PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator mutu adalah suatu pelayanan kesehatan yang dapat diukur secara
dapat dituangkan dalam angket atau quesioner, Sedangkan Indikator mutu yang
dapat diukur secara objektif misalnya tingkat mortalitas suatu penyakit, lama rawat
pasien, dan kejadian infeksi nosokomial atau yang kini lebih sering dikenal dengan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada
umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti ruang perawatan anak,
2008). Infeksi nosokomial menurut Brooker (2008) adalah infeksi yang didapat dari
rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam dan pasien
tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit.
Dari penjelasan HAI’S diatas. VAP perlu menjadi perhatian khusus karena
berkaitan banyak dengan indikator mutu rumah sakit, selain HAI’S itu sendiri,
ditemukannya VAP di ruang ICU juga berkaitan dengan lamanya perawatan pasien.
1
Ventilator Assosiated Pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia
dalam waktu 48 Jam setelah awal pemasangan ventilasi mekanik (Ali, 2013;Said,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kalanuria, Zai & Mirski (2014),
disebutkan bahwa onset dini VAP terjadi dalam kurun waktu 4 hari (96 jam) dan
biasanya prognosis pasien masih lebih baik dikarenakan patogen masih sensitif
terhadap antibiotik, sedangkan onset lambat VAP muncul lebih dari 4 hari setelah
menjadi buruk dan kemungkinan besar disebabkan oleh Multidrug Resistant (MDR).
berkisar antara 8 sampai dengan 28% dan akan meningkat menjadi 69 % pada
pasien terpasang mesin ventilator lebih dari 30 hari (Chastre & Fagon, 2002).
Klebsiella pneumoniae, dan Enterobacter akibat dari pemasangan selang ETT yang
terdapat di Orofaring dan lambung serta terpasangnya mesin ventilator pada pasien
juga dapat menjadi jalan bagi bakteri untuk masuk ke saluran pernafasan
dikarenakan tidak adanya reflek batuk akibat pemakaian obat sedasi dan pelumpuh
selang endotrakeal kemudaian jatuh dan masuk ke paru-paru (Lawrence & Fulbrook,
2
Untuk mediagnosis VAP dilakukan penskoran menggunakan Clinical
Pulmonary Infection Score (CPIS) dengan komponen yang dinilai yaitu suhu, nilai
leukosit, sekresi trakeal, hasil x-ray thorax, hasil kultur sputum dan status
yang mengalami VAP adalah sebesar 30% dan dapat meningkat menjadi 70%
seiring dengan penyerta lain seperti usia, riwayat kesehatan dan penyakit-penyakit
kronis lainnya.
Menanggapi hal tersebut pada tahun 2005 Institute for Healthcare Improvement
komponennya dari waktu ke waktu. Reyes, Ruppert, & Shiao (2007) menjelaskan
dalam penelitiannya, langkah untuk mengurangi kejadian VAP pada pasien yang
Hal yang sama dinyatakan oleh Munto & Ruggiero (2014) terkait komponen
VAP bundle namun ditambahkan satu komponen yaitu perawatan mulut harian
komponennya yaitu tidak ada penggantian sirkuit ventilasi setiap hari kecuali
terdapat indikasi khusus, menjaga kebersihan tangan dengan ketat dengan alkohol
3
terutama bersentuhan dengan pasien, pemberhentian penggunaan sedasi harian dan
berbagai macam mikroorganisme, misalnya bakteri Gram positif dan Gram negative
adalah adanya ikatan atau interaksi antara muatan positif dengan muatan negatif
Chlorhexidine ke dalam tubuh bakteri dan menimbulkan efek toksik, saat masuk
kedalam membran sel bakteri, zat aktif Chlorhexidine akan merusak membran sel
tersebut juga memiliki efek samping dapat terjadinya Mouth Ulcer, dengan tanda
bercak atau luka putih pada bagian dalam mulut atau di bibir, pembengkakan
2016). Tentunya hal tersebut dapat dihindari dengan regimen yang tepat.
