Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN PRAKTIKUM

SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA : SEGOROGUNUNG
KECAMATAN : NGARGOYOSO
KABUPATEN : KARANGANYAR

Disusun oleh:
Mita Qoirul Warisah (H0723099)
Muhamad Arju Syafaat (H0723103)
Muhamad Ilham Dwi Utomo (H0723105)
Nabila Firhan Sunarto (H0723112)
Nada Salwa (H0723113)

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN


PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan yang dilaksanakan pada tanggal


27-29 Oktober 2023 di Desa Segorogunung Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar dinyatakan telah memenuhi syarat.

Disusun dan diajukan oleh :


Mita Qoirul Warisah (H0723099)
Muhamad Arju Syafaat (H0723103)
Muhamad Ilham Dwi Utomo (H0723105)
Nabila Firhan Sunarto (H0723112)
Nada Salwa (H0723113)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
Sosiologi Pedesaan ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai
mata kuliah Sosiologi Pedesaan sekaligus diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Sosiologi Pedesaan. Sebelum laporan ini disusun, penyusun
telah melakukan praktikum di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar, dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing
penulis.
3. Kepala Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
yang telah memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa
Segorogunung.
4. Co-Assisten Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini.
Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, Desember 2023

Penulis
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi Pedesaan adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari
tentang struktur sosial, kondisi, perilaku serta sistem sosial dari masyarakat
pedesaan serta berbagai hal yang terkait. Sosiologi Pedesaan merupakan
bagian ilmu terapan yang ditujukan bagi masyarakat desa, bisa juga
diartikan sebagai keadaan sosial di desa-desa. Ketika masa klasik, sosiologi
pedesaan diartikan sebagai kondisi pada desa dengan penggambaran yang
sangat jelas antara perbedaan keadaan kota dan keadaan pedesaan. Fokus
kajian sosiologi pedesaan adalah mengkaji persoalan yang berhubungan
dengan masyarakat pedesaan baik dari hubungan anggota masyarakat
maupun diantara kelompok di lingkungan pedesaan.
Menurut sejarah, desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat
politik dan pemerintah jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Sejarah
perkembangan desa-desa di Indonesia telah mengalami perjalanan yang
sangat panjang, bahkan lebih tua dari Negara Republik Indonesia. Desa
merupakan kesatuan masyarakat kecil seperti sebuah rumah tangga yang
besar, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan atau dihormati
berdasarkan garis keturunan, dan tingkat komunikasi pun masih rendah
terutama di daerah pedesaan terpencil dan pedalaman.
Praktikum Sosiologi Pedesaan ini mengenalkan kepada mahasiswa
mengenai kehidupan, perilaku, dan keadaan sosial rumah tangga terutama
petani di desa. Metode penelitian yang digunakan pada praktikum ini
meliputi metode dasar, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, dan
metode analisis data. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dan
observasi dengan pencatatan data-data.

B. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum mata kuliah Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk
melatih mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa,
kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kosmopolitan petani,
petani millennial, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi, organisasi sosial,
konflik sosial dan adat istiadat yang ada.

C. Waktu dan tempat Pelaksanaan


Praktikum sosiologi pedesaan pada tahun 2023 dilaksanakan selama 3
hari 2 malam yaitu pada tanggal 27-29 Oktober 2023. Tempat pelaksanaan
praktikum ini terbagi dalam dua wilayah dalam Kabupaten Karanganyar.
Praktikan melakukan pengambilan dapat di Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
II.METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Praktikum


Pada dasarnya pelaksanaan praktikum ini merupakan latihan
penelitian dengan menggunakan metode dasar deskriptif analisis, yaitu
metode yang memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa
sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan
disimpulkan dalam konteks teori teori yang ada dan dari penelitian terdahulu
atau para ahli.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi dan
data-data mengenai desa tersebut. Praktikum sosiologi pedesaan ini
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara, mahasiswa mendatangi informan dengan berpegang pada
kuesioner yang telah tersedia. Informan dalam kegiatan praktikum ini
meliputi 16 petani dan 3 tokoh masyarakat (Kepala Desa, tetua adat,
tokoh agama, ketua kelompok tani, penyuluh, ketua karang taruna, PKK
dll). Data penunjang dapat diperoleh dari masyarakat, baik mengenai
sejarah desa maupun fenomena sosial yang ada.
2. Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung keadaan atau
kondisi masyarakat desa, organisasi yang ada, rumah tangga responden,
serta keadaan yang terjadi di daerah praktikum.
3. Pencatatan dan pengumpulan data yang diperlukan terutama monografi
desa.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan data akan mempengaruhi praktikum untuk membuat laporan
praktikum. Praktikum sosiologi pedesaan ini menggunakan jenis dan
sumber data sebagai berikut.
1. Data Primer : data yang diperoleh secara langsung dari petani dan tokoh
masyarakat dengan wawancara menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder : data yang diambil dengan cara mencatat langsung data
yang ada di instansi terkait, yaitu data monografi atau profil desa.

D. Metode Analisis Data


Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada kasus
tertentu mahasiswa dapat menulis secara lebih mendalam dan komprehensif,
oleh karena itu disarankan mahasiswa untuk menggali data lebih mendalam
melalui indepth interview. Penjelasan berdasarkan teori-teori atau hasil
penelitian yang relevan.
III.HASIL DAN ANALISIS HASIL

A. Keadaan Umum
1. Sejarah Desa
Desa merupakan suatu tempat yang memiliki banyak budaya dan
cerita. Desa Segorogunung merupakan salah satu desa yang berada di
lereng Gunung Lawu yang berada di Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar. Menurut sejarah, nama desa tersebut dulunya
bernama Segorogunung atau lautan yang tidak jadi. Menurut Kepala
Desa Segorogunung, Tri Harjono, berdasarkan cerita yang berkembang,
dulunya ada orang sakti yang ingin menjadikan kawasan yang saat ini
menjadi kawasan permukiman tersebut sebagai lautan. Tidak diketahui
secara jelas tujuan pembuatan lautan tersebut. Tapi rencana tersebut
tiba-tiba urung/ tidak dilakukan karena sudah diketahui orang lain.
Hanya saja karena lokasinya ada di wilayah pegunungan, maka
sekarang dikenal dengan nama Segorogunung.
Menurut sumber lain, Desa Segorogunung merupakan daerah
kerajaan Surakarta Hadiningrat dengan leluhur Eyang Bodro sebagai
pendirinya, yang berasal dari Dukuh Sawit. Asal mula nama
Segorogunung dimulai dari adanya beberapa orang di Dukuh Sawit
yang akan membuat laut (dalam bahasa Jawa : Segoro), namun karena
sesuatu hal, pembuatan laut dibatalkan. Maka gundukan tanah untuk
membuat laut tersebut dinamakan Segorowurung, yang artinya ‘segoro
yang belum jadi’. Seiring pertambahan waktu, nama tersebut diubah
menjadi Segorogunung yg berarti ‘gundukan tanah yg bergunung-
gunung’. Setelah disahkan menjadi desa dan diputuskan tidak lagi
berada di bawah pemerintahan keraton Surakarta, Desa Segorogunung
dipimpin secara otonom oleh kepala desa secara berkala.

2. Kondisi Geografis Desa


Desa Segorogunung merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Ngargoyoso. Desa ini mempunyai batas wilayah bagian utara
Desa Gumeng dan bagian selatan Desa Giri Mulyo. Bagian timur Desa
Segorogunung berbatasan dengan hutan Gunung Lawu dan di barat
adalah Desa Kemuning. Desa ini memiliki 6 dusun yang letaknya dibagi
menjadi dua daerah, Segorogung atas dan bawah. Dusun Segorogunung
memeliputi Dusun Mener, Dusun Segorogunung, Dusun Nglerak, Dusun
Ngleter, dan Dusun Ngledok. Desa Segorogunung memiliki luas lahan
1.737.230 Ha.
Desa Segorogunung terletak di ketinggian rata rata 1.500 meter di
atas permukaan laut. Berdasarkan ketinggiannya desa ini termasuk
wilayah dataran tinggi dan terletak di lereng Gunung Lawu. Suhu udara
di wilayah tersebut rata-rata mencapai 22 derajat Celcius. Selain itu,
topografinya berbukit. Topografi di dataran tinggi dapat memiliki
pengaruh signifikan terhadap kegiatan pertanian. Ketinggian dapat
memengaruhi iklim, suhu, dan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Selain
itu, curamnya lereng di dataran tinggi dapat memengaruhi teknik
pertanian dan irigasi yang diterapkan oleh petani.
Desa Segorogunung terletak di Kecamatan Ngargoyoso dan
memiliki orbitasi. Orbitasi merupakan jarak dari pusat pemerintah dan
waktu tempuh dengan kendaraan. Jarak desa Segorogunung dari
pemerintahan kecamatan adalah sejauh 5,3 km. Jarak desa dengan pusat
pemerintahan Kabupaten adalah 15,4 km.

3. Kependudukan
Kependudukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan jumlah,
setruktur, pertumbuhan, mobilitas, persebaran. Menurut Rahman
(2023), ilmu demografi merupakan ilmu yang menyangkut adanya
penyebaran penduduk secara geografis, adanya perubahan komposisi
penduduk yang terjadi dari waktu ke waktu. Demografi sendiri dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu mulai dari
keadaan sampai sikap manusia yang dapat diukur. Perubahan-perubahan
tersebut dipengaruhi oleh perubahan pada komponen-komponen utama
pertumbuhan penduduk yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi yang
pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah, struktur, dan
persebaran penduduk. Demografi memberikan gambaran menyeluruh
tentang perilaku penduduk, baik secara agregat maupun kelompok.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa demografi
mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur
penduduk meliputi jumlah, penyebaran, dan komposisi penduduk.
Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan-perubahan
tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian,
dan migrasi penduduk.
Kependudukan adalah segala hal menyangkut penduduk di sebuah
wilayah yang meliputi jumlah, umur, perkawinan, agama, jenis kelamin,
kelahiran, kematian, jenis kelamin, kualitas, mobilitas dan juga
ketahanan yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Penduduk dapat diartikan sebagai semua orang yang berdomisili di
suatu wilayah geografis tertentu dalam waktu enam bulan atau lebih,
dan yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi memiliki tujuan
untuk menetap. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh adanya
faktor kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi
merupakan pengertian dari Pertumbuhan Penduduk Total. Faktor
kelahiran berpengaruh pada pertambahan jumlah penduduk, faktor
kematian berpengaruh pada pengurangan jumlah penduduk, dan migrasi
bersifat dapat menambah ataupun mengurangi jumlah penduduk
(migrasi masuk dan migrasi keluar.

a. Pertambahan penduduk, kepadatan penduduk, sex ratio.


Data pertambahan penduduk menjadi data yang penting dalam
kajian kependudukan, yang mana hal tersebut menjadi sumber
indikator adanya perkembangan pembangunan. Menurut Hastuti
(2020), data kependudukan menjadi salah satu faktor perencanaan
pembangunan berkelanjutan. Data yang bersifat mutakhir dan akurat
sangat membantu dalam kegiatan pemerintah, pembangunan dan
masyarakat itu sendiri. Pertumbuhan penduduk dapat dicari dengan
persamaan sebagai berikut:
P = (L-M)+(I-E)
Keterangan:
P : Pertumbuhan Penduduk Total
L : Jumlah Kelahiran (Fertilitas)
M : Jumlah Kematian (Mortalitas)
I : Jumlah Imigrasi
E : Jumlah Emigrasi
Pertumbuhan penduduk ditinjau dengan adanya jumlah
kelahiran penduduk, jumlah kematian penduduk, jumlah imigrasi, dan
jumlah emigrasi. Persamaan di atas telah tepat untuk mengetahui
pertumbuhan penduduk di Desa Segorogunung. Data laju
pertumbuhan menurut data bps sebesar 1,51 dalam 10 tahun terakhir.
Akan tetapi, berdasarkan data yang diperoleh tidak diketahui adanya
data jumlah kelahiran penduduk, kematian penduduk, imigrasi, dan
emigrasi. Maka dari itu pertumbuhan penduduk di Desa
Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
tidak dapat diketahui secara detail dari komponen yang ditinjau.
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah
penduduk dan luas wilayah. Kepadatan penduduk menggunakan
satuan jiwa/km2. Semakin besar angka total penduduk maka semakin
padat wilayahnya. Begitu pula sebaliknya semakin kecil
penduduknya maka semakin renggang penduduknya. Kepadatan
penduduk di Indonesia tidak tersebar secara merata. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa faktor. Faktor tersebut seperti ekonomi,
fisiografis, dan sosial budaya. Umumnya kepadatan penduduk dibagi
4 jenis yaitu kepadatan penduduk kasar, kepadatan penduduk agraris,
kepadatan penduduk fisiologi, dan kepadatan penduduk ekonomi.
Berikut merupakan data kepadatan penduduk Desa Segorogunung,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar tahun 2022:
Tabel 3.3.1 Kepadatan Penduduk di Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
Laju Pertumbuhan
Tahun Luas Wilayah (km2)
2010-2020
2022 1.958 17,37
Sumber: Data Skunder

Kepadatan geografis dapat dicari dengan persamaan sebagai


berikut:
penduduk ( jiwa )
KPG =
luas wilayah ( km2 )
1958 jiwa
KPG= 2 = 112 , 72 jiwa/km
2
17 ,37 km
Kepadatan geografis Desa Segorogunung pada tahun 2022 yaitu
setiap 1 km2 ditempati kurang lebih sebanyak 112 jiwa. Kepadatan
penduduk geografis hanya diketahui satu tahun. Hal ini dikarenakan
data tabel berasal dari data sekunder yang diperoleh melalui
monografi desa namun, data monografi desa memberikan hanya data
tahun 2022. Maka dari itu kepadatan penduduk hanya diketahui satu
tahun saja. Kepadatan agraris dapat dicari dengan persamaan sebagai
berikut:
penduduk ( jiwa)
KPA=
luaslahan (Ha)
Perubahan kepadatan penduduk agraris ditinjau dari jumlah
penduduk dan luas lahan pertanian. Persamaan di atas dapat
digunakan untuk mencari kepadatan penduduk agraris Desa
Segorogunung. Akan tetapi, kepadatan penduduk agraris Desa
Segorogunung tidak dapat diketahui karena tidak adanya data yang
disediakan dari monografi desa.
Penduduk berdasarkan jenis kelamin terdiri dari perempuan
dan laki-laki. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
menunjukkan beberapa hal. Salah satunya adalah sex ratio atau
sering disebut perbandingan jenis kelamin. Berikut data
perbandingan jenis kelamin di Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
Tabel 3.3.2 Keadaan Penduduk di Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
Laki-laki Perempuan Jumlah Sex ratio
970 988 1.958 98%
Sumber: Data Sekunder
Sex ratio dapat memperlihatkan keadaan penduduk di suatu
wilayah. Menurut Bidarti (2020), sex ratio (SR) atau rasio jenis
kelamin merupakan perbandingan menurut jenis kelamin kelahiran,
rasio anak perempuan, rasio beban tanggungan, dan kepadatan
penduduk Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk
menghitung sex ratio:
PL
SR= x 100 %
PW
Keterangan:
SR : Rasio jenis kelamin
P L : Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki
PW : Jumlah penduduk berjenis kelamin wanita
Sex ratio pada tahun 2022 di Desa Segorogunung dihitung
dengan perhitungan sebagai berikut.
970
SR= x 100 %=98 %
988
Sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan dikali 100%. Dari tabel dapat diketahui
penduduk Desa Segorogunung pada tahun 2022 yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 970 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 988
jiwa dengan jumlah rasio berkisar kurang lebih 98%. Semakin tinggi
jumlah penduduk laki-laki dibandingkan perempuan maka sex
rationya semakin tinggi. Perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan akan memberikan dampak yaitu adanya kesetaraan gender
atau hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam
memperoleh atau mencari pekerjaan.

