Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIKUM

SOSIOLOGI PEDESAAN
DESA : SEGOROGUNUNG
KECAMATAN : NGARGOYOSO
KABUPATEN : KARANGANYAR

Disusun oleh:
Mita Qoirul Warisah (H0723099)
Muhamad Arju Syafaat (H0723103)
Muhamad Ilham Dwi Utomo (H0723105)
Nabila Firhan Sunarto (H0723112)
Nada Salwa (H0723113)

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN


PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan yang dilaksanakan pada tanggal 27-29


Oktober 2023 di Desa Segorogunung Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
dinyatakan telah memenuhi syarat.

Disusun dan diajukan oleh :


Mita Qoirul Warisah (H0723099)
Muhamad Arju Syafaat (H0723103)
Muhamad Ilham Dwi Utomo (H0723105)
Nabila Firhan Sunarto (H0723112)
Nada Salwa (H0723113)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
Sosiologi Pedesaan ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi nilai
mata kuliah Sosiologi Pedesaan sekaligus diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Sosiologi Pedesaan. Sebelum laporan ini disusun, penyusun
telah melakukan praktikum di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar, dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing
penulis.
3. Kepala Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
yang telah memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa
Segorogunung.
4. Co-Assisten Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini.
Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, Desember 2023

Penulis
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi Pedesaan adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari


tentang struktur sosial, kondisi, perilaku serta sistem sosial dari masyarakat
pedesaan serta berbagai hal yang terkait. Sosiologi Pedesaan merupakan
bagian ilmu terapan yang ditujukan bagi masyarakat desa, bisa juga diartikan
sebagai keadaan sosial di desa-desa. Pada masa klasik, sosiologi pedesaan
diartikan sebagai kondisi pada desa dengan penggambaran yang sangat jelas
antara perbedaan keadaan kota dan keadaan pedesaan. Fokus kajian sosiologi
pedesaan adalah mengkaji persoalan yang berhubungan dengan masyarakat
pedesaan baik dari hubungan anggota masyarakat maupun diantara kelompok
di lingkungan pedesaan.
Dalam sejarah, desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat
politik dan pemerintah jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Sejarah
perkembangan desa-desa di Indonesia telah mengalami perjalanan yang
sangat panjang, bahkan lebih tua dari Negara Republik Indonesia. Desa
merupakan kesatuan masyarakat kecil seperti sebuah rumah tangga yang
besar, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan atau dihormati
berdasarkan garis keturunan, dan tingkat komunikasi pun masih rendah
terutama di daerah pedesaan terpencil dan pedalaman.
Praktikum Sosiologi Pedesaan ini mengenalkan kepada mahasiswa
mengenai kehidupan, perilaku, dan keadaan sosial rumah tangga terutama
petani di desa. Metode penelitian yang digunakan pada praktikum ini meliputi
metode dasar, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, dan metode
analisis data. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara yang dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dan observasi
dengan pencatatan data-data.
Uraikan beberapa hal yang menyangkut nilai penting dari kajian
sosiologi pedesaan, secara umum dan lebih khusus tentang perlunya
mahasiswa mengetahui perkembangan dinamika sosiologi pedesaan di
Indonesia.
Untuk mendukung nilai penting tersebut dapat diperkuat dan
diperkaya dengan data-data, fenomena, ataupun opini yang berkembang
mengenai sosiologi dan dinamika masyarakat pedesaan di Indonesia. Ditulis
dalam 3 paragraf dengan 1 paragraf berisi 3 kalimat, minimal 1 lembar.
B. Tujuan Praktikum

Kegiatan praktikum mata kuliah Sosiologi Pedesaan bertujuan untuk melatih

mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan

hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kosmopolitan petani, petani

millennial, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi, organisasi sosial,


konflik sosial dan adat istiadat yang ada.

Lihat di: https://uns.id/BukuPanduanPraktikumSosped2023

C. Waktu dan tempat Pelaksanaan


Praktikum sosiologi pedesaan pada tahun 2023 dilaksanakan selama 3 hari
2 malam yaitu pada tanggal 27-29 Oktober 2023. Tempat pelaksanaan
praktikum ini terbagi dalam dua wilayah dalam Kabupaten Karanganyar.
Praktikan melakukan pengambilan dapat di Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

CATATAN PENTING:
SPASI 1,5
DAFTAR PUSTAKA SPASI 1,0
JUDUL BAB KE SUB BAB 12 PT
SUB BAB KE PARAGRAF 0 PT
PARAGRAF TERAKHIR KE SUB BAB BARU 6 PT
II. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Praktikum


Pada dasarnya pelaksanaan praktikum ini merupakan latihan penelitian
dengan menggunakan metode dasar deskriptif analisis, yaitu metode yang
memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan
bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam
konteks teori teori yang ada dan dari penelitian terdahulu atau para ahli.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi dan
data-data mengenai desa tersebut. Praktikum sosiologi pedesaan ini
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara, mahasiswa mendatangi informan dengan berpegang pada
kuesioner yang telah tersedia. Informan dalam kegiatan praktikum ini
meliputi 16 petani dan 3 tokoh masyarakat (Kepala Desa, tetua adat, tokoh
agama, ketua kelompok tani, penyuluh, ketua karang taruna, PKK dll).
Data penunjang dapat diperoleh dari masyarakat, baik mengenai sejarah
desa maupun fenomena sosial yang ada.
2. Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung keadaan atau kondisi
masyarakat desa, organisasi yang ada, rumah tangga responden, serta
keadaan yang terjadi di daerah praktikum.
3. Pencatatan dan pengumpulan data yang diperlukan terutama monografi
desa.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan data akan mempengaruhi praktikum untuk membuat laporan

praktikum. Praktikum sosiologi pedesaan ini menggunakan jenis dan sumber

data sebagai berikut :

1. Data Primer : data yang diperoleh secara langsung dari petani dan tokoh
masyarakat dengan wawancara menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder : data yang diambil dengan cara mencatat langsung data
yang ada di instansi terkait, yaitu data monografi atau profil desa.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada kasus
tertentu mahasiswa dapat menulis secara lebih mendalam dan komprehensif,
oleh karena itu disarankan mahasiswa untuk menggali data lebih mendalam
melalui indepth interview. Penjelasan berdasarkan teori-teori atau hasil
penelitian yang relevan.

Selain kalimat pengantar, isi tiap poin bisa dilihat di:


https://uns.id/BukuPanduanPraktikumSosped2023
III. HASIL DAN ANALISIS HASIL

Note Bab III. Hasil dan Analisis Hasil


- 1 paragraf minimal 5 kalimat
- Ketentuan jurnal untuk sitasi:
10 jurnas (5 tahun terakhir, minim th 2019)
7 jurinter (10 tahun terakhir, minim th 2014)
8 buku (minimal th 2011)
- Penulisan Sitasi dalam paragraf
Berisi: kalimat pengantar, kalimat pembuka, atau deduksi.
Lalu dikuatkan dengan mengutip dari jurnal.
Kalimat pengantar (1 atau 2 kalimat). Menurut Zamia
(2023), disebutkan bahwa…..
- Letak paragraph sitasi dalam tiap poin
Contoh:
3. Kependudukan
(1 paragraf pengantar).
a. Pertambahan penduduk, kepadatan penduduk, sex ratio
(1 paragraf sitasi). Contoh:
Data pertambahan penduduk menjadi data yang
penting dalam kajian kependudukan. Menurut Agung (2023),
pertambahan penduduk dapat dilihat dari……..
(paragraf isi). Contoh:
Berdasarkan data kependudukan di Kelurahan
Magelang pada bulan Oktober tahun 2021, terdapat 6 angka
kelahiran, 6 angka kematian, 14 angka imigrasi, dan 15
angka emigrasi. Perhitungan pertambahan penduduk
Kelurahan Magelang berdasarkan rumus pertumbuhan
penduduk memperoleh angka…
A. Keadaan Umum (Total sitasi 25)
1. Sejarah Desa (Minim 2 paragraf)

