(Proposal Skripsi)
Oleh:
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang dan Masalah.....................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................10
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................10
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Kemiskinan di Indonesia Tahun 2019-2020............................................ 2
4. Penelitian Terdahulu....................................................................................... 12
7. Informan Kunci................................................................................................40
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir................................................................................................ 33
v
I. PENDAHULUAN
Permasalahan pokok yang dihadapi Negara-negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi
termasuk Indonesia adalah Kemiskinan. Di Indonesia permasalahan kemiskinan merupakan
permasalahan yang kompleks dan krusial, bukan hanya karena taraf ekonominya yang masih
terbilang rendah dan karena padatnya jumlah penduduk namun permasalahan ini disebabkan oleh
banyak faktor. Masih adanya sejumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan
menyebabkan kesenjangan di masyarakat sehingga berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat.
Penanganan kemiskinan sendiri memerlukan langkah-langkah strategis yang perlu diambil oleh
pemerintah. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan berhak dan berkewajiban untuk mengatur dan
mengurus negara dan rakyatnya. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa negara berkewajiban untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan sosial dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.1
Kemiskinan adalah suatu keadaan saat seseorang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Hal
ini memunculkan persoalan-persoalan rumit yang dihadapi seperti kriminalitas tinggi, pendidikan
yang rendah dan tingkat kesehatan yang rendah. Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin
1
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
vi
dan anak terlantar.2 Sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin
terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu.
Berbicara mengenai kemiskinan yang ada di Indonesia, data yang digunakan merujuk pada data
Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data BPS pada tahun 2021, data kemiskinan yang ada di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita
perbulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada tahun 2020 mengalami peningkatan
sebanyak 2,76 juta jiwa dibandingkan dengan tahun 2019, pada tahun 2020 ke 2021 jumlah
penduduk miskin hanya mengalami penurunan sebesar 0,01 juta jiwa. Selain itu, Persentase
penduduk miskin pada tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 0,37% dan
ditahun 2021 kembali mengalami peningkatan sebesar 0,36%.3 Peningkatan data nasional tersebut
dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan berdasarkan tiap-tiap
Provinsi, Kabupaten maupun Kota.
Permasalahan kemiskinan yang hingga saat ini masih mengakar dan belum dapat teratasi
disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat miskin selalu kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan dasar hidup, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan
layak. Murjana Yasa berpendapat bahwa kemiskinan yang selama ini mengakar selain dikarenakan
2
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3
BPS, Kemiskinan, www.bps.go.id, diakses pada tanggal 4 September 2021 pukul 09.40.
vii
muncul dalam berbagai dimensi terdapat pula beberapa faktor yang berperan menjadi penyebab
terjadinya kemiskinan, diantaranya adalah: 1) ketidakberuntungan (disadvantages) yang melekat
pada keluarga miskin, 2) keterbatasan kepemilikan aset (poor), 3) kelemahan kondisi fisik
(physically weak), 4) keterisolasian (isolation), 5) kerentaan (vulnerable), dan 6) ketidakberdayaan
(powerless).4
Menurut Suharto, pemberdayaan secara konsep berasal dari kata power (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan tetapi tidak hanya terkait pengaruh dan kontrol. Pemberdayaan merujuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga pada akhirnya mereka
memiliki kekuatan atau kekuasaan serta kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.5 Oleh
karena itu, pemberdayaan tidak hanya dapat dikaji berdasarkan konsep kekuasaan seseorang saja,
tetapi juga dapat dikaji dengan unsur-unsur lainnya. Unsur-unsur lain dalam pemberdayaan
masyarakat dapat terdiri dari unsur kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan pemerataan.
Konsep pemberdayaan dalam pandangan ini memiliki cakupan luas tidak hanya semata-mata
4
I G W Murjana Yasa, Penanggulangan Kemiskinan berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali, (Jurnal
Ekonomi Sosial, 2008), hal. 91.
5
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2009),
hal. 63-64.
viii
memenuhi kebutuhan dasar untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut namun juga mencakup
pengembangan secara keseluruhan, mulai dari aspek manusia, aspek sosial dan aspek ekonomi.
