Anda di halaman 1dari 36

EVALUASI KEBIJAKAN PADA PROGRAM PERCEPATAN

PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN PASAMAN


BARAT

PROPOSAL

Proposal Ini Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas

Oleh:

LARA SHINTA

1910841003

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................................. 6
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 8
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................................................ 8
2.2 Teori .............................................................................................................................. 13
2.2.1 Evaluasi Kebijakan ............................................................................................. 13
2.2.2 Model Evaluasi Kebijakan Menurut William N. Dunn ...................................... 14
2.2.3 Program Pencegahan Stunting ............................................................................ 18
2.3 Skema Pemikiran .......................................................................................................... 19
2.4 Definisi Konsep ............................................................................................................ 20
2.5 Definisi Operasional ..................................................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 23
3.1 Pendekatan Penelitian dan Desain Penelitian ............................................................... 23
3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 23
3.2.1 Wawancara.......................................................................................................... 24
3.2.2 Dokumentasi ....................................................................................................... 24
3.3 Teknik Pemilihan Informan .......................................................................................... 24
3.4 Peranan Peneliti ............................................................................................................ 25
3.5 Proses Penelitian ........................................................................................................... 26
3.6 Unit Analisis ................................................................................................................. 26
3.7 Teknik Analisis Data..................................................................................................... 27
3.8 Teknik Keabsahan Data ................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 31
ii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan...................................................................................... 10
Tabel 2.2 Definisi Operasional ........................................................................................... 21
Tabel 3.1 Daftar Informan .................................................................................................. 25
Tabel 3.2 Daftar Informan Triangulasi ............................................................................... 30
iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Prevensi Stunting di Pasaman Barat .............................................................. 5
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Pada saat pelantikan Presiden Joko Widodo untuk periode 2019-2024,

beliau menetapkan visi dan misi untuk Indonesia kedepannya. Dengan beberapa

visi dan misi diantaranya tetap memfokuskan pada bidang kesehatan dan

pembangunan SDM untuk mewujudkan Indonesia maju. Untuk mendorong visi dan

misi tersebut terutama bidang kesehatan, Kemenkes bersama jajarannya

menjadikan isu-isu kesehatan menjadi fokus dan prioritas dari Kemenkes. Dalam

banyak isu kesehatan yang ada, Kemenkes menetapkan enam isu kesehatan menjadi

fokus Kemenkes di tahun 2021 yang disebut Program Nasional. Enam kegiatan

yang menjadi prioritas Kemenkes yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),

pencegahan stunting, peningkatan pengendalian penyakit baik menular atau tidak

menular serta penguatan health security untuk penanganan pandemi, penguatan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) serta peningkatan sistem kesehatan

nasional. Salah satu isu kesehatan yang menjadi prioritas tersebut terdapat program

stunting, yang mana masih menjadi prioritas dari Pemerintah Republik Indonesia

terutama Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sedangkan visi dan misi

pembangunan SDM dapat dilakukan dengan mengatasi masalah-masalah terkait

kesehatan yang menjadi penghambat pembangunan SDM. Seperti halnya yang

disampaikan oleh Kuwat bahwa:


2

“Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas, pemerintah terus berupaya untuk

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan

memperbaiki intervensi spesifik dan sensitif, yakni mendorong para ibu hamil

mengonsumsi makanan bergizi, perbanyak makan buah dan sayur, pencegahan

infeksi, pemberian PMT, tambahan tablet darah bagi remaja, pemantauan dan

promosi pertumbuhan, serta peningkatan kualitas air dan sanitasi.”

Pembangunan SDM yang berkualitas dapat membantu peningkatan

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi indonesia. Permasalahan-permasalahan

yang disampaikan oleh Kuwat diatas, merupakan program-program konvergensi

atau percepatan pencegahan stunting. Artinya dapat disimpulkan bahwa

permasalahan stunting yang terjadi memberikan pengaruh besar terhadap

pembangunan SDM. Maka stunting adalah permasalahan yang besar yang harus

segera diatasi mengingat puncak bonus demografi yang akan terjadi di tahun 2030

mendatang, karena hal tersebut pemerintah Indonesia harus mampu mencetak

generasi penerus bangsa yang sehat dan berdaya saing global sehingga bonus

demografi yang terjadi dapat memberikan dampak atau hasil yang positif dan bukan

sebaliknya. Berdarkan hasil paparan dari website Kemenkes.go.id, bahwa hasil

angka stunting terus megalami penurunan dalam 5 tahun terakhir, dari 37,2%

(2013) menjadi 27,67% (2019), semua hal tersebut berkat upaya yang terus

dilakukan oleh Kemenkes dan pemerintahan baik pusat dan daerah dalam

menurunkan angka terjadinya stunting di Indonesia. Walaupun hasil tersebut masih

jauh dari terget penurunan prevalensi stunting yaitu sampai pada angka 14% pada
3

tahun 2024. Sehingga, untuk dapat mencapai target sebesar 14% di tahun 2024,

maka setiap tahun angka stunting harus mengalami penurunan sebesar 2,7%.