Desa merupakan suatu tempat yang memiliki banyak


budaya dan cerita. Desa Segorogunung merupakan salah satu
desa yang berada di lereng Gunung Lawu yang berada di
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Konon nama
desa tersebut dulunya bernama Segorogunung atau lautan yang
tidak jadi. Menurut Kepala Desa Segorogunung, Tri Harjono,
berdasarkan cerita yang berkembang, dulunya ada orang sakti
yang ingin menjadikan kawasan yang saat ini menjadi kawasan
permukiman tersebut sebagai lautan. Tidak diketahui secara
jelas tujuan pembuatan lautan tersebut. Tapi rencana tersebut
tiba-tiba urung/ tidak dilakukan karena sudah diketahui orang
lain. Hanya saja karena lokasinya ada di wilayah pegunungan,
maka sekarang dikenal dengan nama Segorogunung.
Menurut sumber lain, awalnya, Desa Segorogunung
merupakan daerah kerajaan Surakarta Hadiningrat dengan
leluhur Eyang Bodro sebagai pendirinya, yang berasal dari
Dukuh Sawit. Asal mula nama Segorogunung dimulai dari
adanya beberapa orang di Dukuh Sawit yang akan membuat laut
(dalam bahasa Jawa : Segoro), namun karena sesuatu hal,
pembuatan laut dibatalkan. Maka gundukan tanah untuk
membuat laut tersebut dinamakan Segorowurung, yang artinya
‘segoro yang belum jadi’. Seiring pertambahan waktu, nama
tersebut diubah menjadi Segorogunung yg berarti ‘gundukan
tanah yg bergunung-gunung’. Setelah disahkan menjadi desa
dan diputuskan tidak lagi berada di bawah pemerintahan keraton
Surakarta, Desa Segorogunung dipimpin secara otonom oleh
kepala desa secara berkala.
2. Kondisi Geografis Desa (Minim 3 paragraf)
a. Lokasi Desa
Desa Segorogunung merupakan salah satu desa yang
berada di Kecamatan Ngargoyoso. Desa ini mempunyai batas
wilayah bagian utara Desa Gumeng, bagian selatan Desa Giri
Mulyo, bagian timur hutan Gunung Lawu, dan di barat adalah
Desa Kemuning. Desa ini memiliki 6 dusun yaitu Dusun Mener,
Dusun Segorogunung, Dusun Nglerak, Dusun Ngleter, dan
Dusun Ngledok. Desa Segorogunung memiliki luas lahan
1.737.230 Ha.

b. Topografi Desa
Desa Segorogunung terletak di ketinggian rata rata 1.500
meter di atas permukaan laut. Berdasarkan ketinggiannya desa
ini termasuk wilayah dataran tinggi dan terletak di lereng
Gunung Lawu. Suhu udara di wilayah tersebut rata-rata
mencapai 22 derajat Celcius. Selain itu, topografinya berbukit.
c. Jarak Desa dari Pusat Administratif
Desa Segorogunung terletak di Kecamatan Ngargoyoso
dan memiliki orbitasi. Orbitasi merupakan jarak dari pusat
pemerintah dan waktu tempuh dengan kendaraan. Jarak desa
Segorogunung dari pemerintahan kecamatan adalah sejauh 5,3
km. Jarak desa dengan pusat pemerintahan Kabupaten adalah
15,4 km.
3. Kependudukan (3 tahun terakhir diuraikan dari monografi desa)
(3 sitasi) (minimal 4 paragraf untuk point a dan b)
Kependudukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan
jumlah, setruktur, pertumbuhan, mobilitas, persebaran. Menurut
Rahman (2023), ilmu demografi merupakan ilmu yang
menyangkut adanya penyebaran penduduk secara geografis,
adanya perubahan komposisi penduduk yang terjadi dari waktu
ke waktu. Demografi sendiri dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari segala sesuatu mulai dari keadaan sampai sikap
manusia yang dapat diukur. Perubahan-perubahan tersebut
dipengaruhi oleh perubahan pada komponen-komponen utama
pertumbuhan penduduk yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi
yang pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah,
struktur, dan persebaran penduduk. Demografi memberikan
gambaran menyeluruh tentang perilaku penduduk, baik secara
agregat maupun kelompok. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses
penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah,
penyebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini
selalu berubah-ubah dan perubahan-perubahan tersebut
disebabkan karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian,
dan migrasi penduduk.
Kependudukan adalah segala hal menyangkut penduduk di
sebuah wilayah yang meliputi jumlah, umur, perkawinan,
agama, jenis kelamin, kelahiran, kematian, jenis kelamin,
kualitas, mobilitas dan juga ketahanan yang berkaitan dengan
ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Penduduk dapat diartikan
sebagai semua orang yang berdomisili di suatu wilayah
geografis tertentu dalam waktu enam bulan atau lebih, dan yang
berdomisili kurang dari enam bulan tetapi memiliki tujuan untuk
menetap. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh adanya
faktor kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi
merupakan pengertian dari Pertumbuhan Penduduk Total.
Faktor kelahiran berpengaruh pada pertambahan jumlah
penduduk, faktor kematian berpengaruh pada pengurangan
jumlah penduduk, dan migrasi bersifat dapat menambah
ataupun
mengurangi jumlah penduduk (migrasi masuk dan migrasi
keluar).

Note: cara penulisan diawali dengan paragraf yang berisi teori/sitasi.


Paragraf berikutnya isi sesuai data di Monografi Desa dan
diinterpretasikan artinya

a. Pertambahan penduduk, kepadatan penduduk, sex ratio.


Data pertambahan penduduk menjadi data yang penting
dalam kajian kependudukan, yang mana hal tersebut menjadi
sumber indikator adanya perkembangan pembangunan.
Menurut Hastuti (2020), data kependudukan menjadi salah
satu faktor perencanaan pembangunan berkelanjutan. Data
yang bersifat mutakhir dan akurat sangat membantu dalam
kegiatan pemerintah, pembangunan dan masyarakat itu
sendiri. Pertumbuhan penduduk dapat dicari dengan
persamaan sebagai berikut :

P = (L-M)+(I-E)
Keterangan:
P : Pertumbuhan Penduduk Total
L : Jumlah Kelahiran (Fertilitas)
M : Jumlah Kematian (Mortalitas)
I : Jumlah Imigrasi
E : Jumlah Emigrasi
Pertumbuhan penduduk ditinjau dengan adanya
jumlah kelahiran penduduk, jumlah kematian penduduk,
jumlah imigrasi, dan jumlah emigrasi. Persamaan di atas
telah tepat untuk mengetahui pertumbuhan penduduk di
Desa Segorogunung. Data laju pertumbuhan menurut data
bps sebesar 1,51 dalam 10 tahun terakhir. Akan tetapi,
berdasarkan data yang diperoleh tidak diketahui adanya
data jumlah kelahiran penduduk, kematian penduduk,
imigrasi, dan emigrasi. Maka dari itu pertumbuhan
penduduk di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar tidak dapat diketahui secara detail
dari komponen yang ditinjau.
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara
jumlah penduduk dan luas wilayah. Kepadatan penduduk
menggunakan satuan jiwa/km2. Semakin besar angka total
penduduk maka semakin padat wilayahnya. Begitu pula
sebaliknya semakin kecil penduduknya maka semakin
renggang penduduknya. Kepadatan penduduk di Indonesia
tidak tersebar secara merata. Hal tersebut disebabkan karena
beberapa faktor. Faktor tersebut seperti ekonomi,
fisiografis, dan sosial budaya. Umumnya kepadatan
penduduk dibagi 4 jenis yaitu kepadatan penduduk kasar,
kepadatan penduduk agraris, kepadatan penduduk fisiologi,
dan kepadatan penduduk ekonomi. Berikut merupakan data
kepadatan penduduk Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar tahun 2022:
Tabel (?) Kepadatan Penduduk di Desa Segorogunung,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar

Tahun Laju Pertumbuhan Luas Wilayah


2010-2020 (km2)
2022 1.958 8.06
Sumber:
Tahun Jumlah Penduduk Luas Wilayah
2022 1958 17,37

Kepadatan geografis dapat dicari


dengan persamaan sebagai berikut:

KPG =
∑ penduduk ( jiwa)
luas wilayah(km2 )
Kepadatan penduduk geografis
Desa Segorogunung tahun 2022
1958 jiwa
KPG= 2 = 112 , 72 jiwa/km
2
17 ,37 km
Kepadatan geografis Desa Segorogunung pada
tahun 2022 yaitu setiap 1 km2 ditempati kurang lebih
sebanyak 112 jiwa. Kepadatan penduduk geografis hanya
diketahui satu tahun. Hal ini dikarenakan data tabel berasal
dari data sekunder yang diperoleh melalui monografi desa
namun, data monografi desa memberikan hanya data tahun
2022. Maka dari itu kepadatan penduduk hanya diketahui
satu tahun saja.
Kepadatan agraris dapat dicari dengan persamaan
sebagai berikut:

KPA=
∑ penduduk ( jiwa)
luas lahan(Ha)
Perubahan kepadatan penduduk agraris ditinjau
dari jumlah penduduk dan luas lahan pertanian. Persamaan
di atas dapat digunakan untuk mencari kepadatan penduduk
agraris Desa Segorogunung. Akan tetapi, kepadatan
penduduk agraris Desa Segorogunung tidak dapat diketahui
karena tidak adanya data yang disediakan dari monografi
desa.
Penduduk berdasarkan jenis kelamin terdiri dari
perempuan dan laki-laki. Komposisi penduduk menurut
jenis kelamin dapat menunjukkan beberapa hal. Salah
satunya adalah sex ratio atau sering disebut perbandingan
jenis kelamin. Sex ratio dapat memperlihatkan keadaan
penduduk di suatu wilayah. Sex ratio (SR) atau rasio jenis
kelamin merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-
laki terhadap jumlah penduduk perempuan dikalikan
100. Ada beberapa kriteria perhitungan rasio ini, yaitu rasio
jenis kelamin, rasio jenis kelamin menurut umur, rasio
menurut jenis kelamin kelahiran, rasio anak perempuan,
rasio beban tanggungan, dan kepadatan penduduk (Bidarti,
2020).
Berikut data perbandingan jenis kelamin di Desa
Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar:
Tabel (?) Keadaan Penduduk di Desa Segorogunung,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
Tahun Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
2021 970 988
Jumlah 970 988
Presentase 49,54% 51,46%

Sumber: Data Sekunder

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk


menghitung sex ratio:
PL
SR= x 100 %
PW
Keterangan:
SR : Rasio jenis kelamin
P L : Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki
PW : Jumlah penduduk berjenis kelamin wanita
Sex ratio pada tahun 2022

970
SR= x 100 %=98 %
988

Sex ratio merupakan perbandingan jumlah


penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan
dikali 100%. Dari tabel dapat diketahui penduduk Desa
Segorogunung pada tahun 2022 yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 970 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
988 jiwa dengan jumlah rasio berkisar kurang lebih 98%.
Semakin tinggi jumlah penduduk laki-laki dibandingkan
perempuan maka sex rationya semakin tinggi. Perbedaan
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan akan
memberikan dampak yaitu adanya kesetaraan gender atau
hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam
memperoleh atau mencari pekerjaan.

b. Keadaan penduduk menurut umur, tingkat Pendidikan,


mata pencaharian, dan menurut agama
Umur diartikan sebagai lama waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan atau ditiadakan). Umur dikenal juga
dengan sebutan usia. Usia merupakan salah satu kriteria
yang digunakan untuk pengelompokan penduduk.
Berdasarkan usia, penduduk dapat dikelompokkan menjadi
penduduk usia produktif dan penduduk usia tidak produktif.
Usia produktif adalah penduduk dengan rentang usia 15-65
tahun, di mana usia ketika seseorang masih mampu bekerja
dan menghasilkan sesuatu. Sementara usia tidak produktif
adalah usia dengan rentang lebih dari 65 tahun, usia dimana
seseorang tidak lagi mampu bekerja untuk mencukupi
kebutuhannya. Untuk penduduk usia 0-15 tahun, usia belum
produktif, tergolong dalam usia yang tidak produktif karena
belum mampu menghasilkan barang maupun jasa dalam
kegiatan ketenagakerjaan. Berikut merupakan data
penduduk di Desa Segorogunung dalam kelompok umur
dan kelamin:

Tabel (?) Penduduk dalam Kelompok Umur Desa


Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar
Usia Jumlah Penduduk
0-15 458
15-65 1317
65+ 183
Jumlah 1958
Rata-rata 652,66

Sumber: Data Sekunder

Tahun Kelompok Umur Jumlah penduduk


2020 0-15
15-65
+65
∑ usia produktif
∑ usia non produktif
Total
Tabel (?) menyajikan data mengenai jumlah
penduduk berdasarkan usia di Desa Segorogunung,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Data
tersebut terdiri dari usia 0-15 tahun sebanyak 458
penduduk. Usia 15-65 tahun dengan jumlah penduduk 1317
jiwa. Usia ini merupakan penduduk terbanyak yang berada
di desa dan termasuk usia produktif. Usia 65 tahun ke atas
terdapat 18 jiwa. Beberapa data yang telah diperoleh
tersebut dapat digunakan
untuk menghitung angka beban ketergantungan (depedency
ratio) dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah penduduk non produktif
RK = x 100
Jumlah penduduk produktif

Sehingga diperoleh angka ketergantungan di Desa


Dayu adalah
641
RK = x 100 %=48 , 67
1317

Diperoleh bahwa angka beban keberuntungan


Desa Segorogunung sebesar 48,67% dengan jumlah
penduduk usia produktif yaitu 1317 jiwa. Angka beban
tanggungan yang tinggi menunjukkan kesejahteraan
masyarakat belum bisa tercapai secara maksimal. Angka
beban tanggungan akan semakin besar bila penduduk usia
tidak produktif lebih besar dibandingkan dengan penduduk
usia produktif.
Pendidikan adalah usaha membina dan
mengembangkan kepribadian manusia baik dibagian rohani
atau dibagian jasmani. Pendidikan itu adalah suatu proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam mendewasakan melalui
pengajaran dan latihan. Hal tersebut digunakan untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan diri dan masyarakat. Pendidikan menjadi
aspek yang sangat penting dalam kelangsungan hidup
individu.
Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan
dapat digunakan sebagai tanda kemajuan suatu daerah.
Suatu daerah yang mayoritas penduduknya berpendidikan
rendah biasanya daerah tersebut merupakan daerah
terbelakang. Sebaliknya, suatu daerah yang mayoritas
penduduknya berpendidikan tinggi biasanya daerah tersebut
telah mengalami kemajuan. Berikut data penduduk Desa
Segorogunung menurut pendidikan:

Tabel (?) Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


di Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar
Tngkat Pendidikan Jumlah Penduduk
Tidak/belum sekolah 0
Belum tamat SD 0
Tidak tamat SD 0
SD 758
SLTP 479
SLTA 488
Akademi/PT 5
Jumlah 1730
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data yang telah disajikan diatas dapat
diketahui jumlah penduduk menurut pendidikan yang
ditempuhnya. Beberapa pendidikan yang ditempuh terdiri
dari SD sebanyak 758 penduduk Desa Segorogunung
berpendidikan SD. Penduduk yang berpendidikan SD
merupakan jumlah penduduk terbanyak. Kemudian
penduduk yang pendidikan terakhirnya SLTP atau SMP
sebanyak 479 jiwa. Penduduk Desa Segorogunung yang
pendidikannya tamat SMA atau SLTA sebanyak 488 jiwa.
Terakhir terdapat penduduk dengan lulusan perguruan
tinggi dengan jumlah yang masih sedikit yaitu 5 jiwa.
Kualitas sumber daya manusia di Desa Segorogunung
tergolong belum terlalu tinggi karena banyak penduduk
yang pendidikan terakhirnya SD.

Tanda suatu desa mengalami kemajuan bukan


hanya ditinjau dari segi pendidikan,
namun mata pencaharian juga mempengaruhi kualitas
suatu desa. Mata pencaharian dapat bermacam-macam
bentuknya seperti petani, buruh tani, nelayan, pengusaha,
buruh industri, pedagang, PNS, dan ABRI atau TNI.
Beragamnya mata pencaharian dapat digunakan
sebagai pengukur kesejahteraan penduduk di suatu
daerah. Mata pencaharian yang dikerjakan oleh seseorang
merupakan faktor dari pendapatan yang dihasilkan oleh
rumah tangga. Semakin baik mata pencaharian seseorang
maka semakin tinggi pendapatan keluarga yang dihasilkan
begitupun sebaliknya.