b. Keadaan penduduk menurut umur, tingkat Pendidikan, mata


pencaharian, dan menurut agama
Keadaan penduduk menurut umur adalah jumlah penduduk di
suatu wilayah yang didasarkan pada perbedaan pengelompokan umur.
Umur diartikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan
atau ditiadakan). Umur dikenal juga dengan sebutan usia. Usia
merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk pengelompokan
penduduk. Berdasarkan usia, penduduk dapat dikelompokkan menjadi
penduduk usia produktif dan penduduk usia tidak produktif. Usia
produktif adalah penduduk dengan rentang usia 15-65 tahun, di mana
usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan
sesuatu. Sementara usia tidak produktif adalah usia dengan rentang
lebih dari 65 tahun, usia dimana seseorang tidak lagi mampu bekerja
untuk mencukupi kebutuhannya. Untuk penduduk usia 0-15 tahun,
usia belum produktif, tergolong dalam usia yang tidak produktif
karena belum mampu menghasilkan barang maupun jasa dalam
kegiatan ketenagakerjaan. Berikut merupakan data penduduk di Desa
Segorogunung dalam kelompok umur dan kelamin:
Tabel 3.3.3 Penduduk dalam Kelompok Umur Desa Segorogunung,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
Tahun Kelompok Umur Jumlah penduduk
2020 0-15 458
15-65 1317
+65 183
usia produktif 1317
usia non produktif 641
Total 1958
Sumber: Data Sekunder
Tabel 3.3.3 menyajikan data mengenai jumlah penduduk
berdasarkan usia di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar. Data tersebut terdiri dari usia 0-15 tahun
sebanyak 458 penduduk. Usia 15-65 tahun dengan jumlah penduduk
1317 jiwa. Usia ini merupakan penduduk terbanyak yang berada di
desa dan termasuk usia produktif. Usia 65 tahun ke atas terdapat 18
jiwa. Beberapa data yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan
untuk menghitung angka beban ketergantungan (depedency ratio)
dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah penduduk non produktif
RK = x 100
Jumlah penduduk produktif
641
RK = x 100 %=48 , 67%
1317
Diperoleh bahwa angka beban keberuntungan Desa
Segorogunung sebesar 48,67% dengan jumlah penduduk usia
produktif yaitu 1317 jiwa. Angka beban tanggungan yang tinggi
menunjukkan kesejahteraan masyarakat belum bisa tercapai secara
maksimal. Angka beban tanggungan akan semakin besar bila
penduduk usia tidak produktif lebih besar dibandingkan dengan
penduduk usia produktif.
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan
kepribadian manusia baik dibagian rohani atau dibagian jasmani.
Pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah
laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan melalui
pengajaran dan latihan. Hal tersebut digunakan untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri
dan masyarakat. Pendidikan menjadi aspek yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup individu.
Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat
digunakan sebagai tanda kemajuan suatu daerah. Suatu daerah yang
mayoritas penduduknya berpendidikan rendah biasanya daerah
tersebut merupakan daerah terbelakang. Sebaliknya, suatu daerah
yang mayoritas penduduknya berpendidikan tinggi biasanya daerah
tersebut telah mengalami kemajuan. Berikut data penduduk Desa
Segorogunung menurut pendidikan:
Tabel 3.3.4 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa
Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
Tahun Kelompok Pendidikan Jumlah Penduduk
2022 SD 758
SMP 479
SMA 488
Diploma 0
Sarjana 5
Pascasarjana 0
Total 1.730
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data yang telah disajikan diatas dapat diketahui
jumlah penduduk menurut pendidikan yang ditempuhnya. Beberapa
pendidikan yang ditempuh terdiri dari SD sebanyak 758 penduduk
Desa Segorogunung berpendidikan SD. Penduduk yang
berpendidikan SD merupakan jumlah penduduk terbanyak.
Kemudian penduduk yang pendidikan terakhirnya SLTP atau SMP
sebanyak 479 jiwa. Penduduk Desa Segorogunung yang
pendidikannya tamat SMA atau SLTA sebanyak 488 jiwa. Terakhir
terdapat penduduk dengan lulusan perguruan tinggi dengan jumlah
yang masih sedikit yaitu 5 jiwa. Kualitas sumber daya manusia di
Desa Segorogunung tergolong belum terlalu tinggi karena banyak
penduduk yang pendidikan terakhirnya SD.
Tanda suatu desa mengalami kemajuan bukan hanya ditinjau
dari segi pendidikan, namun mata pencaharian juga mempengaruhi
kualitas suatu desa. Mata pencaharian dapat bermacam-macam
bentuknya seperti petani, buruh tani, nelayan, pengusaha, buruh
industri, pedagang, PNS, dan ABRI atau TNI. Beragamnya mata
pencaharian dapat digunakan sebagai pengukur kesejahteraan
penduduk di suatu daerah. Mata pencaharian yang dikerjakan oleh
seseorang merupakan faktor dari pendapatan yang dihasilkan oleh
rumah tangga. Semakin baik mata pencaharian seseorang maka
semakin tinggi pendapatan keluarga yang dihasilkan begitupun
sebaliknya. Berikut merupakan data keadaan penduduk Desa
Segorogunung berdasarkan mata pencahariannya:
Tabel 3.3.5 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa
Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
No Pendidikan Jumlah
1. Petani 705
2. Buruh Tani 23
3. Nelayan 0
4. Buruh pabrik 339
5. Pegawai swasta 2
6. Wiraswasta/pedagang 27
7. PNS/ABRI 16
8. Bidan 2
9. Perawat 2
10. Lainnya 54
Jumlah 1270
Sumber: Data Sekunder
Tabel 3.3.5 menyajikan data mengenai jumlah penduduk
Desa Segorogunung berdasarkan mata pencahariannya. Mata
pencaharian penduduk desa Segorogunung bermacam-macam seperti
petani, buruh tani, pengusaha, buruh industri, pedagang, ABRI/PNS,
dan pensiunan. Penduduk yang bekerja sebagai petani sebanyak 705
orang. Penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani
ada 23 orang, wiraswasta/pedagang sebanyak 27 orang, PNS/ABRI
sebanyak 28 orang, buruh industri sebanyak 439 orang. Mata
pencaharian yang dilakukan penduduk Desa Segorogunung juga
terdapat pegawai swasta yang memiliki jumlah sama dengan bidan
dan perawat yaitu sebanyak 2 orang. Bukan hanya mata pencaharian
yang ada di Desa Segorogunung akan tetapi terdapat pekerjaan
lainnya sebanyak 54 orang. Mata pencaharian paling banyak yaitu
petani karena terhadap lahan yang mendukung untuk menjadi seorang
petani, kemudian diikuti oleh mata pencaharian buruh pabrik.
Sementara mata pencaharian yang paling sedikit yaitu menjadi
seorang bidan, perawat, dan pegawai swasta dengan jumlah 2 orang.
Keberagaman mata pencaharian yang ada di Desa Segorogunung telah
menunjukkan bahwa Desa Segorogunung telah sejahtera dan memiliki
kehidupan yang layak. Kehidupan yang berada di Desa Segorogunung
menjadi bermacam-macam karena banyaknya pekerjaan di luar
pertanian. Mata pencaharian ini tentu memiliki pengaruh terhadap
pendapatan yang diperoleh dalam suatu keluarga.
Keberagaman di Desa Segorogunung bukan hanya sebatas
mata pencaharian akan tetapi juga terdapat keberagaman agama.
Agama merupakan suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang
dianut oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Agama dijadikan sebagai simbol
keyakinan, nilai, perilaku, dan semua persoalan maknawi. Tanpa
adanya agama, manusia akan berjalan sendiri tanpa ada pedoman
untuk hidup. Manusia akan bertindak sesuai dengan keinginan
dirinya sendiri tanpa berpikir benar atau salah atas tindakan yang
telah dilakukan. Penduduk di Desa Segorogunung menganut
beberapa agama. Berikut data mengenai keadaan penduduk menurut
agama yang dianut di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar.
Tabel 3.3.6 Keadaan Penduduk Menurut Agama di Desa
Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
No Pendidikan Jumlah
1. Islam 1941
2. Kristen 0
3. Katolik 17
4 Budha 0
5 Hindu 0
Jumlah 1958
Sumber data: Data Sekunder
Berdasarkan data di atas telah diketahui bahwa penduduk Desa
Segorogunung menganut dua agama yaitu agama islam dan katolik.
Jumlah penduduk yang beragama islam terdapat 1941 orang. Agama
islam menjadi agama mayoritas yang berada di Desa Segorogunung.
Jumlah penduduk yang menganut agama katolik terdapat 17 orang.
Agama ini hanya sebagian kecil dari keagamaan yang ada di Desa
Segorogunung. Keberagaman agama di Desa Dayu masih ada
walaupun hanya terdapat dua agama. Banyaknya penduduk yang
beragama islam ditandai dengan adanya masjid ataupun mushola di
Desa Segorogunung.
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Desa memerlukan struktur organisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Struktur organisasi adalah suatu sistem yang digunakan
untuk mendefinisikan pangkat kedudukan dalam suatu organisasi yang
tujuannya adalah untuk menentukan bagaimana organisasi dapat
berfungsi dan membantu organisasi mencapai tujuannya. Menurut
Pratama dan Atmadja (2020), menjelaskan suatu organisasi dibentuk
dikarenakan adanya suatu tujuan bersama yang ingin dicapai.
Tercapainya kelancaran kegiatan dan tujuan dari sebuah organisasi maka
diperlukannya struktur organisasi yang baik sehingga dapat dipahami
tugas, wewenang, dan tanggung jawab di setiap jabatan dalam suatu
organisasi. Ada tiga unsur utama dalam terwujudnya kegiatan suatu
organisasi, yaitu interaksi antar manusia, kegiatan yang mengarah pada
tujuan organisasi dan struktur organisasi.
Penyelenggaraan desa diperlukan organisasi/lembaga dan
pemimpin/kepala yang mampu menggerakkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan desa serta
melaksanakan pembangunan desa serta melaksanakan administrasi desa.
Menurut Mousavizadeh et al. (2015), penciptaan dan penerapan
pengetahuan yang efektif dan konsisten dalam suatu organisasi sangat
penting untuk keberhasilan organisasi tersebut. Desa memiliki
pemerintahan sendiri yang disebut sebagai Pemerintahan Desa yang
mempunyai pengertian menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa Pasal 1 “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Unsur
penyelenggara pemerintah desa yaitu kepala desa yang dibantu oleh
perangkat desa. Pemerintah desa merupakan organisasi pemerintah desa
yang mempunyai struktur pemerintahan dipimpin oleh kepala desa
dengan dibantu perangkat desa. Pelayanan yang dapat diberikan
pemerintah desa dilaksanakan sebagai wujud pelayanan yang
dilaksanakan oleh organisasi pemerintah desa. Pelayanan yang diberikan
pemerintah desa umumnya dalam pelayanan pemberian dokumen
pemerintahan yang sesuai kewenangannya dikeluarkan oleh pemerintah
desa antara lain perizinan, rekomendasi, surat keterangan, dan pendataan.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Desa


Segorogunung
Berdasarkan gambar di atas, organisasi pada desa Segorogunung
terdiri dari pengurus Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Keuangan,
Kaur Perencanaan, Kaur TU dan Umum, Kasi Pemerintahan, Kasi
Pelayanan, Kasi Kesejahteraan, Kadus Nglerak, Kadus Mener, Kadus
Ngledok, dan Kadus Segorogunung. Kepala Desa Segorogunung
bernama Tri Harjono, S.Sos. Kepala desa memiliki hak untuk
memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya pada
perangkat desa serta memiliki kewajiban untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Sekretaris desa dipegang oleh Kartini,
sekretaris desa memiliki tugas untuk menyusun dan melaksanakan
kebijakan pengelolaan APBD Desa. Kepala urusan desa terdiri dari tiga
bidang yaitu, perencanaan yang bertugas mengkoordinasikan urusan
perencanaan yang dilakukan desa, yang memegang jabatan ini sekarang
bernama Joko Sulistiyo. Keuangan berfungsi untuk membantu sekretaris
desa yang membidangi urusan keuangan, pemegang bidang ini bernama
Agus Wahyudi. Tata usaha dan umum yang bertugas membantu
sekretaris desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung
pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan tugas lain yang diberikan oleh
sekretaris desa, pemegang jabatan ini bernama Sunarno.
Kepala seksi-seksi di Segorogunung dibagi menjadi tiga yaitu, kasi
kesejahteraan yang bertugas melaksanakan pembangunan sarana dan
prasarana serta hal-hal yang dapat mensejahterakan desa, bagian ini diisi
oleh Sularwo, S.H. Kasi pemerintahan yang berfungsi melaksanakan
manajemen tata praja pemerintahan desa, bidang ini diisi oleh Sudarno.
Kasi pelayanan memiliki fungsi untuk melaksanakan penyuluhan dan
motivasi terhadap hak dan kewajiban masyarakat desa, bidang ini diisi
oleh Sardi. Dusun Segorogunung memiliki kepala dusun yang bernama
Sri Santoso. Kepala dusun memiliki fungsi untuk memantau dan
membina perkembangan maupun pembangunan di wilayah kerjanya
masing-masing.

5. Sarana dan Prasarana


Keberlangsungan suatu kegiatan sangat ditunjang oleh
ketersediaan sarana dan prasarana. Menurut Putri (2018), sarana adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,
pembangunan, proyek). Menurut Ahmadi dan Syahrani (2022), sarana
dan prasarana merupakan pendukung yang sangat penting untuk
mencapai suatu tujuan dalam sebuah organisasi atau institusi.
Organisasi atau institusi tersebut adalah Desa Segorogunung. Desa
Segorogunung memiliki beberapa komponen sarana dan prasarana yang
menunjang keberlangsungan organisasi di desa.
Komponen sarana dan prasarana Desa Segorogunung meliputi
kondisi jalan, alat transportasi, sarana perekonomian, komunikasi,
pendidikan, olahraga, kesenian, ibadah, dan sosial masyarakat yang ada
di Segorogunung. Kondisi jalan di Desa Segorogunung sudah termasuk
kualitas yang baik. Hampir semua jalan yang menghubungkan antar
dukuh di Desa Segorogunung sudah menggunakan aspal dan beton.
Untuk sebagian jalan yang belum menggunakan aspal dan beton
terdapat di jalan menuju ladang atau sawah. Kondisi jalan di Desa
Segorogunung sudah memadai, namun mengikuti topografi Desa di
wilayah pegunungan membuat banyak jalan yang curam. Jalan yang di
Desa Segorogunung cukup lebar dan sudah memadai untuk dilewati
kendaraan roda empat dari dua arah, sehingga dapat membuat mobilitas
penduduk Desa Segorogunung lebih mudah. Alat transportasi yang
digunakan masyarakat di Desa Segorogunung adalah sepeda, sepeda
motor, dan mobil. Alat transportasi yang banyak digunakan oleh
penduduk Desa Segorogunung adalah sepeda motor untuk menunjang
aktivitasnya. Mayoritas penduduk Desa Segorogunung lebih memilih
sepeda motor untuk beraktivitas dikarenakan lebih mudah, efisien, dan
memadai untuk jalan desa yang curam.
Menurut Hossana et Allah (2018), perekonomian adalah suatu
tatanan yang mengatur aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan langka.
Sarana ekonomi adalah fasilitas yang yang mendukung perekonomian di
suatu wilayah. Berdasarkan data yang diperoleh, guna menunjang laju
perekonomian di Desa Segorogunung pada tahun 2022 terdapat pasar
desa 2 buah, toko/warung kelontong 380 buah, kedai/Warung makan
182 buah, KUD 2 buah, bank umum 5 unit, minimarket/supermarket 12
buah, dan BPR 2 unit. Desa Segorogunung juga memiliki 2 BUMDes
yaitu BUMDes Dusun Puntukrejo dan BUMDes Dusun Berjo. Menurut
Savitri (2022), BUMDes adalah lembaga keuangan desa yang
beroperasi untuk menjalankan bisnis keuangan (financial business)
untuk pemenuhan kebutuhan usaha mikro bagi pengusaha ekonomi di
desa. Sarana komunikasi atau bisa juga disebut dengan media
merupakan sarana atau fasilitas yang berfungsi sebagai alat untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada orang banyak.
Berdasarkan informasi yang didapat, sebagian besar penduduk Desa
Segorogunung memiliki gawai atau handphone, televisi, dan radio.
Media komunikasi modern tersebut membuat penduduk Desa
Segorogunung lebih mudah mendapatkan informasi tentang berita di
luar desa.
Menurut Fatmawati et al (2019) sarana pendidikan adalah semua
perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan berdasarkan yang
secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di
sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat yang
menunjang dalam proses kegiatan pendidikan di sekolah. Menurut
Tajimudin dan Sanusi (2020), tanpa sarana pendidikan, proses
pendidikan akan mengalami kesulitan dan tujuan dari pendidikan tidak
akan tercapai.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Karanganyar, di Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2020
jumlah SD Negeri sebanyak 21 sekolah dengan banyak guru 175, SD
Swasta sebanyak 2 sekolah dengan banyak guru 45, MI sebanyak 3
sekolah dengan banyak guru 24 orang, SMP Negeri sebanyak 3 sekolah
dengan guru sebanyak 50, MTs sebanyak 1 sekolah dengan jumlah guru
13 orang. Desa Segorogunung juga memiliki prasarana olahraga umum
untuk menunjang kegiatan keolahragaan para penduduk. Berdasarkan
data yang diperoleh, Desa Segorogunung memiliki 42 unit lapangan
olahraga yang terdiri dari 9 unit lapangan sepak bola, 5 unit lapangan
bola voli, 2 lapangan tenis, 6 lapangan tenis meja, 1 lapangan futsal, 1
kolam renang, 8 unit lapangan bulutangkis, 2 tempat fitnes/aerobik, dan
8 tempat latihan bela diri. Desa Segorogunung tidak memiliki sarana
dan prasarana kesenian umum karena tidak memiliki gedung kesenian
atau budaya. Desa Segorogunung memiliki 4 tempat peribadahan yang
digunakan untuk menunjang kegiatan ibadah para penduduk.
Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Segorogunung memiliki 164
unit tempat ibadah yang terdiri dari 152 masjid, 1 mushola, 6 gereja,
dan 5 vihara. Sarana sosial di Desa Segorogunung cukup memadai,
terdapat balai desa yang digunakan untuk perkumpulan warga, biasanya
digunakan ketika ada rapat. Berdasarkan data yang diperoleh, Desa
Segorogunung juga memiliki fasilitas mitigasi/antisipasi bencana alam.

6. Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan sarana berinteraksi sosial di suatu
wilayah yang mempunyai tujuan dan kepentingan bersama untuk saling
berdiskusi, memecahkan masalah, serta menyelesaikan suatu pekerjaan
secara bersama-sama. Menurut Fithriyyah (2021), organisasi merupakan
satu kesatuan yang utuh yang secara sadar dikoordinasikan secara
sistematis dengan pembatasan ruang lingkup tertentu yang telah menjadi
kesepakatan bersama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Secara
umum sebagian besar masyarakat menganggap organisasi hanya sebagai
wadah atau sarana bagi seseorang untuk mencapai tujuannya. Lembaga
kemasyarakatan atau organisasi kemasyarakatan desa umumnya bersifat
sosial yang tidak mencari keuntungan berasal kegiatan-aktivitas yg
dilakukannya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi ditentukan oleh
pengurus dan anggota dalam menjalankan program kerjanya. Menurut
Gendalasari (2020), pengurus tersebut dapat disebut dengan struktur
organisasi. Menurut Julia dan Masyruroh (2022), struktur organisasi
mendeskripsikan sebuah kerangka dan susunan hubungan antara fungsi,
bagian atau posisi, yang menentukkan tingkatan organisasi serta struktur
menjadi tempat untuk pelaksanaan otoritas, tanggung jawab dan sistem
pelaporan terhadap atasan yang memberikan kestabilan secara terus
menerus yang dapat memungkinkan organisasi tetap hidup serta
pengkoordinasian hubungan dengan lingkungan. Struktur organisasi
meliputi kedudukan para anggotanya yang memiliki tugas masing-
masing dalam setiap kedudukan, serta unsur-unsur kebudayaan yang
terkait.
Desa Segorogunung memiliki organisasi sosial diantaranya ada
PKK, Karang Taruna, Posyandu, Kelompok Tani, Arisan, PP (Pemuda
Pancasila), Banser, Sarasehan, PSHT, dan Pengajian. Sarasehan
merupakan acara arisan rutin perkumpulan bapak-bapak yang diadakan
setiap minggu. Acara arisan tersebut membahas tentang ketertiban
lingkungan di Desa Segorogunung. PKK adalah organisasi sosial yang
memiliki tujuan pemberdayaan ibu-ibu desa, yang beranggotakan ibu-
ibu Desa Segorogunung. PKK memiliki tugas yaitu program kerja TP
PKK harus direncanakan, dilaksanakan, dan didorong sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat. menghimpun, menggerakkan, dan
mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga, untuk
mewujudkan program TP PKK. PKK Desa Segorogunung berfungsi
untuk memberdayakan wanita untuk menghimpun, menggerakkan, dan
membina potensi masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh, Desa
Segorogunung memiliki Kelompok PKK berjumlah. Kegiatan PKK di
Desa Segorogunung antara lain arisan, pertemuan rutin ibu-ibu,
pengajian rutin, dan kliwon bersih.
Posyandu kepanjangan dari pusat layanan terpadu merupakan
program pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar
kepada masyarakat. Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh
petugas kesehatan. Tujuan utama posyandu adalah mencegah
peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan,
atau setelahnya melalui pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan data
yang diperoleh, Desa Segorogunung memiliki posyandu berjumlah 67-
unit yang terdiri dari 7 posyandu pratama, 41 posyandu madya, 17
posyandu purnama, dan 2 posyandu mandiri.
Karang taruna merupakan suatu wadah para pemuda untuk
berinteraksi sosial di sebuah desa. Karang Taruna adalah organisasi
sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap
anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama
generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang
usaha kesejahteraan sosial. Desa Segorogunung memiliki PP (Pemuda
Pancasila) beranggotakan bapak-bapak. Kegiatan PP di Desa
Segorogunung berkaitan dengan kegiatan sosial.
7. Penguasaan Tanah
Penguasaan tanah dapat dibagi menjadi dua pengertian yaitu
pengertian secara yuridis serta pengertian secara fisik. Penguasaan tanah
secara yuridis berarti dilandasi oleh suatu hak yang dilindungi oleh
hukum dan umumnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak
untuk menguasai tanah tersebut secara fisik. Meskipun demikian
penguasaan fisik tidak selalu melekat pada pihak yang menguasai
yuridis. Penduduk desa erat kaitannya dengan kepemilikan tanah.
Menurut Nugroho et al. (2017), ruang lingkup agraria merupakan bagian
dari bumi, yang disebut permukaan bumi dari aspek yuridis yang disebut
hak, sedangkan yang dimaksud hak atas tanah adalah hak yang memberi
wewenang kepada pemegang haknya untuk mempergunakan atau
mengambil manfaat dari tanah.
Pemilikan lahan tidak hanya penting untuk pertanian, tetapi juga
bagi penentuan berbagai kebutuhan lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Faktor kunci untuk meningkatkan kesejahteraan petani agar keluar dari
kemiskinan, terutama adalah melalui peningkatan akses penguasaan
lahan petani. Menurut Awaluddin (2017), Negara sebagai suatu
organisasi kekuasaan yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
menempati bumi, air dan ruang angkasa sesuai dengan amanat Pasal 33
ayat 3 UUD 1945 dan amanat Pasal 2 ayat 2 UUPA belum mampu
melaksanakannya, peranannya secara baik dalam mengelola dan
menyelenggarakan perekonomian, yang mencakup tanggung jawab
negara untuk menjamin tersedianya pelayanan kesejahteraan dasar
tertentu bagi warganya, termasuk ketersediaan tanah yang digunakan
untuk kelangsungan hidup masyarakat. Disisi lain untuk meningkatkan
kesejahteraan petani sehingga keluar dari perangkap kemiskinan
diperlukan peningkatan akses penguasaan lahan oleh petani. Kepemilikan
tanah adalah hak yang dilindungi undang-undang yang memungkinkan
pemegang hak untuk secara fisik menguasai dan menggunakan tanah
tanpa membaginya dengan orang lain.
Penguasaan tanah berarti seseorang memiliki hak atas tanah
tersebut. Pengaturan hak atas tanah masih banyak menimbulkan
permasalahan baik yang berkaitan dengan kegiatan sektoral, departemen,
maupun lokal (regional). Menurut Salamat (2016), dalam penilaiannya,
hal tersebut terjadi karena adanya kesenjangan antara ketentuan UUPA
dengan undang-undang lainnya, seperti pertambangan, kehutanan, tata
ruang, dan investasi, serta antara undang-undang tersebut, seperti
kehutanan dan pertambangan. Apabila hak milik atas tanah berbicara
tentang kepemilikan tanah, hak guna atas tanah berbicara tentang sistem
penyewaan tanah agar dapat menerima dari hasil tanah tersebut. Hak
guna atas tanah adalah hak untuk memperoleh hasil dari tanah bukan
miliknya dengan cara menyewa, menyakap, dan lainnya.
Desa Segorogunung memiliki dua sistem penguasaan tanah yaitu,
sistem sewa dan hak milik. Sistem sewa adalah penguasaan tanah dimana
seseorang/petani menyewakan tanahnya kepada petani lain untuk
dikelola dengan pembayaran berupa uang di awal sebelum petani tersebut
menggarap. Hak milik adalah tanah yang turun-temurun atau tanah yang
dipunyai seseorang dan memberikan kewenangan untuk
menggunakannya untuk segala macam keperluan selama waktu yang
tidak terbatas. Desa Segorogunung juga memiliki penguasaan tanah adat,
yaitu Tanah Bengkok. Tanah Bengkok adalah tanah milik negara yang
penguasaannya diserahkan desa (pamong desa) selama masa jabatannya
dan jika sudah tidak menjabat sebagai pamong desa, tanah tersebut
dikembalikan kepada negara.
8. Stratifikasi Sosial
Menurut Awalludin dan Samsul (2019), stratifikasi sosial adalah
pelapisan sosial atau sistem hierarki kelompok di dalam masyarakat. Jadi
stratifikasi sosial secara etimologi adalah pelapisan atau penggolongan
masyarakat secara hierarki yang dipengaruhi oleh beberapa unsur. Secara
alamiah artinya, stratifikasi sosial timbul dengan sendirinya di dalam
masyarakat, misalnya karena adanya faktor keturunan atau nasab.
Menurut Sulihkhodin & Asadurrohman (2021), tak ubahnya sebagaimana
yang umum terjadi dalam masyarakat terkait dengan syarat sekufu bagi
calon pengantin ketika akan melangsungkan perkawinan. Stratifikasi
sosial secara mendasar membedakan dan membagi masyarakat ke dalam
3 (tiga) kelas, yakni (1) kelas atas (the upper class), (2) kelas menengah
(the middle class), dan (3) kelas bawah (the lower class).
Menurut Dilla (2020), berbicara tentang stratifikasi di dalam
keluarga biasanya terbentuk karena adanya perbedaan kelas sosial atau
strata sosial yang dinilai berdasarkan keturunan, usia, jenis kelamin,
pendidikan, kekayaan, dan profesi. Kasta sosial dalam suatu masyarakat
merupakan bentuk realitas sosial yang dinilai penting adanya, tak sekadar
konsep yang bersifat teoritis semata. Wibowo (2021) menarasikan sudut
pandang Max Weber, stratifikasi sosial diartikan dengan suatu bentuk
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan yang bersifat hierarki menurut dimensi
kewibawaan (prestise), hak-hak istimewa (privilese) dan kekuasaan.
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan
Stratifikasi sosial terdapat dalam masyarakat pedesaan. Faktor
pembentuk stratifikasi sosial salah satunya adalah kekayaan. Terdapat
tiga tingkatan menurut kekayaan dalam stratifikasi sosial, yaitu sangat
kaya, cukup kaya, dan tidak kaya. Berikut merupakan ilustrasinya
dalam piramida.

1
15%
2
75%
3
10%
Gambar 3.2 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan.
Keterangan gambar:
1. Sangat kaya : 15%
2. Cukup kaya : 75%
3. Tidak kaya : 10%
Stratifikasi sosial di Desa Segorogunung berdasarkan
kekayaannya, rumah tangga lapisan atas yaitu rumah tangga yang
sangat kaya merupakan masyarakat yang bekerja sebagai pns,
pegawai desa, dan pengepul. Masyarakat lapisan atas hanya
berjumlah sekitar 15% dari total penduduk Desa Segorogunung.
Lapisan menengah yaitu rumah tangga yang cukup kaya merupakan
masyarakat yang bekerja sebagai pemilik tanah dan penyewa lahan.
Masyarakat lapisan menengah berjumlah sekitar 75% dari total
penduduk Desa Segorogunung. Lapisan bawah yaitu rumah tangga
tidak kaya merupakan masyarakat yang bekerja sebagai serabutan
atau pekerja tidak tetap. Masyarakat lapisan bawah berjumlah sekitar
10% dari total penduduk Desa Segorogunung.
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Status Petani
Berdasarkan status petani, terdapat empat kelompok tani, yaitu
petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap, dan buruh tani. Bagian
pertama adalah petani pemilik penggarap, dimana petani mempunyai
lahan sendiri dan mengolahnya sendiri atau dengan bantuan tani lain
dengan sistem sakap. Lahan ini juga bisa disewakan kepada petani
penyewa. Kedua, petani penyewa, yaitu petani yang menyewa lahan
dan menggarap lahan yang disewa tersebut. Ketiga, penyakap, yaitu
para petani yang memperoleh manfaat dari sistem bagi hasil antara
penyakap dengan pemilik lahan. Keempat, buruh tani, yaitu petani
yang tidak memiliki lahan dan hanya bergantung pada tenaga kerja
yang tersedia. Berikut merupakan ilustrasinya dalam piramida.

1
85%
2
10%
3
5%
Gambar 3.3 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Status Petani.
Keterangan gambar:
1. Pemilik penggarap : 85%
2. Penyewa : 10%
3. Buruh tani : 5%
Berdasarkan data tersebut status petani pemilik penggarap di
Desa Segorogunung sebanyak 85%, petani penyewa 10%, dan buruh
tani 5%. Rata-rata status petani di desa ini adalah petani penggarap
yang bekerja di lahan pertanian milik sendiri. Petani penyewa yang
menyewa lahan ke orang lain menjadi status petani yang minoritas.

9. Konflik Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa melakukan
interaksi sosial. Interaksi tersebut dapat mengarah ke arah yang positif
maupun ke arah yang negatif. Interaksi yang mengarah ke arah yang
negatif dapat berupa konflik sosial. Menurut Rahmat (2019), konflik
sosial merupakan benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-
lain yang dilakukan minimal oleh dua pihak. Konflik bagian dari suatu
hubungan dan muncul ketika orang memiliki ketidakcocokan pandangan
dan tujuan dan menjadi pertentangan.
Konflik sosial terjadi karena adanya beberapa persoalan antar
rumah tangga atau antar kelompok, baik persoalan pribadi maupun yang
bersangkutan dengan permasalahan bersama dan biasanya muncul karena
adanya rasa ingin selalu memiliki atau rasa ingin selalu benar. Menurut
Susetyo (2022), kondisi masyarakat yang rentan konflik kekerasan
menunjukkan, pertama, rendahnya ketahanan sosial. Kedua, tidak
efektifnya sistem deteksi dini dan respon dini masyarakat terhadap
potensi konflik sehingga dengan cepat berkembang menjadi konflik
terbuka. Ketiga, tidak tuntasnya upaya penyelesaian konflik-konflik
sosial yang terjadi.
Masyarakat Desa Segorogunung tidak pernah memiliki konflik
baik antar internal masyarakat desa, antar masyarakat desa, antar
masyarakat lokal dengan dunia usaha (tengkulak, perusahaan), maupun
pemerintah karena seluruh kegiatan masyarakat dan usahatani dikelola
secara kekeluargaan dengan memanfaatkan bantuan dari pemerintah desa
dan penyuluh sehingga tidak ada kesalahpahaman antar warga. Menurut
Saihu (2019), pelibatan nilai-nilai kearifan lokal sangat diperlukan
sebagai sarana pendukung dalam usaha menciptakan solidaritas sosial,
mengawetkan, serta mengalih-generasikan budaya sehingga dapat
meminimalisasi konflik social.
10. Kebudayaan
Kebudayaan menurut Syakhrani (2022) adalah sistem kompleks
yang merangkap pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan itu dikatakan
bersifat adaptif, karena kebudayaan melengkapi manusia dengan cara-
cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan fisiologis dari badan
mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis
maupun pada lingkungan sosialnya. Banyak cara yang wajar dalam
hubungan tertentu pada suatu kelompok masyarakat memberi kesan
janggal pada kelompok masyarakat yang lain, tetapi jika dipandang dari
hubungan masyarakat tersebut dengan lingkungannya, baru hubungan
tersebut bisa dipahami. Rumah masyarakat yang berada di Desa
Segorogunung biasanya memiliki ruang tamu luas di bagian depan untuk
menerima tamu, kamar tidur, kamar mandi, dan dapur di bagian belakang
sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga.

Gambar 4.4 Denah rumah warga Desa Ngargoyoso.


Budaya adalah semua hasil karya, rasa dan cipta manusia yaitu
seluruh tatanan cara kehidupan yang kompleks termasuk di dalamnya
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat dan segala
kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai seorang
anggota masyarakat. kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku normatif. Artinya, mencakup segala
cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri
adalah produk kebudayaan. Kebudayaan ada karena manusia yang
menciptakannya dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang
diciptakannya. Menurut Mahdayeni et al. (2019), Kebudayaan tidak
diwariskan secara biologis, melainkan hanya mungkin diperoleh dengan
cara belajar dan kebudayaan tersebut diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan di desa mencakup beragam aspek, seperti seni
pertunjukan tradisional, kuliner khas daerah, sistem nilai, serta adat
istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Desa seringkali
menjadi tempat di mana tradisi-tradisi lokal tetap hidup dan menjadi
bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Kebudayaan di Desa Segorogunung masih ada, seperti mitoni,
bersih desa, tahlilan, nyumbang. Pa k Tri Harjono ingin menjaga
kebudayaan kebudayaan leluhur yang ada di Desa Segorogunung karena
bentuk dari menghargai kebudayaan dahulu. Biasanya bersih desa di
Desa Segorogunung dilaksanakan jika warga Desa Segorogunung telah
panen, biasanya dilakukan di jalan dan menggelar tikar lalu masyarakat
memakan hasil dari panennya. Ritual ini juga dalam rangka memberikan
sedekah kepada orang lain. Menurut Richardo (2020), Tahlilan
merupakan ritual umat islam yang biasanya memberi sedekah berupa
kebutuhan pokok. Tujuannya adalah agar orang yang meninggal
mendapatkan kebaikan dari sedekah tersebut. Di sini terdapat konsep
sedekah atau memberi kepada sesama manusia. Menurut Murdiyanto
(2020), nyumbang merupakan sumbangan yang diberikan kepada
seseorang. Sumbangan ini biasanya berisi bahan bahan pangan dan air.