Jika berbicara mengenai pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan dapat dimaknai sebagai sebuah
proses dan sebuah tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan dapat dimaknai sebagai serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun
sosial seperti memiliki kepecayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.6
Untuk mencapai perubahan sosial dimana menjadikan masyarakat berdaya, perlu dilakukan dari
unit terkecil dari suatu masyarakat, yaitu keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam tatanan
masyarakat, keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dapat dikategorikan sebagai
keluarga miskin. Permasalahan keluarga miskin jika tidak segera diatasi maka akan menyebabkan
keluarga tersebut tidak berkembang serta tidak memiliki keterampilan yang mumpuni sehingga
pada akhirnya menjadikan keluarga tersebut pasrah dan tidak produktif. Keberhasilan
pemberdayaan keluarga dapat dilihat dari keberdayaan keluarga miskin yang menyangkut
kemampuan ekonomi, kemampuan akses kesejahteraan, dan kemampuan kultur serta politis. Selain
itu keberhasilan pemberdayaan juga perlu dilihat dari prosesnya, yaitu melalui tingkat partisipasi
yang tinggi yang berbasis kepada kebutuhan dan potensi keluarga. Keterlibatan sasaran dalam tahap
perencanaan khususnya keluarga miskin merupakan satu cara untuk mengajak mereka aktif terlibat
dalam proses pemberdayaan.
6
Ibid, hal. 59-60.
ix
Berbicara mengenai pemberdayaan, salah satu program bantuan Pemerintah yang berbentuk
pemberdayaan adalah bantuan program Keluarga Harapan atau PKH. PKH adalah program
pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH. PKH merupakan sebuah langkah dalam upaya
memberdayakan masyarakat yang kurang mampu dalam segi pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan sosial. Sasaran peserta PKH adalah Keluarga Miskin (KM) dan yang memiliki
komponen kesehatan (ibu hamil, nifas, balita, anak prasekolah) dan komponen pendidikan (SD
sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat) atau anak 7 - 21 tahun yang belum menyelesaikan
pendidikan wajib 12 tahun, penyandang disabilitas berat, dan lanjut usia diatas 70 tahun. “Melalui
PKH, Keluarga Miskin (KM) didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial
dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, dan pendampingan, termasuk akses
terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer
secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi episentrum dan center of excellence
penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan
pemberdayaan sosial nasional.7 Dalam Program PKH terdapat pendampingan yang dilakukan oleh
Pendamping PKH. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh pendamping PKH diantaranya
adalah Pertemuan Kelompok (PK) dan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2KP).
Kegiatan pendampingan tersebut bertujuan untuk mempercepat tercapainya salah satu tujuan PKH,
yaitu menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian KPM PKH terkait pemanfaatan layanan
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Sejak tahun 2007 hingga saat ini Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program bantuan PKH,
dalam kurun waktu tersebut jumlah penerima dan anggaran yang dikeluarkan dalam program PKH
selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2021 total jumlah penerima PKH secara nasional berada
pada angka 10 juta jiwa dengan alokasi anggaran sebesar Rp 36,9 trilliun 8. Peningkatan jumlah
peserta dan anggaran ini belum diimbangi dengan keberhasilan misi PKH yaitu untuk menurunkan
7
Kementerian Sosial, Pedoman PKH, (Jakarta, 2021), hal.7.
8
Ibid, hal. 8.
x
kemiskinan yang ada, mengingat presentase penduduk miskin Indonesia naik menjadi 10,14% pada
tahun 2021.
