Anda di halaman 1dari 36

PROGRAM URBAN FARMING DALAM MENINGKATKAN

LITERASI LINGKUNGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN


KEBONSARI KECAMATAN SUKUN MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
SULHAN BAHARSYAH
NIM 180210201028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PROGRAM URBAN FARMING DALAM MENINGKATKAN
LITERASI LINGKUNGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN
KEBONSARI KECAMATAN SUKUN MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
SULHAN BAHARSYAH
NIM 180210201028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022

i
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Program
Urban Farming Dalam Meningkatkan Literasi Lingkungan Masyarakat Di
Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sukun Malang”. Proposal skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata-1 (S1) pada
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Jember.
Penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan
beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada orang tua atas do'a restu kepada penulis, dosen
pembimbing serta kepada semua dosen Pendidikan Luar Sekolah, dan teman-
teman Prodi PLS yang senantiasa membantu demi kelancaran penyusunan
proposal skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan proposal skripsi ini. Masukan, kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan proposal penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Malang, 21 Februari 2022

ii
DAFTAR ISI

Prakata ................................................................................................................. ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iv
Daftar Gambar ..................................................................................................... v
1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................................ 4
4.2 Manfaat Praktis ............................................................................................. 4
4.2.1 Bagi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah .......................................... 4
4.2.2 Bagi Perguruan Tinggi ............................................................................... 4
4.2.3 Bagi Masyarakat......................................................................................... 4
4.2.4 Bagi Peneliti ............................................................................................... 4
5. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 4
5.1. Konsep Urban Farming ............................................................................. 4
5.1.1 Tujuan Urban Farming ............................................................................... 5
5.1.2 Manfaat Urban Farming ............................................................................. 6
5.1.3 Model Urban Farming ............................................................................... 6
5.1.4 Budidaya Tanaman Sayuran ...................................................................... 7
5.1.5 Budidaya Ikan Lele .................................................................................... 9
5.2 Konsep Literasi Lingkungan ...................................................................... 12
6. Metode Penelitian.......................................................................................... 17
6.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 18
6.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................... 18
6.2.1 Lokasi .........................................................................................................18
6.2.2 Waktu .........................................................................................................18
6.3 Situasi Sosial .............................................................................................. 19
6.4 Rancangan Penelitian ................................................................................ 20
6.5 Teknik dan Alat Perolehan Data ................................................................ 21
6.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................................... 23
6.7 Teknik Analisa Data .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27
LAMPIRAN ........................................................................................................ 29 .

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Penelitian Terdahulu....................................................................... 15

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Rancangan Penelitian............................................................................................. 20

v
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara pertanian yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Luas lahan pertanian diprediksi akan berkurang
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk,
distribusi pendapatan yang tidak merata, konversi lahan pertanian menjadi
industri, pemukiman, jalan tol dan infra struktur merupakan fenomena yang
terjadi di kota-kota besar, yang dapat menimbulkan permasalahan kepadatan
penduduk, kemiskinan, dan rawan terhadap pangan (Siregar FM, 2020). Disisi
lain, arus urbanisasi terus saja mengalir hingga saat ini yang akan menimbulkan
dampak seperti pengangguran, kriminalitas, munculnya bangunan liar, kurangnya
lapangan pekerjaan, kemacetan lalu lintas dan kurangnya Ruang Terbuka Hijau
(RTH) (Junainah, 2017). Ketidakselarasan antara pembangunan dengan berbagai
fasilitas di wilayah perkotaan mempengaruhi keberadaan komposisi RTH di
perkotaan belum ideal. Sehingga kenyamanan dan keindahan alami kota menjadi
mulai menurun, suhu kota yang meningkat dan polusi yang mana berakibat buruk
bagi kesehatan masyarakat kota (Khoirunnisa, Q, 2018).
Jumlah penduduk perkotaan di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2019 tercatat jumlah penduduk perkotaan 150,9 juta jiwa atau sekitar 55,8%
dari total penduduk Indonesia sebanyak 270,6 juta jiwa. Angka ini diprediksi pada
tahun 2025 akan mencapai 170,4 juta jiwa atau 59,3% dari total penduduk
Indonesia yang sebesar 287 juta jiwa. Permasalahan kepadatan di perkotaan
semakin kompleks dengan adanya urbanisasi. Urbanisasi di Indonesia terjadi sejak
tahun 1970 sampai 2010, penduduk perkotaan di Indonesia mengalami
peningkatan dari 21 juta menjadi 123 juta orang. Ada kemungkinan besar bahwa
pada tahun 2050, penduduknya akan mencapai 180,2 juta (Parining, 2021). Hal ini
berkaitan dengan kebutuhan pangan suatu wilayah perkotaan pada negara
berkembang dipengaruhi oleh populasi penduduk yang berada di kota tersebut.
Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk maka akan semakin tinggi pula
kebutuhan pangan yang harus dipenuhi. Seperti Kota Malang sebagai salah satu
Kota besar di Jawa Timur yang menjadi tujuan dalam urbanisasi yang setiap

1
2

tahunnya memungkinkan membutuhkan penyediaan lahan dan kebutuhan ruang


akibat meningkatnya laju urbanisasi.
Urban farming merupakan salah satu solusi adanya konversi lahan pertanian
dan strategi penting dalam kelangsungan hidup masyarakat di perkotaan dengan
melibatkan produksi bahan pangan domestik didalam atau berbatasan langsung
dengan pemukiman (Junainah dkk, 2017). Hal ini sejalan dengan peranan
Pemerintah mengenai program kebijakan yang dibuat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat berbasis pemberdayaan masyarakat seperti program
Urban farming. Program Urban farming berhubungan dengan pertanian disektor
kota yang melibatkan keahlian, inovasi dalam pengelolaan pangan bagi
masyarakat kota dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong disekitar kota guna;
meningkatkan kesehatan, ekonomi, kualitas hidup keluarga serta memotivasi
keluarga agar lebih produktif dalam memanfaatkan lahan yang ada di sekitar
mereka (SD Setyaningrum dkk, 2021). Sebagaimana mengutip dari berita Malang
Times, dalam berita ini menjelaskan Pemkot Malang Gaungkan Urban farming
mulai tingkat RT/RW. Bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian (Dispangtan), Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP PKK) Kota Malang menggalakkan program urban farming mulai
dari tingkat terkecil, yakni RT/RW hal ini dilakukan sebagai upaya menghasilkan
produk sayur-mayur yang sehat sekaligus sebagai ketahanan pangan di lingkungan
keluarga (Firdausi, 2021).
Program Urban farming merupakan program yang dicetuskan sebagai upaya
untuk tetap menjaga kualitas hidup, yaitu dengan mengkonsumsi makanan sehat
yang berbahan sayur dan ikan yang berkualitas. Kebutuhan pangan masyarakat
bisa terpenuhi dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit untuk
kebutuhan sehari-hari. Strategi optimasi pemanfaatan pekarangan menggunakan
sistem budidaya tanaman potensi pangan lokal. Jenis tanaman yang umumnya
bisa ditanam di pekarangan rumah misalnya: terong, cabai, kangkung, bayam,
daun bawang, daun seledri, sawi, tomat dan obat-obatan keluarga, yang
kesemuanya ini dapat menunjang kebutuhan sehari-hari (Fauzi, AR, Ichniarsyah,
AR, Agustin, H, 2018). Program Urban farming perikanan adalah konsep
3

