Anda di halaman 1dari 81

EVALUASI META PROGRAM KAMPUNG KELUARGA BERENCANA (KB)

DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU


KOTA MEDAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Evaluasi Kebijakan Publik B
Dosen Pengampu : Dr. Tunggul Sihombing, MA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

Nafisah Putri 180903008


Humaira 180903009
Dysa Anggraini Putri 180903010
Sri Maya Paradissa 180903011
Eka Nurjanah 180903012
Rania Nuriah Harahap 180903013
Yolanda Janna Aini 180903014

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

DAFTAR TABEL..............................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................

BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1

I.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................

I.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................................

I.4 Manfaat Penelitian .........................................................................................................

BAB II Kajian Pustaka.....................................................................................................

II.1 Evaluasi ........................................................................................................................

II.2 Evaluasi Meta ...............................................................................................................

II.3 Program ........................................................................................................................

II.4 Program Kampung Keluarga Berencana (KB) ............................................................

II.5 Model Evaluasi Program ..............................................................................................

II.6 Defenisi Konsep ...........................................................................................................

II.7 Hipotesis Kerja .............................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................

III.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................................

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................................

III.3 Informan Penelitian.....................................................................................................

III.4 Sumber Data................................................................................................................

III.5 Teknik Pengumpulan Data .........................................................................................

i
III.6 Teknik Pemilihan Informan ........................................................................................

III.7 Teknik Analisis Data ..................................................................................................

III.8 Teknik Validitas dan Reliabilitas ...............................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................

IV.1 Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan...............................................................

IV.2 Gambaran Umum Badan Penyuluhan

Kampung Keluarga Berencana (KB)...........................................................................

IV.3 Evaluasi Program Kampung Keluarga Berencana (KB)

dengan Indikator Evaluasi Dunn.................................................................................

BAB V PENUTUP ............................................................................................................

V.1 Kesimpulan ..................................................................................................................

V.2 Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian.............................................................................................

Tabel 4.1 Penduduk Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................................................

Tabel 4.2 Penduduk Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan Mata Pencaharian............................................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan.................................................

Gambar 4.2 Penyuluhan Program Kampung Keluarga Berencana (KB)............................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Masalah pembangunan selalu menjadi isu klasik di berbagai negara khususnya pada
negara-negara berkembang. Masalah pembangunan ini tidak hanya mengacu pada
pembangunan bangunan atau wujud fisik namun juga berfokus pada unsur Sumber Daya
Manusia (SDM) yakni masalah kependudukan. Salah satu permasalahan yang tampak dengan
jelas adalah semakin tingginya jumlah penduduk di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Berdasarkan yang dinyatakan oleh Nurjannah dan Susanti (2018:79), jumlah
penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dan Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia. Ini masih
merupakan gambaran secara narasi.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Nurjannah dan Susanti (2018:79)
menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 258.704.900 jiwa
dan angka tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah sebanyak 20.186.200 jiwa
dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 238.518.800 jiwa. Lalu, berdasarkan data
BPS dalam Saputra et al. (2019:185), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2018 mencapai
265 juta jiwa dengan 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan. Yuhan dan
Indraswari dalam Saputra et al (2019:187) menyatakan bahwa keberadaan penduduk saat ini
di Indonesia menunjukkan sisi kualitas penduduk yang belum baik.
Kondisi kualitas penduduk seperti yang dinyatakan di atas adalah kondisi yang kurang
selaras, serasi, dan seimbang dengan kapasitas lingkungan yang nantinya dapat memengaruhi
pembangunan di suatu negara. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Rochida dalam Saputra
et al (2019:187) yang menyatakan bahwa permasalahan yang muncul di bidang
kependudukan bukan hanya pada jumlah yang besar semata akan tetapi juga berimbas pada
persebaran penduduk, kualitas penduduk, struktur penduduk yang sebagian besarnya masih
usia muda, modal dan teknologi yang masih rendah dan aktivitas produktivitas kerja yang
makin menurun serta masalah krusial yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Dengan kata
lain, jika jumlah penduduk yang semakin tinggi ini tidak terkontrol dengan baik maka dapat
berdampak buruk pada sendi pembangunan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2019), penduduk di Kota Medan
mengalami peningkatan dari tahun 2017-2019. Di mana pada tahun 2017; 2018; dan 2019
jumlah penduduk di Kota Medan berturut-turut adalah 2.247.425; 2.264.145; dan 2.279.894.

1
Hal demikian menunjukkan bahwa Kota Medan memiliki peningkatan jumlah penduduk yang
signifikan dari tahun ke tahun. Lalu, berdasarkan data Biro Ekonomi Pusat Perekonomian
Medan (2020), dinyatakan bahwa sebaran penduduk di Sumatera Utara pada tahun 2020
terkonsentrasi di Medan dengan jumlah penduduk sebesar 2,43 juta orang atau 16,46 persen
dari seluruh penduduk Sumatera Utara. Kota Medan juga merupakan kota terpadat di
Sumatera Utara dengan nominal 9.239 jiwa per kilometer persegi.
Seperti yang dinyatakan dalam Kompas.com (2020) bahwa berbagai permasalahan
kependudukan di Indonesia ialah jumlah penduduk yang kian meningkat dan penyebaran
penduduk yang sangat timpang. Jika hal demikian terjadi dengan tidak terkontrol maka
berbagai permasalahan pembangunan dapat terjadi hingga memberikan dampak yang buruk
bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Di mana berpotensi terjadinya konflik dan
benturan antara berbagai kepentingan serta permasalahan dalam penyediaan tenaga kerja dan
terjadinya eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA).
Tak hanya itu, detik.com (2021) juga menyatakan bahwa sejumlah permasalahan
dalam kependudukan adalah jumlah penduduk yang besar sehingga pemerintah mengalami
kesulitan dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup rakyat dan terbatasnya ketersediaan
lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan maupun fasilitas sosial lainnya. Lalu, jika
pertumbuhan penduduk cepat dan tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan yang
seimbang maka berbagai permasalahan akan muncul baik itu permasalahan lingkungan
hidup, ekonomi, dan sosial. Dengan demikian, permasalahan kependudukan tersebut dapat
terjadi di mana saja ketika tingginya jumlah penduduk tidak dapat dikontrol dengan baik.
Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan modal dan kapasitas dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional yang diidam-idamkan. Untuk mewujudkan penduduk
yang besar dan berkualitas tersebut maka dapat dilakukan melalui program-program
pemerintah dalam bidang kependudukan yakni Program Kampung Keluarga Berencana (KB)
dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Adapun program
tersebut dibentuk dengan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang tidak hanya terbatas pada
masalah Pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera saja namun juga masalah
pengendalian penduduk.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ramadhani dan Tukiman (2020:378) bahwa
Langkah BKKBN mencanangkan Program Kampung KB melalui Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) merupakan perwujudan dari
pelaksanaan agenda prioritas pembangunan Nawacita ke 3, 5, dan 8. Nawacita ketiga yaitu

2
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka
Negara kesatuan. Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
Nawacita kedelapan yaitu melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan
kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan.
Adapun kepada BKKBN, Presiden Jokowi menyatakan untuk menyusun suatu
kegiatan/program yang dapat memperkuat upaya pencapaian target/sasaran Pembangunan
Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 2015-2019 sehingga pihak BKKBN
pun membentuk Kampung Keluarga Berencana (KB). Ramadhani dan Tukiman (2020:378)
menyatakan bahwa Kampung KB adalah program yang mengacu pada satu wilayah setingkat
RW, Dusun atau setara yang memiliki kriteria tertentu di mana terdapat keterpaduan program
kependudukan, Keluarga Berencana dan pembangunan keluarga serta sektor terkait yang
dilaksanakan secara sistemik dan sistematis yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi
oleh dan untuk masyarakat. Dengan kata lain, Program Kampung KB selain membatasi
terjadinya ledakan penduduk juga dapat memberdayakan masyarakat agar dapat berperan
aktif dalam pembangunan.
Berdasarkan Laporan Akhir Kampung KB 2018, jumlah Kampung KB sampai dengan
Desember 2018 sudah mencapai 13.679 Kampung KB yang tersebar diseluruh Indonesia.
Pembentukan Kampung KB ini mengalami beberapa kendala diantaranya adalah beberapa
daerah belum efektif pelaksanaannya karena tidak diisi dengan kegiatan terpadu atau dengan
kata lain masyarakat masih belum mendapatkan manfaat dari Kampung KB. Di mana, pada
tahun 2017, lebih dari 516 Kampung KB yang sudah terbentuk belum seluruhnya diisi
dengan kegiatan terpadu (Liputan6.com, 2017).
Kendala lainnya adalah masalah pengorganisasian di mana Pemerintah Daerah
setempat tidak bisa mempersatukan dinas-dinas terkait, misalnya Dinas Kependudukan dan
Dinas Kesehatan, padahal dalam membangun Kampung KB harus bermitra baik dengan dinas
lainnya (Liputan6.com, 2017). Di mana dalam hal pengelolaan Kampung KB,
pengorganisasian diwujudkan kedalam susunan Kelompok Kerja (Pokja). Sebagian besar
pemilihan Pokja kurang memperhatikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada
sehingga banyak SDM potensial yang belum terlibat dalam kepengurusan Kampung KB.
Permasalahan lainnya adalah sebagian Pokja Kampung KB, belum paham tentang tugas dan
fungsi mereka dalam kepengurusan. Hal ini juga berdampak kepada perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan (Laporan Akhir Kampung KB 2019).

3
Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKKBN
Perwakilan Sumatera Utara 2019, indikator persentase Kampung KB yang telah memiliki
Pokja Kampung KB di Sumatera Utara masih dalam kategori “cukup”. Dari 65 target Pokja
Kampung KB tetapi yang terealisasi hanya 41 Pokja Kampung KB di Sumatera Utara. Salah
satu Kampung KB di Sumatera Utara ialah Kampung KB Padang Bulan di Kelurahan Padang
Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggi (2021:8), Kampung KB
Padang Bulan terpilih sebagai Kampung KB dikarenakan teletak di daerah pinggiran sungai
dan padat penduduk serta banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum ber-KB.
Ketentuan itu didasarkan pada persyaratan menjadi Kampung KB menurut BKKBN. Lalu,
Pelaksanaan program Kampung KB dalam ruang lingkup ketahanan keluarga dan
pemberdayaan keluarga (pembangunan keluarga) di Kelurahan Padang Bulan masih belum
berjalan dengan baik. Kampung KB Kelurahan Padang Bulan belum memiliki Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Kegiatankegiatan seperti Bina
Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), dan
Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK-R/M) dilakukan tetapi masih jauh
dari yang diharapkan.
Maka dari itu, evaluasi meta program perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi
dan pencapaian dari Program Kampung KB di Kelurahan Padang Bulan tersebut. Evaluasi
meta terhadap program Kampung KB ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif dan objektif terkait dengan implementasi Program Kampung KB di Kelurahan
Padang Bulan dalam rangka peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga agar dapat
menjadi landasan bagi pemerintah maupun masyarakat yang bersangkutan dalam
melaksanakan program pembangunan khususnya Program Kampung KB di masa yang akan
datang. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ‘’Evaluasi Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan’’.

I.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
‘’Bagaimana Evaluasi Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan?’’.

4
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan Evaluasi
Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan
Medan Baru Kota Medan.

I.4 Manfaat Penelitian


Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberikan manfaat atas penelitian
yang dilakukan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan dan saran
terkait dengan Evaluasi Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
b. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi akademis/pihak-pihak yang berkompeten sebagai sumber
referensi mengenai Evaluasi Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
c. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan serta menambah
kepustakaan dalam bidang Administrasi Publik khususnya yang berkaitan dengan
konsep evaluasi meta.

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mencari faktor yang
berhubungan pada keefektifan dari program atau sebuah kebijakan yang tujuannya adalah
untuk menilai sebuah keberhasilan dan juga pemberian rekomendasi dan solusi dari masalah
yang terjadi yang menyebabkan terhambatnya keberhasilan suatu program sehingga nantinya
akan terbentuk program yang akan mencapai target yang telah ditentukan diawal pelaksanaan
program. Singkatnya evaluasi dilakukan pada pelaksanaan program yang dilakukan dengan
menilai perbandingan antara rencana awal dengan pencapaian.
Evaluasi menurut terminologi dikatakan oleh Casley & Kumar dalam Fredy (2003:12)
merupakan suatu penilaian berkala pada suatu relevansi, kinerja, efesiensi dan dampak suatu
proyek yang dikatakan dengan tujuan yang telah ditetapkan, Selain itu menurut Fink &
Kocekoff evaluasi dikatakan sebagai serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah
program (Fredy, 2003:12). Sedangkan evaluasi menurut istilah (Thoha, 2005:20) merupakan
kegiatan yang direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen sehingga hasilnya akan dibandingkan dengan tolak ukur untuk dapat ditarik
kesimpulan. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi berarti kegiatan
yang terencana yang bertujuan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan melakukan
penilaian yang berupa indikator tujuan, manfaat, dan komunikasi mengenai objek bagi pihak
yang berkepentingan yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas apakah sasaran yang
dituju sudah tercapai atau belum.
Menurut William N. Dunn (2003:429-438), ada enam indikator dalam evaluasi yang
dapat menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan digunakan dengan tipe kriteria
yang berbeda yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Efektivitas (effectiveness) Berkenaan dengan apakah suatu kebijakan mencapai hasil
yang diharapkan atau apakah kebijakan mencapai tujuan atau maksud diadakannya
kebijakan tersebut. Untuk melihat apakah suatu kebijakan efektif atau tidak dapat
melihat bagaimana urgensi, wujud, dan implementasi dari kegiatan tersebut.
2. Efisiensi (efficiency) Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi ini juga merupakan hubungan
antara efektivitas dan usaha. Ukuran-ukuran yang digunakan didalam kriteria

6
efesiensi tersebut adalah bagaimana jangka waktu dalam pelaksanaan kebijakan
tersebut, bagaimana sumber daya manusia yang diberdayakan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut. Untuk mengetahui tingkat efesiensi suatu kebijakan dapat dilihat
dengan pelaksanaan kebijakan apakah sudah dilaksanakan dengan menyeluruh, hemat
dan juga operasional.
3. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
dapat memuaskan kebutuhan yang diharapkan, nilai atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. Kriteria ini menekankan pada kuatnya hubungan
antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Untuk mengetahui kecukupan
suatu kebijakan dapat dilihat dengan melihat bagaimana wujud dari kebijakan tersebut
dan apakah sudah dapat dikatakan sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
4. Perataan (equity) Perataan erat hubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan
menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda
dalam masyarakat. Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat dengan apakah kebijakan
tersebut telah meningkatkan pelayanan publik dan dapat dengan mudah diakses oleh
masyarakat.
5. Responsivitas (responsiveness) Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan
dapatmemenuhi kebutuhan, prefensi, atau nilai dalam kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas merupakan salah satu hal yang penting
karena analisis yang dapat menjawab kriteria lainnya seperti efektivitas, efisiensi,
kecukupan, perataan dikatakan masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual
dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan. untuk
mengetahui bagimana responsifitas dari sebuah kebijakan dapat dilihat dengan
bagaimana respon masyarakat terhadap wujud dari kebijakan tersebut.
6. Ketepatan (accuracy) Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan dengan
rasionalitas substansi, Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan kebijakan
dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Untuk melihat
ketepatan dapat dilihat dari apakah kebijakan tersebut telah disajikan dengan tepat
atau tidak.

II.2 Evaluasi Meta


Evaluasi Meta merupakan kegiatan mengevaluasi hasil dari evaluasi. Evaluasi yang
dimaksud sama dengan evaluasi program atau proyek, evaluasi meta ini dapat dilakukan
bersamaan dengan evaluasi yang sedang dilaksanakan atau evaluasi yang sudah dilaksanakan

7
sehingga nantinya akan diperoleh jawaban apakah evaluasi berjalan sesuai rencana, apakah
tujuan evaluasi sudah tercapai dan yang lainnya (Tayibnapis, 2000:15).
Dalam kegiatan evaluasi yang menjadi evaluator dimungkinkan berasal dari dua (2)
orang yakni yang berasal dari internal atau petugas pelaksana evaluasi resmi maupun
eksternal yakni orang yang tidak terkait dengan kebijakan atau implementasi program. Dalam
evaluasi meta dilakukan berdasarkan pada pengetahuan bahwa evaluasi sebagai pengalaman
bagi mereka yang terlibat yang nantinya evaluasi dijadikan sebagai proses untuk evaluasi
berikutnya yang lebih baik sehingga evaluator eksternal menjadi lebih dapat dipercaya karna
dilakukan oleh orang luar yang dapat melihat kebenaran dan menilai sehingga dapat
dipercaya.