Di Provinsi lampung sendiri, berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Lampung, sejak tahun
2016 hingga pada tahun 2021 jumlah penerima PKH mengalami peningkatan dari 252.115 KPM
menjadi 478.773 KPM pada 15 Kabupaten/Kota. Tingginya jumlah penerima PKH tersebut
berbanding terbalik dengan angka kemiskinan yang justru kian bertambah. Berdasarkan data yang
dirujuk dari BPS Provinsi Lampung, permasalahan angka kemiskinan yang masih dapat dikatakan
tinggi bahkan mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. sebagaimana terdapat
pada tabel tersebut:
Berdasarkan tabel tersebut, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita
perbulan di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Lampung dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
mengalami peningkatan sebanyak 42.450 jiwa. Persentase penduduk miskin yang ada juga
mengalami peningkatan sebanyak 0,32%.9
Dalam pelaksanaan PKH yang bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan dilakukan dengan
melibatkan berbagai kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Koordinasi antar
kementerian/lembaga dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah merupakan faktor kunci
keberhasilan pelaksanaan PKH. Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
9
BPS, Provinsi Lampung, Kemiskinan, https://lampung.bps.go.id, diakses pada tanggal 5 September 2021
pukul 09.00.
xi
1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan, pelaksana PKH di tingkat daerah Provinsi
dilakukan oleh dinas sosial provinsi yang membidangi bantuan sosial PKH. Pelaksana PKH di
daerah kabupaten/kota dilakukan oleh dinas sosial daerah kabupaten/kota yang menangani bantuan
sosial PKH, perlindungan, dan jaminan sosial.10
Dinas Sosial Kota Bandar Lampung sebagai pelaksana PKH di daerah kabupaten/kota bertugas:
a. Bertanggungjawab dalam penyediaan informasi dan sosialisasi PKH di Kecamatan.
b. Melakukan supervisi, pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan PKH di
Kecamatan.
c. Memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana.
d. Menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH.
e. Membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan PKH.
f. Melaporkan pelaksanaan PKH daerah kabupaten/kota kepada pelaksana PKH pusat dengan
tembusan kepada pelaksana PKH daerah provinsi.
Bandar Lampung yang merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, berdasarkan data BPS Kota Bandar
Lampung pada tahun 2021 angka kemiskinan di Bandar Lampung masih dapat dikatakan tinggi
serta tiap tahunnya mengalami peningkatan. Data kemiskinan yang ada di Kota Bandar Lampung
dapat dilihat pada tabel berikut:
10
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan.
xii
Berdasarkan data pada tabel di atas, angka kemiskinan di Kota Bandar Lampung mengalami
kenaikan sebanyak 2,5 ribu jiwa pada 2020 dibandingkan pada tahun 2019. Presentase penduduk
miskin Kota Bandar Lampung juga mengalami kenaikan sebesar 0,1% pada tahun 2020.11
Menurut data Dinas Sosial Bandar Lampung pada tahun 2020 jumlah KPM PKH di Kota Bandar
Lampung mencapai angka 38.286 keluarga (13,79%) naik dari tahun 2019 yang berada pada angka
36.460 keluarga (12,02%). Data jumlah sebaran KPM PKH di Bandar Lampung dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3. Data Jumlah KPM PKH di Kota Bandar Lampung Tahun 2020
No. Kecamatan/Kelurahan Jumlah KPM PKH (Keluarga)
1 Bumi Waras 2.930
2 Enggal 829
3 Kedamaian 1.359
4 Kedaton 1.451
5 Kemiling 2.044
6 Labuhan Ratu 1.113
7 Langkapura 1.261
8 Panjang 3.558
9 Rajabasa 1.349
10 Sukabumi 2.350
11 Sukarame 1.016
12 Tanjung Senang 932
13 Tanjung Karang Barat 2.298
14 Tanjung Karang Pusat 2.013
15 Tanjung Karang Timur 1.434
16 Teluk Betung Barat 2.451
17 Teluk Betung Selatan 2.267
18 Teluk Betung Timur 3.389
19 Teluk Betung Utara 1.920
20 Way Halim 2.322
Jumlah 38.286
Sumber: Dinas Sosial Kota Bandar Lampung (2021)
11
BPS, Kota Bandar Lampung, Bandar Lampung dalam Angka 2020, https://bandarlampungkota.bps.go.id/,
diakses pada tanggal 5 September 2021 pukul 10.00.