budidaya ikan di lahan terbatas. Pentingnya budidaya perikanan antara lain


mengurangi kemiskinan melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha
budidaya ikan yang disesuaikan dengan potensi yang ada di wilayah tersebut.
Budidaya perikanan mempunyai nilai strategis dalam perekonomian karena di
samping kontribusinya dalam mendukung usaha pemenuhan gizi protein hewani,
penyedia lapangan kerja, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. dengan memanfaatkan kelembagaan Dasawisma ibu-ibu PKK
ditargetkan sebagai promotor untuk mewujudkan usaha program Urban farming
(Mayasari, K, 2019).
Pemberdayaan Urban farming dapat memberikan kontribusi penyelamatan
lingkungan. Dan juga sangat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan, mengurangi
polusi udara, serta menciptakan keindahan dan kesejukkan di tempat tinggal
masyarakat. Hal ini merupakan salah satu bukti tanggung jawab, sikap sadar
setiap individu dalam melestarikan lingkungan. Kemampuan yang dimiliki setiap
individu untuk berperilaku baik dalam kesehariannya dengan menggunakan
pemahamannya terhadap kondisi lingkungan itulah yang terkait dengan literasi
lingkungan.
Berdasarkan permasalahan kepadatan penduduk, kemiskinan, ketahanan
pangan dan berkurangnya RTH pada masyarakat di perkotaan, maka penulis
tertarik melaksanakan penelitian tentang “Program Urban farming dalam
meningkatkan literasi lingkungan masyarakat di Kelurahan Kebonsari Kecamatan
Sukun Malang”.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
“Bagaimana pelaksanaan program Urban farming dalam meningkatkan literasi
lingkungan masyarakat di Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sukun Malang?”.
4

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini “Untuk mengetahui
pelaksanaan program Urban farming dalam meningkatkan literasi lingkungan
masyarakat di Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sukun Malang”

4. Manfaat Penelitian
4.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
dan perbandingan serta menambah pengetahuan bagi peneliti maupun
profesi yang memiliki kebutuhan yang sama dan sesuai dengan kajian
penelitian tersebut.
4.2 Manfaat Praktis
4.2.1 Bagi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Dapat memberikan masukan dalam mengembangkan Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah di Masyarakat.
4.2.2 Bagi Perguruan Tinggi
Dapat dijadikan sebagai sumber referensi perpustakaan.
4.2.3 Bagi Masyarakat
Dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk
pengembangan kegiatan Urban farming berkelanjutan.
4.2.4 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan baru terkait pelaksanaan progran Urban
farming dalam meningkatkan literasi lingkungan masyarakat.

5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Konsep Urban Farming (Pertanian Perkotaan)
Urban farming berasal dari bahasa Inggris, “Urban” artinya Perkotaan,
sedangkan “Farming” artinya Pertanian. Jadi Urban farming sama dengan
Pertanian Perkotaan. Dalam KBBI, tani adalah mata pencaharian dalam bentuk
bercocok tanam, sedangkan pertanian adalah perihal bertani (mengusahakan tanah
dengan tanam menanam) (Khoirunissah, Q, 2018).
5

Urban farming merupakan segala upaya yang dilakukan dalam pemanfaatan


ruang atau lahan yang masih ada di perkotaan, meliputi: lahan pekarangan, lahan
tidur, pagar bahkan dinding serta atap suatu bangunan guna menghasilkan produk-
produk pertanian. Pertanian perkotaan tidak hanya terkait dengan pemenuhan
bahan pangan masyarakat di perkotaan, akan tetapi terkait pula dengan aspek
lingkungan, kenyamanan, dan estetika serta keindahan (Yudi dkk, 2021).
Urban farming merupakan aktifitas bercocok tanam (pertanian) di dalam atau
di sekitar kota yang menggunakan lahan kosong (pekarangan rumah, lahan tidur
kota, lahan terbuka hijau) diperkotaan sebagai media tanam dan melibatkan
keterampilan, keahlian, dan inovasi dalam budidaya pengolahan makanan (Fazri,
N, 2017).
Urban farming merupakan sebuah aktivitas pertanian baik sederhana maupun
skala industri yang didalamnya terdapat suatu pola kegiatan produksi,
pemrosesan, dan pemasaran produk yang melibatkan keterampilan, keahlian, dan
inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan dengan menerapkan metode
produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah
perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan ternak (Ratnawati,
RV, 2018)
Menurut penulis berdasarkan pendapat yang disampaikan para ahli melalui karya
tulis beliau terdapat kesimpulan yang terpusat pada aktifitas pertanian di
dalam atau di sekitar kota dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah,
lahan tidur kota, lahan terbuka hijau wilayah kota dengan fokus utama
perkebunan berdesain minimalis industrial.
5.1.1 Tujuan Urban Farming
Menurut Wijayanti, AN (2017) tujuan dari program Urban farming adalah
sebagai berkut:
a. Mengurangi kemiskinan melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan
usaha budidaya sayuran disesuaikan dengan potensi yang ada di wilayahnya
b. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan sempit di perkotaan
c. Mengembangkan dan memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan
kerja produktif, serta kepentingan pembelajaran bagi masyarakat miskin
6

d. Mengembangkan pola pembinaan yang partisipatif dan berkelanjutan dalam


memberdayakan masyarakat Gakin, dalam upaya perbaikan gizi buruk
sekaligus dapat meningkatkan pendapatan keluarga secara mandiri.
e. Pembelajaran dan peningkatan SDM di bidang pertanian
5.1.2 Manfaat Urban Farming
Menurut Wijayanti, AN (2017) manfaat dari Urban farming adalah sebagai
berkut:
a. Memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan
sampah Reuse dan Recycle
b. Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksaan 3 R (reuse,
reduse, recycle) untuk pengelolaan sampah kota
c. Menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
d. Meningkatkan estetika kota
e. Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.
5.1.3 Model Urban Farming
Menurut Wijayanti, AN (2017) model dari Urban farming adalah sebagai
berkut:
a. Memanfaatkan lahan tidur dan lahan kritis
Lahan tidur adalah lahan pertanian yang sudah tidak digunakan selama lebih
dari dua tahun (Wikipedia, 2021). Lahan tidur merupakan sebuah areal yang
memiliki potensi pertanian jika dikelolah secara intensif dapat menjadi lahan
pertanian produktif. Nilai tambah yang diperoleh bukan saja dalam bentuk
perbaikan lingkungan berupa kesuburan tanah, akan tetapi juga kualitas dan
kuantitas produksi yang lebih baik dan pada akhirnya memberikan nilai tambah
ekonomi yang lebih tinggi (Mayasari, K. 2018)
b. Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Privat dan Publik
RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu
fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitek-tural, sosial,
dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota
(Dep PU/RTH Wilayah Perkotaan, 2018)
7

