Anda di halaman 1dari 6

Laporan Penelitian Etnografi Masyarakat

Desa Mlokomanis Wetan, Kecamatan Ngadirojo


Kabupaten Wonogiri
Triestan Al Ghom
Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro

Abstrak
Desa Mlokomanis Wetan merupakan salah satu desa di kecamatan Ngadirojo, Kabupaten
Wonogiri. Sebagai desa lokasi KKN Tim II UNDIP 2022/2023, desa ini memiliki potensi untuk
dikembangkan lebih jauh, namun upaya pengembangan terdahulu yang dilakukan oleh
pemerintah pusat dan desa kurang efektif dan tidak dapat sepenuhnya diterima masyarakat.
Untuk mencari penyebab dan dalam rangka memenuhi penugasan KKN, mahasiswa jurusan
Antropologi Sosial UNDIP melakukan penelitian etnografi untuk menggali lebih dalam
kedalam masyarakat dan mencari penyelesaian dan meningkatkan upaya pengembangan untuk
kedepannya. Penelitian dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara dengan
narasumber kunci, serta disajikan dengan gaya penulisan etnografi. Pemikiran masyarakat yang
masih tradisional menjadi penyebab utama, bagaimana konsep kemajuan sering ditolak oleh
masyarakat karena kurangnya pemahaman dan pendidikan juga menjadi masalah. Upaya
pembangunan kedepan diharapkan dapat lebih memperhatikan faktor sosial-budaya
masyarakat
Kata kunci: etnografi, sosial budaya, kkn undip, Mlokomanis Wetan, Wonogiri

Abstract
Mlokomanis Wetan Village is one of the villages in the Ngadirojo sub-district, Wonogiri
Regency. As a location for the KKN Team II UNDIP 2022/2023, this village has the potential
for further development. However, previous development efforts by the central government
and the village were less effective and not fully accepted by the community. In order to identify
the causes and fulfill the KKN assignment, students majoring in Social Anthropology from
UNDIP conducted ethnographic research to delve deeper into the community, seek solutions,
and enhance development efforts for the future. The research was conducted through
participatory observation, interviews with key informants, and presented in an ethnographic
writing style. The traditional mindset of the community is the main reason why the concept of
progress is often rejected due to a lack of understanding and education, which is also a problem.
Future development efforts are expected to pay more attention to the social and cultural factors
of the community.

Keyword: etnography, socio-cuture, Undip KKN, Mlokomanis Wetan, Wonogiri


Pendahuluan

Penelitian etnografi tentang masyarakat desa Mlokomanis Wetan, Kecamatan


Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri bertujuan untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam
memajukan dan membangun desa tersebut untuk masa depan yang lebih baik. Etnografi adalah
suatu metode penelitian yang berfokus pada pemahaman mendalam tentang kehidupan sosial,
budaya, dan praktik masyarakat di suatu wilayah tertentu. Dalam penelitian ini, kami akan
mengamati dan mendokumentasikan berbagai aspek kehidupan masyarakat desa, termasuk
nilai-nilai budaya, tradisi, sistem sosial, ekonomi, dan cara-cara mereka beradaptasi dengan
perubahan zaman. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih
dalam tentang masyarakat desa Mlokomanis Wetan, serta menjadi dasar bagi perencanaan dan
pelaksanaan program pembangunan yang berkelanjutan dan berdaya guna bagi masyarakat
desa dan wilayah sekitarnya. Penelitian ini merupakan proker KKN dari mahasiswa UNDIP
pada prodi Antropologi Sosial S1.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian etnografi tentang masyarakat desa
Mlokomanis Wetan adalah observasi partisipatif, informasi dari narasumber kunci, dan
pengumpulan data administrasi desa.
1. Observasi Partisipatif: Peneliti akan langsung terjun ke dalam masyarakat desa
Mlokomanis Wetan untuk mengamati dan mendokumentasikan berbagai aspek
kehidupan mereka secara langsung. Dalam observasi partisipatif, peneliti tidak hanya
menjadi pengamat, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan sehari-hari
masyarakat. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat memahami secara mendalam nilai-
nilai budaya, norma sosial, dan dinamika kehidupan masyarakat dari sudut pandang
mereka sendiri.
2. Informasi dari Narasumber Kunci: Peneliti akan melakukan wawancara mendalam
dengan narasumber kunci di desa Mlokomanis Wetan. Narasumber kunci adalah
individu atau kelompok yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang relevan
dalam bidang penelitian. Melalui wawancara ini, peneliti akan mendapatkan perspektif
dan informasi yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek penting dalam kehidupan
masyarakat desa.
3. Pengumpulan Data Administrasi Desa: Data administrasi desa, seperti catatan
kependudukan, keuangan desa, atau dokumen-dokumen penting lainnya, akan
dikumpulkan sebagai sumber data yang sah dan valid. Data administrasi desa ini dapat
memberikan informasi penting tentang perkembangan dan pembangunan desa selama
ini.