11. Petani Millennial


Pertanian memegang peranan penting perekonomian Indonesia.
Terdapat sekitar seratus juta orang atau Beberapa orang di Indonesia
bekerja di bidang ini dan sudah melakukannya. Sektor pertanian harus
bisa mengembangkan dirinya dalam produk pertanian. Menjadikan
pertanian sebagai sebuah kunci berikutnya bagi perekonomian dengan
cara adanya pembangunan teknologi di bidang pertanian.
Menurut Rahmida (2021), Petani milenial merupakan petani yang
berusia sekitar 19-39 tahun. Keterlibatan generasi milenial petani akan
meningkatkan inovasi masyarakat khususnya di bidang lapangan kerja
dan hasil bumi wirausaha tanpa mengenal usia tua dan muda. Sektor
pertanian juga diharapkan mampu mengadopsi teknologi informasi dan
digital sehingga peran petani milenial menjadi penggagasnya di masa
depan . Kehadiran petani milenial merupakan salah satu cara alternatif
agar dapat meregenerasi petani. Menurut Haryanto et al (2021), petani
milenial dianggap mampu menjembatani antara petani muda dengan
petani yang telah lama berusahatani.
Keberadaan petani milenial di Desa Segoro Gunung masih ada,
namun jarang. Perkiraan jumlahnya yaitu 10-20 an. Petani millenial di
desa ini terkadang on farm dan terkadang juga off farm. Bentuk
usahataninya yaitu tengkulak atau bekerja sebagai penjual dari hasil
usahatani. Aktivitas petani milenial yang digunakan untuk
mengembangkan usaha taninya yaitu dengan mengumpulkan beberapa
hasil usaha tani dari petani di satu desa atau dari desa lain.
12. Perubahan sosial masyarakat desa
Teknologi pertanian di Indonesia saat ini mengalami
perkembangan yang sangat baik. Perkembangan teknologi tersebut kini
sudah dikendalikan oleh Kementerian Pertanian untuk mempercepat arus
informasi teknologi budidaya, masa tanam, musim panen, sistem
produksi dan sebagainya. Menurut Ajib (2023), Seiring dengan kemajuan
zaman dan beberapa pergantian rezim dari periode ke periode
pembangunan sektor pertanian memang semakin ditingkatkan, baik dari
segi sistem pertanian, subsidi pupuk, obat-obatan pestisida dan yang
paling kentara pada saat ini adalah semakin berkembangnya teknologi
yang berupa (alat) pertanian.
Era saat ini masyarakat telah meningkatnya integrasi teknologi
dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari komunikasi hingga berbagai
aktivitas harian lainnya. Menurut Maulida (2023), Sektor-sektor berbagai
bidang juga semakin mengadopsi teknologi sebagai elemen kunci dalam
mendukung operasional mereka. Penggunaan teknologi tidak terbatas
pada masyarakat umum, melainkan juga menjadi jantung dalam
meningkatkan efisiensi dan produktivitas sejumlah sektor. Dengan
demikian, teknologi kini diartikan sebagai bidang ilmu yang terus
berkembang, fokus pada pengembangan alat dan metode pemrosesan
yang mendukung penyelesaian berbagai tugas dan tantangan. Fenomena
ini mencerminkan kebutuhan integral teknologi dalam masyarakat
modern, memainkan peran sentral dalam mengubah cara kita menjalani
kehidupan sehari-hari.
Produktivitas pertanian secara konsisten meningkat melalui
penerapan teknologi baru. Menurut Magruder (2018), Potensi perluasan
batas kemungkinan produksi yang konsisten dan berkelanjutan
menunjukkan betapa besarnya peran adopsi teknologi pertanian dalam
proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
adopsi teknologi pertanian di negara-negara berkembang telah dipelajari
secara ekstensif dan selama beberapa dekade. Menurut Manullang
(2021), Dampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat petani,
dari beberapa dampak positif antaranya: mempercepat waktu pengolahan
media tanam, mempercepat masa panen, mempengaruhi pertumbuhan,
dapat menghemat biaya, meningkatkan hasil produksi pertanian. Dampak
negatif yang ditimbulkan oleh modernisasi teknologi pertanian lebih
banyak mengarah pada perubahan sosial, perilaku, nilai dan budaya
masyarakat petani.
Desa Segorogunung sudah terlihat kemajuan teknologinya, yang
nyata yaitu melalui penerapan Penyiram tanaman otomatis. Sistem ini
menggunakan mikrokontroler Arduino Uno R3 yang diprogram
berdasarkan detektor sensor kelembaban tanah. Sensor ini memiliki
fungsi mendeteksi kondisi tanah kering, dan saat terdeteksi, alat secara
otomatis mengaktifkan proses penyiraman tanaman. Penerapan teknologi
ini mencerminkan komitmen desa dalam memanfaatkan inovasi untuk
meningkatkan efisiensi dalam pertanian. Dengan pendekatan yang
cerdas, sistem Penyiram tanaman otomatis membantu menjaga kesehatan
tanaman dengan memberikan air secara tepat saat dibutuhkan,
mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman secara optimal.
B. Karakteristik Responden
1. Identitas Keluarga Responden
a. Identitas Menurut Umur dan Status Penguasaan Lahan
Status penguasaan lahan terbagi menjadi 4 yaitu petani pemilik
penggarap, petani penyewa, penyakap, dan buruh tani. Petani pemilik
penggarap adalah petani yang memiliki lahan sendiri dan lahan tersebut
digarap sendiri. Petani penyewa adalah petani yang menggarap lahan
orang lain dengan status sewa. Penyakap adalah petani yang menggarap
lahan orang lain dengan sistem bagi hasil. Buruh tani adalah petani
yang menggarap lahan milik orang lain dengan sistem upah. Desa
Segorogunung masih terdapat masyarakat yang bekerja pada sektor
pertanian. Presentase pemilik penggarap sebesar 75%. Petani penyewa
sebesar 25%. Petani penyakap sebesar 0 %. Buruh tani sebesar 6,25 %.
Hasil pengamatan pada Desa Segorogunung bahwa mayoritas petani
pemilik penggarap.
Status penguasaan lahan yang mendominasi yaitu pemilik
penggarap. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang memiliki
lahan sendiri dan digarap sendiri. Fenomena tersebut mencerminkan
realitas dimana banyak masyarakat yang tidak hanya memiliki lahan,
tetapi juga secara aktif terlibat dalam proses penggarapannya. Itu
menciptakan dinamika unik dalam struktur agraria, di mana pemilik
lahan juga berperan sebagai penggarap. Keterlibatan aktif masyarakat
dalam mengelola lahan sendiri tidak hanya mencerminkan semangat
kemandirian ekonomi, tetapi juga memberikan dimensi sosial yang kuat
dalam pertanian.
b. Identitas Responden menurut jumlah anggota keluarga
Keluarga yang sehat adalah keluarga yang setiap individunya
berada dalam kondisi yang sejahtera, baik dari segi dari fisik maupun
mental, sehingga dapat hidup normal secara sosial dan ekonomi di
tengah masyarakat lainnya. Kualitas kerja dapat ditingkatkan dengan
bekerja secara produktif sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Tingkat pendidikan juga dapat berpengaruh. Tingkat pendidikan
yang baik merupakan landasan penting bagi kesejahteraan fisik dan
mental anggota keluarga. Hal tersebut membantu seseorang memiliki
akal yang matang dan logis sehingga dapat belajar dan bekerja.
Data pada Desa Segorogunung menunjukkan bahwa jumlah pria
yang mendominasi pada keluarga yaitu usia 15 tahun sampai 65 tahun
sebanyak. Presentase jumlah pria pada usia 15 tahun sampai 65 tahun
yaitu 42,85%. Hasilnya menunjukkan bahwa usia produktif masih
banyak di Desa Segorogunung dengan sisa anak-anak, balita, dan
lansia. Rentang usia tersebut biasanya masih aktif dalam bekerja dan
berpendidikan. Itulah mengapa disebut usia produktif.
Data pada Desa Segorogunung menunjukkan bahwa jumlah pria
yang mendominasi pada keluarga yaitu usia 15 tahun sampai 65 tahun
sebanyak. Presentase jumlah pria pada usia 15 tahun sampai 65 tahun
yaitu 62,07 %. Hasilnya menunjukkan bahwa usia produktif masih
banyak di Desa Segorogunung dengan sisa anak-anak dan balita. Lansia
tidak ditemukan pada Desa Segorogunung. Rentang usia tersebut
biasanya masih aktif dalam bekerja dan berpendidikan. Itulah mengapa
disebut usia produktif.
Mayoritas tingkat pendidikan akhir di usia dewasa pada Desa
Segorogunung yaitu Sd. Hal itu menunjukkan bahwa masih rendahnya
tingkat pendidikan sumber daya manusia. Rendahnya tingkat
pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah
faktor ekonomi. Kondisi tersebut yang tidak memungkinkan untuk
menyekolahkan lebih lanjut.
Mayoritas tingkat pendidikan anak di Desa Segorogunung yaitu
SMK. Presentasenya sebanyak 41,94 %. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan anak lebih baik daripada usia dewasa. Artinya
kualitas pendidikan lebih maju di Desa Segorogunung. Awal yang baik
dalam meningkatkan kualitas sumber daya alam. Pendidikan anak-anak
lebih tinggi daripada pendidikan orangtuanya.
2. Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah
a. Arti hidup cukup
Pandangan hidup setiap manusia itu berbeda beda, karena
dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman hidup mereka.
Keinginan untuk memiliki hal baru tetap ada, karena manusia
cenderung tidak pernah merasa puas kecuali memenuhi keinginan
mereka sendiri. Arti kata "cukup" berbeda-beda bagi setiap orang,
tergantung pada standar hidup yang mereka tetapkan. Apa yang
dianggap cukup bagi seseorang mungkin belum mencukupi bagi orang
lain. Dalam penelitian ini, akan menjelaskan berbagai pemahaman
mengenai arti hidup yang memadai menurut penduduk di Desa
Segorogunung.
Pandangan tentang hidup berkecukupan juga merupakan aspek
yang sangat relatif. Setiap individu membawa ukuran yang berbeda-
beda dalam menilai kecukupan hidup. Desa Segorogunung ini, petani-
petani memiliki pandangan unik mengenai arti hidup yang cukup bagi
mereka. Dalam menghadapi kenyataan hidup sebagai petani,
perspektif mereka terhadap kecukupan mencerminkan nilai-nilai lokal
dan kearifan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berikut ini
akan disajikan persentase dan jumlah arti hidup cukup bagi para
petani di Desa Segorogunung.
Data hasil pengamatan mengenai arti hidup cukup bagi petani di
Desa Segorogunung yang diperoleh menunjukkan bahwa arti hidup
cukup bagi petani di Desa Segorogunung yaitu asalkan mereka bisa
makan, sehari-hari sebanyak 18,75%. Petani yang menganggap asal
bisa makan, membeli pakaian, dan mempunyai rumah sebagai arti
hidup cukup adalah sebanyak 43,75%. Sedangkan petani yang
menganggap asal bisa makan, membeli pakaian, mempunyai rumah,
dan menyekolahkan anak sebagai arti hidup cukup yaitu sebanyak
25%. Petani yang menganggap asal bisa makan, membeli pakaian,
mempunyai rumah, membiayai sekolah, dan bisa membeli kebutuhan
sekunder seperti tanah, TV, sepeda motor, dll sebagai arti hidup cukup
adalah sebanyak 12,5%. Desa Segorogunung lebih dominan pada
Petani yang menganggap asal bisa makan, membeli pakaian, dan
mempunyai rumah sebagai arti hidup cukup.
b. Kegiatan mencari nafkah
Setiap orang memiliki cara sendiri dalam mencari nafkah sesuai
dengan kebutuhan dan usahanya. Motivasi ini bervariasi, beberapa
hanya untuk memenuhi kebutuhan harian. Sebaliknya, ada yang ingin
lebih banyak atau merintis usaha baru dalam mencari nafkah. Oleh
karena itu, setiap individu memiliki orientasi yang berbeda dalam
mencari sumber penghasilan. Hal ini bisa berakar dari keinginan
pribadi yang beragam.
Kegiatan mencari nafkah di Desa Segorogunung secara dominan
terdiri dari pekerjaan sebagai petani. Masing-masing petani memiliki
alasan unik yang mendasari partisipasinya dalam kegiatan ini. Ada
yang melibatkan diri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
sementara yang lain melakukannya dengan harapan memperbaiki
nasib mereka sendiri. Dalam konteks ini, keberagaman motivasi
mencerminkan kompleksitas pandangan dan tujuan individu terkait
mencari nafkah.
Data hasil pengamatan mengenai kegiatan dalam mencari
nafkah di Desa Segorogunung menunjukkan yang terbanyak yaitu
bahwa dalam kegiatan mencari nafkah baik usahatani maupun usaha
lainnya petani bekerja untuk sekedar mencukupi kebutuhan sehari-
hari yaitu sebesar 75% dengan jumlah 12 responden. Selain usaha
mencukupi kebutuhan hidupnya atau memenuhi keinginannya,
masyarakat Desa Segorogunung berkeyakinan usaha saat ini bisa
memberi hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan bahwa yang
berkeyakinan tersebut memiliki presentase yang tinggi, yaitu sebesar
62,5% dengan jumlah 10 responden. Kebanyakan responden juga
selalu ingin memperbaiki nasibnya dengan menaikkan penghasilan
pekerjaannya, ditunjukkan dengan presentase sebesar 68,75% dengan
jumlah 11 responden. Sedangkan dalam kegiatan mencari nafkah,
petani paling banyak berorientasi/berpedoman pada pengalaman orang
tua mereka, ditunjukkan dengan persentase sebesar 56,25% dengan
jumlah 9 responden. Dalam kegiatan mencari nafkah dan kegiatan
sosial petani, paling banyak petani bekerja berdasarkan hal lainnya
tidak sesuai petunjuk/nasihat orang tua, tokoh masyarakat (kepala
desa, ulama, penyuluh) dengan ditunjukkan persentase sebesar
56,25% dengan jumlah 9 responden.
c. Keputusan dalam usahatani
Usaha tani seringkali dihadapkan pada berbagai kendala yang
dapat menghambat kelancaran operasionalnya. Dua di antara kendala
utama tersebut adalah cuaca yang tak menentu dan serangan hama
yang dapat merugikan hasil panen. Ketidakpastian cuaca, seperti
hujan yang berlebihan atau kekeringan yang berkepanjangan, dapat
memberikan dampak negatif pada pertumbuhan tanaman. Serangan
hama juga menjadi ancaman serius, memerlukan tindakan cepat dan
efektif untuk melindungi tanaman dari kerusakan yang berpotensi
merugikan. Dalam menghadapi kendala-kendala ini, pengambilan
keputusan menjadi kunci untuk menindaklanjuti situasi yang sulit
tersebut.
Pengambilan keputusan dalam usaha tani bukanlah tugas yang
ringan, melibatkan banyak pertimbangan dari berbagai pihak terkait.
Para petani harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kondisi
tanah, jenis tanaman yang ditanam, dan waktu yang tepat untuk
berbagai aktivitas pertanian. Keluarga juga memainkan peran penting
dalam proses pengambilan keputusan ini. Pertimbangan terhadap
kebutuhan keluarga, dukungan finansial, dan partisipasi aktif dalam
kegiatan pertanian menjadi faktor yang harus diakomodasi dalam
merencanakan langkah-langkah pengembangan usaha tani. Dengan
begitu, usaha tani dapat mengatasi kendala-kendala yang muncul
dengan efisien dan berkelanjutan.
Hasil pengamatan di Desa Segorogunung petani lebih dominan
yang sama sekali tidak menggunakan inovasi baru, yaitu sebesar
56,25% dengan jumlah 9 responden. Petani dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan usahatani sebagian besar melibatkan
anggota keluarga lain. Anggota keluarga yang sering dilibatkan adalah
suami ataupun istri. Hal ini membuktikan bahwa keputusan yang
diambil melalui diskusi keluarga penting bagi petani. Persentase yang
dominan adalah petani yang selalu melibatkan anggota keluarga lain
dalam mengambil keputusan mengenai usaha tani sebanyak 68,75%
atau 11 responden.
d. Penggunaan pendapatan petani
Setiap individu memiliki kebutuhan yang bervariasi, hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi lingkungan dan tingkat
pendapatan keluarga. Kebutuhan dasar manusia, seperti pangan,
sandang, dan papan, dapat beragam tergantung pada lingkungan
tempat tinggalnya. Faktor-faktor ini memainkan peran penting dalam
membentuk pola konsumsi setiap individu. Selain itu, tingkat
pendapatan keluarga juga menjadi penentu utama dalam menentukan
sejauh mana kebutuhan individu dapat terpenuhi. Semakin besar
pendapatan yang diperoleh suatu keluarga, semakin meningkat pula
kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh anggota keluarga tersebut.
Pendapatan tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi sehari-hari, tetapi juga untuk keperluan lainnya. Sebagian
pendapatan seringkali dialokasikan untuk tabungan atau investasi
guna mengamankan masa depan keluarga. Kehadiran tabungan atau
investasi ini menjadi landasan finansial yang kuat, memungkinkan
keluarga untuk lebih siap menghadapi berbagai ketidakpastian
keuangan yang mungkin muncul. Oleh karena itu, hubungan yang
kompleks antara kebutuhan manusia, tingkat pendapatan, dan
pengelolaan keuangan keluarga membutuhkan kebijaksanaan dalam
pengelolaan untuk mencapai kestabilan ekonomi dan kesejahteraan
keluarga.
Data hasil pengamatan mengenai penggunaan pendapatan petani
di Desa Segorogunung yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
mayoritas pendapatan petani digunakan untuk konsumsi dengan
persentase 100% dengan jumlah 16 responden. Petani biasanya
menabung dalam bentuk uang dengan persentase 37,5% dengan
jumlah 6 responden. Kebanyakan petani di Desa Segorogunung juga
memiliki tabungan yang digunakan untuk keperluan
mendesak/mendadak dengan persentase sebesar 43,75% dengan
jumlah 7 responden. Investasi pada sektor pertanian biasanya
dilakukan petani dengan investasi alat dalam usahatani dengan
presentase sebesar 25% dengan jumlah 4 responden. Alat yang
diinvestasikan pada umumnya adalah cangkul, sabit, dan lain- lain.
Alat-alat tersebut merupakan alat-alat pokok yang penting bagi
pekerjaan petani.
e. Tingkat Kerukunan Masyarakat
Masyarakat di pedesaan ditandai oleh tingginya rasa
persaudaraan antar warganya, yang dipengaruhi oleh kekuatan
hubungan sosial di antara penduduk desa. Tingkat kerukunan dalam
suatu desa dapat diukur dari jarang munculnya masalah di tengah
masyarakat desa tersebut. Jika terjadi masalah, masyarakat desa
cenderung menyelesaikannya melalui musyawarah, mencari solusi
yang adil dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Pendekatan
musyawarah ini mencerminkan budaya partisipatif dan keharmonisan
dalam mengatasi permasalahan internal, yang pada akhirnya
memperkuat solidaritas dan kedekatan antar warga dalam masyarakat
pedesaan.
Data hasil pengamatan mengenai tingkat kerukunan petani
dalam kegiatan sosial di Desa Segorogunung yang dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa apabila seseorang menerima bantuan atau
sumbangan, diharapkan untuk memberikan balasan sebanding kepada
pemberi dengan jumlah yang sesuai, meskipun tidak harus sama
besar. Meskipun tidak ada sanksi resmi bagi mereka yang tidak
membalas sumbangan, namun umumnya mereka merasakan
ketidaknyamanan atau kekurangan hati terhadap pemberi sumbangan.
Kegiatan hajatan juga berperan dalam mempererat kerukunan antar
warga di desa tersebut. Ibu-ibu yang aktif dalam memberikan bantuan
kepada tetangga saat ada hajatan, cenderung mendapatkan dukungan
yang besar ketika mereka sendiri mengadakan hajatan. Sebaliknya,
ibu-ibu yang kurang aktif dalam membantu akan mengalami
keterbatasan dukungan dari tetangga saat mereka memiliki hajatan.
Hal ini mencerminkan adanya siklus timbal balik dalam saling
membantu selama acara hajatan di desa tersebut.
f. Kegiatan panen masyarakat
Panen atau memetik hasil pertanian, adalah langkah penting
dalam bekerja di lahan pertanian. Kegiatan ini melibatkan banyak
orang yang bekerja bersama-sama. Desa Segorogunung memiliki
cara-cara panen beragam. Beberapa orang bekerja dengan keluarga
dan kerabat, sementara yang lain melibatkan tetangga, terutama
perempuan, atau orang-orang dari desa yang diundang secara khusus.
Semua cara ini menunjukkan cara orang-orang di desa bekerja sama
untuk mengumpulkan hasil pertanian, menunjukkan kerjasama dan
hubungan sosial di antara mereka.
Data hasil pengamatan mengenai kegiatan panen masyarakat di
Desa Segorogunung yang diperoleh, terlihat bahwa mayoritas petani
pemilik penggarap terdapat 14 responden atau sebesar 87,5% memilih
melakukan kegiatan panen dengan dikerjakan oleh anggota keluarga
dengan dibantu kerabat. Hasilnya 14 responden memilih memanen
usahataninya sendiri dibantu dengan kerabat karena beranggapan,
tidak perlu membayar gaji pekerja. Pekerja pemanen merupakan
anggota keluarga, sehingga tidak digaji pun tak masalah, atau hanya
diberi makan pagi dan siang pun tak masalah.
3. Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian
a. Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja diluar Pertanian
Setiap manusia diharuskan untuk mencari nafkah seiring
bertambahnya kebutuh dari waktu ke waktu. Hal tersebut yang
membuat seseorang bekerja lebih giat. Mencari pekerjaan di luar
bidang pertanian misalnya. Pekerjaan tersebut harus ditekuni dengan
giat. Pola tersebut yang membuat manusia mendapatkan hasil yang
lebih.
Data hasil di Desa Segorogunung menunjukkan bahwa selain
bekerja di bidang pertanian, mereka juga bekerja di bidang laur
pertanian. Hal tersebut digunakan untuk menambah hasil dari
bekerja. Mereka mempunyai pekerjaan sampingan yang berbeda-
beda seperti pedagang, pns, buruh tukang, dan peternak. Penghasilan
dari pekerjaan sampingan tersebut digunakan untuk kehidupan
sehari-hari. Selain itu juga, digunakan untuk memperbaiki nasib.
b. Fasilitas dan cara mendapatkan pekerjaan di luar pertanian
Petani di Desa Segorogunung memiliki pekerjaan lain selain
bekerja di bidang pertanian. Fasilitas tersebut didapatkan pada
pekerjaan di luar pertanian. Fasilitas tersebut sangatlah berguna
dalam bekerja. Itu juga digunakan untuk mendukung kemudahan dan
efisiensi dalam bekerja. Penting untuk memiliki fasilitas yang
memadai.
Data di Desa Segorogunung terdapat 4 yang melakukan
pekerjaan di luar usaha tani yakni presentasenya sekitar 25%. Hal
tersebut didapatkan dari mencari sendiri dan teman atau tetangga.
Petani yang bekerja di luar usahatani tersebut semuanya
mendapatkan fasilitas lain, selain mendapatkan upah. Sekitar 100%
yang mendapatkan fasilitas diluar dari upah atau terdapat 16 petani.
Upah tersebut berupa mendapatkan makanan.
4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani
a. Orang tua responden
Jenis pekerjaan rang tua responden biasanya terdapat
bermacam-macam jenis pekerjaan mulai dari petani, pedagang, dll.
Adanya kepemilikan lahan yang ada, daerah pedesaan lebih dominan
penduduknya bekerja sebagai petani. Bekerja sebagai petani dapat
dikatakan sebagai warisan dari generasi sebelumnya. Hal tersebut
menyebabkan sebagian besar petani saat ini menekuni profesi petani
akibat orang tuanya dahulu juga merupakan petani. Beberapa
anggota keluarga petani kadang juga dilibatkan secara langsung
dalam usaha taninya.
Berdasarkan data yang diperoleh pekerjaan orang tua dari
responden adalah petani. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena
sudah mempunyai lahan sehingga harus dikerjakan agar menambah
penghasilan dan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ada 10
orang tua responden yang bekerja sebagai petani, 3 orang tua
responden yang bekerja sebagai petani pemilik penggarap, 1 petani
penyewa, 1 petani buruh tani, dan 1 petani pemilik penggarap dan
penyewa. Maka dari itu disimpulkan bahwa responden melanjutkan
pekerjaan orangtuanya. Sebagian responden mengatakan bahwa
orang tua responden tidak melakukan kegiatan usahatani lagi karena
usianya yang sudah sangat tua. Orang tua responden yang masih
melakukan kegiatan usahatani sebagian besar tidak diberi upah,
arena orang tua petani disini memiliki lahan sendiri dan mengurus
lahannya sendiri.
b. Peran Anggota keluarga dalam kegiatan usahatani
Anggota keluarga memiliki peran untuk saling mendukung
profesi anggota keluarganya yang lain. Menjadi seorang petani juga
tidak lah lepas dari bantuan dan sokongan dari anggota keluarga,
khususnya selain dalam bidang moral, materiil, juga dalam kegiatan
usaha. Peran anggota keluarga dalam usaha tani yaitu keterlibatan
dari anggota keluarga responden dalam bekerja pada kegiatan usaha
tani. Biasanya apabila petani mengalami kekurangan tenaga keluarga
kerja luas, kebanyakan dari mereka akan mencari tenaga kerja dari
dalam yaitu dari anggota keluarga mereka sendiri.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui apabila
terdapat 1 anggota keluarga berjenis kelamin pria yang berperan
dalam kegiatan usaha tani mengelola lahan, 2 orang dalam kegiatan
usaha tani penanaman, 2 orang berperan dalam pemupukan, 4 orang
penyiangan dan pemberantasan hama penyakit, serta 2 orang
berperan dalam kegiatan panen dan pasca panen. Dapat diketahui
pula apabila terdapat anggota keluarga berjenis kelamin wanita
hanya 2 orang yang membantu dalam kegiatan panen dan pasca
panen. Hal ini karena anggota keluarga berjenis kelamin wanita yaitu
anak masih bersekolah. Maka dapat disimpulkan dalam kegiatan
usaha tani anggota keluarga berjenis kelamin pria lebih
mendominasi.
5. Kelembagaan Pertanian/pedesaan
Kelembagaan yaitu organisasi yang mampu menghasilkan ragam
produk yang dapat memanfaatkan dan mengembangkan keunggulan
komparatif atau keunggulan kompetitif. Kelembagaan Petani adalah
lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani guna
memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani. Kelembagaan
petani memiliki fungsi sebagai penguatan struktur kelembagaan petani.
Petani tentu membutuhkan teman dan saran dalam melakukan kegiatan
usaha tani, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk
kelembagaan petani yang berisi kelompok tani. Kelembagaan ini
memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mengelola dan
mengatur kehidupan/jalannya suatu lembaga tersebut. Oleh sebab itu,
agar pedesaan dan pertanian menjadi maju maka kelembagaan pertanian
yang profesional harus diwujudkan.
Petani perlu adanya modal untuk membeli sarana produksi yang
kualitasnya lebih modern sehingga hasil panen yang diproduksi dapat
meningkat. Menurut Rosyadi dan Achyani (2019), lembaga keuangan
yang fokus memberikan penyaluran kredit biasanya disebut sebagai
lembaga keuangan mikro. Lembaga keuangan inilah yang bisa menjadi
sarana dalam pemberian modal kepada petani. Desa Segorogunung
hanya sedikit terdapat lembaga keuangan dan pemanfaatannya belum
baik. Para responden lebih tertarik memanfaatkan lembaga keuangan
yang lain seperti meminjam kepada bank.

