Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Mata Kuliah:
Home Care
Dosen Pembimbing :

Anik Supriani,S.kep.Ns.,M.Kes

Oleh :
Erika Darmawanti
Daviq Ayatullah
Galih Pratama
Novi Novita Sari
Shindy Sofyaning Fitra
Widuri Cahyaning Ayu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DIAN HUSADA MOJOKERTO
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab karena berkat rahmat, hidayah
dan inayah-Nya semata kami dapat menyelesaikan makalah
Kedua kalinya shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun kita semua ke zaman pencerahan lewat
pancaran syafaatnya yang selalu dinantikan setiap insan hingga Yaumul Qiyamah.
Terakhir

kalinya

tak

lupa

kami

ucapkan

beribu

terima

kasih

kepada

ibu

Anik

Supriani,S.kep.Ns.,M.Kes yang telah memberi bimbingan terhadap kami, sehingga kami dapat
memahami dan sedikit lebih mengerti tentang berbagai materi yang terdapat dalam mata kuliah
home care . Kami juga menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu, besar harapan kami atas kritik dan saran yang bersifat membangun dan
memberi motivasi dalam pengembangan tugas-tugas kami berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya
bagi para pembaca yang budiman. Amin...

Mojokerto, 09 Oktober 2016

Penyusun,

DAFTAR ISI

Halaman Awal ..

Kata Pengantar

Daftar Isi ..

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .

1.2 Rumusan Masalah ...

1.3 Tujuan ...

BAB II PEMBAHASAN
2.1 langkah langkah infection control in home care ..

2.2 infection precaution in home care..

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ..

10

3.2 SARAN.

10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan sejumlah kecil kasus yang dilaporkan diseluruh dunia, sampai saat ini
informasi mengenai transmisi dan gambaran lain dari infeksi MERS-CoV masih sangat
terbatas. Namun demikian terdapat bukti adanya penularan dari manusia ke manusia yang
masih terbatas didalam kelompok (klaster) kasus mungkin terjadi melalui berbagai cara
transmisi seperti penularan melalui droplet atau kontak erat dengan pasien yang sakit berat
baik di rumah maupun disarana pelayanan kesehatan.Sementara itu bukti mengenai transmisi
virus dari kasus kasus ringan masih terbatas dan tidak terdapat bukti adanya transmisi dari
kasus asimptomatik yang telah dilaporkan. Untuk itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
lebih memahami risiko penularan infeksi.Keberhasilan pencegahan penyebaran infeksi
MERS-CoV tergantung pada penemuan dini kasus dan pelaksanaan komponen komponen
inti dari program Infection and Prevention Control (IPC). Sebagian besar transmisi terjadi
karena tidak adanya tindakan pencegahan dasar IPC, sehingga penting untuk menerapan
langkah langkah pencegahan penyebaran ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) sebelum
mencurigai atau memastikan suatu infeksi ketika merawat pasien dengan gejala gejala ISPA
untuk mengurangi penyebaran baik di rumah maupun di fasilitas pelayanan kesehatan.
Tindakan pencegahan tambahan ketika merawat pasien probabel atau konfirmasi MERS-CoV
harus diterapkan guna mengurangi risiko penularan. Sarana pelayanan kesehatan disarankan
untuk memperkuat upaya pelayanan dalam mengawasi mereka yang memberi perawatan/
pelayanan kesehatan untuk memastikan lingkungan yang aman bagi pasien dan petugas
kesehatan. Disamping itu ketersediaan APD penting bagi petugas kesehatan dalam merawat/
melayani pasien terinfeksi MERS-CoV. Pedoman/ petunjuk ini dibuat untuk memberikan
rasa aman bagi petugas kesehatan, manajer perawatan kesehatan, dan tim IPC ketika member
perawatan/ pelayanan terhadap pasien diduga/ probabel/ konfirmasi terinfeksi MERS-CoV.
Pengendalian infeksi MERS-CoV pada prinsipnya sama dengan pengendalian infeksi Flu
burung (H5N1) dan pedoman ini menggaris bawahi hal hal penting pada pengendalian
infeksi MERS-CoV, untuk hal hal yang lebih detil dapat dilihat pada buku pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya.
Rekomendasi yang digunakan dalam panduan/ petunjuk teknis ini merupakan cermin
4

pemahaman tentang MERS-CoV yang ada saat ini dan akan diperbaharui bila ditemukan
adanya bukti bukti perubahan perkembangan penyakit dan pada faktor
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah langkah yang harus dilakukan infection control in home care
2. Bagaimana infection precaution in home care
1.3 Tujuan
Dengan di susunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami
materi tentang Home Care, sehingga mahasiswa yang membuat makalah dan mahasiswa
yang membaca makalah ini dapat mengapresiasi dan mengaplikasikan materi tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
5