Dalam penulisan menggunakan metode etnografi, peneliti akan menyajikan temuan dan
analisis secara deskriptif dan mendalam. Data-data yang terkumpul dari observasi partisipatif,
wawancara dengan narasumber kunci, dan data administrasi desa akan digunakan untuk
menyusun narasi yang menyelami kehidupan masyarakat desa Mlokomanis Wetan secara
holistik. Metode etnografi ini memungkinkan peneliti untuk menggambarkan kehidupan
masyarakat desa dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi dasar untuk membantu
perkembangan serta pembangunan desa.

Hasil dan Pembahasan

Desa Mlokomanis Wetan merupakan salah satu dari beberapa desa dan kelurahan yang
ada dibawah kecamatan Ngadirojo, kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Kecamatan Ngadirojo
sendiri dibagi menjadi 9 desa dan 2 kelurahan, dan UNDIP dalam pelaksanaan kegiatan KKN
menempatkan mahasiswa pada beberapa daerah di Wonogiri, salah satunya ada pada desa
Mlokomanis Wetan ini. Dengan mahasiswa peneliti sebagai pihak luar, penelitian diharapkan
akan lebih objektif pada kenyataan yang terjadi di lapangan.

Desa Mlokomanis Wetan dibagi menjadi 12 dusun/dukuh. Adapun nama nama dusun
ini yaitu Lengkong, Bakalan, Duwet, Winong, Dungwinong, Sanggrong, Segeroh, Klepu,
Lalung Pantuk, Wonorejo, Lalung Kidul dan Lalung Lor, dimana posko dari mahasiswa KKN
sendiri terdapat pada dusun Bakalan, tepatnya di rumah pak Sekertaris Desa, Pak Anjar Budi
Prastyo, atau lebih dikenal dengan sebutan pak Carik. Pak Carik merupakan perangkat desa
laki laki termuda di Mlokowetan. Ia sudah memiliki istri yang merupakan guru sekolah dasar
di Mlokomanis Kulon, bernama Angga Noviana, serta memiliki 2 anak, Azka dan Alya. Orang
tua dari pak Anjar memiliki usaha produksi tahu yang cukup sukses. Pabrik tahu ini sendiri
merupakan usaha turun temurun dalam keluarga pak Anjar, meskipun sepertinya pak Anjar
sendiri tidak tertarik untuk mewarisinya. Rumah pak Anjar merupakan rumah bertingkat, dan
lantai 2 adalah lokasi yang digunakan untuk posko mahasiswa KKN UNDIP. Pak Anjar
merupakan pribadi yang baik dan supel, dan sepertinya tanpa adanya embel-embel jabatan
sebagai Carik ia tetap orang yang dihormati dan diandalkan banyak orang. Mahasiswa KKN
diperkenakan tinggal di rumahnya tanpa biaya sepeserpun, diberi pinjaman peralatan memasak,
serta kendaraan bermotor yang cukup untuk mahasiswa. Pak Anjar juga sering jagongan atau
ngobrol santai dengan mahasiswa KKN, bahkan mengajak mahasiswa untuk keluar rumah
bersama menaiki mobil miliknya.