Stunting merupakan keadaan diaman kondisi tumbuh kembang anak tidak

sesuai dengan perkembangan anak pada umumnya, hal tersebut bisa disebabkan

oleh banyak hal. Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi

gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan

gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama

Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan (Fitriani Pramita

Gurning et al., 2021). Stunting dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang meluputi

faktor biologis, psikologis, dan sosial. Stunting bukan hanya berdampak pada

kondisi fisik anak tetapi berdampak pada hal lainnya, berdsarkan penelitian

Giyaningtyas dan Ika juita yang dikutip oleh Primasari & Anna Keliat (2020)

bahwa stunting berdampak pada gangguan perkembangan kognitif, gangguan

perkembangan mental dan motorik serta membuat anak-anak lebih rentan terhadap

penyakit (metabolisme lemah). Menurut World Health Organization (WHO)

masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih

dari 20 persen (Noflida, Resty., 2020).

Artinya kondisi Indonesia yang angka stuntingnya lebih tinggi atau berada

diatas 20 persen, dapat dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang

kronis. Menurut Unicef pada tahun 2019 sebanyak 1 dari 3 balita atau 149 juta balita

di dunia mengalami stunting (Utami, 2020). Stunting bukan hanya menjadi

permasalahan di Indonesia tetapi juga menjadi permasalahan di negara-negara lain

di dunia. Selain itu menurut United Nations Children's Emergency Fund (UNICEF)
4

lebih dari setengah anak stunting atau sebesar 56% tinggal di Asia dan lebih dari

sepertiga atau sebesar 37% tinggal di Afrika (Fitriani Pramita Gurning et al., 2021).

Masalah stunting sendiri di Indonesia terjadi di 14 provinsi yang tergolong kategori

berat, dan sebanyak 15 provinsi lainnya tergolong kategori serius. Tercatat 18

provinsi yang angka prevalensinya di atas prevalensi nasional. Provinsi Sumatera

Barat yang berada di urutan 22 setelah urutan provinsi lainnya dengan prevalensi

sedang (Riskesdas, 2018) yang dikutip oleh Noflida, Resty., (2020). Bentuk dari

kegiatan stunting sendiri berupa pemberian asupan gizi yang baik untuk ibu hamil,

balita dan anak-anak, kemudian dilakukan pemantauan 1000 HPK, pemberian

tablet tambah darah pada anak remaja dan perbaikan sanitasi dilingkungan

masyarakat.

Pasaman barat merupakan salah satu kabupaten yang berada pada wilayah

Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Pasaman Barat sendiri resmi berdiri pada

tanggal 7 Januari 2004 dengan luas wilayah 3.887,77 Km2. Pasaman Barat sendiri

merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam 100 kabupaten yang

mengalami stunting di Indonesia pada tahun 2019. Kabupaten Pasaman Barat

memiliki 11 kecamatan, 19 nagari/desa dan 20 puskesmas yang tersebar di wilayah

kecamatan. Terdapat 5 puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan untuk

satu kecamatan. 3 kecamatan memiliki 2 puskesmas, 2 kecamatan memiliki 3

puskesmas dan satu kecamatan 4 puskesmas. Sebaran prevalensi stunting per

kecamatan pada 3 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik berikut:


5

Gambar 1.1 Prevensi Stunting di Pasaman Barat

Sumber: Sister.pasamanbarat.go.id

Dari grafik di atas kecamatan yang paling tinggi prevalensi stuntingnya di

tahun 2018 adalah Kecamatan Lembah Melintang 32,9% yang kemudian turun

menjadi 10,3% dan naik lagi menjadi 18,4 % di tahun 2020. Sedangkan untuk

kecamatan yang mengalami peningkatan prevalensi stunting di tahun 2020 ada dua

kecamatan yaitu Kecamatan Koto Balingka dan Kecamatan Sungai Beremas.

Kabupaten Pasaman Barat sendiri berhasil meraih penghargaan sebagai peringkat

pertama dalam kinerja penanganan pencegahan stunting. Implementasi program

stunting sendiri di Pasaman Barat mulai dilakukan semenjak Peraturan Bupati

Nomor 33 Tahun 2019 dikeluarkan.

Berdasarkan kesimpulan awal, bahwa implementasi dari kebijakan akan

program percepatan pecegahan stunting telah dilakukan di Pasaman Barat.

Walaupun hasil penurunan angka stunting di Pasaman Barat bisa dikatakan masih
6

jauh dari standar target yang ditetapkan oleh Kemenkes RI untuk dapat mencapai

pembangunan SDM yang berkualitas sebagai modal untuk menghadapi bonus

demografi yang akan terjadi pada tahun 2024. Maka peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana program percepatan pecengahan stunting di Pasaman Barat dalam

proses pelaksanaanya, apakah penurunan angka stunting karena program yang

mencapai sasaran atau ada faktor hal lainnya. Oleh karena itu peneliti mengambil

judul penelitian berupa Evaluasi Kebijakan pada Program Percepatan Pencegahan

Stunting di Kabupaten Pasaman Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari paparan peneliti pada latar belakang masalah, maka dapat

dirumuskan permasalah penelitian yakni:

Bagaimana Evaluasi Kebijakan pada Program Percepatan Pencegahan

Stunting di Kabupaten Pasaman Barat?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis

bagaimana evaluasi kebijakan pada program percepatan pencegahan stunting di

Kabupaten Pasaman Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini memberikan manfaat berupa kontribusi

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan Administrasi Publik, karena dalam