a. Asal modal usahatani

Modal adalah salah satu faktor yang paling penting dalam


usaha tani. Modal bisa berupa barang atau uang yang bersama-sama
menjadi penunjang dalam proses produksi. Petani membutuhkan
modal untuk memenuhi keperluan dalam usaha taninya. Modal bisa
juga menjadi faktor pembatas optimasi pertanian yang dilakukan
petani. Pengelolaan modal dalam usaha tani secara benar akan
menjadi patokan keberhasilan suatu usaha. Menurut Harmika et al.
(2021), jika memakai dana tidak sesuai aturan dan tidak bisa
dikendalikan maka akan berakibat pada kemajuan usaha.
Asal modal usaha tani di Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar dalam menjalankan usaha
tani, sebagian besar petani menggunakan modal yang berasal dari
milik sendiri, keluarga, dan tabungan. Jumlah petani yang
menggunakan modal sendiri sebanyak 14 petani dengan persentase
87,5%. Petani lebih memilih menggunakan modal sendiri atau
modal keluarga karena petani telah mempersiapkan modal sebelum
masa tanam, dan meminjam kepada keluarga karena lebih mudah
untuk mengembalikannya dan tidak ada bunga. Jumlah petani yang
menggunakan modal meminjam ke tetangga atau kerabat sebanyak
3 petani dengan persentase 18,75%. Petani lebih memilih
meminjam modal ke tetangga atau kerabat karena meminjam ke
kerabat dan tetangga tidak terdapat bunga, lebih fleksibel, dan juga
karena sesama petani. Persentase banyaknya petani meminjam ke
lembaga keuangan yaitu sebanyak 2 petani dengan persentase
12,5%. Petani memilih meminjam kepada bank karena nominal nya
yang tidak dibatasi dan bisa mengembalikannya setelah waktu
panen.

b. Jenis saprodi dan cara pembayaran

Sarana produksi adalah bahan atau alat yang digunakan


sebagai input dalam proses produksi untuk menghasilkan output.
Sarana produksi dalam pertanian terdiri dari alat-alat pertanian
untuk mengelola lahan dan tanaman digunakan alat-alat seperti
cangkul, sabit, linggis, tangki semprot, dan lainnya. Alat-alat
pertanian merupakan hal yang paling pokok yang diperlukan oleh
petani guna menjalankan usahatani karena tanpa adanya sarana
produksi kegiatan pertanian tidak akan berjalan dengan baik. Sarana
produksi lainnya yaitu kultivator yang didapatkan dengan cara
menyewa kepada orang lain. Cara pembayaran semuanya lunas
dengan menggunakan uang tunai.
Dominasi sarana produksi yang dimiliki berupa cangkul
sebanyak 16 dan arit sebanyak 9. Cangkul dan arit merupakan alat
yang didapat dengan cara dibeli dikarenakan sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari dengan harga yang masih bisa
dijangkau. Rata-rata pembayaran dilakukan dengan cara tunai
dengan keterangan lunas supaya tidak membebani dan
mempermudah dalam mengelola keuangan. Sarana produksi lainnya
yaitu kultivator dengan cara menyewa kepada orang lain.
Penyewaan kultivator dilakukan sebab tidak semua orang memiliki
alat sarana produksi yang menganggap suatu hal yang mahal dengan
nominal yang cukup tinggi bila dibandingkan hasil produksi.

c. Pemanfaatan dan Pemasaran hasil

Pemanfaatan dan pemasaran hasil usahatani menjadi salah


satu elemen yang sangat penting untuk menunjang suatu
keberhasilan dalam menjalankan usahatani. Strategi pemasaran
yang baik, maka usahatani akan mendapatkan pemasukan atau
pendapatan sesuai dengan keinginan petani. Petani memiliki banyak
pilihan dalam konteks pemanfaatan dan pemasaran hasil pertanian.
Terdapat petani yang menjual hasil pertaniannya langsung ke
pengepul. Ada yang sebagian untuk konsumsi dan sebagiannya
dijual, dan ada yang dijual semua hasilnya, ada juga yang disimpan.

Pemanfaatan hasil usaha tani yang diperoleh petani rata-rata


sebagian dikonsumsi dan sebagian dijual yaitu berjumlah 10 dengan
persentase 62,5%. Hal ini dilakukan petani agar kebutuhan
konsumsi terpenuhi dan juga mendapatkan pendapatan. Terdapat
juga petani yang pemanfaatan hasil usaha tani nya dijual semua
yaitu sebanyak 5 dengan persentase 31,25%. Petani memilih
menjual semua hasil pertaniannya karena supaya pendapatannya
maksimal dan ingin mengembangkan usaha tani. Pemasaran hasil
usaha tani yang dilakukan oleh petani biasanya langsung dijual
tengkulak/pengepul, karena mudah, lebih dekat, dan juga sudah
saling mengenal. Pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran yaitu
petani dan tengkulak/pengepul.

d. Pemanfaatan kelembagaan keuangan

Lembaga keuangan adalah lembaga yang memberikan


fasilitas dan produk dibidang keuangan serta memutar arus uang
dalam perekonomian. Kegiatan perekonomian di pedesaan masih
didominasi oleh hasil pertanian dan usaha skala kecil yang secara
umum masih dihadapkan pada permasalahan klasik yaitu
terbatasnya ketersediaan modal. Lembaga keuangan dapat
membantu petani dalam mendapatkan modal, karena dengan adanya
lembaga keuangan maka petani dapat meminjam tanpa harus
mendapatkan bunga yang besar. Umumnya kegiatan operasional
dari sebuah lembaga keuangan meliputi proses pengumpulan dana
dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan. Lembaga keuangan biasanya diatur oleh regulasi
keuangan dari pemerintah. Lembaga keuangan yang terdapat di
Desa Segorogunung sangat sedikit.