4
satunya adalah dengan penggunaan pembersih mulut berbasis enzim
Lactoperoxidase .
enzim seperti Lactoperoxidase cendrung lebih aman, dan alamiah melibatkan proses
fisiologis tubuh. Dalam penelitian Bafort, Parisi, Perraudin, & Jijakli, 2014
menunjukkan bahwa produksi oksidan kuat adalah bagian kuat dari mekanisme
pertahanan nonimmune terhadap bakteri patogen, jamur, atau parasit yang membuat
WHO tahun 1998 dari hasil penelitian di 20 negara dengan total 361 ICU, sebanyak
2897 pasien yang menggunakan ventilasi mekanik lebih dari 48 jam, sebanyak 439
Menurut Europian Centre for Desease Prevention and Control (ECDC) Pada
tahun 2014, 6 995 (8%) dari pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU)
selama lebih dari dua hari ditemukan setidaknya satu infeksi terkait perawatan
kesehatan (HAI) yang diperoleh ICU di bawah pengawasan. Dari semua pasien
yang dirawat di ICU selama lebih dari dua hari, 6% ditemukan dengan pneumonia,
4% dengan infeksi aliran darah (BSI) dan 3% dengan infeksi saluran kemih (ISK).
5
Penelitian dilakukan oleh Nency dkk (2014) pada Januari 2013 s/d Agustus
2014, penelitian dilakukan di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, dari total 113
Dari data yang didapatkan dari unit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
RSUD Pasar Minggu didapatkan 3 kejadian infeksi 3 bulan terakhir di ruang ICU
RSUD Pasar Minggu sebagai berikut : bulan Juli 2018 Infeksi Daerah Operasi (IDO)
(VAP) 7,55%, bulan Agustus 2018 Infeksi Daerah Operasi (IDO) 0,6%, Hospital
Aquired Pneumonia (HAP) 0%, Ventilator Aquired Pneumonia (VAP) 7,4%, bulan
tingkat keefektifan oral hygiene dengan pembersih mulut berbasis enzim pada
B. Rumusan Masalah
VAP adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang
6
dengan serius, VAP dapat berdampak buruk bagi pasien seperti bertambahnya long
Ventilator bundle dan VAP bundle, yang terdiri dari elevasi kepala 30-45 derajat,
Chlorhexidine.
Efek samping dari Chlorhexidine adalah terjadinya Mouth ulcer, untuk itu perlu
Jakarta.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Jakarta
7
2. Tujuan Khusus
pencegahan VAP
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Penelitian
ruang ICU RSUD Pasar Minggu Jakarta serta menjadi dasar untuk penelitian
selanjutnya
8
Sebagai dasar pengetahuan dan pendidikan bahwa mahasiswa keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ventilasi Mekanik
9
1. Pengertian
Pasien yang terindikasi untuk masuk ruangan ICU adalah pasien dengan
merupakan salah satu alat bantu pernapasan untuk membatu pasien yang tidak
dapat bernafas secara spontan agar pasien tidak mengalami hipoksemia dan
2. Indikasi
jantung, (cardiac arrest), hiperventilasi dan apnea, gagal nafas dan dan
seperti penurunan kesadaran, cedetra kepala berat, cedera pada paru-paru, dan
ventilator dapat dilihat dari kondisi pasien atau gangguan yang dialami :
10
a. Pneumonitis, edema paru noncardiogenic, ARDS, edema paru cardiogenic,
intravaskular
tumor emboli
volume tidal kurang dari 5 liter, kapasitas vital paru kurang dari 10 ml/kg
berat badan tubuh, minute volume kurang dari 10 L/menit, dan kenaikan
3. Mode Ventilator
11
Dalam penggunaan ventilator, harus disesuaikan dengan kondisi klinis dan
kebutuhan dari pasien tersebut agar terhindar dari komplikasi yang malah akan
a. Volume controled
Di dalam mode Volume Controled (VC) terdapat beberapa cara kerja yaitu
Pada mode ini, mesin ventilator akan memberikan volume udara yang
penggunaan sedasi dan tanpa adanya penyakit paru penyerta agar tidak
2014).
12
Penggunaan mode ini dianjurkan pada saat penyapihan (weaning).
mode ini diberikan pada pasien yang sudah ada usaha nafas spontan
napas spontan. Jika ada tidak ada usaha napas spontan maka mesin
ventilator akan memenuhi volume tidal, namun jika ada usaha nafas
b. Pressured Controled
pasien yang memiliki gangguan atau penyakit paru dan pada pasien dengan
13
Sama halnya dengan mode VC-SIMV mode ini digunakan untuk
c. Pressure Support
Mode ini disarankan pada pasien yang memiliki usaha napas spontan dan
pasien.