xiii
Berdasarkan tabel di atas jumlah KPM PKH tertinggi di Kota Bandar Lampung berada di
Kecamatan Panjang dengan jumlah KPM PKH sebanyak 3.558 keluarga, sedangkan jumlah KPM
PKH terendah berada di Kecamatan Enggal sebanyak 829 keluarga. Sebagai program pengentasan
kemiskinan PKH diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan. Namun, dikarenakan PKH
merupakan program bantuan bersyarat yang masih memberikan bantuan berupa uang tunai kepada
KPM PKH, sehingga menurut beberapa penelitian maupun jurnal yang sudah diterbitkan,
pemberian bantuan dalam bentuk tunai dikhawatirkan dapat menyebabkan ketergantungan sehingga
membuat masyarakat terjerat dalam belenggu kemiskinan.
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di daerah penelitian, penyebab masih tingginya
angka kemiskinan serta belum berdayanya KPM PKH disebabkan karena:
1. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap ketepatan sasaran program karena Unit
pelaksana PKH hanya memberikan bantuan berdasarkan data yang diberikan oleh pusat
dalam DTKS.
2. Perencanaan pendampingan PKH yang dilakukan hanya bersifat penelusuran data calon
penerima maupun verifikasi penerima PKH.
3. Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam identifikasi potensi dan solusi atas
pemenuhan kebutuhan serta pemecahan masalah yang dihadapi.
4. Pertemuan yang dilakukan hanya sebagai sosialisasi program yang akan dilaksanakan.
5. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan kurang efektif, hanya berdasarkan
panduan yang ada tidak berdasarkan kondisi riil dimasyarakat.
6. Dalam mengikuti kegiatan pemberdayaan penerima manfaat terkesan hanya menggugurkan
kewajibannya.
7. Kurangnya pengawasan terhadap penggunaan dana penerima manfaat.
8. Rendahnya kesadaran dalam diri masyarakat untuk berubah menjadi mandiri.
Pemberdayaan dikatakan berhasil apabila proses dan tujuan dari pemberdayaan itu sendiri dapat
tercapai, yaitu tumbuhnya motivasi atau kesadaran dan keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk
xiv
berubah, masyarakat mampu untuk menjangkau akses-akses pelayanan dasar dan sumber
kesejahteraan sosial, masyarakat mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, dan masyarakat
mampu secara mandiri meningkatkan solidaritas dan membentuk kelompok berdasarkan visi dan
tujuan yang sama dalam upaya menghadapi permasalahan yang mereka hadapi. Pada akhirnya jika
tujuan dari pemberdayaan tersebut dapat tercapai maka diharapkan dapat memutus rantai
kemiskinan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang dan masalah yang
sudah dipaparkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemberdayaan
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan dalam Pengentasan Kemiskinan
(Studi Kasus Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung)”
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan masalah maka didapatkan rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pemberdayaan Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan dalam
Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis Pemberdayaan Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan dalam
Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.
15
2. Secara Praktis
Diharapkan memberikan kontribusi kepada pihak yang terlibat dalam
Pemberdayaan Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan di
Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung, PT.
Refika Aditama, 2009), hal. 63.
21
13
Ibid, hal. 60.
22
perilaku dan kebiasaan-kebiasan lama yang dinilai buruk menjadi perilaku yang
baik dan baru agar masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan
kesejahteraannya dan menjadi masyarakat yang mandiri.
2.2.2. Tujuan Pemberdayaan
14
Ibid, hal. 58.
15
Ibid, hal. 59.
23
16
Ibid, hal. 63-64.
24
17
Ibid, hal. 63.
18
Ibid, hal. 63.
25
19
Ibid, hal. 64.
20
Ibid, hal. 64.
27
yang tidak dapat diatasi secara sendiri oleh orang yang tidak berdaya. Pada
dasaranya orang akan memiliki kekuatan lebih saat berkumpul dan bersatu dalam
mencari tujuan, dalam hal ini menjadikan tiap individu yang ada dalam kelompok
lebih mudah dalam menghadapi hambatan ketidaberdayaannya.
21
Kementerian Sosial, Pedoman PKH, (Jakarta, 2021), hal.41.