c. Mengoptimalkan kebun sekitar rumah


Optimalisasi lahan pekarangan mempunyai potensi yang besar dalam rangka
mendukung ketahanan pangan rumah tangga. Potensi ini dapat dilihat dengan
mengelola lahan pekarangan secara intensif sesuai dengan menanam sayur,
memelihara, ikan dan ternak. Upaya pemanfaatan pekarangan rumah dapat
menjadi salah satu penyedia gizi sehat keluarga. Selain penyedia gizi sehat, juga
dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga (Solihin, E, dkk, 2018)
d. Menggunakan ruang (vertikultur).
Sistem budidaya tanaman secara vertikultur merupakan konsep penghijauan
yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Tingkat kesulitan
bertanam secara vertikultur, tergantung kepada model dan sistem tambahan yang
dipergunakan. Dalam model sederhana, struktur dasar yang digunakan mudah
diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan di
rumah-rumah. Sistem tambahan yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan
khusus, contohnya penggunaan sistem hidroponik atau irigasi tetes. Dengan
teknologi vertikultur bisa menanam berbagai jenis tanaman misalnya; seledri,
cabai, terong, bawang kucai, mentimun, seladah, bawang merah, tomat, kemangi,
sawi, bayam dan kangkung (Sulbar Litbang Pertanian, 2021)
5.1.4 Budidaya Tanaman Sayur Organik
Menurut Ramlah (2020) budidaya yang dilakukan petani disekitar pekarangan
dilakukan dengan menanam langsung jenis tanaman sayuran dalam bedengan
dengan menggunakan polybag ataupun ditanam di tanah tanpa dibuat bedengan.
Pola tanam yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal. Usaha budidaya
tanaman pada umumnya dimulai dengan persiapan lahan, pembenihan atau
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Berikut adalah teknik budidaya
tanaman sayuran:
a. Persiapan dan pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan membabat rumpu-rumput atau gulma.
Tempat penanaman sayuran dilakukan dibedengan-bedengan atau menggunakan
polybag. Bedengan disesuaikan dengan luas pekarangan rumah yang tersedia.
Bedengan yang baik dibuat memanjang dengan arah timur-barat. Setelah
8

bedengan selesai dibuat, kemudian dibuat lubang-lubang tanam atau alur-alur


tanam. Jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan dari tanaman yang akan
ditanam disesuaikan dengan jarak tanam, tingkat kesuburan tanah dan jenis
tanaman yang akan ditanam
b. Persiapan bibit
Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara vegetatif dan
generatif yakni menggunakan benih atau biji tanaman. Tempat persemaian diberi
naungan (paranet atau plastik transparan) agar terlindung dari panas matahari
menyengat dan hujan deras yang dapat menyebabkan benih yang telah menjadi
bibit mati sia-sia. Media persemaian merupakan campuran tanah, pasir dan pupuk
kandang. Setelah media semai tercampur rata kemudian dapat dimasukkan
kedalam polybag atau bak persemaian, benih ditanam secara teratur dimana satu
lubang semai diisi dengan satu buah benih atau biji tanaman. Benih-benih tersebut
dipeliharadengan melakukan penyiraman yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan, setelah bibit memiliki 2-4 daun dapat dipindahkan ke lubang tanam
yang telah disediakan.
c. Penanaman
Bibit yang ditanam di lapangan merupakan bibit yang sehat dan seragam
pertumbuhannya. Sebelum ditanam sebaiknya bibit direndam kedalam larutan air
kelapa untuk perlakuan benih dengan tujuan menekan patogen penyebab penyakit
yang mungkin terbawa bibit dan akan berkembang di lapangan. Bibit tanaman
ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan dan ditutup dengan tanah halus.
Tanah disekitar pangkal batang dipadatkan dengan cara ditekan-tekan agar media
semai dan media baru menyatu.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara melakukan pemupukan, penyiraman,
dan pengendalian hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang biasa dilakukan
petani adalah pada pagi hari atau sore hari sampai matahari mulai terbenam.
Pemupukan sebaiknya diberikan dari bahan organik misalnya pupuk kandang dan
pupuk kompos. Penyiraman dilakukan secara rutin yaitu dilakukan dalam 2 kali
sehari yaitu pagi dan sore. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
9

cara memberikan pestisida alami yang dibuat sendiri atau dengan cara langsung
mengambil hama yang terdapat pada tanaman.
e. Panen
Hasil panen dari pemanfaatan pekarangan sebagian besar masih untuk
dikonsumsi sendiri. Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut
akar (Terong,sawi, selada, kangkung, daunbawang, seledri, bayam, cabai, tomat).
Sementara itu untuk sayuran buah umumnya dipanen secara bertahap sesuai
dengan fase pematangan buah atau sesuai keinginan. Pemanenan sayuran buah
sebaiknya menggunakan gunting atau pisau tajam, kecuali cabai yang dapat
dipanen menggunakan tangan dengan cara menarik buah berlawanan arah dengan
arah buah.
5.1.5 Budidaya Ikan Lele
Budidaya ikan lele merupakan suatu upaya memanfaatkan sumber daya
dengan memperoduksi ikan lele dalam suatu wadah (Santi, M dkk, 2019).
Menurut Santi, M dkk (2019) dalam membudidaya ikan lele ada beberapa
tahapan yaitu:
a. Lokasi pemeliharaan
Lokasi yang baik untuk budidaya ikan lele kuantitas dan kualitas air yang
baik, lokasi kolam ditempat yang teduh tetapi tidak berada dipohon yang daunnya
mudah rontok dan dapat memanfaatkan lahan perkarangan atau lahan marginal
lainnya. Dengan demikian ada beberapa aspek yang perlu di pertimbangkan
sebagai berikut:
1) Aspek Teknis
Ada sumber air untuk mengisi kolam, sumber air tersebut dapat berasal
dari air sumur, air PAM, dan sumber air lainnya yang layak untuk digunakan.
Lalu ukuran ikan lele yang handal dipelihara perlu dipertimbangkan Karena
terkait dengan kedalaman air di dalam kolam. Sedangkan untuk kolam yang
dibangun di daerah pemukiman penduduk, perlu dipikirkan penanganan
limbah air kolam. Dan untuk parameter kualitas air yang baik untuk budidaya
lele pun perlu diperhatikan.
10

2) Aspek Sosial Ekonomi


Lokasi pemeliharaan bukanlah lokasi sengketa, dekat dengan daerah
pengembangan budidaya ikan lele sehingga memudahkan untuk memperoleh
induk atau benih. Tersedia sarana dan prasarana transportasi yang memadai
untuk memudahkan pengadaan alat, bahan, transportasi benih, hasil panen
dan lainnya. Selain itu adanya alat dan bahan di sekitar lokasi dan
pengadaannya mudah. Serta pasar cukup terbuka untuk menampung produksi,
baik pasar lokal maupun pasar ekspor, serta harga yang menjanjikan.
b. Pembuatan dan pemeliharaan kolam
Menurut Angga dalam Santi, M dkk (2019) dalam budidaya ikan lele untuk
kolam itu sendiri ada berbagai macam bentuknya diantaranya :
1) Kolam terpal, kolam terpal ini dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya di
buat dari terpal. Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah
jenis terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal di
press sehingga tidak terjadi kebocoran.
2) Kolam terpal dengan kerangka bambu / kayu, kolam jenis ini dibuat
diatas permukaan tanah. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas lahan
yang tersedia. Misalnya : 2x3x1 meter, 4x5x1 meter, 6x4x1 meter, atau
4x8x1 meter.
3) Kolam terpal dengan kerangka pipa / besi merupakan kolam terpal diatas
permukaan tanah.
4) Kolam terpal dengan dinding batako merupakan kolam terpal diatas
permukaan tanah. Pembuatannya sangat mudah dan sederhana karena
hanya membutuhkan dinding penahan dari batako atau batu bata.
5) Kolam terpal dengan dinding tanah adalah kolam terpal dibawah
permukaan tanah. Biasanya kolam terpal ini dibangun pada tanah yang
poros.
6) Kolam tanah yaitu kolam yang dibangun langsung pada permukaan
tanah. Untuk kolam budidaya lele pembersihan dasar kolam, disenfikasi
pengisian air serta pemupukan. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati menjadi makanan alami bagi
11