Berikut merupakan data keadaan


pendudukga Desa Segorogunung berdasarkan mata
pencahariannya:

Tabel (?) Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencahariandi


Desa Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar
Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
Petani 705
Buruh Tani 23
Nelayan 0
Buruh pabrik 339
Pegawai swasta 2
Wiraswasta/pedagang 27
PNS/ABRI 16
Bidan 2
Perawat 2
Lainnya 54
Jumlah 1270
Sumber: Data Sekunder
Tabel (?) menyajikan data mengenai jumlah
penduduk Desa Segorogunung berdasarkan
mata pencahariannya. Mata
pencaharian penduduk
desa Segorogunung bermacam-macam seperti
petani, buruh tani, pengusaha, buruh industri, pedagang,
ABRI/PNS, dan pensiunan. Penduduk yang bekerja sebagai
petani sebanyak 705 orang. Penduduk yang memiliki mata
pencaharian sebagai buruh tani ada 23 orang,
wiraswasta/pedagang sebanyak 27 orang, PNS/ABRI
sebanyak 28 orang, buruh industri sebanyak 439 orang.
Mata pencaharian yang dilakukan penduduk Desa
Segorogunung juga terdapat pegawai swasta yang
memiliki jumlah sama dengan bidan dan perawat yaitu
sebanyak 2 orang. Bukan hanya mata pencaharian yang
ada di Desa Segorogunung akan tetapi terdapat pekerjaan
lainnya sebanyak 54 orang. Mata pencaharian paling
banyak yaitu petani karena terhadap lahan yang
mendukung untuk menjadi seorang petani, kemudian
diikuti oleh mata pencaharian buruh pabrik. Sementara
mata pencaharian yang paling sedikit yaitu menjadi
seorang bidan, perawat, dan pegawai swasta dengan jumlah
2 orang.

Keberagaman mata pencaharian yang ada di Desa


Segorogunung telah menunjukkan bahwa Desa
Segorogunung telah sejahtera dan memiliki kehidupan yang
layak. Kehidupan yang berada di Desa Segorogunung
menjadi bermacam-macam karena banyaknya pekerjaan di
luar pertanian. Mata pencaharian ini tentu memiliki
pengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh dalam suatu
keluarga.

Keberagaman di Desa Segorogunung bukan hanya


sebatas mata pencaharian akan tetapi juga terdapat
keberagaman agama. Agama merupakan suatu sistem
kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok
manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Agama dijadikan sebagai simbol
keyakinan, nilai, perilaku, dan semua persoalan maknawi.
Tanpa adanya agama, manusia akan berjalan sendiri tanpa
ada pedoman untuk hidup. Manusia akan bertindak sesuai
dengan keinginan dirinya sendiri tanpa berpikir benar atau
salah atas tindakan yang telah dilakukan. Penduduk di Desa
Segorogunung menganut beberapa agama.

Berikut data mengenai keadaan penduduk menurut


agama yang dianut di Desa Segorogunung, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Tabel (?) Keadaan Penduduk Menurut Agama di Desa


Segorogunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar.
Agama Jumlah Penduduk
Islam 1941
Kristen 0
Katolik 17
Budha 0
Hindu 0
Jumlah 1958

Sumber data: Data Sekunder

Berdasarkan data di atas telah diketahui bahwa penduduk


Desa Segorogunung menganut dua agama yaitu agama
islam dan katolik. Jumlah penduduk yang beragama islam
terdapat 1941 orang. Agama islam menjadi agama
mayoritas yang berada di Desa Segorogunung. Jumlah
penduduk yang menganut agama katolik terdapat 17 orang.
Agama ini hanya sebagian kecil dari keagamaan yang ada
di Desa Segorogunung. Keberagaman agama di Desa Dayu
masih ada walaupun hanya terdapat dua agama. Banyaknya
penduduk yang beragama islam ditandai dengan adanya
masjid ataupun mushola di Desa Segorogunung.
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa (2 sitasi) (minim 3
paragraf)
Desa memerlukan struktur organisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Struktur organisasi adalah suatu
sistem yang digunakan untuk mendefinisikan pangkat
kedudukan dalam suatu organisasi yang tujuannya adalah untuk
menentukan bagaimana organisasi dapat berfungsi dan
membantu organisasi mencapai tujuannya. Menurut Pratama
dan
Atmadja (2020), menjelaskan suatu organisasi dibentuk
dikarenakan adanya suatu tujuan bersama yang ingin dicapai.
Untuk tercapainya kelancaran kegiatan dan tujuan dari sebuah
organisasi maka diperlukannya struktur organisasi yang baik
sehingga dapat dipahami tugas, wewenang, dan tanggung jawab
di setiap jabatan dalam suatu organisasi. Ada tiga unsur utama
dalam terwujudnya kegiatan suatu organisasi, yaitu interaksi
antar manusia, kegiatan yang mengarah pada tujuan organisasi
dan struktur organisasi.
Penyelenggaraan desa diperlukan organisasi/lembaga
dan pemimpin/kepala yang mampu menggerakkan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan desa
serta melaksanakan pembangunan desa serta melaksanakan
administrasi desa. Menurut Wilson dan Rosenfield (1990),
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai serangkaian
hubungan antara komponen utama organisasi seperti wewenang
dan kendali. Desa memiliki pemerintahan sendiri yang disebut
sebagai Pemerintahan Desa yang mempunyai pengertian
menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Pasal 1 “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Unsur penyelenggara pemerintah desa yaitu kepala desa yang
dibantu oleh perangkat desa. Pemerintah desa merupakan
organisasi pemerintah desa yang mempunyai struktur
pemerintahan dipimpin oleh kepala desa dengan dibantu
perangkat desa. Pelayanan yang dapat diberikan pemerintah
desa dilaksanakan sebagai wujud pelayanan yang dilaksanakan
oleh organisasi pemerintah desa. Pelayanan yang diberikan
pemerintah desa umumnya dalam pelayanan pemberian
dokumen pemerintahan yang sesuai kewenangannya
dikeluarkan
oleh pemerintah desa antara lain perizinan, rekomendasi, surat
keterangan, dan pendataan.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan


Desa
Berdasarkan gambar di atas, organisasi pada desa
Segorogunung terdiri dari pengurus Kepala Desa, Sekretaris
Desa, Kaur Keuangan, Kaur Perencanaan, Kaur TU dan Umum,
Kasi Pemerintahan, Kasi Pelayanan, Kasi Kesejahteraan, Kadus
Nglerak, Kadus Mener, Kadus Ngledok, dan Kadus
Segorogunung. Kepala Desa Segorogunung bernama Tri
Harjono, S.Sos. Kepala desa memiliki hak untuk memberikan
mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya pada
perangkat desa serta memiliki kewajiban untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Sekretaris desa dipegang oleh
Kartini, sekretaris desa memiliki tugas untuk menyusun dan
melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD Desa. Kepala
urusan desa terdiri dari tiga bidang yaitu, perencanaan yang
bertugas mengkoordinasikan urusan perencanaan yang
dilakukan desa, yang memegang jabatan ini sekarang bernama
Joko Sulistiyo. Keuangan berfungsi untuk membantu
sekretaris
desa yang membidangi urusan keuangan, pemegang bidang ini
bernama Agus Wahyudi. Tata usaha dan umum yang bertugas
membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan administrasi
pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan tugas lain
yang diberikan oleh sekretaris desa, pemegang jabatan ini
bernama Sunarno.
Kepala seksi-seksi di Segorogunung dibagi menjadi tiga
yaitu, kasi kesejahteraan yang bertugas melaksanakan
pembangunan sarana dan prasarana serta hal-hal yang dapat
mensejahterakan desa, bagian ini diisi oleh Sularwo, S.H. Kasi
pemerintahan yang berfungsi melaksanakan manajemen tata
praja pemerintahan desa, bidang ini diisi oleh Sudarno. Kasi
pelayanan memiliki fungsi untuk melaksanakan penyuluhan dan
motivasi terhadap hak dan kewajiban masyarakat desa, bidang
ini diisi oleh Sardi. Dusun Segorogunung memiliki kepala
dusun yang bernama Sri Santoso. Kepala dusun memiliki fungsi
untuk memantau dan membina perkembangan maupun
pembangunan di wilayah kerjanya masing-masing.