2.1 Konsep Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


2.1.1 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
PPI adalah suatu upaya yang ditujukanuntuk mencegah transmisi penyakit menular di
semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota Department of Health, 2014).Pencegahan
memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi, sedangkan pengendalian memiliki arti
meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan demikian, tujuan utama dari pelaksanaan
program ini adalah mencegah dan mengendalikan infeksi dengan cara
menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita
yangsedang dirawat(Darmadi, 2008).
2.1.2 Cakupan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Kemenkes RI (2011), yang
perlu dilakukan dalam pelaksanaan PPI, yaitu
1. Kebersihan tangan
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang disebarkan melalui
tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat dan membunuh
mikroorganisme pada kulit. Menjaga kebersihan tangan ini dilakukan segera setelah sampai di
tempat kerja, sebelum kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama
melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah kontak atau
melakukan tindakan untuk pasien. Secara garis besar, kebersihan tangan dilakukan pada air
mengalir, menggunakan sabun dan/ataularutan antiseptik, dan diakhiri dengan mengeringkan
tangan dengan kain yangbersih dan kering (Kemenkes RI, 2011).
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) telah lama digunakan untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun, dengan munculnya Acquired
Immunodeficiency Syndrome(AIDS)dan Hepatitis C, serta meningkatnya kembali kasus
Tuberculosis(TBC), pemakaian APD juga menjadi sangat penting dalam melindungi petugas.
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata, topi, gaun, apron,
pelindung kaki, dan alat pelindung lainnya (Kemenkes RI, 2011).
3. Penatalaksanaan peralatan pasien dan linen
6

Konsep ini meliputi cara memproses instrumen yang kotor, sarung tangan, linen, dan alat
yang akan dipakai kembali dengan menggunakanlarutan klorin 0,5%, mengamankan alat-alat
kotor yang akan tersentuh serta memilih proses penanganan yang akan digunakansecara tepat.
Penatalaksanaan ini dapat dilakukan dengan precleaning,pencucian dan pembersihan, Desinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT), sertasterilisasi (Kemenkes RI, 2011).
4. Pengelolaan limbah Pengelolaan limbah
merupakan salah satu upaya kegiatan PPI berupa pengelolaan limbah rumah sakit atau
fasilitas

kesehatan

lainnya,

baik

limbah

yang

terkontaminasi

maupun

yang

tidak

terkontaminasi(Kemenkes RI, 2011).


5. Pengendalian lingkungan
Tujuan pengendalian lingkungan atau fasilitas kesehatan lainnya adalah untuk
menciptakan lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman. Pengendalian lingkungan secara baik
dapat meminimalkan atau mencegah transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada
pasien,petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit atau fasilitas kesehatan
(Kemenkes RI, 2011).
6. Kesehatan karyawan/perlindungan pada petugas kesehatan
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terpapar kuman saat bekerja. Upaya fasilitas
kesehatan untuk mencegah transmisi ini adalah membuat program pencegahan dan pengendalian
infeksi pada petugasnya, misalnya dengan pemberian imunisasi (Kemenkes RI, 2011).
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen
infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor risiko pada
pejamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi
(HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari :


a.Peningkatan daya tahan pejamu.
Daya tahan pejamu dapat meningkat dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi
Hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum
termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
b.Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh
metode fisik adalah pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya.
Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi
c.Memutus rantai penularan.
Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi,
tetapi hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang
telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu Isolation Precautions
(Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu Standard Precautions
(Kewaspadaan standar) dan Transmission-based Precautions (Kewaspadaan berdasarkan
carapenularan). Prinsip dan komponen apa saja dari kewaspadaan standar akan dibahas pada bab
berikutnya.
d.Tindakan pencegahan paska pajanan (Post Exposure Prophylaxis / PEP) terhadap petugas
kesehatan.Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau
pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C dan
HIV. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bab selanjutnya

Kewaspadaan pencegahan dan Pengendalian infeksi


1. Kewaspadaan Standar/ Standard Precaution
Kewaspadaan baku adalah tonggak yang harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan
mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan Standar meliputi kebersihan tangan dan
penggunaan APD untuk menghindari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, sekret
(termasuk sekret pernapasan) dan kulit pasien yang terluka. Disamping itu juga mencakup:
pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik, pengelolaan limbah yang aman,
8

pembersihan, desinfeksi dansterilisasi linen dan peralatan perawatan pasien, dan pembersihan
dan desinfeksi lingkungan. Orang dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk
menerapkan kebersihan/ etika pernafasan. Petugas kesehatan harus menerapkan "5 momen
kebersihan tangan",yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan
atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan
setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang
tercemar.
Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan
antiseptik berbasis alkohol
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketika terlihat kotor
Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk kebersihan tangan. Kebersihan tangan
juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika melepas APD.
Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian risiko/
antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka. Ketika melakukan
prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau badan, maka pemakaian APD harus
ditambah dengan,
Pelindung wajah dengan cara memakai masker medis/ bedah dan pelindung mata/ eye-visor/
kacamata, atau pelindung wajah, dan
Gaun dan sarung tangan bersih. Pastikan bahwa prosedur prosedur kebersihan dan desinfeksi
diikuti secara benar dan konsisten. Membersihkan permukaan permukaan lingkungan dengan
air dan deterjen serta memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti hipoklorit) merupakan
prosedur yang efektif dan memadai. Pengelolaan laundry, peralatan makan dan limbah medis
sesuai dengan prosedur rutin.

BAB III
PENUTUP
9

3.1 Kesimpulan
Memutus mata rantai penularan merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi harus didukung dengan kepatuhan dan ketaatan dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dalam Standar Prosedur Operasional. Adapun cara
memutus mata rantai penularan infeksi tersebut adalah dengan penerapan Isolation
Precautions (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu Standard
Precautions (Kewaspadaan Standar) dan Transmission based Precautions (Kewaspadaan
berdasarkan cara penularan).
3.2 Saran
Demikian makalah tentang infection control in home careyang telah kami susun, semoga
dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan .
Bagi mahasiswa yang telah menyusunn makalah ini semoga , maklah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya

10

Anda mungkin juga menyukai