai total CPIS > 6 atau sama dengan 6, maka
diagnosis VAP dapat ditegakkan, jika nilai total CPIS < 6 maka diagnosis VAP disingkirkan
(Luna, 2003). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui 22 pasien (73,3%)
yang terpasang ventilator dengan CPIS kurang dari 6 ( tidak VAP). Pasien yang tidak VAP
mayoritas dengan usia dewasa. Usia dewasa memiliki daya tahan tubuh (imunitas) yang
kuat. Pasien tidak VAP mayoritas dengan bukan penyakit paru yaitu pasien dengan post
laparatomy, pasien post sectio secaria dengan komplikasi eklamsi dan pasien trauma. Pasien
yang tidak VAP dengan nutrisi yang baik dengan mayoritas kadar albumin lebih dari 2,2
mg/dl.

F. 5 STRATEGI MENGHINDAHIDARI TERJADINYA VAP


1. Meminimalisir Paparann Ventilator
Hal penting untuk menurunkan resiko VAP adalah meminimalkan pasien yang
terpapar ventilator mekanik? , dimana bisa dilakukan dengan 2 cara:
A. anda bisa menyarankan dengan menggunakan ventilator non invasif, seperti tekanan
saluran napas positif atau tekanan saluran napas positif yang terus menerus. Penggunaa
masker dengan pendekatan ini bisa bikin pasien tidak nyaman, tapi data dari percobaan
secara acak
B. ketika ventilasi mekanik? Tidak bisa dihindari, maka minimalkan durasinya.
pelepasan protokol atau bundel perawatan berbasis bukti (misalnya the awakening?,
Koordinasi Pernafasan, Delirium, dan Mobilitas Awal (ABCDE)) dapat efektif dalam
memperpendek durasi ventilasi mekanik.

2. Berikan Perawatan Kebersihan Oral Dengan Benar


Kesehatan oral cepat memburuk pada pasien ventilasi mekanik. Beberapa
pasien mengalami cidera di mukosa bibir selama prosedur intubasi, dan sesudah
intubasi, pasien cenderung mulut kering. Faktor ini, selai mengganggu kekebalan
tubuh, dapat menyebabkan menambahnya koloni bakteri di mukosa mulut, dengan
tabung endotrakeal sebagai rute langsung ke paru-paru.
Perawatan mulut yang adekuat apat mengurangi pertumbuhan bakteri dan mengurangi
resiko infeksi.

3. Perawatan terkoordinasi untuk pengisapan subglottic


Aspirasi sekresi yang menumpuk di sekitar tabung endotrakeal pasien
berventilasi mekanis dapat menyebabkan VAP. Sekresi suction subglottik dapat
dilakukan perawat dan terapis respirasi dan bisa membantu dalam mencegah. Dalam
meta analisis terbaru dari 20 percobaan acak menemukan suction subglotik bisa
mengurangi resiko untuk VAP 45% dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima
suction.
4. Pertahankan posisi optimal dan mendorong mobilitas
Posisi yang layak (menjaga kepala di bed anatara 30-45 derajat) dan mendorong
mobilitas dini pasien yang diventilasi secara mekanis membantu dalam pencegahan
VAP. Refluks dan aspirasi lambung juga dapat menyebabkan VAP pada pasien dengan
ventilasi mekanik. Menjaga agar kepala tempat tidur tetap tinggi antara 30-45 derajat
(posisi semi-telentang) direkomendasikan untuk mengurangi refluks dan risiko
selanjutnya untuk VAP.

5. Pastikan kepegawaian yang memadai


Staf perawat yang memadai di ICU, terutama untuk pasien dengan ventilasi
mekanik, dapat membantu meminimalkan risiko VAP. Ini memberikan perawat dengan
waktu, peluang, dan sumber daya untuk menerapkan praktik perawatan yang
mengurangi risiko, dan memungkinkan mereka untuk menghabiskan lebih banyak
waktu dengan pasien mereka, yang dapat mengarah pada identifikasi awal VAP dan
perawatan yang cepat.
Lingkungan kerja yang sehat dan kolaborasi antarprofesional juga telah
dikaitkan dengan menurunkan risiko VAP. Dua penelitian menemukan bahwa
lingkungan kerja perawat yang lebih baik, dalam hubungannya dengan staf dokter,
memiliki implikasi untuk risiko VAP. Misalnya, di ICU terbuka di mana pasien dikelola
oleh dokter umum alih-alih dokter perawatan kritis yang terlatih khusus, memiliki
lingkungan kerja perawat yang lebih baik dapat mengurangi tingkat VAP untuk pasien
berventilasi mekanis.Cara untuk melakukan ini termasuk mengembangkan model tata
kelola bersama, terlibat dalam kegiatan peningkatan kualitas untuk meningkatkan
perawatan berkualitas tinggi dan mendorong interaksi tim yang positif. Bermitra
dengan dokter ICU dan tim interprofesional lainnya, terutama terapi pernapasan, adalah
dua cara utama untuk terus mendorong interaksi tim positif dan mengurangi risiko
VAP.
ANALISIS JURNAL 1
“Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Intervensi Mandiri
Ventilator Associated Pneumonia Bundle Care Pada Pasien Dengan
Ventilasi Mekanik Di Unit Perawatan Intensif”
Ariza Widya Rahma1, Suhartini Ismail2 1Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 1 - 7, Mei 2019

