Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLIKASI UTANG LUAR NEGERI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN


EKONOMI INDONESIA (STUDI TEORI CROWDING OUT)

Nama : Tania Tri Wahyuni Taha


Nim : 210906502026
Kelas : C Ekonomi Pembangunan 2021

UNIVERITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2023/2024
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN........................................................................................................ 3
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................8
C. TUJUAN PENELITIAN......................................................................................8
D. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................8
BAB II......................................................................................................................... 9
TINJAUAN TEORI......................................................................................................9
A. Hubungan Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia...9
B. Hubungan Inflasi dengan Cadangan Devisa terhadap Utang Luar Negeri......11
C. Hubungan Defisit Anggaran Terhadap Utang Luar Negeri..............................13
D. Studi dan Penelitian Empiris Terdahulu..........................................................15
E. Kerangka Pemikiran........................................................................................16
BAB III...................................................................................................................... 18
METODE PENELITIAN............................................................................................ 18
A. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................18
C. Jenis dan Sumber Data...................................................................................18
D. Model Analisis...................................................................................................18
E. Hasil dan Pembahasaan.................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia banyak diklasifikasikan sebagai negara yang sedang berkembang.

Berdasarkan karakteristik sebenarnya Indonesia merupakan negara yang sedang maju bukan

sedang berkembang. Kriteria ini didasarkan pada beberapa literatur diantaranya: Tahun 2020

tinggal menghitung hari. Tentunya, di sepanjang 2019, ada banyak permasalahan yang

ditemui dalam perekonomian Indonesia. Masalah-masalah ini yang menyebabkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia tak mencapai target pemerintah dalam APBN yang sebesar

5,3%.

Kementerian Keuangan meramal, ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,05%.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, proyeksi tersebut sejalan dengan

ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang kian menurun. Ekonomi dunia tahun ini

diramal hanya akan tumbuh 3%, level terendah sejak krisis finansial global pada 2008 silam

dan jauh di bawah proyeksi awalnya yang sebesar 3,7%.

1. Tren konsumsi rumah tangga menurun

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan konsumsi rumah

tangga pada kuartal III-2019 ini tercatat sebesar 5,01% (yoy). Padahal pada kuartal

sebelumnya, pertumbuhan konsumsi mencapai 5,17% (yoy).

Padahal, konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang besar pada pertumbuhan ekonomi

Indonesia, yaitu sebesar 56,5%.

Beberapa komponen dalam konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan dari kuartal

sebelumnya adalah komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 1,07%

dari kuartal sebelumnya menjadi 4,55%.

Selain itu ada juga pencatatan penurunan lain untuk komponen transportasi dan komunikasi
sebesar 0,34% dari kuartal sebelumnya sehingga menjadi 4,35%.
2. Andil ekspor bersih terhadap pertumbuhan menurun

Founder lembaga riset dan kebijakan ekonomi Sigma Phi Indonesia, Arif Budimanta menilai,
meskipun ekonomi masih tumbuh positif, tetapi realisasi data pertumbuhan terbaru ini
menjadi peringatan bahwa perekonomian nasional tengah menghadapi problem struktural
sehingga belum mampu tumbuh cepat seperti yang diinginkan Presiden Jokowi yakni di atas
7%.

"Selain itu, ekonomi nasional diperburuk dengan kondisi ekonomi global yang melambat dan
risiko ketidakpastian yang meningkat," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id,
Selasa (5/11)

Arif mengatakan, komponen ekspor bersih maupun investasi yang diharapkan tumbuh tinggi
dan mengubah struktur PDB justru mengalami perlambatan yang cukup signifikan sehingga
belum berhasil mentransformasi struktur PDB Indonesia yang hingga saat ini masih sangat
didominasi oleh sektor konsumsi.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 lalu, andil investasi dan ekspor
bersih terhadap pertumbuhan telah menurun. Pada tahun lalu pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) memiliki andil 2,24% terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada tahun ini
hanya sebesar 1,38%.

Meskipun andil ekspor bersih membaik yakni dari -1,1% pada triwulan III 2018 menjadi
positif 1,81% pada triwulan III 2019, tetapi lebih disebabkan karena impor yang terkontraksi
8,61% (yoy) sedangkan ekspor hanya tumbuh 0,02%.