Mode ini digunakan pada pasien yang sudah memiliki usaha napas spontan
dan pasien dengan indikasi tertentu seperti udema paru. Pada mode ini
mesin ventilator akan memberikan tekanan positif pada akhir ekspirasi agar
kondisi paru selalu dalam keadaan positif sehingga kondisi paru akan tetap
a. Pneumotorak
14
Penempatan ETT yang tidak simetris dapat mengakibatkan distribusi udara
baik maka akan mengakibatkan salah satu bagian paru kolaps sehingga
kembali normal.
b. Barotrauma
Penggunaan mode ventilaor yang tidak sesuai dengan kondisi pasien dapat
Keseimbangan asam basa dapat dipengaruhi oleh kadar oksigen dan karbon
untuk rutin diperiksa analisa gas darah agar dapat melihat pH, yaitu kadar
minimalisir.
d. Infeksi.
15
yang juga menghilangkan reflek batuk sehingga dapat terjadi penumpukan
1. Pengertian
paling umum ditemukan pada pasien dengan keadaan kritis pada pasien yang
pemasangan ventilasi mekanik. (Korhan, Hakverdiog, Lu, Kilic, & Uzeli, 2013;
2009).
2. Diagnosis VAP
diantaranya :
16
a. Algoritma manifestasi klinis kejadian Pneumonia (CDC,2018)
Tabel 2.1
Laboratorium
1) Gambaran bercak pada paru Demam (diatas 38 °C) tanpa sebab lain
yang persisten
Hasil Laboratorium
2) Konsolidasi
1) Leukopenia (<40000/mm3)
3) Kapitasi
2) Leukositosis (>12000/mm3)
Catatan :
Serta ditemukannya dua hal berikut
17
pernapasan, edema bronko aliran pernapasan
bronkial
Hasil Laboratorium
b. Dalam penelitian yang dilakukan oleh kalanuria, Zai, Mirski (2014) untuk
Pulmonary Infection Score (CPIS) dengan parameter yang dinilai yaitu suhu,
leukosit, foto rontgen, produksi sputum dan hasil kultur sputum. Penskoran
18
Tabel 2.2 Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS)
38,5-38,90C 1
>38,90C 2
19
Leukosit darah 4000-11000/ mm3. 0
Purulen 2
Pa02/Fi02 >240 0
<240 2
1
ada
20
Pasien yang terinfeksi VAP dapatmenyebabkan kematian 24-50% dan
dapat beresiko tinggi lebih dari 74% apabila dialami oleh lansia, pasien dengan
PPOK, Luka bakar, bedah syaraf, dan sindrom gagal nafas akut (Gomes, 2010)
meningkatkan resiko VAP. Rute utama patogenesis dari VAP adalah kombinasi
dari 2 proses yaitu kolonisasi bakteri dari saluran aerodigestive (saluran napas
dan pencernaan bagian atas) dan selanjutnya aspirasi ke saluran napas bagian
bawah (Hooser,2002)
masuk (baik dari kelebihan sekresi atau dari tindakan suction infiltrasi paru) dan
terpasangnya ventilator pada pasien juga dapat menjadi jalan masuknya bakteri
ke saluran pernapasan dikarenakan tidak ada reflek batuk akibat obat sedasi atau
menyebabkan VAP (Lawrence & Fulbrook, 2010; MC. Carthy, Santiago & Lau,
21
Said (2012) menjelaskan bebeapa faktor yang dapat menimbulkan VAP
diantaranya :
maupun antibiotik.
ventilator
c. Personil atau staf yang terkait selama merawat pasien yang terpasang
dan sesudah kontak dengan pasien dan tindakan suction yang tidak steril.
Salah satu pencegahan VAP yang banyak digunakan oleh beberapa negara
untuk mencegah aspirasi saluran napas. Pada kasus VAP, salah satu
22
terlentang berisiko mengalami aspirasi dan untuk menghindari hal tersebut
ventilator dengan ketinggian 30-450 (Oliviera & Zagalo & Silva, 2014).
dampak yang positif. Hal tersebut dibuktikan dari 39 pasien diberikan posisi
pembekuan darah karena posisi tubuh yang statis (Hirsh & Hoak, 2012).