7

penelitian ini terdapat kajian-kajian ilmu Administrasi Publik terkhususnya

dalam kajian tentang evaluasi kebijakan pada program percepatan pencegahan

stunting di Kabupaten Pasaman Barat.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

berupa masukan dan gambaran mengenai evaluasi kebijakan pada program

percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Pasaman Barat. Hasil penelitian

ini juga diharapkan dapat memberikan saran kepada pihak pemerintah

Kabupaten Pasaman Barat dalam pelaksanaan program percepatan pencegahan

stunting.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Hermawati dan Sastrawan dengan judul penelitian Analisis Implementasi

Kebijakan Program Penanggulangan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Lombok

Utara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian

ini adalah untuk pelaksanaan implementasi program penanggulangan stunting

terintegrasi untuk intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sentisif telah

dijalankan oleh pihak-pihak terkait, namun dampak yang diberikan kepada

masyarakat untuk penurunan prevalensi stunting atas program yang dijalankan

tidak begitu signifikan dalam memberikan dampak.Masih banyaknya hambatan

dalam pelaksanaan program kegiatan sehingga program yang telah direncanakan

tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya. Salah satu faktornya yaitu lemahnya

SDM yang masih kurang pada setiap OPD, lalu anggaran yang belum bisa

dimobilisasi secara efektif dan efisien sehingga perencanaan program kebijakan

penanggulangan stunting masih terhambat.

Penelitian relevan selanjutnya, dilakukan oleh Fitriani Pramita Gurning,

Rahmia Yunita Sari S, Rizky Widya Astuti, Ummu Balwis Munafarida Sinambela

dengan judul Implementasi Program Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di

Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2020. Penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian

ini adalah dari sisi kekuatan, bahwa ketersediaan sarana pelayanan seperti

puskesmas dapat dikatakan sudah ada dan tersebar di Kota Medan. Lalu pada segi
9

tenaga pengelola program juga sudah dapat dikatan baik karena sudah dilakukan

pemberian Pendidikan dan pelatihan. Dari sisi kelemahan yaitu adanya keterbatasan

petugas dalam pemantauan dan keterbatasan waktu serta focus Dinas Kesehatan

yang beralih pada penanggulangan wabah Covid-19. Dari sesi peluang, sudah ada

Undang-Undang Kesehatan dan Peraturan Menteri Keuangan yang menyokong

pelaksanaan program stunting. Dari sisi ancaman yaitu masyarakat yang masih

rendah akan tingkat kependuliannya terhadap program stunting, keadaan sanitasi

yang masih kurang dan keadaan pandemic Covid-19 yang sedang melanda

berpengaruh pada pandemic Covid-19 yang sedang melanda berpengaruh pada

penghasilan masyarakat sehingga memiliki keterbatasan dalam pemenuhan gizi

anak. Implementasi program pencegahan dan penanggulangan stunting yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2020, sudah dilakukan tetapi

masih belum optimal yang mana dibuktikan dengan target pencapaian atas program

stunting nasional yang tidak tercapai oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Itu semua

terjadi karena pandemic Covid-19 yang sedang terjadi membuat fokus Dinas

Kesehatan beralih.

Penelitian relevan lainnya, penelitian yang dilakukan oleh Adriana Rodino

Fallo, dengan judul Implementasi Kebijakan Pencegahan Stunting oleh Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Timor Tengah Selatan

di Kecamatan KIE. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah Implementasi kebijakan

pencegahan stunting oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Kab Kabupaten Timor Tengah Selatan di Kecamatan KIE masih adanya


10

permasalahan dalam implementasinya dilihat dari aspek komunikasi, dimana dinas

terkait telah melakukan sosialisasi stunting kepada masyarakat serta dampak

stunting bagi anak, tetapi masyarkakt menganggap bahwa stunting terjadi akibat

dari faktor keturunan bukan kekuarangan gizi. Implementasi kebijakan pencegahan

stunting oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kab

Kabupaten Timor Tengah Selatan di Kecamatan KIE masih adanya permasalahan

dalam implementasinya dilihat dari aspek komunikasi, dimana dinas terkait telah

melakukan sosialisasi stunting kepada masyarakat serta dampak stunting bagi anak,

tetapi masyarkakt menganggap bahwa stunting terjadi akibat dari faktor keturunan

bukan kekuarangan gizi. Dilihat dari teori Edward III, dari segi sumber daya,

implementasi kebijakan ini memiliki sumber daya yang cukup, namun masih

kekurangan SDM dari sisi kauntitas dan kualitas untuk melakukan penyuluhan

pengawasan pengendalian kasusu stunting di Kecamatan Kie. Dari segi disposisi,

para pelaksana kebijakan memiliki karakterisitik keberhasilan akan implementasi

kebijakan pencegahan stunting walaupun masih ada ditemui beberapa penyuluh

yang acuh dalam mengimplementasikan kebijakan. Dari segi sturktur birokrasi

implementasi kebijakan tersebut telah dinilai cukup kuat namun masih harus ada

pembenahan dari sisi regulasi untuk lebih tegas dalam menangani permasalahan

stunting serta menghilangkan ego sectoral antar SKPD yang bertanggung jawab

dalam pencegahan permasalahan stunting.

Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang Hasil Penelitian
Digunakan
11

Hermawati dan Analisis Implementasi Menggunakan Untuk pelaksanaan


Sastrawan Kebijakan Program penelitian implementasi program
Penanggulangan kualitatif penanggulangan stunting
Stunting Terintegrasi deskriptif terintegrasi untuk intervensi
di Kabupaten Lombok gizi spesifik dan intervensi gizi
Utara sentisif telah dijalankan oleh
pihak-pihak terkait, namun
dampak yang diberikan kepada
masyarakat untuk penurunan
prevalensi stunting atas
program yang dijalankan tidak
begitu signifikan dalam
memberikan dampak.Masih
banyaknya hambatan dalam
pelaksanaan program kegiatan
sehingga program yang telah
direncanakan tidak berjalan
dengan sebagaimana mestinya.
Salah satu faktornya yaitu
lemahnya SDM yang masih
kurang pada setiap OPD, lalu
anggaran yang belum bisa
dimobilisasi secara efektif dan
efisien sehingga perencanaan
program kebijakan
penanggulangan stunting masih
terhambat.
Fitriani Pramita Implementasi Program Penelitian Dari sisi kekuatan, bahwa
deskriptif ketersediaan sarana pelayanan
Gurning, Pencegahan dan
dengan seperti puskesmas dapat
Rahmia Yunita Penanggulangan pendekatan dikatakan sudah ada dan
kualitatif dan tersebar di Kota Medan. Lalu
Sari S, Rizky Stunting di Wilayah
subjek pada segi tenaga pengelola
Widya Astuti, Kerja Dinas Kesehatan penelitian program juga sudah dapat
dipilih secara dikatan baik karena sudah
Ummu Balwis Kota Medan Tahun
purposive dilakukan pemberian
Munafarida 2020 Pendidikan dan pelatihan. Dari
sisi kelemahan yaitu adanya
Sinambela.
keterbatasan petugas dalam
pemantauan dan keterbatasan
waktu serta focus Dinas
Kesehatan yang beralih pada
penanggulangan wabah Covid-
19. Dari sesi peluang, sudah ada
Undang-Undang Kesehatan dan
Peraturan Menteri Keuangan
12

yang menyokong pelaksanaan


program stunting. Dari sisi
ancaman yaitu masyarakat yang
masih rendah akan tingkat
kependuliannya terhadap
program stunting, keadaan
sanitasi yang masih kurang dan
keadaan pandemic Covid-19
yang sedang melanda
berpengaruh pada penghasilan
masyarakat sehingga memiliki
keterbatasan dalam pemenuhan
gizi anak. Implementasi
program pencegahan dan
penanggulangan stunting yang
dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan tahun
2020, sudah dilakukan tetapi
masih belum optimal yang
mana dibuktikan dengan target
pencapaian atas program
stunting nasional yang tidak
tercapai oleh Dinas Kesehatan
Kota Medan. Itu semua terjadi
karena pandemic Covid-19
yang sedang terjadi membuat
fokus Dinas Kesehatan beralih.

Adriana Rodino Implementasi Metode Implementasi kebijakan


Fallo Kebijakan Pencegahan penelitian pencegahan stunting oleh Dinas
Stunting oleh Dinas deskriptif Pengendalian Penduduk dan
Pengendalian dengan Keluarga Berencana Kab
Penduduk dan pendekatan Kabupaten Timor Tengah
Keluarga Berencana kualitatif. Selatan di Kecamatan KIE
Kabupaten Timor masih adanya permasalahan
Tengah Selatan di dalam implementasinya dilihat
Kecamatan KIE dari aspek komunikasi, dimana
dinas terkait telah melakukan
sosialisasi stunting kepada
masyarakat serta dampak
stunting bagi anak, tetapi
masyarkakt menganggap
bahwa stunting terjadi akibat
dari faktor keturunan bukan
kekuarangan gizi. Dilihat dari
teori Edward III, dari segi
13

sumber daya, implementasi


kebijakan ini memiliki sumber
daya yang cukup, namun masih
kekurangan SDM dari sisi
kauntitas dan kualitas untuk
melakukan penyuluhan
pengawasan pengendalian
kasusu stunting di Kecamatan
Kie. Dari segi disposisi, para
pelaksana kebijakan memiliki
karakterisitik keberhasilan akan
implementasi kebijakan
pencegahan stunting walaupun
masih ada ditemui beberapa
penyuluh yang acuh dalam
mengimplementasikan
kebijakan. Dari segi sturktur
birokrasi implementasi
kebijakan tersebut telah dinilai
cukup kuat namun masih harus
ada pembenahan dari sisi
regulasi untuk lebih tegas
dalam menangani
permasalahan stunting serta
menghilangkan ego sectoral
antar SKPD yang bertanggung
jawab dalam pencegahan
permasalahan stunting.

Sumber: Hasil Olahan Peneliti Tahun 2021


2.2. Teori
Untuk dapat mencapai tujuan penelitian, maka peneliti megutip beberapa

teori yang relevan yag digunakan untuk dasar dalam melaksanakan penelitian.

2.2.1 Evaluasi Kebijakan

Sebuah kebijakan publik harus tetap diawasi dan salah satu mekanisme

pengawasan tersebut disebut evaluasi kebijakan. evaluasi diperlukan untuk melihat

kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan

untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan
14

publik. Evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas suatu “fenomena” di

dalamnya terkandung pertimbangan nilai (valuejudgment) tertentu. Menurut

Mustopadidjaja (Mustari et al., 2015), fenomena yang dimaskud adalah yang

berkaitan dengan tujuan, sasaran kebijakan, kelompok sasaran yang ingin

dipengaruhi, berbagai instrumen kebijakan yang digunakan, responsi dari

lingkuangan kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang terjadi dan sebagainya.

