Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

PERILAKU PROSOSIAL MASYARAKAT TERHADAP LANJUT USIA


TERLANTAR DI KELURAHAN TLOGOSARI KULON KECAMATAN
PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial

Dosen Pengampu :

Drs. Edi Suhanda, M.Si


Dra. Enung Huripah, M.Pd

Disusun Oleh :

Ata Purnawati Amanah


1904044
2 A Pekerjaan Sosial

PRODI PEKERJAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat, nikmat, serta hidayah – Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal penelitian mengenai “Perilaku Prososial Mayarakat terhadap Lansia
Terlantar di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”
dengan tuntas dan tanpa halangan apapun. Dan semoga segala kegiatan kita
senantiasa dalam lindungan dan ridho dari – Nya.Aamiin.

Terima kasih peneliti ucapkan kepada para pihak yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, khususnya kepada Bapak Drs.
Edi Suhanda M.Si dan Ibu Dra. Enung Huripah, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Metode Penelitian Sosial yang telah membimbing peneliti dalam penyusunan
proposal penelitian ini.

Mohon maaf bila dalam proposal penelitian ini masih terdapat kesalahan atau
kekurangan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan kualitas penulisan proposal penelitian peneliti
selanjutnya.

Dan terakhir, semoga dengan adanya proposal penelitian ini menambah


wawasan, baik pada diri peneliti atau pun para pembaca akan gambaran perilaku
prososial masyarakat terhadap lansia terlantar

Semarang, 2 Juni 2020

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PROPOSAL PENELITIAN 1
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4

II. KAJIAN KONSEPTUAL 4


1.1 Penelitian Terdahulu 4
1.2 Teori yang Relevan 6
III. METODE PENELITIAN 14
3.1 Desain Penelitian 14
3.2 Definisi Operasional 15
3.3 Sumber Data 16
3.4 Populasi dan Sampe 16
3.5 Alat Ukur dan Pengujian Validitas Reliabilitas 18
3.6 Teknik Pengumpulan Data 18
3.7 Teknik Analisis Data 19
3.8 Jadwal Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian 20
DAFTAR PUSTAKA 23

iii
PROPOSAL PENELITIAN

PERILAKU PROSOSIAL MASYARAKAT TERHADAP LANJUT USIA TERLANTAR DI


KELURAHAN TLOGOSARI KULON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut Undang- Undang No 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2


berbunyi “lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas”.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai masa keemasan atau
kejayaannya dalam ukuran, fungsi dan juga beberapa telah menunjukkan
kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu (Suardiman, 2011). Lansia
secara fisiologis mengalami kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang
menyebabkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan. Memasuki lanjut usia
akan mengalami kemunduran secara fisik. Kemunduran secara fisik akan terjadi
penurunan massa otot serta fleksibilitasnya, sehingga dapat mempengaruhi
kemampuan lansia dalam memenuhi aktivitasnya.

Berdasarkan hasil Angka Proyeksi Penduduk tahun 2020, jumlah lanjut


usia di Kota Semarang meningkat menjadi 156,9 ribu jiwa atau sebesar 8,78
persen. Kota Semarang merupakan salah satu kota yang bertekad untuk
mewujudkan kota ramah lanjut usia, pemerintah Kota Semarang memiliki
program untuk mewujudkan kehidupan lanjut usia yang sejahtera, berkualitas,
mandiri dan memiliki daya guna.

Lanjut usia di Kelurahan Tlogosari Kecamatan Pedurungan pada


kenyataanya memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan, dimana beberapa
dari lanjut usia mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitasnya karena
keterbatasan fisik, penglihatan yang sudah mulai kabur, pendengaran yang
kurang, adapula lanjut usia yang menderita penyakit stroke dan kelemahan fisik
lainnya. Tetapi perhatian dari masyarakat sangatlah kurang, padahal peran
masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan lanjut usia telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 22 ayat (1) yaitu masyarakat
mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Dalam pelaksanaan peran
tersebut dapat dilakukan secara perseorangan, keluarga, kelompok, masyarakat,
organisasi sosial maupun organisasi masyarakat.

1
Salah satu perilaku yang diharapkan dari masyarakat terhadap
keberadaan lanjut usia adalah perilaku prososial. Menurut Mussen perilaku
masyarakat dapat dikatakan prososial apabila mampu menolong lanjut usia
yang berada dalam kesulitan, mampu berbagi perasaan baik perasaan suka
maupun duka, masyarakat juga mampu bekerjasama baik dengan lanjut usia
maupun orang lain untuk hal yang membantu, dan menguntungkan lanjut usia,
masyarakat memiliki kesediaan mendonasikan materi terhadap lanjut usia dan
masyarakat memberikan yang terbaik untuk menjamin kesejahteraan lanjut
usia.

