Sosiologi Pedesaan
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sosologi pedesaan dan perkotaan
Dosen Pengampu : Cut Dhien Nourwahida,MA
11150150000103
11150150000095
Kusmiati
11150150000062
11150150000086
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan karena atas rahmat dan ridhonya saya dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Manjamen bisnis.
Shalawat serta salam terculah limpahkan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW tak
lupa kepada sabatnya,tabiit,tabiat dan kia selaku umatnya di akhir zaman ini.
Kami berterima kasih kepada Bapak Dr.Iwan Purwanto M.Pd, Selaku dosen mata kuliah
Manjamen bisnis yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya makalah yang telah kami susun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI
........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masyarakat pedesaan di Indonesia tergolong masyarakat yang sangat jauh tertinggal, hal
ini disebabkan keberedaan wilayah yang jauh dari pusat pembangunan Nasional. Bahkan hampir
tidak tersentuh oleh pembangunan Nasional. Beberapa metode dan pendekatan telah
dikembangkan untuk memahami masalah dan membantu merumuskan kebijakan guna
memecahkan masalah pembangunan pedesaan. Sejak tahun 1970an para pakar banyak yang
memanfaatkan metode, pendekatan, dan logika berfikir survei verifikatif dalam meriset masalah
sosial masyarakat pedesaan.
Masyarakat desa adalah komunitas yang tinggal di dalam satu daerah yang sama, yang
bersatu dan bersama-sama, memiliki ikatan yang kuat dan sangat mempengaruhi satu sama lain.
Hal ini dikarenakan pada masyarakat desa tradisi itu masih sangat kuat dan kental. Bahkan
terkadang tradisi ini juga sangat mempengaruhi perkembangan desa, karena terlalu tinggi
menjunjung kepercayaan nenek moyang mengakibatkan sulitnya untuk melakukan pembaharuan
desa. Di sisi lain banyak hal yang mengakibatkan sebuah desa sulit untuk mengalami
pembaharuan, antara lain isolasi wilayah, yaitu desa yang wilayahnya berada jauh dari pusat
ekonomi daerah, desa yang mengalami ketertinggalan di bidang pembangunan jalan dan saranasarana lainnya, sulitnya akses dari luar, bahkan desa yang mengalami kemiskinan dan keminiman
tingkat pendidikan. Pada umumnya masyarakat desa diidentikkan dengan masyarakat petani, ini
dikarenakan masyarakat pedesaan dominan bermata pencaharian dari hasil pertanian yang
merupakan petani-petani miskin yang mata pencahariannya di bawah garis kemiskinan. Hal ini
menunjukkan kesenjangan yang sangat jauh dari masyarakat perkotaan.
B.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sosiologi Pedesaan
Banyak sekali ahli mengemukakan definisi sosiologi pedesaan dengan segala
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Ada pendapat yang selalu menekankan bahwa
desa dianggap sebagai desa pertanian, padahal pada kenyataan ada juga desa yang
nonpertanian.
Definisi lain masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara
eksplisit berbeda dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan
mempengaruhi kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai
berkembang ke arah komunitas kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola kebudayaan
tradisional desa mengalami proses perubahan.
Pengertian sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia ,manusia
dengan kelompok dan kelompok dengan masyarakat ,baik formal maupun material , baik
statis maupun dinamis. pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa
sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal pengertian desa disini adalah suatu kesatuan
masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun informal.
dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah dan otonomi
sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga keluarga dalam
kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsurpenguat yang bersifat religius,
tradisi dan adat istiadat.