28
dengan 6 (enam) tahun, dan anak pra sekolah), kriteria komponen pendidikan
(anak SD/MI atau sederajat, anak SMP/MTs atau sederajat, anak SMA/MA atau
sederajat, dan anak usia enam sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang
belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.), dan/atau kriteria
komponen kesejahteran sosial (lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh tahun) dan
penyandang disabilitas berat).22
CCT adalah memberikan bantuan uang tunai kepada keluarga miskin hanya jika
mereka mematuhi seperangkat persyaratan tertentu. Misalnya sebagian besar
program CCT mendistribusikan bantuan tergantung pada kehadiran wajib di
pelayanan kesehatan preventif dan kesehatan gizi serta pendidikan yang
dirancang untuk mempromosikan perubahan perilaku positif, dan beberapa
program juga memerlukan kehadiran di sekolah untuk siswa usia sekolah. Dalam
CCT kesehatan gizi juga dikedepankan untuk kelompok rentan (misalnya, ibu
hamil dan anak-anak), yang merupakan komponen dalam penerima CCT.
22
Kementerian Sosial, Pedoman PKH, (Jakarta, 2021), hal. 41.
23
Rahmawati E, Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui
Program Keluarga Harapan Di Kecamatan Semarang Tengah, (Unnes, 2017), hal. 26.
30
Untuk mendapatkan bantuan, KPM PKH harus terdaftar dan hadir pada fasilitas
kesehatan dan pendidikan terdekat. Kewajiban KPM PKH terdiri dari tiga
komponen yaitu di bidang kesehatan yang meliputi pemeriksaan kandungan bagi
ibu hamil, pemberian asupan gizi dan imunisasi serta timbang badan anak balita
dan anak prasekolah, kewajiban di bidang pendidikan adalah mendaftarkan dan
memastikan anggota keluarga PKH mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat
kehadiran paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif
bagi anak usia sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun serta kewajiban
komponen kesejahteraan sosial yaitu anggota keluarga PKH mengikuti kegiatan di
bidang kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan bagi keluarga yang memiliki
komponen lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun dan/atau penyandang
disabilitas berat dan KPM PKH diwajibkan hadir dalam PK atau P2K2 setiap
bulan.
Tujuan utama dari PKH ini adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai
kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah
perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok
paling miskin. Selain itu PKH juga memiliki tujuan khusus dan umum. Tujuan
umum PKH adalah meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin untuk dapat
mengakses fasilitas-fasilitas layanan sosial dasar seperti pendidikan, kesehatan,
dan kesejahteraan sosial guna mendukung tercapainya peningkatkan taraf hidup
keluarga miskin atau KPM PKH.
dalam jangka panjang PKH diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial dan
memutus rantai kemiskinan.
Besarnya bantuan tunai yang diberikan kepada KPM PKH bervariasi tergantung
pada jumlah anggota keluarga yang dipertimbangkan dalam penerimaan bantuan,
baik dalam komponen kesehatan, pendidikan maupun komponen kesejahteraan
sosial. Besarnya bantuan dapat berubah seiring dengan pemenuhan komponen
yang ada dalam persyaratan PKH maupun berdasarkan kondisi KPM PKH saat
menerima bantuan, bila KPM PKH tidak dapat memenuhi kewajiban maupun
persyaratan yang ada maka besaran bantuan yang diberikan dapat dikurangi dan
dapat diberikan sanksi terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH.
Besarnya dana bantuan PKH berdasarkan Indeks dan faktor penimbang Bantuan
Sosial PKH Tahun 2021 (Rp)/Tahun sebagai berikut:
(Rp/Tahun/RSTM)
1 Bantuan Tetap Rp. 900.000.-
2 Kategori Anak Usia Dini 0 s.d. 6 Tahun Rp. 3.000.000,-
Keluarga sebagai unit terkecil dari suatu masyarakat tidak hanya dapat dipandang
sekadar sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga harus dipandang sebagai pelaku
(subyek) pembangunan. Pengertian pemberdayaan keluarga merupakan sistem
penanganan masalah berbasis keluarga. Menurut Suharto definisi dari
pemberdayaan keluarga dapat dipahami sebagai upaya untuk menjadikan keluarga
mampu untuk menjalankan peran sesuai dengan fungsinya dalam keluarga,
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, mampu mengenai potensi
yang dimilikinya serta mampu untuk mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki anggota keluarga.25
25
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung, PT.