Masyarakat di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota


Semarang cenderung kurang memiliki kepedulian yang lebih terhadap lanjut
usia terlantar, hal ini terlihat dari kesibukan masyarakat dalam bekerja dan
mayoritas masyarakat kurang memiliki pengetahuan yang lebih mengenai hak
lanjut usia. Dalam menangani lanjut usia terutama lanjut usia terlantar masih
juga belum optimal, dimana masih banyak lanjut usia yang tidak tahu cara
mengakses pelayanan kesehatan di masyarakat. Selain itu adapula lanjut
usia terlantar yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak, akan tetapi masih
belum ada masyarakat yang bertindak prososial terhadap kondisi tersebut.

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang perilaku prososial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar di
Kelurahan Tlogosari Kulon secara mendalam. Peneliti tertarik untuk melakukan
pengukuran perilaku masyarakat yang prososial terhadap lanjut usia terutama
lanjut usia terlantar di Kelurahan Tlogosari Kulon. Maka berdasarkan latar
belakang ini, peneliti melakukan penelitian mengenai Perilaku Prososial
Masyarakat Terhadap Lanjut Usia Terlantar di Kelurahan Tlogosari Kulon
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Peneliti berharap dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi


dalam proses peningkatan perilaku prososial masyarakat, khususnya terhadap
lanjut usia terlantar. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran secara empiris mengenai perilaku berbagi, perilaku kerjasama,
perilaku menolong, perilaku bertindak jujur dan perilaku berderma.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Perilaku Sosial
Masyarakat terhadap Lanjut Usia Terlantar di Kelurahan Tlogosari Kulon

2
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang?”. Selanjutnya untuk menjawab
permasalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
Sub-sub Masalah :
1. Bagaimana karakteristik responden?
2. Bagaimana cara masyarakat berbagi perasaan terhadap lanjut usia
terlantar di kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang?
3. Bagaimana cara masyarakat bekerjasama terhadap lanjut usia terlantar
di kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang?
4. Bagaimana cara masyarakat menolong lanjut usia terlatar di kelurahan
Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang?
5. Bagaimana cara masyarakat bertindak jujur terhadap lanjut usia terlantar
di kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang?
6. Bagaimana cara masyarakat berderma terhadap lanjut usia terlantar di
kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini secara umum
bertujuan untuk mengetahui “Perilaku Sosial Masyarakat Terhadap Lanjut
Usia Terlantar di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang”. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran secara empiris serta mengetahui tentang:

1. Karakteristik responden

2. Cara masyarakat berbagi perasaan terhadap lanjut usia terlantar di


kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
3. Cara masyarakat bekerjasama terhadap lanjut usia terlantar di kelurahan
Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
4. Cara masyarakat menolong lanjut usia terlatar di kelurahan Tlogosari
Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
5. Cara masyarakat bertindak jujur terhadap lanjut usia terlantar di kelurahan
Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
6. Cara masyarakat berderma terhadap lanjut usia terlantar di kelurahan
Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

1.4 Manfaat Penelitian

3
Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diuraikan secara teoritis dapat memberikan


sumbangan pemikiran untuk memperkaya ilmu pengetahuan pekerjaan sosial
khususnya mengenai lanjut usia terlantar terkait dengan konsep perilaku
prososial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar di Kelurahan Tlogosari
Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan secara praktis dapat memberikan


sumbangan pemikiran dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
perilaku prososial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar dan sebagai
dasar pertimbangan bagi pembuat kebijakan dalam menyusun program.

II. KAJIAN KONSEPTUAL

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian maupun karya ilmiah tentang perilaku prososial telah banyak


dilakukan oleh disiplin ilmu pekerjaan sosial maupun disiplin ilmu lain. Sebagai
bahan pertimbangan, dalam penelitian ini akan dicantumkan tiga referensi
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Berikut adalah penelitian terdahulu tentang perilaku prososial dan lanjut usia
terlantar:

1. Perilaku Prososial Masyarakat Arab yang Berelasi dengan Masyarakat


Jawa, Universitas Negeri Semarang, Skripsi Fakultas Psikologi, 2019 oleh
Haidar Farras Hilmy dkk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan tujuan penelitian untuk mengetahui Perilaku Prososial Masyarakat
Arab di Pemalang yang berinteraksi dengan masyarakat Jawa di Pemalang
serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial. Penelitian ini
dilakukan pada 4 subjek masyarakat keturunan arab yang tinggal di desa
Pemalang. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara yang
selanjutnya di transkip. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat
keturunan arab yang berelasi ditengah masyarakat jawa di Pemalang
memiliki perilaku prososial yang baik, dari cara subjek membaur,
membantu, dan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya
2. Perilaku Prososial Masyarakat Terhadap Fakir Miskin Yang Memiliki
Pekerjaan Tidak Tetap di Kelurahan Nyengseret Kecamatan Astanaanyar
Kota Bandung, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung, Skripsi