II.2.1 Standar yang Dipakai untuk Evaluasi Meta


Kalau evaluasi akan dipakai untuk memperbaiki atau memutuskan kelanjutan suatu
program, maka evaluasi harus baik dan dapat diandalkan. Agar dapat mengetahui apakah
evaluasi itu baik dan buruk, anda memerlukan sejumlah kriteria atau standar sebagai dasar
pertimbangan. Ada beberapa kriteria atau standar yang telah ada untuk menilai evaluasi, yaitu
Standard of Evaluations of Educational Programs, and Materials yang dibuat oleh the Joint
Commettee on Standard for Educational Evaluation standard ini dibuat berdasaran empat
domain evauasi yaitu Untility, Feasibility, Propierty, dan Accuracy dalam Yusuf (2008:185):
1. Untility Standard
Ini dimaksdukan untuk menyakinkan bahwa evaluasi akan memberikan informasi yang
praktis yang diperlukan audien standar tersebut adalah:
a. Audience identification
Audien yang terlibat dan akan dipengaruhi oleh evaluasi diidentifikasi sehingga
kebutuhan mereka akan dapat dipenuhi.
b. Evaluator Credibility
Orang-orang yang melakukan evaluasi harusah orang-orang yang jujur dapat dipercaya,
dan mampu melakukan evaluasi, sehingga peneluannya dapat dipercaya dan dapat diterima.
c. Information Scope dan Selection
Informasi yang dikumpulkan harus dibatasi dan dipilihn sedemikian rupa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah direncanakan dan peka terhadap kebutuhan dan
minat audien.
d. Evaluational Interpretation

8
Perspektif, prosedur, dan rasional yang dipakai umtuk menafsirkan penemuan harus
dijelaskan dengan hati dan cermat sehingga dasar pertimbangan yang dipakai jelas.
e. Report Clarity
Laporan evaluasi harus menjelaskan objek yang sedang dievaluasi, seperti konteks,
tujuan, prosedur, dan penemuan evaluasi. Sehingga audien akan mengetahui apa yang sedang
dikerjakan.
f. Report Dissemination
Penelusuran evaluasi harus disebarkan kepada klien, audien yang berhak mengetahui,
sehingga mereka dapat menilai dan memakai penemuan.
g. Report Timelines
Memberikan laoran harus tepat waktu, supaya audien dapat memakai informasai tersebut
dengan sebaik-baiknya.
h. Evaluations infact
Evaluasi harus direncanakan dan dilakuakn dengan cara sedemikian rupa sehingga
audien yang lain ikut serta.

2. Feasibility Standars
Feasibility Standards dimaksdukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan realistik,
bijaksana, diplomatik, dan cermat sebagai berikut:
a. Pratical Procedur
Prosedur evaluasi harus praktis, sehingga gangguan dapat dihindari, dan informasi yang
diperlukan dapat diperoeh dengan lancar.
b. Political Viability
Evaluasi harus direncanakan dan dilakuakan dengan memperkirakan perbedaan posisi
dan kondisi diantara kelompok yang berminat, sehingga kerja sama dengan mereka dapat
dilakaukan, dan segaa kemungkinan kelompok untuk mengurangi manfaat, bisa salah tafsir
atau salah pakai dapat dihindari.
c. Cost Effectiveness
Evaluasi harus memberikan informasi yang mutunya cukup untuk mewakili sumber-
sumber yang ada.

9
3. Propriety Standards
Propriety Standards dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan
dengan legal dan etik demi kepentingan dan keamanan mereka yang terlibat, dan juga bagi
mereka yang akan dipengaruhi oleh hasilnya. Standar tersebut adalah:
a. Formal Obligation.
Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak tertentu harus tertulis dan
disetujui oleh mereka.
b. Confict of Interest
Minat yang berlawanan sering sulit dihindari, harus diatasi dengan terbuka dan
musyawarah sehingga tidak akan mempengaruhi proses atau hasil evaluasi.
c. Full and Frank Disclosure
Laporan evaluasi lisan maupun tertulis harus dibuat terbuka, langsung dan jujur dalam
mengungkapkan penemuan, termasuk keterbatasan-keterbatasan evaluasi.
d. Public’s Right to Know
Pihak pemakai formal evaluasiharus menghormati hak masyarakat untuk mengeathui,
dalam batas-batas tertentu, seperti keselamatan, dan hak pribadi.
e. Rights of Human Subjects
Evaluasi harus didesain dan dilakukan sehingga hak dan pribadi manusia terlindungi.
f. Human Interaction
Evaluator harus menghormati harkat manusia, dan saling menghargai dalam pergaluan
juga dan hal-hal yang berhubungan dengan evaluasi.
g. Balanced Reporting
Evaluasi harus lengkap dan fair, tidak hanya menampilkan kelebihan-kelebihannya,
tetapi juga keterbatasan-keterbatasan yang ada pada program, sehingga keterbatasan tersebut
akan dapat diatasi atau dikurangi.
h. Fiscal Resfonsibility
Biaya yang dipakai oleh evaluator dalam menjalankan tugasnya, harus ada
pertanggungjawaban secara etik dan hukum.

4. Accuracy Standards
Standar akurasi ini tujuannya untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan meyakinkan
informasi yang secara teknik tentang objek yang dievaluasi, tentang kegunaan dan
manfaatnya. Standar tersebut antara lain:

10
a. Object Identification
Objek evaluasi, harus dipelajari sunguh-sunguh, sehingga komponen-komponen di
dalam proyek dapat diidentifikasi dengan jelas.
b. Contect Analysis
Konteks tempat dimana program, proyek atau materi berada harus dipelajari sampai
rinci, sehingga pengaruhnya dalam evaluasi dapat diidentifikasi.
c. Discribed Purpose and Procedure
Tujuan dan prosedur evaluasi harus terus dimonitor, dan diterangkan sampai rinci,
sehingga dapat diidentifikasi dan dinilai.
d. Defensible information Sources
Sumber-sumber informasi harus diterangkan sampai rinci, sehingga edukuasi
informasi dapat dinilai.
e. Valid Measurement
Instrumen dan prosedur pengumpulan data harus dipilih dan dikembangkan dan
dipakai sedemikian rupa sehingga penafsiran valid dan tepat.
f. Reliable Measurement
Instrument dan prosedur pengumpulan data harus dipilih dan dikembangkan sehingga
realibilitasnya terjamin.
g. Systematic data control
Pengumpulan data, proses dan laporan dalam evaluasi harus direview dan dikoreksi
sehingga hasil evaluasi tidak akan dicela.
h. Analysis of Quantitiative Information
Informasi evaluasi kuantitatif harus dianalisisi secara tepat dan sistematis untuk
meyakinkan penafsiran yang didukungnya.
i. Analysis of Qualitative Information
Informasi kualitatif harus dianalisis secara sistematis untuk meyakinkan penafsiran
yang didukungnya.
j. Justified Concultions
Kesimpulan harus dibuat secara eksplisit sehingga audien dapat menilaianya.
k. Objective Reporting
Prosedur evaluasi harus dibuat seaman mungkin sehingga penemuannya dapat
terlindung dan pencemaran dan kerusakan dari perasaan pribadi dan bisa dari pihak manapun.

11
Memilih sejumlah kriteria untuk mengevaluasi meta maka sudah jelas harus
menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi proyek evaluasi yang sedang dilakukan. Hal ini
dapat dilakukan dengan melihat betapa pentingnya hubungan antara kriteria satu dengan yang
lainnya dan dengan menspesifikasikan indikator untuk mencapai kriteria itu. Apabila tahu
kriteria apa atau yang mana akan dipilih dan digunakan maka dapat diteruskan dengan
menentukan bagaimana membedakannya dan bagaimana mengukur pemenuhannya. Kegiatan
ini termasuk.
1. Bagaimana merumuskan pemenuhan itu
2. Memberikan penjelasan kapan suatu evaluasi memenuhi pada tingkat tertentu
3. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang akan dipakai sebagai bukti untuk
pemenuhan atau penyelesaian.
Sebagaimana bisa kalau ikut terlibat dalam kegiatan evaluasi, tentu perlu menentukan
siapa yang akan mendapat manfaat dan siapa yang akan kehilangan dari kegiatan dan
menentukan bagaimana mencerminkan pandangan mereka itu. Juga harus diingat dalam
kondisi bagaimana akan memakai kriteria. Misalnya apakah akan dipakai untuk setiap
evaluasi atau hanya pada evaluasi tertentu untuk setiap proyek atau pengembangan proyek
tertentu. Akhirnya untuk menentukan indikator pemenuhan harus memikirkan jumlah
informasi yang ada, tingkat ketepatannya, dan tingkat kesepakatan yang mungkin diperoleh.

II.3 Program
Program sangat sering dikaitkan dengan perencanaan, persiapan, dan desain atau juga
sering dikatakan sebagai sebuah rangcangan dari proses hasil yang diinginkan. Muhaimin &
Sugeng (2009:10) mengatakan bahwa program merupakan pernyataan yang berisi
kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait,
untuk mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu program mencakup seluruh
kegiatan yang berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling
bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara bersamaan atau
berurutan.
Sebagai bentuk dari sebuah perencanaan, program juga berkaitan dengan kegiatan
menyususun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan keinginan pembuat rencana. Selain itu karena program berkaitan
langsung dengan perencanaan, program sangat dominan dengan sebuah kebijakan, dengan
kata lain dimana ada kebijakan akan ada program yang tersusun dalam bentuk perencanaan.

12
Definisi program ini termuat juga dalam Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Di mana dalam Undang-Undang
tersebut dikatakan bahwa Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan
tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi masyarakat. Unsur penting sebuah program dapat disimpulakan sebagai sebuah
realisasi atau implementasi dari sebuah kebijakan, dilaksanakan dalam kurun waktu yang
lama dan juga merupakan kegiatan yang saling berkaitan atau berkesinambungan, program
juga sering terjadi didalam sebuah organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

II.4 Program Kampung Keluarga Berencana (KB)


Program Kampung Keluarga Berencana atau Kampung KB merupakan satuan
wilayah yang setingkat RW, Dusun atau juga yang setara dengan kriteri tertentu dimana
didlamnya terdapat keterpaduan program pembangunan antara program kependudukan,
keluarga berencana, dan pembangunan keluarga serta pembangunan di sektor terkait dalam
upaya yang hendak dicapai yakni peningkatan kualitas hidup keluarga dan juga masyarakat
(BKKBN, 2017:5). Kampung KB ini menjadi kegiatan prioritas yang sesuai dengan instruksi
presiden RI, Sebagai bentuk investasi yang manfaatnya dapat langsung diterima oleh
masyarakat.
Program Kampung KB menjadi salah satu pelaksanaaan dari program Kependudukan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang melibatkan seluruh bidang
di lingkungan BKKBN yang berkerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi wilayah dalam hal ini wilayah di tingkat terendah yakni RW/RT. Program
KKBPK sendiri merupakan salah satu bagian dari pengentasan kemiskinan sehingga melalui
kegiatan Kampung KB diharapkan akan membantu dalam pengentasan masalah kemiskinan
yang ada di Indonesia melalui pembangunan yang dimulai dari tingkat terendah.
Pembantukan Kampung KB dikembangkan sebagai upaya peningkatkan kualitas
hidup keluarga dan masyarakat khususnya mereka yang berada di wilayah pinggiran, miskin,
padat penduduk, tertinggal, terpencil, Daerah Aliran Sungai (DAS), dan wilayah nelayan di
seluruh tanah air dan juga strategi untuk mendukung Nawa Cita yang merupakan prioritas
pembangunan nasional, khususnya Cita ke-3 yaitu membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memprioritaskan daerah-daerah dan Desa dalam kerangka NKRI.

13
II.4.1 Tujuan Program Kampung Keluarga Berencana (KB)
Data dari BKKBN (2017:6) menunjukan bahwa ada dua tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan Kampung KB yakni Tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang
dimaksud adalah untuk meningkatkan kulitas hidup masyarakat yang berada di tingkat
kampung dengan mengikuti program kependudukan, kelurga berencana dan pembangunan
keluarga dan juga pembangunan di sektor terkait untuk mewujudkan keluarga kecil yang
berkualitas. Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan program ini ada beberapa
diantaranya:
1. Peningkatan peran pemerintah dan juga lembaga non pemerintah atau swasta dalam
menyelenggarakan program kependudukan.
2. Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pembangunan yang berwawasan pada
kependudukan.
3. Peningkatan peserta Keluarga Berencana yang aktif dan modern
4. Peningkatan ketahan keluarga melalui Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga
Remaja (BKR), Bina Kleuarga Lansia(BKL), dan juga Pusat Informasi Konseling
Remaja (PIK-R).
5. Peningkatan pemberdayaan keluarga.
6. Peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat.
7. Penurunan angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
8. Peningkatan sarana dan prasarana dalam pembangunan kampung.
9. Peningkatan lingkungan kampung yang bersih dan juga sehat.
10. Peningkatan kualitas sekolah pada penduduk yang berusia sekolah.
11. Meningkatan rasa cinta tanah air pada masyarakat.
Sangat banyak tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Kampung KB sehingga
diharapkan program KKBPK ini terintegrasi dengan sektor pembangunan lain agar tujuan
pembangunan nasional dapat tercapai.

II.4.2 Langkah-Langkah Pembentukan Kampung Berencana (KB)


Dalam pembentukan Kampung KB telah dijelaskan dalam buku pedoman BKKBN
(2017:7) dengan sangat rinci di mana proses pembentukan suatu wilayah akan dijadikan
sebagai lokasi Kampung KB perlu memperhatiakan prasyaratan wajib yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Tersedianya data kependudukan yang akurat. Data ini bersumber dari hasil Pendataan
Keluarga, data Potensi Desa dan data Catatan Sipil yang akan digunakan sebagai

14
dasar penetapan prioritas, sasaran dan program yang akan dilaksanakan disuatu
wilayah Kampung KB secara berkesinambungan.
b. Dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah. Dukungan dan komitmen yang
dimaksud adalah dukungan, komitmen dan peran 28 aktif seluruh instansi/unit kerja
pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan
dalam memberikan dukungan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan di Kampung KB dan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan bidang instansi masing-masing untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
c. Partisipasi aktif masyarakat, partisipasi aktif masyarakat yang dimaksudkan adalah
partisipasi dalam pengelolaan dan pelaksanaan seluruh kegiatan yang akan dilakukan
di Kampung KB secara berkesinambungan guna meningkatkan taraf hidup seluruh
masyarakat.

Kriteria Pemilihan Wilayah Kampung KB Menurut data BKKBN (2017:8) dalam


memilih atau menentukan wilayah yang akan dijadikan lokasi Kampung KB ada tiga kriteria
yang dipakai, yakni kriteria utama, kriteria wilayah dan kriteria khusus, yaitu:
a. Kriteria Utama
1. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan KS 1 (miskin) di atas rata-rata Pra Sejahtera
dan KS 1 tingkat desa/kelurahan di mana kampung tersebut berada.
2. Jumlah peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta KB tingkat
desa/kelurahan dimana kampung tersebut berlokasi.
b. Kriteria Wilayah
1. Kumuh
2. Pesisir atau Nelayan
3. Daerah Aliran Sungai (DAS)
4. Bantaran Kereta Api
5. Kawasan Miskin (termasuk Miskin Perkotaan)
6. Terpencil
7. Perbatasan
8. Kawasan Industri
9. Kawasan Wisata
10. Padat Penduduk
c. Kriteria Khusus

15
1. Kriteria data, dimana setiap RT/RW memiliki Data dan Peta Keluarga yang
bersumber dari hasil Pendataan Keluarga, data Kependudukan dan atau
pencacatan sipil yang akurat.
2. Kriteria kependudukan, dimana angka partisipasi penduduk usia sekolah rendah.
3. Kriteria program Keluarga Berencana, dimana peserta KB Aktif dan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih rendah dari capaian rata-rata tingkat
desa atau keluarahan

Selanjutnya dalam pembentukan Kampung KB akan didata potensi wilayah yang


mencakup potensi pengelola, potensi kegiatan, dan juga potensi pelayanan yang akan
dilakukan nantinya, setelah selesai didata maka selanjutnya akan dibentuk Kelompok kerja
dalam Kampung KB atau disebut juga pengurus Kampung KB yang disepakati bersama
setelah itu kelompok akan membangun kesepakatan bersama dan mengukuhkan terbentuknya
Kampung KB.

II.4.3 Sumber Pembiayaan Kampung Berencana (KB)


Sumber Pembiayaan Kampung KB seperti yang tercantum dalam Peraturan Gubernur
Nomor 19 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kampung Keluarga Berencana di Provinsi
Sumatera Utara pada Pasal 12 Bab VII mengenai Pembiayaan menyatakan bahwa “Biaya
penyelenggaraan Pengembangan Kampung KB dibebankn pada dan Belanja Daerah
Provinsi Sumatera Utara dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Sehingga dapat diketahui bahwa sumber
pembiayaan Kampung KB berasal dari APB Daerah dan dibantu dengan sumber-sumber
pembiayaan lain.
Penjelasan lebih lanjut terkait pembiayaan Kampung KB ini juga dapat ditemukan
dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kampung KB (2017: 38-39), yang menyatakan bahwa
pembiayaan Kampung KB didasarkan pada prinsip yang mengutamakan pertumbuhan
partisipasi dan kepedulian masyarakat sehingga prinsipnya berupa pembiayaan dari, oleh dan
untuk warga masyarakat Kampung KB itu sendiri. Akan tetapi mengingat tujuan dari
program ini guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mengingat keterbatasan yang
dimiliki oleh masyarakat Kampung KB, maka dibutuhkan sumber-sumber legal yang berasal
dari pemerintah daerah guna mendukung pembiayaan Kampung KB. Sumber-sumber yang
tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Kampung KB dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Iuran warga Kampung KB.

16
2. APBDesa/Kelurahan.
3. ABPD II.
4. APBN.
5. Alokasi Dana Desa.
6. Dana Desa.
7. Kemitraan/CSR (Coorporation Social Responcibility) yaitu iuran atau kepedulian
perusahaan untuk pembangunan.
8. Sumber-sumber lain yang tidak mengikat.
Sumber-sumber dana tersebutlah yang nantinya akan dijadikan sebagai dana
pembiayaan bagi penyelenggaraan Kampung KB. Selain adanya sumber pembiayaan dana
yang berasal dari anggaran pemerintah daerah juga dibutuhkan sumber-sumber lain yang
tidak mengikat seperti yang berasal dari partisipasi masyarakat sasaran Kampung KB.

