Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH ANALISIS PEMETAAN SOSIAL

DUSUN POLOBOGO

Disusun oleh :

1. Gilang Satya Permana 352020022


2. Kristin Efalin Bauronga 352020024
3. Anung Syarief Hidayat 352020029
4. Ika Fransisca Mariasari 352020037

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2023
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di Indonesia desa merupakan satuan pemerintahan terendah di bawah
kecamatan. Salah satu perundang-undangan yang mengatur tentang desa adalah UU
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Menurut undang-undang desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada
undang-undang yang sama juga disebutkan mengenai dusun, namun tidak terdapat
definisi dusun yang pasti. Pada Pasal 8 Ayat 4 UU Nomor 6 Tahun 2014 berbunyi,
“Dalam wilayah desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain yang
disesuaikan dengan asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa.”
Mengacu pada pasal tersebut, artinya, dusun merupakan bagian dari desa.
Dusun Polobogo merupakan salah satu dari sekian banyak Dusun yang ada di
Indonesia. Dusun Polobogo masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Polobogo,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dusun Polobogo dibagi
menjadi 6 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah 327 Kepala Keluarga. Dusun
Polobogo memiliki berbagai potensi, mulai dari Wisata Kuncen, kerajinan reog, susu
sapi, olahan keripik, peternak burung puyuh, dan perkebunan durian. Disamping itu,
Dusun Polobogo juga memiliki beberapa masalah, mulai dari masalah infrastruktur
(drainase dan ketersediaan lapangan olahraga), kurangnya pelayanan dari bidan desa,
ketidakadaan kader posyandu lansia, masalah pengelolaan limbah ternak, dan
pengelolaan sampah. Dari banyaknya potensi dan masalah yang ada di Dusun
Polobogo tersebut masih belum dipetakan secara digital, bahkan belum ada peta
wilayah Dusun Polobogo yang membagi secara jelas mengenai batas RT.

2. TUJUAN
Berangkat dari belum tersedianya peta Dusun Polobogo kelompok mencoba
untuk melakukaan penggalian data sebagai dasar untuk melakukan pemetaan di
Dusun Polobogo dengan tujuan menghasilkan output berupa peta dusun. Adapun peta
dusun yang akan dibuat yaitu peta administrasi Dusun Polobogo; peta administrasi
batas RT; peta sosial budaya; peta perekonomian, perdagangan, home industri; peta
pendidikan; peta jalan dan drainase; peta sampah; peta air bersih; peta sanitasi
lingkungan; peta rumah tidak layak huni; dan peta sebaran jumlah penduduk.

3. METODOLOGI

Metodologi dapat diartikan sebagai ilmu untuk mengungkapkan dan


menerangkan gejala-gejala alam dan gejala-gejala sosial dalam kehidupan
manusia, dengan mempergunakan prosedur kerja yang sistematis, teratur, tertib
dan dapat dipergunakan secara ilmiah. Jenis metode yang digunakan dalam
kegiatan Analisis Pemetaan Sosial di Dusun Polobogo meliputi:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang


dilakukan melalui suatu pengamatan dan disertai dengan pencatatan-
pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran 1. Pada kegiatan
ini, peneliti menggunakan metode observasi dengan jenis observasi
partisipan. Observasi Partisipan merupakan suatu teknik pengamatan
dimana peneliti ikut terjun dan ambil bagian dalam kehidupan objek-objek
yang akan di observasi. Objek dalam kegiatan Analisis Pemetaan Sosial
ini adalah masyarakat Dusun Polobogo.

2. Forum Group Discussion (FGD)


Menurut Kitzinger dan Barbour (1999) Forum Group Discussion
adalah melakukan eksplorasi suatu isu/fenomena khusus dari diskusi suatu
kelompok individu yang berfokus pada aktivitas bersama diantara para
individu yang terlibat didalamnya untuk menghasilkan suatu kesepakatan
bersama. Dalam kegiatan ini metode FGD digunakan sebagai sarana untuk
memperoleh data mengenai potensi desa, permasalahan desa, upaya-upaya
yang sudah dilakukan, dan batas dusun. FGD telah dilakukan pada Senin,

1
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta,2011),
hlm.104.
20 Maret 2023 pukul 17.00 – 19.00 WIB, bertempat di Balai Desa
Polobogo. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 14 orang partisipan dengan
daftar hadir sebagai berikut:

NAMA JABATAN
Ibu Heti Dosen Analisis Pemetaan Sosial
Bapak Roy Dosen Analisis Pemetaan Sosial
Fernando Mahasiswa
Gilang Mahasiswa
Kristin Mahasiswa
Anung Mahasiswa
Ika Mahasiswa
Shella Mahasiswa
Suyatno Ketua RT 1
Suharno Ketua RT 2
Sarmam Ketua RT 3
Arif Ketua RT 4
Sutrisno Ketua RT 5
Mukiman Ketua RT 6
Tabel 1. Daftar hadir peserta FGD di Dusun Polobogo pada Senin, 20
Maret 2023 pukul 17.00 – 19.00 WIB.
Gambar 1: Kegiatan FGD, Diambil menggunakan Handphone Senin, 20
Maret 2023 pukul 17.30 WIB

3. Dokumentasi
Menurut Hamidi (2004:72), metode dokumentasi adalah informasi
yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi
maupun dari perorangan. Pengambilan gambar oleh peneliti untuk
memperkuat hasil penelitian juga termasuk dalam metode dokumentasi
penelitian. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang:
a. Profil gambar umum Dusun Polobogo
b. Data penduduk Dusun Polobogo
c. Dokumentasi infrastruktur di Dusun Polobogo dan FGD
d. Batas wilayah Dusun Polobogo
e. Masalah dan potensi Dusun Polobogo

B. GAMBARAN UMUM WILAYAH


1. DESA POLOBOGO

Polobogo terdiri dari dua kata “Polo” dan “Bogo”. “Polo” berasal dari sebuah
pohon bernama pohon polo dan “Bogo” berasal dari nama sebuah kyai yang
meninggal bernama Ki Bogo. Kyai tersebut dimakamkan disebuah tempat dan tempat
tersebut diberi nama Makam Bogo. Dari kata tersebut kemudian warga setempat
menamakan wilayahnya dengan sebutan Polobogo. Desa Polobogo termasuk dalam
wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Wilayah administrasi Desa Polobogo diapit oleh dua pemerintahan, yakni
Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Adapun Batas wilayah Desa Polobogo yaitu:

 Utara: Kecamatan Tuntang


 Timur: Kota Salatiga
 Barat: Kecamatan Banyubiru
 Selatan: Desa Sumogawe
Gambar 2. Peta Desa Polobogo
Luas wilayah Desa Polobogo adalah 486,57 Ha. Luas wilayah tersebut
terdiri dari tanah tegalan/ladang 302,415 Ha, tanah pemukiman 99 Ha dan sisanya
adalah tanah yang dikelola oleh Pemerintah Desa yaitu 85,155 Ha, yang terdiri
dari tanah kas desa 68,5 Ha, tanah fasilitas umum 2,534 Ha dan pusat perkantoran
Pemerintahan Desa Polobogo yang memiliki luas 14,121 Ha. Wilayah desa
Polobogo terbagi menjadi 9 Dusun yang terdiri atas 29 Rukun Tetangga (RT).
Berikut adalah luas wilayah Desa Polobogo menurut Dusun:

Nama Dusun Luas Dusun


(Ha)
Polobogo 111
Metes 34
Sodong 38
Clowok 43
Kebonpete 68
Karangombo 72
Blongoran 38
Breyon 48
Krasak 29
Jumlah Total 486,57
Tabel 2. Luas Wilayah Desa Polobogo
Jarak antara desa Polobogo dengan ibukota Kabupaten Semarang sekitar 32 Km
dan jarak dengan ibukota Provinsi Jawa Tengah sekitar 53 Km. Sarana jalan yang
melintas desa Polobogo berupa aspal hitam, betonisasi, dan sebagian masih rabat beton
dengan lebar lebih dari dua meter dan merupakan jalanan kabupaten sehingga untuk
kepengurusan jalan merupakan tanggungjawab pemerintah kabupaten. Sedangkan untuk
jalan-jalan-jalan desa sebagian merupakan bantuan dari pemerintah, LSM dan swadaya
masyarakat. Untuk jalan-jalan menuju dusun yang sulit sudah tercover dengan jalan aspal
dan betonisasi.