Menurt Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari sosiologi pedesaan
hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap pengaruhpengaruh kapitalisme modern yang masuk ke desa.1
1 http://dedykoerniawan.blogspot.co.id/2012/06/sosiologi-pedesaan.html
asosiasi Sosilogi Pedesaan di Eropa di tahun yang sama asosiasi itu juga terbentuk di jepang
(Smifth dan Zoft,1970,Sanderson 1952).2
Di Indonesia sendiri sejarah perkembangan sosiologi pedesaan tidak terlepas dari sentuhan
Prof Dr Sajogyo. Ia mulai memperkenalkan sosiologi, mulanya sosiologi pertanian, sekitar
tahun 1957 mulai di Universitas Indonesia kemudian berlanjut di IPB. Dalam usahanya
memperkenalkan sosiologi pedesaan, Sajogyo mengajak dan merujuk pemikiran beberapa
tokoh yang mempunyai latar belakang ilmu yang berbeda, seperti DH. Penny yang banyak
menulis tentang masalah pertanian di Sumatra Utara, AT. Mosher yang ahli di bidang ekonomi
pertanian dan lama mengajar di India.
Kalangan kritikus menyebutkan, sosiologi pedesaan sebagai disiplin ilmu dalam
perkembangannya lamban. Dalam sejarahnya sosiologi pedesaan kurang bisa
mengembangkan analsis sistematis, terutama desa graris, tentang produksi pertanian, pada
tingkat perusahaan maupun struktur agraria. Sehingga nasib sosiologi pedesaan saat ini
terperangkap dalam sejumlah kontroversi dan harapan. Sepanjang sejarahnya, sosiolog
pedesaan tidak pernah dapat secara efektif dan mantab menyatakan statusnya sebagai disiplin
ilmu tersendiri yang memiliki obyek penyelidikan dan metode penjelasan yang khusus.
Begitu pula perkembangan sosiologi pedesaan di Indonesia tidak luput dari kritik, salah
satunya dari White (2003) mengkritik menyorot sosiologi pedesaan Indonesia yang dinilai
ketinggalan, kurang mendalami transformasi agraria, kurang terisi critical discourse dan
bersifat apologia, membenarkan kondisi masyarakat menurut kebijakan politik orde baru.
Semua itu mungkin bisa dimaklumi karena warisan kolonial dan politik orde baru cukup lama
mendominasi warna pengetahuan dan sikap intelektualnya.2Menurut Smith dan Zopt (1970)
mengemukakaan bahwa melahirkan Sosiologi Pedesaan dan melahirkan definisi ilmu yang
mengkaji hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok kelompok
dilingkungan pedesaan Rogers Ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat dalam setting
pedesaan
2 Raharjo,Pengantar Sosiologi dan Pedesaaan Universistas Gajah Mada 2
Zainuddin,.S. Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu Pengetahuan. Portal Garuda.
John M. Gillete
Menyebutkan bahwa, Sosiologi pedesaan adalah cabang sosiologi yang secara sistematik
mempelajari komunitas-komunitas pedesaan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi serta
kecenderungan-kecerendungannya dan merumuskan prinsip-prinsip kemajuan.
2.
N.L. Sims
Menyebutkan bahwa, Sosiologi pedesaan adalah studi tentang asosiasi antara orang-orang
yang hidupnya banyak tergantung pada pertanian.
3.
Dwight Sanderson
Siti Azizah
Menyebutkan bahwa, Sosiologi pedesaan adalah sebuah ilmu yang melukiskan dan mengkaji
hubungan antar individu, individu dengan kelompok maupun sesame kelompok yang ada di
lingkungan pedesaan.
5.
C.S. Kansil
Menyebutkan bahwa, Sosiologi pedesaan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan.
6.Smith dan Zopt (1970)
melahirkan Sosiologi Pedesaan dan melahirkan definisi ilmu yang mengkaji hubungan
anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok kelompokdilingkungan pedesaan Rogers
Ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat dalam setting pedesaan.
5
Kesimpulan :
Sosiologi mempelajari tentang komunitas pedesaan untuk mengungkapkan kondisi serta
merumuskan prinsip kemajuan, melukiskan dan mengkaji hubungan antar individu, individu
dengan kelompok maupun sesama kelompok yang ada di lingkungan dan juga pedesaan
merupakan kesatuan masyarakat yang termasuk di dalamnya.3
4 https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
6
Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Demak dan Mataram Islam, desa dan masyarakat desa sudah
ada bahkan eksis di negeri ini dengan berbagai struktur kelembagaan yang teratur, tertib dan
ajeg.