benih lele. Untuk peralatan yang dibutuhkan yaitu alat sortir,


hapa/waring, ember, serok, alat timbang dan pompa bila diperlukan.
c. Pembenihan
Menurut Angga dalam Santi, M dkk (2019) dalam pembenihan perlu
diperhatikan beberapa kriteria diantaranya mencakup, memilih benih yang baik
(asal bibit, gerakan, fisik, kesehatan, riwayat indukan dan lain-lain), cara
penebarannya yaitu sebelum benih ditebar, sebaiknya benih disucihamakan dulu
dengan merendamnya didalam larutan air garam dengan dosis 2-5 ppm selama 5-
10 menit. Penebaran benih hendaknya dilakukan pada pagi/ sore hari.
d. Pembesaran
Untuk pembesaran lele, dibuat segmen-segmen pembesaran. Tujuannya
supaya pemeliharaan lebih optimal dan pemasarannya lebih mudah. Segmen
pembesaran ini berdasarkan ukuran panjang tubuhnya. Mulai dari 1-3 cm, 5-8 cm,
-12 cm, sampai dengan ukuran konsumsi.
e. Pemberian pakan
Pemberian pakan harus sesuai aturan supaya pertumbuhan dan perkembangan
lele optimal. Jenis pakan ada pakan buatan pabrikan, pakan alternatif dan pakan
alami. Jumlah pemberian pakan berdasarkan pada kebutuhan dan berat tubuh ikan.
Presentase pellet yang diberikan per hari yaitu 3-6% dari jumlah total berat ikan di
dalam kolam. Angka itu hanya sebagai acuan, sedangkan pemberian bisa fleksibel
yang disesuaikan dengan nafsu makan ikan pada hari itu.
f. Pemanenan
Pemanenan ikan lele dilakukan dengan sortir yaitu memilih ikan yang sudah
layak untuk di konsumsi/sesuai dengan keinginan pasar, kemudian ukuran yang
kecil dipelihara lagi. Masa panen ikan lele biasanya setiap 3-4.5 bulan sekali
dengan ukuran layak konsumsi di panjang 20-35 cm dan bobot kurang lebih 100
gram. Pemanenan dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan air
kolam. Ikan lele akan berkumpul, sehingga mudah ditangkap dengan
menggunakan waring atau lambit. Cara lain pemanenan yaitu dengan
menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakan di dasar kolam,
pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk ke dalam ruas
12

bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap. Ikan dikumpulkan


pada wadah berupa ayakan yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir
untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan diangkut.
Nandy (2020) menambahkan bahwa waktu pelaksanaan panen sebaiknya
dilakukan saat suhu tidak begitu tinggi atau ketika matahari sedang tidak terlalu
terik, yaitu pagi hari pukul 5.00-8.00 WIB atau siang menjelang sore hari pukul
14.00-18.00 WIB. Pembudidaya harus bisa memperkirakan sendiri waktu panen
terbaik. Panen yang dilakukan saat suhu tinggi dapat menyebabkan ikan melemah
dan mati. Hal tersebut dikarenakan suhu di dalam media sedang tinggi. Suhu
media yang tinggi dapat menyebabkan ikan kepanasan. Ikan yang kepanasan akan
mengalami penurunan metabolisme sehingga kebutuhan oksigen menjadi tinggi.
Jika asupan oksigen berkurang akibat aktivitas panen, ikan dapat stres.Umur ikan
yang dipanen biasanya bergantung pada keinginan pembudidaya. Biasanya,
pembudidaya akan melihat peluang di pasar terlebih dahulu agar hasil panen yang
didapatkan bisa disesuaikan. Selanjutnya ikan-ikan di packing dalam kemasan
plastik untuk dipasarkan.

5.2 Konsep Literasi Lingkungan


North American Association of Environmental Education (NAAEE)
mendefinisikan kategori literasi lingkungan antara lain: pengaruh, pengetahuan
ekologi, pengetahuan sosial-politik, pengetahuan tentang masalah lingkungan,
keterampilan kognitif, perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Status
literasi lingkungan seseorang dapat diukur berdasarkan kriteria komponen-
komponen literasi lingkungan, yaitu: pengetahuan (Knowledge), keterampilan
kognitif (cognitive skill), sikap (attitude) dan perilaku bertanggung jawab terhadap
lingkungan (Behavior) (Muhammad, IA, 2020).
Menurut Kusumaningrum, D (2018) literasi merupakan sikap sadar dalam
melestarikan lingkungan agar tetap terjaga keseimbangannya, sikap sadar dalam
artian yakni seorang melek lingkungan tahu akan tindakan yang tepat dilakukan
untuk lingkungan, mengetahui tahu bagaimana cara melakukan hal tersebut.
Seorang individu yang melek lingkungan memiliki pengetahuan dan pemahaman
13

tentang masalah-masalah lingkungan sehingga mendorong perilaku masyarakat


yang memihak lingkungan.
Menurut Mc Beth dalam Dzimuna, IRF (2020) kemampuan literasi
lingkungan seseorang dapat diukur melalui empat komponen yaitu: (1)
pengetahuan lingkungan yang meliputi dasar-dasar lingkungan; (2) sikap terhadap
lingkungan yang meliputi pandangan tentang lingkungan, kepekaan terhadap
kondisi lingkungan, dan perasaan terhadap lingkungan; (3) ketrampilan kognitif
yang meliputi identifikasi masalah lingkungan, analisis lingkungan dan
pelaksanaan perencanaan dan; (4) perilaku yang meliputi tindakan nyata terhadap
lingkungan.
Komponen-komponen tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk
menilai sejauh mana kemampuan literasi lingkungan seseorang dengan penjabaran
sebagai berikut:
a. Pengetahuan lingkungan
Pengetahuan, yaitu sebagai dasar informasi untuk membangun kesadaran
dan pelestarian lingkungan meliputi: pengetahuan dan pemahaman tentang:
Dampak atau pengaruh aktifitas manusia terhadap lingkungan dalam lingkup
lokal; Perbedaan tentang kondisi lingkungan dimasa lalu dan masa sekarang;
Isu-isu lingkungan seperti polusi udara pembakaran lahan, penebangan liar,
dll. Pentingnya perencanaan, pengaturan, dan estetika dalam pengelolaan
lingkungan (Farida, ICh dan Hadiansah, 2018).
Pengetahaun terhadap lingkungan diperlukan untuk mengenali masalah
dan isu lingkungan yang terjadi. Perlu diketahui bahwa terdapat fakta bahwa
lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia saling bergantung sama lain
(Muliana, R, Hamama, SF, dan Zamzami, 2018).
b. Sikap
Sikap peduli lingkungan berarti sikap yang diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk melestarikan, memperbaiki dan mencegah kerusakan dan
pencemaran lingkungan. Sikap-sikap itu dapat dilihat dari respon perilaku
atau konatif. Satu tujuan secara khusus pendidikan lingkungan berfokus pada
membantu individu untuk memperoleh sikap yang menguntungkan,
14