3. Daya saing Indonesia menurun

Peringkat daya saing Indonesia secara global mengalami kemunduran pada tahun ini.

World Economic Forum (WEF) dalam laporan tahunan terbarunya Indeks Daya Saing Global
atau Global Competitiveness Index (GCI) Report 2019 menurunkan posisi Indonesia
sebanyak lima peringkat dari posisi ke-45 menjadi ke-50.

Terdapat 12 indikator atau pilar yang menjadi penilaian WEF. Masing-masing diberi skor
dalam skala 0-100, semakin besar skornya maka semakin ideal pula daya saing pada indikator
tersebut.

Dari 12 pilar, Indonesia mengalami penurunan skor pada lima pilar. Pertama, pilar aposi TIK
(ICT Adoption) yang hanya mendapat skor 55,4.

Kedua, pilar kesehatan (health) juga mengalami penurunan dengan skor 70,8. Ekspektasi
hidup sehat pada manusia di Indonesia terhitung hanya 62,7 tahun.
Ketiga, pilar kemampuan SDM (skills) juga menurun dengan skor 64. Penurunan terlihat
pada indikator kemampuan (skillset) para lulusan, kemampuan digital pada populasi
produktif, dan kemudahan mendapatkan tenaga kerja terampil.

Keempat, penurunan juga terjadi pada pilar pasar tenaga kerja dengan skor 57,7. Indikator
perbandingan bayaran dan produktivitas, tarif pajak tenaga kerja, fleksibilitas penentuan
upah, dan kebijakan pasar tenaga kerja yang berlaku saat ini menjadi beberapa penyebabnya.

Kelima, daya saing Indonesia juga menurun pada pilar produk di pasar (Product Market).
Indikator yang menyebabkan penurunan adalah efek distorsi kebijakan pajak dan subsidi
pada saing, dominasi pasar, dan non-tariff barriers, serta kompleksitas tarif pada produk-
produk Indonesia.

Indonesia meraih skor cukup tinggi pada pilar stabilitas makroekonomi (macroeconomic
stability) dengan nilai 90 dan ukuran pangsa pasar (market size) dengan nilai 82,4.

4. Dana desa bermasalah

Kementerian Keuangan (Kemkeu) akan menghentikan sementara penyaluran dana desa tahap
ketiga.

Pembekuan ini dilakukan sembari menunggu proses verifikasi yang dilakukan Kementerian
Dalam Negeri (Kemdagri) terkait desa yang bermasalah, termasuk dugaan adanya desa fiktif.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perimbangan Keuangan Kemkeu Astera Primanto Bhakti


mengatakan, Kemkeu masih menunggu hasil pemeriksaan Kemdagri terkait jumlah desa
fiktif yang menerima kucuran dana desa dari pemerintah pusat.

"Pembekuan akan dilakukan pada penyaluran dana desa tahap ketiga kepada desa-desa sesuai
hasil identifikasi dari Kemdagri," kata Astera, Selasa (19/11).

Direktur Fasilitas Keuangan dan Aset Pemerintah Desa Kemdagri Benny Irawan mengatakan,
pihaknya masih fokus melakukan validasi desa fiktif di Kabupaten Konawe, Sulawesi
Tenggara.

Sejauh ini, Kemdagri menemukan empat desa yang terbukti melakukan kesalahan
administrasi, yaitu Desa Arombu Utama Kecamatan Latoma, Desa Lerehoma Kecamatan
Anggaberi, Desa Wiau Kecamatan Routa, dan Desa Napooha Kecamatan Latoma.

"Dana desa di keempat desa itu sudah turun Rp 9,3 miliar dari 2017 (ke RKUD). Dari Rp 9,3
miliar, baru 47% yang disalurkan ke empat desa itu," tutur Benny.

Ia memastikan, pemeriksaan masih terus berlanjut. Sehingga, ada kemungkinan jumlah desa
temuan yang bermasalah bertambah.
5. Literasi digital rendah dan kurangnya perlindungan pemerintah

Indonesia diprediksi menjadi negara terbesar dalam pertumbuhan ekonomi digital di Asia.
Selain itu Presiden Joko Widodo juga menargetkan ekonomi digital akan berkontribusi pada
PDB mencapai Rp 730 triliun pada tahun 2025.

Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan kesiapan dan perlindungan pemerintah terhadap
ekonomi digital. Salah satu bukti, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
melaporkan aduan terkait ekonomi digital merupakan yang terbanyak dalam tiga tahun
terakhir

Pengaduan yang terkait ekonomi digital berkisar 16% hingga 20% dari total komoditas
pengaduan yang diterima YLKI. Hal itu disebabkan kurangnya literasi dan perlindungan dari
pemerintah.

"Pengaduan itu berupa transaksi produk e-commerce dan pinjaman online," ujar Ketua
Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam siaran pers (20/12).

Literasi digital masyarakat Indonesia yang masih rendah merupakan salah satu pendorong
banyaknya laporan konsumen. Masyarakat Indonesia dinilai belum mampu memberikan
prinsip kehati-hatian dalam Perlindungan Data Pribadi (PDP).

Selain literasi, regulasi masih menjadi kendala bagi perlindungan konsumen dalam sektor
ekonomi digital. Bahkan Tulus bilang belum hadir dalam melindungi konsumen di era
ekonomi digital.

Salah satunya masalah belum adanya Undang-Undang PDP. Selain itu Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) tentang Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE) juga
masih belum menunjukkan penyelesaian.

Kedua regulasi itu diungkapkan Tulus sangat dibutuhkan. Oleh karena itu YLKI mendesak
pemerintah segera mengesahkan dua aturan tersebut.

6. Penerimaan pajak jauh dari target

Akhir tahun 2019 tinggal menghitung jam. Artinya batas waktu otoritas pajak mengejar
penerimaan negara semakin sempit. Mampukah Ditjen Pajak Kementerian Keuangan
menambal penerimaan pajak sebesar Rp 311 triliun?

Berdasarkan bisikan sumber Kontan.co.id di Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi


penerimaan pajak sampai dengan 26 Desember 2019 baru mencapai 80,29% dari target akhir
tahun sebesar Rp 1.577,6 triliun. Artinya penerimaan pajak baru sekitar Rp 1.266,65 triliun.

Dengan target tersebut, otoritas pajak harus bergegas mengejar sekitar 19% dari total target
ujung tahun 2019. Namun demikian, pemerintah menyadari bahwa pelemahan ekonomi
global yang berdampak ke dalam negeri membuat realisasi penerimaan pajak meleset dari
target yang ditetapkan.

Pencapaian penerimaan pajak sampai dengan November 2019 yang baru 72% dari target
sudah mencerminkan kegelisahan pemerintah

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen. Hal ini menyebabkan
perekonomian Indonesia pada tahun 2020 mengalami deflasi atau penurunan drastis karena
perkembangan ekonomi di Indonesia mempunyai pegerakan yang kurang stabil. Perubahan
yang terjadi dipengaruhi oleh adanya pandemi Covid-19.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan guna mengurangi rantai penyebaran
pandemi Covid-19 namun kebijakan ini menyebabkan berkurangnya jumlah konsumsi
Rumah Tangga (RT) dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga
(LNPRT) padahal kedua konsumsi ini sangat memberi pengaruh atas kontraksi pada Produk
Domestik Bruto (PDB). Konsumsi di Indonesia tidak terkendali karena situasi yang terjadi
dan menyebabkan perekonomian pada konsumsi Rumah Tangga (RT) mengalami
penurunan dari 5,04 persen menjadi -2,63 persen dan konsumsi Lembaga Non Profit yang
melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami penurunan dari 10,62 persen menjadi -4,29
persen .
Konsumsi Pemerintah mengalami penurunan dari 3,25 persen menjadi 1,94 persen. Hal ini
karena Pemerintah mengurangi alokasi di bidang infrastruktur pada tahun 2020 sedangkan
anggaran untuk kesehatan lebih ditingkatkan pemerintah sesuai dengan fokus Pemerintah
untuk penanggulangan pandemi di Indonesia.
Tidak hanya konsumsi, investasi juga mengalami penurunan dari 3,25 persen menjadi 1,94
persen. Penurunan ini mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Penurunan investasi lebih
besar atas pengaruh berkurangnya lapangan kerja. Aktivitas perdagangan yaitu ekspor dan
impor dengan pihak luar negeri juga mengalami penurunan dari -0,87 persen menjadi -7,70
persen pada ekspor dan -7,69 persen menjadi -17,71 persen pada impor. Meskipun ekspor
dan impor terjadi penurunan yang drastis mempengaruhi nilai dari ekspor neto pada saat
kontraksi perekonomian.
Melihat kontraksi pada tahun 2020 Pemerintah mengeluarkan strategi kebijakan guna
memulihkan perekonomian Indonesia. Pemerintah optimis melaksanakan kebijakan dengan
konsisten dan membangun kerja sama dengan seluruh komponen bangsa. Hal ini tidak
hanya dilakukan oleh Pemerintah Pusat namun harus didukung penuh oleh Pemerintah
Daerah sebagai peran utama pada pergerakan pemulihan ekonomi Indonesia saat ini.
Pemerintah Daerah berperan strategis dalam mendorong percepatan dan efektivitas
pemulihan ekonomi serta memahami struktur ekonomi daerah, demografi, dan kondisi sosial
ekonomi masyarakatnya saat Pandemi terjadi. Pemerintah Daerah mempunyai tolak ukur
utama guna mendorong pemulihan perekonomian yaitu kebijakan yang telah dirancang
dalam APBD.
Masyarakat dan pelaku usaha juga memiliki peran strategis dalam pergerakan pemulihan
ekonomi Indonesia. Pemerintah memberikan kemudahan dalam kebijakan fiskal maupun
kebijakan moneter, kedua kebijakan ini dapat disambut dengan positif oleh masyarakat dan
pelaku usaha serta dapat bergerak maju sesuai rancangan Pemerintah guna memulihkan
ekonomi Indonesia yang telah mengalami kontraksi.
Kebijakan dari Pemerintah adalah mengalokasikan dana APBN untuk pemulihan ekonomi
Indonesia bertujuan perekonomian dapat pulih dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini
dilakukan dengan meningkatkan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha
serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekspansi moneter. Tiga kebijakan akan dilaksanakan
bersamaan sinergi antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan
institusi terkait.