Evaluasi kebijakan adalah hal yang penting dalam kebijakan publik karena

merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat

membuahkan hasil yaitu dibandingkan antara hasil yang diperolah dengan tujuan

dan/atau target kebijakan publik yang ditentukan. Evaluasi kebijakan publik bukan

hanya melihat hasil (outcomes) atau dampak (impacts), tetapi juga untuk melihat

bagaimana proses pelaksanaan suatu kebijakan dilaksanakan. Menurut Weiss

(Mustari et al., 2015), unsur-unsur penting yang terkandung dalam evaluasi

kebijakan adalah :

a. Untuk mengukur dampak dengan bertumpu pada riset yang digunakan.

b. Dampat tersebut menekankan pada suatu hasil dari efisiensi, kejujuran,

moral yang melekat pada aturan-aturan atau standar.

c. Perbandingan antara dampak dengan tujuan, menekankan pada penggunaan

kriteria yang jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilakukan

dengan baik.

d. Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan selanjutnya dan

perbaikan kebijakan pada masa mendatang sebagai tujuan sosial.


15

2.2.2 Model Evaluasi Kebijakan Publik William N Dun

Menurut William N. Dunn (2018, h 332), evaluasi mempunyai fungsi utama

dalam analisis kebijakan, sebagai berikut:

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, ebaluasi

mengungkapkan sejauh mana tujuan tertentu dan tujuan lainnya telah

tercapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-

nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan

mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik

dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam

hubungan dengan masalah yang dituju. Dalam menanyakan kepantasan

tujuan dan sasaran, anlis dapat menguji alternatif sumber nilai (misalnya,

kelompok kepentingan dan pegawai negeri, kelompok-kelompok klien)

maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis,

ekonomi, legal, sosial, subtantif).

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat member

sumbanagan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh,

dengan menunjukan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan


16

ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi alternatif kebijakan

yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif

kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan

yang lain.

Di bawah ini adalah kriteria Evaluasi Kebijakan menurut Dunn, sebagai berikut:

Tipe Kriteria Pernyataan Ilustrasi


Efektivitas Apakah hasil yang Unit pelayanan
diinginkan telah dicapai
?
Efisiensi Seberapa banyak usaha Unit biaya manfaat
yang diperlukan untuk bersih, Ratio Cost
mencapai hasil yang Benefit
diinginkan?
Kecukupan Seberapa jauh Biaya tetap efektivitas
pencapaian hasil yang tetap
diinginkan memecahkan
masalah?
Perataan/Ekuitas Apakah biaya manfaat Kriterua Pareto,
didistribusi dengan Kriteria Kaldor-Hicks
merata pada kelompok-
kelompok berbeda?
Responsivitas Apakah hasil kebijakan Konsisteni dengan
memuaskan kebutuhan suvey warga negara
preferensi
Ketepatan/Kelayakan Apakah hasil (tujuan) Program publik harus
yang diinginkan benar- merata dan efisien
benar berguna atau
bernilai?

Selanjutnya Dunn membagi evaluasi kebijakan menjadi tiga berdasarkan

waktu evaluasi, yaitu “sebelum dilaksanakan”, “pada waktu dilaksanakan” dan


17

“sesudah dilaksanakan”. Evaluasi pada waktu pelaksanaan umumnya disebut

sebagai evaluasi proses, sementara ebaluasi setelah kebijakan diimplementasikan

disebut sebagai evaluasi konsekuensi kebijakan atau evaluasi dampak pengaruh

kebijakan atau disebut juga ebaluasi sumatif. Dunn membagi tiga pendekatan

evaluasi implementasi kebijakan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal dan evaluasi

keputusan teoritis. Berikut pendekatan evaluasi kebijakan yang dikemukakan ole

Dunn:

a. Evaluasi Semu

Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil kebijakan, tanpa

berusaha mempertanyakan nilai atau nilai hasil ini kepada orang, kelompok, atau

masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa

ukuran nilai atau nilai jelas dengan sendirinya atau tidak kontroversial. Dalam

evaluasi semu, analis biasanya menggunakan berbagai metode (desain eksperimen

semu, kuesioner, pengambilan sampel acak, teknik statistik) untuk menjelaskan

variasi dalam hasil kebijakan dalam hal input kebijakan dan variabel proses.

b. Evaluasi Formal

Evaluasi formal adalah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil kebijakan tetapi

mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan kebijakan-program yang telah

diumumkan secara resmi oleh pembuat kebijakan dan administrator program.

Asumsi utama evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan sasaran yang diumumkan
18

secara resmi adalah ukuran yang tepat dari nilai atau nilai kebijakan dan program.

jenis evaluasi formal yaitu formatif dan sumatif.

c. Evaluasi Keputusan Teoritis

Evaluasi keputusan teoritis adalah pendekatan yang menggunakan metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil

kebijakan yang secara eksplisit dihargai oleh banyak pemangku kepentingan.

Perbedaan utama antara evaluasi teoretis keputusan, di satu sisi, dan evaluasi semu

dan evaluasi formal di sisi lain, adalah bahwa evaluasi teoretis keputusan mencoba

memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan sasaran yang tersembunyi serta

nyata dari para pemangku kepentingan. Salah satu tujuan utama evaluasi keputusan

teoritis adalah untuk menghubungkan informasi tentang hasil kebijakan dengan

nilai-nilai dari berbagai pemangku kepentingan.

