Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan pada dasarnya adalah Human Science and Human Care and Caring
menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang
berbeda dari manusia lainnya(waston,1985)
Adapun penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera
karena berada dalam keadaan mengancam nyawa sehingga memerlukan suatu pertolongan
yang cepat,tepat,dan cermat.
Salah satu kasusgawat darurat yang memerlukan tindakan segera di mana pasien
terancam kematian karena adanya gangguan hemodinamik adala internal bleeding.Internal
bleeding terjadi ketika kerusakan pada arteri atau vena yang terlepas dari system sirkulasi
dan terkumpul di dalam tubuh. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah
darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan
tertentu. Perdarahan yang terjadi bila disebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan
darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja.
(Mansjoer, 2000).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian internal bleeding


2. Apa penyebab dari internal bleeding
3. Bagaimana proses terjadinya internal bleeding
4. Bagaimana asuhan kegawat daruratan pada pasien dengan internal bleeding
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian internal bleeding
2. Mengetahui penyebab dari internal bleeding
3. Mengetahui proses terjadinya internal bleeding
4. Mengetahui asuhan kegawat daruratan pada pasien dengan internal bleeding
1.4 Manfaat
Makalah ini dapat di jadikan inspirasi dan panduan mahasiswa lain untuk membuat
makalah daan dapat di jadikan tambahan ilmu

1|Page
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Internal bleeding


Perdarahan adalah keluarnya darah dari dalam pembuluh darah, baik oleh sebab trauma

maupun non trauma. Perdarahan internal terjadi bila ada trauma yang menyebabkan kerusakan

organ sehingga darah terkumpul dalam kavum abdomen,pleura,maupun rongga yang lain.
2.2 Etiologi
a. Blunt trauma (trauma tumpul)
Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh dengan

benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara

lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai dan lain-lain. Adapun defenisi dari benda

tumpul itu sendiri (Idries, 2006)


b. Decelarition trauma (trauma perlambatan)
Perlambatan mungkin menyebabkan organ-organ dalam tubuh digeser didalam tubuh. Ini

mungkin memotong pembuluh-pembuluh darah dari organ-organ dan menyebabkan

terjadi perdarahan. Ini seringkali adalah mekanisme untuk intracranial bleeding seperti

epidural atau subdural hematomas


c. Fractures (patah tulang/retak)
Terputusnya kontinuitas tulang dan perdarahan mungkin terjadi dengan tulang-tulang

yang patah. Tulang-tulang mengandung sumsum tulang (bone marrow) dimana produksi

darah terjadi. Mereka mempunyai suplai-suplai yang kaya darah, dan jumlah-jumlah

darah yang signifikan dapat hilang dengan fractures.


d. Kehamilan
e. Perdarahan spontan
Perdarahan internal mungkin terjadi secara spontan, terutama pada orang-orang yang

mengkonsumsi obat-obat anti-penggumpalan (anticoagulation)


f. Obat-obatan
Perdarahan internal mungkin disebabkan sebagai efek sampingan dari oba-obat (paling

sering dari obat-obat antiperadangan nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin)

2|Page
g. Penyalahgunaan Alkohol
Penyalahgunaan alkohol jangka panjang dapat juga menyebabkan kerusakan hati, yang

dapat menyebabkan perdarahan.


2.3 Manifestasi klinis
a. Intracranial
dari trauma atau dari kebocoran aneurisma sering menyebabkan rasasakit tetapi juga

dapat hadir dengan fungsi mental yang berubah.Neurologis hasil ujian berkisar dari

ujian mendekati normal untuk kebingungan untukkoma . Gejala Stroke , termasuk

kelemahan , bicara cadel, dan kehilangan penglihatan, juga dapat dikaitkan dengan

perdarahan intraserebral. Tanda-tanda dan gejala tergantung pada di mana dan berapa

banyak darah ada di otak. Jika perdarahan berlanjut, gejala menjadi progresif dan

lebih mudah untuk mengenali.


b. Thorak
Memar / jejas
c. Intra abdominal
Muntah darah (Haematemesis)
Memar / jejas
Mual muntah
Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
Adanya penumpukan darah di rongga peritonium
Mengeluarkan darah dari rectum (haematoskezia)
Waterbrash (dirasakan terdapat pada tenggorokan sebagai rasa asam atau cairan

panas yang pahit)