Beruntungnya, hampir seluruh warga desa Mlokomanis Wetan ini memiliki sikap yang
ramah pada mahasiswa KKN. Mulai dari keluarga besar Pak Anjar dan istrinya, Pak Polo (Pak
Suwarno) yang juga sangat ramah, keseluruhan perangkat desa, guru sekolah dasar, pedagang
makanan dan sayur serta warga masyarakat hingga anak-anak yang kami kunjungi selalu
menerima mahasiswa dengan antusias dan dengan tangan terbuka sehingga proses penelitian
sosial budaya masyarakat menjadi lebih mudah. Perangkat desa sangat membantu dengan
meminjamkan data administrasi desa dan balai desa untuk keperluan proker sosialisasi dari
mahasiswa.

Desa Mlokomanis Wetan sendiri merupakan desa yang sosial budayanya masih
bercorak tradisional. Kita ambil contoh sistem kekerabatan dan pernikahan masyarakat disini.
Pak Anjar menikah dengan Bu Angga yang merupakan tetangga dalam bahasa Jawa sering
disebut peknggo (ngepek tonggo) yang memang kebiasaan masyarakat desa. Dalam
masyarakat Jawa sendiri, apalagi yang masih memegang erat tradisi seperti itungan weton
(Senin legi, Jum’at Kliwon), dalam memilih pasangan juga tidak bisa sembarangan. Hitungan
wuku dan neptu pasangan harus sesuai untuk memastikan kehidupan setelah menikah nanti
menjadi lebih terjamin. Arsitektur rumah di desa Mlokowetan juga masih bercorak tradisional
dimana masih banyak rumah dengan struktur rumah joglo.
Ajaran ilmu kejawen juga masih kuat disini, yang dibuktikan dengan adanya itungan
weton yang pada dasarnya bagian dari kejawen. Kejawen sendiri sebenarnya juga cukup
kompleks karena menggabungkan filosofi jawa dengan kepercayaan pada Tuhan, sehingga
setiap agama di Jawa memiliki aliran kejawen seperti kejawen Hindu, kejawen Buddha,
kejawen Kristen serta kejawen Kapitayan (kepercayaan) dan bukan hanya dari agama Islam
saja. Penyelenggaraan KKN bertepatan dengan awal masuk bulan Sura. Sura adalah bulan
pertama dalam penanggalan Jawa yang juga bertepatan dengan awal bulan Muharram dalam
penanggalan Islam. Hal ini dikarenakan penyatuan kedua penanggalan ini oleh Sultan Agung
pada 8 Juli 1633. Kalendar Saka yang merupakan penanggalan Jawa sendiri merupakan
perpaduan filosofi Jawa dengan agama Hindu. Kata Sura diambil dari tradisi dalam agama
samawi yaitu Assyura yang merujuk pada hari ke-10 bulan Muharram yang merupakan hari
yang signifikan bagi penganut agama samawi (Yahudi, Islam, Nasrani). Ada banyak cara
dilakukan masyarakat Jawa untuk menyambut satu Suro. Tapi umumnya melakukan “laku
prihatin” untuk tidak tidur semalaman. Aktivitas yang dilakukan adalah tirakatan, menyaksikan
kesenian wayang, dan acara kesenian lainnya. Malam 1 Sura disini misalnya, biasanya akan
terdapat orang yang melakukan ritual, mengikuti kirab di Keraton Yogyakarta, serta menggelar
wayangan. Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat)
dan waspada. Eling disini memiliki arti manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan di mana
kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sementara waspada berarti manusia juga harus terjaga
dan waspada dari godaan yang menyesatkan.

