Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Metode Sosiologi dan Perkembangan Sosiologi di Indonesia


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sosiologi dan Antropologi”

Disusun oleh:

April Bustomi
NIM: 0101.18.0004
Roudahnur
NIM : 0101.18.0045

Dosen Pengampu

Jeeny Rahmayana, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM TAFAQQUH FIDDIN DUMAI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi. .
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Dumai, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Metode metode dalam sosiologi.................................................... 2
B. Perkembangan sosiologi di Indonesia............................................ 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata mata ilmu murni yang hanya
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan
kualitas ilmu itu sendiri., namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan yang
menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna
memecahkan masalah praktis atau masalah sosial. Sosiologi menjadi hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia. Karena adanya komunikasi maka terjalinlah
kontak sosial yang dapat menumbuhkan proses dimana masyarakat dapat menjalin
komunikasi dengan efisien dan efektif.

Ada beberapa metode metode yang ada dalam melakukan penelitian


sosiologi, diantaranya metode kualitatif dan kuantitatif. Mempelajari sejarah
perkembangan sosiologi di indonesia sangatlah penting. Hingga kita mampu
mengerti bagaimana proses panjang kelahiran sosiologi, di Indonesia. Makalah ini
akan menjelaskan bagaimana perkembangan sosiologi di Indonesia dan metode
metode dalam sosiologi.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja metode metode dalam sosiologi ?
2. Bagaimana perkembangan sosiologi di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode-metode dalam sosiologi
2. Untuk mnegetahui perkembangan sosiologi di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Sosiologi
Sosiologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial individu di dalam
masyarakat yang dibangunnya. Ruang lingkup kajian sosiologi sebagai ilmu
sangatlah luas, mencakup semua bidang kehidupan masyarakat, baik di bidang
ekonomi, politik, agama, Pendidikan, Kebudayaan, dan lain-lain dalam perspektif
sosiologi. Sosiologi dikatakan sebagai ilmu tersendiri karena ia adalah disiplin
intelektual yang secara khusus sistematis mengembangkan pengetahuan tentang
hubungan sosial manusia pada umumnya dan tentang produk dari hubungan
tersebut. Bahasan sosiologi adalah fokus pada interaksi manusia, yaitu pengaruh
timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap dan tindakan.
Sosiologi tidak begitu menitikberatkan pada apa yang terjadi dalam diri manusia
(merupakan bidang studi psikologi), melainkan pada apa yang berlangsung
diantara manusia.1
Metode adalah suatu kerangka kerja dan dasar-dasar pemikiran
digunakannya cara-cara yang khusus. Metode merupakan jalan menuju suatu
tujuan.2 Metode sosiologi merupakan langkah-langkah ilmiah yang diterapkan
peneliti dalam rangka penelitian sosiologi. Metode sosiologi menjelaskan tentang
posisi disiplin sosiologi sebagai metodologi. Metode sosiologi merupakan cara-
cara sosiologi dalam mempelajari objeknya yaitu masyarakat. Metode sosiologi
tidak terdiri dari hanya seperangkat tunggal saja, akan tetapi memiliki beberapa
metode penelitian yang ada didalam sosiologi.

1
J. Dwi Narkowo dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta :
Kencana, 2007) hal 3
2
Soelaiman Joeoef dan Slamet Santoso, Pengantar Pendidikan Sosial (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981) hal.38

2
3

Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode
kualitatif dan metode kuantitatif.3
1. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan
angka-angka, atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun
bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Penelitian
kualitatif menggunakan pemahaman makna tindakan manusia dalam saling
tindaknya dengan sesama anggota masyarakat. 4 Di dalam metode kualitatif
termasuk metode historis dan metode komparatif keduanya dikombinasikan
menjadi historis – komparatif, metode studi kasus.
1) Metode historis, menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa
dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Seorang sosiolog yang ingin menyelidiki akibat-akibat revolusi
(secara umum) akan mempergunakan bahan-bahan sejarah untuk
meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi dalam masa yang
silam.
2) Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-
macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh
perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-
sebabnya. Perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut
bertujuan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai
perilaku masyarakat pada masa silam dan masa sekarang, dan juga
mengenai masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat
peradaban yang berbeda atau yang sama.
Contoh dari penelitian metode komparatif yaitu, membandingkan
perilaku masyarakat pada masa lampau dan perilaku masyarakat
pada masa sekarang, seperti dulu masyarakat bisa dikatakan
masyarakat primitif sekarang adalah masyarakat industri.