Lengkapi dengan nama (personalia) masing-masing jabatan,


serta hak dan kewajibannya.
5. Sarana dan Prasarana (2 sitasi) (minim 3 paragraf)
Keberlangsungan suatu kegiatan sangat ditunjang
oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Menurut Putri (2018),
sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).
Sarana dan prasarana merupakan pendukung yang sangat
penting untuk mencapai suatu tujuan dalam sebuah organisasi
atau institusi.( Ahmadi, S., & Syahrani, S. 2022: 51-63). Dalam
hal ini organisasi atau institusi tersebut adalah Desa
Segorogunung. Komponen sarana dan prasarana desa meliputi
kondisi jalan, alat transportasi, sarana perekonomian,
komunikasi, pendidikan, olahraga, kesenian, ibadah, dan sosial
masayarakat yang ada di Segorogunung. Kondisi jalan di Desa
Segorogunung sudah termasuk kualitas yang baik. Hampir
semua jalan yang menghubungkan antar dukuh di Desa
Segorogunung sudah menggunakan aspal dan beton. Untuk
sebagian jalan yang belum menggunakan aspal dan beton
terdapat di jalan menuju ladang atau sawah. Kondisi jalan di
Desa Segorogunung sudah memadai, namun mengikuti
topografi Desa di wilayah pegunungan membuat banyak jalan
yang curam. Jalan yang di Desa Segorogunung cukup lebar dan
sudah memadai untuk dilewati kendaraan roda empat dari dua
arah, sehingga dapat membuat mobilitas penduduk Desa
Segorogunung lebih mudah. Alat transportasi yang digunakan
masyarakat di Desa Segorogunung adalah sepeda, sepeda motor,
dan mobil. Alat transportasi yang banyak digunakan oleh
penduduk Desa Segorogunung adalah sepeda motor untuk
menunjang aktivitasnya. Mayoritas penduduk Desa
Segorogunung lebih memilih sepeda motor untuk beraktivitas
dikarenakan lebih mudah, efisien, dan memadai untuk jalan desa
yang curam.
Perekonomian adalah suatu tatanan yang mengatur
aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas dan langka. Sarana
ekonomi adalah fasilitas yang yang mendukung perekonomian
di suatu wilayah (Hossana et al, 2018). Berdasarkan data yang
diperoleh, guna menunjang laju perekonomian di Desa
Segorogunung pada tahun 2022 terdapat pasar desa 2 buah,
toko/warung kelontong 380 buah,kedai/Warung makan 182
buah, KUD 2 buah, bank umum 5 unit, minimarket/supermarket
12 buah, dan BPR 2 unit. Desa Segorogunung juga memiliki 2
BUMDes yaitu BUMDes Dusun Puntukrejo dan BUMDes
Dusun Berjo. BUMDes adalah lembaga keuangan desa yang
beroperasi untuk menjalankan bisnis keuangan (financial
business) untuk pemenuhan kebutuhan usaha mikro bagi
pengusaha ekonomi di desa (Savitri, 2022). Sarana komunikasi
atau bisa juga disebut dengan media merupakan sarana atau
fasilitas yang berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada orang banyak. Berdasarkan informasi
yang didapat, sebagian besar penduduk Desa Segorogunung
memiliki gawai atau handphone, televisi, dan radio. Media
komunikasi modern tersebut membuat penduduk Desa
Segorogunung lebih mudah mendapatkan informasi tentang
berita di luar desa.
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan,
dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah
semua perangkat kelengakapan berdasarkan yang secara tidak
langsungbmenunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah
(Fatmawati et al., 2019). Sarana dan prasarana pendidikan
adalah semua perangkat yang menunjang dalam proses kegiatan
pendidikan di sekolah. Tanpa sarana pendidikan, proses
pendidikan akan mengalami kesulitan dan tujuan dari
pendidikan tidak akan tercapai (Tajimudin, Sanusi, 2020).
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah
Raga Kabupaten Karanganyar, di Kecamatan Ngargoyoso pada
tahun 2020 jumlah SD Negeri sebanyak 21 sekolah dengan
banyak guru 175, SD Swasta sebanyak 2 sekolah dengan banyak
guru 45, MI sebanyak 3 sekolah dengan banyak guru 24 orang,
SMP Negeri sebanyak 3 sekolah dengan guru sebanyak 50,
MTs
sebanyak 1 sekolah dengan jumlah guru 13 orang. Desa
Segorogunung juga memiliki prasarana olahraga umum untuk
menunjang kegiatan keolahragaan para penduduk. Berdasarkan
data yang diperoleh, Desa Segorogunung memiliki 42 unit
lapangan olahraga yang terdiri dari 9 unit lapangan sepak bola, 5
unit lapangan bola voli, 2 lapangan tenis, 6 lapangan tenis meja,
1 lapangan futsal, 1 kolam renang, 8 unit lapangan bulutangkis,
2 tempat fitnes/aerobik, dan 8 tempat latihan bela diri. Desa
Segorogunung tidak memiliki sarana dan prasarana kesenian
umum karena tidak memiliki gedung kesenian atau budaya.
Desa Segorogunung memiliki 4 tempat peribadahan yang
digunakan untuk menunjang kegiatan ibadah para penduduk.
Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Segorogunung memiliki
164 unit tempat ibadah yang terdiri dari 152 masjid, 1 mushola,
6 gereja, dan 5 vihara. Sarana sosial di Desa Segorogunung
cukup memadai, terdapat balai desa yang digunakan untuk
perkumpulan warga, biasanya digunakan ketika ada rapat.
Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Segorogunung juga
memiliki fasilitas mitigasi/antisipasi bencana alam.

6. Organisasi Sosial (3 sitasi) (minim 4 paragraf)


Organisasi sosial merupakan sarana berinteraksi sosial di
suatu wilayah yang mempunyai tujuan dan kepentingan bersama
untuk saling berdiskusi, memecahkan masalah, serta
menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama-sama.
Organisasi merupakan satu kesatuan yang utuh yang secara
sadar dikoordinasikan secara sistematis dengan pembatasan
ruang lingkup tertentu yang telah menjadi kesepakatan bersama
untuk mencapai suatu tujuan bersama (Fithriyyah M. U., 2021).
Secara umum sebagian besar masyarakat menganggap
organisasi hanya sebagai wadah atau sarana bagi seseorang
untuk mencapai
tujuannya. Lembaga kemasyarakatan atau organisasi
kemasyarakatan desa umumnya bersifat sosial yang tidak
mencari keuntungan berasal kegiatan-aktivitas yg dilakukannya.

Keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi ditentukan


oleh pengurus dan anggota dalam menjalankan program
kerjanya. Menurut Gendalasari (2020), pengurus tersebut dapat
disebut dengan struktur organisasi. Struktur organisasi
mendeskripsikan sebuah kerangka dan susunan hubungan antara
fungsi, bagian atau posisi, yang menentukkan tingkatan
organisasi serta struktur menjadi tempat untuk pelaksanaan
otoritas, tanggung jawab dan sistem pelaporan terhadap atasan
yang memberikan kestabilan secara terus menerus yang dapat
memungkinkan organisasi tetap hidup serta pengkoordinasian
hubungan dengan lingkungan (Julia dan Masyruroh, 2022).
Struktur organisasi meliputi kedudukan para anggotanya yang
memiliki tugas masing-masing dalam setiap kedudukan, serta
unsur-unsur kebudayaan yang terkait.

Desa Segorogunung memiliki organisasi sosial diantaranya ada


PKK, Karang Taruna, Posyandu, Kelompok Tani, Arisan, PP
(Pemuda Pancasila), Banser, Sarasehan, PSHT, dan Pengajian.
Sarasehan merupakan acara arisan rutin perkumpulan bapak-
bapak yang diadakan setiap minggu. Pada acara tersebut
membahas tentang ketertiban lingkungan di Desa
Segorogunung. PKK adalah organisasi sosial yang memiliki
tujuan pemberdayaan ibu-ibu desa, yang beranggotakan ibu-ibu
Desa Segorogunung. PKK memiliki tugas yaitu program kerja
TP PKK harus direncanakan, dilaksanakan, dan didorong sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. menghimpun,
menggerakkan, dan mengembangkan potensi masyarakat,k
khususnya keluarga, untuk mewujudkan program TP PKK.
PKK Desa Segorogunung berfungsi untuk memberdayakan
wanita untuk menghimpun, menggerakkan, dan membina
potensi masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh, Desa
Segorogunung memiliki Kelompok PKK berjumlah . Kegiatan
PKK di Desa Segorogunung antara lain arisan, pertemuan rutin
ibu-ibu, pengajian rutin, dan kliwon bersih.

Posyandu kepanjangan dari pusat layanan terpadu merupakan


program pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat. Posyandu adalah kegiatan kesehatan
dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat
yang dibantu oleh petugas kesehatan.Tujuan utama posyandu
adalah mencegah peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat
kehamilan, persalinan, atau setelahnya melalui pemberdayaan
masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh, Desa
Segorogunung memiliki posyandu berjumlah 67 unit yang
terdiri dari 7 posyandu pratama, 41 posyandu madya, 17
posyandu purnama, dan 2 posyandu mandiri.