Merupakan kompnen utama dari VAP bundle yang tidak memiliki dampak
langsunng terhadap VAP, tetapi menjadi salah satu faktor risiko dan harus
lambung dan bisa juga terjadi di saluran pencernaan bagian bawah seperti
23
mengalami ulkus peptikum akibat aspirasi asam lambung ke saluran
Ulkus peptikum dapat menjadi faktor risiko VAP karena pada pasien
menyebabkan VAP.
Munro & Regio (2014) telah melakukan penelitian akibat yang terjadi pada
VAP terjadi pada pasien yang terpasang ventilator dalam kurun waktu 48
24
seperti pneumonia dan barotrauma sehingga dianjurkan untuk persiapan
e. Oral Hygiene
mulut menjadi faktor terjadinya VAP. Pada pasien yang terpasang ventilator
Actinomyces yang menumpuk pada plak gigi dan mukosa mulut sehingga
25
of Critical Care Nurses (AACN) merekomendasikan perawatan mulut
C. Oral Hygiene
Dari berbagai upaya pencegahan VAP yang dirangkum dalam VAP Bundle
sangat besar dalam keberhasilan pencegahan terjadinya VAP pada pasien yang
terpasang ventilator.
1. Pengertian
Menurut Taylor (dalam Shocker, 2008), Oral Hygiene yaitu suatu tindakan
yang dilakukan untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah, dan mukosa mulut,
bahwa tujuan dari Oral Hygiene yaitu mencegah penyakit gigi dan mulut,
26
mencegah penyakit yang penularanya melalui mulut, mempertinggu daya tahan
ICU, oleh karena itu Oral Hygiene menjadi suatu tindakan penting yang
seharusnya dilakukan oleh perawat secara rutin, karena jalur utama dan awal
bagi bakteri patogen untuk masuk ke paru-paru pasien yang terpasang ventilasi
yang terbentuknya pada gigi. Akumulasi plak bakteri pada gigi karena Hygiene
mulut yang buruk adalah faktor penyebab utama masalah kesehtan rongga
bakteri penghasil asam pada permukaan gigi. Asam demineralizes email gigi
kesehatan mulut, seperti sariawan, mulut luka bau mulut dan lain-lain dianggap
sebagai efek dari kesehatan rongga mulut yang buruk. Sebagian besar masalah
gigi dan mulut dapat dihindari hanya dengan menjaga kebersihan mulut dengan
27
4. Cara Menjaga Oral Hygiene pada pasien dengan Penurunan Kesadaran.
kesadaran terjadi kehilangan reflek gag akibat cidera sistem neurogik, (Daniel
Rick, 2004). Akumulasi hasil sekresi saliva di mulut dapat dengan mudah
f. Jika pasien tidak koopratif dan kesulitan untuk membuka mulut atau
28
g. Bersihkan mulut menggunakan sikat atau kasa, kemudian mousterisasi
h. Bersihkan bagian mulut dengan cara dari gigi bagian dalam ke bagian
terrluar.
bertahap.
s. Cuci tangan
1. Pengertian
29
Chlorhexidine (CHX) adalah suatu antiseptic yang termasuk golongan
Chlorhexidine digunakan sebagai surgical scrub, mouth wash, neonatal bath &
bakteriostatik terhadap bakteri Gram (+) dan Gram (-). Chlorhexidine lebih
efektif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan dengan bakteri Gram negatif.
sangat efektif digunakan untuk plak control pada perawatan radang gingival
(gingivitis).
2. Farmakokinetik
permukaan gigi atau mukosa oral, dental plak untuk kemudian dilepas dalam
bakteri. 30% dipertahankan dalam rongga mulut dan kemudian dirilis perlahan.
3. Farmakodinamik
30
dan koagulasi kandungan intraselular sel bakteri (pada pemaparan
kerusakan ini tidak cukup untuk menyebabkan kematian sel atau lisisnya sel.