3
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyiwati, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2017) hal. 42-44
4
Herry Widyastono “Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah” Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No.068 Tahun ke-13, September 2017 hal. 760
4

3) Metode studi kasus (case study) bertujuan untuk mempelajari


sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan
masyarakat. Studi kasus dapat digunakan untuk menelaah suatu
keadaan, kelompok, masyarakat setempat (community), lembaga-
lembaga maupun individu-individu. Alat-alat yang dipergunakan
oleh metode Studi kasus adalah misalnya wawancara (interview),
pertanyaan-pertanyaan (questionnaires), dari daftar pertanyaan-
pertanyaan (schedules), participant observer technigue, dan lain-
lain. Teknik wawancara sering kali dipakai apabila diperlukan data
penting dari masyarakat lain. Pada teknik questionnaires, telah
dibuatkan pertanyaan pertanyaan yang akan diajukan. Teknik
tersebut hampir sama dengan schedules, di mana dilakukan
wawancara melalui daftar pertanyaan pertanyaan yang telah
disusun terlebih dahulu.
Contoh gejala nyata yang ada dimasyarakat yang bisa kita ambil untuk
dibuat sebuah penelitian sosiologi yaitu tentang gerakan mahasiswa yang menolak
kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada masyarakat. Aksi demo yang
dilakukan oleh sejumlah mahasiswa atas penolakan kebijakan Omnimus Law
Cipta Kerja pada Oktober 2020. Dari peristiwa ini dapat kita gunakan metode
penelitian studi kasus, karena metode ini cocok untuk mengetahui secara detail
tentang kejadian tersebut. Adapun instrumen yang digunakan bisa berupa
wawancara dan kuisioner. Apa saja yang terjadi dilapangan, siapa saja yang
terlibat, bagaimana prosesnya, kenapa hal itu terjadi, dimana dan kapan peristiwa
itu terjadi. Kelebihan dari metode studi kasus yaitu dapat mengungkapkan hal-hal
yang spesifik, unik dan hal-hal yang mendetail.
Dampak positif dari metode kualitatif ini adalah dapat memperoleh data
lebih detail dan mengulas permasalahan secara personal . Dampak negatif dari
metode kualitatif ini biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dan harus
punya batasan pembahasan.
5

2. Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-


angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan
mempergunakan skala-skala, indeks, tabel, dan formula-formula yang
semuanya mempergunakan ilmu pasti atau matematika. Metode yang
termasuk jenis metode kuantitarif :
1) Metode statistik yang bertujuan menelaah gejala-gejala sosial
secara matematis. Kelebihan metode ini adalah data yang
dikumpulkan berupa angka, sehingga mudah diolah.
Kekurangannya yaitu data yang dikumpulkan tidak bersifat
mendalam.
2) Metode Sociometry mempergunakan skala-skala dan angka-angka
untuk mempelajari hubungan-hubungan antarmanusia dalam
masyarakat. Metode sosiometri adalah metode untuk mengetahui
tingkat hubungan sosial antar individu didalam sebuah kelompok
yang mengacu pada kriteria tertentu. Misal ketika kita
mewawancarai, atau bertanya kepada seseorang kemudian jawaban
orang tersebut itu nantinya kita beri skor dengan menggunakan
angka, misal kalau dia memilih jawaban pertama kita beri skor 2 ,
ketika kita bertanya pertanyaan kedua dan jawabannya kita beri
skor 3 dan seterusnya, sehingga hasil yang kita berikan itu nanti
kita bisa memperoleh gambaran suatu hubungan sosial terhadap
individu.
Jadi metode sosiometri itu pengumpulan data tentang pola struktur
antara hubungan individu dengan kelompok.
Dampak positif dari metode kuantitaif ini adalah cakupan lebih luas
menggunakan pedoman kuisioner yang lebih banyak menggunakan survei.
Dampak negatifnya yaitu Karena pengolahan datanya banyak, agak sulit bagi kita
untuk mengolah datanya karena dia harus pakai rumus.
Di samping metode-metode di atas, metode-metode sosiologi lainnya
didasarkan pada penjenisan yaitu metode induktif yang mempelajari suatu gejala
yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan
6