melindungi, dan meningkatkan lingkungan sehingga, sikap lingkungan


dianggap sebagai komponen literasi lingkungan yang dianggap sebagai tujuan
utama pendidikan lingkungan (Ines, A, 2020)
Sikap dapat diartikan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya
suatu perbuatan atau tingkah laku. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pembetukan sikap yaitu pengalaman pribadi lingkungan, kebudayaan,
pendidikan, agama, dan emosi (Farida, ICh dan Hadiansah, 2018).
c. Keterampilan kognitif dalam literasi lingkungan
Menurut Mc Beth dalam Dzimuna, RIF (2020) keterampilan kognitif
dalam literasi lingkungan terdiri tiga :
1) Identifikasi isu dalam literasi lingkungan merupakan sajian suatu studi
kasus tentang kebutuhan ekonomi yang didasari oleh penebangan hutan
untuk perkembangan ekonomi disuatu kota yang bertentangan dengan
prinsip pencita lingkungan, dimana penebangan hutan akan menjadi
sebuah bencana bagi beberapa organisme, jika dilakukan karena hutan
merupakan salah satu kunci untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
2) Analisis isu lingkungan disajikan sebuah studi kasus yang berisi tentang
prinsip dari nilai lingkungaan, nilai hukum, nilai etnosentris dan nilai
ekonomi yang berpatokan dengan pembicaraan masalah lingkungan. Nilai
lingkungan merupakan pernyataan yang berkaitan dengan aktivitas
manusia dengan sumber daya alam, nilai hukum berkaitan dengan tatanan
nasional, negara dan penegakan hukum, nilai etnosentris berpusat pada
kepentingan dari tujuan etnis/budaya. Nilai ekonomi berkaitan dengan
penggunaan dan pertukaran uang, material dan atau jasa.
3) Rencana aksi lingkungan dalam hal ini disajikan sebuah asumsi
pengalihdayagunaan lingkungan menjadi sektor ekonomi dimana
seseorang akan memilih 2 rencana aksi atau strategi yang paling benar dan
mengedepankan kepentingan lingkungan dan ekonomi
d. Perilaku manusia
Merupakan tindakan yang dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai,
etika, dan genetika. Perilaku muncul dikarenakan proses interaksi antara
15

kepribadian dan lingkungan, perilaku manusia tidak muncul dengan sendiri


dikarenakan perilaku terjadi akibat stimulus yang diterima oleh manusia dari
luar maupun dari dalam tubuhnya (Darmawan, D dan Fadjarajani, S, 2018).
Perilaku pro lingkungan adalah usaha seseorang/individu untuk
mengurangi dampak yang negatif akibat kerusakan alam dengan melakukan
perbaikan dan pelestarian lingkungan (Palupi, T dan Sawitri, RS, 2017)
Pada dasarnya induvidu manusia memiliki pemahaman mengenai
konseliterasi lingkungan dengan pendekatan kesadaran atas dampak yang
akan muncul apabila literasi lingkungan diterapkan.
Berdasarkan uraian diatas literasi lingkungan pada hakikatnya literasi atau melek
adalah suatu kemampuan pada bidang-bidang tertentu, salah satunya dalam
lingkungan. Literasi lingkungan sebagai suatu bentuk kesadaran atau
kepedulian terhadap lingkungan yang ada dalam hal lain merupakan
pengetahuan untuk memahami sikap kepedulian, yang difokuskan pada
kriteria komponen literasi lingkungan, yaitu: pengetahuan, keterampilan
kognitif, sikap dan perilaku bertanggung jawab.

5.3 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan peneliti dalam melaksanakan
penelitian, sehingga memiliki acuan untuk mengkaji masalah dari suatu penelitian.
Berikut adalah beberapa acuan yang akan digunakan dalam penelitian yang
berjudul Peran Komunitas “Program Urban farming dalam meningkatkan literasi
lingkungan di Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sukun Malang”.
Tabel 5.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Fokus Kajian Hasil
1 Wahyu A. Program Urban 1. Sosialisasi dan Peningkatan kemauan ibu-ibu
Saputro dkk Farming Pada penyuluhan PKK Desa Manang yang sudah
Seminar Ibu Pkk Desa urban farming mengimplementasikan kegiatan
Nasional Hasil Manang Untuk (online) urban farming di rumah
Pengabdian Meningkatkan 2. Melakukan masing-masing sebanyak 20%.
Masyarakat Pendapatan budidaya Persamaan: Penelitian ini sama-
2020, ISBN : Keluarga Di Era tanaman sama membahas program urban
978-623- Transisi farming
96220-0-8 Pandemi Covid- Perbedaannya: Penelitian
19 membahas mengenai
pemberdayaan ibu-ibu PKK
16

khususnya di Desa Manang


dalam meningkatkan minat
terhadap bidang pertanian,
sedangkan pada penelitian
sekarang budidaya tanaman
sayur dan budidaya perikanan
dalam meningkatkan literasi
lingkungan masyarakat

2 Imelda Palan Pemberdayaan Aspek Hasil nilai signifikansi antara


Kelompok Pkk pemungkinan , aspek pemungkinan dengan nilai
Suban, 2018 Dalam Program penguatan, signifikansi
Urban perlindungan, antar aspek sebesar 0,023
Program Studi Farming penyokongan, dan dengan koefisien korelasi 0,358
Agribisnis pemeliharaan artinya antar aspek
Di Kelurahan saling berkorelasi dengan
Jurusan Sosial Sukun
Ekonomi Pertanian Kecamatan korelasi cukup dan searah.
skripsi 2018 Aspek penguatan,
Sukun perlindungan, penyokongan dan
Kota Malang pemeliharaan berkorelasi dengan
dampak
program, hasil nilai signifikasi
sebesar 0,000 dan keofisien
korelasi masingmasing
sebesar 0,662, 0,674, 0,457, dan
0,352 dari nilai koefisien
korelasi tersebut seluruhnya
berokrelasi positif
Persamaan:
Penelitian ini sama-sama
membahas program urban
farming
Perbedaannya:
Pada pokok pembahasan tentang
strategi pemberdayaan dapat
memenuhi lima aspek penting
yaitu pemungkinan, penguatan,
perlindungan,
penyokongan, dan pemeliharaan
sedangkan pada penelitian
sekarang budidaya tanaman
sayur dan budidaya perikanan
dalam meningkatkan literasi
lingkungan masyarakat
3 SD Implementasi Implementasi Hasil implementasi program
Setyaningrum, Program Urban Program Urban urban farming yang berada di
dkk (Jurnal Farming Dalam Farming Kota Malang sudah sesuai
Respon Publik Meningkatkan dengan teori yang diungkapkan
ISSN: 2302-8432 Kualitas Hidup oleh Van Meter dan Van Horn
Vol. 15, No. 4, Masyarakat karena sudah memenuhi ke 6
Tahun 2021, Hal: Perkotaan model implementasi kebijakan
75-82) yang sudah diisyarakatkan
dalam hal pelaksanaan seperti
halnya (ukuran dan tujuan
kebijakan, sumber-sumber
kebijakan, komunikasi antar
17