Kemudian chlorhexidine akan melintasi dinding sel atau membran luar, diduga
melalui proses difusi pasif, dan menyerang sitoplasmik bakteri atau membrane
dalam sel bakteri. Kerusakan pada membrane semipermiabel ini akan diikuti
dengan keluarnya kandungan intraselular sel bakteri. Kebocoran sel tidak secara
gigi. Dasar yang kuat untuk mencegah terbentuknya plak adalah terjadinya
31
polisakarida, protein, glikoprotein, saliva, pelikel, mukosa serta permukaan
dihambat. Hal ini juga dipengaruhi oleh konsentrasi dari medikasi, pH,
pada permukaan gigi dan mucin pada saliva, kemudian dilepas dalam bentuk
keadaan ini yang menjadi dasar aktivitas CHX dalam menghambat plak.
4. Indikasi
a. Gingivitis
c. Denture stomatitis
e. Periodontitis
g. Mencegah karies
impaksi
5. Efek Samping
32
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh Chlorhexidine terutama dalam jangka
a. taste alteration
c. Iritasi mukosa
d. Deskuamasi mukosa
e. Contact dermatitis
f. Photosensitivity
g. Transient parotitis
E. Lactoperioxidase
1. Pengertian
2000). Cara kerja enzim ini adalah unik, tidak sebagaimana enzim lainnya di
dalam susu. LPO mengkatalisa reaksi antara hydrogen peroxide (H2O2) dan
thiocyanate (SCN–) yang secara natural terdapat dalam susu menjadi senyawa
and Hooijdonk, 2000, Seifu et al., 2007). Proses katalisis yang dilakukan oleh
33
(LPOS). Senyawa OSCN– ini adalah senyawa yang bertanggung jawab untuk
membunuh bakteri, fungi, dan virus dengan merusak gugus sulfhidril (gugus
S-H) dari membran sel, yang mengakibatkan pada kerusakan vital membran sel
yang pada akhirnya akan membawa pada kematian sel (Al-Baarri et al., 2011b,
H2O2 dan SCN– akan tersisa di dalam susu. Sisa substrat inilah yang nantinya
OSCN– sebagai anti bakteri. Metode ini dinilai sebagai metode yang praktis,
mudah dan aman karena tidak meninggalkan senyawa yang berbahaya bagi
tubuh.
lactoperoksidase (Seifu et al., 2004, Legowo et al., 2009). Ketiga zat ini adalah
sejenis enzim yang berfungsi untuk mempertahankan susu dari serangan bakteri.
Namun oleh karena jumlahnya yang terbatas, enzim-enzim ini tidak mampu
terus menerus mempertahankan kualitas susu dari serangan bakteri yang berasal
dari luar maupun yang berasal dari perkembangan endogenous bakteri. Diantara
34
Lactoperoxidase (LPO) sangat berperan untuk membunuh bakteri (Al-Baarri et
al., 2011a, Seifu et al., 2005, Asaah, 2007, Legowo et al., 2011).
2014)
mereka menunjukkan bahwa produksi oksidan yang kuat adalah bagian yang
kuat dari mekanisme pertahanan terhadap bakteri patogen, jamur, atau parasit
mampu merusak enzim dan bereaksi dengan yodium atau hipoiodit dengan
35
iodida dan tiosianat harus diperiksa dengan cermat untuk kemanjuran, dan
F. Penelitian Terkait
Nicolosi LN, del Carmen Rubio M, Martinez CD, González NN, Cruz ME.
diamati pada Kelompok 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam semua
penyebab kematian di rumah sakit yang diamati antar kelompok (5,3% vs 4,7%,
acak diindeks dalam Analisis Medis dan Sistem Pengambilan dan Indeks
mengurangi kolonisasi orofaring, dan dalam empat 50% ada pengurangan VAP.
kejadian VAP.
36
Richards D (2013) menyebutkan Oral Hygiene efektif untuk pasien yang
obat kumur chlorhexidine atau gel dikaitkan dengan penurunan 40% kejadian
pneumonia terkait ventilator pada orang dewasa yang sakit kritis. Namun, tidak
ada bukti perbedaan hasil mortalitas, durasi ventilasi mekanik atau durasi
tinggal di ICU. Tidak ada bukti bahwa Oral Hygiene termasuk CHX dan
menyikat gigi berbeda dari Oral Hygienedengan CHX saja, dan beberapa bukti
lemah yang menunjukkan bahwa obat kumur povidone iodine lebih efektif
puluh orang tua dengan mulut kering dan dengan tingkat kemandirian tertentu
Profil Dampak Kesehatan Oral Oral Health Impact Profile (OHIP), adanya
tanda dan gejala mulut kering, sialometry dan terpapar Candida albicans. Semua
variabel dicatat sebelum dan sesudah masing-masing dari dua periode penelitian.