4
Program Studi Pekerjaan Sosial, 2018 oleh Benedikta Oridesta Rossa
Wau. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuan
penelitian untuk mengetahui perilaku prososial masyarakat terhadap fakir
miskin yang memiliki pekerjaan tidak tetap, yang meliputi aspek berbagi
perasaan, perilaku menolong, perilaku menyumbang, perilaku bekerjasama
dan perilaku jujur. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui
wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan studi
dokumentasi. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan purposive sampling dengan jumlah 8 informan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masyarakat melakukan kegiatan berbagi
perasaan dengan fakir miskin yang memiliki pekerjaan tidak tetap,
memberikan pertolongan ketika fakir miskin dalam kesulitan, memberikan
sumbangan materi, tenaga dan ide kepada fakir miskin yang memiliki
pekerjaan tidak tetap, kurang kepercayaan masyarakat dalam hal
bekerjasama dan kurangnya kejujuran untuk memberikan informasi kepada
fakir miskin yang memiliki pekerjaan tidak tetap.

3. Pengaruh Empati Terhadap Perilaku Prososial Pada Siswa Kelas XI Kriya


Kayu SMKN 1 Pacitan, Universitas Negeri Yogyakarta, Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan, 2016 oleh Candra Tri Saputra. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh empati terhadap perilaku prososial pada siswa kelas
XI Kriya Kayu SMKN 1 Pacitan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI Kriya Kayu SMKN 1 Pacitan berjumlah 60 siswa. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala empati dan
skala perilaku prososial. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan
bahwa empati pada siswa kelas XI Kriya Kayu SMKN 1 Pacitan masuk
dalam kategori sedang atau cukup, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan empati terhadap perilaku prososial juga tidak ada
masalah. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi masyarakat arab
dalam berperilaku prososial diantaranya berpedoman pada aturan, tidak
fanatik terhadap suatu golongan, mempertimbangkan perasaan si
penerima, keikhlasan hati, berani mengambil resiko, dan inisiatif memberi
pertolongan.

Tabel 2.1. Tabel Penelitian Terdahulu


No. Nama Judul Penelitian Metode Persamaan Perbedaan

5
Peneliti Penelitian
Perilaku Prososial 1. Variabel
1. Haidar Kualitatif 1. Lokasi
Farras Masyarakat Arab yang Penelitian Penelitia n
Hilmy Berelasi dengan 2. Sasaran
dkk
Masyarakat Jawa Peneliti an
(2019)
Perilaku Prososial 1. Variabel 1. Metode
2. Benedikta Kualitatif
Oridesta Masyarakat Terhadap Penelitian Penelitia n
Rossa Fakir Miskin Yang 2. Sasaran
Wau 2. Lokasi
Memiliki Pekerjaan Peneliti an Penelitia n
Tidak Tetap di
Kelurahan Nyengseret
Kecamatan Astanaanyar
Kota
Bandung (2018)
Pengaruh Empati 1. Metode 1. Variabel
3. Candra Tri Kuantitatif
Saputra Terhadap Perilaku Penelitian Penelitia
Prososial Pada Siswa 2. Sasaran
Kelas XI Kriya Kayu Penelitia
SMKN 1 Pacitan 3. Lokasi
Penelitian

II.2 Teori yang Relevan dengan Penelitian


II.2.1 Teori tentang Perilaku Prososial
Pengertian Perilaku Prososial

Perilaku prososial merupakan “suatu tindakan menolong yang


menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan
langsung pada orang yang melakukan tindakan menolong tersebut, dan
bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong” (Baron & Byme,
2007:92).

Brigham 1991 (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2009:211) menyatakan


bahwa perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyokong
kesejahteraan orang lain. Perilaku prososial melibatkan pengorbanan pribadi
untuk memberikan pertolongan dan memperoleh kepuasan pribadi karena

6
melakukannya.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, peneliti mengambil


kesimpulan bahwa perilaku prososial adalah sebuah bentuk pertolongan
yang diberikan pada orang lain baik dalam bentuk materi, fisik, maupun
psikologis yang dapat memberikan keuntungan positif pada orang lain.

Aspek-aspek Perilaku Prososial

Eisenberg & Mussen (Tri Dayakisni & Hudaniah, 2009:211) mengatakan bahwa
perilaku prososial mencangkup tindakan-tindakan seperti:

1. Sharing, yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain


dalam suasana suka maupun duka.
2. Cooperative, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain
demi tercapainya suatu tujuan. Cooperating biasanya saling
menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan
menenangkan.
3. Donating, yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela
sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.
4. Helping, yaitu kesediaan memberikan bantuan atau pertolongan
kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
5. Honesty, yaitu kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa
adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain.
II.2.2 Teori tentang Masyarakat
Pengertian Mayarakat
Menurut Aguste Comte dalam Basrowi (2005:39)
Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan
realitas- realitas baru yang berkembang menurut pola pengembangan yang
tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi
manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia dengan atau
sendirinya bertalian secara golongan besar atau kecil dari beberapa
manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan
mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
Masyarakat menurut Koentjaraningrat (1996:122) masyarakat
merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan
sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat
oleh suatu rasa identitas bersama. Berdasarkan uraian diatas dapat
peneliti simpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia

7
yang hidup secara bersama-sama, memiliki norma sebagai pedoman
kehidupan dan didalamnya terjadi interaksi sosial antara individu.