Pirosis (nyeri ulu hati)
d. Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa menunjukkan gejala-gejala anemia,

seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing. Jika terdapat gejala-gejala

tersebut, dokter bisa mengetahui adanya penurunan abnormal tekanan darah, pada

saat penderita berdiri setelah sebelumnya berbaring.


e. Gejala yang menunjukkan adanya kehilangan darah yang serius adalah denyut nadi

yang cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya pembentukan air kemih. Tangan

dan kaki penderita juga akan teraba dingin dan basah. Berkurangnya aliran darah ke

3|Page
otak karena kehilangan darah, bisa menyebabkan bingung, disorientasi, rasa

mengantuk dan bahkan syok


f. Pada penderita perdarahan yang serius, gejala dari penyakit lainnya, seperti gagal

jantung, tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru dan gagal ginjal, bisa bertambah

buruk. Pada penderita penyakit hati, perdarahan ke dalam usus bisa menyebabkan

pembentukan racun yang akan menimbulkan gejala seperti perubahan kepribadian,

perubahan kesiagaan dan perubahan kemampuan mental (ensefalopati hepatic).

(Sylfia A. Price, 1994 : 359)


g. Muncul tanda-tanda syok hipvolemia
Hipotensi
Takikardi
Perfussi dpb
CRT memanjang
Hipotermi
Produksi urine menurun

2.4 Patofisiologi
Jejas dapat disebabkan oleh trauma tumpul dengan viskositas rendah (misalnya akibat tinju)

biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul viskositas tinggi sering

menimbulkan kerusakan organ multipel, seperti organ padat ( hepar, lien, ginjal ) dari pada

organ-organ berongga (Sorensen, 1987) dan cedera deselerasi terjadi suatu peregangan yang

berlebihan memberikan manifestasi terhadap cedera. Kekuatan peregangan secara longitudinal

memberikan manifestasi ruptur (robek) pada struktur.


Dari faktor tersebut dapat memicu meningkatnya tekanan dalam vena, maka vena tersebut

menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,

mengakibatkan perdarahan massif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba,

penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi

berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap

4|Page
penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba

mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat

pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan

disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolism anaerobi, dan terbentuk asam laktat.

Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai

oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.

2.5 Komplikasi
a. Anemia
b. Dehidrasi
c. Nyeri dada-jika ada juga penyakit jantung
d. Kehilangan darah
e. Syok
f. Kematian
2.6 Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium:
1) Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, Peningkatan leukosit
2) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum dan

laktat
3) Profil hematologi : perpanjangan masa, protrombin, tromboplastin
4) Gas darah arteri: arkalosis respiratori, hipoksemia
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Dilakukan dengan pemeriksaan esopagogram untuk daerah esophagus dan double

contras untuk lambung dan duodenum


2) Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada 1/3 dista es

hopagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada tidaknya varises sedini

mungkin setelah hematemesis berhenti


c. Pemeriksaan endoskopi
1) Untuk menentukan asal dan sumber pendarahan
2) Keuntungan lain : dapat diambil foto, aspirasi cairan dan biobsi untuk pemeriksaan

sitopatologik
3) Dilakukan sedini mungkin setelah hematemesis berhenti

2.7 Penatalaksanaan

5|Page
a. Perhatikan beberapa hal di bawah ini:

Keadaan umum penderita, kesadaran dan tanda-tanda vital


Apakah masih ada perdarahan, dan banyaknya
Perkiraan jumlah darah yang telah keluar dengan melihat keadaan klinik penderita
dan anamnesis tentang lama, sifat, jumlah dan frekuensi perdarahan
Singkirkan kemungkinan sumber perdarahan dari luar saluran cerna (epistaksis,
hemoptysis, ekstraksi gigi, tonsilektomi dan lain-lain).
b. Pre Hospital
Airway : membebaskan jalan nafas menggunakan Head tilt chin lift atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan nafas,muntahan,darah atau benda asing
lainnya.
Breathing : dengan ventilasi yang adekuat ,periksa pernapasan dengan cara Lihat-
Dengar-Rasakan untuk memastikan apakah ada pernapasan atau tidak. Selanjutnya
periksa status respirasi korban (kecepatan,ritme dan kedalaman nafas)
Circulation : dengan kontrol perdaran hebat, jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat maka bantuan napas dapat di lakukan.