yang lebih luas dan metode deduktif yang mempergunakan proses sebaliknya,
yaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian
dipelajari dalam keadaan yang khusus.
Metode induktif diawali dari pembentukan teori hipotesis defenisi
operasional dan Instrumen dan operasional. Maksudnya memahami gejala dari
masyarakat itu terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori-teori tentang
gejala gejala yang dilakukan penelitian dilapangan. Jadi pertama kita harus
memahami gejala-gejala terlebih dahulu yang ada di masyarakat kemudian ketika
kita ingin meneliti kita harus memiliki konsep, kita harus memiliki teori-teori
terlebih dahulu tentang gejala gejala tersebut barulah kita lakukan penelitian.
Penggolongan metode-metode sosiologi ke dalam jenis metode empiris
yang menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang dengan nyata didapat dalam
masyarakat, dan jenis metode rationalistis yang mengutamakan pemikiran dengan
logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah
kemasyarakatan. Metode empiris dalam ilmu sosiologi modern diwujudkan
dengan research atau penelitian yaitu cara mempelajari suatu masalah secara
sistematis dan intensif untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak
mengenai masalah tersebut. Research dapat bersifat basic atau applied. Basic
research adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang
lebih banyak dari ilmu pengetahuan, sedangkan applied research ditujukan pada
penggunaan ilmu pengetahuan secara praktis.
Akhirnya, sosiologi juga sering mempergunakan metode fungsionalisme.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa metode fungsionalisme bertujuan untuk
meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam
masyarakat. Metode tersebut berpendirian pokok bahwa unsur-unsur yang
membentuk masyarakat mempunyai hubungan timbal-balik yang saling pengaruh
memengaruhi, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri terhadap masyarakat.
Metode-metode sosiologi tersebut di atas bersifat saling melengkapi dan
para ahli sosiologi sering kali menggunakan lebih dari satu metode untuk
menyelidiki objeknya. Kecuali metode-metode tersebut di atas, masing-masing
ilmu pengetahuan dan juga sosiologi mempunyai perlengkapan alat-alatnya
7

sendiri, yaitu alat-alat yang disebut konsep (concept) untuk menganalisis masalah-
masalah yang terdapat dalam lapangannya khususnya untuk sosiologi, yaitu
masyarakat.

B. Perkembangan Sosiologi di Indonesia 5


1. Permulaan sosiologi di Indonesia
Walau pada hakikatnya para pujangga dan pemimpin Indonesia belum
pernah mempelajari teori-teori formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, banyak
di antara mereka yang telah memasukkan unsur-unsur sosiologi ke dalam ajaran-
ajarannya. Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro
IV dari Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota
masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak
mengandung aspek sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antargolongan
(intergroup relations). Almarhum Ki Hadjar Dewantoro, pelopor utama yang
meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional di Indonesia, memberikan
sumbangan yang sangat banyak pada sosiologi dengan konsep-konsepnya
mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata
dipraktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Dari keterangan-keterangan di atas, nyatalah bahwa unsur-unsur
sosiologi tidak digunakan dalam suatu ajaran atau teori yang murni sosiologis,
tetapi sebagai landasan untuk tujuan lain, yaitu ajaran tata hubungan antarmanusia
dan pendidikan. Apabila melihat hasil-hasil karya para sarjana (kebanyakan)
orang Belanda, sebelum perang dunia kedua, yang mengambil masyarakat
Indonesia sebagai pusat perhatiannya seperti misalnya tulisan-tulisan Snouck
Hurgronje, C, van Volllenhoven, ter Haar, Duyvendak, dan lain-lain, dalam hasil-
hasil karya itu pun tampak adanya unsur-unsur sosiologis yang dipergunakan dan
dikupas secara ilmiah, tetapi kesemuanya hanya dalam kerangka yang
nonsosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Hal itu
tidaklah berarti bahwa metode yang digunakan untuk meneropong sesuatu
masalah atau gejala sosiologis adalah salah atau tidak dapat

5
Soerjono soekanto dan budi sulistyiwati. Op.cit. hal. 47-51
8

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sama sekali tidak. Keterangan di atas