Dalam konteks filosofi Jawa sendiri, ada yang namanya ilmu titen. Filosofi Jawa serta
ilmu kejawen pada dasarnya berpusat pada ilmu titen ini. Titen disini adalah kata dari bahasa
Jawa, yaitu niteni, yang bisa ditranslasikan menjadi mengingat, menandai. Jadi pada dasarnya,
ilmu titen adalah ajaran dimana hasil pengamatan terhadap suatu kondisi atau fenomena yang
kemudian dijadikan patokan dan pengetahuan untuk kemudian dijadikan pedoman dan arahan
dalam hidup. Hal ini merupakan manifestasi dari salah satu filosofi Jawa, eling lan waspodo,
atau ingat dan waspada. Ingat mengacu pada Tuhan dan alam sekitar sebagai ciptaan Tuhan,
serta waspada akan keadaan sekitarnya. Hal ini membuat masyarakat Jawa niteni berbagai
kejadian dan kondisi yang terjadi serta hasil akhirnya nanti. Perlu diperhatikan bahwa titen ini
tidak sama dengan pamali. Pamali sendiri lebih mengarah pada mitos, konsep yang diciptakan
masyarakat berdasarkan kepercayaan dan budaya, yang biasanya berhubungan dengan alam
metafisik, dan pamali menjadi pengubung antara alam metafisik tersebut dengan alam fisik.
Seperti misalnya larangan bagi perempuan untuk duduk didepan pintu karena dapat
mempersulit jodoh. Pintu sebagai tempat keluar masuk orang, tentunya tidak bisa menjadi
tempat duduk karena selain menghalangi akses, pintu juga pastinya kotor dan tidak baik untuk
duduk didepannya. Masyarakat Jawa tradisional, dalam kasus ini di desa Mlokomanis Wetan
juga masih menggunakan konsep ini dan banyak lainnya.
Selanjutnya dalam konteks sistem serta struktur sosial masyarakat desa Mlokowetan,
pun juga masih tradisional. Masyarakat disini masih banyak yang menjadi petani, buruh tani
dan peternak, serta pedagang dan pemilik UMKM dalam jumlah kecil. Pak Polo sendiri banyak
menghabiskan waktu di sawah dan kebun miliknya. Sawah, kebun dan hewan ternak biasanya
merupakan warisan dan menjadi aset, bahkan Pak Polo juga sering menjadi mediator dalam
masalah sengketa tanah warisan, yang memang sering terjadi di desa Mlokowetan. Masalah
kepemilikan tanah memang cukup susah apalagi jika sistem administrasi desa masih manual.
Buku letter C desa sendiri sudah sangat tebal dan kertasnya sudah dalam kondisi menguning.
Upaya untuk mendigitalisasi
Dalam bahasan profesi, fenomena di Mlokomanis Wetan ini mencerminkan pola
kehidupan masyarakat agraris yang sangat tergantung pada alam sebagai sumber mata
pencaharian utama. Dalam perspektif antropologi, hal ini mencerminkan adanya hubungan erat
antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Petani dan peternak berperan dalam menjaga
keseimbangan ekosistem dan mempertahankan tradisi agraris. Ketergantungan pada hasil alam
juga mempengaruhi pola sosial dan ekonomi masyarakat. Petani dan peternak memiliki peran
sentral dalam struktur sosial, sering kali meneruskan pengetahuan dan keterampilan dari
generasi ke generasi. Pedagang dan pemilik UMKM mungkin memiliki cukup signifikan juga
dalam tata sosial, karena mereka menghidupkan ekonomi lokal dengan memfasilitasi
pertukaran barang dan jasa.
Fenomena ini juga dapat mengakibatkan keterbatasan akses masyarakat terhadap
sumber daya dan peluang di luar sektor pertanian dan peternakan. Hal ini dapat mempengaruhi
mobilitas sosial dan perkembangan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dalam kasus ini,
bagaimana masyarakat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana nilai-nilai
budaya mereka berinteraksi dengan pola kehidupan yang bergantung pada alam. Lingkungan
alam di desa Mlokowetan sendiri tidak terlalu beragam sehingga tidak terdapat banyak variasi
dalam hasil alam yang dihasilkan. Penting juga untuk mempertimbangkan bagaimana faktor
eksternal, seperti perubahan iklim atau kebijakan pemerintah, dapat mempengaruhi dinamika
masyarakat di Mlokomanis Wetan. Semua ini membantu menggambarkan kompleksitas
interaksi antara manusia, lingkungan, dan budaya dalam masyarakat Mlokomanis Wetan.

Seperti pemaparan diatas, tantangan utama dalam upaya pembangunan di desa


Mlokomanis Wetan adalah dari masyarakatnya sendiri. Masyarakat desa Mlokowetan masih
berpikiran tradisional yang membuat mereka kaku dan kurang bisa menerima perubahan dan
kemajuan yang dibawa dari luar. Berbagai program dari pemerintah serta desa memiliki banyak
hambatan dan roadblock karena memang masyarakat pada dasarnya kurang percaya dan
terkadang juga tidak memahami bagaimana konsep pembangunan yang akan dijalankan. Apa
yang dibutuhkan adalah pendekatan yang lebih memperhatikan faktor-faktor tersebut. Salah
satu solusi yang diusulkan adalah melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya beradaptasi dengan perubahan zaman. Workshop, pelatihan, dan program
edukasi bisa menjadi sarana untuk meningkatkan potensi pembangunan desa. Selain itu,
kolaborasi dengan para pemangku kepentingan lokal dan eksternal juga bisa membantu
mempercepat proses integrasi perubahan yang lebih modern.
Dalam mengatasi tantangan ini, peran pemerintah daerah dan organisasi masyarakat
sangatlah penting. Mereka dapat berperan sebagai fasilitator, mengarahkan upaya
pembangunan, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perubahan yang harmonis.
Tidak hanya itu, tetapi partisipasi aktif masyarakat juga merupakan kunci sukses dalam
merumuskan dan mengimplementasikan rencana pembangunan yang berkelanjutan. Dalam
menghadapi zaman yang terus berubah, desa Mlokomanis Wetan memiliki peluang untuk tetap
mempertahankan warisan budayanya sambil mengembangkan diri menuju masa depan yang
lebih cerah. Dengan perencanaan yang bijaksana dan pendekatan inklusif, desa ini dapat
menjadi contoh inspiratif bagi upaya pembangunan berkelanjutan yang menghargai akar
budaya tanpa mengabaikan kemajuan yang diperlukan.

Kesimpulan
Mlokomanis Wetan merupakan salah satu desa di kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri. UNDIP pada tahun ajaran 2022/2023 menyelenggarakan KKN Tim II dan
menempatkan salah satu tim di desa ini. Penelitian etnografi dilakukan sebagai salah satu
proker mahasiswa KKN. Penelitian dilakukan dengan tujuan membantu upaya pembangunan
supaya lebih tepat sasaran dan efektif, sekaligus memenuhi poin-poin SDG’s. Masyarakat desa
Mlokomanis Wetan terlihat masih memegang jiwa tradisional mereka. Mulai dari bentuk
struktur dan sistem sosial hingga budaya dan kepercayaan yang dimiliki juga masih tradisional.
Pemikiran yang dimiliki yang juga masih tradisional menjadi penghambat utama dalam upaya
pembangunan masyarakat di desa Mlokomanis Wetan. Upaya yang bisa dilakukan adalah
dengan menggencarkan pendidikan dan sosialisasi mengenai kemajuan yang akan dilakukan,
serta memperhatikan upaya pembangunannya sendiri supaya lebih cocok dan dapat langsung
masuk ke masyarakat desa Mlokomanis Wetan.

Referensi

• Rahmaniah, Aniek. 2015. Etnografi Masyarakat Desa Ngadas Kecamatan


Poncokusumo Kabupaten Malang. Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
• Rifa’i, M. 2017. Etnografi Komunikasi Ritual Tingkeban Neloni dan Mitoni Studi
Etnografi Komunikasi Bagi Etnis Jawa di Desa Sumbersuko Kecamatan Gempol
kabupaten Pasuruan. ETTISAL: Journal of Communication 2 (1), 27-40, 2017.
• Sudiani, Ni Nyoman. 2013. Pendidikan Karakter Melalui Gending Rare Studi Etnografi
Pada Anak Usia Dini Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem,
Provinsi Bali. Jurnal Pendidikan Usia Dini 9 (1), 51-74, 2015.
• Susanti, Elvi. Yohana, Nova. 2015. Komunikasi Ritual Tradisi Tujuh Bulanan (Studi
Etnografi Komunikasi Bagi Etnis Jawa Di Desa Pengarungan Kecamatan Torgamba
Kabupaten Labuhanbatu Selatan). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik 2 (2), 1-13, 2015.
• Wirawan, Komang .I. 2021. Etnografi Desa Adat Sesetan. PT Japa Widya Duta.

Anda mungkin juga menyukai