1. Pengobatan konservatif

1) Pemasangan sonde karet lunak ke dalam lambung untuk aspirasi darah dan bilas lambung
dengan air es; juga untuk pemberian obat per oral
2) Pemasangan CVP (central venous pressure)
3) Tindakan mengatasi perdarahan dan mencegah perdarahan ulang:
a. Koagulan local-diberikan topical/oral:
Thrombase 500 bubuk/dilarutkan 3-6 kali/hari, atau
Topostasin 3-6 bungkus/hari (dilarutkan)
b. Koagulan parenteral; salah satu dari preparat di bawah ini:
Adona AC-17 3-4x100 mg/hari IV
Anaroxyl 2 x 5-10 mg/hari IM/IV
Coagulen 3-4x 10-20 ml/hari SC/IM
Coagumin 3-4x 20 ml/hari IM/IV
Hesna 3 x 2 ml/hari SC/IM/IV
Thrombase 100 3 x 100 U/hari IM/IV perlahan-lahan
c. Vitamin K 10-20 mg/hari IM/IV
d. Vitamin B kompleks dengan asam folat
e. Jika perdarahan masih berlangsung, berikan infus pitresin 20 U dalam 200 ml
glukosa 5% selama 20 menit agar terjadi vasokonstriksi daerah splanknik. Dapat

6|Page
diulang setiap 4 jam meskipun efeknya akan makin berkurang. Tidak dapat diberikan
pada penderita insufisiensi coroner
f. Pada perdarahan akibat pecahnya varises esophagus dapat dicoba pemasangan balon
modifikasi (kondom) dalam esophagus, lalu ditiup agar menekan dinding esophagus
g. Pada perdarahan saluran cerna bagian atas dapat ditambahkan:
o Menelan potongan es dan meletakkan balok es di atas perut
o Selama ada perdarahan sedang/banyak, hentikan makanan peroral; bila telah
berkurang dapat diberikan makanan cair tidak merangsang
4) Tranfusi darah
Diberikan bila Hb < 10 g% dan Ht < 30%; sedapat mungkin dalam bentuk darah
segar yang masih mengandung factor pembekuan. Jika perdarahan telah berhenti
> 24 jam diberikan packed cell.
Jumlah darah yang diberikan ialah 11/4 kali jumlah taksiran perdarahan, kecuali
pada kasus hipertensi portal (cukup 2/3 kalinya) karena peninggian tekanan darah
di daerah portal dapat menimbulkan perdarahan ulang
5) Perhatian khusus terhadap:
a. Ensefalopati; cegah dengan
o Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
o Pemberian glukosa
o Pemberian neomisin 2-4 x 15 ml/hari per oral
o Pemberian Duphalac 3 x 15 ml/hari per oral
o Diet rendah protein
o Klisma setiap hari selama ada perdarahan
b. Infeksi sekunder; atasi dengan antibiotic spectrum luas
c. Asiters; cegah dengan:
o Diuretic, misalnya furosemide (lasix) 1-3 x 40 mg/hari
o Suplementasi kalium, misalnya KCL 1-3 x 500 mg/hari
o Diet rendah garam

2. Pembedahan

Pembedahan darurat dipikirkan bila pengobatan konservatif di anggap gagal; yaitu bila:

1) Dalam 8 jam pertama, untuk memperbaiki dan mempertahankan tekanan darah/sirkulasi


diperlukan tranfusi darah lebih dari 2 liter
2) Dalam 24 jam berikutnya untuk mempertahankan sirkulasi diperlukan tranfusi darah lebih
dari 2 liter
3)Perdarahan belum juga berhenti setelah 3 x 24 jam sejak dirawat, walaupun hanya
sedikit-sedikit

7|Page
Indikasi pertama ialah yang paling mutlak, pembedahan tetap dijalankan meskipun
penderita dalam keadaan koma. Pada perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh
pecahnya varises esophagus, sementara menunggu persiapan pembedahan/transportasi, dapat
dicoba pemasangan balon modifikasi atau (bila ada) pipa sengstaken-blakemore.