organisasi, karakteristik badan


pelaksanaan, lingkungan
ekonomi, sosial, dan politik dan
sikap pelaksana)
Persamaan: Penelitian ini sama-
sama membahas program urban
farming
Perbedaannya: Pada pokok
pembahasan penelitian ini
membahas tentang model-
model implementasi kebijakan
indikator s Van Meter dan Van
Horn sedangkan pada penelitian
sekarang budidaya tanaman
sayur dan budidaya perikanan
dalam meningkatkan literasi
lingkungan masyarakat
4 Rahman , SA Implementasi 1. Tingkat Tingkat pengetahuan
skripsi Program Urban pengetahuan masyarakat di
Program Studi Farming 2. Penerapan RW 06 Kelurahan Gunung Sari
Agribisnis di Kawasan urban farming masuk dalam kategori cukup
Fakultas Pemukiman mengetahui dengan
Pertanian Dalam skor sebesar 3,225.tingkat
Universitas Peningkatan penerapan urban farming yang
Muhammadiyah Persentase dilakukan
Makassar Ruang oleh masyarakat di RW 06
2018 Terbuka Hijau Kelurahan Gunung Sari masuk
di Kota dalam kategori kurang baik
Makassar Persamaan: Penelitian ini sama-
sama membahas program urban
farming
Perbedaannya: Pada pokok
pembahasan penelitian ini
membahas pengetahuan
penerapan, dan respon
masyarakat mengenai penerapan
urban farming, sedangkan pada
penelitian sekarang budidaya
tanaman sayur dan budidaya
perikanan dalam meningkatkan
literasi lingkungan masyarakat
5 Ramlah, skripsi Analisis Teknik 1. Teknik Hasil penelitian ini menunjukkan
Program Studi Budidaya budidaya sayur keberhasilan kegiatan urban
Agroteknologi Kegiatan Urban organik farming
Fakultas Farming di 2. Teknik tanaman sayur organik Dan cabai
Pertanian kecamatan budidaya cabai berdasarkan penerapan SOP
Universitas Tamalanrea Persamaan: Penelitian ini sama-
Hasanuddin Kota Makassar sama membahas program urban
Makassar farming
2018 Perbedaannya: Pada pokok
pembahasan penelitian ini
membahas tentang keberhasilan
budidaya tanaman cabai &
budidaya sayur organik
berdasarkan penerapan SOP
18

sedangkan pada penelitian


sekarang budidaya tanaman
sayur dan budidaya perikanan
dalam meningkatkan literasi
lingkungan masyarakat
5 Alynda, Hanna Peran 1 Praktik sosial Adanya kekurangan dari struktur
dan Kusumo perempuan 2 Implementasi dalam implementasi program ini
Jurnal Pemikiran anggota yaitu terdapat kendala minimnya
Masyarakat kelompok kebun air untuk kegiatan urban farming
Ilmiah dalam terutama disaat musim kemarau
Berwawasan Peningkatan dan teknik pertanian yang
Agribisnis. ekonomi diterapkan belum sesuai dengan
Januari 2021. keluarga pada kondisi wilayah RW VIII
7(1): 782-795 kegiatan urban Kelurahan Keputih
farming Persamaan: Penelitian ini sama-
sama membahas program urban
farming
Perbedaannya:
Pada pokok pembahasan
penelitian ini membahas tentang
praktik sosial yang terjadi pada
implementasi program ini dan
partisipasi kelompok tani
sedangkan pads penelitian
sekarang budidaya tanaman
sayur dan budidaya perikanan
dalam meningkatkan literasi
lingkungan masyarakat
Sumber data: diolah berdasarkan penulisan pustaka

6. Metode Penelitian
6.1 Pendekatan Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dan
pendekatan kualitatif adalah proses pengumpulan data dan informasi diperoleh
langsung dari informan, mengamati secara langsung di lapangan dan
menggambarkan permasalahan yang ada sesuai dengan data yang ditemukan.
Masyhud, MS (2017) menyatakan penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu
penelitian yang didesain untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu keadaan
dan kondisi secara ilmiah. Penelitian ini Alan menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memberikan gambaran dan menjelaskan
kegiatan program urban farming dalam meningkatkan literasi lingkungan
masyarakat dengan menggali data secara langsung pada informan dengan tujuan
mengevaluasi bentuk permasalahan.
19

6.2 Lokasi dan Waktu


6.2.1 Lokasi
Lokasi penelitian merupakan rencana tempat yang akan dilakukan penelitian
dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya karena dapat memberikan rencana
secara jelas dalam proses pelaksanaan penelitian Sugiyono (2017). Penentuan
lokasi penelitian menggunakan metode purposive area yang artinya daerah yang
dipilih berdasarkan tujuan serta pertimbangan tertentu. Penulis akan menentukan
lokasi yang akan dilaksanakan di Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sukun
Malang.
6.2.2 Waktu
Dalam penelitian kualitatif dibutuhkan waktu penelitian cukup lama yaitu 4
bulan, dimulai dari bulan Februari 2022 sampai dengan Juni 2022. Adapun rincian
1 bulan pertama persiapan penelitian dan mengerjakan proposal, 2 bulan
penelitian di lapangan dan 1 bulan pengerjaan laporan penelitian.

6.3. Situasi Sosial


Wibowo, R dkk (2017) menyatakan situasi sosial terbagi menjadi 3 elemen
yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan. Pelaku dari penelitian ini adalah peneliti,
informan dan tempat penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Kebonsari
Kecamatan Sukun Malang. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan
Teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2017). Yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan informan penelitian adalah
informan sebagai anggota dasa wisma 1 yang terlibat melaksanakan kegiatan
budidaya tanaman sayuran dan budidaya ikan lele. Alasan peneliti menggunakan
teknik purposive sampling karena informan dipilih sesuai dengan kriteria sampel
yang dapat memberikan infromasi secara akurat, sehingga peneliti akan
mendapatkan data yang memuaskan serta derajat kepercayaan sesuai dengan yang
diharapkan. Adapun informan pada penelitian ini terdiri dari informan kunci
anggota dasa wisma 1 dan informan pendukung ketua RT 01 RW 02.
20

6.4 Rancangan Penelitian


Menurut Wibowo, R dkk (2017) rancangan penelitian adalah sebagai human
instrument, digunakan untuk menentukan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data peneliti, mengumpulkan data, mengevaluasi kualitas data,
menafsirkan data, dan menarik kesimpulan.
Rancangan penelitian yang akan digunakan peneliti adalah:

Latar belakang masalah:


1. Urbanisasi
2. Kepadatan penduduk
3. Konversi lahan pertanian
4. Ketahanan pangan
5. Berkuranganya RTH

Bagaimana pelaksanaan program Urban farming dalam meningkatkan


literasi lingkungan masyarakat di Kelurahan Kebonsari Kecamatan
Sukun Malang?