Lembaga keuangan yang terdapat di Desa Segorogunung


adalah BUMDES, KUD, dan Koperasi Karomah. Penggunaan
lembaga keuangan di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar dinilai kurang baik. Petani yang berjumlah
16 dengan persentase 100% belum pernah memanfaatkan lembaga
keuangan yang ada di desanya. Hal ini disebabkan mereka lebih
memilih meminjam kepada lembaga keuangan yang lain ataupun
saudara dan kerabat. Lalu para petani ini dirasa belum
membutuhkan dan tidak minat atau tertarik terhadap lembaga
keuangan yang ada.

6. Hubungan Kerja agraris


Hubungan kerja agraris merupakan kelembagaan hubungan kerja
petani yang sudah mengakar di masyarakat petani, terutama petani
komoditas padi dan hubungan agraris erat kaitanya dengan penguasaan
tanah atau status kepemilikan tanah. Hubungan kerja akan terjadi setelah
adanya perjanjian kerja antara buruh dengan pemberi kerja. Hubungan
kerja adalah hubungan hukum antara buruh dan pemberi kerja yang
memiliki unsur adanya pekerjaan, upah, dan perintah. Sektor agraris
merupakan sektor yang berhubungan dengan bidang pertanian. Menurut
Rahayu (2019), pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan
yang dibutuhkan manusia dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan
dan hewan.
Sistem hubungan kerja dalam masyarakat agraris terutama
masyarakat pedesaan di Jawa memuat suatu perjanjian yang mengikat
satu sama lain oleh peraturan atau perjanjian kerja dalam melakukan
proses produksi pertanian. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kian berkembang pesat, tetapi tenaga manusia masih sangat
dominan dalam proses produksi pertanian. Begitu pula kondisi yang ada
di Desa Segorogunung ini. Meskipun sudah banyak alat yang dipakai
oleh para petani namun alat-alat tersebut masih menggunakan tenaga
manusia untuk mengoperasikannya. Masih dominannya tenaga manusia
dalam kegiatan produksi pertanian menandakan bahwa tenaga manusia
masih sangat dibutuhkan dalam proses produksi pertanian. Selain itu,
tidak semua petani dapat melakukan seluruh pekerjaan tersebut sendiri.
Biasanya dalam pekerjaan tertentu, buruh tani ataupun petani penggarap
lebih terampil dalam melakukan pekerjaan tersebut. Bahkan dalam
beberapa pekerjaan ada pembagian khusus yang biasanya dikerjakan
baik oleh kaum laki-laki ataupun perempuan. Beberapa jenis pekerjaan
menempatkan kaum laki-laki sebagai pemeran utama, begitu pula dalam
jenis pekerjaan tertentu akan menempatkan perempuan sebagai pemeran
utama. Bentuk hubungan kerja di bidang pertanian dilihat dari satuan
kegiatan (borongan, harian) dan keterikatan buruh yakni ada buruh
langganan/tetap dan buruh bebas, dapat dikelompokkan empat bentuk
hubungan kerja, yaitu: pertama, buruh tani langganan dengan upah
harian, kedua buruh tani langganan dengan upah borongan, keringat
buruh tani bebas dengan upah harian, dan keempat buruh tani bebas
dengan upah borongan.
a. Status petani berdasarkan penguasaan lahan
Status petani dibagi menjadi 3 yaitu pemilik penggarap,
penyewa, dan penyakap. Setiap status petani tersebut pastinya
memiliki penguasaan lahan dan penghasilan yang berbeda. Petani
pemilik penggarap adalah petani yang memiliki tanah dan secara
langsung mengusahakan dan menggarapnya. Petani penyewa adalah
petani yang mengusahakan tanah orang lain, dengan cara menyewa
karena tidak memiliki tanah sendiri. Petani penyakap adalah petani
yang mengusahakan tanah orang lain dengan sistem bagi hasil.
Buruh tani adalah orang yang bekerja untuk sawah orang lain, yang
nantinya akan memperoleh upah dari pemilik sawah.
Status petani di desa Segorogunung tidak terdapat semua
status petani, berdasarkan data yang didapat hanya terdapat status
petani pemilik penggarap, penyewa, dan buruh tani dengan
mayoritas terbesar diduduki oleh pemilik penggarap, kemudian
diikuti oleh penyewa dan yang paling sedikit yaitu buruh tani.antara
lain pemilik penggarap, penyewa, dan buruh tani. Pemilik
penggarap merupakan petani yang mengerjakan lahannya sendiri.
Penyewa merupakan petani yang menyewa tanah orang lain untuk
diolah sendiri. Buruh tani adalah petani yang bekerja di lahan milik
orang lain yang kemudian menerima upah atau gaji. Semua status
petani bekerja untuk menghasilkan komoditas hortikultura atau
sayur-sayuran, seperti bawang merah, bawang putih, kubis, loncang,
labu, buncis, dll. Responden melakukan usahatani bersama dengan
petani lainnya untuk menggarap lahan masing-masing. Hasil
pertanian sebagian disimpan untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari dan sebagian hasilnya dijual.
b. Bentuk hubungan kerja agraris (sistem sewa)
Setiap lapisan sistem sosial petani akan berinteraksi dalam
konteks hubungan sosial yang berdasarkan pada penguasaan lahan
yang bersifat sementara dan hubungan kerja agraris. Sifat permanen
dan sifat sementara merupakan pengelompokan perpencaran lahan
pertanian. Petani yang menerima warisan beberapa bidang lahan
dan/atau petani yang melakukan pembelian lahan dalam beberapa
tahap merupakan perwujudan terjadinya perpencaran lahan yang
bersifat permanen. Pemilik lahan yang menambah lahan garapannya
dengan cara menyewa lahan milik orang lain atau tanah kas desa
dan bagi hasil merupakan perwujudan terjadinya perpencaran lahan
pertanian yang bersifat sementara.
Hubungan kerja agraris sistem sewa merupakan penyewaan
terhadap suatu lahan pertanian. Lahan tersebut disewa dalam
beberapa waktu tertentu dengan perjanjian tertentu. Sistem sewa
biasanya menggunakan uang untuk melakukan perjanjian atau
membayar uang sesuai dengan lamanya waktu dan luasnya lahan
yang akan dipakai. Petani penyewa merupakan petani yang
mengusahakan tanah orang lain, dengan cara menyewa karena tidak
memiliki tanah sendiri. Petani Penyewa merupakan petani yang
menggarap tanah milik orang lain dengan cara menyewa lahan milik
orang lain karena tidak memiliki lahan sendiri dengan kesepakatan
harga yang telah ditentukan oleh kedua pihak pemilik maupun
penggarap. Semua resiko usaha tani akan ditanggung oleh penyewa
sementara pemilik tanah hanya akan menerima uang sewa tanah
tanpa dipengaruhi oleh resiko usaha tani penggarap.
Usaha tani sistem sewa di Desa Segorogunung ada tiga kali
masa tanam dalam satu tahun dengan biaya Rp850.000 per masa
tanam. Masyarakat Desa Segorogunung menyewa lahan karena
tidak punya lahan untuk usahatani, selain itu untuk menambah lahan
produksi sehingga hasil panen yang diterima lebih besar dari
sebelumnya. Namun tidak semua petani masyarakat desa
Segorogunung menyewa lahan, karena mayoritas petani di desa
Segorogunung berstatus petani sebagai pemilik penggarap.
Besarnya sewa dapat berbentuk produksi fisik atau sejumlah uang
yang sudah ditentukan sebelum penggarapan dimulai. Resiko dalam
usaha tani hanya ditanggung oleh penyewa. Pemilik tanah hanya
menerima sewa tanahnya tanpa dipengaruhi oleh resiko usaha
taninya.
c. Bentuk hubungan kerja agraris (sistem sakap)
Menurut Suhaimi (2019) Sistem sakap adalah sistem
perjanjian penggarapan lahan sawah antara pemilik dengan buruh di
mana pembayaran dilakukan dengan sistem bagi hasil dan bawon.
Sistem sakap atau bagi hasil merupakan bentuk kontrak yang masih
hidup sampai sekarang sesuai dengan kondisi yang
mempengaruhinya. Bagi hasil mengacu pada pembagian hasil panen
antara pemilik lahan dan buruh tani, sementara bawon adalah
sejumlah padi yang diberikan oleh pemilik lahan kepada buruh
sebagai bentuk penggantian jasa atau upah. Konsep sistem sakap
atau bagi hasil ini tetap eksis dan relevan hingga saat ini, karena
dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang mempengaruhi
dinamika pertanian. Sistem ini menunjukkan adanya hubungan
kerjasama yang erat antara pemilik lahan dan buruh tani, di mana
keduanya saling bergantung satu sama lain untuk mencapai hasil
panen yang optimal.
Berdasarkan data, sistem sakap tidak ditemukan di Desa
Segorogunung. Hal itu dikarenakan mereka rata-rata memiliki lahan
sendiri. Lahan tersebut juga digarap sendiri. Selain digarap sendiri,
mereka juga menjualnya sendiri. Maka dari itu, tidak ditemukan
adanya sistem sakap di Desa Segorogunung.
d. Bentuk pengupahan makan pagi dan siang
Hak pekerja atau buruh, sebagai imbalan dari pemilik lahan
menurut kesepakatan kerja, didefinisikan sebagai upah. Bentuk
pengupahan bervariasi, termasuk uang atau barang, tergantung pada
kesepakatan antara pekerja dan pemilik lahan. Di Desa
Segorogunung, pengupahan tidak hanya uang, tetapi juga mencakup
fasilitas makan pagi dan makan siang bagi pekerja selama bekerja.
Upah bukan hanya aspek materi, melainkan juga mencerminkan
kesepakatan adil antara pemilik lahan dan pekerja terkait hak dan
kewajiban. Bentuk pengupahan yang memiliki berbagai variasi,
menimbulkan hubungan kerja di Desa Segorogunung
mencerminkan pertimbangan dan keberagaman dalam memberikan
imbalan kepada buruh tani, termasuk aspek kebutuhan harian seperti
makanan.
Bentuk pengupahan petani Bawang merah di Desa
Segorogunung termasuk beragam tarifnya. Para petani cenderung
memberi upah kerja sebesar 40.000 – 90.000 rupiah. Satu kali upah
itu, petani pekerja mengerjakan tandur, macul. Selain daripada itu,
ada juga yang ditambah dengan pekerja mencabuti rumput.
Berdasarkan pada data, para petani ada yang memberi upah sebesar
40.000, 50.000, 75.000 ada yang 80.000 dan juga 90.000.
Pengupahan ini tergantung kepada petani pemiliknya. Petani pekerja
mendapat jaminan berupa makan pagi dan siang dari petani pemilik.
Bentuk pengupahan petani Loncang di Desa Segorogunung
termasuk beragam tarifnya. Para petani cenderung memberi upah
kerja sebesar 50.000 – 90.000 rupiah. Satu kali upah itu, petani
pekerja mengerjakan tandur, macul. Selain daripada itu, ada juga
yang ditambah dengan pekerja mencabuti rumput. Berdasarkan pada
data, para petani kubis ada yang memberi upah sebesar 75.000, dan
ada yang 80.000. Pengupahan ini tergantung kepada petani
pemiliknya. Petani pekerja mendapat jaminan berupa makan pagi
dan siang dari petani pemilik.
e. Hubungan kerja pemilik dengan buruh tani
Hubungan kerja pertanian adalah pranata sosial yang
mengatur hak dan kewajiban antara petani dan buruh tani, agar
kepentingan mereka dapat terpenuhi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hubungan kerja pertanian yaitu penggunaan
teknologi. Penggunaan teknologi pertanian menyebabkan petani
berubah kearah pemikiran yang bersifat komersial dan pemikiran
tersebut membawa pengaruh terhadap tata kehidupan masyarakat
yaitu memudarnya hubungan sosial. Hal ini nampak pada bubungan
kerja petani dan buruh tani yaitu dari kerja gotong royong atau
tolong menolong menjadi hubungan kerja upah mengupah.
Disamping itu perubahan hubungan kerja petani- buruh tani dapat
dipengaruhi luas tanah garapan dan hubungan sosial kekerabatan
maupun ketetanggaan.
Bentuk hubungan kerja petani buruh dibedakan menjadi
empat macam yaitu hubungan kerja profesional, hubungan kerja
kekeluargaan, hubungan. Mayoritas hubungan kerja petani pemilik
dengan buruh tani di Desa Segorogunung masih bersifat
kekeluargaan dengan persentase sebesar 81,25%. Hubungan kerja
kekeluargaan artinya hubungan kerja yang didasarkan pada rasa
keluaraga dan tidak ada perjanjian tertulis yang mengikat tetapi
cenderung seadanya sesuai dengan adat kebiasaan. Pemilik lahan
yang berkuasa dan kaya akan memberikan pekerjaan, perlindungan,
infrastruktur, dan manfaat lainnya kepada buruh tani. Sebaliknya,
buruh tani memberikan bentuk kesetiaan, pelayanan, dan dukungan
lainnya kepada pemilik lahan.
Bentuk hubungan kerja profesional di Desa Segorogunung
memiliki persentase sebesar 25%. Hubungan kerja profesional yaitu
hubungan kerja yang didasarkan pada nilai-nilai profesionalisme
dengan terikat peraturan. Sedangkan hubungan kerja bernuansa
patron klien di Desa Segorogunung memiliki persentase 0%, karena
di Desa Segorogunung bentuk hubungan kerja pada sektor pertanian
hanya memiliki dua macam saja yaitu hubungan kerja kekeluargaan
dan profesional. Hubungan kerja bernuansa patron klien adalah
hubungan kerja yang didasarkan pada hubungan kepercayaan dan
timbal balik antara petani pemilik dengan buruh tani.
7. Kosmopolitan
Kosmopolitan merupakan perkembangan globalisasi dalam
berbagai aspek kehidupan di suatu masyarakat. Kosmopolitan dapat
diartikan sebagai keterbukaan terhadap informasi-informasi dari luar.
Menurut Holli dan Margaret Scammell (2021), ide komunikasi
kosmopolitan dikonsepsikan informasi yang berasal dari budaya yang
berbeda, kesadaran yang mendalam akan wilayah dan masyarakat lain,
termasuk bahasa, kebiasaan dan adat istiadat mereka. Kosmopolitan
dipahami sebagai keterbukaan terhadap ide-ide dan pengaruh dari luar
tersebut dianggap bisa membawa hal yang lebih baik dari sebelumnya.
Untuk saling berhubungan manusia tidak terhalangi oleh batas-batas
fisik, keyakinan, ekonomi dan budaya, meski kepercayaan dan budaya
mereka berbeda namun tetap saling menghormati. Petani kosmopolitan
nantinya akan menjadi petani yang lebih aktif dalam mencari
informasi baru yang akan berdampak positif terhadap peningkatan
produktivitas pertanian mereka. Tingkat kosmopolitan petani akan
mempengaruhi cepat lambatnya dalam menerima inovasi. Semakin
tinggi tingkat kekosmopolitannya, maka akan semakin tinggi tingkat
penerapan teknologinya. Seseorang yang memiliki pemikiran
kosmopolitanisme dalam bentuk apapun disebut kosmopolitan atau
kosmopolit. Menurut Habibullah (2019) kosmopolitanisme adalah suatu
pandangan yang menganggap kedudukan setiap orang di seluruh dunia
sama dan berasal dari satu komunitas.
Tingkat kekosmopolitan dapat diartikan sebagai orientasi ke luar
wilayah dengan hubungan interpersonal yang luas. Menurut Dharmawan
dan Sunaryanto, (2020), tingkat kosmopolitan dapat diukur dari
perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV,
radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan
bepergiannya keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa.
Menurut Setiyowati et al (2022), tingkatan kekosmopolitan diukur dari
aktivitas petani keluar desa, interaksi dengan orang yang berasal dari
luar desa dan aktivitasnya keluar desa atau ke instansi terkait bidang
pertanian. Tingkat kekosmopolitan petani yang sangat rendah ini
disebabkan karena petani sangat jarang mencari informasi keluar dari
desanya. Faktor jarak dan akses transportasi menjadi penyebab utama
dari rendahnya tingkat kosmopolitan.
Kosmopolitan dalam wilayah pertanian umumnya yaitu mobilitas
sosial keluar desa dan akses informasi pertanian dari luar desa. Petani di
Desa Segorogunung rata-rata melakukan mobilitas di luar desa untuk
memenuhi kebutuhan usaha taninya dan keperluan lainnya. Petani juga
melakukan mobilitas untuk mengunjungi sanak keluarga yang tinggal di
luar daerah. Para petani di Desa Segorogunung memperoleh informasi
terkait pertanian dari berasal dari tokoh masyarakat dan penyuluh (PPL).
Tokoh masyarakat memberikan informasi mengenai beberapa hal yang
dapat memajukan pertanian. Informasi yang didapatkan sering berupa
pemberantasan hama dan obat pemberantas hama, serta berita berkaitan
dengan kesehatan petani. Manfaat yang didapat dari informasi dari
Penyuluh (PPL) yaitu mendapatkan informasi dan obat untuk penyakit
tanaman dan hama, serta mendapatkan obat untuk masalah kesehatan
petani. Meskipun informasi tersebut memiliki dampak yang positif,
tetapi beberapa dari petani di Desa Segorogunung masih menggunakan
cara dan teknik tradisional. Para petani masih khawatir dan takut akan
mengalami kegagalan jika mempraktekkan cara dan teknik modern
dengan teknologi.
a. Mobilitas petani
Mobilitas sosial (social mobility) merupakan suatu pergerakan
atau perpindahan status sosial dari individu atau sekelompok orang ke
status sosial lainnya baik horizontal maupun vertikal. Mobilitas sosial
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan kelas sosial dalam
tatanan status sosial di suatu masyarakat. Mobilitas sosial bisa terjadi
pada semua anggota masyarakat dengan kecepatan yang berbeda,
sesuai dengan sistem yang diterapkan di tatanan sosial masyarakat
daerah tersebut. Masyarakat Desa Segorogunung melakukan kegiatan
di luar desa bertujuan antara lain untuk melengkapi kebutuhan rumah
tangga, mengunjungi tempat hiburan, mengunjungi saudara, ataupun
mencari keperluan usaha tani.
Berdasarkan data hasil rekapan kuesioner praktikum mengenai
mobilitas petani. Para petani di Desa Segorogunung rata-rata sering
melakukan perjalanan keluar desa atau daerah. Mayoritas petani pergi
keluar daerah desa sebanyak 10 kali dalam waktu sebulan. Alasan
yang paling dominan mereka pergi keluar daerah desa yaitu untuk
melengkapi kebutuhan rumah tangga dan mengunjungi saudara
dengan persentase sebesar 56,25%.
Sedangkan alat transportasi yang digunakan petani dalam
mobilitas tersebut dapat berupa milik sendiri atau menggunakan
angkutan umum. Kebanyakan petani sudah memiliki alat transportasi
pribadi berupa mobil ataupun motor, sehingga mereka memanfaatkan
sarana tersebut untuk ke luar desa. Responden yang memilih
menggunakan angkutan umum biasanya menggunakan bus dalam
perjalanannya. Mayoritas petani melakukan perjalanan keluar desa
menggunakan transportasi milik pribadi seperti motor dan mobil
dengan persentase sebesar 62,5℅.
b. Sumber informasi
Para petani membutuhkan akses informasi agar dapat
meningkatkan produksi dan produktivitas hasil usaha taninya.
Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber informasi
merupakan penyedia sekumpulan informasi yang telah dikelompokkan
berdasarkan masing-masing kategori. Sumber informasi bisa berupa
perpustakaan, majalah, surat kabar dan website. Sumber informasi di
bidang pertanian biasanya didapatkan dari penyuluh (PPL), Tokoh
Masyarakat, Kelompok Tani, Media Elektronik, dan Media Cetak.
Berdasarkan data hasil rekapan kuesioner praktikum, mayoritas
para petani di Desa Segorogunung mendapatkan sumber informasi
terkait usahatani melalui para penyuluh (PPL) dan Tokoh Masyarakat.
Berita yang paling dominan didapatkan petani yaitu tentang cara
penanganan dan pengendalian hama, serta informasi pupuk dan
pestisida. Dampak atau manfaat dari berita tersebut, para petani dapat
mengetahui cara penanganan dan pemberantasan hama, serta
menambah wawasan petani tentang jenis dan kandungan pupuk
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, S., & Syahrani, S. 2022. Pelaksanaan Pembelajaran di STAI Rakha
Ajib, M., & Aksa, A. H. 2023. Dampak Perkembangan Teknologi Pertanian
Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Petani. Al-I'timad: Jurnal
Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam, 1(1), 19-41.
Awaluddin. 2017. Hak Menguasai Negara Atas Tanah di Indonesia. Jurnal
Talrev, 2(2) Desember, 122.
Bidarti, Agustina. 2020. Teori Kependudukan. Bogor: Lindan Bestari.
Dharmawan, K. S., & Sunaryanto, L. T. (2020). Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian di
desa bringin kecamatan bringin kabupaten semarang. AGRINESIA:
Jurnal Ilmiah Agribisnis, 4(2), 134-141.
Fatmawati, N., Mappincara, A., & Habibah, S. 2019. Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan,
Keguruan, dan Pembelajaran, 3(2).
Fithriyyah M. U., 2021. Dasar-Dasar Teori Organisasi. Rdev Riau: Kota
Pekanbaru.
Gendalasari, G. G. 2020. Pembinaan Organisasi Sosial Kemasyarakatan Mengenai
Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Budaya Organisasi di Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor. Jurnal Abdimas Dedikasi Kesatuan,1(2):
201-214.
Habibullah, M. 2019. Kosmopolitanisme dalam Budaya Islam. As-Shuffah, 1(2):
18-24
Harmika, P.V., Era, Y.E., Akuntansi, P., Keguruan dan Ilmu Pendidikan, F., PGRI
Madiun Jl Setia Budi No, U., Madiun, K., ... Penulis, K. 2021. Analisis
Pengelolaan Keuangan Kelompok Tani Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Petani Porang. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Kebijakan
Publik, 6(2).
Hastuti, S. H. D. 2020. Pentingnya pemanfaatan data kependudukan di era digital.
TEKNIMEDIA: Teknologi Informasi Dan Multimedia, 1(1), 18-21.
Holli A. S., & Margaret Scammell. 2021. Komunikasi Kosmopolitan dan Nilai
Nilai Moral Tradisional. Handbook Komunikasi Politik.
Hosanna, D., Tanesab, F. I., & Prasetyo, S. Y. 2018. Analisis Pengaruh Kawasan
Industri Besar Sedang Terhadap Mata Pencaharian Penduduk dan Sarana
Perekonomian di Kec. bergas Kab. Semarang. AITI, 15(1), 75-83.
Julia, M., & Masyruroh, A. J. 2022. Literature Review Determinasi Struktur
Organisasi: Teknologi, Lingkungan Dan Strategi Organisasi. Jurnal
Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, 3(4), 383-395.
Magruder, J. R. 2018. An assessment of experimental evidence on agricultural
technology adoption in developing countries. Annual Review of Resource
Economics, 10, 299-316.
Mahdayeni, M., Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. 2019. Manusia dan Kebudayaan
(Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman
Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol 7 (2), 154-165.
Manullang, S. O. 2021. Perubahan Sosial Masyarakat Perdesaan Di Era
Teknologi. Cross-border, 4(1), 83-88.
Marhaeni, N.I.A.A. 2018. Pengantar Kependudukan Jilid 1. Denpasar : cv.sastra
Utama
Maulida, P., Muryani, M., & Faristiana, A. R. 2023. Dampak Perkembangan
Teknologi Pertanian Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di
Kabupaten Madiun. Student Scientific Creativity Journal, 1(4), 349-365.
Mochamad Tajimudin, Achmad Sanusi, A. S. 2020. Manajemen Sarana Prasarana
Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pada Madrasah Ibtidaiyah Dan
Sekolah Dasar Di Kota Bandung. Ner: Nusantara Education Review,
3(2).
Mousavizadeh, M., Harden, G., Ryan, S., & Windsor, J. 2015. Knowledge
management and the creation of business value. Journal of Computer
Information Systems, 55(4), 35–45.
Murdiyanto, E. 2020. Sosiologi perdesaan Pengantar untuk Memahami
Masyarakat Desa.
Nugroho, S. S., & et.al. 2017. Hukum Agraria Indonesia. Solo: Kafilah
Publishing.
Pratama, I Gusti Agung Wahyu Krisna Mukti, Atmadja, A. T. 2020. Kearifan
Budaya Lokal Pangentos Ayahan Adat (Studi Kasus Pada Desa Adat
Padangbulia Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng) Program Studi
Akuntansi S1. 1, 474–486.
Putri, AD . 2018. Pengembangan Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan di
Desa Dauh Paken, tabanan-Bali. Lembaran Masyarakat: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam , 4 (1), 37-50.
Rahayu, P. 2020. Ensiklopedia Profesi Seri Petani (R. Subekti (ed.); 1st ed.).
Alprin.
Rahman, A. 2023. Ekonomi Demografi dan Kependudukan. Makassar: Nas Media
Pustaka.
Rahmat. 2019. Insiklopedia Konflik Sosial. Tangerang: Loka Aksara
Richardo, R. 2020. Pembelajaran matematika melalui konteks Islam nusantara:
Sebuah kajian etnomatematika di Indonesia. Jurnal Pendidikan
Matematika (Kudus), 3(1), 73-82.
Rosyadi, I., & Ahyani, F. 2019. Model Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro
Desa berbasis Local Wisdom. Proceeding of The URECOL, 89-105.
Saihu, S. 2019. Pendidikan Pluralisme Agama: Kajian tentang Integrasi Budaya
dan Agama dalam Menyelesaikan Konflik Sosial Kontemporer. Jurnal
Indo-Islamika 9(1) : 67-90.
Salamat, Yusuf. 2016. Pengaturan Mengenai Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum
Adat ( Studi Kasus Pengakuan Terhadap Hak Atas Tanah Masyarakat
Hukum Adat Dayak di Kalimantan Tengah ) ( Case Study of Recognition
of the Dayak Adat Law Community Land in. Jurnal Legislasi Indonesia,
13(04), 411–420.
Savitri, E., Andreas, A., & Diyanto, V. 2022. Pendampingan pelaporan keuangan
BUMDes berbasis web. Jurnal Penelitian Keterlibatan Masyarakat
untuk Keberlanjutan , 2 (6), 268-277.
Sebelum, Semasa dan Sesudah Pandemi Covid-19. Adiba: Jurnal Pendidikan , 2
(1), 51-63.
Setiyowati, T., Fatchiya, A., & Amanah, S. 2022. Pengaruh Karakteristik Petani
terhadap Pengetahuan Inovasi Budidaya Cengkeh di Kabupaten
Halmahera Timur. Jurnal Penyuluhan, 18(02), 208-218.
Suhailmi, A. 2019. Pola Penguasaan dan Kepemilikan Tanah pada Kawasan
Pertanian (Lokasi HPS) di Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala.
Wasaka Hukum , 7(2), 387-406.
Syakhrani, A. W., & Kamil, M. L. 2022. Budaya Dan Kebudayaan: Tinjauan Dari
Berbagai Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur Kebudayaan Yang
Bersifat Universal. Cross-border, 5(1), 782-791
LAMPIRAN
1. Lampiran Dokumentasi Bersama Responden