Sampel penelitian dilakukan pada 20 subjek terdiri dari 16 wanita dan 4 orang
pria yang berusia rata-rata 81,3 tahun. Terjadi peningkatan cairan mulut (saliva)
37
beberapa aspek subjektif dan klinis pada orang tua dengan mulut kering,
saliva utuh dan gejala oral subjektif pada pasien dengan xerostomia. Penelitian
ini mengevaluasi efek dari dua produk kebersihan mulut yang mengandung
agen antimikroba nonimmunoglobulin pada seluruh air liur dan pada gejala oral
laktoferin, selama 4 minggu. Sampel air liur dikumpulkan pada garis dasar,
minggu. Sampel dianalisis untuk faktor biokimia dan mikrobiologi yang dipilih.
Efek pada gejala oral subjektif juga dicatat. Penggunaan pasta gigi dan obat
saliva tidak berubah, tetapi ada penurunan pH saliva yang signifikan (P <0,05),
38
Olivia Lim (2014) melakukan penelitian tentang efek pembersih mulut
mendapatkan tidak pasti apakah obat kumur memiliki efek pada pH dan
diukur dari sampel saliva diminum sebelum dan sesudah obat kumur dan dicatat.
Lactoperoxidase.
39
Tabel 2.3 Efektifitas Pembersih mulut berbasis lactoperoxidase
40
G. Kerangka Teori
Elevasi Kepala
Terpasang Ventilator
Profilaksis DVT
Pencegahan VAP
Profilaksis
Mengalami Komplikasi Ulkus Peptikum
Weaning
VAP
Oral Hygiene
41
Lactoperoxidase Penggunaan CHX
Efek Samping
Sumber : Kalanuria, Zai, Mirski (2014), Lynch (2013), Munro & Reggio
BAB 3
A. Kerangka Konsep
hubungan antara variabel. Kerangka konsep harus bisa menerangkan maksud dan
penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang
lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang
ingin diteliti.
Variabel Independen
VAP
Variabel Independen
B. Hipotesis Penelitian
dibuktikan terlebih dahulu dengan cara pengumpulan data. dan kemudian dianalisis
komparatif.
43
1. H0 : Tidak ada perbedaan efektifitas Oral Hygiene dengan menggunakan
C. Definisi Operasional
variabel yaitu suhu, leukosit, produksi sputum, hasil rontgen dada dan hasil kultur
sputum
Tabel 3.1
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Oral Hygiene Tindakan Oral hygiene Setelah 72 Jam perawatan dan Formulir > 6 maka pasien Ordinal
dengan yang dilakukan pada dilakukan oral hygiene dengan CPIS dinyatakan VAP
Chlorhexidine pasien terpasang menggunakan Chlorhexidine.
ventilasi mekanik Pasien akan dinilai suhu ≤6 maka pasien
dengan menggunakan tubuh, Nilai Leukosit, dinyatakan tidak
Chlorhexidine Produksi Sputum, gambaran VAP
Rontgen, dan hasil kultur
sputum
44
Oral Hygiene Tindakan Oral hygiene Setelah 72 Jam perawatan dan Formulir > 6 maka pasien Ordinal
dengan yang dilakukan pada dilakukan oral hygiene dengan CPIS dinyatakan VAP
Lactoperoxidase pasien terpasang menggunakan
ventilasi mekanik Lactoperoxidase. Pasien akan ≤6 maka pasien
dengan menggunakan dinilai suhu tubuh, Nilai dinyatakan tidak
Lactoperoxidase Leukosit, Produksi Sputum, VAP
gambaran Rontgen, dan hasil
kultur sputum
BAB 4
45
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
eksperimen semu, karena peneliti menggunakan subyek yang telah ada dalam ruang
perawatan ICU dan tidak mengacak subyeknya. Penelitian ini dilakukan dengan
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group
pretest-posttest design.