Budidaya tanaman sayuran Pengetahuan, sikap, keterampilan


dan budidaya ikan lele kognitif dan perilaku terhadap
lingkungan

Sumber Data:
Informan kunci : anggota dasa wisma 1
Informan pendukung: ketua RT 01 RW 02

Teknik Pengumpulan
Data: Observasi,
Wawancara dan
Dokumentasi

Analisis Data

Hasil Penelitian

Gambar 6.1 Rancangan Penelitian


21

6.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Menurut Masyhud, MS (2017) teknik pengumpulan data dalam melakukan
penelitian, mempunyai tujuan penelitian untuk mendapatkan data. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan data terdiri dari observasi, wawancara dan
dokumentasi:
a. Observasi
Menurut Sugiyono (2017) observasi adalah suatu cara pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan langsung obyek-obyek yang ada, tidak
terbatas hanya dengan perilaku manusia saja. Peneliti akan melakukan
observasi langsung untuk mendapatkan data-data tentang budidaya tanaman
sayuran dan budidaya ikan lele dengan terjun langsung ke lokasi penelitian.
b. Wawancara
Menurut Sugiyono (2017) wawancara adalah cara mengumpulkan data
tentang peristiwa masa lalu yang tidak mungkin datanya didapatkan melalui
observasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan secara tidak bebas dan tersusun
sistematis, menggunakan pedoman wawancara untuk memperoleh data. Bagi
peneliti wawancara memiliki tujuan dalam mengumpulkan data keterangan
sebagai data tambahan dari teknik observasi. Teknik wawancara digunakan
untuk mengumpulkan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti serta ingin
mengetahui hal-hal dari informan lebih mendalam, karena kurangnya data
yang didapat oleh peneliti harus dilengkapi melalui teknik wawancara. Dalam
wawancara ini peneliti akan melakukan tanya jawab langsung dalam bentuk
wawancara yang mendalam mengenai sejarah program urban farming di
Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sukun Malang. Wawancara terstruktur,
yaitu proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mempersiapkan
instrument penelitian berupa pertanyaan terbuka yang ditujukan kepada
informan kunci dan informan pendukung. Hasil wawancara diharapkan dapat
memperkaya kajian dalam analisa penelitian.
22

c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2017) dokumentasi adalah pengumpulan data
pendukung mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian melalui
benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, gambar, atau
karya-karya monumental peraturan-peraturan dan sebagainya. Dengan
demikian, dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
menguraikan atau mempelajari data terlebih dahulu. Dokumen yang akan
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari arsip kegiatan program Urban
farming di Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sukun Malang

6.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Menurut Sugiyono (2017) pengujian validitas dan reliabilitas pada
penelitian kualitatif disebut pemeriksaan keabsaan data, formasi pemeriksaan
keabsahan dan menyangkut kriteria derajat kepercayaan (creadibillity),
keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability). Pada penelitian kualitatif teknik pemeriksaan keabsahan data
dilakukan untuk dipertanggung jawabkan sebagai penelitian ilmiah, Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Perpanjangan Pengamatan
Menurut Sugiyono (2017) peneliti melakukan pengamatan guna
memperoleh data yang sesuai dengan fakta yang ada dari berbagai sumber
yang menjadi subjek penelitian. Perpanjangan pengamatan digunakan peneliti
untuk melakukan pengujian kredibilitas dalam penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti akan melakukan perpanjangan pengamatan terjun kelapangan. Hal ini
peneliti lakukan untuk mengecek sumber data yang pernah ditemui, dan
dengan perpanjangan pengamatan hubungan antara peneliti dan informan
akan semakin akrab sehingga peneliti mendapat informasi sesuai yang
diharapkan.
b. Peningkatan Ketekunan dalam Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa sebagai bekal peneliti
untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai
23

referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang


terkait dengan temuan yang diteliti. Sehingga peneliti dapat memastikan
sebuah data yang telah diperoleh, selama penelitian guna memperoleh
kebenaran informasi atau data yang sesuai dengan tujuan penelitian
Peningkatan ketekunan dapat dikatakan sebagai pengamatan dengan cermat
dan berkesinambungan. Pada penelitian ini, peneliti akan meningkatkan
ketekunan dengan membaca berbagai sumber referensi dari buku dan jurnal-
jurnal penelitian berkaitan dengan data yang diteliti. Peneliti akan mengecek
kembali untuk mengetahui adanya kesalahan maupun kekurangan data yang
diperoleh, selanjutnya mendeskripsikan data secara sistematis dan akurat.
c. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2017) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu. Peneliti akan mengecek seberapa besar kepercayaan
hasil informasi dari wawancara yang dilakukan terhadap beberapa informan.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Triangulasi sumber peneliti peroleh pada saat berada di
lapangan yakni dengan membandingkan antara data yang diperoleh dari
informan kunci ibu anggota dasawisma1 maupun informan pendukung ketua
RT 01 RW02. Dari hasil informasi yang didadapatkan oleh peneliti dengan
wawancara kepada informan kunci maupun pendukung menunjukkan bahwa
informasi yang disampaikan oleh informan kunci dan pendukung kedua
informasi relevan sesuai dengan realitas yang ada. Triangulasi teknik yang
dilakukan oleh peneliti menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan data yang sama, implementasi dari triangulasi ini adalah
hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti relevan dengan hasil wawancara
yang peneliti lakukan di lapangan sehingga data yang didapatkan peneliti dari
hasil observasi sama dengan data yang peneliti dapatkan dari hasil
wawancara. Peneliti juga sering kembali ke lapangan untuk mengkonfirmasi
data yang didapatkan dari hasil wawancara agar peneliti dapat memahami
dengan baik. Triangulasi waktu, digunakan dalam pemeriksaan kredibilitas
24

data melalui sumber data yang diuji dalam rentan waktu berbeda untuk
membandingkan perolehan data

6.7 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2017) analisis data merupakan proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data sebelum ke lapangan
digunakan pada hasil studi pendahuluan atau data sekunder, hal ini dapat
menentukan fokus penelitian dalam penelitian ini. Ketika peneliti berada
dilapangan saat pengumpulan data dilakukan analisis kembali. Analisis data
dilapangan memiliki beberapa model yang dapat digunakan dalam penelitaian
kualitatif. Pada penelitian ini menggunakan model menurut Miles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2017) menjelaskan analisis data kualiatatif dilakukan secara
terus-menerus sampai data dianggap jenuh, sehingga analisis data ini tergolong
secara interaktif. Pada penelitian ini peneliti menganalisis sampai dengan
kesimpulan yang dilakukan melalui 4 tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan dan verifikasi.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk
mencari, mencatat, serta mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam
proses penelitian (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini, peneliti akan
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, pengumpulan
data ini akan dilakukan secara objektif apa adanya, selanjutnya peneliti akan
melakukan analisis data. Apabila data yang dinilai memuaskan pertanyaan
dapat dilanjutkan sampai memperoleh data yang dianggap kredibel atau
meyakinkan.
b. Reduksi Data
Merangkum kemudian memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan akan
hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Tujuan reduksi data untuk
mempermudah peneliti melakukan penyederhanaan data yang diperoleh
25

menjadi rangkuman (Sugiyono, 2017). Peneliti akan melakukan pengumpulan


data, tentu data yang diperoleh jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu
perlu untuk dicatat secara teliti dan rinci, kemudian menganalisis data melalui
reduksi data.
c. Penyajian Data
Data akan terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan sehingga akan
mudah dipahami. Data yang sudah direduksi kemudian mendisplaykan data
(Sugiyono, 2017) Pada penelitian ini, peneliti akan menjelaskan hasil
penelitian dalam teks yang bersifat naratif, sistematis agar mudah dipahami.
d. Kesimpulan dan Verifikasi
Menurut Sugiyono (2017) memberikan kesimpulan awal yang telah
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan terus berubah apabila tidak
dibuktikan dengan kuat dalam mendukung tahap pengumpulan data
berikutnya. Pada penelitian ini, peneliti akan menyimpulkan pada kesimpulan
awal yang dikemukakan oleh peneliti yang didukung data informasi yang
diperoleh saat wawancara dan observasi. Peneliti memberikan penjelasan
mengenai kesimpulan hasil penelitian. Peneliti mengolah data mencari
penjelasan kemudian mendeskripsikan hasil penelitian. Selanjutnya peneliti
dengan mudah menarik kesimpulan sebagai jawaban pada setiap
permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D dan Fadjarajani, S. 2018. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap


Pelestarian Lingkungan Dengan Perilaku Wisatawan Dalam Menjaga
Kebersihan Lingkungan.Skripsi.Universitas Siliwangi Tasikmalaya:
Pendidikan Geografi.Vol. 4 No. 1.

