DUSUN POLOBOGO
Disusun oleh :
SALATIGA
2023
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di Indonesia desa merupakan satuan pemerintahan terendah di bawah
kecamatan. Salah satu perundang-undangan yang mengatur tentang desa adalah UU
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Menurut undang-undang desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada
undang-undang yang sama juga disebutkan mengenai dusun, namun tidak terdapat
definisi dusun yang pasti. Pada Pasal 8 Ayat 4 UU Nomor 6 Tahun 2014 berbunyi,
“Dalam wilayah desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain yang
disesuaikan dengan asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa.”
Mengacu pada pasal tersebut, artinya, dusun merupakan bagian dari desa.
Dusun Polobogo merupakan salah satu dari sekian banyak Dusun yang ada di
Indonesia. Dusun Polobogo masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Polobogo,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dusun Polobogo dibagi
menjadi 6 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah 327 Kepala Keluarga. Dusun
Polobogo memiliki berbagai potensi, mulai dari Wisata Kuncen, kerajinan reog, susu
sapi, olahan keripik, peternak burung puyuh, dan perkebunan durian. Disamping itu,
Dusun Polobogo juga memiliki beberapa masalah, mulai dari masalah infrastruktur
(drainase dan ketersediaan lapangan olahraga), kurangnya pelayanan dari bidan desa,
ketidakadaan kader posyandu lansia, masalah pengelolaan limbah ternak, dan
pengelolaan sampah. Dari banyaknya potensi dan masalah yang ada di Dusun
Polobogo tersebut masih belum dipetakan secara digital, bahkan belum ada peta
wilayah Dusun Polobogo yang membagi secara jelas mengenai batas RT.
2. TUJUAN
Berangkat dari belum tersedianya peta Dusun Polobogo kelompok mencoba
untuk melakukaan penggalian data sebagai dasar untuk melakukan pemetaan di
Dusun Polobogo dengan tujuan menghasilkan output berupa peta dusun. Adapun peta
dusun yang akan dibuat yaitu peta administrasi Dusun Polobogo; peta administrasi
batas RT; peta sosial budaya; peta perekonomian, perdagangan, home industri; peta
pendidikan; peta jalan dan drainase; peta sampah; peta air bersih; peta sanitasi
lingkungan; peta rumah tidak layak huni; dan peta sebaran jumlah penduduk.
3. METODOLOGI
1. Observasi
1
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta,2011),
hlm.104.
20 Maret 2023 pukul 17.00 – 19.00 WIB, bertempat di Balai Desa
Polobogo. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 14 orang partisipan dengan
daftar hadir sebagai berikut:
NAMA JABATAN
Ibu Heti Dosen Analisis Pemetaan Sosial
Bapak Roy Dosen Analisis Pemetaan Sosial
Fernando Mahasiswa
Gilang Mahasiswa
Kristin Mahasiswa
Anung Mahasiswa
Ika Mahasiswa
Shella Mahasiswa
Suyatno Ketua RT 1
Suharno Ketua RT 2
Sarmam Ketua RT 3
Arif Ketua RT 4
Sutrisno Ketua RT 5
Mukiman Ketua RT 6
Tabel 1. Daftar hadir peserta FGD di Dusun Polobogo pada Senin, 20
Maret 2023 pukul 17.00 – 19.00 WIB.
Gambar 1: Kegiatan FGD, Diambil menggunakan Handphone Senin, 20
Maret 2023 pukul 17.30 WIB
3. Dokumentasi
Menurut Hamidi (2004:72), metode dokumentasi adalah informasi
yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi
maupun dari perorangan. Pengambilan gambar oleh peneliti untuk
memperkuat hasil penelitian juga termasuk dalam metode dokumentasi
penelitian. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang:
a. Profil gambar umum Dusun Polobogo
b. Data penduduk Dusun Polobogo
c. Dokumentasi infrastruktur di Dusun Polobogo dan FGD
d. Batas wilayah Dusun Polobogo
e. Masalah dan potensi Dusun Polobogo
Polobogo terdiri dari dua kata “Polo” dan “Bogo”. “Polo” berasal dari sebuah
pohon bernama pohon polo dan “Bogo” berasal dari nama sebuah kyai yang
meninggal bernama Ki Bogo. Kyai tersebut dimakamkan disebuah tempat dan tempat
tersebut diberi nama Makam Bogo. Dari kata tersebut kemudian warga setempat
menamakan wilayahnya dengan sebutan Polobogo. Desa Polobogo termasuk dalam
wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Wilayah administrasi Desa Polobogo diapit oleh dua pemerintahan, yakni
Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Adapun Batas wilayah Desa Polobogo yaitu:
D. RENCANA PROGRAM/KEGIATAN
NO Kegiatan Lokasi Volume Estimasi Biaya Ket
RT/Dusun (Rp)
1 Drainase Dusun Satu 100.000.000 Diajukan
Polobogo Dusun ke Desa
2 Perbaikan RT 1,4, dan 6 3 Rumah 36.000.000 Diajukan
RTLH ke
Disperkim
3 Pembuatan Dusun 400 m2 50.000.000 Diajukan
Lapangan Polobogo ke Desa
4 TPS3R Dusun 200 m2 200.000.000 Diajukan
Polobogo ke PUPR
E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan di Dusun Polobogo,
kelompok telah membuat peta dusun beserta dengan peta potensi dan masalah.
Diketahui batas-batas RT dan terdapat beberapa aspek permasalahan dan potensi di
Dusun Polobogo. Aspek-aspek permasalahan tersebut melingkupi RTLH (Rumah
Tidak Layak Huni), kondisi jalan, kondisi drainase, kondisi sanitasi dan kondisi
sampah. Di Dusun Polobogo terdapat 3 RTLH. Permasalahan kondisi jalan di Dusun
Polobogo adalah jalan yang berlubang sementara untuk drainase adalah volume
drainase yang terlalu kecil dan kurang dalam. Kondisi sanitasi di Dusun Polobogo
tidak terlalu baik karena ada sebagian warganya yang masih membuang limbah
rumah tangga termasuk limbah MCK di sungai. Untuk permasalahan sampah di
Dusun Polobogo sangat memprihatinkan dikarenakan belum adanya tempat
pembuangan sampah dan pengelolaan sampah sehingga masyarakat membuang
sampah mereka di hutan dan jurang. Sementara itu, untuk potensi yang dimiliki oleh
Dusun Polobogo adalah Wisata Kuncen, makam kembang kuning, kerajinan reoq,
potensi peternakan susu perah dan burung puyuh, dan olahan keripik.
2. REKOMENDASI
Berdasarkan pada hasil pemetaan yang sudah dilakukan maka satu rencana
program yang penting untuk diusulkan adalah pembangunan TPS3R. TPS3R menjadi
sangat penting dikarenakan belum adanya penampungan dan penngelolaan sampah di
Dusun Polobogo. Akibatnya masyarakat membuang sampah rumah tangga mereka di
hutan dan jurang yang secara langsung dapat merusak lingkungan dan memicu
lingkungan yang kumuh. TPS3R menjadi wajib karena setiap hari masyarakat selalu
menghasilkan sampah sehingga diperlukan tempat pembuangan dan pengelolaan
sampah.