Berdasarkan sejarah pertumbuhan desa di Indonesia ada empat tipe desa yang sejak awal
pertumbuhannya sampai sekarang diantaranya:
1. Desa adat (self-governing community). yaitu desa adat yang merupakan bentuk asli dan
tertua di Indonesia. Konsep "Otonomi Asli" merujuk pada pengertian desa adat ini. Desa adat
mengurus dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa campur tangan
Negara. Desa adat tidak menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan oleh Negara.
Contoh desa adat Pakraman di Bali.
2. Desa Adminstrasi (local state government) desa yang merupakan satuan wilayah
administrasi, yaitu satuan pemerintahan terendah untuk memberikan pelayanan adminitrasi
dari pemerintah pusat. Desa administrasi dibentuk oleh negara dan merupakan kepanjangan
tangan negara untuk menjalankan tugas-tugas administrasi yang diberikan oleh negara. Desa
administrasi secara substansial tidak mempunyai hak otonom dan cenderung tidak demokratis.
3. Desa otonom (local-self government), yaitu desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi dengan undang-undang. Desa otonom mempunyai kewenangan yang jelas
karena diatur dalam undang-undang pembentukannya. Oleh karena itu, desa otonom
mempunyai kewenangan penuh dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
4. Desa campuran (adat semiotonom), yaitu desa yang mempunyai kewenangan campuran
antara otonomi asli dan semi otonomi formal. Di sebut campuran karena otonomi aslinya
diakui oleh undang-undang dan juga diberi penyerahan kewenangan dari kabupaten/kota,
sedangkan disebut semiotonomi karena model penyerahan urusan pemerintahan dari daerah
otonom kepada satuan pemerintahan dibawahnya ini tidak dikenal dalam teori desentralisasi.
Demikianlah konsep desa yang dapat dijadikan referensi dalam mengenal desa secara dekat
yang keberadaannya sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lampau.5
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi Talcot Parsons
menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional(Gemeinschaft) yang
mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan
kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati
terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b.
Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka
mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang
berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c.
Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan
kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya
Universalisme)
d.
Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah
merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e.
Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara
pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa
tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)
dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.6
6http://dedykoerniawan.blogspot.co.id/2012/06/sosiologi-pedesaan.html
10
d. Gotong Royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan
membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong, baik dalam arti
gotong royong murni maupun gotong royong timbal balik. Gotong royong murni dan sukarela
misalnya : melayat, mendirikan rumah dan sebagainya. Sedangkan gotong royong timbal balik
misalnya : mengerjakan sawah, nyumbang dalam hajat tertentu dan sebagainya.
e. Ikatan Sosial
Setiap anggota masyaratkan desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara
ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang sudah disepakati, akan
dihukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan cara mengucilkan/memencilkan. Oleh karena
itu setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan. Lebih-lebih bagi
anggota yang baru datang, ia akan diakui menjadi anggota masyarakat tersebut (ikatan sosial
tersebut)
f. Magis Religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam.
Bahkan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari dijiwai bahkan diarahkan kepadanya. Sering kita
jumpai orang Jawa mengadakan selamatan-selamatan untuk meminta rezeki, minta perlindungan,
minta diampuni dan sebagainya.
g. Pola Kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian, perkebunan,
perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap anggota hanya mampu melaksanakan salah satu
bidang kehidupan saja. Misalnya para petani, bahwa pertanian merupakan satu-satunya pekerjaan
yang harus ia tekuni dengan baik. Bilamana bidang pertanian tersebut kegiatannya kosong, maka
ia hanya menunggu sampai ada lagi kegiatan di bidang pertanian.