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Polobogo sebagai berikut :

Bagan 1. Struktur Pemerintahan Desa Polobogo


2. DUSUN POLOBOGO
Dusun Polobogo merupakan salah satu dusun yang termasuk dalam wilayah
administrasi Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi
Jawa Tengah. Terdapat asal-usul mengani nama Polobogo. Dusun Polobogo memiliki
luas 111 hektar dan menjadi bagian dalam Rukun Warga (RW) 1 Desa Polobogo yang
terdiri dari 6 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 1.017 jiwa. Dusun
Polobogo diketuai (Kadus) oleh Bapak Rujino. Kemudian Dusun Polobogo memiliki
batas wilayah yaitu:
 Utara : Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang
 Timur : Dusun Clowok
 Selatan : Dusun Karangombo
 Barat : Desa Gedong. Kecamatan Banyubiru

Gambar 3. Peta Dusun Polobogo


No NO RT LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 001 53 57 110
2 002 91 100 191
3 003 65 72 137
4 004 122 136 258
5 005 91 75 166
6 006 74 81 155
TOTAL 496 521 1.017
Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dusun
Polobogo. Sumber: Pemerintahan Kabupaten Semarang, Kecamatan Getasan,
Desa/Kelurahan Polobogo Tanggal 05-04-2023.
Topografis Dusun Polobogo adalah berhawa sejuk dan memiliki kondisi tanah
yang subur karena berada di kaki gunung Merbabu dan di bawah puncak Telomoyo.
Wilayah desa berada pada ketinggian 700 meter dari permukaan laut dengan curah hujan
2000 mm per tahun, serta memiliki suhu rata-rata harian 33º C. Dusun Polobogo
merupakan kawasan pedesaan yang bersifat agraris, dengan mata pencaharian dari
sebagian besar penduduknya adalah bercocok tanam terutama sektor pertanian dan
perkebunan, serta peternak sapi perah. Sedangkan pencaharian lainnya adalah sektor
industri kecil yang bergerak di bidang kerajian dan pemanfaatan hasil olahan pertanian
dan perkebunan.

C. PETA POTENSI DAN MASALAH


Terdapat beberapa peta potensi dan masalah yang ada di Dusun Polobogo,
meliputi peta sosial dan budaya; peta perekonomian, perdagangan, dan home industri;
peta pendidikan dan peribadatan; peta jalan dan drainase; peta sampah dan sanitasi; peta
air bersih; peta rumah tidak layak huni; peta wisata; dan peta sebaran penduduk. Berikut
beberapa peta potensi dan masalah yang ada:
1. Peta Sosial dan Budaya Dusun Polobogo

Gambar 4. Peta Sosial dan Budaya Dusun Polobogo


Peta sosial dan budaya merupakan peta yang menggambarkan bagaimana kondisi
sosial dan budaya yang ada di Dusun Polobogo. Aspek sosial dalam hal ini
berhubungan dengan bangunan atau infrasturktur yang berfungsi sebagai sarana sosial
masyarakat, seperti poskamling Dusun Polobogo, pos ronda di RT 3,4, dan 6, Balai
Desa Polobogo, punden, dan puskesmas pembantu. Terdapat juga bangunan tokoh-
tokoh masyarakat di Dusun Polobogo, seperti rumah kepala dusun dan rumah ketua
karang taruna. Berikutnya budaya merupakan aspek yang berhubungan dengan adat
istiadat dan kesenian yang menjadi ciri khas di Dusun Polobogo. Dalam peta ini
aspek budaya ditunjukkan melalui rumah Pak Teguh yang terletak di RT 3sebagai
pengrajin kesenian reoq dan makam kembang kuning yang terletak di RT 1.