Pipa ini dimasukkan melalui hidung ke dalam lambung; sebelumnya penderita dapat diberi
petidin 15-20 mg IM/IV. Setelah mencapai lambung, dipompakan udara melalui dua lumen yang
masing-masing berhubungan dengan balon retensi dalam lambung dan sebuah balon silindrik
yang berfungsi menekan dinding esophagus. Lumen ketiga berfungsi untuk aspirasi isi lambung
atau memasukkan obat-obatan.

Komplikasi tindakan ini antara lain perdarahan ulang, erosi esophagus, sumbatan jalan
nafas dan aspirasi.

Pembedahan darurat yang dapat dilakukan:

1) Transeksi esophagus atau reseksi lambung dengan/tanpa alat anastomosis boerema


2) Shunt porto-kaval atau spleno-renal

8|Page
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INTERNA BLEEDING
3.1 Pengkajian Primary Survey
1. Airway
membebaskan jalan nafas menggunakan Head tilt chin lift atau menengadahkan kepala

dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya

jalan nafas,muntahan,darah atau benda asing lainnya. Bila korban tidak sadar dan ada

sumbata mekanis, gunakan suction atau pasang alat jalan nafas orofaring atau naso faring.

Bila sumbatan tetap ada pasang intubasi trakea, dan apabila semua tindakan sudah dilakukan

tetap tidak berhasil dapat menggunakan tiroidektomi.


2. Breating
Dengan ventilasi yang adekuat ,periksa pernapasan dengan cara Lihat-Dengar-Rasakan

untuk memastikan apakah ada pernapasan atau tidak. Selanjutnya periksa status respirasi

korban (kecepatan,ritme dan kedalaman nafas), serta pasang O2


3. Circulation
Kaji banyaknya perdarahan,awasi tanda-tanda syok, lakukan pemasangan infus

3.2 Pengkajian Secondary Survey


1. Anamnesa
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer register, diagnosis medis. Keluhan

utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu
Hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian oba-obat

ulserogenik dan penyakit darah seperti leukemia.


4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum

Bleeding < 750 ml 750 1500 >1500


Cap. Refill Normal Memanjang Memanjang
Nadi <100 >100 >120
Tek. Sistolik Normal Normal Menurun
Nafas Normal 20-30 >30-40

9|Page
Kesadaran Normal/composmentis Gelisah/ Gelisah/koma

penurunan

kesadaran

a. Inspeksi
Penderita harus ditelanjangi. Pemeriksaan abdomen harus dimulai dengan inspeksi.
Sebagai tambahan, pemeriksaan pada punggung, panggul, pantat dan posterior paha harus
diinspeksi ketika pertama kali dilihat, setelah insersi dari multiple kateter pemeriksaan
mungkin akan terganggu. Pada abdomen dicari jejas atau luka, dan perhatikan ada tidaknya
perut kembung. Distensi abdomen dengan kejadian hipovolemi berat memberi kesan
adanya internal injury.
b. Auskultasi
Melalui auskultasi ditentukan apakah bising usus ada atau tidak. Darah intraperitoneum
yang bebas atau kebocoran (ekstravasasi) abdomen dapat memberikan ileus,
mengakibatkan hilangnya bunyi usus. Cedera pada struktur berdekatan tulang iga, tulang
belakang atau panggul dapat juga mengakibatkan ileus meskipun tidak ada cedera di
abdomen dalam, sehingga tidak adanya bunyi usus bukan berarti pasti tidak ada cedera
intra-abdominal .
c. Perkusi
Manuver ini menyebabkan pergerakan peritoneum, dapat menunjukkan adanya peritonitis
yang masih meragukan. Perkusi dapat juga menunjukkan adanya bunyi timpani akibat
dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyi redup apabila ada hemoperitoneum.
d. Palpasi
Palpasi abdomen harus lembut. Dari pemeriksaan mungkin tidak ditemukan kelainan pada
organ-organ di dalamnya. Sebagai tambahan pemeriksaan abdomen sulit dinilai pada
pasien dengan gangguan kesadaran. Kecenderungan mengeraskan dinding abdomen
(voluntary guarding) dapat menyulitkan pemeriksaan abdomen. Sebaliknya defans
muskular (involuntary guarding) adalah tanda yang andal dari iritasi peritoneum. Tujuan
palpasi adalah mendapatkan adanya dan menentukan tempat dari nyeri tekan superficial,
nyeri tekan dalam atau nyeri lepas. Nyeri lepas terjadi ketika tangan yang menyentuh perut
diangkat tiba-tiba, dan biasanya menandakan peritonitis yang timbul akibat adanya darah
atau isi usus. Kekakuan yang berlanjut dapat menjadi rigiditas yang merupakan tanda
peritonitis yang dapat dipercayai. Rigiditas adalah sebagai indikasi untuk laparotomi,