Disamping itu dalam mengolah pertanian semata-mata tetap/tidak ada perubahan atau
kemajuan. Hal ini disebabkan pengetahuan dan keterampilan para petani yang masih kurang
11
memadai. Oleh karena itu masyarakat desa sering dikatakan masyarakat yang statis dan
menonton.7
2.5 kelompok-Kelompok Sosial Di Masyarakat Desa
Untuk menentukan kelompok-kelompok tersebut kami mencoba membandingkan sistem
kehidupan yang terjadi sehari hari anatara masyarakat desa dengan kota
8
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Kota
1. Perilaku homogen
1. Perilaku heterogen
5.
sekular Individualisme
Kolektivisme
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa
dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat
mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi
masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
7 http://celoteh-galang.blogspot.co.id/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakatperkotaan.html
8 http://celoteh-galang.blogspot.co.id/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakatperkotaan.html
12
1)
jumlah dan kepadatan penduduk Jumlah dan kepadatan penduduk di desa sedikit, tanah
untuk keperluan perumahan cenderung ke arah horizontal, jarang ada bangunan rumah
bertingkat. Sedangkan kota memiliki penduduk yang jumlahnya lebih banyak daripada desa.
2)
lingkungan hidup Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas.
Udaranya bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti berbagai jenis tumbuhtumbuhan dan berbagai satwa. Hal tersebut sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan
yang sebagian besar dilapisi beton dan aspal, bangunan-bangunan menjulang tinggi saling
berdesak-desakan dan kadang-kadang berdampingan dn berhimpitan dengan gubug-gubug liar
dan pemukiman yang padat.
3)
mata pencaharian Kegiatan utama penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu
bidang agraris. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk
keperluan pertanian, peternakan, dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota
merupakan pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri, disamping
sektor ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa. Jadi kegiatan di desa adalah mengolah
alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah, baik bahan kebutuhan pangan, sandang,
maupun lain-lain bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota
mengolah bahan-bahan mentah yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan setengah jadi
atau mengolahnya sehingga berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan.
4)
corak kehidupan sosial Corak kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih homogen.
Sebaliknya di kota sangat heterogen, karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa,
agama, kelompok, dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
5)
stratifiksi sosial Sistem pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks
daripada di desa.
6)
mobilitas sosial Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota,
seseorang memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal
yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun horizontal yaitu
perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat.
13
7)
pola interaksi sosial Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan
solidaritas sosial Solidaritas pada masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-
kesamaan kemasyarakatan, seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan, dan kesamaan
pengalaman. Sebaliknya solidaritas pada masyarakat perkotaan justru terbentuk karena adanya
perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, sehingga orang terpaksa masuk ke dalam kelompokkelompok tertentu, misalnya saja serikat buruh, himpunan pengusaha, atau persatuan artis.
9)
Sebab-sebab Urbanisasi10
b.
c.
Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat
d.
e.
Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama,
kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain
dikota.
Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih
Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi
industri kerajinan.
c.
Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d.
Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat
Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau
untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).11
11 ibid
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia menjalani kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya mengandalkan dirinya
sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang lain , maka dari itu manusia disebut
makhluk sosial. Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong
atau sumber kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan
didesa maupun diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita
saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara ini,
kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat , mutu pendidikan
yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya karena
hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan
bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira fenomena-fenomena
yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata problem yang tidak jauh beda ada didesa,
yang kita sangka adalah tempat yang aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah
tersusupi oleh kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi
menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat desa yang berurbanisasi ke kota
menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya
manusia yang produktif di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan
cenderung tertinggal.
16
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo,Pengantar Sosiologi dan Pedesaaan Universistas Gajah Mada
Sumber : Hanif Nurcholis dalam pertumbuhan dan penyelenggaran pemerintahan desa 2011)
http://salawakuinstitute.blogspot.co.id/2012/06/konsep-desa.html
Zainuddin,.S. Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu Pengetahuan. Portal Garuda.
http://sosiologipertaniankelompok7ti.blogspot.co.id/2015/03/5-definisi-sosiologisosiologi.html
http://dedykoerniawan.blogspot.co.id/2012/06/sosiologi-pedesaan.html
http://celoteh-galang.blogspot.co.id/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
17
18