Ciri-ciri Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto (2012) suatu kelompok manusia ini dapat dikatakan
masyarakat apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup bersama, di dalam ilmu sosial tidak ada jumlah yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis angka minimumnya
ada dua orang yang hidup bersama.
2. Bercampur untuk waktu yang lama, kumpulan dari manusia tidaklah sama
dengan kumpulan benda-benda mati, karena berkumpulnya manusia akan
timbul manusia-manusia baru. Manusia juga dapat bercakap-cakap merasa
di mengerti, mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-
kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu,
timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan kriteria yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, jika


sekumpulan manusia ini memenuhi ciri-ciri seperti sekumpulan orang yang
tinggal di suatu daerah, saling berhubungan dengan yang lain, terdapat
norma yang dianut dan memiliki suatu budaya maka dikatakan sebagai
masyarakat.

Tipe Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto (2012:135) mengklasifikasikan


masyarakat ke dalam empat kriteria yaitu: jumlah penduduk, luas,
kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman, fungsi-fungsi
khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, dan organisasi
masyarakat setempat terhadap masyarakat, dan organisasi masyarakat
setempat yang bersangkutan.

II.2.3 Teori tentang Lanjut Usia

Pengertian Lanjut Usia

8
Pengertian lanjut usia yang paling utama dilandasi peraturan yang
mengacu pada pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia dimana di dalamnya diterangkan bahwa lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Lebih lanjut lagi dalam undang-undang tersebut juga mendeskripsikan
pengertian lanjut usia sebagai berikut:

1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas.

2. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang mampu melakukan


pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
3. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Didasari oleh pendapat diatas, terdapat dimana kata kuncinya adalah


“berusia diatas 60 tahun” dan “kemunduran”. Jadi dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa lanjut usia adalah seseorang berusia di atas 60
tahun yang mengalami berbagai proses kemunduran dalam kemampuan
fisik dan psikisnya karena mulai memasuki tahap perkembangan akhir
dalam kehidupannya.

Permasalahan Lanjut Usia

Siti Partini Suadirman (2011:9) menjelaskan masalah yang dihadapi


oleh lanjut usia dapat dikelompokkan ke dalam bagian-bagian berikut:

a. Masalah ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki


masa pension atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada
menurunnya pendapatan yang kemudian terkait dengan pemenuhan
kebutuhan hidup sehari- hari, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan,
rekreasi, dan kebutuhan sosial.
b. Masalah sosial

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik


dengan anggota keluarga, anggota masyarakat, maupun teman kerja
sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pension. Di samping itu,
kecenderungan meluasnya keluarga inti (nucles family) juga akan
mengurangi kontak sosial lanjut usia. Selain itu, perubahan nilai sosial
masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat individualistik
berpengaruh bagi para lanjut usia yang kurang mendapat perhatian,

9
sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Hal ini
tidak sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang dalam
hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain.
c. Masalah kesehatan

Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang
berakibat pada pelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai
macam penyakit terutama degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah
kesehatan, sosial, dan membebani perekonomian baik pada usia lanjut
maupun pemerintah karena masing-masing penyakit memerlukan
dukungan dana atau biaya.
d. Masalah psikologis

Masalah psikologis yang dialami oleh lanjut usia pada umumnya


meliputi kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan
tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama
bagi lanjut usia yang miskin, post power syndrome, dan sebagainya.
Kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial biasanya
berkaitan dengan hilangnya jabatan atau kedudukan.

II.2.4 Teori tentang Lansia Terlantar

Pengertian Lanjut Usia Terlantar

Menurut Peraturan Menteri Sosial (Permensos) RI Nomor 08 Tahun


2012 Lanjut Usia Terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih, karena faktor- faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya. Menurut Tody Lalenoh (1993:69) lanjut usia terlantar adalah:
“Mereka yang telah berusia 55 tahun keatas, tidak mempunyai kemampuan
dan tidak berdaya mencari nafkah untuk kepentingan hidup sehari-hari, tidak
memiliki sanak keluarga yang dapat memberikan suatu bantuan untuk
kelangsungan hidupnya.”.

Indikator Masalah Lanjut Usia Terlantar

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Lanjut Usia, Lanjut


Usia Terlantar adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Adapun indikator lanjut usia
terlantar diantaranya:

1. Usia 60 tahun ke atas (laki-laki/perempuan).

10
2. Tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD.
3. Makan kurang dari 2x/hari.
4. Kurang makan makanan berprotein tinggi (empat sehat lima sempurna).
5. Pakaian yang dimiliki kurang dari empat pasang.
6. Tempat tidur tidak tetap.
7. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan.
8. Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau
dan mampu mengurusnya.