II.5 Model Evaluasi Program


Ketika mempelajari lebih dalam terkait evaluasi program maka tidak akan luput dari
berbagai jenis model evaluasi program. Model evaluasi program ini walaupun terbagi
menjadi beberapa jenis akan tetapi tetap memiliki tujuan yang sama yaitu pengumpulan
infromasi yang akan digunakan sebagai dasar bagi pengambil keputusan dalam menentukan
kebijakan selanjutnya. Sebagaimana yang dituliskan Arikunto (2008:45) bahwa meskipun
terdapat perbedaan antara model satu dengan model lainnya akan tetapi maksud yang dimiliki
itu sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data yang berkenaan dengan objek yang
dievaluasi dengan tujuannya menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dalam
menindaklanjuti suatu program.
Berikut adalah beberapa model-model evaluasi yang dikemukakan oleh Kaufman &
Thomas dalam (Arikunto, 2008:45), yaitu:
1. Goal Oriented Evaluation Model.
Model evaluasi program yang satu ini dikembangkan oleh Tyler. Pada model evaluasi
ini yang menjadi objek pengamatan adalah tujuan dari program yang telah ditetapkan
bahkan jauh sebelum program tersebut terlaksana oleh karenanya tindakan evaluasi
dilakukan secara berkepanjangan untuk mengecek apakah tujuan yang ingin dicapai
masih terlaksana dengan baik dalam pelaksanaan program tersebut.
2. Goal Free evaluation Model
Model evaluasi program ini dikembangkan oleh Michael Scriven. Ia memiliki
pandangan yang berbeda dengan pemikiran Tyler, dimana jika Tyler mencoba

17
mengarahkan evaluasi program dengan model goal oriented sehingga terpaku dengan
kestabilan tujuan yang hendak dicapai maka Michael mencoba menoleh dari tujuan
itu dan lebih berfokus pada cara berjalanya program tersebut dan perkembangan yang
terjadi selama program tersebut berjalan baik dari sisi positif maupun negatifnya.
Michael tidak terlalu fokus akan tujuan khusus dari pelaksanaan suatu program,
alasannya adalah ia lebih memilih untuk mempertimbangkan tujuan umum yang
hendak dicapai.
3. Formatif-Summatif Evaluation Model.
Model yang satu ini juga dikembangkan oleh Michael Scriven. Model yang satu ini
berbeda dengan model evaluasi yang ia kembangkan sebelumnya. Pada model
evaluasi yang ini ia membaginya menjadi beberpa tahapan dan lingkup objek yaitu
pelaksanaan evaluasi pada program tersebut masih berjalan (evaluasi formatif) dan
ketika program tersebut telah selesai dilaksanakan (evaluasi sumatif). Evaluasi
formatif bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh mana program tersebut terlaksana
dan juga untuk mengetahui lebih awal terkait hambatan-hambatan yang sedang atau
akan dialami oleh karenanya pelaksanaan evaluasi ini diharapkan dapat dilaksanakan
ketika masih tahap permulaan agar dapat memproteksi secara dini dan menjamin
kelancaran pelaksanaan program. Evaluasi sumatif bertujuan untuk menaksir seberapa
jauh program tersebut telah mencapai tujuannya sehingga waktu dan objek sasarannya
akan berbeda dengan evaluasi formatif.
4. Countenance Evaluation Model
Model evaluasi program yang satu ini dikembangkan oleh Stake. Arikunto sendiri
dalam bukunya menamai model ini sebagai model deskripsi-pertimbangan. Model
evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan dua poin penting yaitu mengenai deskripsi dan
pertimbangan. Deskripsi yang dimaksud berkaitan dengan dua hal pokok pada
program yaitu apa tujuan yang diharapkan dan fakta apa yang terdapat pada lapangan.
Kemudian pada poin pertimbangan, evaluator harus melakukan perbandingan dimana
harus memperhatikan: 1) kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang
program lain yang memiliki objek sasaran yang sama, 2) kondisi hasil pelaksanaan
program dengan standar yang diperuntukkan bgai program yang bersangkutan,
berdasar dari tujuan yang hendak dicapai.
5. CSE-UCLA Evaluation Model
Fernandes (dalam Arikunto, 2008):46 menyatakan bahwa model CSE-UCLA (Center
for Study of Evaluation-University of California in Los Angeles) terbagi atas empat

18
tahap yaitu: 1) Needs Assessment, dimana evaluator berfokus pada masalah yang akan
muncul pada saar pelaksanaan program. 2) Program Planning, dimana evaluator
berfokus pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap
sebelumnya. 3) Formatif Evaluation, dimana evaluator berfokus pada pelaksanaan
program sehingga dapat mengupulkan infromasi guna mengembangkan program. 4)
Summative Evaluation, dimana evaluator berfokus pada pengumpulan data dan
infromasi setelah pelaksanaan program berakhir sehingga dapat menilai apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum.
6. CIPP Evaluation Model
Model yang satu ini dirumuskan oleh Stufflebeam dan merupakan model evaluasi
yang paling sering ditemui serta digunakan oleh para evaluator. Model evaluasi CIPP
ini memandang program sebagai sebuah sistem sehingga ketika melaksanakan
evaluasi harus menganalisis program berdasarkan komponen-komponen pendiri CIPP
ini. CIPP merupakan akronim dari huruf awal dari setiap kata yaitu: 1) C: Context
Evaluation (evaluasi konteks) 2) I: Input Evaluation (evaluasi masukan) 3) P: Process
Evaluation (proses evaluasi) 4) P: Product Evaluation (evaluasi produk)
7. Discrepancy Model
Model evaluasi program ini dikembangkan oleh Malcom Palvus. Model ini bertujuan
untuk menilai apakah program tersebut masih layak atau tidak untuk diteruskan
dengan melihat adanya kesenjangan, oleh karennaya evaluator harus membandingkan
standar yang hendak dicapai dengan setiap fakta dan informasi yang terjadi di
lapangan pada setiap komponen sehingga dengan adanya kejelasan tersebut dapat
menyusun langkah-langkah perbaikan secara jelas guna kesuksesan pelaksanaan suatu
program.

II.6 Definisi Konsep


Defenisi konsep merupakan hal yang penting dalam penelitian untuk menyamakan
persepsi dan pengertian terhadap konsep yang digunakan sehingga dapat dihindari terjadinya
salah pengertian antara persepsi penulis dengan persepsi yang timbul dikalangan pembaca.
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial
(Singarimbun, 2006:37). Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep,
maka perlu pendefenisian dari konsep sebagai berikut:

19
1. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menilai program/proyek/kegiatan dengan
mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung serta melihat
tingkat output dan outcome bagi yang menjadi kelompok sasaran.
2. Evaluasi Meta merupakan tindakan mengevaluasi suatu akhir dari evaluasi
berdasarkan standar evaluasi meta yang terdiri atas penilaian terhadap utility
standards, feasibility standards, propriety standards, dan accuracy standards.
3. Program merupakan kumpulan dari banyak proyek yang saling terhubungan dan telah
dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang koheren dan secara integrasi
serta merupakan suatu tindakan nyata dari kebijakan untuk mencapai target/sasaran
kebijakan tersebut secara menyeluruh.
4. Program Kampung Keluarga Berencana merupakan sebuah program pada tingkatan
RW atau setara sesuai dengan kriteria yang ada dengan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat dalam membangun keterpaduan program kependudukan, keluarga
bencana dan pembangunan keluarga dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyrarakat dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

II.7 Hipotesis Kerja.


Sugiyono (2010:64) menyatakan bahwa hipotesis kerja dinyatakan sebagai jawaban
sementara dikarenakan belum didasarkan pada fakta-fakta dan data yang terdapat di lapangan
saat pengumpulan data dilaksanakan. Hipotesis Kerja bertujuan untuk menentukan
interpretasi data sebagai pedoman bagi peneliti untuk menentukan data seperti apa yang akan
digunakan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sebelumnya. Hipotesis kerja
dirumuskan berdasarkan penggunaan teori yang dihubungkan dengan permasalahan yang
dibahas. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis kerjanya ialah Evaluasi Meta Program
Kampung keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Kote Medan berdasarkan efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan
ketepatan.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif, di mana penelitian ini menggunakan metode ilmiah
untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti, mengidentifikasi
dan menjelaskan data yang ada secara sistematis. Metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang
ini terjadi (Mardalis, 2014:26).
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, seperti yang dikatakan Moleong dalam Mardalis (2014:26), penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,
secara holistik, dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan penelitian ini bersandar
pada kekuatan naratif atau penjelasan verbal mengenai proses pelaksanaan program
Kampung KB oleh pengelola dan pelaksana Program KKBPK (Kependudukan Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga) termasuklah didalamnya pengurus Kampung KB
seperti Kelompok Kerja yang diketuai oleh Kepala Lingkungan I Kelurahan Padang Bulan.
Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan gambaran dan penjelasan yang lebih nyata
atau secara mendetail mengenai gejala atau fenomena yang menjadi kajian dalam penelitian
ini.

III.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penulis melakukan penelitian dalam rangka
menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti untuk
mendapatkan data-data penelitian yang akurat (Moleong dalam Mardalis, 2014:28).

21
Penelitian ini dilakukan di Badan Penyuluhan Kampung KB Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru Kota Medan yang beralamat di Jalan Rebab Nomor 34 Medan.
Lokasi tersebut merupakan salah satu sasaran program Kampung KB. Adapun alasan
pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian guna melihat bagaimana pelaksanaan
program Kampung KB di Kelurahan Padang Bulan. Hal itu dikarenakan pada Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan ini berdasarkan data pada tahun 2019 terdapat Pasangan Usia Subur
(PUS) yang ikut KB dengan jumlah 680 jiwa dan PUS yang tidak ikut KB berjumlah 534
jiwa. Dengan demikian, masih banyak PUS yang belum ikut serta dalam mewujudkan
program kependudukan yang merata melalui program Kampung KB.
Selain itu, penelitian juga dilakukan di Kelurahan Padang Bulan yang beralamat di
Jalan Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut
sebagai lokasi penelitian dikarenakan Program Kampung KB terintegrasi dengan Badan
Penyuluhan Kampung KB sehingga sejumlah data dan informasi seputar Kampung KB saling
koheren dan mendukung antara Kelurahan Padang Bulan dan Badan Penyuluhan Kampung
KB.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari 05 Oktober s/d 01 November 2021.

III.3 Informan Penelitian


Dalam penelitian kualitatif, informan adalah narasumber yang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan sangat penting di dalam suatu penelitian
karena menyangkut dengan memperoleh sumber data primer bagi peneliti. Penentuan
informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum
(Sugiyono, 2015:221).

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang
darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat terpercaya baik berupa pernyataan,
keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan tersebut.
Terdapat perbedaan yang jelas antara penelitian kuantitatif dan kualititatif terkait tujuan
pengambilan sampel atau informan. Menurut Suyanto dalam Mardalis (2014:30) penelitian
kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh
karena itu, informan dipilih untuk menjelaskan kondisi atau fakta/fenomena yang terjadi pada
informan itu sendiri.

22
Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang
dibahas maka penulis mempergunakan teknik penentuan informan. Dalam penelitian ini,
penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive
sampling yaitu menentukan informan tidak berdasarkan atas strata, pedoman, atau wilayah
namun berdasarkan adanya tujuan tertentu yang berhubungan dengan masalah penelitian
(Sugiyono, 2016:218).

Adapun informan dalam penelitian ini adalah Bapak Kepala Lingkungan I Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan dan juga merupakan Ketua Kelompok Kerja Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan yang bernama Pak Sahaluddin Purba. Adapun sejumlah informasi
yang dibutuhkan dari Pak Sahaluddin adalah:

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Informan Informasi yang Jumlah


Dibutuhkan III.4

a. Efektivitas
Program Kampung
KB
b. Efisiensi Program
Bapak Kepala Lingkungan I Kampung KB
Kampung KB Kelurahan Padang c. Kecukupan
Bulan dan juga merupakan Program Kampung
1 1
Ketua Kelompok Kerja KB
Kampung KB Kelurahan Padang d. Perataan Program
Bulan Kampung KB
e. Responsivitas
Program Kampung
KB
f. Ketepatan Program
Kampung KB

Sumber Data

23
Menurut Siyoto dan Sodik (dalam Anggito dan Setiawan, 2018:11), data adalah
sesuatu yang dikumpulkan oleh peneliti berupa fakta empiris yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah atau menjawab suatu dari pertanyaan peneliti. Sumber data ini
terbagi atas sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015:225). Dalam penelitian
ini, peneliti mencari data untuk membuktikan fakta di lapangan, ini dapat dilakukan melalui
observasi secara partisipatif. Selain itu, peneliti memperoleh data atau informasi dari
sejumlah informan yang terdapat pada tabel informan, yang mana peneliti melakukan
wawancara secara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara (Interview guide)
yang memuat pokok-pokok yang akan ditanyakan untuk memperoleh keterangan secara lisan
antara peneliti dengan informan sehingga data primer via wawancara.

Lalu, sumber data sekunder atau sumber bahan dokumen adalah di mana peneliti
melakukan penelitian dan memanfaatkan data atau dokumen, yang bisa juga untuk
melengkapi data-data primer. Menurut Kothari (2004:114) data sekunder yakni data yang
tersedia, merujuk pada data yang sudah ada yang telah dikumpulkan dan dianalisis oleh orang
lain. Ketika peneliti menggunakan data sekunder maka peneliti harus melihat ke berbagai
sumber dari yang telah tersedia. Data sekunder dicari dan didapatkan melalui jurnal dari
penelitian terdahulu dan sejumlah regulasi baikmelalui website baik website Pemerinntah
Kabupaten Karo maupun website berita serta foto-foto yang berhubungan dengan konsep.

III.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan penelitian, data sangat dibutuhkan sebagai acuan dan untuk
menjamin keakuratan analisis penelitian tersebut. Maka peneliti dalam hal ini melakukan
teknik pengumpulan data dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder
(Sugiyono, 2015:227). Berikut akan diuraikan maksud dari teknik pengumpulan data
tersebut:
1. Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
instrumen sebagai berikut:
a. Wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung
kepada sejumlah pihak terkait yang didasar kan pada percakapan intensif dengan

24
suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara
ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan.
b. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan
mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data
yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik pembahasan.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya
ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti
yang terkait dengan program Kampung KB.
b. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan
catatan-catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian sertasumber-sumber lain yang
menyangkut masalah yang diteliti dengan lembaga terkait.

III.6 Teknik Pemilihan Informan


Dalam penentuan informan dalam penelitian kualitatif harus dilakukan dengan
selektif. Informan yang dipilih dalam penelitian kualitatif harus memiliki informasi yang
cukup mengenai fenomena yang akan diteliti sehingga penelitidapat memahami mengenai
fenomena yang terjadi berkaitan dengan objek penelitian. Neuman (2003:200) menjelaskan
bahwa narasumber yang baik memiliki karakteristik (The ideal informant has four
characteristic) sebagai berikut ini. Artinya, seorang narasumber itu harus mengenal dengan
baik kebudayaan dan merupakan saksi mata terhadap kejadian yang terjadi, narasumber
merupakan pihak yang terlibat langsung di lapangan, narasumber tersebut dapat
menghabiskan waktu bersama dengan peneliti, dan narasumber tidak bersifat analitis. Oleh
karenanya, teknik pemilihan informan dilakukan dengan purposive sampling untuk
mendapatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi mendapatkan realitas yang bermacam-
macam, sehingga seluruh temuan akan berlandaskan secara lebih mantap karena prosesnya
melibatkan kondisi dan situasi yang saling mempengaruhi di daerah pelaksanaan program
Kampung KB.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposif (purposive sampling), yakni
menentukan sampel penelitian dengan cara memilih atau menunjuk secara sengaja untuk
dijadikan informan. Informan yang dipilih karena mereka memiliki kriteria yang sesuai

25
dengan tujuan penelitian dan memiliki kapasitas serta informasi yang cukup dalam menjawab
seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan hal yang ingin diteliti. Kriteria informan yang
dibutuhkan antara lain:
a. Mengetahui keadaan/kondisi di lapangan
b. Sudah dikenal oleh peserta Kampung KB
c. Sudah berpengalaman di bidangnya
Merujuk pada hal tersebut peneliti telah merancang daftar pertanyaan yang akan
diajukan kepada instansi terkait agar dapat memperoleh data dan informasi yang akurat.

III.7 Teknik Analisis Data


Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono 2016:244) menyatakan
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification menurut
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono:246-253) meliputi:

1. Reduksi data yaitu proses pereduksian data ke dalam bentuk uraian yang lengkap dan
banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum dan dipilih halhal yang pokok dan
difokuskan ke dalam hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan arahan penelitian.
Dari data tersebut diharapkan diperoleh gambaran dari hasil pengamatan dan
wawancara mendalam.
2. Display data atau penyajian data yakni upaya pembuatan dan penyajian data melalui
tabel sehingga keseluruhan data serta bagian-bagian detilnya dapat dipetakan dengan
jelas. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh merupakan
kumpulan informasi yang sangat banyak sehingga menimbulkan kesulitan untuk
menggambarkannya secara detail.
3. Kesimpulan dan verifikasi, yakni penyusunan secara sistematis data yang sudah
terkumpul, baik melalui penentuan tema maupun tabel. Selanjutnya disimpulkan
sehingga dapat diperoleh makna data yang sesungguhnya. dikarenakan kesimpulan
pada tahap ini masih bersifat tentatif dan sangat umum maka masih perlu diuji melalui
data yang baru diperoleh.