Refika Aditama, 2009), hal. 170-171.
34
Dalam pemberdayaan menurut Edi Suharto yang menjadi indikator pertama dari
keberhasilan pemberdayaan adalah power within (kekuasaan di dalam), yaitu:
26
Ibid, hal. 63.
27
Ibid, hal. 63.
35
Dalam pemberdayaan menurut Edi Suharto yang menjadi indikator kedua dari
keberhasilan pemberdayaan adalah power to (kekuasaan untuk), yaitu:
28
Ibid, hal. 64.
36
Dalam pemberdayaan menurut Edi Suharto yang menjadi indikator ketiga dari
keberhasilan pemberdayaan adalah power over (kekuasaan atas), yaitu:
Dalam pemberdayaan menurut Edi Suharto yang menjadi indikator keempat dari
keberhasilan pemberdayaan adalah power with (kekuasaan dengan), yaitu:
29
Ibid, hal. 64.
37
30
Ibid, hal. 64.
38
Kemampuan Peningkatan
Terciptanya kolaborasi Terbentuknya Usaha
Menjangkau dan Kemampuan KPM PKH
diantara berbagai Porduktif KPM PKH
Memanfaatan Akses melalui Pertemuan
pihak melalui Kelompok
Layanan Dasar dan Peningkatan
Adanya motivasi KPM Usaha Bersama
Kesejahteraan Sosial Kemampuan (P2K2)
PKH untuk berubah (KUBE)
oleh KPM PKH Keluarga
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat penelitian deskriptif, menurut Moleong
ialah jenis penelitian yang berupaya menggambarkan suatu fenomena yang ada
dengan jalan memaparkan data secara kata-kata, dan gambar.31 Sementara
pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Menurut Moleong lokasi penelitian merupakan alur yang paling utama dalam
menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya dari objek yang diteliti
dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat dalam penentuan
lokasi penelitian cara yang baik ditempuh adalah dengan jalan
mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk mencari
kesesuaian sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.33
Dalam hal ini lokasi yang diteliti adalah Pelaksanaan PKH di Kecamatan Panjang
Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung, dipilihya lokasi tersebut dikarenakan
terdapat pelaksanaan PKH yang tujuan utamanya untuk mengentaskan
kemiskinan. Namun, pelaksanaan PKH di Kecamatan Panjang Kota Bandar
Lampung berjalan tidak sesuai harapan dengan angka kemiskinan yang ada justru
mengalami peningkatan pada tahun 2021 dan masih tingginya jumlah KPM PKH.
Tingginya jumlah KPM PKH di Kecamatan Panjang dapat dilihat pada tabel
berikut:
33
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2012), hal.
34
Al-Muchtar S, Dasar Penelitian Kualitatif, (Bandung, Gelar Pustaka Mandiri, 2015),
hal.
42
Berdasarkan data pada tabel di atas, tingginya jumlah KPM PKH di beberapa
kelurahan yang ada di Kecamatan Panjang menjadikan Peneliti merasa tertarik
untuk meneliti lebih lanjut terkait Pemberdayaan KPM PKH dalam Pengentasan
Kemiskinan di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.
Adapun dalam penelitian ini peneliti lebih difokuskan pada mengetahui dan
menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan Pemberdayaan KPM
PKH dalam Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Panjang Kota Bandar
Lampung menggunakan empat indikator pemberdayaan menurut Edi Suharto,
yaitu Kekuasaan di dalam (power within), Kekuasaan untuk (power to),
Kekuasaan atas (power over) dan Kekuasaan dengan (power with).
35
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2012), hal.