Sedangkan Permensos No. 8 Tahun 2012, lanjut usia terlantar


adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Adapun indikator
lanjut usia terlantar diantaranya:

a. Tidak terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan.


b. Terlantar secara psikis dan sosial.
Penyebab Lanjut Usia Terlantar
Menurut Tody Lalenoh dalam bukunya Gerentologi dan Pelayanan
Lanjut Usia, menerangkan bahwa penyebab lanjut usia menjadi terlantar
adalah sebagai berikut:

a. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat, dan masyarakat lingkungan


yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan.
b. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana
selama ini ia tinggal.
c. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang
menjamin penghidupan secara layak.
d. Kebutuhan penghidupannya tidak dipenuhi melalui lapangan kerja yang
ada.

e. Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang
tua, serta urbanisasi yang menyebabkan lanjut usia terlantar.
II.2.5 Relevansi Praktek Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia

Pengertian Pekerjaan Sosial

Menurut Zastrow (1999) mengatakan pekerja sosial merupakan


aktivitas professional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat
dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi

11
sosial dan menciptakan kondisi- kondisi masyarakat yang kondusif untuk
mencapai tujuan tersebut.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 menjelaskan bahwa pekerja


sosial professional adalah seseorang yang bekerja baik di lembaga
pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan
sosial, dan kepedulian dalam pekerja sosial yang diperoleh melalui
pendidikan, pelatian, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.

Tujuan Pekerjaan Sosial

Tujuan pekerjaan sosial menurut Council on Social Work Education


(CSWE) dalam Adi Fahrudin (2012) yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi kemiskinan,


penindasan, dan bentuk bentuk ketidakadilan sosial lainnya.
2. Mengusahakan kebijakan, pelayanan, dan sumber-sumber melalui
advokasi dan tindakan-tindakan sosial dan politik yang meningkatkan
keadilan sosial dan ekonomi.
3. Mengembangkan dan menggunakan penelitian, pengetahuan dan
keterampilan yang menunjukan praktik pekerjaan sosial.
4. Mengembangkan dan menerapkan praktik dalam konteks budaya yang
bermacam-macam.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pekerjaan sosial yaitu mempertinggi kemampuan orang untuk memecahkan
dan menanggulangi masalahnya termasuk permasalahan lanjut usia.
Selain itu, pekerja sosial bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia, mengembangkan, dan memperbaiki kebijakan sosial serta
menghubungkan lanjut usia dengan sistem sumber dan sistem pelayanan.
Fungsi Pekerjaan Sosial

Fungsi praktik pekerjaan sosial menurut Allen Pincus dan Minahan


dalam Dwi Heru Sukoco (1991) sebagai berikut:

1. Membantu orang meningkatkan dam menggunakan kemampuannya


secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan
memecahkan masalah- masalah sosial yang mereka alami
2. Mengkaitkan orang dengan sistem sumber

12
3. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem sumber
4. Mempengaruhi kebijakan sosial
5. Menyalurkan susmber-sumber material
6. Memberikan pelayanan sebagai pelaksana kontrol sosial

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulan bahwa pekerja


sosial merupakan salah satu profesi yang mempunyai tanggung jawab dan
fungsi untuk memberikan pertolongan melalui pelayanan secara
professional berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
profesi pekerja sosial baik kepada individu, kelompok dan masyarakat.
Metode dan Teknik Pekerjaan Sosial

a. Metode
Menurut Budhi Wibawa Santoso T. Raharjo dan Meilay Budhiarti (2010),
metode intervensi pekerja sosial adalah:
1. Metode Pekerja Sosial dengan Individu dan Keluarga (Social Case Work)
Metode Pekerja Sosial dengan Individu dan Keluarga adalah suatu
rangkaian pendekatan teknik pekerja sosial yang ditujukan untuk
membantu individu yang mengalami masalah berdasarkan relasi antara
pekerja sosial dengan seorang penerima pelayanan secara tatap muka.
2. Metode Pekerja Sosial dengan Kelompok (Social Group Work)
Metode Pekerja Sosial dengan Kelompok digunakan untuk menangani
masalah-masalah individual melalui kelompok dan mengembangkan
kelompok itu sendiri. Metode ini digunakan untuk menangani masalah-
masalah penyesuaian diri individu dalam kelompok atau lingkungan
sosialnya.