Karang taruna merupakan suatu wadah para pemuda untuk


berinteraksi sosial di sebuah desa. Karang Taruna adalah
organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana
pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial
dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di
wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial. Desa Segorogunung memiliki PP (Pemuda
Pancasila) beranggotakan bapak-bapak. Kegiatan PP di Desa
Segorogunung berkaitan dengan kegiatan sosial.
7. Penguasaan Tanah (3 sitasi) (minim 4 paragraf)
Penguasaan tanah dapat dibagi menjadi dua pengertian
yaitu pengertian secara yuridis serta pengertian secara fisik.
Penguasaan tanah secara yuridis berarti dilandasi oleh suatu hak
yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberikan
kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai tanah
tersebut secara fisik. Meskipun demikian penguasaan fisik tidak
selalu melekat pada pihak yang menguasai yuridis. Penduduk
desa erat kaitannya dengan kepemilikan tanah. Menurut Astuti
(2000), tanah bagi masyarakat pedesaan bukan saja sebagai
tempat tinggal, melainkan mempunyai peran yang sangat
penting yaitu sebagai sumber mata pencaharian.
Pemilikan lahan tidak hanya penting untuk pertanian,
tetapi juga bagi penentuan berbagai kebutuhan lain dalam
kehidupan bermasyarakat. Faktor kunci untuk meningkatkan
kesejahteraan petani agar keluar dari kemiskinan, terutama
adalah melalui peningkatan akses penguasaan lahan petani.
Menurut Awaluddin (2017), Negara sebagai suatu organisasi
kekuasaan yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
menempati bumi, air dan ruang angkasa sesuai dengan amanat
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan amanat Pasal 2 ayat 2 UUPA
belum mampu melaksanakannya, peranannya secara baik dalam
mengelola dan menyelenggarakan perekonomian, yang
mencakup tanggung jawab negara untuk menjamin tersedianya
pelayanan kesejahteraan dasar tertentu bagi warganya, termasuk
ketersediaan tanah yang digunakan untuk kelangsungan hidup
masyarakat. Disisi lain untuk meningkatkan kesejahteraan
petani sehingga keluar dari perangkap kemiskinan diperlukan
peningkatan akses penguasaan lahan oleh petani. Kepemilikan
tanah adalah hak yang dilindungi undang-undang yang
memungkinkan pemegang hak untuk secara fisik menguasai dan
menggunakan tanah tanpa membaginya dengan orang lain.

Penguasaan tanah berarti seseorang memiliki hak atas


tanah tersebut. Menurut Daniel (2002), sumber kepemilikan
lahan diperoleh dari berbagai sumber yaitu :
1. Lahan milik, artinya lahan milik dibuktikan dengan adanya
surat bukti kepemilikan, yaitu sertifikat. Sertifikat ini
dikeluarkan oleh negara melalui Direktorat Jenderal Agraria.
2. Lahan sewa, artinya lahan sewa sebaiknya dibuat oleh pejabat
yang berwenang. Agar manakalah terjadi hal yang tidak
diinginkan dapat diselesaikan secara hukum.
3. Lahan sakap, artinya lahan yang disakap yang nanti hasil
pendapatannya dibagi dua dengan pemilik lahan berdasarkan
perjanjian.
Hak milik atas tanah dan hak guna atas memiliki arti yang
sedikit berbeda. Apabila hak milik atas tanah berbicara tentang
kepemilikan tanah, hak guna atas tanah berbicara tentang sistem
penyewaan tanah agar dapat menerima dari hasil tanah tersebut.
Hak guna atas tanah adalah hak untuk memperoleh hasil dari
tanah bukan miliknya dengan cara menyewa, menyakap, dan
lainnya.
Desa Segorogunung memiliki dua sistem penguasaan
tanah yaitu, sistem sewa dan hak milik. Sistem sewa adalah
penguasaan tanah dimana seseorang/petani menyewakan
tanahnya kepada petani lain untuk dikelola dengan pembayaran
berupa uang di awal sebelum petani tersebut menggarap. Hak
milik adalah tanah yang turun -temurun atau tanah yang
dipunyai seseorang dan memberikan kewenangan untuk
menggunakannya untuk segala macam keperluan selama waktu
yang tidak terbatas. Desa Segorogunung juga memiliki
penguasaan tanah adat, yaitu Tanah Bengkok. Tanah Bengkok
adalah tanah milik negara yang penguasaannya diserahkan desa
(pamong desa) selama masa jabatannya dan jika sudah tidak
menjabat sebagai pamong desa, tanah tersebut dikembalikan
kepada negara.
8. Stratifikasi Sosial (Pakai 3 sitasi) (minim 4 paragraf)
Stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial atau sistem
hierarki kelompok di dalam masyarakat. Jadi stratifikasi sosial
secara etimologi adalah pelapisan atau penggolongan
masyarakat secara hierarki yang dipengaruhi oleh beberapa
unsur ( Awalludin dan Samsul, 2019). Secara alamiah artinya,
stratifikasi sosial timbul dengan sendirinya di dalam
masyarakat, misalnya karena adanya faktor keturunan atau
nasab. Tak ubahnya sebagaimana yang umum terjadi dalam
masyarakat terkait dengan syarat sekufu bagi calon pengantin
ketika akan melangsungkan perkawinan (Sulihkhodin &
Asadurrohman, 2021). Stratifikasi sosial secara mendasar
membedakan dan membagi masyarakat ke dalam 3 (tiga)
kelas, yakni (1) kelas atas (the upper class), (2) kelas
menengah (the middle class), dan (3) kelas bawah (the lower
class).
Berbicara tentang stratifikasi di dalam keluarga biasanya
terbentuk karena adanya perbedaan kelas sosial atau strata sosial
yang dinilai berdasarkan keturunan, usia, jenis kelamin,
pendidikan, kekayaan, dan profesi. Kasta sosial dalam suatu
masyarakat merupakan bentuk realitas sosial yang dinilai
penting adanya, tak sekadar konsep yang bersifat teoritis semata
(Dilla, 2020) . Dalam sudut pandang Max Weber, stratifikasi
sosial diartikan dengan suatu bentuk penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan yang bersifat hierarki menurut dimensi
kewibawaan (prestise), hak-hak istimewa (privilese) dan
kekuasaan (Wibowo, 2021).
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan
Stratifikasi sosial terdapat dalam masyarakat pedesaan.
Faktor pembentuk stratifikasi sosial salah satunya adalah
kekayaan. Terdapat tiga tingkatan menurut kekayaan dalam
stratifikasi sosial, yaitu sangat kaya, cukup kaya, dan tidak kaya.
Berikut merupakan ilustrasinya dalam piramida.

Gambar 3.2 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kekayaan


Keterangan gambar (1. Sangat kaya, 2. Cukup kaya, 3. Tidak
kaya)
Stratifikasi sosial di Desa Karangpandan berdasarkan
kekayaannya, rumah tangga lapisan atas yaitu rumah tangga
yang sangat kaya merupakan masyarakat yang bekerja sebagai
pns, pegawai desa, dan pengepul. Masyarakat lapisan atas hanya
berjumlah sekitar 15% dari total penduduk Desa Segorogunung.
Lapisan menengah yaitu rumah tangga yang cukup kaya
merupakan masyarakat yang bekerja sebagai pemilik tanah dan
penyewa lahan. Masyarakat lapisan menengah berjumlah sekitar
75% dari total penduduk Desa Segorogunung. Lapisan bawah
yaitu rumah tangga tidak kaya merupakan masyarakat yang
bekerja sebagai serabutan atau pekerja tidak tetap. Masyarakat
lapisan bawah berjumlah sekitar 10% dari total penduduk Desa
Segorogunung.
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Status Petani
Berdasarkan status petani, terdapat empat kelompok tani,
yaitu petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap, dan buruh
tani . Yang pertama adalah petani pemilik penggarap, dimana
petani mempunyai lahan sendiri dan mengolahnya sendiri atau
dengan bantuan tani lain dengan sistem sakap. Lahan ini juga
bisa disewakan kepada petani penyewa. Kedua, petani penyewa,
yaitu petani yang menyewa lahan dan menggarap lahan yang
disewa tersebut. Ketiga, penyakap, yaitu para petani yang
memperoleh manfaat dari sistem bagi hasil antara penyakap
dengan pemilik lahan. Keempat, buruh tani, yaitu petani yang
tidak memiliki lahan dan hanya bergantung pada tenaga kerja
yang tersedia. Berikut merupakan ilustrasinya dalam piramida.
Gambar 3.3 Stratifikasi Sosial Berdasarkan Status Petani
Keterangan gambar (1. Pemilik penggarap, 2. Penyewa, 3.
Buruh tani)
9. Konflik Sosial (Pakai 2 sitasi) (minim 3 paragraf)
Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa
melakukan interaksi sosial. Interaksi tersebut dapat mengarah ke
arah yang positif maupun ke arah yang negatif. Interaksi yang
mengarah ke arah yang negatif dapat berupa konflik sosial.
Menurut Rahmat (2019), konflik sosial merupakan benturan
kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang dilakukan
minimal oleh dua pihak. Konflik bagian dari suatu hubungan
dan muncul ketika orang memiliki ketidakcocokan pandangan
dan tujuan dan menjadi pertentangan.
Konflik sosial terjadi karena adanya beberapa persoalan
antar rumah tangga atau antar kelompok, baik persoalan pribadi
maupun yang bersangkutan dengan permasalahan bersama dan
biasanya muncul karena adanya rasa ingin selalu memiliki atau
rasa ingin selalu benar. Menurut Susetyo (2022), kondisi
masyarakat yang rentan konflik kekerasan menunjukkan,
pertama, rendahnya ketahanan sosial. Kedua, tidak efektifnya
sistem deteksi dini dan respon dini masyarakat terhadap potensi
konflik sehingga dengan cepat berkembang menjadi konflik
terbuka. Ketiga, tidak tuntasnya upaya penyelesaian konflik-
konflik sosial yang terjadi.
Masyarakat Desa Segorogunung tidak pernah memiliki
konflik baik antar internal masyarakat desa, antar masyarakat
desa, antar masyarakat lokal dengan dunia usaha (tengkulak,
perusahaan), maupun pemerintah karena seluruh kegiatan
masyarakat dan usahatani dikelola secara kekeluargaan dengan
memanfaatkan bantuan dari pemerintah desa dan penyuluh
sehingga tidak ada kesalahpahaman antar warga. Pelibatan
nilai-nilai kearifan lokal sangat diperlukan sebagai sarana
pendukung dalam usaha menciptakan solidaritas sosial,
mengawetkan, serta mengalih-generasikan budaya sehingga
dapat meminimalisasi konflik sosial (Saihu, 2019).