kelompok yang akan dijadikan kelompok eksperimen yaitu Oral Hygiene dengan
berikut
Kelompok 1 O1 X1 O2
Kelompok 2 O1 X2 O2
46
Keterangan
Lactoperoxidase
X1 : Pemberian perlakuan
Chlorhexidine
X2 : Pemberian perlakuan
O1- - - - - - - -X1- - - - - - O2
O1- - - - - - - -X2- - - - - - O2
47
B. Populasi dan Sampel.
1. Populasi Penelitian
objek yang akan diteliti ( Notoadmodji, 2012). Populasi sampel ini adalah
Pasien ICU RSUD Pasar Minggu yang terpasang Ventilator selama 3 bulan
mulai dari 15 Nopember 2018 sampai dengan 15 Januari 2019. Adapun jumlah
pasien ICU RSUD Pasar Minggu yang terpasang Ventilator selama 3 bulan
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang kan diteliti. Cara pemilihan
Adapu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sampel penelitian ini adalah
sebagai berikut
a. Kiteria Inklusi
48
b. Kriteria eksklusi
6) Pasien sepsis,
penelitian.
Adapun lokasi dan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut
D. Etika Penelitian
49
1. Informed consent
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia, maka
2. Anonimity
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar CPIS dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Confidentiality
50
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dengan teknik
51
38,5-38,90C 1
>38,90C 2
Purulen 2
Pa02/Fi02 >240 0
<240 2
1
Ada
52
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap I
penelitian.
Critical Unit.
g. Konfrensi dengan Tim ICU terdiri atas Dokter jaga, Kepala ruangan,
2. Tahap II
penelitian.
53
b. Melaksankan Pretest dengan menggunakan formulir CPIS pada pasien
subjek penelitian.
3. Tahap II
Populasi
Pretest Pretest
Sampel
Perlakuan Perlakuan
Posttest Posttest
Kesimpulan
54
G. Pengolahan Data
2. Coding : memberikan kode jawaban dengan angka atau kode lain seperti
menjumlahkan skor yang ada pada lembar observasi, mengubah jenis data
4. Input data : memasukkan data yang telah diedit dan dinilai dengan
H. Analisis Data
Data yang mendukung penelitian ini adalah data ordinal (pre-post test). Atas
dasar tersebut maka data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan uji statistik
Nonparametrik yaitu uji Wilcoxon Sign Test dengan batas kemaknaan p < 0,05 dan
55
Uji Wilcoxon
Keterangan :
z : distribusi hitung z
N : jumlah sampel
Daftar Pustaka
Ali, S. N. (2013). Critical Care Nurses ’ Knowledge and compliance with Ventilator
Associated Pneumonia bundle at Cairo University Hospitals. Journal of
Education and Pr, 4(15), 66–78.
56
Amoian, B., Omidbakhsh, M., Khafri, S. (2017).The Clinical Evaluation Of Vi-One
Chlorhexidine Mouthwash On Plaque-Induced Gingivitis: a Double-Blind
Randomized Clinical Trial, Electronic Physician (ISSN: 2008-5842),
5223-5228.
57
Kalanuria A. A., Zai W., & Mirski. (2014). Ventilator-associated pneumonia in the
ICU. Critical Care 2014. 1-8
Lambert, M.-L., Palomar, M., Agodi, A., Hiesmayr, M., Lepape, A., Ingenbleek, A.,
Frank, U. (2013). Prevention of ventilator-associated pneumonia in intensive
care units: an international online survey. Antimicrob Resist Infect Control,
2(1), 1. http://doi.org/10.1186/2047-2994-2-9
Lawrence P., Fulbrook P., (2010). The ventilator care bundle and its impact on
ventilator-associated pneumonia: a review of the evidence. BACCN Nursing In
Critical Care. Vol 16 No. 5. 222-232
Lynch, S. (2013). Mechanical Ventilation for the Adult. AMN Healthcare Educatio
Services
Reyes, Ruppert, Yun S., Shiao P. (2007). Evidence-Based Practice: Use Of The
Ventilator Bundle To Prevent Ventilator-Associated Pneumonia American
Journal Of Critical Care, January 2007, Volume 16, No. 1, 20-27.
58
Selma Basyigit. (2018). Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) as a Screening
Tool in Ventilatory Associated Pneumonia (VAP). The Medical Bulletin of
Sisli Etfal Hospital, Volume: 51, Number 2, 2017. 133-141.
59
60