3. Metode Community Organization/Community Development (COCD)


Metode pekerja sosial dengan organisasi dan masyarakat sebagai salah
satu metode pekerja sosial yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada di
dalam masyaraka serta menekankan dengan prinsip peran serta atau
partisipasi masyarakat. upaya terebut cenderung mengarah pada
pemenuhan kebutuhan bidang tertentu di masyarakat seperti
kesejahteraan keluarga, kesejahteraan anak dan sebagainya.
b. Teknik
Menurut Brill dalam Jusman Iskandar (1997), teknik pekerjaan sosial adalah:
1. Small Talk

13
Small Talk dipergunakan pada permulaan suatu kontak antara pekerja
sosial dengan klien. Sehingga hal-hal yang dilakukan kemudian dapat
menjalin lebih mudah. Tujuan utama Small Talk adalah untuk
memecahkan kebekuan, kebisuan, sehingga kemudian terdapat suatu
pembicaraan.
2. Support
Support artinya memberikan semangat, menyokong dan mendorong
beberapa aspek dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan internalnya,
cara dia bertingkah laku dan dalam hal hubungan-hubungannya dengan
orang lain.
3. Advice Giving and Counselling
Upaya memberikan pendapat yang didasarkan pada pengalaman pribadi
penasihat atau atas pengamatannya.

Peran Pekerjaan Sosial


Peran pekerjaan sosial dalam menangani permasalahan yang sesuai
dengan penelitian yaitu:

1. Penghubung (Broker)
Peran sebagai penghubung atau broker yaitu menghubungkan individu,
kelompok, dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan
masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam mengatasi permasalahan
yang ditimbulkan.
2. Fasilitator
Peran sebagai fasilitator yaitu dalam peran ini berkaitan dengan
menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini
dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu-individu,
kelompok-kelompok, dan masyarakat menjadi katalis untuk bertindak dan
menolong sepanjang proses pengembangan dengan menyediakan waktu,
pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut.
3. Pendidik (Educator)
Peran pendidik yaitu memberikan informasi atau pengetahuan serta
pemahaman kepada masyarakat dengan cara meningkatkan kesadaran diri
masyarakat tentang penanganan masalah lanjut usia dan memberikan
informasi tentang upaya-upaya atau tindakan yang efektif untuk mengatasi
permasalahan tersebut.

III. METODE PENELITIAN

14
3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian tentang Perilaku Prososial


Masyarakat terhadap Lanjut Usia Terlantar di Kelurahan Tlogosari Kulon
Kecamatan Pedurungan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistika dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2013:13).

Hasil penelitian akan dijelaskan menggunakan metode deskriptif,


menurut Whitney (1960) dalam Moh. Nazir (2014:43) metode deskriptif
merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
ini mempelajari tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat dan situasi-situasi tertentu termasuk tentang
hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan,
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena.

III.2 Definisi Operasional


Memperjelas pengertian dan membatasi ruang lingkup konsep yang
digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan definisi operasinal
sebagai berikut:
1. Perilaku Prososial adalah skor total yang diperoleh atas jawaban responden
yang berkaitan dengan perilaku prososial berbagi perasaan, kerjasama,
menolong, bertindak jujur dan bederma terhadap lanjut usia terlantar di
kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
2. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Ketua RW, Ketua
RT dan masyarakat sekitar responden yang ada di kelurahan Tlogosari
Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang yang dirasa mampu dalam
memberikan informasi terkait penelitian
3. Lanjut Usia Terlantar adalah seseorang yang telah berusia 60 (enam puluh)
tahun keatas atau lebih yang karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya yang bertempat tinggal di kelurahan Tlogosari Kulon
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
4. Kelurahan Tlogosari Kulon adalah salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Kelurahan Tlogosari Kulon

15
merupakan tempat tinggal masyarakat yang dijadikan sebagai lokasi
penelitian.
5. Karakteristik ditunjukkan dengan usia, kesehatan, fungsi organ tubuh,
kecemasan, pola pikir, keyakinan
6. Berbagi perasaan ditunjukkan dengan dukungan, empati, simpati,dll
7. Kerjasama ditunjukkan dengan saling mendukung, saling percaya, saling
berkomunikasi, saling partisipasi, saling menguntungkan dll
8. Menolong ditunjukkan dengan kehadiran, keterlibatan, memberikan
bantuan, memberikan ide, menawarkan, menunjang dll
9. Bertindak jujur ditunjukkan dengan ketulusan, tindakan, perkataan, dll
10. Berderma ditunjukkan dengan kesediaan, sukarela, pemberian barang, dll

3.3 Sumber Data


Salori dan Komariah (2014) menyatakan bahwa sumber data
penelitian dapat berupa orang, benda, dokumen, atau proses suatu
kegiatan-kegiatan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis
sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer sebagai sumber data
utama bagi peneliti dan sumber data sekunder sebagai sumber data
pendukung. Sumber data dalam penelitian ini yaitu:

Sumber Data Pimer


Sumber data yang diperoleh peneliti dari responden yang akan
memberikan jawaban terhadap pernyataan penelitian tentang Perilaku
Prososial Masyarakat Terhadap Lanjut Usia Terlantar di Kelurahan Tlogosari
Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang yang diperoleh langsung dari
responden. Responden akan diberikan angket yang terdiri dari beberapa
pernyataan yang harus dijawab. Responden yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Ketua RT, Ketua RW dan masyarakat sekitar

Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung, yang didapatkan di lokasi penelitian melalui studi dokumentasi
terhadap buku-buku maupun literatur yang berkaitan dengan Perilaku
Prososial Masyarakat terhadap Lanjut Usia Terlantar di Kelurahan Tlogosari
Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi

16
Populasi adalah kumpulan dari individu-individu dengan kualitas dan
ciri-ciri yang telah ditetapkan (Moh. Nazir 2005:271). Populasi dalam
penelitian ini yaitu masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tlogosari Kulon
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang yang berjumlah 5.323 KK (kepala
keluarga).

Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik
sama dengan populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2017:112)
“simple random sampling merupakan salah satu teknik pengambilan anggota
sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi yang homogen”. Pemilihan simple random sampling
dipilih oleh peneliti karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran secara umum tentang perilaku pososial masyarakat terhadap
lanjut usia terlantar di Kelurahan Tlogosari Kulon. Jadi, untuk mengambil
sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus menurut Slovin sebagai
berikut:

n= N

1 + Ne2

n = 5323 = 5323 = 5323 = 34,86 = 35

1 + 5323.0,12 1 + 5323. 0,012 1,5323


Keterangan :

n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e2 = Batas kesalahan (10 % dan 0,1)

Jadi, banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 35 jiwa yang


akan menjadi responden dari 5323 populasi di Kelurahan Tlogosari Kulon
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Penentuan responden dalam
penelitian ini adalah dengan meminta data KK (kepala keluarga) penduduk
Kelurahan Tlogosari Kulon secara lengkap serta menentukan responden
sesuai kriteria, selanjutnya ke 35 responden ini ditentukan dengan cara
menggabungkan nama yang termasuk dalam populasi dan selanjutnya
diambil secara acak dengan dikocok sebanyak jumlah responden yang

17
dibutuhkan.
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian perilaku prososial
masyarakat terhadap lanjut usia terlantar adalah rating scale. Menurut
Sugiyono (2009:97) skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab


salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tapi menjawab salah
satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, rating scale
ini lebih fleksibel. Penelitian ini menggunakan tingkat pengukuran skala
ordinal.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini


adalah validitas muka (face validity), yaitu setelah instrumen disusun dan
sebelum digunakan terlebih dahulu instrument tersebut diperlihatkan pada
ahli terhadap suatu alat ukur. Skala tersebut diperhatkan pada beberapa ahli.
Jika ahli-ahli ini berpendapat bahwa unsur-unsur dalam skala tersebut dapat
mengukur persepsi secara baik, maka skala tersebut mempunyai validitas
muka yang tinggi. Yang dimaksud ahli disini adalah pembimbing skripsi untuk
mengukur validitas instrumen.

Burhan Bungin (2013:106) mengatakan bahwa “Reliabilitas alat ukur


adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat
dipercaya atau dapat diandalkan.” Kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas instrument.

Peneliti akan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for the


Sosial Science) karena selain memberikan kemudahan, SPSS memberikan
informasi lebih akurat dengan memperlakukan kesalahan data secara tepat
dan memberi kode alasan mengapa terjadi kesalahan data.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Perilaku
Prososial Masyarakat terhadap Lanjut Usia Terlantar di Kelurahan Tlogosari
Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang adalah sebagai berikut:

18
Angket

Angket adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2012:142). Jenis angket yang
digunakan dalam penelitian ini disusun dengan pernyataan tertutup,
penggunaan angket tertutup ini memungkinkan responden untuk hanya
memilih satu jawaban dari yang disediakan di dalam daftar pertanyaan yang
mengacu pada aspek-aspek perilaku prososial masyarakat.

Observasi

Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan


data melalui pengamatan panca indra. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan observasi nonpartisipatif, yang dilakukan berkaitan dengan
karakteristik responden penelitian. Observasi nonpartisipatif adalah peneliti
tidak terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati, melainkan peneliti sebagai pengamat independen (Sugiyono
2012:145).

Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subyek penelitian atau responden, tetapi melalui data sekunder yang dapat
dipelajari melalui catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, literature, notulen dan
dokumen lainnya mengenai perilaku prososial masyarakat terhadap lanjut usia terlantar.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:147), “Statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarakan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.”
Hasil penelitian akan diolah menggunakan analisis data kuantitatif.
Analisis data kuantitatif yaitu menganalisis data secara rinci dalam bentuk
angka atau persentase dari jawaban responden atas pertanyaan peneliti
untuk mendapatkan deskripsi tentang masalah peneliti. Data disajikan dalam
bentuk tabel dengan distribusi frekuensi. Hasil yang diperoleh dari
pengumpulan data melalui angket dihitung sehingga mendapatkan hasil yang

19
dapat dipresentasikan dalam bentuk tabel data.Kegiatan analisis data dalam
penelitian ini terdiri dari:

1. Mengelompokkan Data

Data dikelompokkan sesuai dengan variabel penelitian.