hanyalah dimaksudkan untuk menyatakan bahwa sosiologi, pada waktu itu di
Indonesia, dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Dengan begitu sosiologi, pada waktu itu di Indonesia, dianggap sebagai ilmu
pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan perkataan lain, sosiologi
pada saat itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari
dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya.
Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di: Jakarta pada waktu itu
merupakan satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang sebelum perang dunia
kedua memberikan kuliah-kuliah sosiologi di Indonesia. Di sini pun ilmu
pengetahuan tersebut hanyalah dimaksudkan sebagai pelengkap bagi mata
pelajaran ilmu hukum. Pengajar yang memberikan kuliah-kuliah pun bukanlah
sarjana-sarjana yang secara khusus memusatkan perhatiannya pada sosiologi,
karena pada waktu itu belum ada spesialisasi sosiologi, baik di Indonesia maupun
di negeri Belanda. Sosiologi yang dikuliahkan pada waktu itu untuk sebagian
besar bersifat filsafat sosial dan teoretis, berdasarkan buku-buku hasil karya
Alfred Vierkandt, Leopold von Wiese, Bierens de Haan, Steinmetz dan
sebagainya.
Pada tahun-tahun 1934/1935 kuliah-kuliah sosiologi pada Sekolah Tinggi
Hukum tersebut justru ditiadakan karena pada waktu itu para guru besar yang
memegang tanggung jawab dalam menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa
pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses-proses yang
terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam hubungan dengan pelajaran hukum. Di
dalam pandangan mereka, yang perlu diketahui adalah hukum positif, yaitu
peraturan-peraturan yang berlaku dengan sah pada suatu waktu dan suatu tempat
tertentu. Penyebab terjadinya suatu peraturan dan apa yang sebenarnya menjadi
tujuannya dianggap tidak penting dalam pelajaran ilmu hukum. Hal yang penting
adalah perumusan peraturannya dan sistem-sistem untuk menafsirkannya.
Di dalam tingkat perkembangan sosiologi yang demikian itu, di mana
teori yang diutamakan sedangkan ilmunya belum dianggap penting untuk
9

dipelajari tersendiri, tidak dapat diharapkan berkembangnya penelitian sosiologis


yang mencoba menemukan kenyataan-kenyataan sosiologi dalam masyarakat
Indonesia.
2. Perkembangan Sosiologi Sesudah Perang Dunia Kedua
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945, seorang sarjana Indonesia, yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama
kalinya memberi kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta (akademi tersebut kemudian dilebur ke dalam Universitas Negeri
Gadjah Mada, yang kemudian menjadi Fakultas Sosial dan Politik). Beliau
memberikan kuliah-kuliah di dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut merupakan
suatu kejadian baru karena sebelum Perang Dunia Kedua, semua kuliah pada
perguruan-perguruan tinggi diberikan dalam bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu
Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam
jurusan pemerintahan dalam negeri, hubungan luar negeri dan publisistik. Oleh
sebab itu, kuliah-kuliah dalam ilmu pengetahuan tersebut sukar sekali untuk
mencetuskan keinginan pada para sarjana, untuk memperdalam, kemudian
mengembangkan sosiologi. Dengan dibukanya kesemparan bagi para sarjana dan
mahasiswa Indonesia untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada
beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuannya tentang sosiologi,
bahkan ada di antaranya yang mempelajari ilmu tersebut secara khusus.
Bertambahnya orang-orang yang memperdalam dan mengkhususkan diri dalam
sosiologi tidak hanya menjadi dorongan untuk berkembangnya dan meluasnya
ilmu pengetahuan tadi, tetapi sekaligus membawa perubahan dalam sifat dan
sosiologi di Indonesia.
Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia mulai diterbitkan sejak satu
tahun setelah pecahnya revolusi fisik, yaitu Sosiologi Indonesia oleh Djody
Gondokusumo yang memuat beberapa pengertian elementer dari sosiologi yang
teoretis dan bersifat sebagai filsafat. Buku itu pada saat tersebut mendapat
sambutan baik mengingat suasana revolusi fisik pada waktu itu, di mana mulai
terasa suatu kehausan pada golongan terpelajar akan ilmu pengetahuan yang
mungkin akan dapat membantu mereka di dalam usaha-usahanya memahami
10

perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat dalam masyarakat Indonesia.