Dalam penelitian ini akan menggunakan kriteria evaluasi kebijakan menurut

Dunn, yang terdiri dari 6 (enam) indikator evaluasik kebijakan yaitu Efektivitas,

Efisiensi, Kecukupan, Pemerataan, Responsivitas, dan Ketepatan/ Kelayakan

terkait dengan Evaluasi Kebijakan Program Percepatan Pencegahan Stunting di

Kabupaten Pasaman Barat.

2.2.3 Program Pencegahan Stunting

Program pencegahan stunting merupakan serangkaian kegiatan atau

program yang dijalankan dalam rangka untuk melakukan pencegahan terjadinya

stunting pada janin, ibu hamil, balita, anak-anak. Program pencegahan stunting

bertujuan untuk mencegah terjadinya stunting dan juga untuk menurunkan


19

presentase angka terjadinya stunting. Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan

Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, terdapat kegiatan pencegahan stunting di

nagari yang dituangkan dalam 5 (lima) paket layanan. Lima paket layanan tersebut

terdiri dari:

a. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

b. Konseling gizi terpadu

c. Sanitasi dan air bersih (jamban)

d. Perlindungan sosial

e. Pendidikan anak usia dini.

2.3. Skema Pemikiran

Visi dan misi Presiden RI untuk menurunkan angka stunting agar


menghasilkan SDM yang berkualitas sehingga bonus demografi
2024 dapat tercapai

Implementasi Perbup Nomor 33 Tahun 2019 tentang Aksi


Konvergensi Program atau Kegiatan Percepatan Pencegahan
Stunting di Kabupaten Pasaman Barat. Pelaksanaan Program-
Program Percepatan Pencegahan Stunting di Kabupaten
Pasaman Barat

Evaluasi Kebijakan pada Program Percepatan Pencegahan


Stunting di Kabupaten Pasaman Barat

Indikator Evaluasi:
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan
4. Pemerataan
20

2.4. Definisi Konsep

Konsep bisa disebut sebagai istilah dan definisi yang merupakan gambaran

secara abstrak akan suatu kejadian baik individu, kelompok yang menjadi pusat

perhaitan ilmu sosial. Dengan adanya konsep, peneliti dapat menyederhanakan

pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk mewakili beberapa kejadian yang

berkaitan satu dengan lainnya. Untuk dapat batasan yang jelas pada masing-masing

konsep yang diteliti, maka peneliti mengemukakakn definisi konsep, sebagai

berikut:

1. Evaluasi Kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Evaluasi

merupakan kegiatan pemberian nilai atas suatu “fenomena” di dalamnya

terkandung pertimbangan nilai (valuejudgment) tertentu.

2. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat dari

kekurangan gizi kronis, sehingga menyebabkan antara lain anal terlalu

pendek untuk usianya, terganggunya perkembangan otak, kecerdasan dan

gangguna metabolisme tubuh. Stunting sebagai suatu kondisi kesehatan,

yang mana pertumbuhan pada janin, bayi dalam kandungan, balita, anak-

anak, dan remaja yang mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai standar

atau normalnya yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pola hidup dan

lingkungan tempat tinggal.

3. Program percepatan pencegahan stunting merupakan program-program atau

kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk dapat mencegah terjadinya


21

kondisi kekurangan gizi pada janin, bayi dalam kandungan, balita, anak-

anak, dan remaja yang menyebabkan terjadinya stunting.

2.5. Definisi Operasional

Dalam penelitian tentang Evaluasi Kebijakan pada Program Percepatan

Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasaman Barat, peneliti mendeskripsikan

masalah dengan menggunakan teori pengukuran evaluasi kebijakan menurut Dunn,

sebagai berikut:

Tabel 2.2

Definisi Operasional

Variabel Indikator Definisi Cara Mengukur


Operasional
Evaluasi Efektivitas Apakah hasil yang 1. Kebutuhan akan
Kebijakan diinginkan telah kecukupan gizi
dicapai ? terpenuhi.
2. Menurunkan jumlah
angka stunting.
3. Peningkatan
keberhasilan
pencegahan stunting.

Efisiensi Seberapa banyak 1. Menganalisis situasi


usaha yang program penurunan
diperlukan untuk stunting.
mencapai hasil yang 2. Penyusunan rencana
diinginkan? kegiatan.
3. Mengadakan rembuk
stunting.
4. Menyusun peraturan
dan sistem
manajemen data
stunting
5. Pengukuran dan
publikasi data
stunting.
22

6. Melakukan
pengawasan terhadap
dengan riview kinerja
tahunan.

Kecukupan Seberapa jauh 1. Menurunkan angka


pencapaian hasil stunting sesuai
yang diinginkan standar nasional.
memecahkan 2. Masyarakat hidup
masalah? sejahtera tanpa
adanya stunting.

Perataan/ Ekuitas Apakah biaya 1. Ketepatan target atau


manfaat didistribusi sasaran.
dengan merata pada 2. Ketepatan distribusi
kelompok- program.
kelompok berbeda? 3. Jangkauan atau
cakupan sasaran.

Responsivitas Apakah hasil 1. Proses sosialisasi


kebijakan program.
memuaskan 2. Ketergantungan pada
kebutuhan program
preferensi?
Ketepatan/Kelayakan Apakah hasil 1. Menurunnya
(tujuan) yang penderita stunting.
diinginkan benar- 2. Meningkatnya
benar berguna atau kesejahteraan
bernilai? masyarakat.
3. Terciptanya
masyarakat yang
lebih sehat.