2. Peta Jalan dan Drainase Dusun Polobogo


Gambar 5. Peta Jalan dan Drainase Dusun Polobogo
Kondisi jalan adalah suatu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam
menentukan program pemeliharaan jalan. Menurut Departemen Pekerjaan Umum
Dirjen Bina Marga (1992), kondisi jalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1)
Jalan dengan kondisi baik adalah jalan dengan permukaan perkerasan yang benar-
benar rata, tidak ada gelombang dan tidak ada kerusakan permukaan. (2) Jalan dengan
kondisi sedang adalah jalan dengan kerataan permukaan perkerasan sedang, mulai
ada gelombang tetapi tidak ada kerusakan permukaan. (3) Jalan dengan kondisi rusak
ringan adalah jalan dengan permukaan perkerasan sudah mulai bergelombang, mulai
ada kerusakan permukaan dan penambalan kurang dari 20 dari luas jalan yang
ditinjau. (4) Jalan dengan kondisi rusak berat adalah jalan dengan permukaan
perkerasan sudah banyak kerusakan seperti bergelombang, retak-retak, dan terkelupas
yang cukup besar 20-60 dari ruas jalan yang ditinjau disertai dengan kerusakan lapis
pondasi seperti amblas, berlubang, dan sebagainya. Secara keseluruhan jalan yang
ada di Dusun Polobogo masuk kedalam kategori baik, hanya saja ditemukan terdapat
beberapa jalan yang rusak dan berlubang terletak di RT 6 dan jalan yang belum
diaspal terletak di RT 1. Kemudian untuk drainase yang ada di Dusun Polobogo
memiliki kondisi yang baik, hanya saja masih terlalu sempit. Drainase terkadang
tersumbat dikarenakan adanya sampah sehingga ketika hujan deras air meluap.

3. Peta Sampah dan Sanitasi Dusun Polobogo

Gambar 6. Peta Sampah dan Sanitasi Dusun Polobogo


Menurut Subekti, 2009 dalam (Alfiandra, 2009) bahwa Sampah adalah
limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. Sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang
sudah tidak digunakan lagi, tetapi masih dapat di daur ulang menjadi barang yang
bernilai. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa mahkluk hidup yang
mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk dapat terurai.
Di atas merupakan peta letak sampah di Dusun Polobogo. Dari foto diketahui bahwa
masyarakat masih membuang sampah sembarangan di hutan dikarenakan tidak
adanya tempat pembuangan sampah dan pengelolaan sampah. Foto tersebut
merupakan kondisi yang terletak di RT 4 yang menjadi tempat masyarakat sekitar
membuang sampah rumah tangga.

4. Peta Air Bersih Dusun Polobogo

Gambar 7. Peta Sumber Mata Air Dusun Polobogo

Pengertian air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No.416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Menurut Suripin (2002), yang
dimaksud air bersih yaitu air yang aman (sehat) dan baik untuk diminum, tidak
berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang segar.Air bersih yang berada di Dusun
Polobogo berasal dari sumber mata air yang terletak di RT 1. Sumber mata air
tersebut meupakan mata air yang mengalir dari Kopeng (gunung merbabu). Sumber
mata air tersebut disalurkan ke seluruh masyarakat di Dusun Polobogo untuk
kebutuhan sehari-hari. Bisa dikatakan bahwa masyarakat di Dusun Polobogo
memiliki ketersediaan dan kecupukan untuk mengakses air bersih.
5. Peta Rumah Tidak Layak Huni Dusun Polobogo

Gambar 8. Peta Rumah Tidak Layak Huni Dusun Polobogo


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia No. 07/PRT/M/2018 tentang Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya, Rumah Tidak Layak Huni yang selanjutnya disingkat RTLH adalah rumah
yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan bangunan, kecukupan minimum luas
bangunan, dan kesehatan penghuni. Derajat kelayakan rumah tempat tinggal dapat
diukur dari 2 aspek yaitu (1) kualitas fisik rumah dan (2) kualitas fasilitas rumah.
Kualitas fisik rumah tempat tinggal diukur dengan 3 variabel, yaitu: jenis atap
terluas, jenis dinding terluas dan jenis lantai terluas; sedangkan kualitas fasilitas
rumah diukur dengan tiga variabel, yaitu: luas lantai per kapita, sumber penerangan
dan ketersediaan fasilitas tempat buang air besar (WC). Di Dusun Polobogo terdapat
3 rumah yang termasuk kedalam kategori rumah tidak layak huni. Rumah tersebut
terletak di RT 1,4, dan 6 dikarenakan beberapa sebab, seperti rumah yang terdiri dari
lantai tanah dan berdinding kayu.
6. Peta Wisata Dusun Polobogo

Gambar 9. Peta Wisata Dusun Polobogo


Pariwisata adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan wisata, termasuk
objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata. Melalui pariwisata kemudian dijadikan sebagai destinasi
pariwisata. Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dusun Polobogo memiliki tiga destinasi
wisata, yaitu wisata kuncen yang berada di RT 6, makam kembang kuning dan wisata
boemisora yang berada di RT 1. Destinasi Wisata Kuncen menyuguhkan
pemandangan rawa pening yang diikuti dengan camping ground, waduk mini, dan
UMKM penduduk sekitar. Destinasi Wisata Boemisora menghadirkan wisata fauna
dimana pengunjung dapat memberi makan langsung hewan-hewan ternak dan
menikmati cafe yang ada. Sementara itu untuk makam kembang kuning menjadi
destinasi wisata religi dikarenakan adanya budaya nyadran makam kembang kuning
setiap bulan rejep di hari Senin Pahing.