26
III.8 Validitas Data dan Reliabilitas Data
Menurut Gibbs (dalam Creswell 2016:269) validitas kualitatif merupakan upaya
pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur
tertentu, sementara itu reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang
digunakan peneliti konsisten jika diterapkan peneliti lain (dan) untuk proyek yang berbeda.
Proposal penelitian perlu menjelaskan jenis-jenis dan bagaimana strategi dalam menguji
keabsahan data. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam
menilai keakuratan hasil penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi tersebut. Dalam
Sugiyono (2016:270) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (objektivitas).

1) Uji Kredibilitas
a. Thick description
Untuk mengenali dan mendapatkan pengetahuan diam-diam, peneliti perlu
menghabiskan waktu dalam konteks dan memperoleh pengalaman itu. Proses ini
termasuk memeriksa tidak adanya pembicaraan dan aktivitas. Selain itu, terlibat
dalam penelitian komparatif dalam adegan yang berbeda tetapi terkait adalah cara
untuk memahami nilai-nilai yang diasumsikan dari kelompok, sistem, atau organisasi
tertentu.
b. Triangulation
Konsep triangulasi lahir dalam paradigma realis yang bertujuan menghilangkan
penelitian bias dan menemukan konvergensi pada realitas tunggal. Menurut Denzin (dalam
Kothari, 2004: 125) bahwa, ketika banyak titik data bertemu, temuan lebih kredibel.
Mengumpulkan banyak jenis data yang terlihat adalah cara kunci lain untuk mencapai
kredibilitas. Singkatnya, temuan lebih kuat ketika para peneliti mengumpulkan data mereka
melalui beberapa strategi pengambilan sampel, menggunakan lebih dari satu peneliti di
lapangan, melibatkan berbagai posisi teoretis dalam analisis data, atau menggunakan metode
pengumpulan data yang berbeda. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
 Triangulasi Sumber
Sugiyono (2016:74) menyatakan bahwa triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Data-data yang didapat akan dideskripsikan,

27
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama dan mana yang berbeda serta mana
yang spesifik dari beberapa sumber data yang ada. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check).
 Triangulasi Teknik
Sugiyono (2016:74) menyatakan bahwa triangulasi teknik untuk menguji
kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu
diperiksa dengan observasi ataupun dokumentasi. Bila dengan tiga teknik
pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin
semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.
 Triangulasi Waktu
Sugiyono (2016:74) menyatakan bahwa data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar dan belum banyak
masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk
itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya.
c. Multivocality
Ini berarti menganalisis tindakan sosial dari berbagai sudut pandang dan menyoroti
sudut pandang yang berbeda atau tidak menyenangkan. Multivocality juga mengharuskan
penulis untuk sadar diri tentang bagaimana subjektivitas mereka sendiri dalam hal ras, jenis
kelamin, usia, pendidikan, kelas, atau seksualitas. Kredibilitas ditingkatkan dengan
mempertimbangkan bagaimana perbedaan ini berperan dalam niat yang bertentangan atau
dalam narasi praktek dan kinerja kontekstual.
d. Member reflections
Sehubungan dengan multivokalitas, peneliti juga dapat memasukkan partisipan dalam
analisis data dan temuan. Praktek semacam itu termasuk duduk bersama partisipan dan

28
berbagi analisis atau kesimpulan dalam proses, membuat catatan atas reaksi mereka, dan
memasukkan reaksi-reaksi ini dalam siklus analisis data lebih lanjut.
2) Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas
eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan,
hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
3) Pengujian Depenability
Uji dependability dilakukan dengan menggunakan audit terhadap keseluruhan. Sering
terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data.
kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak
reliable atau dependable.
4) Pengujian Konfirmability
Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila
hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan


IV.1.1 Letak Geografis Kelurahan Padang Bulan

Padang Bulan merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan
Baru. Secara geografis, Kelurahan Padang Bulan terletak pada posisi 03°33'7,1" Lintang
Utara dan 98°39'38,8" Lintang Timur dengan batas wilayah meliputi sebelah utara berbatasan
dengan Kelurahan Merdeka, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai,
sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia, serta sebelah barat berbatasan dengan
Kelurahan Padang Bulan Selayang I. Wilayah administratif Kelurahan Padang Bulan terdiri
atas 12 lingkungan dengan luas wilayah 221 km2 dan ketinggian wilayah 0-25 meter di atas
permukaan laut serta suhu rata-rata 300C.

IV.1.2 Visi dan Misi Kelurahan Padang Bulan

Adapun visi dan misi dari Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut”
1. Visi:
“Mewujudkan masyarakat yang mandiri, berdaya saing dan aparatur yang profesional
dalam melaksanakan pelayanan prima kepada masyarakat”

2. Misi:
a) Melaksanakan kegiatan pembangunan sosial kemasyarakatan sehingga
berkembangnya dinamika ekonomi yang menjadi basis kehidupan masyarakat
b) Meningkatkan kualitas aparatur dan sumber daya masyarakat yang memiliki
kemampuan IPTEK
c) Meningkatkan pembangunan infrastruktur, pelayanan umum dan pelayanan sosial
d) Meningkatkan keamanan, keertiban dan ketentraman masyarakat berlandaskan
supremasi hukum
e) Meningkatkan sistem pelayanan yang prima

IV.1.3 Demografi
a. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keluarga

30
Kelurahan Padang Bulan ini dihuni lebih banyak penduduk dengan jenis kelamin
perempuan dibanding dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki hal tersebut dapat
dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.1 Penduduk Kelurahan Padang Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin


Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah Tangga
Laki- Perempuan Jumlah
Tahun
laki
2020 3.207 3.359 6.566 2.183
Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Padang Bulan Tahun 2020

b. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk di kelurahan padang bulan ini rata-rata adalah pegawai
swasta, di samping itu ada juga yang berprofesi sebagai PNS, Buruh, Pedagang dll.
Pelajar/mahasiswa juga menjadi yang paling banyak mengingat daerah Kelurahan Padang
Bulan dekat dengan Universitas Sumatera Utara (USU) kemudian disusul dengan masyarakat
yang mengurus rumah tangga. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Penduduk Kelurahan Padang Bulan Berdasarkan Mata Pencaharian


No Mata Pencaharian Tahun 2020
1 Belum/tidak berkerja 985
2 Mengurus rumah tangga 1008
3 Pelajar/Mahasiswa 1534
4 Pensiunan 139
5 PNS 240
6 TNI 6
7 Kepolisian RI 9
8 Karyawan Swasta 474
9 Karyawan BUMN 22
10 Dosen 75
11 Guru 62
12 Dokter 52
13 Perawat 11
14 Pedagang 50
15 Wiraswasta 1809
16 Lainnya 90
Jumlah 6566
Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Padang Bulan Tahun 2020

IV.1.4 Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan


Berikut adalah gambar struktur organisasi Kelurahan Padang Bulan:

31
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan

Sumber: Dokumentasi Kelurahan Padang Bulan Tahun 2020

Dalam struktur Pokja Kampung KB, Lurah berperan sebagai penasehat Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan dan Kepala Lingkungan I merupakan Ketua Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan. Beberapa anggota dalam Gambar di atas juga merupakan anggota
dari Pokja Kampung KB Kelurahan Padang Bulan.

IV.2 Gambaran Umum Badan Penyuluhan Kampung Keluarga Berencana (KB)


Badan Penyuluhan Kampung Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian dari
kawasan Kecamatan Medan Baru, tepatnya di Jalan Rebab Nomor 34 Medan. Dalam rangka
menyukseskan Program Kampung KB maka dibentuklah Kelompok Kerja Program
Kampung KB. Adapun tugas dari Kelompok Kerja Program Kampung KB ini sebagai
berikut:
1. Menganalisa data nominatif lokasi kampung KB
2. Menyajikan konsep dan implementasi kampung KB
3. Memfasilitasi kesepakatan rencana aksi kampung KB oleh masyarakat
4. Memfasilitasi cara pengelolaan kegiatan kampung KB
5. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Wali Kota Medan
Adapun susunan personalia Kelompok Kerja Kampung Keluarga Berencana Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2021 yakni:

1. Pelindung/ penanggung jawab : Camat Medan Baru


2. Penasehat :
1) Lurah Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
2) Babinsa Kelurahan Padang Bulan
32
3) Babinkabtikmas Kelurahan Padang Bulan
4) Kasi PPM Pemb. Pemberadayah Kecamatan Medan Baru
5) Ketua TP. PKK Kelurahan
6) Koordinator KB Kecamatan Medan Baru
7) PKB (Keluarahan Padang Bulan)
3. Ketua : Sahaluddin Purba (Kepala Lingkungan 1)
4. Sekretaris : Setiani Harefa
5. Bendahara : Budi Setiawan
6. Seksi-seksi
1) Seksi Keagamaan
Penanggung jawab : Hudson Ginting (Kepala Lingkungan I)
Anggota : M. Syafrial Sinaga (Kepala ingkungan II)

2) Seksi Pendidikan
Penanggung jawab : Riadina Perangin-Angin
Anggota : 1). Yanaria Harahap
2) Juliani

3) Seksi Reproduksi
Penanggung jawab : Imelda Sinaga (Bidan Puskesmas)
Anggota : 1). Lidya Natalia (PKB)
2). Betty Cristianti (PKB)

4) Seksi Ekonomi
Penanggung jawab : Adil Rizal Sembiring (Kepala Lingkungan XII)
Anggota : 1). Serita Wati Ginting
2). Nuraini

5) Seksi Perlindungan
Penanggung jawab : Jhon Very Sitepu
Anggota : 1). Irmansyah
2). Sukses Naisalinta Bangun
6) Seksi Kasih Sayang
Penanggung jawab : Evi Sovia Ardina

33
Anggota : Daratul Laila Nasution

7) Seksi Sosial Budaya


Penanggung jawab : Kurnia Purba
Anggota : Netty Sinuraya

8) Seksi Pembinaan Lingkungan


Penanggung jawab : Henny (PPL Pertanian Kecamatan Medan
Baru)
Anggota : 1). Elisma Tarigan
2). Pinta Sartika

Adapun uraian Tugas Kelompok Kerja Kampung KB, yaitu:

1. Pelindung/Penanggung Jawab:
a. Bertanggung jawab secara keseluruhan tentang pembentukan dan operasional
Kampung KB
b. Mengkoordinasikan kegiatan Kampung KB dengan sektor terkait
c. Mengusahakan anggaran dari dana Kelurahan serta pihak luar untuk keperluan
Kampung KB.
2. Penasihat
a. Memberikan masukan baik kepada penanggung jawab maupun pelaksana
dalam membina mengembangkan Kampung Kb
b. Mengadvokasi pihak–pihak yang terkait dengan program dan kegiatan
Kampung KB.
3. Ketua Pokja
a. Menentukan kebijakan dan strategi program kegiatan Kampung KB
b. Membimbing dan membina seluruh pengurus Pokja
c. Melakukan Koordinasi dengan semua pihak.
4. Sekretaris
a. Melakukan tatalaksana administrasi Kampung KB
b. Menerima dan mengolah laporan pelaksanaan Kampung KB
c. Membuat laporan dan evaluasi kegiatan Kampung KB.
5. Bendahara

34
Menerima, membayarkan, mencatat, melaporkan dan mempertanggungjawabkan
semua aktifitas keuangan Kampung KB.
6. Seksi Keagamaan
a. Membuat program magrib mengaji, dengan menghimbau agar keluarga–
keluarga tidak menonton TV pada saat magrib tapi melaksanakan ibadah
bersama dan anaknya mengaji.
b. Kebersamaan ibadah di masjid, gereja, Pura dsb.
c. Pengajian rutin baik mingguan maupun bulanan.
d. Mengunjungi/memotivasi keluarga–keluarga yang belum ikut dalam kegiatan
keagamaan dan menghimbau agar tiap keluarga memiliki ruangan ibadah di
rumah masing–masing.
e. Membantu/mendorong keluarga untuk zakat, infaq, sedekah bagi kepentingan
umum. Misalnya memberi makan tambahan ke posyandu, wakap tanah untuk
pembuangan sampah.
f. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang keagamaan kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
7. Seksi Pendidikan/Sosialisasi
a. Membentuk, membina dan mengembangkan BKB (Bina Keluarga Balita).
b. Membentuk membina dan mengembangkan BKR (Bina Keluarga Remaja).
c. Membantu membina dan mengembangkan BKL (Bina Keluarga Lansia).
d. Membentuk membina dan mengembangkan PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini).
e. Melaksanakan keaksaraan fungsional.
f. Kursus–kursus tentang keterampilan baik yang dilaksanakan oleh dinas
instansi pemerintah maupun atas prakarsa masyarakat (Kursus Perbengkelan,
Tata busana dan merias pengantin) dsb.
g. Membina Kadarkum (Keluarga Sadar Hukum).
h. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang pendidikan/sosialisasi kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
8. Seksi Reproduksi
a. Memotivasi PUS untuk ber–KB.
b. Membina kelangsungan ber–KB.
c. Menyelenggarakan pembentukan, pembinaan dan pengembangan posyandu.
d. Membuat peta keluarga tiap RT.

35
e. Mendidik keluarga tentang kesehatan reproduksi dan reproduksi remaja.
f. Membentukan PIK Remaja dan Kampanye PUP.
g. Melaksanakan pelayanan KB.
h. Melaksanakan rujukan dan pengayoman medis.
i. Menyediaan alat kontrasepsi bagi yang tidak mampu.
j. Mengkoordinasikan layanan dan Pembinaan peserta KB dengan Dokter Bidan
Swasta.
k. Pelayanan papsmear, pemeriksaan bumil dan imunisasi di Posyandu.
l. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang reproduksi kepada pemerintah
yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
9. Seksi Ekonomi
a. Mempromosikan potensi/profesi yang dimiliki oleh warga kampung
(memasarkan tukang tembok, sopir, penjahit dsb) ke Pasar kerja.
b. Membina, membimbing produk–produk unggulan baik yang diproduksi
masing–masing keluarga maupun dalam bentuk kelompok.
c. Membentuk membina dan mengembangkan usaha bersama baik UPPKS,
UP2K dan KUBE.
d. Membentuk, membina dan mengembangkan Koperasi simpan pinjam berupa
uang atau produk/hasil pertanian.
e. Menjalankan sistem lumbung kampung untuk kepentingan keluarga.
f. Iuran untuk permodalan dengan barang (palantir/Kelapa sebuah Satu butir)
atau produk lain sesuai dengan potensi yang dimiliki di daerah masing-masing
untuk kepentingan dan kebersamaan di kampung.
g. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang ekonomi kepada pemerintah
yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst)
10. Seksi Perlindungan
a. Penyuluhan anti KDRT.
b. Penyuluhan Narkoba.
c. Mengurus jaminan–jaminan kehidupan bagi keluarga (BPJS, Jamkesda).
d. Sistem ronda malam untuk perlindungan keamanan.
e. Bantuan hukum bagi keluarga yang tersangkut masalah hukum.
f. Ayoman sosial bagi peserta KB yang mendapat keluhan/komplikasi.
g. Mengusahakan pelayanan administrasi kependudukan misalnya Akta
Kelahiran dan KTP.

36
h. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang perlindungan kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
11. Seksi Kasih Sayang
a. Iuran kematian.
b. Donor darah untuk membantu sesama.
c. Jimpitan beras untuk membantu orang miskin.
d. Membentuk kas untuk peserta KB yang tidak bisa membeli kontrasepsi.
e. Jaminan Ibu bersalin (Jambulin) dan tabungan Ibu bersalin.
f. Bapak asuh/Ibu asuh bagi anak yang tidak bersekolah.
g. Pengumpulan dan pemberian pakaian layak pakai dari keluarga yang mampu
kepada yang membutuhkan.
h. Pengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang kasih sayang kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
12. Seksi Sosial Budaya
a. Menanamkan budaya budi pekerti di keluarga–keluarga sesuai tatakrama
setempat.
b. Memelihara dan mengembangkan tradisi yang baik yang menjadi kebiasaan
setempat.
c. Membentuk kelompok seni sesuai dengan kehendak bersama.
d. Kampanye program-program pemerintah melalui seni budaya.
e. Mengajarkan bahasa yang santun baik bahasa ibu maupun bahasa nasional.
f. Menyelenggarakan lomba–lomba budaya baik antar individu, antar keluarga
maupun antar RT.
g. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang sosial budaya kepada
pemerintah yang lebih atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).
13. Seksi Pembinaan Lingkungan
a. Kerja Bakti memelihara lingkungan.
b. Gerakan penanaman tanaman halaman.
c. Pembuangan sampah bersama dan pengurusan secara bergiliran (terjadwal).
d. Penataan kampung baik pembuatan jalan, gang dan pagar–pagar yang
membuat keserasian dan keindahan.
e. Petunjuk–petunjuk jalan dan gang dengan nama yang disepakati.
f. Masyarakat bergotong–royong membangun rumah layak huni.

37
g. Mengusahakan hal–hal yang dibutuhkan bidang lingkungan kepada
pemerintah yang lebih baik atas (Kelurahan, Kecamatan, Kota dst).

IV.3 Evaluasi Program Kampung Keluarga Berencana (KB) dengan Indikator Evaluasi
Dunn
Evaluasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang didalamnya terdapat proses penilaian
terhadap keberhasilan suatu kegiatan baik berupa kebijakan maupun program sehingga dapat
mengetahui pencapaian target yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan membandingkan antara rencana awal dengan pencapaian yang telah diraih,
selain itu juga dapat menjadi sebuah input terkait berjalannya suatu program atau kegiatan
bahkan proyek.

Program Kampung KB merupakan sebuah program pada tingkatan RW atau setara


dengan kriteria yang telah ditentukan dan melibatkan adanya partisipasi dari masyarakat
dalam membangun keterpaduan program dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
sejahtera. Program ini merupakan kegiatan prioritas yang manfaatnya dapat langsung
diterima oleh masyarakat dimana program ini merupakan salah satu bagian dari pengentasan
kemiskinan dengan upaya peningkatan kualitas taraf hidup keluarga dan masyarakat, dimana
di dalamnya terdapat keterpaduan program pembangunan antara program kependudukan,
keluarga berencana dan pembangunan keluarga serta pembangunan di sektor terkait.

Kegiatan evaluasi secara general dilakukan ketika suatu program sudah berjalan
dalam kurun waktu yang cukup lama. Kampung KB Padang Bulan telah dicanangkan
semenjak 09 Mei 2017 dengan pemenuhan terkait kriteria utama dan kriteria wilayah sebagai
syarat pemilihan terhadap wilayah yang akan dijadikan lokasi Kampung KB telah terpenuhi.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan evaluasi bukan hanya sekedar memberikan kritik akan
tetapi lebih mengarah pada penyediaan informasi terkait kinerja sebuah kebijakan/program.
Agar memudahkan kegiatan evaluasi terkait program Kampung KB guna menghasilkan
informasi yang valid maka dapat dilihat berdasarkan enam kriteria evaluasi menurut William
N.Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan.

a. Efektivitas

William N. Dunn (2003:429-438) mendefinisikan Efektivitas (effectiveness) Berkenaan


dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil atau akibat yang diharapkan atau mencapai
tujuan dari diadakannya tindakan atau maksud diadakannya kebijakan tersebut. Untuk

38
melihat apakah suatu kebijakan efektif atau tidak dapat melihat bagaimana urgensi, wujud,
dan implementasi dari kegiatan tersebut.
Berdasarkan fakta dilapangan yang ditemui peneliti bahwa implementasi Program
Kampung KB telah dilakukan dengan sejumlah kegiatan seperti kegiatan bina keluarga,
kegiatan dalam bidang keagamaan, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, kebinaan lingkungan
dan lain-lain. Pernyataan tersebut tampak dari wawancara berikut:
‘’Kalau di lingkungan 1 ini banyak bidangnya seperti keagamaan, sosial budaya,
pendidikan, ekonomi, kebinaan lingkungan dan lain-lain, jadi menyangkut pertanyaan
kamu, ya tidak semua kegiatan di bidang ini bisa kami lakukan kan tapi kegiatan yang
sering kami lakukan itu di bidang keagamaan, ibadah memang programnya ini belum
ada tapi kami sudah merencanakan kegiatan seperti mengaji, ibadah ke gereja gitu. Kita
juga ada rencana membuat kompos sesuai dengan program kampung KB, itu nanti yang
mau kita tonjolkan berhubungan erat juga dengan PKK. Mengingat perkotaan ini kan
payah ya jadi itulah yang paling gampang untuk ditonjolkan’’ (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021).

Lalu, terkait dengan kegiatan bina keluarga dapat dilihat pada wawancara berikut:
‘’Ya memang ada, bina keluarga itu ada tiga: bina keluarga balita, dan bina keluarga
lansia juga gitu. Itu kerjasama sama puskesmas dan BKKBN. Kegiatan tersebut juga
dilakukan konsisten seperti bina keluarga balita di posyandu, bina keluarga remaja dan
lansia juga begitu. Tapi, BKKBN ada juga nanti sekali-sekali melakukan pertemuan
khusus terutama bina remaja ya, yang difokuskan bina remaja. Karena remaja kan tidak
punya pos khusus dan diharapkan juga bisa membantu dalam bina balita dan lansia’’
Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021).

Hanya saja, sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam mendukung Program Kampung KB
ini masih belum konsisten sehingga pencapaian tujuan dari program yang bersangkutan
belum tampak, Hal itu dapat dilihat pada wawancara berikut:

‘’Untuk saat ini belum berjalan dengan konsisten betullah, karena masyarakat perkotaan
ini kan payah ya, egoisnya tinggi, apalagi seperti urusan dalam gotong royong. Mereka
juga akan mempertimbangkan kalau dikaitkan dalam hal ekonomi ada ga
keuntungannya. Jadi masih seperti itulah pola pikir masyarakat. Jadi kami kan selalu
melakukan rapat juga untuk berdiskusi mengenai evaluasi kami, ya itulah paling nomor
satu saya utamakan dalam Program Kampung KB terkait bagaimana kita memotivasi

39
masyarakat supaya peduli, karena itu yang paling payah untuk dilaksanakan. Karenakan
ini sifatnya sosial, seperti relawan ya harus rela berkorban tanpa mengaharapkan
imbalan’’ (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021).

Selain itu, wujud dari Program Kampung KB ini dapat dilihat dengan adanya rumah data.
Hanya saja, sekarang rumah data tersebut sudah tidak ada lagi. Hal demikian dapat dilihat
dari wawancara berikut:
‘’Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena tidak
ada dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di dalam
laptop aja data-datanya’’ (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November
2021).

Selain itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala Lingkungan 1 dan Ketua Pokja
Kampung KB Kelurahan Padang Bulan dapat dilihat bahwa komunikasi juga belum tercapai
dengan baik. Berikut adalah wawancara terkait dengan komunikasi dalam Program Kampung
KB:
”Sebenarnya kalau difokuskan sangat efektif dan tinggi persentasenya kalau sesuai
dengan program yang ada dan dilaksanakan dengan maksimal. Ini kan semua sektor
terlibat jadi ya kadang-kadang bisa saja terjadi miskomunikasi. Kadang kami juga
kesulitan bekerjasama dengan pihak swasta” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin
Purba, 01 November 2021).

Dengan demikian, dilihat dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa Program
Kampung KB ini masih jauh dari efektivitas menurut William N. Dunn karena masih sering
terjadi miskomunikasi dan kesulitan untuk bekerjasama dengan pihak swasta. Ditambah lagi
berbagai kegiatan yang ada tidak mampu dijalankan dengan konsisten serta rumah data yang
awalnya sangat membantu masyarakat dan pihak Kampung KB tapi kini sudah tidak ada lagi.

b. Efisiensi

William N. Dunn (2003:429-438) mendefinisikan bahwa Efisiensi (efficiency) berkenaan


dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
Efisiensi ini juga merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha. Ukuran-ukuran yang
digunakan di dalam kriteria efisiensi tersebut adalah bagaimana jangka waktu dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut, bagaimana sumber daya manusia yang diberdayakan untuk

40
melaksanakan kebijakan tersebut. Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu kebijakan dapat
dilihat dengan pelaksanaan kebijakan apakah sudah dilaksanakan dengan menyeluruh, hemat
dan juga operasional.
Tingkat efisiensi di kampung KB tidak jauh dari tingkat efektivitasnya. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Lingkungan 1 dan Ketua Pokja Kampung KB Kelurahan
Padang Bulan, beliau mengatakan bahwa:
“Kalau masyarakat ya banyak yang tahu. Tapi ya inikan di Kelurahan Padang Bulan
masyarakat aslinya lebih kurang 50% cuman penduduk aslinya dan selebihnya
masyarakat yang tinggal disini seperti ngekos jadi punya KK disini tapi ga
berdomisili disini. Jadi terkait dengan jumlah 50% tadi udah hampir semua tau”
(Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021).

Dapat dilihat bahwa sumber daya manusia dari sisi masyarakat belum mampu ikut
serta secara aktif dalam Program Kampung KB ini. Selain itu, partisipasi para pengurus
Program Kampung KB ini juga masih tergolong rendah. Sebagaimana pernyataan dari
informan yakni:
‘’Kalau menurut saya pengurusnya juga, pengurusnya kan juga termasuk masyarakat.
Jadi ya tingkat partisipasi siapapun itu masih kurang’’ (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021).

Selain itu, anggaran untuk Program Kampung KB juga tidak memadai sehingga untuk
rumah data yang sangat perlu untuk dibangun namun dikarenakan anggaran yang terbatas
maka rumah data pun ditiadakan. Hal itu dapat dilihat dari wawancara berikut ini:
‘’Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena tidak
ada dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di dalam
laptop aja data-datanya’’ (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November
2021).

Dengan demikian, dilihat dari tingkat masyarakatnya saja yang belum mengetahui tentang
Program Kampung KB dan anggaran yang juga terbatas maka dapat dinyatakan bahwa
tingkat efisiensi Program Kampung KB belum tercapai karena sumber daya yang ada baik itu
dari segi manusia maupun anggarannya belum tersedia secara memadai.

c. Kecukupan

41
William N. Dunn (2003:429-438) mendefinisikan Kecukupan (adequacy) berkenaan
dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas dapat memuaskan kebutuhan yang diharapkan,
nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria ini menekankan pada
kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Untuk mengetahui
kecukupan suatu kebijakan dapat dilihat dengan melihat bagaimana wujud dari kebijakan
tersebut dan apakah sudah dapat dikatakan sebagai solusi dari permasalahan yang ada.

Seperti sudah dijabarkan sebelumnya mengenai hasil dari efektivitas Program Kampung
KB bahwa masih belum mencapai efektivitas karena nilai atau kesempatan tidak menekankan
pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Hal ini di
dukung oleh pernyataan Kepala Lingkungan 1 dan Ketua Pokja Kampung KB Kelurahan
Padang Bulan yaitu:
“Untuk saat ini belum berjalan dengan konsisten betullah, karena masyarakat
perkotaan ini kan payah ya, egoisnya tinggi, apalagi seperti urusan dalam gotong
royong. Mereka juga akan mempertimbangkan kalau dikaitkan dalam hal ekonomi
ada ga keuntungannya. Jadi masih seperti itulah pola pikir masyarakat. Jadi kami
kan selalu melakukan rapat juga untuk berdiskusi mengenai evaluasi kami, ya itulah
paling nomor satu saya utamakan dalam program kampung KB terkait bagaimana
kita memotivasi masyarakat supaya perduli, karena itu yang paling payah untuk
dilaksanakan. Karena kan ini sifatnya sosial, seperti relawan ya harus rela
berkorban tanpa mengaharapkan imbalan” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin, 01
November 2021).

Selanjutnya, Program Kampung KB ini juga masih sedikit dirasakan manfaatnya


sehingga belum mampu menjawab permasalahan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan
Padang Bulan. Sebagaimana wawancara berikut:

‘’Manfaatnya sudah tapi persentasenya masih kecil’’ (Wawancara dengan Pak


Sahaluddin, 01 November 2021).

Pernyataan tersebut dapat mendukung bahwa tingkat kecukupan Program Kampung KB


Kelurahan Padang Bulan belum mencapai penyelesaian permasalahan kependudukan di
kelurahan yang bersangkutan.

d. Perataan

42
Perataan (equity) erat hubungannya dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk
pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
Untuk menjelaskan hal tersebut, dapat dilihat dari kemudahan terkait
aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pelayanan dalam Program Kampung KB pada
Kelurahan Padang Bulan sebagai faktor pendukung terkait kinerja program sehingga sebisa
mungkin masyarakat mengetahui informasi dan mendapatkan pelayanan terkait adanya
program Kampung KB Padang Bulan.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan terkait adanya kegiatan penyuluhan Program


Kampung KB pada Kelurahan Padang Bulan telah membentuk Kelompok Kerja atau Pokja
berdasarkan Surat Keputusan Lurah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Nomor 476/489/2021 tentang Kelompok Kerja Kampung Keluarga Berencana Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2021. Adanya kegiatan penyuluhan ini
dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur Kelompok Kerja (Pokja) baik Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi-Seksi, maupun Penasehat. Kemudian, untuk penyampaian hasil materi-
materinya akan dilakukan oleh PKB atau Penyuluh Keluarga Berencana guna disampaikan
kepada masyarakat, sehingga PKB memiliki perananan yang penting terutama ketika berada
di lapangan dan berhadapan dengan masyarakat.

Gambar 4.2 Penyuluhan Program Kampung Keluarga Berencana (KB)

(Sumber: Dokumentasi Kampung KB Padang Bulan 2020)


Selain adanya penyuluhan yang dilakukan oleh Pokja Kampung KB Padang Bulan,
dalam upaya terkait penyediaan fasilitas guna menyediakan ketersediaan informasi dan data
kependudukan maka dibentuklah Rumah Data Kependudukan yang memiliki fungsi sebagai
pusat data dan informasi yang berlokasi di salah satu rumah warga. Akan tetapi, seiring
perkembangan dan berjalannya waktu, keberadaan rumah data dialihkan kedalam sistem
digital yaitu melalui penyimpanan pada laptop milik seorang kepala lingkungan yang

43
bertindak sebagai Ketua dari Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB Padang Bulan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh yang bersangkutan dalam wawancara yang telah
dilakukan, sebagai berikut:
“ Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena
tidak ada dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di
dalam laptop saja data-datanya” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01
November 2021)

Terkait penyebaran informasi mengenai program Kampung KB Padang Bulan, Ketua


Pokja Kampung KB memiliki keyakinan bahwa masyarakat telah mengetahui program ini
dengan cukup baik. Sebagaimana yang dikatakan dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalau masyarakat ya banyak yang tau. Tapi ya inikan di Kelurahan Padang Bulan,
masyarakat aslinya lebih kurang 50 persen cuman penduduk aslinya dan selebihnya
masyarakat yang tinggal disini seperti ngekos jadi punya KK disini tapi enggak
berdomsili disini. Jadi terkait dengan jumlah 50 persen tadi udah hampir semuanya
tau” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021)

Kemudian, ia juga menambahkan pernyataan terkait pemerataan penyebaran


informasi mengenai program Kampung KB sebagai berikut:
“Ya kalau itu (informasi mengenai kampung KB telah disebarkan secara merata)
udah pasti” (Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021)

Berdasarkan dari hasil yang didapatkan di lapangan mengenai indikator pemerataan


dinilai belum mampu memenuhi sepenuhnya terkait kriteria dari teori William N.Dunn ini.
Hal ini dikarenakan masih kurang meratanya pemahaman terkait Program Kampung KB.
Selain itu juga pelaksanaan Program Kampung KB belum dilakukan secara merata dan hanya
terpusat pada satu lingkungan saja yakni di Lingkungan I. Walaupun demikian, Kelompok
Kerja (Pokja) Kampung KB Padang Bulan telah melakukan penyuluhan terkait program
Kampung KB, yang selanjutnya akan disampaikan oleh PKB (Penyuluh Keluarga Berencana)
kepada masyarakat, di mana PKB disini juga bertindak dalam unsur Kelompok Kerja
sehingga mereka dipastikan akan mampu menyampaikan dengan baik terkait informasi
program serta tujuan dari adanya program ini yang seharusnya dapat dirasakan oleh
masyarakat.

44
Selain itu, adanya keberadaan Rumah Data yang menampung berbagai informasi dan data
kependudukan pada satu lokasi, serta keoptimisan dari Ketua Pokja Kampung KB terkait
penyampaian informasi yang secara merata terhadap masyarakat yang tentunya menunjukkan
bahwa ada usaha untuk menyebarkan informasi dan pelayanan secara merata dan akan
memudahkan kelompok sasaran untuk mendapatkan pelayanan yang disediakan melalui
program Kampung KB. Namun, sayangnya keberadaan Rumah Data ini tidak ada lagi.

e. Responsivitas

Menurut William N.Dunn (2003:429-438), responsivitas berkaitan dengan seberapa jauh


suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. Secara sederhana, responsivitas ini berkaitan dengan respon dari suatu
aktivitas yaitu berupa tanggapan dari sasaran kebijakan atas penerapan dari suatu
kebijakan/program.

Dengan melihat dari temuan yang didapatkan di lapangan terkait adanya program
kampung KB Padang Bulan di tengah masyarakat terkait dampak dan tingkat kepuasan
mereka di mana tingkat kepedulian masyarakat terkait keberadaan program ini masih kurang.
Hal itu selaras dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Pokja Kampung KB Padang Bulan
sebagai berikut:
“Kalau respon ya baik tapi tingkat kepedulian masih rendah” (Wawancara dengan
Pak Sahaluddin Purba, 01 November 2021)

Hal itu juga tentunya sejalan tentang pemahaman mengenai konsep dari program
Kampung KB bahwa ada keterlibatan terkait partisipasi aktif masyarakat dalam membangun
keterpaduan program dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Artinya bahwa
masyarakat memiliki antusiasme untuk mengetahui keberadaan program ini dan didukung
partisipasinya agar terlibat dalam pelaksanaan program Kampung KB. Adanya dorongan
untuk melibatkan masyarakat dalam program Kampung KB ini bertujuan agar mereka dapat
memberikan ide maupun pendapat terkait program yang dijalankan karena tentunya
merekalah yang lebih memahami kondisi dan kebutuhannya.

Kemudian, penilaian terhadap responsivitas masyarakat terhadap adanya keberadaan


program Kampung KB juga dapat dilihat melalui bagaimana motivasi yang dimiliki terhadap
keberlanjutan dari pelaksanaan program Kampung KB untuk mengukur konsistensi

45
masyarakat dan juga pelaksana sebagaimana berdasarkan hasil wawancara adalah sebagai
berikut:
“Untuk saat ini belum berjalan dengan konsisten (pelaksanaan kegiatan), betul lah.
Karena masyarakat perkotaan ini kan payah ya, egoisnya tinggi, apalagi seperti
urusan dalam gotong royong. Mereka juga akan mempertimbangkan kalau dikaitkan
dalam hal ekonomi ada gak keuntungannya. Jadi masih seperti itulah pola pikir
masyarakat. jadi kami kan selalu melakukan rapat juga untuk berdiskusi mengenai
evaluasi kami, ya itulah paling nomor satu saya utamakan dalam program Kampung
KB terkait bagaimana kita memotivasi masyarakat supaya peduli, karena itu yang
paling payah untuk dilaksanakan. Karena kan ini sifatnya sosial, seperti relawan
harus rela berkorban tanpa mengharap imbalan” (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021)

Dari hasil wawancara diatas, dapat kita ketahui beberapa hal bahwa konsistensi dari
pelaksanaan kegiatan dari program Kampung KB belum bisa terlaksana dengan baik. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya motivasi dan keengganan serta responsivitas dari masyarakat
untuk berpartisipasi. Adanya pertimbangan-pertimbangan terhadap apa hal yang akan
menjadi manfaat bagi mereka juga dapat menjadi titik ukur mengenai respon masyarakat
terhadap program Kampung KB tersebut. Bagaimanapun, dalam penerapannya, pelaksana
program Kampung KB mencoba memotivasi masyarakat lewat pemberian reward dimana
masyarakat yang berkontribusi akan mendapatkan imbalan berupa uang, walaupun demikian
tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program Kampung KB masih tergolong rendah hal ini
juga disebabkan karena kesibukan masing-masing individu.

Dari berbagai penemuan yang telah didapatkan dari hasil di lapangan, maka dapat
disimpulkan bahwa responsivitas dinilai belum mampu memenuhi kriteria dari teori William
N.Dunn. Responsivitas terkait pelaksanaan program Kampung KB masih tergolong rendah.
Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan dari pelaksana kerja atau Pokja Kampung KB
dalam menciptakan kepuasan masyarakat. hal ini tercermin dari keengganan masyarakat
untuk berpartisipasi guna mendukung keberhasilan dan konsistensi pelaksanaan program,
Adapun upaya pemerintah untuk kembali menarik perhatian masyarakat lewat pemberian
reward berupa uang juga tidak menimbulkan dampak yang signifikan karena penyebab utama
rendahnya motivasi masyarakat adalah kesibukan individu tersebut sehingga enggan untuk
melaksanakan partisipasi terlebih kegiatan menuntut untuk dilakukan secara sukarela. Pada
saat seperti itu dapat dikatakan bahwa bukan reward dari pelaksana yang bisa memotivasi

46
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program tetapi apa yang didapatkan
masyarakat jika harus meluangkan waktunya untuk mengikuti program tersebut dan seberapa
besar manfaatnya bagi mereka sehingga dapat memberikan feedback berupa tanggapan yang
membangun terhadap suatu program.

f. Ketepatan

Kriteria ketepatan menurut William N.Dunn (2003:429-438) adalah dapat berhubungan


dengan rasionalitas substansi, ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan kebijakan
dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Yang menjadi indikator
guna melihat seberapa tepat sebuah kinerja dari sebuah kebijakan/program adalah dengan
melihat apakah hasil yang diinginkan benar-benar berdayaguna dan hasilnya disajikan dengan
tepat kepada masyarakat sehingga harus memastikan bahwa program tersebut harus merata
serta efisien. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa keberhasilan kebijakan dapat dilihat
dari tujuan yang tercapai dan tepat guna juga dampak yang sesuai dengan tujuan dari program
tersebut.

Dari hasil penelitian terdahulu, diketahui bahwa program Kampung KB telah


memberikan manfaat kepada masyarakat di mana berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan kepada masyarakat setempat juga mendukung pernyataan peneliti tersebut bahwa
adanya manfaat yang ditimbulkan dari pelaksanaan program Kampung KB. Hanya saja
persentase manfaat tersebut masih sedikit. Sebagaimana yang diperoleh melalui wawancara,
bahwasanya:
“Manfaatnya sudah, tapi persentasenya masih kecil” (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021)

Sehingga dapat diketahui bahwa pelaksanaan program Kampung KB ini memiliki


manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat, hanya saja masih dalam persentase yang
kecil artinya belum dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat kelurahan Padang Bulan. Selain
membahas mengenai dampak dan manfaat yang ditimbulkan akibat dari pelaksanaan program
Kampung KB ini, pembahasan mengenai tujuan dari program ini terhadap masyarakat atau
kelompok sasaran juga menjadi indikator yang harus dipertimbangkan. Berdasarkan dari hasil
wawancara di lapangan, terkait dari tujuan program Kampung KB ini yaitu untuk
mensejahterakan masyarakat apakah sudah dapat dikatakan berhasil dan tepat guna maka
terkait hal tersebut dapat diketahui melalui pernyataan Ketua Pokja Kampung KB Padang
Bulan, bahwasanya adalah sebagai berikut:

47
“Kalau tingkat keberhasilan ya tergantung indikator penilaiannya karena indikator
yang ditetapkan sebenarnya tidak ada. Tapi pengaruhnya ada, pengaruhnya minimal
masyarakat mengerti dan tau program Kampung KB.” (Wawancara dengan Pak
Sahaluddin Purba, 01 November 2021)

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa keberhasilan dari adanya program ini
yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat itu tergantung pada indikator yang
digunakan untuk menilainya sehingga ukuran keberhasilannya belum dapat diketahui dengan
jelas karena indikator sebenarnya untuk mengukur keberhasilan itu belum ada. Tetapi terkait
pengaruh yang ditimbulkan pada masyarakat dari adanya program Kampung KB ini dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat terkait tujuan dari adanya program Kampung KB.
Namun, sayangnya titik puncak dari Program Kampung KB ini adalah kondisi ketika
masyarakat mengerti dan tahu tentang Program Kampung KB. Padahal seharusnya ada
pencapaian lebih konkret lagi disbanding pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan
Program Kampung KB.

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, tingkat ketepatan terkait tujuan dan
dampak program belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria William N.Dunn. Pada kriteria ini
seharusnya dapat dilihat tujuan yang dihasilkan dan tepat guna bagi masyarakat akan tetapi
berdasarkan dari hasil penelitian di lapangan belum ada menunjukkan hasil dari tujuan yang
signifikan pada kelompok sasaran. Kelompok sasaran hanya mengetahui tujuan dari program
akan tetapi belum merasakan adanya kesejahteraan pada kehidupan mereka.

Tetapi, terkait manfaat dari adanya program Kampung KB ini dapat dirasakan
kehadirannya oleh masyarakat dimana pengetahuan masyarakat terkait keberadaan Program
Kampung KB, serta adanya peningkatan pemahaman masyarakat terkait KB dan kesehatan,
serta adanya perhatian terhadap lingkungan tempat tinggal kelompok sasaran menjadi
beberapa manfaat yang ditemukan. Oleh sebab itu maka dalam indikator ketepatan terkait
adanya pelaksanaan program Kampung KB untuk menilai keberhasilan kinerja program dapat
dikatakan belum memenuhi kriteria dari teori William N.Dunn sepenuhnya karena
masyarakat belum merasakan tujuan yang bernilai dan tepat guna tetapi hanya merasakan
manfaat dari kehadiran program tersebut.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulam

48
Kampung Keluarga Berencana (KB) merupkan sebutan bagi satuan wilayah terkecil yang
setingkat Desa/Kelurahan yang memiliki kriteria yang terdapat keterpaduan program
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) serta sektor
terkait yang dilaksanakan secara sistematis. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
pembahasan mengenai Evaluasi Meta Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan dengan menggunakan enam
kriteria evaluasi menurut William N.Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,
responsivitas, dan ketepatan dapat disimpulkan bahwa :

1. Efektivitas : Berdasarkan fakta dilapangan yang kami temui bahwa tingkat efektivitas
kampung KB belum memenuhi standard jauh dari harapan program kampung KB
karena masih sering terjadi miskomunikasi dan kesulitan untuk bekerjasama dengan
pihak swasta serta kegiatan yang ada tidak mampu dijalankan dengan konsisten.
2. Efisiensi : Tingkat efisiensi Program Kampung KB belum tercapai karena sumber
daya yang ada baik itu dari segi manusia maupun anggarannya belum tersedia secara
memadai.
3. Kecukupan : Tingkat kecukupan Program Kampung KB Kelurahan Padang Bulan
belum mencapai penyelesaian permasalahan kependudukan di kelurahan yang
bersangkutan.
4. Perataan : Tingkat perataan masih kurang merata dikarenakan masih kurangnya
pemahaman masyarakat terkait Program Kampung KB. Selain itu juga pelaksanaan
Program Kampung KB belum dilakukan secara merata dan hanya terpusat pada satu
lingkungan saja yakni di Lingkungan I serta akses masyarakat untuk mendapatkan
informasi seputar Program Kampung KB terkendala apalagi ketika Rumah Data
ditiadakan.
5. Responsivitas : Responsivitas terkait pelaksanaan program Kampung KB masih
tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan dari pelaksana kerja atau
Pokja Kampung KB dalam menciptakan kepuasan masyarakat serta masyarakat yang
masih belum memiliki antusias yang tinggi dalam Program Kampung KB.
6. Ketepatan : Program Kampung KB telah memberikan manfaat kepada masyarakat
berupa pemahaman terkait dengan Program Kampung KB. Manfaat yang didapat pun
masih dalam persentase yang kecil artinya manfaat belum dapat dirasakan secara
langsung dan konkret oleh seluruh masyarakat Kelurahan Padang Bulan Sehingga
indikator ketepatan ini belum sepenuhnya tercapai.

49
V.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan evaluasi meta Program Kampung
KB di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan adalah:

1. Organisasi di Kampung KB atau Pokja Kampung KB Kelurahan Padang Bulan harus


segera meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan cara melakukan
pelatihan-pelatihan agar dapat terus menjalankan dan juga meningkatkan Program
Kampung KB.
2. Penerapan program Kampung KB di Kelurahan Padang Bulan masih perlu ditingkatkan
khususnya dalam menjalin komunikasi antar pihak yang terkait agar efektifitas dalam
pelaksanaan program ini dapat tercapai.
3. Program kampung KB ini harus memberikan manfaat yang merata bagi seluruh
masyarakat sehingga perlu meningkatkan kualitas pemerintah sehingga dapat
mengkoordinir masyarakat kampung KB yang lebih baik dan memunculkan cara atau
inovasi dalam rangka mengikutsertakan masyarakat dalam Program Kampung KB.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

50
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CJ Jejat.
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S., & Cepi, S. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cozby. C (2009). Methods in Behasvioral Research: Edisi ke-9. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Creswell, J.W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dunn, William N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: UGM Press.
Fredy, S. (2003). Evaluasi Program. Jakarta: Nyansa Mandiri.
Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Hartanto. (2013). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Isbandi, R.A. (2003). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
(Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga penerbit
FEUI.
Kerlinger, F.N. (1973). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM.
Kothari, C. (2004). Research Methodology Methods and Techniques (Second Revised
Edition). New Delhi: New Age International (P) Ltd.
Koyan, I.W., & Agung, G. (2012). Evaluasi Program Pendidikan. Undiksha Press: Singaraja.
Mardalis. (2014). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Muhaimin, S., & Sugeng, L.P. (2009). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Neuman, W.L. (2003). Social Research Methods: Qualitative And Quantitative
Approaches. Boston: Allyn and Bacon.
Singarimbun. (2006). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Sumadi, S. (1987). Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thoha, M. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali.
Yusuf. (2008). Evalusi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

51
JURNAL
Darodjat, D., & Wahyudhiana, W. 2015. Model evaluasi program pendidikan. Islamadina:
Jurnal Pemikiran Islam, 1-2.
Nurjannah, S.N., & Susanti, E. (2018). Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana
(KB) di Kabupaten Kuningan Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada,
9(2), 78-85.
Ramadhani, N.F., & Tukiman. (2020). Implementasi Program Keluarga Berencana di
Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Public Administration Journal of
Research, 2(2), 376-392.
Saputra, Y.W. et al. (2019). Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kota Samarinda. Jurnal Georafflesia. 4(2), 186-200.

SKRIPSI
Pratiwi, A. (2021). Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Skripsi, 1-96.

WEBSITE
Badan Pusat Statistik Kota Medan. (2019). Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin (Jiwa) 2017-2019, dalam medankota.bps.go.id/
indicator/12/31/1/jumlah-penduduk-kota-medan-menurut-kecamatan-dan-jenis-
kelamin.html, diakses pada 17 Oktober 2021.
Biro Ekonomi Pusat Perekonomian Medan. (2020). Pusat Perekonomian, Medan Kota Paling
Padat di SUMUT, dalam http://biroekon.sumutprov.go.id/pusat-perekonomianmedan-
kota-paling-padat-di-sumut/, diakses pada 17 Oktober 2021.
Detik.com. (2021). Ragam Masalah Kependudukan di Indonesia dan Cara Mengatasinya,
dalam https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721941/ragam-masalah-kependudukan-di-
indonesia-dan-cara-mengatasinya, diakses pada 17 Oktober 2021.
Kompas.com. (2020). Permasalahan Kependudukan di Indonesia, dalam
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/08/174500069/permasalahan-
kependudukan-di-indonesia, diakses pada 17 Oktober 2021.
Liputan6.com. (2017). Kendala Terbentuknya Kampung KB di Daerah, dalam
https://www.liputan6.com/health/read/2994295/kendala-terbentuknya-kampung-kb-
di-daerah, diakses pada 17 Oktober 2021.

52
UNDANG-UNDANG
Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Pengembangan Kampung Keluarga
Berencana di Provinsi Sumatera Utara.
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.

DOKUMEN
BKKBN. (2017). Pedoman Pengelolaan Kampung KB (Pedoman bagi Pengelola Kampung
KB di Lini Lapangan).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKKBN Perwakilan Sumatera
Utara 2019.
Laporan Akhir Kampung KB 2019.
Laporan Akhir Kampung KB 2018.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
HASIL EVALUASI META

53
UI Identifikasi Pemangku Kepentingan

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Dengan jelas mengidentifikasi klien evaluasi 

Mengikutsertakan figur kepemimpinan untuk mengidentifikasi para pemangku 


kepentingan lainnya. Mengkonsultasi para pemangku kepentingan untuk
mengidentifikasi kebutuhan informasi mereka.

Mengkonsultasi para pemangku kepentingan lain untuk mengidentifikasi kebutuhan 


informasi mereka.

Memakai para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi para pemangku 


kepentingan lainnya.

Bersama klien, merangking para pemangku kepentingan mengenai pentingnya secara 


relative

Mengatur untuk mengikutsertakan para pemangku kepentingan sepanjang proses 


evaluasi

Membuat evaluasi terbuka untuk melayani para pemangku kepentingan baru yang 
teridentifikasi.

Melayani kebutuhan informasi para pemangku kepentingan. 

Melayani kebutuhan informasi para pemangku kepentingan. 

Melayani jajaran tepat dari para pemangku kepentingan individual. 

Melayani suatu jajaran pemangku kepentingan organisasi. 

Jumlah Ya 9

9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

U2 Kredibilitas Evaluator

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Mengikutsertakan para evaluator yang kompeten. 

Mengikutsertakan para evaluator yang dipercayai oleh para pemangku kepentingan. 

Mengikutsertakan para evaluator yang dapat menangani minat para pemangku 


kepentingan.

Mengikutsertakan para evaluator yang secara tepat responsif terhadap jender, status 
sosioekonomi, ras, dan perbedaan bahasa dan budaya.

Memastikan bahwa rencana evaluasi merespons kepada perhatian para pemangku 


kepentingan kunci.

54
Membantu para pemangku kepentingan memahami rencana evaluasi. 

Memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan mengenai rencana 


evaluasi kualitas teknikal dan praktikalitas.

Menyelesaikan secara tepat pada kritik dan saran para pemangku kepentingan. 

Mengikuti perkembangan kekuatan politik dan sosial. 

Menginformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan perkembangan proses 


evaluasi.

Jumlah Ya 8

9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

U3 Cakupan dan Seleksi Informasi

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Memahami persyaratan evaluasi yang terpenting dari para klien. 

Mewawancarai para pemangku kepentingan untuk menentukan perbedaan perspektif 


mereka.

Memastikan bahwa evaluator dan klien menegoisasikan dengan audiens yang 


berhubungan, mengenai pertanyaan-pertanyaan, dan informasi yang dibutuhkan.
Menentukan prioritas kepada para pemangku kepentingan yang terpenting.

Memberikan prioritas kepada para pemangku kepentingan terpenting. 

Memberikan prioritas kepada pertanyaan-pertanyaan yang terpenting. 

Membolehkan fleksibilitas untuk menambahkan pertanyaan sepanjang evaluasi. 

Memperoleh informasi yang mencukupi untuk menjawab pertanyaan evaluasi paling 


penting dari para pemangku kepentingan.

Memperoleh informasi yang mencukupi untuk mengakses nilai(merit) dari program. 

Memperoleh informasi yang mencukupi untuk mengakses manfaat (worth) dari 


program.

Mengalokasikan upaya evaluasi dalam kaitan dengan prioritas untuk informasi yang 
diperlukan

Jumlah Ya 8

9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

55
U4 Identifikasi Nilai-Nilai

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Mempertimbangkan sumber-sumber alternatif nilai-nilai untuk menginterpretasikan 


temuan-temuan evaluasi.

Menyediakan dasar penilaian nilai yang jelas dan dapat dipertahankan. 

Menentukan pihak (pihak-pihak) untuk membuat interpretasi penilaian. 

Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sosial yang berhubungan. 

Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang berhubungan. 

Mereferensikan hukum-hukum yang berkaitan. 

Merujuk, jika cocok misi lembaga yang relevan. 

Merujuk tujuan program. 

Perhitungan nilai-nilai para pemangku kepentingan. 

Jika cocok, menyajikan interpretasi alternatif berdasarkan nilai-nilai dasar yang 


bertentangan akan tetapi dapat dipercaya.

Jumlah Ya 8

9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

U5 Kejelasan Laporan

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Dengan jelas melaporkan informasi yang esensial. 

Laporan-laporan isu ringkas, sederhana, dan langsung. 

Fokus laporan-laporan pada pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan yang dikontrak. 

Melukiskan program dan konteksnya. 

Memberikan dukungan kesimpulkan-kesimpulkan dan rekomendasi-rekomendasinya. 

Menghindari melaporkan jargon-jargon teknikal. 

Melaporkan dalam bahasa/bahasa-bahasa para pemangku kepentingan. 

Menyaji ringkasan eksekutif. 

56
Menyediakan suatu laporan teknikal. 

Menyajikan lampiran-lampiran penting. 

Jumlah Ya 9

9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

U6 Laporan Tepat Waktu dan Diseminasi

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Membuat laporan-laporan tepat waktu untuk para pemakai yang dituju. 

Menyampaikan laporan final jika diperlukan. 

Telah melakukan pertukaran tepat waktu dengan dewan kebijakan program. 

Telah melakukan pertukaran tepat waktu dengan staf program 

Telah melakukan pertukaran tepat waktu dengan para pelanggan program. 

Telah melakukan pertukaran tepat waktu dengan media umum. 

Telah melakukan pertukaran tepat waktu dengan berbagai jajaran audiens yang 
berhak untuk mengetahui.

Menggunakan media yang efektif untuk mencapai dan memberikan informasi 


berbagai audiens yang berbeda.

Menyajikan presentasi yang tepat dan ringkas. 

Memakai contoh-contoh untuk membantu para audiens dalam kaitannya dengan 


temuan-temuan denga situasi-situasi praktis.

Jumlah Ya 5

9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

U7 Pengaruh Evaluasi

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Mempertahankan kontak dengan audiens. 

Mengikutsertakan para pemangku kepentingan sepanjang evaluasi 

57
Mendorong dan mendukung para pemangku kepentingan untuk memakai temuan 
evaluasi.

Menunjukkan para pemangku kepentingan bagaimana mereka mungkin memakai 


temuan-temuan dalam pekerjaan mereka.

Meramalkan dan melayani para pemakai potensial dari temuan-temuan evaluasi. 

Menyediakan laporan-laporan sementara. 

Memastikan bahwa laporan-laporan terbuka, terus terang, dan konkret. 

Melengkapi laporan-laporan tertulis dengan komunikasi terus-menerus. 

Melakukan lokakarya balikan untuk menelaah dan menerapkan temuan. 

Membuat pengaturan untuk menyediakan bantuan tindak lanjut dalam membantu 


menginterpretasikan dan menerapkan temuan-temuan.

Jumlah Ya 5

9-10 = Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

PENSKORAN EVALUASI UNTUK STANDAR UTILITAS

Jumlah butir-butir berikut:

 Jumlah Nilai Terbaik angka (0-7) 2x4 = 8


 Jumlah Nilai Sangat Baik angka (0-7) 3x3 = 9
 Jumlah Nilai Baik nilai (0-7) 2x2 = 4
 Jumlah Nilai Sedang angka (0-7) .......... x 1 = ..................

Jumlah Skor = 21

Kekuatan Ketentuan Evaluasi untuk Standar Utilitas :

26 (93%)-28 Terbaik; 19 (68%)-25 Sangat Baik; 14 (50%)-18 Baik; 7 (25%)-13;0 (0%)-


6 Buruk

 UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN STANDAR FEASIBILITAS, EVALUASI


HARUS:

F1 Prosedur Praktikal

Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Pembuatan metode dan instrumen terhadap persyaratan-persyaratan informasi. 

Meminimalkan gangguan. 

Meminimalkan beban data. 

58
Menangkat staf yang kompeten. 

Melatih staff 

Memilih prosedur staf mempunyai kualifikasi untuk melaksanakannya. 

Memilih prosedur mengingat adanya hambatan. 

Membuat suatu skedul realistik. 

Mengikutsertakan orang-orang lokal untuk membantu melakukan evaluasi. 

Jika diperlukan, membuat prosedur evaluasi sebagai suatu bagian dari kejadian- 
kejadian rutin.

Jumlah Ya 5

F2 Viabilitas Politikal
Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Mengantisipasi posisi berbeda dari kelompok interes yang berbeda. 

Menghindari atau menetralkan upaya bias atau penerapan yang salah temuan-temuan 
evaluasi.
Mengambangkan kerja sama. 

Mengikutsertakan para pemangku kepentingan sepanjang evaluasi. 

Sepakat mengenai otoritas editorial dan diseminasi. 

Menerbitkan laporan sementara. 

Melaporkan pandangan yang berbeda 

Melaporkan kepada audiens yang berhak mengetahui. 

Mempekerjakan suatu perusahaan kontrak publik. 

Menghentikan setiap evaluasi terkorupsi. 

Jumlah Ya 4

F3 Efektivitas Biaya
Aktivitas Evaluasi Memenuhi Standar

Ya Tidak

Efisien. 

Memakai semua jenis layanan. 

59
Memproduksi informasi yang mempunyai nilai investasi. 

Menginformasikan keputusan-keputusan. 

Mengembangkan perbaikan program. 

Menyediakan informasi pertanggungjawaban. 

Menimbulkan pandangan-pandangan baru. 

Membantu menyebarkan praktik-praktik yang efektif 

Menimalkan gangguan 

Menimalkan tuntutan waktu pada personalia program. 

Jumlah Ya 7

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

PENSKORAN EVALUASI UNTUK STANDAR FEASIBILITAS


Tambahkan butir-butir berikut:

 Jumlah Nilai Terbaik angka (0-3) …x4=…


 Jumlah Nilai Sangat baik angka (0-3) 1x3=3
 Jumlah Nilai Baik angka (0-3) 1x2=2
 Jumlah Nilai Sedang angka (0-3) 1x1=1
Jumlah Skor = 6 (Interprestasikan di bawah)
Kekuatan Evaluasi untuk Ketentuan Standar Feasibiltas.
11 (93%) -12 Terbaik-10; 8 (68%)-10 Sangat Baik; 8 (50%) Baik-7;3 (25%)-5; 0(0%)-2
Buruk

 UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN STANDAR PROPRIETAS EVALUASI HARUS:

P1 Orientasi Layanan
Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar
Ya Tidak
Mengakses kebutuhan para pelanggan. 
Menilai keluaran program terhadap kebutuhan kebutuhan pelanggan. 
Membantu memastikan bahwa berbagai kelompok penerima keuntukngan program 
dilayani
Mengembangkan layanan terbaik. 
Membuat orientasi layanan jelas kepada pemangku kepentingan. 
Mengindentifikasi kekuatan program untuk dibangun. 
Mengindentifikasi kelemahan program untuk dikresi. 
Memberikan balikan sementara untuk perbaikan program. 
Mengekspos praktk yang merusak. 
Menginformasikan pada semua audiens yang berhak tahu menganai keluaran positif 

60
dan negatif
Jumlah Ya 6

P2 Kesepakatan Formal
Mencapai kemajuan kesepakatan tertulis mengenai:

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak
Tujuan dan pertanyaan evaluasi. 
Audiens. 
Laporan-laporan evaluasi. 
9-10=Terbaik
Pengeditan. 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk 
Perilisian laporan. 
Prosedur dan skedul evaluasi. 
Kerahasiaan/anomitas data. 
9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk
Staf evaluasi. 
Metaevaluasi. 
Sumber-sumber evaluasi. 
Jumlah Ya 8
Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar
Ya Tidak
P3 Hak dari Subjek Manusia
Menjeleskan bahwa evaluasi akan menghormati dan melindungi hak-hak subyek 
manusia.
Menjelaskan tujuan pemakai evaluasi. 
Membuat para pemangku kepentingan terinformasi. 
Mengikuti due process 
Mematuhi hak-hak warga negara. 
Memahami nilai-nilai partisipan. 
Menghormati keberagaman. 
Mengikuti protokol. 
Menghargai kesepakatan konfidentialitas/anonimitas 
Tidak menimbulkan kerusakan 
Jumlah Ya 8

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak
P4 Interaksi Manusia
Secara konsisten menghubungkan kepada para pemangku kepentingan dengan cara 
professional.
Mempertahankan komunikasi secara efektif dengan para pemangku kepentingan. 
Mengikuti protokol institusi 
Menimalkan gangguan. 
Menghargai hak-hak privasi para partisipan. 
Menghargai komitmen-komitmen waktu. 
Sadar dan menangani konsern para partisipan terhadap evaluasi. 
Sensitif terhadap nilai-nilai para partisipan yang beragam dan perbedaan budaya. 
Memberikan hak yang sama dalam menanggapi para pemangku kepentingan yang 
berbeda.
Tidak mengabaikan atau mebantu untuk menutupi setiap ketidakkompetenan, perilaku 

61
tidak etik, penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan setiap partisipan.
Jumlah Ya 10

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak
P5 Asesmen Lengkap dan Adil
Menilai dan melaporkan kekuatan program . 
Menilai dan melaporkan kelemahan program. 
Melaporkan keluaran yang diharapkan. 
Melaporkan keluaran yang tidak diharapkan 
Membuat penilaian proses evaluasi. 
Jika cocok menunjukan kekuatan program dapat dipakai untuk mengatasi kelemahan 
kelemahannya.
Menelaah draf laporan. 
Secara tepat menanggapi kritik draf laporan 
Mengakui keterbatasan laporan final. 
Tidak mengabaikan atau mebantu untuk menutupi setiap ketidakkompetenan, perilaku 
tidak etik, penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan setiap partisipan.
Jumlah Ya 9

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk


P7 Konflik Interest

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak
F6 Menyikapi Temuan-temuan
Mendefiniskan hak untuk mengetahui audiens. 
Mengembangkan suatu dasar kontraktual untuk mematuhi persyaratan-persyaratan hak 
untuk mengetahui.
Menginformasikan para audiens tujuan evaluasi dan proyeksi laporan. 
Melaporkan semua laporan secara tertulis. 
Melaporkan semua sudut pandang yang relevan baik yang mendukung maupun 
mengkritik program.
Melaporkan keseimbangan kesimpulan dan rekomendasi terinformasi. 
Menunjukkan dasar kesimpulan dan rekomendasi. 
Mengemukakkan keterbatasan-keterbatasan evaluasi. 
Dalam melaporkan, mematuhi ketat aturan arah, keterbukaan, dan kelengkapan. 
Memastikan bahwa laporan-laporan sampai ke audiens. 
Jumlah Ya 7

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak

62
Mengindentifikasi potensi konflik interes pada awal evaluasi. 
Menyediakan pengaman tertulis kontraktual terhadap konflik interes yang 
teridentifikasi.
Mengikutsertakan berbagai evaluator. 
Mempertahankan rekaman-rekaman evaluator untuk telaah independen. 
Jika tepat, ikut sertakan pihak-pihak independen untuk menilai evaluasi untuk 
kerentanan atau korupsi oleh konflik interes.
Jika tepat, rilis prosedur,data dan laporkan-laporan evaluasi untuk ditelaah publik. 
Lebih mengontrak dengan otoritas penyandang dana daripada program yang didanai. 
Perintahkan evaluator internal melapor secara langsung kepada chief pejabat eksekutif. 
Melaporkan secara adil kepada semua audiens yang mempunyai hak untuk mengetahui. 
Mengikutsertakan orang-orang berkualitas unik untuk berpartisipasi dalam evaluasi, 
bahkan jika mereka mempunyai potensi konflik interes, akan tetapi ambil langkah
untuk menghadapi konflik interes.
JumlahYa 5

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak
P8 Tanggung Jawab Keuangan
Menentukan anggaran butir-butir pengeluaran sebelumnya 
Membuat anggaran cukup fleksibel untuk memungkinkan hubungan yang tepat untuk 
memperkuat evaluasi.
Memperoleh persetujuan yang tepat yangdiperlukan untuk perubahan anggaran. 
Memberikan tanggung jawab untuk mengelola keuangan evaluasi. 
Mempertahankan catatan-catatan personaliayang akurat mengenai sumber-sumber 
pendanaan pengeluaran.
Mempertahankan catatan-catatan personalia yang cukup mengenai alokasi pekerjaan 
dan waktu yang digunakan dalam pekerjaan.
Menggunakan perbandigan dalam pembelian bahan-bahan evaluasi. 
Menggunakan perbandingan dalam kontrak.. 
Tender hemat dalam mempergunakan sumber-sumber evaluasi. 
Jikadianggap tepat, membuat ringkasan pengeluaran sebagai bagian laporan evaluasi 
kepada publik.
JumlahYa 3

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk


PENSKORAN EVALUASI UNTUK STANDAR PROPRIETAS

Tambahkan butir-butir berikut:

 Jumlah Nilai Terbaik angka (0-3) 2x4=8


 Jumlah Nilai Sangat baik angka (0-3) 3x3=9
 Jumlah Nilai Baik angka (0-3) 2x2=4
 Jumlah Nilai Sedang angka (0-3) 1x1=1
Jumlah Skor = 22
(Interprestasikan di bawah)
Kekuatan Evaluasi untuk Ketentuan Standar Feasibiltas.
63
30 (93%) -32 Terbaik; 22 (68%)-29 Sangat Baik; 16 (50%) -21 Baik;8 (25%)-5; 0(0%)-15
Sedang ;0(0%) -7 Buruk

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN STANDAR AKURASI, EVALUASI


PROGRAM HARUS:
Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar
Ya Tidak
A1 Dokumentasi Program
Mengumpulkan deskripsi program yang dievaluasi dari berbagai sumber-sumber 
tertulis.
Mengumpulkan deskripsi program yang divaluasi dariklien dan berbagai para 
pemangku kepentingan.
Melukiskan bagaimana program yang dievaluasi berfungsi. 
Memperahankan catata-catatan dari berbagai sumber mengenai bagaimana program 
beroperasi.
Jika mungkin, ikutsertakan observer idependen untuk melukiskan bagaimana 
sesungguhnya program beroperasi.
Melukiskan bagaimana program-program sesungguhnya berfungsi. 
Menganalisis ketimpangan antara berbagai deskripsi mengenai program diharapkan 
berfungsi.
Menganalisis ketimpangan antara bagaimana program diharapkan beroperasi dan 
bagaimana sesungguhnya beroperasi.
Menanyai klien dan berbagai para pemangku kepentingan untuk menilai akurasi 
deskripsi yang dilukiskan baik program yang diharapkan dan yang sesungguhnya.
Menghasilkan suatu laporan teknikal yang mengdokumentasikan operasi dari program 
JumlahYa 9

9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

A2 Analisis Konteks

Memenuh Standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memakai berbagai sumber informasi untuk melukiskan konteks program, 
Melukiskan uraian-uraian konteks teknikal, social, politik, organisasi, dan ekonomi, 
Mempertahankan suatu catatan mengenai keadaan-keadaan luar biasa, 
Mencatat contoh-contoh dimana individu-individu atau kelompok secara sadar turut 
campur dalam program,
Mencatat contoh-contoh dimana individu-individu atau kelompok-kelompok memberikan 
bantuan khusus kepada program,
Menganalisis bagaimana konteks program sama atau berbeda dari konteks di mana 
program mungkin diadopsi,
Melaporkan pengaruh kontekstual yang beroperasi secara signifikan mempengaruhi 
program dan mungkin menarik bagi pengadopsi potensial,
Perkirakan pengaruh konteks terhadap keluaran program, 
Mengidentifikasi dan melukiskan setiap komptetitor kritikan terhadap program yang 
berfungsi pada waktu yang bersamaan dalam lingkungan program,
Melukiskan bagaimana orang dalam wilayah umum program mempersepsikan eksistensi, 
pentingnya dan kualitas program,
Jumlah Ya 7

64
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A3 Melukiskan Tujuan dan Prosedur

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Pada permulaan evaluasi, merekam tujuan klien untuk evaluasi, 
Memonitor dan melukiskan tujuan pemakaian temuan-temuan hasil evaluasi dari para 
pemangku kepentingan ,
Memonitor dan melukiskan bagaimana tujuan evaluasi tetap sama atau berubah 
antarwaktu,
Menidentifikasi dan menilai butir-butir kesepakatan dan ketidaksepakatan di antara para 
pemangku kepentingan mengenai tujuan-tujuan evaluasi,
Jika diperlukan, perbarui prosedur-prosedur evaluasi untuk mengakomodasi perubahan- 
perubahan dalam tujuan-tujuan evaluasi
Mencatat prosedur evaluasi yang sesungguhnya seperti yang dilaksanakan 
Ketika menginterpretasikan temuan-temuan, mempertimbangkan maksud pemakaian 
evaluasi pra pemangku kepentingan yang berbeda
Ketika menginterpretasikan temuan-temuan, mempertimbangkan sampai seberapa jauh 
prosedur yang ditentukan dilaksanakan secara efektif
Melukiskan tujuan dan prosedur evaluasi dalam ringkasan dan laporan evaluasi lengkap 
Jika mungkin, ikutsertakan evaluator independen untuk memonitor dan mengevaluasi 
tujuan dan prosedur evaluasi
Jumlah Ya 7
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A4 Sumber-sumber informasi yang dapat dipertahankan

Pemenuhan standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memperoleh sumber informasi dari berbagai sumber 
Memakai informasi yang berkaitan yang sebelumnya dikumpulkan dan divalidasi 
Jika tepat mempergunakan beragam metode penjaringan data 
Mendokumentasikan dan melaporkan sumber-sumber informasi 
Mendokumentasikan, menilai, dan melaporkan kriteria dan metode-metode yang 
dipakai untuk memilih sumber-sumber informasi
Untuk setiap sumber mendefinisikan populasi 
Untuk setiap populasi, jika tepat, mendefinisikan stiap sampel yang dipergunakan 
Mendokumentasikan, menjustifikasi, dan melaporkan rata-rata yang dipai untuk 
memperoleh informasi dari setiap sumber
Menyertakan instrumen-instrumen penjaringand ata dalam suatau lampiran teknis dalam 
laporan evaluasi
Mendokumentasi dan melporkan setiap keadaan bias dalam informasi yang diperoleh 
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

65
A5 Informasi yang Valid

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memfokuskan evaluasi pada pertanyaan-pertanyaan kunci 
Jika cocok gunakan berbagai alat ukur untuk menangani setiap pertanyaan 
Menyediakan deskripsi rinci dari konstruk dan perilaku-perilaku mengenai apa informasi 
akan diperoleh
Menilai dan melaporkan jenis informasi apa yang diperoleh untuk setiap prosedur 
Melatih dan mengkalibarasi kolektor-kolektor data 
Mendokumentasikan dan melaporkan kondisi dan proses penjaringan data 
Mendokumentasikan bagaimana informasi dari setiap prosedur diskor, dianalisis, dan 
diinterpretasikan
Melaporkan dan menjustifikasi penarikan kesimpulan secara single dan kombinasi 
Menilai dan melaporkan komperhensifan informasi yang disediakan oleh prosedur- 
prosedur sebagai suatu set dalam hubungannya dengan informasi yang diperlukan untuk
menjawab suatu set pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Mengembangkan kategori-kategori informasi yang bermakna dengan mengidentifikasi 
tema-tema umum dan berulang-ulang dalam informasi yang dikumpulkan dengan
mempergunakan prosedur asesmen kualitatif
Jumlah Ya 4
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A6 Informasi yang Dapat Dipercaya

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Mengidentifikasi dan menjustifikasi jenis-jenis dan luas klaim reliabilitas 
Untuk setiap alat penjaringan data yang dipergunakan, spesifikasi analisis unitnya 
Jika memungkinkan, pilihlah alat pengukuran di masa yang lalu telah menunjukkan level 
penerimaan reliabilitas untuk pemakaian yang dituju
Dalam melaporkan reliabilitas instrumen, nilai dan melaporkan faktor-faktor yang 
mempengaruhi reliabilitas, termasuk karakteristik dari orang yang diteliti, kondisi-
kondisi penjaringan data, dan bias evaluator
Mengecek dan melaporkan konsistensi penskoran, kategorisasi, dan pengodean 
Melatih dan mengkalibrasi orang yang melakukan persekoran dan menganalisis untuk 
memproduksi hasil konsisten
Mempilot tes instrument-instrumen baru agar dapat mengidentifikasi dan mengontrol 
sumber-sumber kesalahan
Jika cocok, mengikutsertakan dan mengecek konsistensi antara para observer multiple 
Mengaku problem-problem reliabilitas dalam laporan final 
Memperkirakan dan melaporkan pengaruh tidak reliabilitas dalam data penilaian 
keseluruhan program
Jumlah Ya 2
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A7 Informasi Sistematik

Aktivitas Evaluasi Memenuhi standar

66
Ya Tidak
Mengembangkan protokol-protokol untuk pengontrolan kualitas informasi evaluasi 
Melatih staf evaluasi agar mengikuti protokol data 
Secara sistematik mengecek akurasi penskoran dan pengodean 
Jika mungkin, memakai evaluator multipel dan mengecek konsistensi kerja mereka 
Memferifikasi entri data 
Mengoreksi cetakan dan memferifikasi tabel-tabel data yang diciptakan oleh keluaran 
computer atau alat-alat lainnya
Mensistemastisasi dan mengontrol penyimpanan informasi evaluasi 
Mendefinisikan siapa yang mempunyai akses kepada informasi evaluasi 
Secara ketat mengontrol akses kepada informasi evaluasi menurut protocol yang 
ditetapkan
Meminta penyedia data untuk memferifikasi data yang mereka sampaikan 
Jumlah Ya 3
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A8 Analisis Informasi Kuantitatif

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memulai dengan melakukan analisis eksploratori awal untuk memastikan kebenaran data 
dan untuk memperoleh pemahaman data lebih besar
Memilih prosedur yang cocok dengan pertanyaan-pertanyaan evaluasi dan sifat dari data 
Untuk setiap prosedur menspesifikasi bagaimana asumsi-asumsi kunci dipenuhi 
Melaporkan keterbatasan-keterbatasan untuk setiap prosedur analitis termasuk kegagalan 
memenuhi asumsi-asumsi
Menggunakan prosedur-prosedur analitis multipel untuk mengecek konsistensi dan 
replikabilitas temuan-temuan
Meneliti variabilitas dan tendensi sentral 
Mengidentifikasi dan meneliti orang luar dan memferifikasi kebenaran mereka 
Mengidentifikasi dan menganalisis interaksi statistical 
Menilai signifikasi statistikal dan signifikasi praktis 
Mempergunakan panjang visual untuk menjelaskan presentasi dan interpretasi hasil-hasil 
statistikal
Jumlah Ya 4

A9 Analisis Informasi Kualitatif

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan kunci 
Mendefinisikan batas-batas informasi yang akan dipergunakan 
Memperoleh informasi yang penting bagi pertanyaan-pertanyaan evaluasi yang penting 
Memverifikasi keakuratan temuan-temuan dengan memperoleh bukti-bukti konfirmatori 
dari beragam sumber termasuk para pemangku kepentingan
Memilih prosedur-prosedur analitik dan metode-metode sumarisasi yang tepat terhadap 

67
pertanyaan-pertanyaan evaluasi dan menggunakan informasi kualitatif
Mengambil suatu set kategori yang mencukupi untuk mendokumentasikan, 
mengiluminasi, dan merespon terhadap pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Mengetes kategori-kategori untuk mengukur reliabilitas dan validitasnya 
Mengklasifikasi informasi yang diperoleh menjadi kategori-kategori analisis yang 
tervalidasi
Menarik kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi dan menunjukkan 
keberartiannya
Melaporkan keterbatasan-keterbatasan dari informasi rujukan, analisis, dan inferensi 
Jumlah Ya 10
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A10 Kesimpulan Dapat Dipertahankan (Justified)

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Memfokuskan secara langsung kesimpulan-kesimpulan kepada pertanyaan-pertanyaan 
evaluasi
Secara akurat merefleksikan prosedur-prosedur dan temuan-temuan evaluasi 
Membatasi kesimpulan kesimpulan kepada periode waktu yang terkait, konteks, tujuan, 
dan aktivitas-aktivitas
Mengutip informasi yang mendukung setiap kesimpulan 
Mengidentifikasi dan melaporkan efek-efek sampingan program 
Melaporkan penjelasan-penjelasan alternatif yang masuk akal dari temuan-temuan 
Menjelaskan mengapa penjelasan-penjelasan ditolak 
Memperingatkan terhadap membuat misinterpretasi umum 
Memperoleh dan menjawab hasil-hasil telaah prerelis dari draf laporan evaluasi 
Melaporkan keterbatasan-keterbatasan evaluasi 
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A11 Pelaporan Imparsial

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Mengikutsertakan klien untuk menentukan langkah-langkah untuk memastikan laporan 
yang adil dan imparsial
Mengembangkan otoritas editorial yang tepat 
Menetapkan hak-hak untuk mengetahui audiens-audiens 
Mengembangkan dan mengikuti rencana-rencana yang tepat untuk merelis temuan- 
temuan kepada semua audiens-audiens yang mempunyai hak untuk mengetahui
Mengamankan laporan-laporan dari distorsi sengaja dan kurang hati-hati 
Melaporkan semua kelompok para pemangku kepentingan perspektif 
Melaporkan alternatif-alternatif kesimpulan yang penting 
Memperoleh laporan-laporan audit dari luar 
Melaporkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengontrol bias 
Berpartisipasi dalam presentasi public dari temuan-temuan untuk membantu 

68
mengamankan terhadap distorsi yang benar oleh pihak-pihak yang tertarik lainnya
Jumlah Ya 5
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

A12 Evaluasi meta

Memenuhi standar
Aktivitas Evaluasi
Ya Tidak
Menentukan atau mendefinisikan standar-standar untuk dipakai menilai evaluasi 
Menugaskan seseorang tanggungjawab untuk mendokumentasi dan menilai proses dan 
produk evaluasi
Melakukan evaluasimeta formatif dan sumatif 
Menganggarkan secara tepat dan mencukupi untuk melakukan evaluasimeta 
Rekam informasi sepenuhnya yang diperlukan untuk menilai evaluasi terhadap ketentuan 
standar-standar
Jika feasibel mengontrak evaluasi meta independen 
Menentukan dan merekam audiens-audiens mana yang akan menerima hasil 
evaluasimeta
Mengevaluasi instrumentasi, penjaringan data, penanganan data, pengodean, dan 
menganalisis terhadap standar yang relevan
Mengevaluasi keikutsertaan evaluasi dan komunikasi temuan-temuan kepada para 
pemangku kepentingan terhadap standar-standar
Mempertahankan suatu rekam semua langkah-langka, informasi, dan analisis 
evaluasimeta
Jumlah Ya 7
9-10 = Terbaik 7-8= Sangat Baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2= Buruk

PENSKORAN EVALUASI UNTUK STANDAR AKURASI

Jumlahkan berikut :

Jumlah penilaian terbaik angka (0-12) 2 x 4 = 8

Jumlah penilaian Sangat Baik (0-12) 3 x 3 =9

Jumlah penilaian Baik (0-12) 2x2 =4

Jumlah penilaian Sedang (0-12) 3x1 =3

= 24 (interpretasikan dibawah)

45 (90%) -48 Terbaik; 33 (68%) -44 Sangat Baik; 24 (50%) -32 Baik; 12 (25%) -13 Sedang;
0 (0%) –11 Buruk

69
Berdasarkan hasil evaluasi meta di atas yang mana dinilai dengan menggunakan
standar evaluasi oleh Daniel L. Stufflebeam (1989) maka dapat diketahui nilai kekuatan
evaluasi primer yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Standar Utilitas = Sangat Baik


2. Standar Feasibilitas = Baik
3. Standar Proprietas = Terbaik
4. Standar Akurasi = Sangat Baik

Dengan begitu diketahui bahwa evaluasi primer yang dilakukan telah memenuhi
standar evaluasi dan memiliki nilai evaluasi yang tinggi sehingga hasilnya dapat
dipergunakan untuk mengambil suatu keputusan terkait program yang telah dievaluasi.

LAMPIRAN 2

TRANSKRIP WAWANCARA
Tanggal/Waktu Wawancara : 01 November 2021/ 09.00 WIB

Tempat : Kelurahan Padang Bulan

Identitas Informan

Nama : Pak Sahaluddin Purba

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 55 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Kepala Lingkungan 1 dan Ketua Pokja Kampung KB Kelurahan


Padang Bulan

Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

70
1. Apa saja kegiatan dari program kampung KB yang biasanya dilaksanakan di Kelurahan
ini?
Kalau di lingkungan 1 ini banyak bidangnya seperti keagamaan, sosial budaya,
pendidikan, ekonomi, kebinaan lingkungan dan lain-lain, jadi menyangkut pertanyaan
kamu, ya tidak semua kegiatan di bidang ini bisa kami lakukan kan tapi kegiatan yang
sering kami lakukan itu di bidang keagamaan, ibadah memang programnya ini belum ada
tapi kami sudah merencanakan kegiatan seperti mengaji, ibadah ke gereja gitu. Kita juga
ada rencana membuat kompos sesuai dengan program kampung KB, itu nanti yang mau
kita tonjolkan berhubungan erat juga dengan PKK. Mengingat perkotaan ini kan payah ya
jadi itulah yang paling gampang untuk ditonjolkan.

2. Lalu apakah kegiatan tersebut berjalan dengan konsisten Pak?


Untuk saat ini belum berjalan dengan konsisten betullah, karena masyarakat perkotaan ini
kan payah ya, egoisnya tinggi, apalagi seperti urusan dalam gotong royong. Mereka juga
akan mempertimbangkan kalau dikaitkan dalam hal ekonomi ada ga keuntungannya. Jadi
masih seperti itulah pola pikir masyarakat. Jadi kami kan selalu melakukan rapat juga
untuk berdiskusi mengenai evaluasi kami, ya itulah paling nomor satu saya utamakan
dalam program kampung KB terkait bagaimana kita memotivasi masyarakat supaya
perduli, karena itu yang paling payah untuk dilaksanakan. Karena kan ini sifatnya sosial,
seperti relawan ya harus rela berkorban tanpa mengaharapkan imbalan.

3. Lalu Pak, kami juga sempat membaca terkait kegiatan bina keluarga, apakah kkegiatan itu
memang ada?
Ya memang ada, bina keluarga itu ada tiga: bina keluarga balita, dan bina keluarga lansia
juga gitu. Itu kerjasama sama puskesmas dan BKKBN. Kegiatan tersebut juga dilakukan
konsisten seperti bina keluarga balita di posyandu, bina keluarga remaja dan lansia juga
begitu. Tapi, BKKBN ada juga nanti sekali-sekali melakukan pertemuan khusus terutama
bina remaja ya, yang difokuskan bina remaja. Karena remaja kan tidak punya pos khusus
dan diharapkan juga bisa membantu dalam bina balita dan lansia.

4. Menurut Bapak apakah manfaat program ini sudah dirasakan oleh masyarakat?
Manfaatnya sudah tapi persentasenya masih kecil.
5. Menurut Bapak apa saja kendala dalam melaksanakan program KB ini selain sikap
masyarakat yang tergolong egosentris?

71
Kalau menurut saya pengurusnya juga, pengurusnya kan juga termasuk masyarakat. Jadi
ya tingkat partisipasi siapapun itu masih kurang.

6. Seberapa efektif menurut Bapak program KB dalam mengatasi permasalahan


kependudukan di kelurahan ini?
Sebenarnya kalau difokuskan sangat efektif dan tinggi persentasenya kalau sesuai dengan
program yang ada dan dilaksanakan dengan maksimal. Ini kan semua sektor terlibat jadi
ya kadang-kadang bisa saja terjadi miskomunikasi. Kadang kami juga kesulitan
bekerjasama dengan pihak swasta.

7. Apakah masyarakat mengetahui program ini dengan baik? Menurut Bapak apakah banyak
masyarakat yang tahu akan program kampung KB di kelurahan ini?
Kalau masyarakat ya banyak yang tahu. Tapi ya inikan di Kelurahan Padang Bulan
masyarakat aslinya lebih kurang 50% cuman penduduk aslinya dan selebihnya
masyarakat yang tinggal disini seperti ngekos jadi punya KK disini tapi gaberdomisili
disini. Jadi terkait dengan jumlah 50% tadi udah hampir semua tau.

8. Apakah informasi mengenai kampung KB telah disebarkan secara merata?


Ya kalau itu udah pasti.

9. Apakah seluruh kegiatan program KB sudah dilaksanakan sesuai dengan SOP?


Kalau semacam khusus SOP itu tidak ada tapi kita punya program kerja jadi ya itu
SOPnya. Kalau SOP terkait cara kerja tidak ada.

10. Bagaimana respon masyarakat akan program kampung KB ini?


Kalau respon ya baik tapi ya tingkat kepedulian masih kurang.

11. Tujuan dari program kampung KB ini kan intinya mensejahterahkan masyarakat, menurut
Bapak apakah telah berhasil mencapai tujuan ini?
Kalau tingkat keberhasilan ya tergantung indikator penilaiannya karena indikator yang
ditetapkan sebenernya tidak ada. Tapi pengaruhnya ada, pengaruhnya minimal
masyarakat mengerti dan tau program kampung KB.
12. Siapa saja yang terlibat dalam program kampung KB ini?
Semua sektor itu terlibat.

72
13. Apakah program kampung KB di kelurahan ini telah dilakukan evaluasi oleh pemerintah
atau pihak lainnya?
Kalau hasil dari laporan evaluasinya tidak ada, tapi ya bentuk evaluasinya itu seperti
dibandingkan dengan daerah atau kelurahan yang lain, yang mana yang paling baik.

14. Apakah program kampung KB ini ada wujud konkritnya, seperti rumah data gitu Pak?
Ya rumah data itu sebenarnya tadinya dibuat di rumah masyarakat, tapi karena tidak ada
dana untuk menyewa tempat sebagai rumah data jadi sekarang dibuat di dalam laptop aja
data-datanya.

LAMPIRAN 3

SURAT-SURAT DAN DOKUMEN

73
74
LAMPIRAN 4
FOTO-FOTO

Wawancara dengan Pak Sahaluddin Purba selaku Kepala


Lingkungan I dan Ketua Pokja Program Kampung KB
Kelurahan Padang Bulan

75
76
Kantor Kelurahan Padang Bulan Tampak dari Luar

Kantor Badan Penyuluhan Kampung KB di Kecamatan Medan Baru Tampak dari Luar

77

Anda mungkin juga menyukai