43
merasa terbebani dari segi biaya. Sehingga KPM PKH mampu untuk
meningkatkan taraf hidup dan kondisi sosial ekonominya.
Penulis menentukan sumber data yang terdiri dari orang dan benda. Orang dalam
hal ini sebagai informan sedangkan benda merupakan sumber data dalam bentuk
dokumen seperti artikel, dan lain-lain:
45
1. Data primer
Data Primer merupakan data yang berupa teks hasil wawancara dan
diperoleh melalui wawancara dengan informan yang dijadikan sampel
dalam penelitian, data primer tersebut dapat direkam atau dicatat oleh
penulis. Pada penelitian ini penulis memperoleh data langsung berupa data
perkembangan proses pemberdayaan dan perubahan perilaku KPM, data
usaha mandiri dan KUBE yang telah berjalan serta data pengelolaan
keuangan oleh KPM PKH berupa tabungan maupun hutang dari hasil
wawancara dengan tatap muka antara peneliti dengan informan yang
merupakan KPM PKH dan pengurus Unit Pelaksana PKH Kota Bandar
Lampung.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh
penulis dengan cara membaca, melihat, atau mendengarkan. Data ini
biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh penulis
sebelumnya. Termasuk dalam kategori data tersebut ialah:
a. Laporan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Kecamatan
Panjang Kota Bandar Lampung 2019.
b. Laporan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Kecamatan
Panjang Kota Bandar Lampung 2020.
c. Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan tahun 2019.
d. Data sekunder lainnya berupa jurnal penelitian, website dan berita
tentang pelaksanaan PKH di Kota Bandar Lampung.
3.5. Informan
Teknik penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono, teknik purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi
mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal
46
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 26, (Bandung,
Alfabeta, 2017), hal.
47
2. Observasi
Menurut Patton Observasi adalah sebuah metode yang akurat dan spesifik
dalam melakukan pengumpulan data serta memiliki tujuan mencari
informasi mengenai segala kegiatan yang sedang berlangsung untuk
dijadikan objek kajian dalam sebuah penelitian. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan,
terhadap fenomena yang terjadi mengenai pemberdayaan KPM PKH
dalam pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Panjang Kota Bandar
Lampung.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono dokumen merupakan teknik pengumpulan data dari
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, studi ini merupakan
pelengkap dari penggunakan observasi dan wawancara dalam penelitian
ini. Sedangkan menurut Moleong bahwa dokumentasi dibedakan menjadi
37
Ibid, hal. 224
48
2. Classifying (Klasifikasi)
Classifying adalah proses pengelompokan semua data baik yang berasal
dari hasil wawancara dengan subyek penelitian, pengamatan dan
pencatatan langsung di lapangan atau observasi. Seluruh data yang didapat
38
Afifuddin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2009), hal.
173
49
3. Verifying (Verifikasi)
Verifying adalah proses memeriksa data dan informasi yang telah didapat
dari lapangan agar validitas data dapat diakui dan digunakan dalam
penelitian. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa data yang didapat
adalah benar-benar valid dan tidak ada manipulasi.
4. Concluding (Kesimpulan)
Kesimpulan yaitu langkah terakhir dalam proses pengolahan data.
Kesimpulan inilah yang nantinya akan menjadi sebuah data terkait dengan
objek penelitian peneliti. Hal ini disebut dengan istilah concluding, yaitu
kesimpulan atas proses pengolahan data yang terdiri dari tiga proses
sebelumnya: editing, classifying, verifying.
39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 26, (Bandung,
Alfabeta, 2017), hal
50
Dalam tahap ini peneliti memilah-milah mana data yang dibutuhkan dalam
penelitian dan mana yang bukan, kemudian peneliti memisahkan data yang
tidak perlu dan memfokuskan data yang benar-benar berhubungan dengan
meneliti Pemberdayaan KPM PKH dalam Pengentasan Kemiskinan di
Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung).