10 | P a g e
mekipun hanya merupakan respon dinding abdomen terhadap luka dan bukan kerusakan
visceral. Mengerasnya dinding abdomen mungkin dapat akibat dari fraktur iga bagian
bawah yang membuat pemeriksaan abdomen menjadi sulit diinterpretasikan.
Terabanya masa pada abdomen dapat diasumsikan adanya kandungan darah atau sedikit
campuran darah yang terjadi karena hematom subkapsuler dari lien. Subcutaneus emfisema
pada dinding abdomen menyerupai trauma intrathoracal, meskipun ruptur sangat kecil pada
viscus abdominal.
e. Pemeriksaan Rektum dan Pelvis

Jika pasien adalah wanita, periksa pervaginam ketika berbaring terlentang,


kemudian periksa rektumnya. Perhatikan juga sarung tangan yang digunakan. Kantong
rektovagina yang penuh atau nyeri tekan pada pada wanita atau kantong rekto vesikal
pada laki-laki mungkin menunjukkan hemoperitoneum. Perhatikan luka pada peritoneum
atau pada pantat pada saat yang bersamaan.

Pelvis diperiksa dengan cara menekan os pubis kebelakang dan menekan kedua
sisi panggul pada krista pelvis dengan kedua tangan. Bila ada fraktur akan terasa nyeri.
Tungkai atas dan bawah diperiksa. Adanya luka, kelainan bentuk atau rasa nyeri pada
gerakan aktif maupun pasif merupakan indikasi untuk melakukan pemeriksaan lanjut
yang ditujukan kepada kemungkinan patch tulang dan cedera sendi. Tulang belakang
diperiksa dengan membalikkan penderita kesisinya dan menekan celah interspinosus dan
processes spinosus.

f. Pemeriksaan persistem

1) B1 (Breathing)
Adakah jejas,muncul sesak nafas, takhipnea, saturasi O2 menurun
2) B2 (Blood)
Hipotensi, nadi cepat dan kecil, CRT melambat, perfusi DPB
3) B3 (Brain)
Kesadaran menurun, gelisah
4) B4 (Bowel)
Hematemesis, melena, hematoszesia
5) B5 (Bladder)
Produksi urine menurun
6) B6 (Bone)
Adakah jejas dan kelainan bentuk extremitas terutama pada daerah pelvis
g. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan laboratorium

11 | P a g e
Pemeriksaan darah diambil dan dilakukan pemeriksaan untuk darah rutin
(angka leukosit, Hb, angka eritrosit, angka trombosit,dll) golongan darah,
Bleeding time, Clotting time, ureum creatinin, urin rutin, dan SGOT SGPT
apabila pasien dalam hemodinamik stabil. Pemeriksaan croosmatch perlu
ditambahkan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil.

Bila terjadi perdarahan akan teriadi penurunan hemoglobin dan hematokrit


dan bisa disertai leukositosis. Bila meragukan hares dilakukan pemeriksaan serial.
sedangkan adanya eritrosit di dalam urin menunjang teriadinya trauma saluran
kencing. Kadar serum amylase 100 unit dalam 100 ml cairan abdomen menunjang
bahwa telah terjadi trauma pancreas.

2) Pemeriksaan Radiologi

1. Pemeriksaan Foto Polos abdomen

Yang biasa dilakukan adalah foto polos 3 posisi. Yang diperhatikan adalah
tulang vertebra dan pelvis, benda asing, bayangan otot psoas dan udara bebas
intra atau retoperitoneal. Pada penderita yang hemodinamik normal maka
pemeriksaan rontgen abdomen dalam keadaan terlentang dan berdiri (sambil
melindungi tulang punggung) mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum udara bebas di bawah diafragma, yang
keduanya memerlukan laparotomi segera. Hilangnya bayangan pinggang (psoas
shadow) juga menandakan adanya cedera retroperitoneum. Bila foto tegak
dikontraindikasikan karena nyeri atau patch tulang punggung, dapat digunakan
foto samping sambil tidur (left lateral decubitus) untuk mengetahui udara bebas
intraperitoneal.

2. Ultrasound Diagnostik (Ultrasonografi )

Ultrasound dapat digunakan untuk mengetahui adanya hemoperitoneum.


Ultrasound adalah non-invasif, teliti dan murah dalam melakukan diagnosis
cedera intra abdominal dan dapat dilakukan berkali-kali.

3. IVP atau Sistogram

12 | P a g e
Hanya dilakukan bila dicurigai adanya trauma pada saluran kencing.

4. Uretrografi

Dilakukan sebelum memasang kateter urin (indwelling) kalau diduga adanya


ruptur uretra.

5. Diagnostik Peritoneal Lavage

Diagnostik peritoneal lavage adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan


cermat tetapi invasif, dan sangat berperan dalam menentukan pemeriksaan
berikut yang perlu dilakukan pada penderita, dan dianggap 98% sensitive untuk
perdarahan intaperitoneum. Pemeriksaan harus dilakukan oleh tim bedah yang
merawat penderita dengan hemodinamik abnormal dan menderita multi trauma,
teristimewa kalau terdapat situasi seperti berikut:

o Perubahan sensorium-cedera kepala, intoksikasi alcohol, penggunaan obat


terlarang.
o Perubahan perasaan-cedera jaringan syaraf tulang belakang.
o Cedera pada struktur berdekatan-tulang iga bawah, panggul, tulang belakang
dari pinggang ke bawah (lumbal spine)
o Pemeriksaan fisik yang meragukan.
o Antisipasi kehilangan kontak panjang dengan penderita-anestesia umum
untuk cedera yang lain dari abdomen, studi pemeriksaan roentgen yang lama
waktunya, seperti angiografi (penderita hemodinamis normal atau
abnormal).

Kontraindikasi mutlak terhadap DPL adalah adanya indikasi untuk laparotomi


(celiotomy). Kontraindikasi yang relative meliputi operasi abdomen sebelumnya, kegemukan
yang tidak sehat.

Bila ditemukan darah, isi usus, serat sayuran, atau cairan empedu (bile) melalui kateter
pencuci pada penderita yang hemodinamis abnormal, harus dilakukan laparotomi. Kalau darah
gross atau isi usus tidak tersedot, pencucian dilakukan dengan 1000 ml larutan ringer lactate
yang dipanasi. Dilakukan penekanan abdomen dan log roll untuk meyakinkan pencampuran yang
memadai dari isi abdomen dengan cairan pencuci, setelah itu cairan yang keluar dikirim ke
laboratorium untuk analisa kuantitatif bila isi usus, serat sayuran, atau air empedu tidak terlihat.
13 | P a g e
Tes yang positif dan keperluan intervensi pembedahan dfindikasikan dengan > 100.000
RBC/mm3, > 500 WBC/mm3, atau pewarnaan gram yang positif karena adanya bakteri-bakteri.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit volume cairan dan elektrolit b.d perdarahan
2. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan kadar Hb
3. Penurunan perfusi jaringan b.d penurunan kadar Hb dan oksigenasi
4. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh
5. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d intake in adekuat
3.4 Intervensi