Foto Bersana Responden Foto Bersama Tokoh Masyarakat

Foto Sarana Prasana Foto Kegiatan Usaha Tani

Foto Mesin Pertanian Foto Saran Prasarana


A. Identitas Keluarga Responden
1. Identitas Responden Menurut Umur dan Penguasaan Lahan
Umur Status Penguasaan Lahan
No. Nama Responden
Suami Istri 1 2 3 4
1 Kapi Sumani 59 59 √ √
2 Suyono 67 60 √
3 Suparti 57 55 √
4 Ratmi 53 44 √
5 Painem 40 40 √ √
6 Sri Mulyani 55 45 √ √
7 Paryono 40 33 √
8 Tarni 65 63 √
9 Sularti 56 48 √
10 Suwanti 49 48 √ √
11 Ngadi 40 32 √
12 Warto 59 58 √
13 Hartono 73 55 √
14 Sukarsih 51 46 √
15 Suparji 55 53 √
16 Sudarno 62 55 √
∑ 12 4 1
6,25
% 75% 25%
%
Sumber : Data Primer

Keterangan :
1. Pemilik Penggarap
2. Penyewa
3. Penyakap
4. Buruh Tani
2. Identitas Responden Menurut Jumlah anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga Pendidikan
No. Pria Wanita Anak
Suami Istri
0-4 4-15 15-65 >65 0-4 4-15 15-65 >65 SD SMP SMA SMK
1 1 2 6 6 1
2 2 2 6 6
3 2 1 6 6 1
4 3 2 6 6 2
5 2 2 9 9 1 1
6 2 2 12 16 1
7 1 1 1 1 16 16 2
8 1 1 3 6 1 1 1
9 2 1 6 6 1
10 3 3 16 16 3
11 1 2 1 6 9 1 1
12 3 1 6 6 2
13 1 4 6 12 3
14 2 2 6 6 1 1
15 2 2 6 6 2
16 1 1 9 6
∑ 13 2 15 5 9 2 18 5 1 8 13
37,1 42,8 31,0 16,13 25,80 41,94
% 5,71 14,3 6,9 62,07 - - 3,23%
4 5 3 % % %
Sumber : Data Primer
B. Perilaku Responden dalam Mencari nafkah
1. Arti Hidup Cukup Menurut Petani

Jawaban
No. Responden
A B C D
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
3 7 4 2
% 18,75% 43,75% 25% 12,5%
Sumber : Data Primer
2. Kegiatan Mencari Nafkah
No. Jawaban
Respo 2 3 4 5 9
nden a b c d a b c d e a b c a b c d a b c
1 √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √
15 √ √ √ √ √
16 √ √ √ √ √
1 1
∑ 2 3 3 4 1 11 2 3 9 6 2 1 5 6 9
2 0
18, 62 6, 12, 56, 6,2 31, 37
75 12, 18,7 25 68,7 18,7 37,5 12,5 56,2
% % 5% 5%
75 ,5
%
25
5%
5
5%
25
% %
5 25 ,5
5%
% % % % % % % %
Sumber : Data Primer
3. Keputusan dalam Usahatani
6 7 8
No
a b c a b c Siapa
1 √ √
2 √ √ Istri
3 √ √ Suami dan anak
4 √ √ Suami dan anak
5 √ √ Suami
6 √ √ Suami
7 √ √ Bapak
8 √ √ Suami
9 √ √ Suami dan anak
10 √ √ Suami dan anak
11 √ √ Istri dan orang tua
12 √ √
13 √ √ Anak
14 √ √ Suami
15 √ √
16 √ √ Istri
∑ 2 5 9 11 2 3
12,5 31,2 56,2 68,7 12,5 18,7
%
% 5% 5% 5% % 5%
Sumber : Data Primer
4. Penggunaan Pendapatan Petani
10 11 12 13
No.
a b c a b c d a b c d a b c d
1 √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
6 √ √ √ √
7 √
8 √
9 √ √ √
10 √
11 √
12 √ √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 √
16 √ √
∑ 16 9 6 6 3 3 7 3 5 4 1 3 1
56, 37 18, 18, 31, 6,25
100 37,5 18,7 43,7 6,25 18,7
% 25 ,5 75 75 25 25% %
% % 5% 5% % 5%
% % % % %
Sumber : Data Primer
C. Kelembagaan Hubungan Kerja luar Pertanian
1. Mata Pencaharian dan Motivasi di Luar Pertanian
Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan
No. Pendapatan/
Pekerjaan Motivasi Pekerjaan Pendapatan/Th Motivasi
Th
1
2
3
4
Untuk membuat hidup
5 Pedagang 36.000.000
anaknya lebih baik lagi
Mencari pendapatan
tambahan untuk
6 PNS 43.200.000
kehidupan hidup
keluarga
7
Menambah
Buruh
8 RP18.000.000 penghasilan dan
petani
mengisi waktu luang
9
Ingin memperbaiki
10 PNS RP78.000.000
nasib
11
Rp.
12 Berternak Biaya pendidikan anak
10.000.000
13
14
Buruh Rp Biasanya kalau
15
tukang 1.200.00,00 tegalannya sudah habis
16
Sumber : Data Primer
2. Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian
3 4
No.
a b c a b c
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √ √
6 √ √
7 √
8 √ √
9 √
10 √ √ √
11 √
12 √ √
13 √ √
14 √ √
15 √ √
16 √
∑ 16 2 4 4
% 100% 12,5% 25% 25%
Sumber : Data Primer
D. KELEMBAGAAN HUBUNGAN KERJA KELUARGA PETANI
1. Orangtua Responden
2a 2b
No. Jenis Pekerjaan
a b c a b
1 Petani √ √
2 Petani √ √
3 Petani √
4 Petani √ √
5 Petani √
6 Petani √ √
7 Petani √ √
8 Petani √ √
9 Buruh Tani √ √
Pemilik penggarap dan
10 √ √
penyewa
11 Pemilik penggarap √ √
12 Petani pemilik penggarap √ √
13 Petani pemilik penggarap √ √
14 Petani penyewa √ √
15 Petani √ √
16 Petani √ √
∑ 2 5 9 2 12
12,5 31,2 56,2
% 12,5% 75%
% 5% 5%
Sumber : Data Primer
2. Peran Anggota Keluarga dalam Kegiatan Usahatani
Penyianga
N Pengolaha Pemupuka n dan Panen dan
Pengairan Pembibitan Penanaman
o n lahan n Pemberant Pasca Panen
. asan
P W A P W A P W A P W A P W A P W A P W A
1
2
3 √
4
5
6 √ √ √ √ √ √ √ √
7 √
8 √ √ √ √ √
9 √
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
∑ 1 1 2 2 2 4 2 2
6,
6, 12 12 12 12
2 25 12,
% 25 ,5 ,5 ,5 ,5
5 % 5%
% % % % %
%
Sumber : Data Primer
E. HUBUNGAN KERJA AGRARIS
1. Status Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan

Apakah di desa ini


Apakah masing masing
ada petani berstatus
petani yang berbeda status
sebagai : Pemilik
Kesimpulan menerima komoditas
Penggarap, Penyewa,
pertanian yang berbeda
Penyakap dan Buruh
beda?
Tani ? Jelaskan

Desa Segorogunung tidak


terdapat semua status petani,
berdasarkan info yang
Jawaban
didapat hanya terdapat status
Jawaban 1. Pemilik Penggarap:
petani pemilik penggarap,
1. Pemilik Bawang Merah, Bawang
penyewa, dan buruh tani
Penggarap:75% Putih, Daun Bawang
dengan mayoritas terbesar
2. Penyewa:25% 2. Penyewa: Kubis,
diduduki oleh pemilik
3. Penyakap:0% Cabai,Sawi
penggarap, kemudian diikuti
4. Buruh Tani:6,25% 3. Penyakap:-
oleh penyewa dan yang
4. Buruh Tani: Sayuran
paling sedikit yaitu buruh
tani.