Sumber: Olahan Peneliti, Tahun 2021


23

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian dan Desain Penelitian

Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah di tetapkan. Metode ini menggunakan teknik analisis mendalam, yaitu

mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif yakni bahwa

sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Alasan penggunaan pendekatan penelitian kualitatif melihat dari

penelitian yang dilakukan terkait Evaluasi Kebijakan pada Program Percepatan

Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasaman Barat. Dan bersifat deskriptif karena

fokus dan tujuan penelitian ini yaitu memberikan penjelasan dan menggambaran

pemecahan masalah yang sesuai dengan fakta yang ada secara sistematis dan akurat

terkait Evaluasi Kebijakan pada Program Percepatan Pencegahan Stunting di

Kabupaten Pasaman Barat.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan tahapan atau kegiatan

mengumpulkan data-data terkait melalui beberapa cara, seperti obervasi,

wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan

data yang digunakan untuk dapat memperoleh informasi terkait Evaluasi Kebijakan
24

pada Program Percepatan Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasaman Barat adalah

sebagai berikut:

3.2.1 Wawancara

Menurut Esterberg (Sugiyono, 2013), wawancara adalah pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dinkontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan salah

satu teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari

informan langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk

mendapatkan ketarangan terkait permasalahan yang terjadi. Menurut Esterberg

(Sugiyono, 2013) terdapat beberapa macam wawancara yaitu wawancara

tersruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tak berstruktur.

3.2.2 Dokumentasi

Metode dokumentasi, yaitu mencari data terkait hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya (Sandu Siyoto, 2015). Dibandingkan dengan

metode lain, metode ini tidak begitu sulit, apabila terdapat kekeliruan sumber

datanya akan masih tetap sama dan tidak berubah.

3.3. Teknik Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian dalam Moeleong (2006) dikutip oleh

Khosiah, Hajrah (2017, h 143). Dalam penelitian ini teknik pemilihan informan

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan


25

suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sleksi khusus

(Sandu Siyoto, 2015). Kriteria khusus informan penelitian ini yaitu pihal-pihak

yang terkait dalam proses pelaksanaan program perecepatan pencegahan stunting

di Kabupaten Pasaman Barat.

Tabel 3.1
Daftar Informan
No. Jabatan Keterangan
1. Kepala Bappeda Kabupaten Pasaman Barat Informan sebagai tim koordinasi
pelaksanaan teknis program percepatan
pencegahan stunting di Kabupaten
Pasaman Barat
2. DPMN Kabupaten Pasaman Barat Informan terlibat dalam pelaksanaan
program percepatan pencegahan stunting
di Kabupaten Pasaman Barat
3. Dinas Kesehatan Pasaman Barat Informan terlibat dalam pelaksanaan
program percepatan pencegahan stunting
di Kabupaten Pasaman Barat
4. DPPKBP3A Kabupaten Pasaman Barat Informan terlibat dalam pelaksanaan
program percepatan pencegahan stunting
di Kabupaten Pasaman Barat
5. Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pasaman Informan terlibat dalam pelaksanaan
Barat program percepatan pencegahan stunting
di Kabupaten Pasaman Barat

Sumber: Olahan Peneliti, Tahun 2021

3.4. Peranan Peneliti

Peran peneliti kualitatif adalah sebagai human instrument yang berfungsi

untuk mencari permasalahan, menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

menganalisis data, menafsirkan data dan menyimpulkan hasil penelitian. Pada

penelitian kualitatif menekankan bahwa peneliti sendiri atau dengan bantuan orang
26

lain merupakan alat pengumpul data utama. Peran peneliti dalam sebuah penelitian

sangatlah penting karena merupakan kunci utama dari sebuah penelitian kualitatif.

3.5. Proses Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dengan langkah awal yaitu merumuskan apa

saja yang menjadi masalah di tempat penelitian atau objek penelitian tersebut.

Objek penelitian ini yaitu di Kabupaten Pasaman Barat, kemudian langkah

selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data melalui metode dokumentasi

berupa mencari data-data terkati masalah penelitian yang dipublikasikan oleh

pemerintah Pasaman Barat pada websitenya. Lalu peneliti juga melakukan

pengumpulan dokumen-dokumen terkait yang akan digunakan sebagai referensi

atau pendukung penelitian ini. Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data

dan informasi yang berguna untuk mengetahui lebih banyak terkait Evaluasi

Kebijakan pada Program Percepatan Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasaman

Barat.

3.6. Unit Analisis

Unit analisis merupakan suatu hal yang menjadi subjek dari penelitian. Unit

analisis adalah satuan yang diteliti, bisa berupa individu, kelompok, benda atau latar

belakang suatu peristiwa, perusahaan, organisasi-organisasi atau pihak-pihak

lainnya yang memberikan respon terhadap perlakuan atau hal lainnya yang

dilakukan oleh peneliti dalam penelitiannya (Wibawanto, 2018). Unit analisis

dalam penelitian ini yaitu lembaga, yang dimaksud lembaga adalah Pemerintah
27

Kabupaten Pasaman Barat dengan Bappeda Kabupaten Pasaman Barat sebagai tim

koordinasi.

3.7. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam yang dilakukan

terus menerus hingga data tersebut jenuh. Semakin lama atau semakin terus

meneurs melakukan pengamatan, maka variasi data akan semakin banyak.

Sehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif yang memiliki pola teknik analisis

data yang jelas, sedangkan pada penelitian kualitatif akibat variasi data yang juga

banyak membuat teknik analisis data yang digunakan belum memiliki pola yang

jelas. Analisis data disebut jug pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data

merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran dan verivikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social,

akademik dan ilmiah. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu teknik analisis data model Miles and Huberman sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data ini, peneliti mencari dan mengumpulkan

data-data terkait kebijakan program percepatan pencegahan stunting di Kabupaten

Pasaman Barat, baik dalam bentuk dokumen, data-data dari website terkait, artikel

dan lain sebagainya.

2. Reduksi Data (Data Reduction)


28

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci, maka diperlukan analisis data melalui reduksi

data. Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang

penting, mencari tema dan polanya. Peneliti dalam penelitian terkait evaluasi

kebijakan pada program percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Pasaman

Barat, data yang diperoleh dilakukan reduksi data terlebih dahulu agar data yang

didapat memberikan gambaran yang jelas sehingga mempermudah peneliti dalam

penelitian.

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan kegiatan memaparkan informasi-informasi yang

tersusun secara sistematis. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategoris, flowchart dan

sejenisnya. Dengan mendispleykan data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa saja yang terjadi, merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang dipahami.

4. Verifikasi atau penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing)

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi kesimpulan berupa temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada, temuan bisa berbentuk deskripsi atau

gambaran dari suatu objek yang sebelumnya masih samara tau gelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas. Pada tahap ini peneliti menyimpulkan atau menarik

kesimpulan dari penelitian yang dilakukan agar lebih jelas dan menginterpretasi

kembali data secara terus menerus dengan tujuan mencari informasi yang tepat.
29

3.8. Teknik Keabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi adalah

suatu cara yang mendapatkan data yang benar-benar absah dengan menggunakan

pendekatakan metode ganda. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuautu yang lain di luar data itu

sendiri, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu

(Bachri et al., 2010). Terdapat triangulasi sumber, triangulasi peneliti, triangulasi

teori, dan triangulasi metode.

Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data, yang mana

membandingkan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui sumber yang berbeda. Seperti membandingkan hasil data

pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan pendapat umum dengan

pendapat pribadi, membanfingkan hasil wawancara dengan dokumen terkait,

membandingkan keadaaan dan perspejtif seseorang dengan pandangan orang lain,

membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa

yang terjadi sesungguhnya selama penelitian berlangsung. Dari pengecekan

beberapa sumber informasi, maka disimpulkan mengenai Evaluasi Kebijakan pada

Program Percepatan Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasaman Barat.


30

Tabel 3.2
Daftar Informan Triangulasi
No. Jabatan Keterangan
1. Kepala Bappeda Kabupaten Informan terlibat dalam pelaksanaan program
Pasaman Barat percepatan pencegahan stunting di Kabupaten
Pasaman Barat
2. DPMN Kabupaten Pasaman Informan terlibat dalam pelaksanaan program
Barat percepatan pencegahan stunting di Kabupaten
Pasaman Barat
3. Dinas Kesehatan Pasaman Informan terlibat dalam pelaksanaan program
Barat percepatan pencegahan stunting di Kabupaten
Pasaman Barat
Sumber: Olahan Peneliti, Tahun 2021
31

DAFTAR PUSTAKA
Bachri, B. S., Pendidikan, T., & Pendidikan, F. I. (2010). MEYAKINKAN
VALIDITAS DATA MELALUI TRIANGULASI PADA PENELITIAN
KUALITATIF. 10(01), 46–62.
Dunn, William N. 2018. Public Policy Analysis. New York: Routledge.
Fitriani Pramita Gurning, Rahmia Yunita Sari S, Rizky Widya Astuti, & Ummu
Balqis Munfaridah Sinambela. (2021). Implementasi Program Pencegahan
dan Penanggulangan Stunting di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan
Tahun 2020. Jurnal Kesehatan, 10(1), 36–42.
https://doi.org/10.37048/kesehatan.v10i1.325
Khosiah, Hajrah, S. (2017). Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pemerintah
Membuka Area Petambangan Emas di Desa Sumi Kecamatan Lambu
Kabupaten Bima. 1(2), 141–149.
Kemenkes.go.id
Mustari, Nuryanti. 2015. Pemahaman Kebijakan Publik: Forumulasi, Implementasi
dan Evaluasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Leutikaprio.
Noflida, Resty., F. (2020). Determinan stunting pada balita usia 24-59 bulan di
wilayah kerja puskesmas tompe. Ilmiah Kesehatan, 12(2), 187–195.
Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2019 tentang Aksi Konvergensi Program atau
Kegiatan Percepatan Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasaman Barat.
Primasari, Y., & Anna Keliat, B. (2020). Praktik Pengasuhan Sebagai Upaya
Pencegahan Dampak Stunting Pada Perkembangan Psikososial Kanak-Kanak.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3), 263–272.
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/609
Sister.pasamanbarat.go.id
Siyoto, Sandu, M. Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. In
Bandung: ALFABETA.
Utami, R. D. P. (2020). Pola Pemberian Makan, Pemberian Asi Eksklusif, Asupan
Protein Dan Energi, Sebagai Penyebab Stunting Di Desa Grogol Ponorogo.
Jurnal Keperawatan Malang, 5(2), 96–102.
https://doi.org/10.36916/jkm.v5i2.114
Wibawanto, S. (2018). Peran Keluarga dalam Perilaku Pembelian Hedonis.
17(02), 1–14.
32

Anda mungkin juga menyukai