Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Evaluasi Kebijakan Publik B
Dosen Pengampu : Dr. Tunggul Sihombing, MA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
DAFTAR TABEL..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1
i
III.6 Teknik Pemilihan Informan ........................................................................................
V.2 Saran.............................................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hal demikian menunjukkan bahwa Kota Medan memiliki peningkatan jumlah penduduk yang
signifikan dari tahun ke tahun. Lalu, berdasarkan data Biro Ekonomi Pusat Perekonomian
Medan (2020), dinyatakan bahwa sebaran penduduk di Sumatera Utara pada tahun 2020
terkonsentrasi di Medan dengan jumlah penduduk sebesar 2,43 juta orang atau 16,46 persen
dari seluruh penduduk Sumatera Utara. Kota Medan juga merupakan kota terpadat di
Sumatera Utara dengan nominal 9.239 jiwa per kilometer persegi.
Seperti yang dinyatakan dalam Kompas.com (2020) bahwa berbagai permasalahan
kependudukan di Indonesia ialah jumlah penduduk yang kian meningkat dan penyebaran
penduduk yang sangat timpang. Jika hal demikian terjadi dengan tidak terkontrol maka
berbagai permasalahan pembangunan dapat terjadi hingga memberikan dampak yang buruk
bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Di mana berpotensi terjadinya konflik dan
benturan antara berbagai kepentingan serta permasalahan dalam penyediaan tenaga kerja dan
terjadinya eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA).
Tak hanya itu, detik.com (2021) juga menyatakan bahwa sejumlah permasalahan
dalam kependudukan adalah jumlah penduduk yang besar sehingga pemerintah mengalami
kesulitan dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup rakyat dan terbatasnya ketersediaan
lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan maupun fasilitas sosial lainnya. Lalu, jika
pertumbuhan penduduk cepat dan tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan yang
seimbang maka berbagai permasalahan akan muncul baik itu permasalahan lingkungan
hidup, ekonomi, dan sosial. Dengan demikian, permasalahan kependudukan tersebut dapat
terjadi di mana saja ketika tingginya jumlah penduduk tidak dapat dikontrol dengan baik.
Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan modal dan kapasitas dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional yang diidam-idamkan. Untuk mewujudkan penduduk
yang besar dan berkualitas tersebut maka dapat dilakukan melalui program-program
pemerintah dalam bidang kependudukan yakni Program Kampung Keluarga Berencana (KB)
dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Adapun program
tersebut dibentuk dengan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang tidak hanya terbatas pada
masalah Pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera saja namun juga masalah
pengendalian penduduk.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ramadhani dan Tukiman (2020:378) bahwa
Langkah BKKBN mencanangkan Program Kampung KB melalui Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) merupakan perwujudan dari
pelaksanaan agenda prioritas pembangunan Nawacita ke 3, 5, dan 8. Nawacita ketiga yaitu
2
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka
Negara kesatuan. Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
Nawacita kedelapan yaitu melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan
kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan.
Adapun kepada BKKBN, Presiden Jokowi menyatakan untuk menyusun suatu
kegiatan/program yang dapat memperkuat upaya pencapaian target/sasaran Pembangunan
Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 2015-2019 sehingga pihak BKKBN
pun membentuk Kampung Keluarga Berencana (KB). Ramadhani dan Tukiman (2020:378)
menyatakan bahwa Kampung KB adalah program yang mengacu pada satu wilayah setingkat
RW, Dusun atau setara yang memiliki kriteria tertentu di mana terdapat keterpaduan program
kependudukan, Keluarga Berencana dan pembangunan keluarga serta sektor terkait yang
dilaksanakan secara sistemik dan sistematis yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi
oleh dan untuk masyarakat. Dengan kata lain, Program Kampung KB selain membatasi
terjadinya ledakan penduduk juga dapat memberdayakan masyarakat agar dapat berperan
aktif dalam pembangunan.
Berdasarkan Laporan Akhir Kampung KB 2018, jumlah Kampung KB sampai dengan
Desember 2018 sudah mencapai 13.679 Kampung KB yang tersebar diseluruh Indonesia.
Pembentukan Kampung KB ini mengalami beberapa kendala diantaranya adalah beberapa
daerah belum efektif pelaksanaannya karena tidak diisi dengan kegiatan terpadu atau dengan
kata lain masyarakat masih belum mendapatkan manfaat dari Kampung KB. Di mana, pada
tahun 2017, lebih dari 516 Kampung KB yang sudah terbentuk belum seluruhnya diisi
dengan kegiatan terpadu (Liputan6.com, 2017).
Kendala lainnya adalah masalah pengorganisasian di mana Pemerintah Daerah
setempat tidak bisa mempersatukan dinas-dinas terkait, misalnya Dinas Kependudukan dan
Dinas Kesehatan, padahal dalam membangun Kampung KB harus bermitra baik dengan dinas
lainnya (Liputan6.com, 2017). Di mana dalam hal pengelolaan Kampung KB,
pengorganisasian diwujudkan kedalam susunan Kelompok Kerja (Pokja). Sebagian besar
pemilihan Pokja kurang memperhatikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada
sehingga banyak SDM potensial yang belum terlibat dalam kepengurusan Kampung KB.
Permasalahan lainnya adalah sebagian Pokja Kampung KB, belum paham tentang tugas dan
fungsi mereka dalam kepengurusan. Hal ini juga berdampak kepada perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan (Laporan Akhir Kampung KB 2019).
3
Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKKBN
Perwakilan Sumatera Utara 2019, indikator persentase Kampung KB yang telah memiliki
Pokja Kampung KB di Sumatera Utara masih dalam kategori “cukup”. Dari 65 target Pokja
Kampung KB tetapi yang terealisasi hanya 41 Pokja Kampung KB di Sumatera Utara. Salah
satu Kampung KB di Sumatera Utara ialah Kampung KB Padang Bulan di Kelurahan Padang
Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggi (2021:8), Kampung KB
Padang Bulan terpilih sebagai Kampung KB dikarenakan teletak di daerah pinggiran sungai
dan padat penduduk serta banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum ber-KB.
Ketentuan itu didasarkan pada persyaratan menjadi Kampung KB menurut BKKBN. Lalu,
Pelaksanaan program Kampung KB dalam ruang lingkup ketahanan keluarga dan
pemberdayaan keluarga (pembangunan keluarga) di Kelurahan Padang Bulan masih belum
berjalan dengan baik. Kampung KB Kelurahan Padang Bulan belum memiliki Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Kegiatankegiatan seperti Bina
Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), dan
Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK-R/M) dilakukan tetapi masih jauh
dari yang diharapkan.
Maka dari itu, evaluasi meta program perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi
dan pencapaian dari Program Kampung KB di Kelurahan Padang Bulan tersebut. Evaluasi
meta terhadap program Kampung KB ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif dan objektif terkait dengan implementasi Program Kampung KB di Kelurahan
Padang Bulan dalam rangka peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga agar dapat
menjadi landasan bagi pemerintah maupun masyarakat yang bersangkutan dalam
melaksanakan program pembangunan khususnya Program Kampung KB di masa yang akan
datang. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ‘’Evaluasi Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan’’.
4
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan Evaluasi
Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan
Medan Baru Kota Medan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mencari faktor yang
berhubungan pada keefektifan dari program atau sebuah kebijakan yang tujuannya adalah
untuk menilai sebuah keberhasilan dan juga pemberian rekomendasi dan solusi dari masalah
yang terjadi yang menyebabkan terhambatnya keberhasilan suatu program sehingga nantinya
akan terbentuk program yang akan mencapai target yang telah ditentukan diawal pelaksanaan
program. Singkatnya evaluasi dilakukan pada pelaksanaan program yang dilakukan dengan
menilai perbandingan antara rencana awal dengan pencapaian.
Evaluasi menurut terminologi dikatakan oleh Casley & Kumar dalam Fredy (2003:12)
merupakan suatu penilaian berkala pada suatu relevansi, kinerja, efesiensi dan dampak suatu
proyek yang dikatakan dengan tujuan yang telah ditetapkan, Selain itu menurut Fink &
Kocekoff evaluasi dikatakan sebagai serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah
program (Fredy, 2003:12). Sedangkan evaluasi menurut istilah (Thoha, 2005:20) merupakan
kegiatan yang direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen sehingga hasilnya akan dibandingkan dengan tolak ukur untuk dapat ditarik
kesimpulan. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi berarti kegiatan
yang terencana yang bertujuan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan melakukan
penilaian yang berupa indikator tujuan, manfaat, dan komunikasi mengenai objek bagi pihak
yang berkepentingan yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas apakah sasaran yang
dituju sudah tercapai atau belum.
Menurut William N. Dunn (2003:429-438), ada enam indikator dalam evaluasi yang
dapat menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan digunakan dengan tipe kriteria
yang berbeda yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Efektivitas (effectiveness) Berkenaan dengan apakah suatu kebijakan mencapai hasil
yang diharapkan atau apakah kebijakan mencapai tujuan atau maksud diadakannya
kebijakan tersebut. Untuk melihat apakah suatu kebijakan efektif atau tidak dapat
melihat bagaimana urgensi, wujud, dan implementasi dari kegiatan tersebut.
2. Efisiensi (efficiency) Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi ini juga merupakan hubungan
antara efektivitas dan usaha. Ukuran-ukuran yang digunakan didalam kriteria
6
efesiensi tersebut adalah bagaimana jangka waktu dalam pelaksanaan kebijakan
tersebut, bagaimana sumber daya manusia yang diberdayakan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut. Untuk mengetahui tingkat efesiensi suatu kebijakan dapat dilihat
dengan pelaksanaan kebijakan apakah sudah dilaksanakan dengan menyeluruh, hemat
dan juga operasional.
3. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
dapat memuaskan kebutuhan yang diharapkan, nilai atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. Kriteria ini menekankan pada kuatnya hubungan
antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Untuk mengetahui kecukupan
suatu kebijakan dapat dilihat dengan melihat bagaimana wujud dari kebijakan tersebut
dan apakah sudah dapat dikatakan sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
4. Perataan (equity) Perataan erat hubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan
menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda
dalam masyarakat. Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat dengan apakah kebijakan
tersebut telah meningkatkan pelayanan publik dan dapat dengan mudah diakses oleh
masyarakat.
5. Responsivitas (responsiveness) Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan
dapatmemenuhi kebutuhan, prefensi, atau nilai dalam kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas merupakan salah satu hal yang penting
karena analisis yang dapat menjawab kriteria lainnya seperti efektivitas, efisiensi,
kecukupan, perataan dikatakan masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual
dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan. untuk
mengetahui bagimana responsifitas dari sebuah kebijakan dapat dilihat dengan
bagaimana respon masyarakat terhadap wujud dari kebijakan tersebut.
6. Ketepatan (accuracy) Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan dengan
rasionalitas substansi, Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan kebijakan
dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Untuk melihat
ketepatan dapat dilihat dari apakah kebijakan tersebut telah disajikan dengan tepat
atau tidak.
7
sehingga nantinya akan diperoleh jawaban apakah evaluasi berjalan sesuai rencana, apakah
tujuan evaluasi sudah tercapai dan yang lainnya (Tayibnapis, 2000:15).
Dalam kegiatan evaluasi yang menjadi evaluator dimungkinkan berasal dari dua (2)
orang yakni yang berasal dari internal atau petugas pelaksana evaluasi resmi maupun
eksternal yakni orang yang tidak terkait dengan kebijakan atau implementasi program. Dalam
evaluasi meta dilakukan berdasarkan pada pengetahuan bahwa evaluasi sebagai pengalaman
bagi mereka yang terlibat yang nantinya evaluasi dijadikan sebagai proses untuk evaluasi
berikutnya yang lebih baik sehingga evaluator eksternal menjadi lebih dapat dipercaya karna
dilakukan oleh orang luar yang dapat melihat kebenaran dan menilai sehingga dapat
dipercaya.
8
Perspektif, prosedur, dan rasional yang dipakai umtuk menafsirkan penemuan harus
dijelaskan dengan hati dan cermat sehingga dasar pertimbangan yang dipakai jelas.
e. Report Clarity
Laporan evaluasi harus menjelaskan objek yang sedang dievaluasi, seperti konteks,
tujuan, prosedur, dan penemuan evaluasi. Sehingga audien akan mengetahui apa yang sedang
dikerjakan.
f. Report Dissemination
Penelusuran evaluasi harus disebarkan kepada klien, audien yang berhak mengetahui,
sehingga mereka dapat menilai dan memakai penemuan.
g. Report Timelines
Memberikan laoran harus tepat waktu, supaya audien dapat memakai informasai tersebut
dengan sebaik-baiknya.
h. Evaluations infact
Evaluasi harus direncanakan dan dilakuakn dengan cara sedemikian rupa sehingga
audien yang lain ikut serta.
2. Feasibility Standars
Feasibility Standards dimaksdukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan realistik,
bijaksana, diplomatik, dan cermat sebagai berikut:
a. Pratical Procedur
Prosedur evaluasi harus praktis, sehingga gangguan dapat dihindari, dan informasi yang
diperlukan dapat diperoeh dengan lancar.
b. Political Viability
Evaluasi harus direncanakan dan dilakuakan dengan memperkirakan perbedaan posisi
dan kondisi diantara kelompok yang berminat, sehingga kerja sama dengan mereka dapat
dilakaukan, dan segaa kemungkinan kelompok untuk mengurangi manfaat, bisa salah tafsir
atau salah pakai dapat dihindari.
c. Cost Effectiveness
Evaluasi harus memberikan informasi yang mutunya cukup untuk mewakili sumber-
sumber yang ada.
9
3. Propriety Standards
Propriety Standards dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan
dengan legal dan etik demi kepentingan dan keamanan mereka yang terlibat, dan juga bagi
mereka yang akan dipengaruhi oleh hasilnya. Standar tersebut adalah:
a. Formal Obligation.
Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak tertentu harus tertulis dan
disetujui oleh mereka.
b. Confict of Interest
Minat yang berlawanan sering sulit dihindari, harus diatasi dengan terbuka dan
musyawarah sehingga tidak akan mempengaruhi proses atau hasil evaluasi.
c. Full and Frank Disclosure
Laporan evaluasi lisan maupun tertulis harus dibuat terbuka, langsung dan jujur dalam
mengungkapkan penemuan, termasuk keterbatasan-keterbatasan evaluasi.
d. Public’s Right to Know
Pihak pemakai formal evaluasiharus menghormati hak masyarakat untuk mengeathui,
dalam batas-batas tertentu, seperti keselamatan, dan hak pribadi.
e. Rights of Human Subjects
Evaluasi harus didesain dan dilakukan sehingga hak dan pribadi manusia terlindungi.
f. Human Interaction
Evaluator harus menghormati harkat manusia, dan saling menghargai dalam pergaluan
juga dan hal-hal yang berhubungan dengan evaluasi.
g. Balanced Reporting
Evaluasi harus lengkap dan fair, tidak hanya menampilkan kelebihan-kelebihannya,
tetapi juga keterbatasan-keterbatasan yang ada pada program, sehingga keterbatasan tersebut
akan dapat diatasi atau dikurangi.
h. Fiscal Resfonsibility
Biaya yang dipakai oleh evaluator dalam menjalankan tugasnya, harus ada
pertanggungjawaban secara etik dan hukum.
4. Accuracy Standards
Standar akurasi ini tujuannya untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan meyakinkan
informasi yang secara teknik tentang objek yang dievaluasi, tentang kegunaan dan
manfaatnya. Standar tersebut antara lain:
10
a. Object Identification
Objek evaluasi, harus dipelajari sunguh-sunguh, sehingga komponen-komponen di
dalam proyek dapat diidentifikasi dengan jelas.
b. Contect Analysis
Konteks tempat dimana program, proyek atau materi berada harus dipelajari sampai
rinci, sehingga pengaruhnya dalam evaluasi dapat diidentifikasi.
c. Discribed Purpose and Procedure
Tujuan dan prosedur evaluasi harus terus dimonitor, dan diterangkan sampai rinci,
sehingga dapat diidentifikasi dan dinilai.
d. Defensible information Sources
Sumber-sumber informasi harus diterangkan sampai rinci, sehingga edukuasi
informasi dapat dinilai.
e. Valid Measurement
Instrumen dan prosedur pengumpulan data harus dipilih dan dikembangkan dan
dipakai sedemikian rupa sehingga penafsiran valid dan tepat.
f. Reliable Measurement
Instrument dan prosedur pengumpulan data harus dipilih dan dikembangkan sehingga
realibilitasnya terjamin.
g. Systematic data control
Pengumpulan data, proses dan laporan dalam evaluasi harus direview dan dikoreksi
sehingga hasil evaluasi tidak akan dicela.
h. Analysis of Quantitiative Information
Informasi evaluasi kuantitatif harus dianalisisi secara tepat dan sistematis untuk
meyakinkan penafsiran yang didukungnya.
i. Analysis of Qualitative Information
Informasi kualitatif harus dianalisis secara sistematis untuk meyakinkan penafsiran
yang didukungnya.
j. Justified Concultions
Kesimpulan harus dibuat secara eksplisit sehingga audien dapat menilaianya.
k. Objective Reporting
Prosedur evaluasi harus dibuat seaman mungkin sehingga penemuannya dapat
terlindung dan pencemaran dan kerusakan dari perasaan pribadi dan bisa dari pihak manapun.
11
Memilih sejumlah kriteria untuk mengevaluasi meta maka sudah jelas harus
menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi proyek evaluasi yang sedang dilakukan. Hal ini
dapat dilakukan dengan melihat betapa pentingnya hubungan antara kriteria satu dengan yang
lainnya dan dengan menspesifikasikan indikator untuk mencapai kriteria itu. Apabila tahu
kriteria apa atau yang mana akan dipilih dan digunakan maka dapat diteruskan dengan
menentukan bagaimana membedakannya dan bagaimana mengukur pemenuhannya. Kegiatan
ini termasuk.
1. Bagaimana merumuskan pemenuhan itu
2. Memberikan penjelasan kapan suatu evaluasi memenuhi pada tingkat tertentu
3. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang akan dipakai sebagai bukti untuk
pemenuhan atau penyelesaian.
Sebagaimana bisa kalau ikut terlibat dalam kegiatan evaluasi, tentu perlu menentukan
siapa yang akan mendapat manfaat dan siapa yang akan kehilangan dari kegiatan dan
menentukan bagaimana mencerminkan pandangan mereka itu. Juga harus diingat dalam
kondisi bagaimana akan memakai kriteria. Misalnya apakah akan dipakai untuk setiap
evaluasi atau hanya pada evaluasi tertentu untuk setiap proyek atau pengembangan proyek
tertentu. Akhirnya untuk menentukan indikator pemenuhan harus memikirkan jumlah
informasi yang ada, tingkat ketepatannya, dan tingkat kesepakatan yang mungkin diperoleh.
II.3 Program
Program sangat sering dikaitkan dengan perencanaan, persiapan, dan desain atau juga
sering dikatakan sebagai sebuah rangcangan dari proses hasil yang diinginkan. Muhaimin &
Sugeng (2009:10) mengatakan bahwa program merupakan pernyataan yang berisi
kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait,
untuk mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu program mencakup seluruh
kegiatan yang berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling
bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara bersamaan atau
berurutan.
Sebagai bentuk dari sebuah perencanaan, program juga berkaitan dengan kegiatan
menyususun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan keinginan pembuat rencana. Selain itu karena program berkaitan
langsung dengan perencanaan, program sangat dominan dengan sebuah kebijakan, dengan
kata lain dimana ada kebijakan akan ada program yang tersusun dalam bentuk perencanaan.
12
Definisi program ini termuat juga dalam Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Di mana dalam Undang-Undang
tersebut dikatakan bahwa Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan
tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi masyarakat. Unsur penting sebuah program dapat disimpulakan sebagai sebuah
realisasi atau implementasi dari sebuah kebijakan, dilaksanakan dalam kurun waktu yang
lama dan juga merupakan kegiatan yang saling berkaitan atau berkesinambungan, program
juga sering terjadi didalam sebuah organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
13
II.4.1 Tujuan Program Kampung Keluarga Berencana (KB)
Data dari BKKBN (2017:6) menunjukan bahwa ada dua tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan Kampung KB yakni Tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang
dimaksud adalah untuk meningkatkan kulitas hidup masyarakat yang berada di tingkat
kampung dengan mengikuti program kependudukan, kelurga berencana dan pembangunan
keluarga dan juga pembangunan di sektor terkait untuk mewujudkan keluarga kecil yang
berkualitas. Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan program ini ada beberapa
diantaranya:
1. Peningkatan peran pemerintah dan juga lembaga non pemerintah atau swasta dalam
menyelenggarakan program kependudukan.
2. Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pembangunan yang berwawasan pada
kependudukan.
3. Peningkatan peserta Keluarga Berencana yang aktif dan modern
4. Peningkatan ketahan keluarga melalui Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga
Remaja (BKR), Bina Kleuarga Lansia(BKL), dan juga Pusat Informasi Konseling
Remaja (PIK-R).
5. Peningkatan pemberdayaan keluarga.
6. Peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat.
7. Penurunan angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
8. Peningkatan sarana dan prasarana dalam pembangunan kampung.
9. Peningkatan lingkungan kampung yang bersih dan juga sehat.
10. Peningkatan kualitas sekolah pada penduduk yang berusia sekolah.
11. Meningkatan rasa cinta tanah air pada masyarakat.
Sangat banyak tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Kampung KB sehingga
diharapkan program KKBPK ini terintegrasi dengan sektor pembangunan lain agar tujuan
pembangunan nasional dapat tercapai.
14
dasar penetapan prioritas, sasaran dan program yang akan dilaksanakan disuatu
wilayah Kampung KB secara berkesinambungan.
b. Dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah. Dukungan dan komitmen yang
dimaksud adalah dukungan, komitmen dan peran 28 aktif seluruh instansi/unit kerja
pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan
dalam memberikan dukungan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan di Kampung KB dan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan bidang instansi masing-masing untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
c. Partisipasi aktif masyarakat, partisipasi aktif masyarakat yang dimaksudkan adalah
partisipasi dalam pengelolaan dan pelaksanaan seluruh kegiatan yang akan dilakukan
di Kampung KB secara berkesinambungan guna meningkatkan taraf hidup seluruh
masyarakat.
15
1. Kriteria data, dimana setiap RT/RW memiliki Data dan Peta Keluarga yang
bersumber dari hasil Pendataan Keluarga, data Kependudukan dan atau
pencacatan sipil yang akurat.
2. Kriteria kependudukan, dimana angka partisipasi penduduk usia sekolah rendah.
3. Kriteria program Keluarga Berencana, dimana peserta KB Aktif dan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih rendah dari capaian rata-rata tingkat
desa atau keluarahan
16
2. APBDesa/Kelurahan.
3. ABPD II.
4. APBN.
5. Alokasi Dana Desa.
6. Dana Desa.
7. Kemitraan/CSR (Coorporation Social Responcibility) yaitu iuran atau kepedulian
perusahaan untuk pembangunan.
8. Sumber-sumber lain yang tidak mengikat.
Sumber-sumber dana tersebutlah yang nantinya akan dijadikan sebagai dana
pembiayaan bagi penyelenggaraan Kampung KB. Selain adanya sumber pembiayaan dana
yang berasal dari anggaran pemerintah daerah juga dibutuhkan sumber-sumber lain yang
tidak mengikat seperti yang berasal dari partisipasi masyarakat sasaran Kampung KB.
17
mengarahkan evaluasi program dengan model goal oriented sehingga terpaku dengan
kestabilan tujuan yang hendak dicapai maka Michael mencoba menoleh dari tujuan
itu dan lebih berfokus pada cara berjalanya program tersebut dan perkembangan yang
terjadi selama program tersebut berjalan baik dari sisi positif maupun negatifnya.
Michael tidak terlalu fokus akan tujuan khusus dari pelaksanaan suatu program,
alasannya adalah ia lebih memilih untuk mempertimbangkan tujuan umum yang
hendak dicapai.
3. Formatif-Summatif Evaluation Model.
Model yang satu ini juga dikembangkan oleh Michael Scriven. Model yang satu ini
berbeda dengan model evaluasi yang ia kembangkan sebelumnya. Pada model
evaluasi yang ini ia membaginya menjadi beberpa tahapan dan lingkup objek yaitu
pelaksanaan evaluasi pada program tersebut masih berjalan (evaluasi formatif) dan
ketika program tersebut telah selesai dilaksanakan (evaluasi sumatif). Evaluasi
formatif bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh mana program tersebut terlaksana
dan juga untuk mengetahui lebih awal terkait hambatan-hambatan yang sedang atau
akan dialami oleh karenanya pelaksanaan evaluasi ini diharapkan dapat dilaksanakan
ketika masih tahap permulaan agar dapat memproteksi secara dini dan menjamin
kelancaran pelaksanaan program. Evaluasi sumatif bertujuan untuk menaksir seberapa
jauh program tersebut telah mencapai tujuannya sehingga waktu dan objek sasarannya
akan berbeda dengan evaluasi formatif.
4. Countenance Evaluation Model
Model evaluasi program yang satu ini dikembangkan oleh Stake. Arikunto sendiri
dalam bukunya menamai model ini sebagai model deskripsi-pertimbangan. Model
evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan dua poin penting yaitu mengenai deskripsi dan
pertimbangan. Deskripsi yang dimaksud berkaitan dengan dua hal pokok pada
program yaitu apa tujuan yang diharapkan dan fakta apa yang terdapat pada lapangan.
Kemudian pada poin pertimbangan, evaluator harus melakukan perbandingan dimana
harus memperhatikan: 1) kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang
program lain yang memiliki objek sasaran yang sama, 2) kondisi hasil pelaksanaan
program dengan standar yang diperuntukkan bgai program yang bersangkutan,
berdasar dari tujuan yang hendak dicapai.
5. CSE-UCLA Evaluation Model
Fernandes (dalam Arikunto, 2008):46 menyatakan bahwa model CSE-UCLA (Center
for Study of Evaluation-University of California in Los Angeles) terbagi atas empat
18
tahap yaitu: 1) Needs Assessment, dimana evaluator berfokus pada masalah yang akan
muncul pada saar pelaksanaan program. 2) Program Planning, dimana evaluator
berfokus pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap
sebelumnya. 3) Formatif Evaluation, dimana evaluator berfokus pada pelaksanaan
program sehingga dapat mengupulkan infromasi guna mengembangkan program. 4)
Summative Evaluation, dimana evaluator berfokus pada pengumpulan data dan
infromasi setelah pelaksanaan program berakhir sehingga dapat menilai apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum.
6. CIPP Evaluation Model
Model yang satu ini dirumuskan oleh Stufflebeam dan merupakan model evaluasi
yang paling sering ditemui serta digunakan oleh para evaluator. Model evaluasi CIPP
ini memandang program sebagai sebuah sistem sehingga ketika melaksanakan
evaluasi harus menganalisis program berdasarkan komponen-komponen pendiri CIPP
ini. CIPP merupakan akronim dari huruf awal dari setiap kata yaitu: 1) C: Context
Evaluation (evaluasi konteks) 2) I: Input Evaluation (evaluasi masukan) 3) P: Process
Evaluation (proses evaluasi) 4) P: Product Evaluation (evaluasi produk)
7. Discrepancy Model
Model evaluasi program ini dikembangkan oleh Malcom Palvus. Model ini bertujuan
untuk menilai apakah program tersebut masih layak atau tidak untuk diteruskan
dengan melihat adanya kesenjangan, oleh karennaya evaluator harus membandingkan
standar yang hendak dicapai dengan setiap fakta dan informasi yang terjadi di
lapangan pada setiap komponen sehingga dengan adanya kejelasan tersebut dapat
menyusun langkah-langkah perbaikan secara jelas guna kesuksesan pelaksanaan suatu
program.
19
1. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menilai program/proyek/kegiatan dengan
mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung serta melihat
tingkat output dan outcome bagi yang menjadi kelompok sasaran.
2. Evaluasi Meta merupakan tindakan mengevaluasi suatu akhir dari evaluasi
berdasarkan standar evaluasi meta yang terdiri atas penilaian terhadap utility
standards, feasibility standards, propriety standards, dan accuracy standards.
3. Program merupakan kumpulan dari banyak proyek yang saling terhubungan dan telah
dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang koheren dan secara integrasi
serta merupakan suatu tindakan nyata dari kebijakan untuk mencapai target/sasaran
kebijakan tersebut secara menyeluruh.
4. Program Kampung Keluarga Berencana merupakan sebuah program pada tingkatan
RW atau setara sesuai dengan kriteria yang ada dengan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat dalam membangun keterpaduan program kependudukan, keluarga
bencana dan pembangunan keluarga dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyrarakat dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
Penelitian ini dilakukan di Badan Penyuluhan Kampung KB Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru Kota Medan yang beralamat di Jalan Rebab Nomor 34 Medan.
Lokasi tersebut merupakan salah satu sasaran program Kampung KB. Adapun alasan
pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian guna melihat bagaimana pelaksanaan
program Kampung KB di Kelurahan Padang Bulan. Hal itu dikarenakan pada Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan ini berdasarkan data pada tahun 2019 terdapat Pasangan Usia Subur
(PUS) yang ikut KB dengan jumlah 680 jiwa dan PUS yang tidak ikut KB berjumlah 534
jiwa. Dengan demikian, masih banyak PUS yang belum ikut serta dalam mewujudkan
program kependudukan yang merata melalui program Kampung KB.
Selain itu, penelitian juga dilakukan di Kelurahan Padang Bulan yang beralamat di
Jalan Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut
sebagai lokasi penelitian dikarenakan Program Kampung KB terintegrasi dengan Badan
Penyuluhan Kampung KB sehingga sejumlah data dan informasi seputar Kampung KB saling
koheren dan mendukung antara Kelurahan Padang Bulan dan Badan Penyuluhan Kampung
KB.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari 05 Oktober s/d 01 November 2021.
Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang
darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat terpercaya baik berupa pernyataan,
keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan tersebut.
Terdapat perbedaan yang jelas antara penelitian kuantitatif dan kualititatif terkait tujuan
pengambilan sampel atau informan. Menurut Suyanto dalam Mardalis (2014:30) penelitian
kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh
karena itu, informan dipilih untuk menjelaskan kondisi atau fakta/fenomena yang terjadi pada
informan itu sendiri.
22
Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang
dibahas maka penulis mempergunakan teknik penentuan informan. Dalam penelitian ini,
penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive
sampling yaitu menentukan informan tidak berdasarkan atas strata, pedoman, atau wilayah
namun berdasarkan adanya tujuan tertentu yang berhubungan dengan masalah penelitian
(Sugiyono, 2016:218).
Adapun informan dalam penelitian ini adalah Bapak Kepala Lingkungan I Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan dan juga merupakan Ketua Kelompok Kerja Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan yang bernama Pak Sahaluddin Purba. Adapun sejumlah informasi
yang dibutuhkan dari Pak Sahaluddin adalah:
a. Efektivitas
Program Kampung
KB
b. Efisiensi Program
Bapak Kepala Lingkungan I Kampung KB
Kampung KB Kelurahan Padang c. Kecukupan
Bulan dan juga merupakan Program Kampung
1 1
Ketua Kelompok Kerja KB
Kampung KB Kelurahan Padang d. Perataan Program
Bulan Kampung KB
e. Responsivitas
Program Kampung
KB
f. Ketepatan Program
Kampung KB
Sumber Data
23
Menurut Siyoto dan Sodik (dalam Anggito dan Setiawan, 2018:11), data adalah
sesuatu yang dikumpulkan oleh peneliti berupa fakta empiris yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah atau menjawab suatu dari pertanyaan peneliti. Sumber data ini
terbagi atas sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015:225). Dalam penelitian
ini, peneliti mencari data untuk membuktikan fakta di lapangan, ini dapat dilakukan melalui
observasi secara partisipatif. Selain itu, peneliti memperoleh data atau informasi dari
sejumlah informan yang terdapat pada tabel informan, yang mana peneliti melakukan
wawancara secara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara (Interview guide)
yang memuat pokok-pokok yang akan ditanyakan untuk memperoleh keterangan secara lisan
antara peneliti dengan informan sehingga data primer via wawancara.
Lalu, sumber data sekunder atau sumber bahan dokumen adalah di mana peneliti
melakukan penelitian dan memanfaatkan data atau dokumen, yang bisa juga untuk
melengkapi data-data primer. Menurut Kothari (2004:114) data sekunder yakni data yang
tersedia, merujuk pada data yang sudah ada yang telah dikumpulkan dan dianalisis oleh orang
lain. Ketika peneliti menggunakan data sekunder maka peneliti harus melihat ke berbagai
sumber dari yang telah tersedia. Data sekunder dicari dan didapatkan melalui jurnal dari
penelitian terdahulu dan sejumlah regulasi baikmelalui website baik website Pemerinntah
Kabupaten Karo maupun website berita serta foto-foto yang berhubungan dengan konsep.
24
suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara
ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan.
b. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan
mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data
yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik pembahasan.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya
ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti
yang terkait dengan program Kampung KB.
b. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan
catatan-catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian sertasumber-sumber lain yang
menyangkut masalah yang diteliti dengan lembaga terkait.
25
dengan tujuan penelitian dan memiliki kapasitas serta informasi yang cukup dalam menjawab
seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan hal yang ingin diteliti. Kriteria informan yang
dibutuhkan antara lain:
a. Mengetahui keadaan/kondisi di lapangan
b. Sudah dikenal oleh peserta Kampung KB
c. Sudah berpengalaman di bidangnya
Merujuk pada hal tersebut peneliti telah merancang daftar pertanyaan yang akan
diajukan kepada instansi terkait agar dapat memperoleh data dan informasi yang akurat.
1. Reduksi data yaitu proses pereduksian data ke dalam bentuk uraian yang lengkap dan
banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum dan dipilih halhal yang pokok dan
difokuskan ke dalam hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan arahan penelitian.
Dari data tersebut diharapkan diperoleh gambaran dari hasil pengamatan dan
wawancara mendalam.
2. Display data atau penyajian data yakni upaya pembuatan dan penyajian data melalui
tabel sehingga keseluruhan data serta bagian-bagian detilnya dapat dipetakan dengan
jelas. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh merupakan
kumpulan informasi yang sangat banyak sehingga menimbulkan kesulitan untuk
menggambarkannya secara detail.
3. Kesimpulan dan verifikasi, yakni penyusunan secara sistematis data yang sudah
terkumpul, baik melalui penentuan tema maupun tabel. Selanjutnya disimpulkan
sehingga dapat diperoleh makna data yang sesungguhnya. dikarenakan kesimpulan
pada tahap ini masih bersifat tentatif dan sangat umum maka masih perlu diuji melalui
data yang baru diperoleh.
26
III.8 Validitas Data dan Reliabilitas Data
Menurut Gibbs (dalam Creswell 2016:269) validitas kualitatif merupakan upaya
pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur
tertentu, sementara itu reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang
digunakan peneliti konsisten jika diterapkan peneliti lain (dan) untuk proyek yang berbeda.
Proposal penelitian perlu menjelaskan jenis-jenis dan bagaimana strategi dalam menguji
keabsahan data. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam
menilai keakuratan hasil penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi tersebut. Dalam
Sugiyono (2016:270) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (objektivitas).
1) Uji Kredibilitas
a. Thick description
Untuk mengenali dan mendapatkan pengetahuan diam-diam, peneliti perlu
menghabiskan waktu dalam konteks dan memperoleh pengalaman itu. Proses ini
termasuk memeriksa tidak adanya pembicaraan dan aktivitas. Selain itu, terlibat
dalam penelitian komparatif dalam adegan yang berbeda tetapi terkait adalah cara
untuk memahami nilai-nilai yang diasumsikan dari kelompok, sistem, atau organisasi
tertentu.
b. Triangulation
Konsep triangulasi lahir dalam paradigma realis yang bertujuan menghilangkan
penelitian bias dan menemukan konvergensi pada realitas tunggal. Menurut Denzin (dalam
Kothari, 2004: 125) bahwa, ketika banyak titik data bertemu, temuan lebih kredibel.
Mengumpulkan banyak jenis data yang terlihat adalah cara kunci lain untuk mencapai
kredibilitas. Singkatnya, temuan lebih kuat ketika para peneliti mengumpulkan data mereka
melalui beberapa strategi pengambilan sampel, menggunakan lebih dari satu peneliti di
lapangan, melibatkan berbagai posisi teoretis dalam analisis data, atau menggunakan metode
pengumpulan data yang berbeda. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
Triangulasi Sumber
Sugiyono (2016:74) menyatakan bahwa triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Data-data yang didapat akan dideskripsikan,
27
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama dan mana yang berbeda serta mana
yang spesifik dari beberapa sumber data yang ada. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check).
Triangulasi Teknik
Sugiyono (2016:74) menyatakan bahwa triangulasi teknik untuk menguji
kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu
diperiksa dengan observasi ataupun dokumentasi. Bila dengan tiga teknik
pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin
semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.
Triangulasi Waktu
Sugiyono (2016:74) menyatakan bahwa data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar dan belum banyak
masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk
itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya.
c. Multivocality
Ini berarti menganalisis tindakan sosial dari berbagai sudut pandang dan menyoroti
sudut pandang yang berbeda atau tidak menyenangkan. Multivocality juga mengharuskan
penulis untuk sadar diri tentang bagaimana subjektivitas mereka sendiri dalam hal ras, jenis
kelamin, usia, pendidikan, kelas, atau seksualitas. Kredibilitas ditingkatkan dengan
mempertimbangkan bagaimana perbedaan ini berperan dalam niat yang bertentangan atau
dalam narasi praktek dan kinerja kontekstual.
d. Member reflections
Sehubungan dengan multivokalitas, peneliti juga dapat memasukkan partisipan dalam
analisis data dan temuan. Praktek semacam itu termasuk duduk bersama partisipan dan
28
berbagi analisis atau kesimpulan dalam proses, membuat catatan atas reaksi mereka, dan
memasukkan reaksi-reaksi ini dalam siklus analisis data lebih lanjut.
2) Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas
eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan,
hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
3) Pengujian Depenability
Uji dependability dilakukan dengan menggunakan audit terhadap keseluruhan. Sering
terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data.
kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak
reliable atau dependable.
4) Pengujian Konfirmability
Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila
hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Padang Bulan merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan
Baru. Secara geografis, Kelurahan Padang Bulan terletak pada posisi 03°33'7,1" Lintang
Utara dan 98°39'38,8" Lintang Timur dengan batas wilayah meliputi sebelah utara berbatasan
dengan Kelurahan Merdeka, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai,
sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia, serta sebelah barat berbatasan dengan
Kelurahan Padang Bulan Selayang I. Wilayah administratif Kelurahan Padang Bulan terdiri
atas 12 lingkungan dengan luas wilayah 221 km2 dan ketinggian wilayah 0-25 meter di atas
permukaan laut serta suhu rata-rata 300C.
Adapun visi dan misi dari Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut”
1. Visi:
“Mewujudkan masyarakat yang mandiri, berdaya saing dan aparatur yang profesional
dalam melaksanakan pelayanan prima kepada masyarakat”
2. Misi:
a) Melaksanakan kegiatan pembangunan sosial kemasyarakatan sehingga
berkembangnya dinamika ekonomi yang menjadi basis kehidupan masyarakat
b) Meningkatkan kualitas aparatur dan sumber daya masyarakat yang memiliki
kemampuan IPTEK
c) Meningkatkan pembangunan infrastruktur, pelayanan umum dan pelayanan sosial
d) Meningkatkan keamanan, keertiban dan ketentraman masyarakat berlandaskan
supremasi hukum
e) Meningkatkan sistem pelayanan yang prima
IV.1.3 Demografi
a. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keluarga
30
Kelurahan Padang Bulan ini dihuni lebih banyak penduduk dengan jenis kelamin
perempuan dibanding dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki hal tersebut dapat
dilihat melalui tabel berikut :
Mata pencaharian penduduk di kelurahan padang bulan ini rata-rata adalah pegawai
swasta, di samping itu ada juga yang berprofesi sebagai PNS, Buruh, Pedagang dll.
Pelajar/mahasiswa juga menjadi yang paling banyak mengingat daerah Kelurahan Padang
Bulan dekat dengan Universitas Sumatera Utara (USU) kemudian disusul dengan masyarakat
yang mengurus rumah tangga. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
31
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan
Dalam struktur Pokja Kampung KB, Lurah berperan sebagai penasehat Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan dan Kepala Lingkungan I merupakan Ketua Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan. Beberapa anggota dalam Gambar di atas juga merupakan anggota
dari Pokja Kampung KB Kelurahan Padang Bulan.
2) Seksi Pendidikan
Penanggung jawab : Riadina Perangin-Angin
Anggota : 1). Yanaria Harahap
2) Juliani
3) Seksi Reproduksi
Penanggung jawab : Imelda Sinaga (Bidan Puskesmas)
Anggota : 1). Lidya Natalia (PKB)
2). Betty Cristianti (PKB)
4) Seksi Ekonomi
Penanggung jawab : Adil Rizal Sembiring (Kepala Lingkungan XII)
Anggota : 1). Serita Wati Ginting
2). Nuraini
5) Seksi Perlindungan
Penanggung jawab : Jhon Very Sitepu
Anggota : 1). Irmansyah
2). Sukses Naisalinta Bangun
6) Seksi Kasih Sayang
Penanggung jawab : Evi Sovia Ardina
33
Anggota : Daratul Laila Nasution
1. Pelindung/Penanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab secara keseluruhan tentang pembentukan dan operasional
Kampung KB
b. Mengkoordinasikan kegiatan Kampung KB dengan sektor terkait
c. Mengusahakan anggaran dari dana Kelurahan serta pihak luar untuk keperluan
Kampung KB.
2. Penasihat
a. Memberikan masukan baik kepada penanggung jawab maupun pelaksana
dalam membina mengembangkan Kampung Kb
b. Mengadvokasi pihak–pihak yang terkait dengan program dan kegiatan
Kampung KB.
3. Ketua Pokja
a. Menentukan kebijakan dan strategi program kegiatan Kampung KB
b. Membimbing dan membina seluruh pengurus Pokja
c. Melakukan Koordinasi dengan semua pihak.
4. Sekretaris
a. Melakukan tatalaksana administrasi Kampung KB
b. Menerima dan mengolah laporan pelaksanaan Kampung KB
c. Membuat laporan dan evaluasi kegiatan Kampung KB.
5. Bendahara
34
Menerima, membayarkan, mencatat, melaporkan dan mempertanggungjawabkan
semua aktifitas keuangan Kampung KB.
6. Seksi Keagamaan
a. Membuat program magrib mengaji, dengan menghimbau agar keluarga–
keluarga tidak menonton TV pada saat magrib tapi melaksanakan ibadah
bersama dan anaknya mengaji.
b. Kebersamaan ibadah di masjid, gereja, Pura dsb.
c. Pengajian rutin baik mingguan maupun bulanan.
d. Mengunjungi/memotivasi keluarga–keluarga yang belum ikut dalam kegiatan
keagamaan dan menghimbau agar tiap keluarga memiliki ruangan ibadah di
rumah masing–masing.
e. Membantu/mendorong keluarga untuk zakat, infaq, sedekah bagi kepentingan
umum. Misalnya memberi makan tambahan ke posyandu, wakap tanah untuk
pembuangan sampah.
f. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang keagamaan kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
7. Seksi Pendidikan/Sosialisasi
a. Membentuk, membina dan mengembangkan BKB (Bina Keluarga Balita).
b. Membentuk membina dan mengembangkan BKR (Bina Keluarga Remaja).
c. Membantu membina dan mengembangkan BKL (Bina Keluarga Lansia).
d. Membentuk membina dan mengembangkan PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini).
e. Melaksanakan keaksaraan fungsional.
f. Kursus–kursus tentang keterampilan baik yang dilaksanakan oleh dinas
instansi pemerintah maupun atas prakarsa masyarakat (Kursus Perbengkelan,
Tata busana dan merias pengantin) dsb.
g. Membina Kadarkum (Keluarga Sadar Hukum).
h. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang pendidikan/sosialisasi kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
8. Seksi Reproduksi
a. Memotivasi PUS untuk ber–KB.
b. Membina kelangsungan ber–KB.
c. Menyelenggarakan pembentukan, pembinaan dan pengembangan posyandu.
d. Membuat peta keluarga tiap RT.
35
e. Mendidik keluarga tentang kesehatan reproduksi dan reproduksi remaja.
f. Membentukan PIK Remaja dan Kampanye PUP.
g. Melaksanakan pelayanan KB.
h. Melaksanakan rujukan dan pengayoman medis.
i. Menyediaan alat kontrasepsi bagi yang tidak mampu.
j. Mengkoordinasikan layanan dan Pembinaan peserta KB dengan Dokter Bidan
Swasta.
k. Pelayanan papsmear, pemeriksaan bumil dan imunisasi di Posyandu.
l. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang reproduksi kepada pemerintah
yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
9. Seksi Ekonomi
a. Mempromosikan potensi/profesi yang dimiliki oleh warga kampung
(memasarkan tukang tembok, sopir, penjahit dsb) ke Pasar kerja.
b. Membina, membimbing produk–produk unggulan baik yang diproduksi
masing–masing keluarga maupun dalam bentuk kelompok.
c. Membentuk membina dan mengembangkan usaha bersama baik UPPKS,
UP2K dan KUBE.
d. Membentuk, membina dan mengembangkan Koperasi simpan pinjam berupa
uang atau produk/hasil pertanian.
e. Menjalankan sistem lumbung kampung untuk kepentingan keluarga.
f. Iuran untuk permodalan dengan barang (palantir/Kelapa sebuah Satu butir)
atau produk lain sesuai dengan potensi yang dimiliki di daerah masing-masing
untuk kepentingan dan kebersamaan di kampung.
g. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang ekonomi kepada pemerintah
yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst)
10. Seksi Perlindungan
a. Penyuluhan anti KDRT.
b. Penyuluhan Narkoba.
c. Mengurus jaminan–jaminan kehidupan bagi keluarga (BPJS, Jamkesda).
d. Sistem ronda malam untuk perlindungan keamanan.
e. Bantuan hukum bagi keluarga yang tersangkut masalah hukum.
f. Ayoman sosial bagi peserta KB yang mendapat keluhan/komplikasi.
g. Mengusahakan pelayanan administrasi kependudukan misalnya Akta
Kelahiran dan KTP.
36
h. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang perlindungan kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
11. Seksi Kasih Sayang
a. Iuran kematian.
b. Donor darah untuk membantu sesama.
c. Jimpitan beras untuk membantu orang miskin.
d. Membentuk kas untuk peserta KB yang tidak bisa membeli kontrasepsi.
e. Jaminan Ibu bersalin (Jambulin) dan tabungan Ibu bersalin.
f. Bapak asuh/Ibu asuh bagi anak yang tidak bersekolah.
g. Pengumpulan dan pemberian pakaian layak pakai dari keluarga yang mampu
kepada yang membutuhkan.
h. Pengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang kasih sayang kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
12. Seksi Sosial Budaya
a. Menanamkan budaya budi pekerti di keluarga–keluarga sesuai tatakrama
setempat.
b. Memelihara dan mengembangkan tradisi yang baik yang menjadi kebiasaan
setempat.
c. Membentuk kelompok seni sesuai dengan kehendak bersama.
d. Kampanye program-program pemerintah melalui seni budaya.
e. Mengajarkan bahasa yang santun baik bahasa ibu maupun bahasa nasional.
f. Menyelenggarakan lomba–lomba budaya baik antar individu, antar keluarga
maupun antar RT.
g. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang sosial budaya kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
13. Seksi Pembinaan Lingkungan
a. Kerja Bakti memelihara lingkungan.
b. Gerakan penanaman tanaman halaman.
c. Pembuangan sampah bersama dan pengurusan secara bergiliran (terjadwal).
d. Penataan kampung baik pembuatan jalan, gang dan pagar–pagar yang
membuat keserasian dan keindahan.
e. Petunjuk–petunjuk jalan dan gang dengan nama yang disepakati.
f. Masyarakat bergotong–royong membangun rumah layak huni.
37
g. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang lingkungan kepada
pemerintah yang lebih baik atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
IV.3 Evaluasi Program Kampung Keluarga Berencana (KB) dengan Indikator Evaluasi
Dunn
Evaluasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang didalamnya terdapat proses penilaian
terhadap keberhasilan suatu kegiatan baik berupa kebijakan maupun program sehingga dapat
mengetahui pencapaian target yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan membandingkan antara rencana awal dengan pencapaian yang telah diraih,
selain itu juga dapat menjadi sebuah input terkait berjalannya suatu program atau kegiatan
bahkan proyek.
Kegiatan evaluasi secara general dilakukan ketika suatu program sudah berjalan
dalam kurun waktu yang cukup lama. Kampung KB Padang Bulan telah dicanangkan
semenjak 09 Mei 2017 dengan pemenuhan terkait kriteria utama dan kriteria wilayah sebagai
syarat pemilihan terhadap wilayah yang akan dijadikan lokasi Kampung KB telah terpenuhi.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan evaluasi bukan hanya sekedar memberikan kritik akan
tetapi lebih mengarah pada penyediaan informasi terkait kinerja sebuah kebijakan/program.
Agar memudahkan kegiatan evaluasi terkait program Kampung KB guna menghasilkan
informasi yang valid maka dapat dilihat berdasarkan enam kriteria evaluasi menurut William
N.Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan.
a. Efektivitas
38
melihat apakah suatu kebijakan efektif atau tidak dapat melihat bagaimana urgensi, wujud,
dan implementasi dari kegiatan tersebut.
Berdasarkan fakta dilapangan yang ditemui peneliti bahwa implementasi Program
Kampung KB telah dilakukan dengan sejumlah kegiatan seperti kegiatan bina keluarga,
kegiatan dalam bidang keagamaan, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, kebinaan lingkungan
dan lain-lain. Pernyataan tersebut tampak dari wawancara berikut:
‘’Kalau di lingkungan 1 ini banyak bidangnya seperti keagamaan, sosial budaya,
pendidikan, ekonomi, kebinaan lingkungan dan lain-lain, jadi menyangkut pertanyaan
kamu, ya tidak semua kegiatan di bidang ini bisa kami lakukan kan tapi kegiatan yang
sering kami lakukan itu di bidang keagamaan, ibadah memang programnya ini belum
ada tapi kami sudah merencanakan kegiatan seperti mengaji, ibadah ke gereja gitu. Kita
juga ada rencana membuat kompos sesuai dengan program kampung KB, itu nanti yang
mau kita tonjolkan berhubungan erat juga dengan PKK. Mengingat perkotaan ini kan
payah ya jadi itulah yang paling gampang untuk ditonjolkan’’ (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021).
Lalu, terkait dengan kegiatan bina keluarga dapat dilihat pada wawancara berikut:
‘’Ya memang ada, bina keluarga itu ada tiga: bina keluarga balita, dan bina keluarga
lansia juga gitu. Itu kerjasama sama puskesmas dan BKKBN. Kegiatan tersebut juga
dilakukan konsisten seperti bina keluarga balita di posyandu, bina keluarga remaja dan
lansia juga begitu. Tapi, BKKBN ada juga nanti sekali-sekali melakukan pertemuan
khusus terutama bina remaja ya, yang difokuskan bina remaja. Karena remaja kan tidak
punya pos khusus dan diharapkan juga bisa membantu dalam bina balita dan lansia’’
Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021).
Hanya saja, sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam mendukung Program Kampung KB
ini masih belum konsisten sehingga pencapaian tujuan dari program yang bersangkutan
belum tampak, Hal itu dapat dilihat pada wawancara berikut:
‘’Untuk saat ini belum berjalan dengan konsisten betullah, karena masyarakat perkotaan
ini kan payah ya, egoisnya tinggi, apalagi seperti urusan dalam gotong royong. Mereka
juga akan mempertimbangkan kalau dikaitkan dalam hal ekonomi ada ga
keuntungannya. Jadi masih seperti itulah pola pikir masyarakat. Jadi kami kan selalu
melakukan rapat juga untuk berdiskusi mengenai evaluasi kami, ya itulah paling nomor
satu saya utamakan dalam Program Kampung KB terkait bagaimana kita memotivasi
39
masyarakat supaya peduli, karena itu yang paling payah untuk dilaksanakan. Karenakan
ini sifatnya sosial, seperti relawan ya harus rela berkorban tanpa mengaharapkan
imbalan’’ (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021).
Selain itu, wujud dari Program Kampung KB ini dapat dilihat dengan adanya rumah data.
Hanya saja, sekarang rumah data tersebut sudah tidak ada lagi. Hal demikian dapat dilihat
dari wawancara berikut:
‘’Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena tidak
ada dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di dalam
laptop aja data-datanya’’ (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November
2021).
Selain itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala Lingkungan 1 dan Ketua Pokja
Kampung KB Kelurahan Padang Bulan dapat dilihat bahwa komunikasi juga belum tercapai
dengan baik. Berikut adalah wawancara terkait dengan komunikasi dalam Program Kampung
KB:
”Sebenarnya kalau difokuskan sangat efektif dan tinggi persentasenya kalau sesuai
dengan program yang ada dan dilaksanakan dengan maksimal. Ini kan semua sektor
terlibat jadi ya kadang-kadang bisa saja terjadi miskomunikasi. Kadang kami juga
kesulitan bekerjasama dengan pihak swasta” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin
Purba, 01 November 2021).
Dengan demikian, dilihat dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa Program
Kampung KB ini masih jauh dari efektivitas menurut William N. Dunn karena masih sering
terjadi miskomunikasi dan kesulitan untuk bekerjasama dengan pihak swasta. Ditambah lagi
berbagai kegiatan yang ada tidak mampu dijalankan dengan konsisten serta rumah data yang
awalnya sangat membantu masyarakat dan pihak Kampung KB tapi kini sudah tidak ada lagi.
b. Efisiensi
40
melaksanakan kebijakan tersebut. Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu kebijakan dapat
dilihat dengan pelaksanaan kebijakan apakah sudah dilaksanakan dengan menyeluruh, hemat
dan juga operasional.
Tingkat efisiensi di kampung KB tidak jauh dari tingkat efektivitasnya. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Lingkungan 1 dan Ketua Pokja Kampung KB Kelurahan
Padang Bulan, beliau mengatakan bahwa:
“Kalau masyarakat ya banyak yang tahu. Tapi ya inikan di Kelurahan Padang Bulan
masyarakat aslinya lebih kurang 50% cuman penduduk aslinya dan selebihnya
masyarakat yang tinggal disini seperti ngekos jadi punya KK disini tapi ga
berdomisili disini. Jadi terkait dengan jumlah 50% tadi udah hampir semua tau”
(Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021).
Dapat dilihat bahwa sumber daya manusia dari sisi masyarakat belum mampu ikut
serta secara aktif dalam Program Kampung KB ini. Selain itu, partisipasi para pengurus
Program Kampung KB ini juga masih tergolong rendah. Sebagaimana pernyataan dari
informan yakni:
‘’Kalau menurut saya pengurusnya juga, pengurusnya kan juga termasuk masyarakat.
Jadi ya tingkat partisipasi siapapun itu masih kurang’’ (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021).
Selain itu, anggaran untuk Program Kampung KB juga tidak memadai sehingga untuk
rumah data yang sangat perlu untuk dibangun namun dikarenakan anggaran yang terbatas
maka rumah data pun ditiadakan. Hal itu dapat dilihat dari wawancara berikut ini:
‘’Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena tidak
ada dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di dalam
laptop aja data-datanya’’ (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November
2021).
Dengan demikian, dilihat dari tingkat masyarakatnya saja yang belum mengetahui tentang
Program Kampung KB dan anggaran yang juga terbatas maka dapat dinyatakan bahwa
tingkat efisiensi Program Kampung KB belum tercapai karena sumber daya yang ada baik itu
dari segi manusia maupun anggarannya belum tersedia secara memadai.
c. Kecukupan
41
William N. Dunn (2003:429-438) mendefinisikan Kecukupan (adequacy) berkenaan
dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas dapat memuaskan kebutuhan yang diharapkan,
nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria ini menekankan pada
kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Untuk mengetahui
kecukupan suatu kebijakan dapat dilihat dengan melihat bagaimana wujud dari kebijakan
tersebut dan apakah sudah dapat dikatakan sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
Seperti sudah dijabarkan sebelumnya mengenai hasil dari efektivitas Program Kampung
KB bahwa masih belum mencapai efektivitas karena nilai atau kesempatan tidak menekankan
pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Hal ini di
dukung oleh pernyataan Kepala Lingkungan 1 dan Ketua Pokja Kampung KB Kelurahan
Padang Bulan yaitu:
“Untuk saat ini belum berjalan dengan konsisten betullah, karena masyarakat
perkotaan ini kan payah ya, egoisnya tinggi, apalagi seperti urusan dalam gotong
royong. Mereka juga akan mempertimbangkan kalau dikaitkan dalam hal ekonomi
ada ga keuntungannya. Jadi masih seperti itulah pola pikir masyarakat. Jadi kami
kan selalu melakukan rapat juga untuk berdiskusi mengenai evaluasi kami, ya itulah
paling nomor satu saya utamakan dalam program kampung KB terkait bagaimana
kita memotivasi masyarakat supaya perduli, karena itu yang paling payah untuk
dilaksanakan. Karena kan ini sifatnya sosial, seperti relawan ya harus rela
berkorban tanpa mengaharapkan imbalan” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin, 01
November 2021).
d. Perataan
42
Perataan (equity) erat hubungannya dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk
pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
Untuk menjelaskan hal tersebut, dapat dilihat dari kemudahan terkait
aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pelayanan dalam Program Kampung KB pada
Kelurahan Padang Bulan sebagai faktor pendukung terkait kinerja program sehingga sebisa
mungkin masyarakat mengetahui informasi dan mendapatkan pelayanan terkait adanya
program Kampung KB Padang Bulan.
43
bertindak sebagai Ketua dari Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB Padang Bulan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh yang bersangkutan dalam wawancara yang telah
dilakukan, sebagai berikut:
“ Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena
tidak ada dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di
dalam laptop saja data-datanya” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01
November 2021)
44
Selain itu, adanya keberadaan Rumah Data yang menampung berbagai informasi dan data
kependudukan pada satu lokasi, serta keoptimisan dari Ketua Pokja Kampung KB terkait
penyampaian informasi yang secara merata terhadap masyarakat yang tentunya menunjukkan
bahwa ada usaha untuk menyebarkan informasi dan pelayanan secara merata dan akan
memudahkan kelompok sasaran untuk mendapatkan pelayanan yang disediakan melalui
program Kampung KB. Namun, sayangnya keberadaan Rumah Data ini tidak ada lagi.
e. Responsivitas
Dengan melihat dari temuan yang didapatkan di lapangan terkait adanya program
kampung KB Padang Bulan di tengah masyarakat terkait dampak dan tingkat kepuasan
mereka di mana tingkat kepedulian masyarakat terkait keberadaan program ini masih kurang.
Hal itu selaras dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Pokja Kampung KB Padang Bulan
sebagai berikut:
“Kalau respon ya baik tapi tingkat kepedulian masih rendah” (Wawancara dengan
Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021)
Hal itu juga tentunya sejalan tentang pemahaman mengenai konsep dari program
Kampung KB bahwa ada keterlibatan terkait partisipasi aktif masyarakat dalam membangun
keterpaduan program dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Artinya bahwa
masyarakat memiliki antusiasme untuk mengetahui keberadaan program ini dan didukung
partisipasinya agar terlibat dalam pelaksanaan program Kampung KB. Adanya dorongan
untuk melibatkan masyarakat dalam program Kampung KB ini bertujuan agar mereka dapat
memberikan ide maupun pendapat terkait program yang dijalankan karena tentunya
merekalah yang lebih memahami kondisi dan kebutuhannya.
45
masyarakat dan juga pelaksana sebagaimana berdasarkan hasil wawancara adalah sebagai
berikut:
“Untuk saat ini belum berjalan dengan konsisten (pelaksanaan kegiatan), betul lah.
Karena masyarakat perkotaan ini kan payah ya, egoisnya tinggi, apalagi seperti
urusan dalam gotong royong. Mereka juga akan mempertimbangkan kalau dikaitkan
dalam hal ekonomi ada gak keuntungannya. Jadi masih seperti itulah pola pikir
masyarakat. jadi kami kan selalu melakukan rapat juga untuk berdiskusi mengenai
evaluasi kami, ya itulah paling nomor satu saya utamakan dalam program Kampung
KB terkait bagaimana kita memotivasi masyarakat supaya peduli, karena itu yang
paling payah untuk dilaksanakan. Karena kan ini sifatnya sosial, seperti relawan
harus rela berkorban tanpa mengharap imbalan” (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021)
Dari hasil wawancara diatas, dapat kita ketahui beberapa hal bahwa konsistensi dari
pelaksanaan kegiatan dari program Kampung KB belum bisa terlaksana dengan baik. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya motivasi dan keengganan serta responsivitas dari masyarakat
untuk berpartisipasi. Adanya pertimbangan-pertimbangan terhadap apa hal yang akan
menjadi manfaat bagi mereka juga dapat menjadi titik ukur mengenai respon masyarakat
terhadap program Kampung KB tersebut. Bagaimanapun, dalam penerapannya, pelaksana
program Kampung KB mencoba memotivasi masyarakat lewat pemberian reward dimana
masyarakat yang berkontribusi akan mendapatkan imbalan berupa uang, walaupun demikian
tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program Kampung KB masih tergolong rendah hal ini
juga disebabkan karena kesibukan masing-masing individu.
Dari berbagai penemuan yang telah didapatkan dari hasil di lapangan, maka dapat
disimpulkan bahwa responsivitas dinilai belum mampu memenuhi kriteria dari teori William
N.Dunn. Responsivitas terkait pelaksanaan program Kampung KB masih tergolong rendah.
Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan dari pelaksana kerja atau Pokja Kampung KB
dalam menciptakan kepuasan masyarakat. hal ini tercermin dari keengganan masyarakat
untuk berpartisipasi guna mendukung keberhasilan dan konsistensi pelaksanaan program,
Adapun upaya pemerintah untuk kembali menarik perhatian masyarakat lewat pemberian
reward berupa uang juga tidak menimbulkan dampak yang signifikan karena penyebab utama
rendahnya motivasi masyarakat adalah kesibukan individu tersebut sehingga enggan untuk
melaksanakan partisipasi terlebih kegiatan menuntut untuk dilakukan secara sukarela. Pada
saat seperti itu dapat dikatakan bahwa bukan reward dari pelaksana yang bisa memotivasi
46
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program tetapi apa yang didapatkan
masyarakat jika harus meluangkan waktunya untuk mengikuti program tersebut dan seberapa
besar manfaatnya bagi mereka sehingga dapat memberikan feedback berupa tanggapan yang
membangun terhadap suatu program.
f. Ketepatan
47
“Kalau tingkat keberhasilan ya tergantung indikator penilaiannya karena indikator
yang ditetapkan sebenarnya tidak ada. Tapi pengaruhnya ada, pengaruhnya minimal
masyarakat mengerti dan tau program Kampung KB.” (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021)
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa keberhasilan dari adanya program ini
yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat itu tergantung pada indikator yang
digunakan untuk menilainya sehingga ukuran keberhasilannya belum dapat diketahui dengan
jelas karena indikator sebenarnya untuk mengukur keberhasilan itu belum ada. Tetapi terkait
pengaruh yang ditimbulkan pada masyarakat dari adanya program Kampung KB ini dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat terkait tujuan dari adanya program Kampung KB.
Namun, sayangnya titik puncak dari Program Kampung KB ini adalah kondisi ketika
masyarakat mengerti dan tahu tentang Program Kampung KB. Padahal seharusnya ada
pencapaian lebih konkret lagi disbanding pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan
Program Kampung KB.
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, tingkat ketepatan terkait tujuan dan
dampak program belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria William N.Dunn. Pada kriteria ini
seharusnya dapat dilihat tujuan yang dihasilkan dan tepat guna bagi masyarakat akan tetapi
berdasarkan dari hasil penelitian di lapangan belum ada menunjukkan hasil dari tujuan yang
signifikan pada kelompok sasaran. Kelompok sasaran hanya mengetahui tujuan dari program
akan tetapi belum merasakan adanya kesejahteraan pada kehidupan mereka.
Tetapi, terkait manfaat dari adanya program Kampung KB ini dapat dirasakan
kehadirannya oleh masyarakat dimana pengetahuan masyarakat terkait keberadaan Program
Kampung KB, serta adanya peningkatan pemahaman masyarakat terkait KB dan kesehatan,
serta adanya perhatian terhadap lingkungan tempat tinggal kelompok sasaran menjadi
beberapa manfaat yang ditemukan. Oleh sebab itu maka dalam indikator ketepatan terkait
adanya pelaksanaan program Kampung KB untuk menilai keberhasilan kinerja program dapat
dikatakan belum memenuhi kriteria dari teori William N.Dunn sepenuhnya karena
masyarakat belum merasakan tujuan yang bernilai dan tepat guna tetapi hanya merasakan
manfaat dari kehadiran program tersebut.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulam
48
Kampung Keluarga Berencana (KB) merupkan sebutan bagi satuan wilayah terkecil yang
setingkat Desa/Kelurahan yang memiliki kriteria yang terdapat keterpaduan program
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) serta sektor
terkait yang dilaksanakan secara sistematis. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
pembahasan mengenai Evaluasi Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan dengan menggunakan enam
kriteria evaluasi menurut William N.Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,
responsivitas, dan ketepatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Efektivitas : Berdasarkan fakta dilapangan yang kami temui bahwa tingkat efektivitas
kampung KB belum memenuhi standard jauh dari harapan program kampung KB
karena masih sering terjadi miskomunikasi dan kesulitan untuk bekerjasama dengan
pihak swasta serta kegiatan yang ada tidak mampu dijalankan dengan konsisten.
2. Efisiensi : Tingkat efisiensi Program Kampung KB belum tercapai karena sumber
daya yang ada baik itu dari segi manusia maupun anggarannya belum tersedia secara
memadai.
3. Kecukupan : Tingkat kecukupan Program Kampung KB Kelurahan Padang Bulan
belum mencapai penyelesaian permasalahan kependudukan di kelurahan yang
bersangkutan.
4. Perataan : Tingkat perataan masih kurang merata dikarenakan masih kurangnya
pemahaman masyarakat terkait Program Kampung KB. Selain itu juga pelaksanaan
Program Kampung KB belum dilakukan secara merata dan hanya terpusat pada satu
lingkungan saja yakni di Lingkungan I serta akses masyarakat untuk mendapatkan
informasi seputar Program Kampung KB terkendala apalagi ketika Rumah Data
ditiadakan.
5. Responsivitas : Responsivitas terkait pelaksanaan program Kampung KB masih
tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan dari pelaksana kerja atau
Pokja Kampung KB dalam menciptakan kepuasan masyarakat serta masyarakat yang
masih belum memiliki antusias yang tinggi dalam Program Kampung KB.
6. Ketepatan : Program Kampung KB telah memberikan manfaat kepada masyarakat
berupa pemahaman terkait dengan Program Kampung KB. Manfaat yang didapat pun
masih dalam persentase yang kecil artinya manfaat belum dapat dirasakan secara
langsung dan konkret oleh seluruh masyarakat Kelurahan Padang Bulan Sehingga
indikator ketepatan ini belum sepenuhnya tercapai.
49
V.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan evaluasi meta Program Kampung
KB di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan adalah:
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
50
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CJ Jejat.
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S., & Cepi, S. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cozby. C (2009). Methods in Behasvioral Research: Edisi ke-9. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Creswell, J.W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dunn, William N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: UGM Press.
Fredy, S. (2003). Evaluasi Program. Jakarta: Nyansa Mandiri.
Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Hartanto. (2013). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Isbandi, R.A. (2003). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
(Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga penerbit
FEUI.
Kerlinger, F.N. (1973). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM.
Kothari, C. (2004). Research Methodology Methods and Techniques (Second Revised
Edition). New Delhi: New Age International (P) Ltd.
Koyan, I.W., & Agung, G. (2012). Evaluasi Program Pendidikan. Undiksha Press: Singaraja.
Mardalis. (2014). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Muhaimin, S., & Sugeng, L.P. (2009). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Neuman, W.L. (2003). Social Research Methods: Qualitative And Quantitative
Approaches. Boston: Allyn and Bacon.
Singarimbun. (2006). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Sumadi, S. (1987). Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thoha, M. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali.
Yusuf. (2008). Evalusi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
51
JURNAL
Darodjat, D., & Wahyudhiana, W. 2015. Model evaluasi program pendidikan. Islamadina:
Jurnal Pemikiran Islam, 1-2.
Nurjannah, S.N., & Susanti, E. (2018). Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana
(KB) di Kabupaten Kuningan Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada,
9(2), 78-85.
Ramadhani, N.F., & Tukiman. (2020). Implementasi Program Keluarga Berencana di
Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Public Administration Journal of
Research, 2(2), 376-392.
Saputra, Y.W. et al. (2019). Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kota Samarinda. Jurnal Georafflesia. 4(2), 186-200.
SKRIPSI
Pratiwi, A. (2021). Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Skripsi, 1-96.
WEBSITE
Badan Pusat Statistik Kota Medan. (2019). Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin (Jiwa) 2017-2019, dalam medankota.bps.go.id/
indicator/12/31/1/jumlah-penduduk-kota-medan-menurut-kecamatan-dan-jenis-
kelamin.html, diakses pada 17 Oktober 2021.
Biro Ekonomi Pusat Perekonomian Medan. (2020). Pusat Perekonomian, Medan Kota Paling
Padat di SUMUT, dalam http://biroekon.sumutprov.go.id/pusat-perekonomianmedan-
kota-paling-padat-di-sumut/, diakses pada 17 Oktober 2021.
Detik.com. (2021). Ragam Masalah Kependudukan di Indonesia dan Cara Mengatasinya,
dalam https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721941/ragam-masalah-kependudukan-di-
indonesia-dan-cara-mengatasinya, diakses pada 17 Oktober 2021.
Kompas.com. (2020). Permasalahan Kependudukan di Indonesia, dalam
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/08/174500069/permasalahan-
kependudukan-di-indonesia, diakses pada 17 Oktober 2021.
Liputan6.com. (2017). Kendala Terbentuknya Kampung KB di Daerah, dalam
https://www.liputan6.com/health/read/2994295/kendala-terbentuknya-kampung-kb-
di-daerah, diakses pada 17 Oktober 2021.
52
UNDANG-UNDANG
Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Pengembangan Kampung Keluarga
Berencana di Provinsi Sumatera Utara.
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
DOKUMEN
BKKBN. (2017). Pedoman Pengelolaan Kampung KB (Pedoman bagi Pengelola Kampung
KB di Lini Lapangan).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKKBN Perwakilan Sumatera
Utara 2019.
Laporan Akhir Kampung KB 2019.
Laporan Akhir Kampung KB 2018.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
HASIL EVALUASI META
53
UI Identifikasi Pemangku Kepentingan
Ya Tidak
Membuat evaluasi terbuka untuk melayani para pemangku kepentingan baru yang
teridentifikasi.
Jumlah Ya 9
9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk
U2 Kredibilitas Evaluator
Ya Tidak
Mengikutsertakan para evaluator yang secara tepat responsif terhadap jender, status
sosioekonomi, ras, dan perbedaan bahasa dan budaya.
54
Membantu para pemangku kepentingan memahami rencana evaluasi.
Menyelesaikan secara tepat pada kritik dan saran para pemangku kepentingan.
Jumlah Ya 8
9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk
Ya Tidak
Mengalokasikan upaya evaluasi dalam kaitan dengan prioritas untuk informasi yang
diperlukan
Jumlah Ya 8
9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk
55
U4 Identifikasi Nilai-Nilai
Ya Tidak
Jumlah Ya 8
9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk
U5 Kejelasan Laporan
Ya Tidak
56
Menyediakan suatu laporan teknikal.
Jumlah Ya 9
9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk
Ya Tidak
Telah melakukan pertukaran tepat waktu dengan berbagai jajaran audiens yang
berhak untuk mengetahui.
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk
U7 Pengaruh Evaluasi
Ya Tidak
57
Mendorong dan mendukung para pemangku kepentingan untuk memakai temuan
evaluasi.
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk
Jumlah Skor = 21
F1 Prosedur Praktikal
Ya Tidak
Meminimalkan gangguan.
58
Menangkat staf yang kompeten.
Melatih staff
Jika diperlukan, membuat prosedur evaluasi sebagai suatu bagian dari kejadian-
kejadian rutin.
Jumlah Ya 5
F2 Viabilitas Politikal
Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar
Ya Tidak
Menghindari atau menetralkan upaya bias atau penerapan yang salah temuan-temuan
evaluasi.
Mengambangkan kerja sama.
Jumlah Ya 4
F3 Efektivitas Biaya
Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar
Ya Tidak
Efisien.
59
Memproduksi informasi yang mempunyai nilai investasi.
Menginformasikan keputusan-keputusan.
Menimalkan gangguan
Jumlah Ya 7
P1 Orientasi Layanan
Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar
Ya Tidak
Mengakses kebutuhan para pelanggan.
Menilai keluaran program terhadap kebutuhan kebutuhan pelanggan.
Membantu memastikan bahwa berbagai kelompok penerima keuntukngan program
dilayani
Mengembangkan layanan terbaik.
Membuat orientasi layanan jelas kepada pemangku kepentingan.
Mengindentifikasi kekuatan program untuk dibangun.
Mengindentifikasi kelemahan program untuk dikresi.
Memberikan balikan sementara untuk perbaikan program.
Mengekspos praktk yang merusak.
Menginformasikan pada semua audiens yang berhak tahu menganai keluaran positif
60
dan negatif
Jumlah Ya 6
P2 Kesepakatan Formal
Mencapai kemajuan kesepakatan tertulis mengenai:
61
tidak etik, penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan setiap partisipan.
Jumlah Ya 10
62
Mengindentifikasi potensi konflik interes pada awal evaluasi.
Menyediakan pengaman tertulis kontraktual terhadap konflik interes yang
teridentifikasi.
Mengikutsertakan berbagai evaluator.
Mempertahankan rekaman-rekaman evaluator untuk telaah independen.
Jika tepat, ikut sertakan pihak-pihak independen untuk menilai evaluasi untuk
kerentanan atau korupsi oleh konflik interes.
Jika tepat, rilis prosedur,data dan laporkan-laporan evaluasi untuk ditelaah publik.
Lebih mengontrak dengan otoritas penyandang dana daripada program yang didanai.
Perintahkan evaluator internal melapor secara langsung kepada chief pejabat eksekutif.
Melaporkan secara adil kepada semua audiens yang mempunyai hak untuk mengetahui.
Mengikutsertakan orang-orang berkualitas unik untuk berpartisipasi dalam evaluasi,
bahkan jika mereka mempunyai potensi konflik interes, akan tetapi ambil langkah
untuk menghadapi konflik interes.
JumlahYa 5
A2 Analisis Konteks
Memenuh Standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memakai berbagai sumber informasi untuk melukiskan konteks program,
Melukiskan uraian-uraian konteks teknikal, social, politik, organisasi, dan ekonomi,
Mempertahankan suatu catatan mengenai keadaan-keadaan luar biasa,
Mencatat contoh-contoh dimana individu-individu atau kelompok secara sadar turut
campur dalam program,
Mencatat contoh-contoh dimana individu-individu atau kelompok-kelompok memberikan
bantuan khusus kepada program,
Menganalisis bagaimana konteks program sama atau berbeda dari konteks di mana
program mungkin diadopsi,
Melaporkan pengaruh kontekstual yang beroperasi secara signifikan mempengaruhi
program dan mungkin menarik bagi pengadopsi potensial,
Perkirakan pengaruh konteks terhadap keluaran program,
Mengidentifikasi dan melukiskan setiap komptetitor kritikan terhadap program yang
berfungsi pada waktu yang bersamaan dalam lingkungan program,
Melukiskan bagaimana orang dalam wilayah umum program mempersepsikan eksistensi,
pentingnya dan kualitas program,
Jumlah Ya 7
64
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Pada permulaan evaluasi, merekam tujuan klien untuk evaluasi,
Memonitor dan melukiskan tujuan pemakaian temuan-temuan hasil evaluasi dari para
pemangku kepentingan ,
Memonitor dan melukiskan bagaimana tujuan evaluasi tetap sama atau berubah
antarwaktu,
Menidentifikasi dan menilai butir-butir kesepakatan dan ketidaksepakatan di antara para
pemangku kepentingan mengenai tujuan-tujuan evaluasi,
Jika diperlukan, perbarui prosedur-prosedur evaluasi untuk mengakomodasi perubahan-
perubahan dalam tujuan-tujuan evaluasi
Mencatat prosedur evaluasi yang sesungguhnya seperti yang dilaksanakan
Ketika menginterpretasikan temuan-temuan, mempertimbangkan maksud pemakaian
evaluasi pra pemangku kepentingan yang berbeda
Ketika menginterpretasikan temuan-temuan, mempertimbangkan sampai seberapa jauh
prosedur yang ditentukan dilaksanakan secara efektif
Melukiskan tujuan dan prosedur evaluasi dalam ringkasan dan laporan evaluasi lengkap
Jika mungkin, ikutsertakan evaluator independen untuk memonitor dan mengevaluasi
tujuan dan prosedur evaluasi
Jumlah Ya 7
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Pemenuhan standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memperoleh sumber informasi dari berbagai sumber
Memakai informasi yang berkaitan yang sebelumnya dikumpulkan dan divalidasi
Jika tepat mempergunakan beragam metode penjaringan data
Mendokumentasikan dan melaporkan sumber-sumber informasi
Mendokumentasikan, menilai, dan melaporkan kriteria dan metode-metode yang
dipakai untuk memilih sumber-sumber informasi
Untuk setiap sumber mendefinisikan populasi
Untuk setiap populasi, jika tepat, mendefinisikan stiap sampel yang dipergunakan
Mendokumentasikan, menjustifikasi, dan melaporkan rata-rata yang dipai untuk
memperoleh informasi dari setiap sumber
Menyertakan instrumen-instrumen penjaringand ata dalam suatau lampiran teknis dalam
laporan evaluasi
Mendokumentasi dan melporkan setiap keadaan bias dalam informasi yang diperoleh
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
65
A5 Informasi yang Valid
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memfokuskan evaluasi pada pertanyaan-pertanyaan kunci
Jika cocok gunakan berbagai alat ukur untuk menangani setiap pertanyaan
Menyediakan deskripsi rinci dari konstruk dan perilaku-perilaku mengenai apa informasi
akan diperoleh
Menilai dan melaporkan jenis informasi apa yang diperoleh untuk setiap prosedur
Melatih dan mengkalibarasi kolektor-kolektor data
Mendokumentasikan dan melaporkan kondisi dan proses penjaringan data
Mendokumentasikan bagaimana informasi dari setiap prosedur diskor, dianalisis, dan
diinterpretasikan
Melaporkan dan menjustifikasi penarikan kesimpulan secara single dan kombinasi
Menilai dan melaporkan komperhensifan informasi yang disediakan oleh prosedur-
prosedur sebagai suatu set dalam hubungannya dengan informasi yang diperlukan untuk
menjawab suatu set pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Mengembangkan kategori-kategori informasi yang bermakna dengan mengidentifikasi