Kira-kira dalam tahun 1950, setelah usai revolusi fisik, menyusullah suatu buku
Sosiologi yang diterbitkan oleh Bardosono, yang sebenarnya merupakan sebuah
dikta, yang ditulis seorang mahasiswa yang mengikuti kuliah-kuliah sosiologi dari
seorang guru besar yang tak disebutkan namanya dalam buku tersebut
Selanjutnya dapatlah dikemukakan buku karangan Hassan Shadil, dengan
judul Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan buky pelajaran
pertama di dalam bahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang
modern. Dalam suasana perkembangan perguruan tinggi di Indonesia, juga karena
kurangnya buku-buku sosiologi dalam bahasa Indonesia, maupun yang diimpor
dari luar negeri, ditambah pula keku. rangan kemampuan yang ada pada para
mahasiswa tingkat Persiapan, buku Hassan Shadily (lulusan Cornell University di
Amerika Serikat00000) memenuhi keperluan para mahasiswa yang mulai belajar
ilmu pengetahuan tersebut sebagai ilmu pembantu.
Para pengajar yang mengikuti ajaran sosiologi teoretis filosofis lebih
banyak mempergunakan terjemahan buku-bukunya PJ. Bouman, yaitu Algemene
Meatschappijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang
berjudul Individu en Maatschappij. Buku lain yang lebih luas, tetapi uraian
mengenai pengertian-pengertian pokoknya kurang sistematis adalah buku
pelajaran sosiologi yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas yang
merupakan hasil karya Mayor Polak, seorang warga negara Indonesia bekas
anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum
Perang Dunia Kedua pada Universitas Leiden di negeri Belanda. Mayor Polak
juga telah menulis suatu buku mengenai Sosiologi khusus yang berjudul
Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan Politik yang terbit pada 1967.
Sesuai dengan taraf permulaan dalam perkembangan ilmu sosiologi
dewasa ini di Indonesia, adanya buku-buku berbahasa Indonesia dalam bidang
tersebut masih bersifat sebagai buku pelajaran untuk menolong para mahasiswa di
dalam pelajarannya tentang asas-asas serta persoalanpersoalan dari ilmu
pengetahuan itu. Sepanjang pengetahuan, kecuali buku Mayor Polak, pada dewasa
ini buku lain dalam bahasa Indonesia mengenai ' masalah-masalah sosiologi
11

khusus adalah Sosiologi Hukum oleh Satjipto Rahardjo, Soerjono Soekanto, dan
lain-lain, serta juga Sosiologi Kota oleh N. Daldjoeni, dan seterusnya.
Dapat disebutkan pula buku-buku sosiologi lain yang dikarang oleh
orang Indonesia, yaitu buku Social Changes in Yogyakarta, yang merupakan hasil
karya Selo Soemardjan yang terbit dalam tahun 1962. Buku yang ditulis dalam
bahasa Inggris itu merupakan disertasi penulis untuk mendapatkan gelar doktor
pada Cornell University, Amerika Serikat. Isinya adalah perihal perubahan-
perubahan dalam masyarakat di Yogyakarta sebagai akibat dari revolusi politik
dan sosial pada waktu revolusi masih berpusat di kota Yogyakarta. Bersama
Soelaeman Soemardi, pengarang yang sama telah menghimpun bagian-bagian
terpenting dari beberapa textbook ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang
disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia. Buku yang berjudul
Setangkai Bunga Sosiologi itu diterbitkan pada 1964 dan dipakai sebagai bacaan
wajib pada beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta. Tidak kurang pentingnya
pula bagi perkembangan sosiologi adalah karangan-karangan pendek mengenai
masalah-masalah sosiologi yang tersebar di sana-sini, baik dalam bentuk publikasi
yang dicetak dalam majalah-majalah berkala atau tak berkala, maupun dalam
bentuk stensilan yang hanya dapat dibaca dalam kalangan peminat yang tidak
luas.
Pada dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai
Fakultas Sosial dan Politik atau Fakultas Ilmu Sosial di mana sosiologi
dikuliahkan sampai tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat persiapan. Namun,
belum ada universitas yang mempunyai fakultas tersendiri khusus untuk sosiologi.
Yang telah ada ialah jurusan sosiologi pada beberapa fakultas, misalnya pada
Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Indonesia, dan Fakultas Sosial dan Politik Universitas Pajajaran. Dari
jurusan sosiologi itulah diharapkan sumbangan dan dorongan lebih besar untuk
mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia untuk
kepentingan umum dan masyarakat.
Penelitian-penelitian sosiologis di indonesia belum mendapat tempat
yang sewajarnya karera masyarakat masih terlampau percaya pada angka-angka
12

yang relatif mutlak. Sosiologi tidak akan mungkin menghasilkan hal-hal yang
berlaku mutlak, karena masing-masing manusia mempunyai kekhususan sehingga
sulit sekali untuk menerapkan teori-teori sosiologi secara umum. Apalagi
masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang mencakup beratus
suku. Dalam hal ini masih diperlukan usaha yang tekun dan keras untuk
menempatkan penelitian sosiologis pada tempat yang wajar.