2. Penyajian Data
Sugiyono menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kulitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Melalui penyajian data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi dilapangan pada saat pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti untuk merencanakan kerja selanjutnya. 40 Dalam
penelitian ini, penyajian data diwujudkan dalam bentuk uraian dengan teks
naratif, bagan, foto atau gambar dan sejenisnya yang mendukung
penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
40
Ibid, hal.
51
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual dan
interaktif. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara terus
menerus selama penelitian berlangsung. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel, dengan demikian kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Karena seperti yang telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada di lapangan.
IV. GAMBARAN UMUM
Sejak tahun 1976 sampai saat ini Kecamatan Panjang telah di jabat oleh seorang
camat/kepala wilayah kecamatan secara berturut-turut.
Tabel 9.
No Nama Menjabat dari tahun
1 Fayakun 1976-1977
2 Sumariyadi 1977-1977
3 Muchtar Abdullah 1977-1981
4 Habiburrahman 1981-1983
5 Drs. Kardinal 1983-1985
6 Hi. A. Fuad Iba, BA 1985-1992
7 Darwin Djari, S.H 1992-1995
8 Drs. Idrus Effendi 1995-1995
9 Syamsudin 1995-1998
10 Sam’un, S.H 1998-2000
11 Drs. Ramlan Amron 2000-2001
12 Sumarno, S.H 2001-2003
13 Drs. Emil Riady 2003-2004
14 Drs. Junaidi 2004-2007
15 Paryanto, S.IP 2007-2009
16 Bahirumsyah, S.Sos 2009-2011
17 Drs. Rahmat Indra Putra 2011-2013
18 Herni Musfi, S.Sos 2013-2017
19 Ahmad Nurizki Erwandi, S.STP 2017-2019
20 Bagus Harisma Bramado, S.STP., M.IP 2019-Sekarang
4.1.2 Keadaan Geografis
Luas Jumlah
No Kelurahan
(Km2) Laki-laki Perempuan Jiwa KK
1 2 3 4 5 6 7
1 Srengsem 4,56 4.585 4.437 9.022 2.253
2 Karang Maritim 1,05 5.953 5.631 11.584 2.894
3 Panjang Utara 1,22 7.499 7.235 14.734 4.168
4 Panjang Selatan 1,06 7.427 7.284 14.711 3.976
5 Pidada 3,18 6.784 6.495 13.279 3.317
6 Way Lunik 2,88 5.167 4.928 10.095 2.981
7 Ketapang 0,90 2.299 2.141 4.440 1.270
8 Ketapang Kuala 0,90 1.543 1.403 2.946 934
Jumlah 15,75 41.257 39.554 80.811 21.793
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung (2021)
Buku:
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cet. Ke 26.
Bandung: Alfabeta.
Jurnal:
Iis Arfiyani, TJ. Raharjo, A. Yusuf. 2020. Family Development Session Sebagai
Upaya Peningkatan Keterampilan Hidup Masyarakat Miskin. Undiksha.
Website:
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2020. Bandar Lampung dalam
Angka 2020. https://bandarlampungkota.bps.go.id. Diakses pada tanggal 5
September 2021 pukul 10.00.
Dokumen:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 34 ayat (1).
https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan ketimpangan.html#subjekView-
Tab3. Diakses pada tanggal 05 Maret 2021 pukul 22.00
https://www.bps.go.id/indicator/23/621/1/persentase-penduduk-miskin-menurut-
kabupaten-kota.html. Diakses pada tanggal 05 Februari 2021 pukul 23.00
https://www.bps.go.id/indicator/23/624/1/garis-kemiskinan-menurut-kabupaten-
kota.html. Diakses pada tanggal 06 Maret 2021 pukul 00.00
https://www.bps.go.id/indicator/23/619/1/jumlah-penduduk-miskin-kab-
kota.html. Diakses pada tanggal 04 Maret 2021 pukul 09.00
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/15/1851/persentase-penduduk-
miskin-september-2020-naik-menjadi-10-19-persen.html. Diakses pada
tanggal 01 Maret 2021 pukul 10.00
PANDUAN WAWANCARA
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Umur :
Jenis Kelamin :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
B. Indikator Power To
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
B. Indikator Power To
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :