Anda di halaman 1dari 7

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan gangguan fungsi otak yang

terjadi dengan cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai

darah ke otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan

serangkaian reaksi bio-kimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. Hal

tersebut menyebabkan penderita mengalami kelemahan dan kelumpuhan separuh

badan. Penderita yang mengalami kelumpuhan akan sulit untuk melakukan

mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik merupakan keadaan dimana pasien tidak

dapat melakukan pergerakan secara mandiri untuk bergerak secara bebas, mudah

dan teratur sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien yang menderita

gangguan mobilitas fisik pada umumnya juga mengalami penurunan kekuatan otot

dan rentang gerak serta nyeri saat menggerakkan tubuh (Auryn, 2018).

Menurut data World Health Organization (WHO, 2016) bahwa CVA

merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab keenam yang paling umum

dari cacat. Sekitar 15 juta orang menderita CVA yang pertama kali setiap tahun,

dengan sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan kematian (3,5

juta perempuan dan 3,1 juta laki-laki). CVA merupakan masalah besar di negara-

negara berpenghasilan rendah dari pada di negara berpenghasilan tinggi. Lebih dari

8,1% kematian akibat CVA terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah

Presentase kematian dini karena stroke naik menjadi 94% pada orang dibawah usia
2

70 tahun. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1

per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi

terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah

(16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (RISKESDAS, 2018).

Di era modern ini kecenderungan CVA mengancam usia produktif karena

kurangnya perhatian pada pola makan. Makanan dengan kandungan kolesterol

tinggi dapat memicu penumpukan endapan lemak pada pembuluh darah yang

menuju ke otak, hal tersebut menyebabkan terjadinya penyempitan sehingga

pasokan darah dan oksigen berkurang. Penyempitan pembuluh darah membuat

jantung memompa darah lebih cepat dan memungkinkan terjadinya pecah

pembuluh darah. Penderita CVA umumnya mengalami kesulitan bicara, kesulitan

berjalan, kesulitan mengkoordinasi bagian-bagian tubuh, sakit kepala, kelemahan

otot wajah, gangguan penglihatan, gangguan keseimbangan, gangguan sensori,

gangguan pada proses berpikir dan hilangnya kontrol terhadap gerakan motorik

yang secara umum dapat dimanifestasikan dengan disfungsi motorik seperti

hemiplegia (paralis pada salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis (kelemahan yang

terjadi pada salah satu sisi tubuh) dan yang paling parah terjadi kelumpuhan secara

permanen (Mawarti. et al, 2012).

Intervensi pertama yang dapat dilakukan dalam asuhan keperawatan pada

pasien CVA infark dengan gangguan mobilitas adalah memperbaiki kemampuan

mobilitas pasien agar tidak terjadi deformitas. Mobilisasi perlu dilakukan untuk

meningkatkan kemandirian, meningkatkan kesehatan, dan memperlambat proses


3

penyakit (degeneratif). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak

bebas. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyababkan ketergantungan dan

membutuhkan tindakan keperawatan salah satunya adalah dengan latihan ROM

(Mubarak, 2018). Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses

rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada

pasien stroke. Latihan ini merupakan salah satu bentuk intervensi fundamental

perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien

dan dalam upaya pencegahan terjadinya cacat permanen. Lewis (2017)

mengemukakan bahwa sebaiknya latihan ROM dilakukan beberapa kali dalam

sehari. Semakin dini proses rehabilitasi dimulai maka kemungkinan pasien

mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil. Menurut Carpenito (2019)

latihan Range Of Motion dibedakan menjadi ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif

dilakukan dengan cara megkontraksi otot secara aktif melawan gaya gravitasi

seperti mengangkat tungkai dalam posisi kaki lurus, sedangkan ROM pasif

dilakukan dengan meggerakan otot klien dengan bantuan orang lain.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Gangguan Mobilitas Fisik

Pada Kasus CVA (Cerebro Vascular Accident) di Wilayah Kerja Puskesmas Puri

Kabupaten Mojokerto”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut. “Bagaimana Asuhan Keperawatan Dengan


4

Masalah Gangguan Mobilitas Fisik Pada Kasus CVA (Cerebro Vascular Accident)

di Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan umum dalam penelitian ini

adalah “Melaksanakan Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Gangguan Mobilitas

Fisik Pada Kasus CVA (Cerebro Vascular Accident) di Puskesmas Puri Kabupaten

Mojokerto”.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan umum dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah

gangguan mobilitas fisik pada kasus CVA (Cerebro Vascular Accident) di

Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.

2. Mampu menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien dengan masalah

gangguan mobilitas fisik pada kasus CVA (Cerebro Vascular Accident) di

Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.

3. Mampu menyususn perencanaan keperawatan pada pasien dengan masalah

gangguan mobilitas fisik pada kasus CVA (Cerebro Vascular Accident) di

Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah

gangguan mobilitas fisik pada kasus CVA (Cerebro Vascular Accident) di

Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.


5

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah

gangguan mobilitas fisik pada kasus CVA (Cerebro Vascular Accident) di

Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tugas akhir sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yaitu :

1) Memberikan sumbangan pemikiran dalam kegiatan belajar mengajar

tentang keperawatan CVA dengan gangguan mobilitas fisik.

2) Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu keperawatan tentang

keperawatan CVA dengan gangguan mobilitas fisik, yaitu dengan

meggunakan metode ROM (Range of Motion).

3) Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan keperawatan CVA dengan gangguan

mobilitas fisik

4) Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sumber data bagi penelitian

yang memerlukan masukkan berupa data atau pengembangan penelitian

dengan masalah yang sama demi kesempurnaan penelitian.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :


6

1) Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai bahan masukkan bagi puskesmas dalam melakukan upaya

pengontrolan mobilitas sekaligus upaya preventif melalui mobilitas fisik

pada pasien dengan CVA khususnya.

2) Bagi Pasien

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada pasien agar

tetap menjaga dan menyeimbangkan mobilitas fisik dan menjaga asupan

gizi.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk peneliti

selanjutnya khususnya pada bidang CVA infark dengan gangguan mobilitas

fisik

.
7

DAFTAR PUSTAKA

Auryn, V. 2018. Mengenal dan Memahami Stroke. Kata Hati. Yogyakarta.

Carpenito, L.J. (2019). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Lewis. 2017. Medical Surgical Nursing. 7th edition. St. Louis: Missouri. Mosby-
Year Book, Inc.

Mawarti, H., & Farid. (2012). Pengaruh latihan ROM (Range Of Motion) pasif
terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke dengan
hemiparase. UNIPDU: Jombang

Mubarak, W.I. (2018). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. 2018

Riskesdas. Penyakit Tidak Menular. 2018

World Health Organization. 2016 . Tobacco & Stroke. Geneva: World Health
Organization

Anda mungkin juga menyukai