2. Mentabulasi Data

Setelah dikelompokkam, data dilakukan tabulasi demgan memasukkan


data ke dalam tabel dan memberikan skor pada setiap jawaban responden
dan memberikan kode terhadap item-item yang diberikan skor.

3. Menyajikan Data

Perhitungan data dilakukan secara manual dan data disajikan kembali


dalam bentuk tabel pada laporan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian.
4. Melakukan Perhitungan

Perhitungan dilakukan dengan cara presentase dari setiap variabel yang


diteliti.

5. Melakukan Interpretasi

Interpretasi data dilakukan dari hasil presentase dengan menafsirkan atau


memberi makna pada data tersebut dengan melihat mean atau rata-rata
skor responden.
6. Menarik Kesimpulan

Berdasarkan interprtasi data, maka dapat ditarik kesimpulan dari sekulurh


hasil penelitian.
3.8 Jadwal Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian

Tahap Pra Lapangan


Pada tahap pra lapangan, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan,
menjajagi dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan
serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
Tahap Lapangan
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam tahap pekerjaan lapangan yaitu
memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan,
berperan serta dalam penelitian sekaligus mengumpulkan data.

20
Tahap Analisis Data
Tahap analisis data yaitu tahap yang harus diperhatikan yang terdiri dari
konsep analisis data, menemukan tema dan pola data, dan
menganalisisnya sehingga didapatkan kesimpulan.

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Melakukan studi literatur guna menambah wawasan atau pengetahuan


peneliti mengenai topik yang akan diajukan dalam proposal penelitian.
2. Penjajakan yaitu untuk mengetahui lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian dan mengetahui ada atau tidaknya masalah yang telah
ditentukan.
3. Pengajuan judul penelitian dan penentuan teori untuk mengetahui
batasan- batasan penelitian.

4. Penyusunan dan pengajuan proposal dilakukan sebagai suatu syarat untuk


mengikuti seminar proposal penelitian yang selanjutnya dapat dijadikan
acuan penelitian.
5. Seminar proposal yaitu dilakukan untuk mendapatkan tanggapan dan
masukkan guna menyempurnakan proposal yang telah di susun dilanjutkan
dengan penyusunan bab 1, 2, dan 3.
6. Penyusunan instrument penelitian yaitu penyususnan alat ukur penelitian
yang berbentuk angket untuk dijadikan sebagai pedoman pengumpulan
data ketika melakukan penelitian.
7. Pengurusan surat permohonan penelitian dan berkoordinasi dengan
responden serta pihak yang terlibat dalam penelitian.
8. Pengumpulan data yaitu dilakukan dengan menyebarkan instrument
berupa angket kepada responden sebagai bahan untuk melakukan analisis
yang akan di sajikan dalam laporan.
9. Pengolahan dan analisis data yaitu dilakukan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan tentang hasil penelitian
10. Pengumpulan data melalui kegiatan observasi non partisipatif dan studi
dokumentasi terhadap data dan informasi yang belum lengkap yang
didapatkan melalui angket penelitian atau kuisioner
11. Bimbingan dan penulisan laporan penelitian yaitu hal ini dimaksudkan agar
penyajian hasil penelitian ke dalam laporan benar-benar ilmiah.
12. Pengesahan hasil penulisan skripsi yaitu dimaksudkan agar hasil penulisan
dapat diakui oleh pihak lain yang membacanya.

21
13. Seminar hasil penelitian yaitu siding yang bertujuan untuk
mempertanggungjawabkan secara ilmiah hasil penelitian yang telah
disajikan dalam laporan penelitian.

Tabel 3.1 Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian

Tahun 2021-2022
No. Kegiatan
Jan Feb Mei Juni Juli Mei Juni Juli Agst
1. Studi Literatur
2. Penjajagan
3. Penyusunan
Proposal
Penelitian
4. Seminar
Proposal
Penelitian
5. Penyusuna
n Instrumen
Penelitian
6. Pengumpula
n data
7. Pengolahan
data dan
Analisa data
8. Penyusunan
laporan hasil
penelitian
9. Seminar hasil
penelitian
10. Desiminasi
hasil penelitian

22
DAFTAR PUSTAKA

Adi Fahrudin. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refrika Adiatama.

Astrid S. Susanto. 2003. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta: Grafindo

Persada.

Baron, R.A, & Byme, D. 2005. Psikologi Sosial edisi 10. Jakarta: Erlangga.

Dwi Heru Sukoco. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial Dan Pertolongannya. Bandung:
Kopma STKS.

Dwi Heru Sukoco. 1998. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya,
Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Ma’rifatul, Azizah, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha

Ilmu. Moh. Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Todi Lalengh. 1993. Gerontologi dan Pelayanan Lanjut Usia. Bandung: Koperasi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Todi Lalengh. 1996. Lanjut Usia & Usia Lanjut. Bandung: Kopma

STKS.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA. Bandung.
Sumber bacaan lain:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia.
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan dan Pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan.

http://tlogosarikulon.semarangkota.go.id

23

Anda mungkin juga menyukai