No Diagnosa kep. NOC NIC


1. Defisit volume cairan Fluid balance Fluid management:
Hidratyon Monitor vital sign
dan elektrolit b.d Nutritional status: Monitor status

perdarahan food and fluid hidrasi


Intake
(kelembaban
Kriteria hasil:
membrane
Mempertahankan
mukosa, nadi
urin output sesuai
adekuat, tekanan
dengan usia dan bb,
darah ortostatik)
bj urin normal, ht
jika diperlukan
normal Pertahankan
TTV dalam batas
catatan intake dan
normal
Tidak ada tanda- output yang

tanda dehidrasi akurat


Elastisitas turgor Monitor masukan

kulit baik, makanan atau

membrane mukosa cairan dan hitung

lembab, tidak ada intake kalori

rasa haus yang harian

14 | P a g e
berlebihan Kolaborasikan

pemberian cairan

IV

2. Gangguan Respiratory status: Gas Airway management:


Posisikan
pertukaran gas b.d exchange
Respiratory status : pasien untuk
penurunan kadar
ventilation memaksimalkan
Hb Vital sign status
ventilasi
Kriteria hasil : Pasang mayo

Mendemonstrasikan bila perlu


Monitor
peningkatan ventilasi dan
respirasi dan
oksigenasi yang adekuat
Memelihara kebersihan status O2

paru-paru dan bebas dari Respiratory

tanda-tanda distress monitoring:

pernafasan Monitor rata-


Mendemonstrasikan batuk
rata,
efektif dan suara nafas
kedalaman,
yang bersih, tidak ada
irama dan usaha
sianosis dan dyspnea
Tanda-tanda vital dalam respirasi
Monitor pola
batas normal
nafas seperti

bradipena,

takhipenia,

15 | P a g e
kusmaul,

hiperventilasi
3. Penurunan perfusi Circulation status Peripheral sensation
Tissue perfusion: cerebral Monitor
jaringan b.d Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan kemampuan
penurunan kadar
status sirkulasi yang BAB
Hb dan oksigenasi Monitor adanya
ditandai dengan
o Tekanan sistol dan tromboplebitis
Kolaborasi
diastole dalam
pemberian
rentang yang
analgetik
diharapkan
Mendemonstrasikan

kemampuan kognitif yang

ditandai dengan
o Berkomunikasi

dengan jelas dan

sesuai dengan

kemampuan
o Memproses

informasi
o Menunjukkan

fungsi sensorik

dan motoric

kranial yang utuh:

tingkat kesadaran

membaik, tidak

ada gerakan-

16 | P a g e
gerakan involunter
4. Resiko tinggi Immune statuse Infection control
Cuci tangan
infeksi b.d Knowledge: infection
sebelum dan
penurunan daya control
Risk control sesudah
tahan tubuh
Kriteria hasil: tindakan

Bebas dari tanda dan keperawatan


Ganti line
gejala infeksi
Jumlah leukosit dalam sentral dan

batas normal dressing sesuia


Menunjukkan
dengan
kemampuan untuk
petunjuk umum
mencegah timbulnya Tingkatkan

infeksi intake nutrisi


Ajarkan cara

menghindari

infeksi
Laporkan

kecurigaan

infeksi
Monitor tanda

dan gejala

infeksi sistemik

dan local
Berikan terapi

anti biotic bila

perlu
Pertahankan

17 | P a g e
lingkungan

aseptic selama

pemasangan

alat.
5. Resiko gangguan Nutritional Status ; Food Nutrition monitoring
BB pasien
pemenuhan and fluid intake
Nutritional status : dalam batas
kebutuhan nutrisi
Nutrion intake normal
b.d intake in Weight control Monitor adanya
Kriteria Hasil:
adekuat Tidak ada tanda-tanda mal penurunan berar

nutrisi badan
Tidak terjadi penurunan Monitor kulit

BB kering dan

perubahan

pigmentasi
Monitor turgor

kulit

Nutrition management

Kaji

kemampuan

pasien untuk

mendapatkan

nutrisi yang

dibutuhkan
Berikan

informasi

18 | P a g e
tentang

kebutuhan

nutrisi
Berikan

makanan yang

sudah di

konsultasikan

dengan ahli gizi

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perdarahan internal terjadi bila ada trauma yang menyebabkan kerusakan organ sehingga

darah terkumpul dalam kavum abdomen,pleura,maupun rongga yang lain.Prioritas

keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan dan mencegah komplikasi terjadidan

memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien.

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah terdapat

banyak kesalahan,kekurangan,serta kegagalan baik dalam penulisan maupun materi. Untuk

19 | P a g e
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya lebih

baik lagi dan penulis berharap kepadasemua pembaca khususnya mahasiswa untuk lebih di

tingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai