SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA : SEGOROGUNUNG
KECAMATAN : NGARGOYOSO
KABUPATEN : KARANGANYAR
Disusun oleh:
Mita Qoirul Warisah (H0723099)
Muhamad Arju Syafaat (H0723103)
Muhamad Ilham Dwi Utomo (H0723105)
Nabila Firhan Sunarto (H0723112)
Nada Salwa (H0723113)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
Sosiologi Pedesaan ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai
mata kuliah Sosiologi Pedesaan sekaligus diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Sosiologi Pedesaan. Sebelum laporan ini disusun, penyusun
telah melakukan praktikum di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar, dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing
penulis.
3. Kepala Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
yang telah memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa
Segorogunung.
4. Co-Assisten Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini.
Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, Desember 2023
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi Pedesaan adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari
tentang struktur sosial, kondisi, perilaku serta sistem sosial dari masyarakat
pedesaan serta berbagai hal yang terkait. Sosiologi Pedesaan merupakan
bagian ilmu terapan yang ditujukan bagi masyarakat desa, bisa juga
diartikan sebagai keadaan sosial di desa-desa. Ketika masa klasik, sosiologi
pedesaan diartikan sebagai kondisi pada desa dengan penggambaran yang
sangat jelas antara perbedaan keadaan kota dan keadaan pedesaan. Fokus
kajian sosiologi pedesaan adalah mengkaji persoalan yang berhubungan
dengan masyarakat pedesaan baik dari hubungan anggota masyarakat
maupun diantara kelompok di lingkungan pedesaan.
Menurut sejarah, desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat
politik dan pemerintah jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Sejarah
perkembangan desa-desa di Indonesia telah mengalami perjalanan yang
sangat panjang, bahkan lebih tua dari Negara Republik Indonesia. Desa
merupakan kesatuan masyarakat kecil seperti sebuah rumah tangga yang
besar, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan atau dihormati
berdasarkan garis keturunan, dan tingkat komunikasi pun masih rendah
terutama di daerah pedesaan terpencil dan pedalaman.
Praktikum Sosiologi Pedesaan ini mengenalkan kepada mahasiswa
mengenai kehidupan, perilaku, dan keadaan sosial rumah tangga terutama
petani di desa. Metode penelitian yang digunakan pada praktikum ini
meliputi metode dasar, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, dan
metode analisis data. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dan
observasi dengan pencatatan data-data.
B. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum mata kuliah Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk
melatih mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa,
kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kosmopolitan petani,
petani millennial, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi, organisasi sosial,
konflik sosial dan adat istiadat yang ada.
A. Keadaan Umum
1. Sejarah Desa
Desa merupakan suatu tempat yang memiliki banyak budaya dan
cerita. Desa Segorogunung merupakan salah satu desa yang berada di
lereng Gunung Lawu yang berada di Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar. Menurut sejarah, nama desa tersebut dulunya
bernama Segorogunung atau lautan yang tidak jadi. Menurut Kepala
Desa Segorogunung, Tri Harjono, berdasarkan cerita yang berkembang,
dulunya ada orang sakti yang ingin menjadikan kawasan yang saat ini
menjadi kawasan permukiman tersebut sebagai lautan. Tidak diketahui
secara jelas tujuan pembuatan lautan tersebut. Tapi rencana tersebut
tiba-tiba urung/ tidak dilakukan karena sudah diketahui orang lain.
Hanya saja karena lokasinya ada di wilayah pegunungan, maka
sekarang dikenal dengan nama Segorogunung.
Menurut sumber lain, Desa Segorogunung merupakan daerah
kerajaan Surakarta Hadiningrat dengan leluhur Eyang Bodro sebagai
pendirinya, yang berasal dari Dukuh Sawit. Asal mula nama
Segorogunung dimulai dari adanya beberapa orang di Dukuh Sawit
yang akan membuat laut (dalam bahasa Jawa : Segoro), namun karena
sesuatu hal, pembuatan laut dibatalkan. Maka gundukan tanah untuk
membuat laut tersebut dinamakan Segorowurung, yang artinya ‘segoro
yang belum jadi’. Seiring pertambahan waktu, nama tersebut diubah
menjadi Segorogunung yg berarti ‘gundukan tanah yg bergunung-
gunung’. Setelah disahkan menjadi desa dan diputuskan tidak lagi
berada di bawah pemerintahan keraton Surakarta, Desa Segorogunung
dipimpin secara otonom oleh kepala desa secara berkala.
3. Kependudukan
Kependudukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan jumlah,
setruktur, pertumbuhan, mobilitas, persebaran. Menurut Rahman
(2023), ilmu demografi merupakan ilmu yang menyangkut adanya
penyebaran penduduk secara geografis, adanya perubahan komposisi
penduduk yang terjadi dari waktu ke waktu. Demografi sendiri dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu mulai dari
keadaan sampai sikap manusia yang dapat diukur. Perubahan-perubahan
tersebut dipengaruhi oleh perubahan pada komponen-komponen utama
pertumbuhan penduduk yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi yang
pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah, struktur, dan
persebaran penduduk. Demografi memberikan gambaran menyeluruh
tentang perilaku penduduk, baik secara agregat maupun kelompok.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa demografi
mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur
penduduk meliputi jumlah, penyebaran, dan komposisi penduduk.
Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan-perubahan
tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian,
dan migrasi penduduk.
Kependudukan adalah segala hal menyangkut penduduk di sebuah
wilayah yang meliputi jumlah, umur, perkawinan, agama, jenis kelamin,
kelahiran, kematian, jenis kelamin, kualitas, mobilitas dan juga
ketahanan yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Penduduk dapat diartikan sebagai semua orang yang berdomisili di
suatu wilayah geografis tertentu dalam waktu enam bulan atau lebih,
dan yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi memiliki tujuan
untuk menetap. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh adanya
faktor kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi
merupakan pengertian dari Pertumbuhan Penduduk Total. Faktor
kelahiran berpengaruh pada pertambahan jumlah penduduk, faktor
kematian berpengaruh pada pengurangan jumlah penduduk, dan migrasi
bersifat dapat menambah ataupun mengurangi jumlah penduduk
(migrasi masuk dan migrasi keluar.
6. Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan sarana berinteraksi sosial di suatu
wilayah yang mempunyai tujuan dan kepentingan bersama untuk saling
berdiskusi, memecahkan masalah, serta menyelesaikan suatu pekerjaan
secara bersama-sama. Menurut Fithriyyah (2021), organisasi merupakan
satu kesatuan yang utuh yang secara sadar dikoordinasikan secara
sistematis dengan pembatasan ruang lingkup tertentu yang telah menjadi
kesepakatan bersama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Secara
umum sebagian besar masyarakat menganggap organisasi hanya sebagai
wadah atau sarana bagi seseorang untuk mencapai tujuannya. Lembaga
kemasyarakatan atau organisasi kemasyarakatan desa umumnya bersifat
sosial yang tidak mencari keuntungan berasal kegiatan-aktivitas yg
dilakukannya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi ditentukan oleh
pengurus dan anggota dalam menjalankan program kerjanya. Menurut
Gendalasari (2020), pengurus tersebut dapat disebut dengan struktur
organisasi. Menurut Julia dan Masyruroh (2022), struktur organisasi
mendeskripsikan sebuah kerangka dan susunan hubungan antara fungsi,
bagian atau posisi, yang menentukkan tingkatan organisasi serta struktur
menjadi tempat untuk pelaksanaan otoritas, tanggung jawab dan sistem
pelaporan terhadap atasan yang memberikan kestabilan secara terus
menerus yang dapat memungkinkan organisasi tetap hidup serta
pengkoordinasian hubungan dengan lingkungan. Struktur organisasi
meliputi kedudukan para anggotanya yang memiliki tugas masing-
masing dalam setiap kedudukan, serta unsur-unsur kebudayaan yang
terkait.
Desa Segorogunung memiliki organisasi sosial diantaranya ada
PKK, Karang Taruna, Posyandu, Kelompok Tani, Arisan, PP (Pemuda
Pancasila), Banser, Sarasehan, PSHT, dan Pengajian. Sarasehan
merupakan acara arisan rutin perkumpulan bapak-bapak yang diadakan
setiap minggu. Acara arisan tersebut membahas tentang ketertiban
lingkungan di Desa Segorogunung. PKK adalah organisasi sosial yang
memiliki tujuan pemberdayaan ibu-ibu desa, yang beranggotakan ibu-
ibu Desa Segorogunung. PKK memiliki tugas yaitu program kerja TP
PKK harus direncanakan, dilaksanakan, dan didorong sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat. menghimpun, menggerakkan, dan
mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga, untuk
mewujudkan program TP PKK. PKK Desa Segorogunung berfungsi
untuk memberdayakan wanita untuk menghimpun, menggerakkan, dan
membina potensi masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh, Desa
Segorogunung memiliki Kelompok PKK berjumlah. Kegiatan PKK di
Desa Segorogunung antara lain arisan, pertemuan rutin ibu-ibu,
pengajian rutin, dan kliwon bersih.
Posyandu kepanjangan dari pusat layanan terpadu merupakan
program pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar
kepada masyarakat. Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh
petugas kesehatan. Tujuan utama posyandu adalah mencegah
peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan,
atau setelahnya melalui pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan data
yang diperoleh, Desa Segorogunung memiliki posyandu berjumlah 67-
unit yang terdiri dari 7 posyandu pratama, 41 posyandu madya, 17
posyandu purnama, dan 2 posyandu mandiri.
Karang taruna merupakan suatu wadah para pemuda untuk
berinteraksi sosial di sebuah desa. Karang Taruna adalah organisasi
sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap
anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama
generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang
usaha kesejahteraan sosial. Desa Segorogunung memiliki PP (Pemuda
Pancasila) beranggotakan bapak-bapak. Kegiatan PP di Desa
Segorogunung berkaitan dengan kegiatan sosial.
7. Penguasaan Tanah
Penguasaan tanah dapat dibagi menjadi dua pengertian yaitu
pengertian secara yuridis serta pengertian secara fisik. Penguasaan tanah
secara yuridis berarti dilandasi oleh suatu hak yang dilindungi oleh
hukum dan umumnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak
untuk menguasai tanah tersebut secara fisik. Meskipun demikian
penguasaan fisik tidak selalu melekat pada pihak yang menguasai
yuridis. Penduduk desa erat kaitannya dengan kepemilikan tanah.
Menurut Nugroho et al. (2017), ruang lingkup agraria merupakan bagian
dari bumi, yang disebut permukaan bumi dari aspek yuridis yang disebut
hak, sedangkan yang dimaksud hak atas tanah adalah hak yang memberi
wewenang kepada pemegang haknya untuk mempergunakan atau
mengambil manfaat dari tanah.
Pemilikan lahan tidak hanya penting untuk pertanian, tetapi juga
bagi penentuan berbagai kebutuhan lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Faktor kunci untuk meningkatkan kesejahteraan petani agar keluar dari
kemiskinan, terutama adalah melalui peningkatan akses penguasaan
lahan petani. Menurut Awaluddin (2017), Negara sebagai suatu
organisasi kekuasaan yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
menempati bumi, air dan ruang angkasa sesuai dengan amanat Pasal 33
ayat 3 UUD 1945 dan amanat Pasal 2 ayat 2 UUPA belum mampu
melaksanakannya, peranannya secara baik dalam mengelola dan
menyelenggarakan perekonomian, yang mencakup tanggung jawab
negara untuk menjamin tersedianya pelayanan kesejahteraan dasar
tertentu bagi warganya, termasuk ketersediaan tanah yang digunakan
untuk kelangsungan hidup masyarakat. Disisi lain untuk meningkatkan
kesejahteraan petani sehingga keluar dari perangkap kemiskinan
diperlukan peningkatan akses penguasaan lahan oleh petani. Kepemilikan
tanah adalah hak yang dilindungi undang-undang yang memungkinkan
pemegang hak untuk secara fisik menguasai dan menggunakan tanah
tanpa membaginya dengan orang lain.
Penguasaan tanah berarti seseorang memiliki hak atas tanah
tersebut. Pengaturan hak atas tanah masih banyak menimbulkan
permasalahan baik yang berkaitan dengan kegiatan sektoral, departemen,
maupun lokal (regional). Menurut Salamat (2016), dalam penilaiannya,
hal tersebut terjadi karena adanya kesenjangan antara ketentuan UUPA
dengan undang-undang lainnya, seperti pertambangan, kehutanan, tata
ruang, dan investasi, serta antara undang-undang tersebut, seperti
kehutanan dan pertambangan. Apabila hak milik atas tanah berbicara
tentang kepemilikan tanah, hak guna atas tanah berbicara tentang sistem
penyewaan tanah agar dapat menerima dari hasil tanah tersebut. Hak
guna atas tanah adalah hak untuk memperoleh hasil dari tanah bukan
miliknya dengan cara menyewa, menyakap, dan lainnya.
Desa Segorogunung memiliki dua sistem penguasaan tanah yaitu,
sistem sewa dan hak milik. Sistem sewa adalah penguasaan tanah dimana
seseorang/petani menyewakan tanahnya kepada petani lain untuk
dikelola dengan pembayaran berupa uang di awal sebelum petani tersebut
menggarap. Hak milik adalah tanah yang turun-temurun atau tanah yang
dipunyai seseorang dan memberikan kewenangan untuk
menggunakannya untuk segala macam keperluan selama waktu yang
tidak terbatas. Desa Segorogunung juga memiliki penguasaan tanah adat,
yaitu Tanah Bengkok. Tanah Bengkok adalah tanah milik negara yang
penguasaannya diserahkan desa (pamong desa) selama masa jabatannya
dan jika sudah tidak menjabat sebagai pamong desa, tanah tersebut
dikembalikan kepada negara.
8. Stratifikasi Sosial
Menurut Awalludin dan Samsul (2019), stratifikasi sosial adalah
pelapisan sosial atau sistem hierarki kelompok di dalam masyarakat. Jadi
stratifikasi sosial secara etimologi adalah pelapisan atau penggolongan
masyarakat secara hierarki yang dipengaruhi oleh beberapa unsur. Secara
alamiah artinya, stratifikasi sosial timbul dengan sendirinya di dalam
masyarakat, misalnya karena adanya faktor keturunan atau nasab.
Menurut Sulihkhodin & Asadurrohman (2021), tak ubahnya sebagaimana
yang umum terjadi dalam masyarakat terkait dengan syarat sekufu bagi
calon pengantin ketika akan melangsungkan perkawinan. Stratifikasi
sosial secara mendasar membedakan dan membagi masyarakat ke dalam
3 (tiga) kelas, yakni (1) kelas atas (the upper class), (2) kelas menengah
(the middle class), dan (3) kelas bawah (the lower class).
Menurut Dilla (2020), berbicara tentang stratifikasi di dalam
keluarga biasanya terbentuk karena adanya perbedaan kelas sosial atau
strata sosial yang dinilai berdasarkan keturunan, usia, jenis kelamin,
pendidikan, kekayaan, dan profesi. Kasta sosial dalam suatu masyarakat
merupakan bentuk realitas sosial yang dinilai penting adanya, tak sekadar
konsep yang bersifat teoritis semata. Wibowo (2021) menarasikan sudut
pandang Max Weber, stratifikasi sosial diartikan dengan suatu bentuk
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan yang bersifat hierarki menurut dimensi
kewibawaan (prestise), hak-hak istimewa (privilese) dan kekuasaan.
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan
Stratifikasi sosial terdapat dalam masyarakat pedesaan. Faktor
pembentuk stratifikasi sosial salah satunya adalah kekayaan. Terdapat
tiga tingkatan menurut kekayaan dalam stratifikasi sosial, yaitu sangat
kaya, cukup kaya, dan tidak kaya. Berikut merupakan ilustrasinya
dalam piramida.
1
15%
2
75%
3
10%
Gambar 3.2 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan.
Keterangan gambar:
1. Sangat kaya : 15%
2. Cukup kaya : 75%
3. Tidak kaya : 10%
Stratifikasi sosial di Desa Segorogunung berdasarkan
kekayaannya, rumah tangga lapisan atas yaitu rumah tangga yang
sangat kaya merupakan masyarakat yang bekerja sebagai pns,
pegawai desa, dan pengepul. Masyarakat lapisan atas hanya
berjumlah sekitar 15% dari total penduduk Desa Segorogunung.
Lapisan menengah yaitu rumah tangga yang cukup kaya merupakan
masyarakat yang bekerja sebagai pemilik tanah dan penyewa lahan.
Masyarakat lapisan menengah berjumlah sekitar 75% dari total
penduduk Desa Segorogunung. Lapisan bawah yaitu rumah tangga
tidak kaya merupakan masyarakat yang bekerja sebagai serabutan
atau pekerja tidak tetap. Masyarakat lapisan bawah berjumlah sekitar
10% dari total penduduk Desa Segorogunung.
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Status Petani
Berdasarkan status petani, terdapat empat kelompok tani, yaitu
petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap, dan buruh tani. Bagian
pertama adalah petani pemilik penggarap, dimana petani mempunyai
lahan sendiri dan mengolahnya sendiri atau dengan bantuan tani lain
dengan sistem sakap. Lahan ini juga bisa disewakan kepada petani
penyewa. Kedua, petani penyewa, yaitu petani yang menyewa lahan
dan menggarap lahan yang disewa tersebut. Ketiga, penyakap, yaitu
para petani yang memperoleh manfaat dari sistem bagi hasil antara
penyakap dengan pemilik lahan. Keempat, buruh tani, yaitu petani
yang tidak memiliki lahan dan hanya bergantung pada tenaga kerja
yang tersedia. Berikut merupakan ilustrasinya dalam piramida.
1
85%
2
10%
3
5%
Gambar 3.3 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Status Petani.
Keterangan gambar:
1. Pemilik penggarap : 85%
2. Penyewa : 10%
3. Buruh tani : 5%
Berdasarkan data tersebut status petani pemilik penggarap di
Desa Segorogunung sebanyak 85%, petani penyewa 10%, dan buruh
tani 5%. Rata-rata status petani di desa ini adalah petani penggarap
yang bekerja di lahan pertanian milik sendiri. Petani penyewa yang
menyewa lahan ke orang lain menjadi status petani yang minoritas.
9. Konflik Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa melakukan
interaksi sosial. Interaksi tersebut dapat mengarah ke arah yang positif
maupun ke arah yang negatif. Interaksi yang mengarah ke arah yang
negatif dapat berupa konflik sosial. Menurut Rahmat (2019), konflik
sosial merupakan benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-
lain yang dilakukan minimal oleh dua pihak. Konflik bagian dari suatu
hubungan dan muncul ketika orang memiliki ketidakcocokan pandangan
dan tujuan dan menjadi pertentangan.
Konflik sosial terjadi karena adanya beberapa persoalan antar
rumah tangga atau antar kelompok, baik persoalan pribadi maupun yang
bersangkutan dengan permasalahan bersama dan biasanya muncul karena
adanya rasa ingin selalu memiliki atau rasa ingin selalu benar. Menurut
Susetyo (2022), kondisi masyarakat yang rentan konflik kekerasan
menunjukkan, pertama, rendahnya ketahanan sosial. Kedua, tidak
efektifnya sistem deteksi dini dan respon dini masyarakat terhadap
potensi konflik sehingga dengan cepat berkembang menjadi konflik
terbuka. Ketiga, tidak tuntasnya upaya penyelesaian konflik-konflik
sosial yang terjadi.
Masyarakat Desa Segorogunung tidak pernah memiliki konflik
baik antar internal masyarakat desa, antar masyarakat desa, antar
masyarakat lokal dengan dunia usaha (tengkulak, perusahaan), maupun
pemerintah karena seluruh kegiatan masyarakat dan usahatani dikelola
secara kekeluargaan dengan memanfaatkan bantuan dari pemerintah desa
dan penyuluh sehingga tidak ada kesalahpahaman antar warga. Menurut
Saihu (2019), pelibatan nilai-nilai kearifan lokal sangat diperlukan
sebagai sarana pendukung dalam usaha menciptakan solidaritas sosial,
mengawetkan, serta mengalih-generasikan budaya sehingga dapat
meminimalisasi konflik social.
10. Kebudayaan
Kebudayaan menurut Syakhrani (2022) adalah sistem kompleks
yang merangkap pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan itu dikatakan
bersifat adaptif, karena kebudayaan melengkapi manusia dengan cara-
cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan fisiologis dari badan
mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis
maupun pada lingkungan sosialnya. Banyak cara yang wajar dalam
hubungan tertentu pada suatu kelompok masyarakat memberi kesan
janggal pada kelompok masyarakat yang lain, tetapi jika dipandang dari
hubungan masyarakat tersebut dengan lingkungannya, baru hubungan
tersebut bisa dipahami. Rumah masyarakat yang berada di Desa
Segorogunung biasanya memiliki ruang tamu luas di bagian depan untuk
menerima tamu, kamar tidur, kamar mandi, dan dapur di bagian belakang
sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga.
Keterangan :
1. Pemilik Penggarap
2. Penyewa
3. Penyakap
4. Buruh Tani
2. Identitas Responden Menurut Jumlah anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga Pendidikan
No. Pria Wanita Anak
Suami Istri
0-4 4-15 15-65 >65 0-4 4-15 15-65 >65 SD SMP SMA SMK
1 1 2 6 6 1
2 2 2 6 6
3 2 1 6 6 1
4 3 2 6 6 2
5 2 2 9 9 1 1
6 2 2 12 16 1
7 1 1 1 1 16 16 2
8 1 1 3 6 1 1 1
9 2 1 6 6 1
10 3 3 16 16 3
11 1 2 1 6 9 1 1
12 3 1 6 6 2
13 1 4 6 12 3
14 2 2 6 6 1 1
15 2 2 6 6 2
16 1 1 9 6
∑ 13 2 15 5 9 2 18 5 1 8 13
37,1 42,8 31,0 16,13 25,80 41,94
% 5,71 14,3 6,9 62,07 - - 3,23%
4 5 3 % % %
Sumber : Data Primer
B. Perilaku Responden dalam Mencari nafkah
1. Arti Hidup Cukup Menurut Petani
Jawaban
No. Responden
A B C D
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
3 7 4 2
% 18,75% 43,75% 25% 12,5%
Sumber : Data Primer
2. Kegiatan Mencari Nafkah
No. Jawaban
Respo 2 3 4 5 9
nden a b c d a b c d e a b c a b c d a b c
1 √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √
15 √ √ √ √ √
16 √ √ √ √ √
1 1
∑ 2 3 3 4 1 11 2 3 9 6 2 1 5 6 9
2 0
18, 62 6, 12, 56, 6,2 31, 37
75 12, 18,7 25 68,7 18,7 37,5 12,5 56,2
% % 5% 5%
75 ,5
%
25
5%
5
5%
25
% %
5 25 ,5
5%
% % % % % % % %
Sumber : Data Primer
3. Keputusan dalam Usahatani
6 7 8
No
a b c a b c Siapa
1 √ √
2 √ √ Istri
3 √ √ Suami dan anak
4 √ √ Suami dan anak
5 √ √ Suami
6 √ √ Suami
7 √ √ Bapak
8 √ √ Suami
9 √ √ Suami dan anak
10 √ √ Suami dan anak
11 √ √ Istri dan orang tua
12 √ √
13 √ √ Anak
14 √ √ Suami
15 √ √
16 √ √ Istri
∑ 2 5 9 11 2 3
12,5 31,2 56,2 68,7 12,5 18,7
%
% 5% 5% 5% % 5%
Sumber : Data Primer
4. Penggunaan Pendapatan Petani
10 11 12 13
No.
a b c a b c d a b c d a b c d
1 √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
6 √ √ √ √
7 √
8 √
9 √ √ √
10 √
11 √
12 √ √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 √
16 √ √
∑ 16 9 6 6 3 3 7 3 5 4 1 3 1
56, 37 18, 18, 31, 6,25
100 37,5 18,7 43,7 6,25 18,7
% 25 ,5 75 75 25 25% %
% % 5% 5% % 5%
% % % % %
Sumber : Data Primer
C. Kelembagaan Hubungan Kerja luar Pertanian
1. Mata Pencaharian dan Motivasi di Luar Pertanian
Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan
No. Pendapatan/
Pekerjaan Motivasi Pekerjaan Pendapatan/Th Motivasi
Th
1
2
3
4
Untuk membuat hidup
5 Pedagang 36.000.000
anaknya lebih baik lagi
Mencari pendapatan
tambahan untuk
6 PNS 43.200.000
kehidupan hidup
keluarga
7
Menambah
Buruh
8 RP18.000.000 penghasilan dan
petani
mengisi waktu luang
9
Ingin memperbaiki
10 PNS RP78.000.000
nasib
11
Rp.
12 Berternak Biaya pendidikan anak
10.000.000
13
14
Buruh Rp Biasanya kalau
15
tukang 1.200.00,00 tegalannya sudah habis
16
Sumber : Data Primer
2. Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian
3 4
No.
a b c a b c
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √ √
6 √ √
7 √
8 √ √
9 √
10 √ √ √
11 √
12 √ √
13 √ √
14 √ √
15 √ √
16 √
∑ 16 2 4 4
% 100% 12,5% 25% 25%
Sumber : Data Primer
D. KELEMBAGAAN HUBUNGAN KERJA KELUARGA PETANI
1. Orangtua Responden
2a 2b
No. Jenis Pekerjaan
a b c a b
1 Petani √ √
2 Petani √ √
3 Petani √
4 Petani √ √
5 Petani √
6 Petani √ √
7 Petani √ √
8 Petani √ √
9 Buruh Tani √ √
Pemilik penggarap dan
10 √ √
penyewa
11 Pemilik penggarap √ √
12 Petani pemilik penggarap √ √
13 Petani pemilik penggarap √ √
14 Petani penyewa √ √
15 Petani √ √
16 Petani √ √
∑ 2 5 9 2 12
12,5 31,2 56,2
% 12,5% 75%
% 5% 5%
Sumber : Data Primer
2. Peran Anggota Keluarga dalam Kegiatan Usahatani
Penyianga
N Pengolaha Pemupuka n dan Panen dan
Pengairan Pembibitan Penanaman
o n lahan n Pemberant Pasca Panen
. asan
P W A P W A P W A P W A P W A P W A P W A
1
2
3 √
4
5
6 √ √ √ √ √ √ √ √
7 √
8 √ √ √ √ √
9 √
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
∑ 1 1 2 2 2 4 2 2
6,
6, 12 12 12 12
2 25 12,
% 25 ,5 ,5 ,5 ,5
5 % 5%
% % % % %
%
Sumber : Data Primer
E. HUBUNGAN KERJA AGRARIS
1. Status Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan
- Foto dari kajian tematik yang diangkat di video (struktur sosial, konflik,
penguasaan tanah, atau yang lainnya) (screenshot video)
- Foto aktivitas pertanian/masyarakat urban
- Kuesioner Petani