tema-tema umum dan berulang-ulang dalam informasi yang dikumpulkan dengan
mempergunakan prosedur asesmen kualitatif
Jumlah Ya 4
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Mengidentifikasi dan menjustifikasi jenis-jenis dan luas klaim reliabilitas
Untuk setiap alat penjaringan data yang dipergunakan, spesifikasi analisis unitnya
Jika memungkinkan, pilihlah alat pengukuran di masa yang lalu telah menunjukkan level
penerimaan reliabilitas untuk pemakaian yang dituju
Dalam melaporkan reliabilitas instrumen, nilai dan melaporkan faktor-faktor yang
mempengaruhi reliabilitas, termasuk karakteristik dari orang yang diteliti, kondisi-
kondisi penjaringan data, dan bias evaluator
Mengecek dan melaporkan konsistensi penskoran, kategorisasi, dan pengodean
Melatih dan mengkalibrasi orang yang melakukan persekoran dan menganalisis untuk
memproduksi hasil konsisten
Mempilot tes instrument-instrumen baru agar dapat mengidentifikasi dan mengontrol
sumber-sumber kesalahan
Jika cocok, mengikutsertakan dan mengecek konsistensi antara para observer multiple
Mengaku problem-problem reliabilitas dalam laporan final
Memperkirakan dan melaporkan pengaruh tidak reliabilitas dalam data penilaian
keseluruhan program
Jumlah Ya 2
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
A7 Informasi Sistematik
66
Ya Tidak
Mengembangkan protokol-protokol untuk pengontrolan kualitas informasi evaluasi
Melatih staf evaluasi agar mengikuti protokol data
Secara sistematik mengecek akurasi penskoran dan pengodean
Jika mungkin, memakai evaluator multipel dan mengecek konsistensi kerja mereka
Memferifikasi entri data
Mengoreksi cetakan dan memferifikasi tabel-tabel data yang diciptakan oleh keluaran
computer atau alat-alat lainnya
Mensistemastisasi dan mengontrol penyimpanan informasi evaluasi
Mendefinisikan siapa yang mempunyai akses kepada informasi evaluasi
Secara ketat mengontrol akses kepada informasi evaluasi menurut protocol yang
ditetapkan
Meminta penyedia data untuk memferifikasi data yang mereka sampaikan
Jumlah Ya 3
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memulai dengan melakukan analisis eksploratori awal untuk memastikan kebenaran data
dan untuk memperoleh pemahaman data lebih besar
Memilih prosedur yang cocok dengan pertanyaan-pertanyaan evaluasi dan sifat dari data
Untuk setiap prosedur menspesifikasi bagaimana asumsi-asumsi kunci dipenuhi
Melaporkan keterbatasan-keterbatasan untuk setiap prosedur analitis termasuk kegagalan
memenuhi asumsi-asumsi
Menggunakan prosedur-prosedur analitis multipel untuk mengecek konsistensi dan
replikabilitas temuan-temuan
Meneliti variabilitas dan tendensi sentral
Mengidentifikasi dan meneliti orang luar dan memferifikasi kebenaran mereka
Mengidentifikasi dan menganalisis interaksi statistical
Menilai signifikasi statistikal dan signifikasi praktis
Mempergunakan panjang visual untuk menjelaskan presentasi dan interpretasi hasil-hasil
statistikal
Jumlah Ya 4
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan kunci
Mendefinisikan batas-batas informasi yang akan dipergunakan
Memperoleh informasi yang penting bagi pertanyaan-pertanyaan evaluasi yang penting
Memverifikasi keakuratan temuan-temuan dengan memperoleh bukti-bukti konfirmatori
dari beragam sumber termasuk para pemangku kepentingan
Memilih prosedur-prosedur analitik dan metode-metode sumarisasi yang tepat terhadap
67
pertanyaan-pertanyaan evaluasi dan menggunakan informasi kualitatif
Mengambil suatu set kategori yang mencukupi untuk mendokumentasikan,
mengiluminasi, dan merespon terhadap pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Mengetes kategori-kategori untuk mengukur reliabilitas dan validitasnya
Mengklasifikasi informasi yang diperoleh menjadi kategori-kategori analisis yang
tervalidasi
Menarik kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi dan menunjukkan
keberartiannya
Melaporkan keterbatasan-keterbatasan dari informasi rujukan, analisis, dan inferensi
Jumlah Ya 10
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memfokuskan secara langsung kesimpulan-kesimpulan kepada pertanyaan-pertanyaan
evaluasi
Secara akurat merefleksikan prosedur-prosedur dan temuan-temuan evaluasi
Membatasi kesimpulan kesimpulan kepada periode waktu yang terkait, konteks, tujuan,
dan aktivitas-aktivitas
Mengutip informasi yang mendukung setiap kesimpulan
Mengidentifikasi dan melaporkan efek-efek sampingan program
Melaporkan penjelasan-penjelasan alternatif yang masuk akal dari temuan-temuan
Menjelaskan mengapa penjelasan-penjelasan ditolak
Memperingatkan terhadap membuat misinterpretasi umum
Memperoleh dan menjawab hasil-hasil telaah prerelis dari draf laporan evaluasi
Melaporkan keterbatasan-keterbatasan evaluasi
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Mengikutsertakan klien untuk menentukan langkah-langkah untuk memastikan laporan
yang adil dan imparsial
Mengembangkan otoritas editorial yang tepat
Menetapkan hak-hak untuk mengetahui audiens-audiens
Mengembangkan dan mengikuti rencana-rencana yang tepat untuk merelis temuan-
temuan kepada semua audiens-audiens yang mempunyai hak untuk mengetahui
Mengamankan laporan-laporan dari distorsi sengaja dan kurang hati-hati
Melaporkan semua kelompok para pemangku kepentingan perspektif
Melaporkan alternatif-alternatif kesimpulan yang penting
Memperoleh laporan-laporan audit dari luar
Melaporkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengontrol bias
Berpartisipasi dalam presentasi public dari temuan-temuan untuk membantu
68
mengamankan terhadap distorsi yang benar oleh pihak-pihak yang tertarik lainnya
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Menentukan atau mendefinisikan standar-standar untuk dipakai menilai evaluasi
Menugaskan seseorang tanggungjawab untuk mendokumentasi dan menilai proses dan
produk evaluasi
Melakukan evaluasimeta formatif dan sumatif
Menganggarkan secara tepat dan mencukupi untuk melakukan evaluasimeta
Rekam informasi sepenuhnya yang diperlukan untuk menilai evaluasi terhadap ketentuan
standar-standar
Jika feasibel mengontrak evaluasi meta independen
Menentukan dan merekam audiens-audiens mana yang akan menerima hasil
evaluasimeta
Mengevaluasi instrumentasi, penjaringan data, penanganan data, pengodean, dan
menganalisis terhadap standar yang relevan
Mengevaluasi keikutsertaan evaluasi dan komunikasi temuan-temuan kepada para
pemangku kepentingan terhadap standar-standar
Mempertahankan suatu rekam semua langkah-langka, informasi, dan analisis
evaluasimeta
Jumlah Ya 7
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk
Jumlahkan berikut :
= 24 (interpretasikan dibawah)
45 (90%) -48 Terbaik; 33 (68%) -44 Sangat Baik; 24 (50%) -32 Baik; 12 (25%) -13 Sedang;
0 (0%) –11 Buruk
69
Berdasarkan hasil evaluasi meta di atas yang mana dinilai dengan menggunakan
standar evaluasi oleh Daniel L. Stufflebeam (1989) maka dapat diketahui nilai kekuatan
evaluasi primer yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Dengan begitu diketahui bahwa evaluasi primer yang dilakukan telah memenuhi
standar evaluasi dan memiliki nilai evaluasi yang tinggi sehingga hasilnya dapat
dipergunakan untuk mengambil suatu keputusan terkait program yang telah dievaluasi.
LAMPIRAN 2
TRANSKRIP WAWANCARA
Tanggal/Waktu Wawancara : 01 November 2021/ 09.00 WIB
Identitas Informan
Umur : 55 Tahun
70
1. Apa saja kegiatan dari program kampung KB yang biasanya dilaksanakan di Kelurahan
ini?
Kalau di lingkungan 1 ini banyak bidangnya seperti keagamaan, sosial budaya,
pendidikan, ekonomi, kebinaan lingkungan dan lain-lain, jadi menyangkut pertanyaan
kamu, ya tidak semua kegiatan di bidang ini bisa kami lakukan kan tapi kegiatan yang
sering kami lakukan itu di bidang keagamaan, ibadah memang programnya ini belum ada
tapi kami sudah merencanakan kegiatan seperti mengaji, ibadah ke gereja gitu. Kita juga
ada rencana membuat kompos sesuai dengan program kampung KB, itu nanti yang mau
kita tonjolkan berhubungan erat juga dengan PKK. Mengingat perkotaan ini kan payah ya
jadi itulah yang paling gampang untuk ditonjolkan.
3. Lalu Pak, kami juga sempat membaca terkait kegiatan bina keluarga, apakah kkegiatan itu
memang ada?
Ya memang ada, bina keluarga itu ada tiga: bina keluarga balita, dan bina keluarga lansia
juga gitu. Itu kerjasama sama puskesmas dan BKKBN. Kegiatan tersebut juga dilakukan
konsisten seperti bina keluarga balita di posyandu, bina keluarga remaja dan lansia juga
begitu. Tapi, BKKBN ada juga nanti sekali-sekali melakukan pertemuan khusus terutama
bina remaja ya, yang difokuskan bina remaja. Karena remaja kan tidak punya pos khusus
dan diharapkan juga bisa membantu dalam bina balita dan lansia.
4. Menurut Bapak apakah manfaat program ini sudah dirasakan oleh masyarakat?
Manfaatnya sudah tapi persentasenya masih kecil.
5. Menurut Bapak apa saja kendala dalam melaksanakan program KB ini selain sikap
masyarakat yang tergolong egosentris?
71
Kalau menurut saya pengurusnya juga, pengurusnya kan juga termasuk masyarakat. Jadi
ya tingkat partisipasi siapapun itu masih kurang.
7. Apakah masyarakat mengetahui program ini dengan baik? Menurut Bapak apakah banyak
masyarakat yang tahu akan program kampung KB di kelurahan ini?
Kalau masyarakat ya banyak yang tahu. Tapi ya inikan di Kelurahan Padang Bulan
masyarakat aslinya lebih kurang 50% cuman penduduk aslinya dan selebihnya
masyarakat yang tinggal disini seperti ngekos jadi punya KK disini tapi gaberdomisili
disini. Jadi terkait dengan jumlah 50% tadi udah hampir semua tau.
11. Tujuan dari program kampung KB ini kan intinya mensejahterahkan masyarakat, menurut
Bapak apakah telah berhasil mencapai tujuan ini?
Kalau tingkat keberhasilan ya tergantung indikator penilaiannya karena indikator yang
ditetapkan sebenernya tidak ada. Tapi pengaruhnya ada, pengaruhnya minimal
masyarakat mengerti dan tau program kampung KB.
12. Siapa saja yang terlibat dalam program kampung KB ini?
Semua sektor itu terlibat.
72
13. Apakah program kampung KB di kelurahan ini telah dilakukan evaluasi oleh pemerintah
atau pihak lainnya?
Kalau hasil dari laporan evaluasinya tidak ada, tapi ya bentuk evaluasinya itu seperti
dibandingkan dengan daerah atau kelurahan yang lain, yang mana yang paling baik.
14. Apakah program kampung KB ini ada wujud konkritnya, seperti rumah data gitu Pak?
Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena tidak ada
dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di dalam laptop aja
data-datanya.
LAMPIRAN 3
73
74
LAMPIRAN 4
FOTO-FOTO
75
76
Kantor Kelurahan Padang Bulan Tampak dari Luar
Kantor Badan Penyuluhan Kampung KB di Kecamatan Medan Baru Tampak dari Luar
77