3. Perkembangan Sosiologi Dari Masa Ke Masa


  Perkembangan sosiologi dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1) Masa awal (abad 5 - 14)
Beberapa abad sebelum masehi sudah ada orang yang mempertanyakan
masyarakat dan perubahannya, pada abad kelima di isi dengan
pemikiran-pemikiran seperti pemikir sosiologi plato dan aristoteles,
yang berbicara tentang masyarakat dan perubahan perubahannya.
Pemikiran abad ke 5 ini bertahan sampai dengan abad ke 14.
Sebagai manusia tidak dapat mengetahui atau menentukan apa yang
akan terjadi di masyarakat, makanya sosiologi itu terus berkembang
sesuai dengan perkembangan di masyarakat.
2) Masa rintisan
Pada masa ini munculnya pemikir pemikir seperti galileo galilei dan
isaac newton , perkembangan ilmu pengetauan itu berpengaruh pada
masyarakat, untuk mengamati masyarakat harus dengan adanya
metode-metode ilmiah, yaitu metode-metode sosiologi

3) Masa revolusi
Perubahan-perubahan yang cepat pada masyarakat terutama pada
negara Eropa, masa ini terjadi revolusi sosial yang berpengaruh ke di
seluruh dunia termasuk Indonesia.
4) Masa kelahiran
Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan
oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah
13

sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The


Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838.
Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode
ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi
dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi.
Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
5) Masa modren
Masyarakat mengalami evolusi dimana dari masyarakat primitif sampai
dengan ke masyakarat industri.
4. Dampak positif dari perkembangan sosiologi di masyarakat
Potensi muncul norma-norma baru, tentang kesetaraan gender,
berkembangnya lembaga-lembaga sosial yang baru, meningkatnya ilmu
pengetahuan lalu meningkatnya produktifitas masyarakat terhadap industrisasi,
memberi pelajaran kepada masyarakat akan pentingnya hidup berdampingan dan
saling menghormati keanekaragaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya terdapat dua jenis metode dalam sosiologi yaitu
metode kualitatif dan metode kuantitatif. Yang termasuk kedalam metode
kualitatif yaitu metode historis, metode komparatif dan metode studi
kasus. Metode yang termasuk jenis metode kuantitatif yaitu Metode
statistik dan Metode Sociometry. Selain itu metode sosiologi lainnya
didasarkan pada penjenisan yaitu metode induktif dan metode deduktif ,
metode empiris, serta metode fungsionalisme.
Perkembangan sosiologi di Indonesia dimulai dari para pemimpin
Indonesia yang telah memasukkan unsur-unsur sosiologi ke dalam ajaran-
ajarannya. Almarhum Ki Hadjar Dewantoro, memberikan sumbangan
yang sangat banyak pada sosiologi dengan konsep-konsepnya mengenai
kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata
dipraktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
seorang sarjana Indonesia, yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama
kalinya memberi kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta. Bertambahnya orang-orang yang memperdalam dan
mengkhususkan diri dalam sosiologi membawa perubahan dalam sifat dan
sosiologi di Indonesia.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku
pemateri, bisa mendapatkan manfaatnya. Apabila terdapat kekurangan
dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
lebih bermanfaat di masa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Joeoef, Soelaiman dan Slamet Santoso. 1981. Pengantar Pendidikan Sosial.


Surabaya: Usaha Nasional
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyiwati. 2017. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Herry Widyastono. 2017. Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah” No.068.
Narkowo, Dwi dan Bagong Suyanto.2007. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta : Kencana

15
Pertanyaan

1. Mellini Rahmawati Putri : Bagaimana perkembangan sosiologi dari dulu


hingga sekarang ? sebutkan contoh nyata yang ada di masyarakat, metode apa
yang dilakukan dalam penelitian tersebut dan kenapa pakai metode tersebut
apa kelebihannya
2. Sumiyati : Contoh yang menjelaskan tentang metode komparatif
3. Umar Siddiq : Gejala khusus yang seperti apa yang dimaksud dalam metode
induktif
4. Nutri Astuti : Bagaimana cara melakukan metode studi kasus
5. Nashila Artavovyani : Apa dampak positif dari perkembangan sosiologi di
masyarakat
6. Wusan Sari : Apa kelebihan dan kekurangan metode kuantitatif
7. Firda Anggraini : Jelaskan metode sosiometri yang menggunakan angka-
angka
8. Nurrahma Danti : Apa dampak positif dan negatif metode kualitatif dan
kuantitatif

Anda mungkin juga menyukai