Sumber : Data Primer


2a. Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sewa)
Jenis Usahatani Bawang Jenis Usahatani Loncang Jenis Usahatani Kubis
Merah
No. Jangka Jangka Jangka
Ketentuan Ketentuan Ketentuan
Waktu Waktu Waktu
1 Rp850.000 1 MT
2 Rp1.000.000 1 tahun
3 Rp850.000 1 MT
4 Rp850.000 1 MT
5 Rp850.000 1 MT
6 Rp850.000 1 MT Rp850.000 1 MT
7 Rp850.000 1 MT Rp850.000 1 MT Rp850.000 1 MT
8 Rp850.000 1 MT
9 Rp850.000 1 MT
10
11 Rp850.000 1 MT Rp850.000 1 MT
12 Rp500.000 1 MT
13 Rp. 1.000.000 1 MT
14 Rp. 850.000 1 MT
15 Rp250.000 1MT
16 Rp400.000 1 MT
∑ Rp6.500.000 Rp6.450.000 Rp2.100.000
Sumber : Data Primer
2b. Bentuk Hubungan Kerja Agraris (Sistem Sakap)
Jenis Usahatani Bawang Merah Jenis Usahatani Loncang Jenis Usahatani Kubis
No.
Jangka Jangka Jangka
Ketentuan Ketentuan Ketentuan
Waktu Waktu Waktu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Hasil penjualan
12 1 MT
dibagi 2
Hasil penjualan
13 1 MT
dibagi 2
Hasil Penjualan
14 1MT
dibagi 2
15
16
Sumber : Data Primer
3. Bentuk Pengupahan Makan pagi dan siang
Jenis Usahatani Bawang Merah Jenis Usahatani Loncang Jenis Usahatani Kubis
No. Jenis Jenis
Besar Bentuk Fasilitas Besar Bentuk Fasilitas Besar Bentuk Fasilitas
Pekerjaan Pekerjaan Pe
Makan
Rp.50.
1 Uang pagi dan Matun
000
siang
Makan Macul dan
Rp90.
2 Uang pagi dan usung-
000
siang usung
Makan
Rp.50. Mencabuti
3 Uang pagi dan
000 rumput
siang
Makan
Rp75. Matun,
4 Uang pagi dan
000 tandur
siang
Makan
Rp.75.
5 Uang pagi dan Matun
000
siang
Daud, Daun, Daun,
Makan Makan
Rp75. matun, Rp75. matun, matun,
6 Uang pagi dan pagi dan
000 nandur, 000 nandur, nandur,
siang siang
panen panen panen
Daud,
Makan Makan Semua Makan
Rp75. matun, Rp90. Rp75.
7 Uang pagi dan Uang pagi dan pekerjaan Uang pagi dan
000 nandur, 000 000
siang siang pertanian siang
panen
Daud,
matun,
Hasil Makan nandur,
8
panen pagi semprot
hama
panen
Daud,
Rp. Makan
tandur,
9 75.00 Uang pagi dan
matun,
0 siang
panen
10
Makan Rp. Makan Tandur,
Rp. Daun,
11 Uang pagi dan 75.00 Uang pagi dan semprot
50.000 matun
siang 0 siang hama
Makan Rp.
Rp. Semprot Makan
12 Uang pagi dan 75.00 Uang Macul
90.000 hama pagi
siang 0
Cangkul,
Makan
Rp. matun,
13 Uang pagi dan
80.000 semprot
siang
hama
Rp. Makan Matun,
14 Uang
40.000 pagi tandur
Makan
Rp80.
15 Uang pagi dan M
000
siang
Tandur,
Rp90. Makan
16 Uang semprot
000 siang
hama
Sumber : Data Primer
4. Hubungan Kerja Pemilik dengan Buruh Tani
No. Bagaimana hubungan kerja pemilik lahan dengan buruh taninya?
A B C D
Karena lebih mudah
1 . .. √ untuk dicari
Bekerja sesuai waktu dan
2 √ masih bisa dikerjakan
besok hari
Karena mudah untuk
3 √ dicari
4 √ Saat orang lain butuh saja
Lebih mudah untuk
5 √ dicari
Karena sama-sama
6 √ saling membutuhkan
dan membantu
7 √ Bekerja sesuai jam kerja
Tidak ada tekanan dari
8 √ pemilik lahan
Karena sama-sama
9 √ saling membutuhkan
dan membantu
Gotong royong desa
10 √ ikatannya kuat
Saling kerjasama dan
memiliki rasa
11 √ kekeluargaan tidak
hanya bekerja
Bekerja sesuai waktu
12 √ penyewaan
Tidak ada peraturan
yang resmi, dilakukan
13 √ sesuai dengan rasa
gotong royong
Pekerja merupakan
14 √ tetangga
Karena kita satu jenis
15 √ pekerjaan maka harus
saling kenal
Karena saling kenal
16 √ satu sama lain
∑ 4 13
25 81,2
% % 5%
Sumber : Data Primer
F. KOSMOPOLITAN
1. Mobilitas
1a 1b 1c
No.
Jawaban 1 2 3 4 5 6 1 2
1 5 Kali/bulan √ √
2 Kadang kadang √ √ √
3 4 Kali/bulan √ √
4 3 Kali/bulan √ √
5 30 Kali/bulan √ √ √
6 25 kali/bulan √ √ √ √
7 6 kali/bulan √ √ √ √
8 4 kali/bulan √ √
9 Tidak Pernah
10 20 kali/bulan √ √ √ √ √ √
11 3 kali/bulan √ √ √
12 3 kali/bulan √ √ √ √
13 10 kali/bulan √ √
14 10 kali/bulan √ √ √ √ √
15 10 kali/bulan √ √ √ √
16 10 kali/bulan √ √ √ √
∑ 5 9 8 4 9 4 10 1
31,2 56,2 56,2 62,5 6,25
% 50% 25% 25%
5% 5% 5% % %
Sumber : Data Primer
2. Sumber Informasi Petani
No. Media Yang Diakses Pesan/Berita yang Diakses Manfaat/Dampak
Tata cara menanam yang
Penyuluh (PPL) Mengetahui cara menanam sayuran yang benar
1 benar

Cara mengelola tanah, saran


Dapat menganalisa hama dan penyakit yang
2 Penyuluh (PPL) pemupukan, dan serta
menyerang tanaman.
pengendalian hama
Contoh pupuk yang baik
3 Kelompok Tani/Gapoktan Lebih mengetahui tentang pupuk
untuk bertani
Tata cara menanam yang
4 Penyuluh (PPL) Memperluas pengalaman
benar
5 Tokoh Masyarakat Cara penanganan hama Mengetahui cara penanganan hama
Penyuluhan inovasi baru
6 Penyuluh (PPL) pertanian dari dinas Mengetahui hal baru terkait pertanian
pertanian
a. Elektronik Artikel tanam menanam Menambah wawasan tentang tanam menanam
7 b. Tokoh
Sharing-sharing antar warga Dapat mencoba inovasi baru
masyarakat
Penyuluhan tentang Mendapatkan ilmu tentang penanaman yang lebih
8 Penyuluh (PPL)
penanaman baik
9 Tokoh Masyarakat Cara bertani yang benar Lebih mengetahui cara bertani yang baik
Cara mengatasi pertanian Mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai
10 Tokoh Masyarakat
yang mati dan tanya harga pertanian
11 Tokoh Masyarakat Pengarahan/penyuluhan Lebih mengetahui cara menanggulangi hama
a. Tokoh Informasi pupuk dan
Mengetahui perkembangan pupuk
Masyarakat pestisida
12
Pola penanaman dan Mengetahui lebih banyak cara penanaman dan
b. Penyuluh (PPL)
pembibitan pembibitan yang efektif
Informasi pengobatan, Mengetahui pola pengobatan, pemupukan, dan
13 Penyuluh (PPL)
pemupukan, dan penanaman penanaman yang lebih efektif
14 Tokoh masyarakat Cara menanggulangi hama Mengetahui cara menanggulangi hama
Petani akan lebih tahu tentang pengelolaan
15 Tokoh masyarakat Tentang pertanian
usahatani
16 Media cetak Berita tentang kemajuan tani Petani akan lebih tahu
Sumber : Data Primer
G. KELEMBAGAAN PERTANIAN ATAU PEDESAAN
1. Asal Modal Usahatani
1 2
No.
a b c Asal Alasan
Responden telah mempersiapkan
1 √ Tidak akan
modal sebelum masa tanam
2 √ √ Pinjam ke pegadaian Karena lebih cepat dan mudah
3 √ Saudara Karena tidak berbunga
4 √ √ Uang kas RT Lebih bebas dan sudah pasti ada
Responden telah mempersiapkan
5 √ Tidak akan
modal sebelum masa tanam
Responden telah mempersiapkan
6 √ Tidak akan
modal sebelum masa tanam
Responden telah mempersiapkan
7 √ Tidak akan
modal sebelum masa tanam
Responden telah mempersiapkan
8 √ Tidak akan
modal sebelum masa tanam
Karena bisa mengembalikan dengan
9 √ Bank BRI
jangka waktu sebagaimana panen
Karena lebih pengertian bisa
10 √ Saudara Kandung
dikembalikannya lebih mudah
Karena mudah dan tidak ada
11 √ √ Orang tua
bunganya
Karena lebih terpercaya dan mudah
12 √ Saudara
dalam urusan melunasinya
Responden telah mempersiapkan
13 √ Tidak akan
modal sebelum masa tanam
Responden akan menyiapkan modal
14 √ Tidak akan
sebelum masa tanam
15 √ Tetangga Karena sesama petani
16 √ Tetangga Karena sesama petani
∑ 14 3 2
87,5 18,7 12,
%
% 5% 5%
Sumber : Data Primer
2. Jenis Saprodi dan cara pembayaran
Jenis Saprodi
No
Jenis Asal (beli/bantuan/sewa) Keterangan (milik) Cara pembayaran

1 Cangkul Beli Sendiri Tunai


2 Kultivator Sewa Orang lain Tunai
3 Sabit Beli Sendiri Tunai
4 Kincir air/sistem penyiraman Beli Sendiri Tunai
5 Mobil pick up Beli Sendiri Tunai
6 Arit Beli Sendiri Tunai
7 Linggis Beli Sendiri Tunai
8 Penyemprot Beli Sendiri Tunai
9 Alkon/penyedot air Beli Sendiri Tunai
10
11
Sumber : Data Primer
1. Pemanfaatan dan Pemasaran hasil
5 6 7
No.
a b c d Cara Alasan Jawaban
Karena sudah kenal
dekat dan terbiasa ke
Tidak ada, Langsung ke
1 √ Dijual ke pengepul pengepul, selain itu
pengepul
jaraknya juga lebih
dekat
Karena harganya
Dijual ke pengecer lebih besar dari
2 √ pariwisata harga di bakul pasar/
pengecer umumnya
Karena sudah punya
3 √ Dijual ke pasar Dijual sendiri langsung
kenalan
Karena lebih efektif
4 √ Dijual ke pengepul Langsung ke pengepul
dan jaraknya dekat
Karena pekerjaanya Langsung ke pasar
5 √ Dijual ke pasar memang berjualan tidak ada lagi yang
sayur terlibat
Karena lebih dekat Pengepul, pada saat
dan sudah biasa jual petani mengumpulkan
ke pengepul dan hasil panen
6 √ Dijual ke pengepul lebih fleksibel disawahnya, pengepul
karena kadang datang lalu membawa
panennya lebih hasil panen dan dijual
sedikit ke pasar
dijual ke pedagang Ada pihak pedagang
arena panennya pasar yang membeli
Dijual ke pedagang bertahap dan untuk hasil panen secara
7 √ pasar dan tengkulak komoditas yang bertahap dan ada yang
dipanen sekaligus djual ke tengkulak
dijual ke tengkulak ketika panen sekaligus
Karena hasil panen
Pedagang, hasil panen
dipanen secara
diambil pedagang
8 √ Pedagang rumahan bertahap sehingga
secara bertahap (tidak
tidak dapat memakai
sekaligus)
tengkulak
Dari ibu petani
Karena lebih dekat
langsung ke pengepul
9 √ Dijual ke pengepul dan sudah biasa jual
tanpa ada yang terlibat
ke pengepul
lagi
Karena tradisi di
Desa Segorogunung Dari ibu petani
10 √ Dijual ke pengepul
memang biasa dijual langsung ke pengepul
ke pengepul
Karena dekat dan ga Langsung setelah panen
11 √ Dijual ke pengepul
terbiasa jual ke pasar dijual ke pengepul
Karena sudah
Dari responden
12 √ Dijual ke tengkulak menjadi kebiasaan
langsung ke tengkulak
responden
Karena responden Tengkulak datang ke
13 √ Dijual ke tengkulak biasanya dijual ke rumah responden/lahan
tengkulak saat panen
Pengepul langsung
14 Dijual ke pengepul Karena lebih mudah mengambil hasil panen
di lahan responden
Karena sudah saling
15 √ Dijual ke tengkulak
kenal
16 √ Dijual ke tengkulak Karena mereka yang
menasarkannya
∑ 5 10 1
31, 62, 6,2
% 25 5 5
% % %
Sumber : Data Primer
2. Pemanfaatan Lembaga Keuangan
N Pernah Belum Pernah
Nama Lembaga Penjelasan
o Memanfaatkan Memanfaatkan
1 BUMDES √ Belum Membutuhkan
2 BUMDES √ Karena belum membutuhkan
3 BUMDES √ Karena tidak membutuhkan
4 BUMDES √ Belum membutuhkan
5 BUMDES √ Karena tidak membutuhkan
6 BUMDES √ Karena tidak membutuhkan
Tidak tertarik/tidak minat terhadap hal
7 BUMDES √ tersebut
Tidak minat, jika memang butuh, lebih
8 BUMDES √ memilih pinjam ke saudara
Kalau meminjam uang ke lembaga
9 BUMDES √ yang lain
10 BUMDES √ Belum membutuhkan
Tidak meminjam di lembaga ini namun
11 BUMDES √ meminjam ke yang lain
12 BUMDES √ Belum membutuhkan
13 KUD √ Belum tertarik
14 Koperasi Karomah √ Tidak berminat mencoba
15 BUMDES √ Karena belum membutuhkan
16 BUMDES √ Lebih memilih pinjam ke tetangga
∑ 16
% 100%
Sumber : Data Primer
- Foto saat wawancara (dengan petani dan tokoh masyarakat)

- Foto dari kajian tematik yang diangkat di video (struktur sosial, konflik,
penguasaan tanah, atau yang lainnya) (screenshot video)
- Foto aktivitas pertanian/masyarakat urban

- Foto sarana prasarana umum yang ada di desa

- Foto alat mesin pertanian jika ada

- Kuesioner Petani

- Kuesioner Tokoh Masyarakat

- Dokumentasi monografi (yang ada di hasil dan pembahasan)

- Bukti sitasi (5 jurnas, 5 jurinter, 3 buku) :

Jurnas dan jurinter : Abstrak, bagian yang


dikutip Buku : Cover, penerbit, dan
bagian yang dikutip

Anda mungkin juga menyukai