10. Kebudayaan (Pakai 3 sitasi) (minim 4 paragraf)

Kebudayaan menurut Tylor adalah sistem kompleks yang


merangkap pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan
melengkapi manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada
kebutuhan-kebutuhan fisiologis dari badan mereka, dan
penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis
maupun pada lingkungan sosialnya. Banyak cara yang wajar
dalam hubungan tertentu pada suatu kelompok masyarakat
memberi kesan janggal pada kelompok masyarakat yang lain,
tetapi jika dipandang dari hubungan masyarakat tersebut dengan
lingkungannya, baru hubungan tersebut bisa dipahami
(Syakhrani, 2022). Rumah masyarakat yang berada di Desa
Segorogunung biasanya memiliki ruang tamu luas di bagian
depan untuk menerima tamu, kamar tidur, kamar mandi, dan
dapur di bagian belakang sesuai dengan kebutuhan anggota
keluarga.
((GAMBAR))
Budaya adalah semua hasil karya, rasa dan cipta manusia
yaitu seluruh tatanan cara kehidupan yang kompleks termasuk
di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum
adat dan segala kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh
manusia sebagai seorang anggota masyarakat. kebudayaan
terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola
berpikir, merasakan, dan bertindak.

Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu


sendiri adalah produk kebudayaan. Kebudayaan ada karena
manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup di
tengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan tidak
diwariskan secara biologis, melainkan hanya mungkin diperoleh
dengan cara belajar dan kebudayaan tersebut diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat (Mahdayeni et al, 2019).

Kebudayaan di Desa Segorogunung masih ada, seperti


mitoni, bersih desa, tahlilan, nyumbang. Pak......................
ingin
menjaga kebudayaan kebudayaan leluhur yang ada di Desa
Segorogunung karena bentuk dari menghargai kebudayaan
dahulu. Biasanya bersih desa di Desa Segorogunung
dilaksanakan jika warga Desa Salam telah panen, biasanya
dilakukan di jalan dan menggelar tikar lalu masyarakat
memakan hasil dari panennya. Ritual ini juga dalam rangka
memberikan sedekah kepada orang lain. Tahlilan merupakan
ritual umat islam yang biasanya memberi sedekah berupa
kebutuhan pokok. Tujuannya adalah agar orang yang meninggal
mendapatkan kebaikan dari sedekah tersebut. Di sini terdapat
konsep sedekah atau memberi kepada sesama manusia
(Richardo, 2020). Nyumbang merupakan sumbangan yang
diberikan kepada seseorang. Sumbangan ini biasanya berisi
bahan bahan pangan dan air (Murdiyanto, 2020).

11. Petani Millennial (Pakai 2 sitasi) (minim 3 paragraf)


Pertanian memegang peranan penting perekonomian
Indonesia. Terdapat sekitar seratus juta orang atau Beberapa
orang di Indonesia bekerja di bidang ini dan sudah
melakukannya. Sektor pertanian harus bisa mengembangkan
dirinya dalam produk pertanian. Menjadikan pertanian sebagai
sebuah kunci berikutnya bagi perekonomian dengan cara adanya
pembangunan teknologi di bidang pertanian.

di bidang pertanian

Petani milenial merupakan petani yang berusia sekitar 19-


39 tahun. Keterlibatan generasi milenial petani akan
meningkatkan inovasi masyarakat khususnya di bidang
lapangan kerja dan hasil bumi wirausaha tanpa mengenal usia
tua dan muda. Sektor pertanian juga diharapkan mampu
mengadopsi teknologi informasi dan digital sehingga peran
petani milenial menjadi penggagasnya di masa depan (Rahmida,
2021). Kehadiran petani milenial merupakan salah satu cara
alternatif agar dapat meregenerasi petani. Menurut
Haryanto et al,. (2021), Petani milenial dianggap mampu
menjembatani antara petani muda dengan petani yang telah
lama berusahatani.

Keberadaan petani milenial di Desa Segoro Gunung masih


ada, namun jarang. Perkiraan jumlahnya yaitu 10-20 an. Petani
millenial di desa ini terkadang on farm dan terkadang juga off
farm. Bentuk usahataninya yaitu tengkulak atau bekerja sebagai
penjual dari hasil usahatani. Aktivitas petani milenial yang
digunakan untuk mengembangkan usaha taninya yaitu dengan
mengumpulkan beberapa hasil usaha tani dari petani di satu
desa atau dari desa lain.
12. Perubahan sosial masyarakat desa

Teknologi pertanian di Indonesia saat ini mengalami


perkembangan yang sangat baik. Perkembangan teknologi tersebut kini
sudah dikendalikan oleh Kementerian Pertanian (KEMENTAN) untuk
mempercepat arus informasi teknologi budidaya, masa tanam, musim
panen, sistem produksi dan sebagainya. Seiring dengan kemajuan zaman
dan beberapa pergantian rezim dari periode ke periode pembangunan
sektor pertanian memang semakin ditingkatkan, baik dari segi sistem
pertanian, subsidi pupuk, obat-obatan pestisida dan yang paling kentara
pada saat ini adalah semakin berkembangnya teknologi yang berupa
(alat) pertanian (Ajib, 2023).

Di era saat ini, banyak masyarakat yang telah memanfaatkan


teknologi dalam kegiatan sehari-hari mereka. Banyak sektor juga sudah
menggunakan teknologi untuk membantu aktivitas mereka. Secara
umum, teknologi mengacu pada ilmu yang mempelajari kemampuan
untuk mengembangkan alat dan metode pemrosesan yang membantu
orang menyelesaikan berbagai tugas (Maulida, 2023).

Produktivitas pertanian secara konsisten meningkat melalui


penerapan teknologi baru. Potensi perluasan batas kemungkinan produksi
yang konsisten dan berkelanjutan menunjukkan betapa besarnya peran
adopsi teknologi pertanian dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika adopsi teknologi pertanian di
negara-negara berkembang telah dipelajari secara ekstensif dan selama
beberapa dekade (Magruder, 2018). Dampak positif dan negatif bagi
kehidupan masyarakat petani, dari beberapa dampak positif antaranya:
mempercepat waktu pengolahan media tanam, mempercepat masa panen,
mempengaruhi pertumbuhan, dapat menghemat biaya, meningkatkan
hasil produksi pertanian. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh
modernisasi teknologi pertanian lebih banyak mengarah pada perubahan
sosial, perilaku, nilai dan budaya masyarakat petani (Manullang, 2021).