Negara berkembang adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat


perekonomian dengan melakukan pembangunan segala bidang untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, dalam melaksanakan program pembangunan
dan kelancaran sebuah pembangunan ekonomi yang dialami Indonesia hal ini
dikatakan Indonesia melakukan utang luar negeri (ULN). Utang luar negeri yang
melakukan untuk pembangunan, yang dilakukan sebagai pembiayaan atas defisit
anggaran. (Elsi Maryani, 2023)
Dalam mencapai perekonomian maju, Indonesia perlu memperhatikan segala
pembangunan di bidang ekonomi. Untuk mewujudkan pembangunan ekonomi
maka dibutuhkan namanya dana yang cukup besar. Walaupun modal yang
dibutuhkan jumlah sangat besar dan tidak dapat disediakan oleh negara, oleh
karena itu untuk menutupinya perlu suntikan tambahan dari negara maju berupa
utang luar negeri. Sumber keuangan untuk menutupi kekurangan modal dalam
negeri tidak bisa mengandalkan sumber mobilisasi modal dalam negeri seperti
pajak untuk menggerakan perekonomian. (Gilang, 2023)
Hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dalam
teori antara lain teori klasik, teori neoklasik, Keynesian dan Ricardian. Ekonomi
klasik menyampaikan bahwa ini berdampak adanya crowding out pada
peningkatan utang luar negeri untuk membiayai pengeluaran pemerintah hanya
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam jangka pendek
(hakim, 2019).
Beberapa variable yang mempengaruhi pergerakan kenaikan utang luar
negeri dan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti, defisit anggaran, inflasi dan
investasi asing langsung.
Defisit anggaran adalah kebijakan pemerintah dalam membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan negara guna bertujuan untuk memberi stimulus pada
perekonomian saat keadaan ekonomi sedang resesif. Menurut Suparmoko
(2000) menjelaskan bahwa anggaran (Budget) penerimaan dan pengeluaran
negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu. Anggaran terbagi dua jenis
yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan menjelaskan
penerimaan rutin sementara pada sisi pengeluaran dibedakan menjadi
pengeluaran rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah
otonom serta pembayaran bunga dan cicilan hutang.

Sumber : Direktorat Jenderal Anggaran

Tabel diatas menunjukkan penurunan defisit anggaran ini terjadi 3 tahun


terakhir mulai dari target hingga outlooknya. Pada periode 2021 sampai 2023
menurun setara 2,84%. Namun di periode 2020 merupakan defisit anggaran
yang mencapai 6,34% dari target sedangkan 6,14% untuk realisasi atau outlook.
Defisit anggaran pemerintah setiap tahunnya mengalami kenaikan hal ini
dikarenakan pendapatan negara tidak cukup untuk menutup pengeluaran. Maka
langkah yang diambil pemerintah adalah menenutup defisit anggaran ini dengan
menggunakan utang luar negeri.
Utang luar negeri dipengaruhi beberapa faktor, termasuk pendapatan
nasional yang diukur melalui produk domestic bruto, pengeluaran pemerintah
dan defisit anggaran, faktor pertama Produk Domestik Bruto (PDB) adalah total
pendapatan seluruh wilayah. Penyebab terjadinya peningkatan pengeluaran
pemerintah terhadap utang luar negeri adalah kebijakan pemerintah yang
menginginkan dana cepat untuk pembangunan sehingga pendapatan tidak akan
mampu menutup pengeluaran dan alternatifnya melaksanakan utang luar negeri
(Nugraha et al,2021).
Inflasi merupakan peningkat harga – harga barang dan jasa secara umum
dan terus menerus. Inflasi pada dasarnya merupakan masalah ekonomi yang
mengakibatkan berbagai dampak negatif untuk masyarakat. Permasalahan
tingkat inflasi di Indonesia beragam faktor yang mempengaruhi pengendalian
inflasi, sehingga dalam pengendaliannya pemerintah membutuhkan faktor –
faktor yang dapat menimbulkan terbentuknya inflasi di Indonesia.

Sumber : Tradingeconomics.com

Gambar diatas menunjukkan bahwa tingkat inflasi tahunan Indonesia


mengalami peningkatan 3,27% dibulan agustus dari level terendah dalam 16
bulan terakhir sebesar 3,08% pada bulan sebelumnya, sejalan dengan perkiraan
pasar sebesar 3,33% . Tingkat inflasi ini tetap berada dalam target bank sentral
sebesaar 2-4% selama empat bulan berturut – turut. Inflasi ini melambat ke level
terendah dalam 18 bulan sebesar 2,18%
Inflasi di Indonesia relatif lebih banyak diakibatkan oleh hal – hal yang bersifat
structural ekonomi jika dibandingkan dengan hal – hal yang bersifat monetary
policies. Sehingga dikatakan bahwa pengaruh dari Cosh Push Inflation lebih
besar dari pada demand pull inflation. Tekanan inflasi di Indonesia disebabkan
untuk meningkatnya jumlah uang beredar. Namun hal tersebut tidak dapat
diabaikan sebab pengaruh yang bersifat structural ekonomi, karena pada periode
sebelumnya, masih terjadi kesenjangan antara penawaran agregat dengan
permintaan agregat.
Inflasi adalah trend kenaikan harga produk secara keseluruhan. Kenaikan
harga sejumlah kecil barang dan jasa tidak dianggap sebagai inflasi. Menurut
Boediono (2001) menjelaskan bahwa tingkat inflasi domestic tinggi, harga barang
dan jasa akan meningkat sehingga menghambat kegiatan ekonomi. Artinya yang
dibutuhkan lebih banyak cadangan devisa untuk transaski ekternal (transaksi luar
negeri). Oleh karena itu, hubungan antara tingkat inflasi dan cadangan devisa
berdampak negatif
Cadangan devisa merupakan total valuta asing yang mempunyai
pemerintah dan swasta dari suatu negara indikator untuk menunjukkan kuat
lemahnya fundamental perekonomian suatu negara, selain untuk menghindari
krisis suatu negara dalam ekonomi dan keuangan. Suatu negara mempunyai
cadangan devisa dikarenakan adanya manfaat yang dipergunakan untuk
menjaga kestabilan nilai tukar dan dapat dipergunakan untuk membayar defist
pada neraca pembayaran.
Menurut Palembangan (2020) cadangan devisa adalah semua aset luar
negeri yang digunakan untuk setiap saat dalam mengatasi ketidakseimbangan
neraca pembayaran atau kata lain untuk stabilitas moneter suatu negara dan
dikuasai oleh otoritas moneter dalam negeri.