7. Peta Sebaran Penduduk Dusun Polobogo

Gambar 10. Peta Sebaran Penduduk Dusun Polobogo


Peta sebaran penduduk merupakan peta yang memetakan sebaran penduduk
di setiap RT Dusun Polobogo. Berdasarkan Peta di atas dijelaskan bahwa sebaran
penduduk di Dusun Polobogo dapat diketahui dari warna yang paling tua hingga ke
paling muda. Warna merah menjelaskan bahwa RT tersebut memiliki kepadatan yang
tinggi sementara warna kuning menjelaskan bahwa RT tersebut memiliki kepadatan
yang paling rendah. Di Dusun Polobogo RT 4 menjadi wilayah yang memiliki
kepadatan paling tinggi dan Rt 1 menjadi wilayah yang memiliki kepadatan paling
rendah.

D. RENCANA PROGRAM/KEGIATAN
NO Kegiatan Lokasi Volume Estimasi Biaya Ket
RT/Dusun (Rp)
1 Drainase Dusun Satu 100.000.000 Diajukan
Polobogo Dusun ke Desa
2 Perbaikan RT 1,4, dan 6 3 Rumah 36.000.000 Diajukan
RTLH ke
Disperkim
3 Pembuatan Dusun 400 m2 50.000.000 Diajukan
Lapangan Polobogo ke Desa
4 TPS3R Dusun 200 m2 200.000.000 Diajukan
Polobogo ke PUPR

5 Pengelolaan Dusun 1 buah - Diajukan


limbah ternak Polobogo ke Dinas
Pertanian
6 Pembuatan Dusun 1 unit - Diajukan
sanggar Polobogo ke Desa
kesenian

E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan di Dusun Polobogo,
kelompok telah membuat peta dusun beserta dengan peta potensi dan masalah.
Diketahui batas-batas RT dan terdapat beberapa aspek permasalahan dan potensi di
Dusun Polobogo. Aspek-aspek permasalahan tersebut melingkupi RTLH (Rumah
Tidak Layak Huni), kondisi jalan, kondisi drainase, kondisi sanitasi dan kondisi
sampah. Di Dusun Polobogo terdapat 3 RTLH. Permasalahan kondisi jalan di Dusun
Polobogo adalah jalan yang berlubang sementara untuk drainase adalah volume
drainase yang terlalu kecil dan kurang dalam. Kondisi sanitasi di Dusun Polobogo
tidak terlalu baik karena ada sebagian warganya yang masih membuang limbah
rumah tangga termasuk limbah MCK di sungai. Untuk permasalahan sampah di
Dusun Polobogo sangat memprihatinkan dikarenakan belum adanya tempat
pembuangan sampah dan pengelolaan sampah sehingga masyarakat membuang
sampah mereka di hutan dan jurang. Sementara itu, untuk potensi yang dimiliki oleh
Dusun Polobogo adalah Wisata Kuncen, makam kembang kuning, kerajinan reoq,
potensi peternakan susu perah dan burung puyuh, dan olahan keripik.
2. REKOMENDASI

Berdasarkan pada hasil pemetaan yang sudah dilakukan maka satu rencana
program yang penting untuk diusulkan adalah pembangunan TPS3R. TPS3R menjadi
sangat penting dikarenakan belum adanya penampungan dan penngelolaan sampah di
Dusun Polobogo. Akibatnya masyarakat membuang sampah rumah tangga mereka di
hutan dan jurang yang secara langsung dapat merusak lingkungan dan memicu
lingkungan yang kumuh. TPS3R menjadi wajib karena setiap hari masyarakat selalu
menghasilkan sampah sehingga diperlukan tempat pembuangan dan pengelolaan
sampah.

Anda mungkin juga menyukai