Desa Segorogunung juga sudah menggunakan Penyiram


tanaman otomatis, ini adalah berbasis penerapan mikrokontroler Arduino
Uno R3 yang diprogram berdasarkan detektor sensor kelembaban tanah.
Ketika sensor mendeteksi kondisi tanah kering, alat akan secara otomatis
berfungsi untuk menyirami tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, A. 2020. Akibat Hukum dari Penerapan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2016 Tentang Pengendalian Tanah Pertanian terhadap Batas Maksimum
Kepemilikan Tanah dan Penguasaan Tanah Pertanian (Studi di Kecamatan Kunjang
Kabupaten Kediri). Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 26(4): 504-515.
..: tahunnya tanpa tanda kurung
.. : kata depan, kata hubung huruf awalnya kecil
.. : Jenis jurnalnya di italic
.. : volume dan halaman ditulis dengan format seperti itu

Hastuti, S. H. D. (2020). Pentingnya pemanfaatan data kependudukan di era


digital. TEKNIMEDIA: Teknologi Informasi Dan Multimedia, 1(1), 18-21.
Rahman, A. (2023). Ekonomi Demografi dan Kependudukan. Makassar: Nas
Media Pustaka.
Pratama, I Gusti Agung Wahyu Krisna Mukti, Atmadja, A. T. 2020. Kearifan
Budaya Lokal Pangentos Ayahan Adat (Studi Kasus Pada Desa Adat
Padangbulia Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng) Program Studi
Akuntansi S1. 1, 474–486.
Wilson, D., Rosenfield, R. 1990. Managing organiztaions. McGraw-Hill Book.
Ahmadi, S., & Syahrani, S. (2022). Pelaksanaan Pembelajaran di STAI
Rakha
Sebelum, Semasa dan Sesudah Pandemi Covid-19. Adiba: Jurnal Pendidikan , 2
(1), 51-63.
Putri, AD (2018). Pengembangan Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan di
Desa Dauh Paken, tabanan-Bali. Lembaran Masyarakat: Jurnal Pengembangan
Masyarakat Islam , 4 (1), 37-50.
Hosanna, D., Tanesab, F. I., & Prasetyo, S. Y. (2018). Analisis Pengaruh
Kawasan Industri Besar Sedang Terhadap Mata Pencaharian Penduduk dan
Sarana Perekonomian di Kec. bergas Kab. Semarang. AITI, 15(1), 75-83.
Savitri, E., Andreas, A., & Diyanto, V. (2022). Pendampingan pelaporan
keuangan BUMDes berbasis web. Jurnal Penelitian Keterlibatan Masyarakat
untuk Keberlanjutan , 2 (6), 268-277.
Fatmawati, N., Mappincara, A., & Habibah, S.(2019). Pemanfaatan Dan
Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan,
Keguruan, Dan Pembelajaran, 3(2).
Mochamad Tajimudin, Achmad Sanusi, A. S. (2020). Manajemen Sarana
Prasarana Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pada Madrasah Ibtidaiyah
Dan Sekolah Dasar Di Kota Bandung. Ner: Nusantara Education Review, 3(2).
Julia, M., & Masyruroh, A. J. (2022). Literature Review Determinasi Struktur
Organisasi: Teknologi, Lingkungan Dan Strategi Organisasi. Jurnal Ekonomi
Manajemen Sistem Informasi, 3(4), 383-395.
Gendalasari, G. G. 2020. Pembinaan Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Mengenai Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Budaya Organisasi di
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Jurnal Abdimas Dedikasi
Kesatuan,1(2): 201-214.
Astuti, D 2000. 'Luas Penguasaan Tanah Pertanian dalam Kaitannya dengan
Pendapatan Petani Sawah di Desa Tertinggal di Kecamatan Karangreja,
Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, Skripsi pada Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional.
Awaluddin, 2017. Hak menguasai negara atas tanah di indonesia. Jurnal Talrev,
2(2) Desember, 122.
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Fithriyyah M. U., 2021. Dasar-Dasar Teori Organisasi. Rdev Riau. Kota
Pekanbaru.
Syakhrani, A. W., & Kamil, M. L. (2022). Budaya Dan Kebudayaan: Tinjauan
Dari Berbagai Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur Kebudayaan Yang
Bersifat Universal. Cross-border, 5(1), 782-791
Mahdayeni, M., Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. 2019. Manusia dan Kebudayaan
(Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan
Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol 7 (2), 154-165.
Richardo, R. (2020). Pembelajaran matematika melalui konteks Islam nusantara:
Sebuah kajian etnomatematika di Indonesia. Jurnal Pendidikan Matematika
(Kudus), 3(1), 73-82.
Murdiyanto, E. (2020). Sosiologi perdesaan Pengantar untuk Memahami
Masyarakat Desa.
Ajib, M., & Aksa, A. H. (2023). Dampak Perkembangan Teknologi Pertanian
Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Petani. Al-I'timad: Jurnal Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat Islam, 1(1), 19-41.
Manullang, S. O. (2021). Perubahan Sosial Masyarakat Perdesaan Di Era
Teknologi. Cross-border, 4(1), 83-88.
Magruder, J. R. (2018). An assessment of experimental evidence on agricultural
technology adoption in developing countries. Annual Review of Resource
Economics, 10, 299-316.

Marhaeni, N.I.A.A. (2018) pengantar kependudukan jilid 1. Denpasar : cv.sastra


Utama

Rahmat. 2019. Insiklopedia Konflik Sosial. Tangerang: Loka Aksara

Saihu, S. 2019. Pendidikan Pluralisme Agama: Kajian tentang Integrasi Budaya


dan Agama dalam Menyelesaikan Konflik Sosial Kontemporer. Jurnal Indo-
Islamika 9(1) : 67-90.

Bidarti, Agustina. 2020. Teori Kependudukan. Bogor: Lindan Bestari.

Contoh penulisan sitasi dalam pembahasan


1 penulis
Menurut Islachudin (2020), pemupukan adalah
2 penulis
Menurut Islachudin dan Adhiluhung (2020), pemupukan adalah
Lebih dari 2 penulis
Menurut Islachudin et al. (2020), pemupukan adalah

Contoh penulisan daftar pustaka


1 penulis
Islachudin, M.U. 2020. Bertanam Cabai. Surakarta: UNS Press.
Islachudin, M.U. 2020. Analisis usahatani cabai merah besar di kabupaten blitar.
Jurnal SEPA 1(2): 10-21.
2 penulis
Islachudin, M.U., Adhiluhung, D. 2020. Bertanam Cabai. Surakarta: UNS Press.
Islachudin, M.U., Adhiluhung, D. 2020. Analisis usahatani cabai merah besar di
kabupaten blitar. Jurnal SEPA 1(2): 10-21.
3 penulis
Islachudin, M.U., Adhiluhung, D., Basalamah, S.A.F. 2020. Bertanam Cabai.
Surakarta: UNS Press.
Islachudin, M.U., Adhiluhung, D., Basalamah, S.A.F. 2020. Analisis usahatani
cabai merah besar di kabupaten blitar. Jurnal SEPA 1(2): 10-21.
4 penulis
Islachudin, M.U., Adhiluhung, D., Basalamah, S.A.F., Isnaini, M.N. 2020.
Bertanam Cabai. Surakarta: UNS Press.
Islachudin, M.U., Adhiluhung, D., Basalamah, S.A.F., Isnaini, M.N. 2020.
Analisis usahatani cabai merah besar di kabupaten blitar. Jurnal SEPA
1(2): 10-21.
Lebih dari 4 penulis
Islachudin, M.U., et al. 2020. Bertanam Cabai. Surakarta: UNS Press.
Islachudin, M.U., et al. 2020. Analisis usahatani cabai merah besar di kabupaten
blitar. Jurnal SEPA 1(2): 10-21.

LAMPIRAN
- Foto saat wawancara (dengan petani dan tokoh masyarakat)
- Foto dari kajian tematik yang diangkat di video (struktur sosial, konflik,
penguasaan tanah, atau yang lainnya) (screenshot video)
- Foto aktivitas pertanian/masyarakat urban
- Foto sarana prasarana umum yang ada di desa
- Foto alat mesin pertanian jika ada
- Kuesioner Petani
- Kuesioner Tokoh Masyarakat
- Dokumentasi monografi (yang ada di hasil dan pembahasan)
- Bukti sitasi (5 jurnas, 5 jurinter, 3 buku) :
Jurnas dan jurinter : Abstrak, bagian yang dikutip
Buku : Cover, penerbit, dan bagian yang dikutip

Anda mungkin juga menyukai