` VAP (Ventilator Associated Pneumonia) merupakan penyakit infeksi pneumonia


terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs) yang paling umum
ditemukan di Intensive Care Unit (ICU) (Kemenkes RI, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat ICU tentang intervensi mandiri VAP Bundle
Care. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang intervensi
mandiri VAP Bundle Care pada pasien dengan ventilasi mekanik, 65% memiliki pengetahuan
sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa lebih banyak perawat ICU yang memiliki
pengetahuan sedang daripada perawat yang memiliki pengetahuan kurang tentang intervensi
mandiri VAP Bundle Care. Pengetahuan tidak selalu menjamin implementasi dan kepatuhan,
namun kurangnya pengetahuan dapat menjadi penghalang terhadap implementasi dan
kepatuhan perawat

ANALISIS JURNAL 2
“MANAGEMENT FOR PREVENTING VENTILATOR-ASSOCIATED
PNEUMONIA AT ICU PANTI RAPIH HOSPITAL: A CLINICAL CASE STUDY
Siwi Ikaristi Maria Theresia1 1Panti Rapih
Nursing Academy, Indonesia
Corresponding author: siwi_theresia@yahoo.co.id
Nurse Media Journal of Nursing, 6 (1), 2016, 30 - 36

Menurut jurnal ini Ventilator-Associated Pneumonia (VAP) adalah salah satu jenis nosokomial
infeksi yang terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik dan trakeostomi.
Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) akan memiliki risiko tinggi menderita
Pneumonia. Penelitia ini bertujuan untuk menggambarkan intervensi perawat dan memberi
rekomendasi untuk mengelola pencegahan VAP menggunakan metode studi kasus.
Perkembangan onset lambat VAP diketahui setelah 96 jam. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa ada jamur muncul setelah melakukan kultur dahak dari pasien. Terjadi peningkatan sel
darah putih pada 72 jam setelah intubasi dan suhu meningkat hingga 37o C saat pasien
menggunakan ventilator. Sayangnya, perawat tidak menyadari kecenderungan perkembangan
VAP onset terlambat pada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Alcan, A.O., Korkmaz, D.F., Uyar,M. (2016). Prevention of ventilatorassociated pneumonia:


Use of the care bundle approach. American Journal of Infection Control, 44 (10):173–6.

Badawy, A.I. (2014). Impact of a structured teaching program for prevention of ventilator
associated pneumonia on knowledge and practices of intensive care nurses at Central Quwesna
hospital, Egypt. Medical Journal Cairo University, 82(1), 803–13.

Budiman, & Riyanto, A.(2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Idawaty, S. (2016).

Labeau, S., Vandijck, D., Rello, J., Adam, S., et al. (2008). Evidence-based guidelines for the
prevention of ventilator-associated pneumonia: results of a knowledge test among European
intensive care nurses. Hospital Infection Journal, 70(2),180–5.

Llaurado, M., Labeau, S., Vandijck, D., Rello, J., et al. (2011). Southern European Intensive
Care Nurses’ Knowledge of Evidence-Based Guidelines for Preventing Ventilator-Associated
Pneumonia. Medicina Intensiva, 35 (1), 6-12.

Menteri Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 1–172.

Amanullah, S.(2013).Ventilator-Associated Pneumonia Overview of Nosocomial Infection.


Retrieved July 12, 2013, from Medscape Reference:
http://emedicine.medscape.com/article/304836-overview#showall Augustyn, B. (2007).

Ventilator-associated pnuemonia: risk factors and prevention. Critical Care Nurse, 27(4), 32-
39

Bouadma, L., Mourvillier, B., Deiler V., Corre B L., Lolom, I Regnier, B., Wolff M and Lucet,
J C. (2010). A multifaceted program to prevent ventilator-associated pneuonia: impact on
compliance with preventive measure. Critical Care Medicine, 38(3), 789-796
Marini AL, Khan R, Mundekkadan S (2016) Multifaceted bundle interventions shown effective
in reducing VAP rates in our multidisciplinary ICUs. BMJ Qual Improv Rep

Khan R, Al-Dorzi HM, Al-Attas K, Ahmed FW, Marini AM, et al. (2016) The impact of
implementing multifaceted interventions on the prevention of ventilator-associated pneumonia.
Am J Infect Control 44: 320-326.

Ture Z, Alp E (2018) Infection control bundles for the prevention of hospital infections.
Mediterranean Journal of Infection Microbes and Antimicrobials. 28. Lambert M, Palomar M,
Agodi A, Heismary M, Lepape A, et al. (2013) Prevention of ventilator- associated pneumonia
in intensive care unit: an international online survey. Antimicrobial Resistance and Infection
Control 2: 9.

Azab SF, Sherbiny HS, Saleh SH, Elsaeed WF, Elshafiey WF, et al. (2015) Reducing
ventilator-associated pneumonia in neonatal intensive care unit using "VAP prevention
Bundle": a cohort study. BMC Infect Dis 15: 314.

De Cristofano A, Peuchot V, Canepari A, Franco V, Perez A, et al. (2016) Implementation of


a ventilator-associated pneumonia prevention bundle in a single PICU. Pediatr Crit Care Med
17: 451-456.

Anda mungkin juga menyukai