Dep PU/RTH Wilayah Perkotaan.2017. Ruang Terbuka Hijau (Rth) Wilayah


Perkotaan. Dep PU/RTH Wilayah Perkotaan/LPL-301105

Dzimuna, RIF. 2020. Perbedaan Literasi Lingkungan Hidup Pada Masyarakat


Adat Jalawastu Dan Masyarakat Modern di Kota Tegal.Skripsi. Program
Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu
PendidikanUniversitas Pancasakti

Farida ICh dan Hadiansah. 2018. Buku Pengembangan Literasi Lingkungan


Bermuatan Nilai Islam Melalui Pembelajaran berbasis Proyek. Bandung.
LP2M.ISBN: 9-786025- 823374

Fauzi, AR, Ichniarsyah, AR, Agustin, H. 2018. Pertanian Perkotaan: Urgensi,


Peranan, Dan Praktik Terbaik Jurnal Agroteknologi, Vol. 10 No. 01

Fazri, N. 2017. Partisipasi Masyarakat dalam Melaksanakan Program Urban


Sripsi.Universitas Padjajaran Bandung

Firdausi, 2021. Kota Malang Gencarkan Pertanian Perkotaan Lewat Urban


Farming. Malang Times

Furoida, N dan Juhan, M. 2019. PKM Pemberdayaan Kelompok Pkk Dengan


Model Urban Farming. Jurnal Pengabdian. Prodi Agroteknologi Fakultas
Pertanian, Universitas Islam Jember

Ines, A. 2020. Analisis Literasi Lingkungan Pada Siswa Islamic Boarding School
Di Thammasat Wittaya, Satun Thailand. Skripsi.UMM

Imelda Palan Suban, 2018. Pemberdayaan Kelompok PKK dalam Program Urban
Farming di Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Kota Malang. Skripsi
Program Studi Agribisnis2018

27
27

Junainah, 2017. Program Urban Farming Sebagai Model Penanggulangan


Kemiskinan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus di Kelompok Tani
Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya) Wacana– Vol. 19,
No. 3

Khoirunnisa. Q. 2018. Peran PKK dalam Pengembangan Urban Farming (Studi


Kasus di RT 4 RW 5 Kelurahan Ditotrunan, Kecamatan Lumajang,
Skripsi. Malang: Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya

Kusumaningrum, D. 2018. Literasi Lingkungan Dalam Kurikulum 2013


Indonesian Journal of Natural Science Education (IJNSE)

Masyhud, MS. 2018. Metode Penelitian Pendidikan. Jember: Lembaga


Pengembangan Manajemen Dan Profesi Kependidikan

Mayasari, K. 2018. Konsep Urban Farming sebagai Solusi Kota Hijau. Jakarta:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Muliana, R, Hamama, SF, & Zamzami. 2018. Hubungan Pengetahuan Siswa


Tentang Limgkungan Terhadap Sikap Siswa Pada Pengelolaan Kebersihan
Di Sekolah Jurnal Dedikasi Pendidikan, Vol. 2, No. 1

Muhammad, IA, 2020. Pengaruh Pembelajaran Eco Mapping Terhadap Literasi


Lingkungan Siswa Kelas X Sma Negeri 8 Malang. Skripsi.UMM

Nandy. 2021. Buku Panduan Cara Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Gramedia Press

Parining, N.. 2021. Partisipasi Masyarakat dalam Program Urban Farming Gang
Hijau di RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Rachmawati, 2020. Strategi Ketahanan Pangan Masyarakat.


Balitbang.pertanianperkotaan.com.Malang Times

Ramlah, 2020. Analisis Teknik Budidaya Kegiatan Urban Farming Di Kecamatan


Tamalanreakota Makassar. Skripsi. Program Studi Agroteknologi
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar

Ratnawati, RV, 2018. Buku Pedoman Pelaksanaan Urban Farming


Jakarta:Kementerian LH.RI
28

Rahman, SA, 2018. Implementasi Program Urban Farming Di


KawasanPermukiman Dalam Peningkatan Persentase Ruang Terbuka
Hijau Di Kota Makassar. Skripsi. Program Studi AgribisnisFakultas
PertanianUniversitas Muhammadiyah Makassar

Siregar FM, 2020. Strategi Pengembangan Sentra Pertanian Perkotaan(Urban


Farming) Di Tani Kreatif, Kota Medan.Skripsi.Program Studi Agribisnis
Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

Santi, M dkk. 2019. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Lele.


.Jurnal Cendekiawan Ilmiah PLS Vol 4 No 1 Juni 2019 ISSN 2541-704

Setyaningrum, SD dkk, 2021. Implementasi Program Urban Farming Dalam


Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Perkotaan. Skripsi. Fakultas
Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas
Islam Malang

Sugiyono. 2017. Baku Metode Penelitian Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif


Alfabeta :Bandung

Solihin, E,dkk, 2018. Pemanfaatan Pekarangan Rumah Untuk Budidaya Sayuran


jurnal.unpad.ac.id › pkm › article › view

Sulbar.litbang.pertanian, 2021. Teknologi Vertikultur Sebagai Solusi Bertani


Dilahan Sempit..article.sulbar.litbang.pertanian

Wibowo, R dkk. 2017. Pedoman Penulisan Karya Tulis. UPT Penerbitan Jember
Universitas

Wijayanti, AN. 2017. Implementasi program urban farming pada kelompok


Sumber Trisno alami di Kecamatan Bulak Kota Surabaya. Jurnal
Mahasiswa

Yudi dkk. 2017. Pertanian Perkotaan Solusi Ketahanan Pangan Masa Depan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Jakarta : IAARD Press
Lampiran

MATRIKS

Judul Rumusan Masalah Fokus Sub Fokus Sumber Data Metode Penelitian
Program Urban Bagaimana 1. Urban Kegiatan : Sumber data primer : 1. Jenis penelitian :
farming dalam pelaksanaan farming 1. Budidaya tanaman 1. Informan kunci: Deskriptif kualitatif
meningkatkan program Urban sayuran Anggota dasawisma 1 2. Teknik penentuan informan :
literasi farming dalam 2. Budidaya ikan lele 2. Informan Purposive sampling
lingkungan meningkatkan Pendukung: 3. Teknik penentuan area :
masyarakat literasi lingkungan Ketua RT 01 RW02 Purposive area
di Kelurahan masyarakat di Teknik dan alat pengumpulan data :
Kebonsari Kelurahan Sumber data sekunder : Wawancara, Observasi, Dokumentasi
Kecamatan Kebonsari 1. Pengetahuan 1. Buku 4. Keabsahan data
Sukun Malang Kecamatan Sukun 2. Sikap 2. Jurnal Perpanjangan pengamatan
Malang? 2. Literasi 3. Keterampilan Peningkatan ketekunan
lingkungan kognitif Triangulasi
4. Perilaku 5. Analisa data
Pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan kesimpulan

30

Anda mungkin juga menyukai