Sumber : Databoks

Grafik diatas menunjukkan bahwa Bank Indonesia (BI) mencatat posisi


cadangan devisa Indonesia pada akhir januari 2023 sebesar U$$ 139,4 miliar.
Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan posisi akhir desember
2022 sebesar u$$ 137,2 miliar
Posisi cadangan devisa setara dengan pembiayaan enam bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa RI ini merupakan
standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Bank Indonesia menilai
bahwa cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sector eksternal
serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Dengan ini
terjaganya stabilitas dan prospek perekonomian serta respons kebijakan dalam
menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna dalam mendukung
proses pemulihan ekonomi nasional.
Cadangan devisa ini memiliki konsep internasional reserves and foreign
currency liquidity (IRFCL) oleh IMF, cadangan devisa merupakan seluruh
kegiatan luar negeri oleh otoritas moneter dan sewaktu – waktu dapat dialih
gunakan untuk pendanaan balance of payment melalui interversensi di pasar
valuta asing (Adinda, 2021). Cadangan devisa menjelaskan tentang
perekonomian dalam rangka pembangunan sector ekonomi di suatu negara.
Cadangan devisa adalah bagian penting dari perekonomian, terutama bagi
negara – negara yang menganut sistem ekonomi terbuka.
Oleh karena itu devisa merupakan hal yang terpenting dalam membiayai
pembangunan industry dalam negeri. Cadangan devisa dapat memberikan dua
manfaat utama yakni asuransi mandiri terhadap krisis keuangan dan promosi
ekspor merkantilis. Manfaat tersebut cadangan devisa berkaitan dengan gagasan
merkantilis dalam mendorong ekspor untuk menbangun pertumbuhan. Bahwa
mata uang asing ini dapat menahan mata uang domestic kenal sebagai
permintaan cadangan merkantilis, akumulasi cadangan tidak hanya dapat
menghasilkan manfaat dapat menimbulkan biaya. (B.Estrada, 2010)
Teori dasarnya utang luar negeri mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dalam dua jalur yakni akumulasi modal dan pertumbuhan produktivitas faktor
agregat. Pada tingkat utang yang diberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan
ekonomi. Teori neoklasik berkonsisten untuk mobilitas modal atau kemampuan
suatu negara dalam meminjam ataupun meminjamkan modal. Hubungan utang
luar negeri dan pertumbuhan ekonomi berdampak pada akumulasi utang
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Teori ekonomi, dimana pemerintah dapat meminjam untuk membiayai
pengeluarannya, sektor swasta akan menderita. Oleh karena itu, peningkatan
utang publik akan menyebabkan crowding out effect di sektor swasta, yang
dimanifestasikan dengan meningkatkan suku bunga. Jika pengelolaah dan
penggunaan utang luar negeri tidak dilakukan dengan sempurna dan metodis
akan menimbulkan hambatnya pertumbuhan ekonomi dalam ekonomi dalam
jangka panjang (Gilang, 2023)
Menurut lyoha (1997) menyampaikan kembali bahwa dampak crowding out ini
mempunyai dampak negative terhadap debt overhang khusunya dalam bentuk
cost of fund. Dia menekankan bahwa dengan hasil tersebut sangat
menggambarkan motif dari pola yang mengecewakan investasi dinegara-negara
berkembang. Lalu bagaimana tingkat utang luar negeri masih cukup rendah
terhadap pertumbuhan ekonomi? Kualitas utang luar negeri yang kurang baik
dapat di jelaskan dalam grafik berikut.
Presentase utang luar negeri Indonesia, Tahun 2020 - 2023

Sumber : Trandingeconomics.Com & Bank Indonesia


Di sektor-sektor ekonomi yang menyerap utang luar negeri di negera
berkembang masih memiliki sumberdaya yang langka dan pendapatan masih
cukup rendah, sebab masih bergantungan dengan modal asing dan utang luar
negeri untuk mengatasi defisit anggaran. Pada grafik diatas bahwa
perkembangan utang luar negeri Indonesia tahun 2020-2023 mengalami
penurunan. Hal ini menyebabkan Indonesia membutuhkan investasi cukup besar
untuk membangun ekonomi dengan tabungan (saving) yang masih rendah. Maka
utang luar negeri perlu mengalokasikan pada defisit anggaran, inflasi,cadangan
devisa dan pertumbuhan ekonomi untuk mengembangkan perekonomian.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan di atas maka penelitian ini memilih
judul : Tantangan Crowding Out : Implikasi Utang Luar Negeri Dalam
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tingkat utang negara yang masih cukup rendah dalam
pertumbuhan ekonomi?
2. Apakah hubungan antara inflasi dengan cadangan devisa bagi dampak utang
luar negeri?
3. Apakah pengaruh defisit anggaran terhadap utang luar negeri?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui tingkat utang negara yang masih cukup rendah dalam
pertumbuhan ekonomi
2. Mengetahui hubungan antara inflasi dengan cadangan devisa dalam utang
luar negeri
3. Mengetahui pengaruh defisit anggaran terhadap utang luar negeri

D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penguna untuk menambah
wawasan dan pemahaman serta menjadi ilmu pengetahuan yang dapat
diambil selama perkuliahan. Sehingga dapat berguna juga bagi pembaca agar
menambah wawasan mereka mengenai permasalahan tersebut.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal positif sehingga memberikan
informasi kepada pihak-pihak yang mempunyai perhatian dalam menangani
permasalahan Tantangan Crowding Out : Implikasi Utang Luar Negeri Dalam
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Dengan solusi ini bisa
bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hubungan Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Indonesia
Utang luar negeri merupakan negara berkembang dalam mengisi
kesenjangan tabungan investasi di negara tersebut. Kerkaitan dengan
hubungan antara utang dana pertumbuhan ekonomi dapat di jelaskan dalam
teori klasik/neoklasik, Keynesian dan Ricardian. Ekonom klasik mengatakan
bahwa akibat adanya crowding out kenaikan utang luar negeri untuk
membiayai pengeluaran pemerintah hanya akan berdampak meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam waktu jangka pendek.
Utang luar negeri tidak dapat semua dibelanjakan pembangunan.
Karena sebagian utang digunakan untuk menutup cicilan utang pokok dan
bunganya. Menurut (Hernatasa, 2004) mengatakan bahwa adanya penemuan
fisher paradox dimana keadaan semakin banyak cicilan utang luar negeri
dilakukan, semakin besar akumulasi utang luar negerinya, maka keadaan
serupa dikemukan oleh peneliti lain bahwa cicilan plus utang luar negeri
secara substansial yang dibiayai oleh utang baru sehingga terjadi keadaan
net transfer sumber-sumber keuangan dari Indonesia ke pihak kreditur asing.
(Arief, 1999)
Utang luar negeri dibutuhkan untuk memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan cara meningkatkan produksi (PDB)
dan memperluas kesempatan kerja dan memperbaiki neraca pembayaran,
walaupun utang negara digunakan secara tidak wajar maka dapat
kemungkinan utang tersebut akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi bahkan mengancam kestabilan makroekonomi negara (Junaedi,
2018)
Menurut (Tibroto, 2001) mengatakan adapun jenis utang luar negeri
dari berbagai aspek yakni bentuk pinjaman yang diterima. Sumber dana
pinjaman, jangka waktu peminjaman, status peminjaman dan persyaratan
peminjaman. Berdasarkan bentuk yang diterima, pinjaman terbagi atas :
a) Bantuan proyek bertujuan untuk keperluan proyek pembangunan
dengan cara memasukkan barang modal, barang dan jasa
b) Bantuan teknis bertujuan membantu tenaga-tenaga terampil atau ahli
c) Bantuan program bertujuan dana yang dibagi tujuan-tujuan yang
bersifat umum sehingga penerimanya bebas memilih penggunannya
sesuai pilihan.
Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan atau
perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank
swasta, pemerintah negara lain atau lembaga keuangan internasional
misalnya IMF dan Bank Dunia (Ferawati, 2020)
Uang merupakan alat tukar yang paling yang dibutuhkan berbagai
macam negara dalam memenuhi kebutuhan negaranya. Dengan uang
maksimal, dengan kebutuhan suatu negara dapat terpenuhi. Uang ini
memenuhi dan memperbaiki serta mensejahterakan negara dalam segala
masalah ekonomi yang dihadapi. Negara maju ataupun negara berkembang
membutuhkan uang atau dana. Tanpa terkecuali negara Indonesia yang
notaben sebagai negara berkembang (Cindy, 2023)
Menurut (Tambunan, 2003) tingginya utang luar negeri di suatu negara
menyebabkan 3 jenis defisit :
1) Defisit transaksi berjalan (TB) yaitu ekspor (X) lebih kecil dari impor
(M)
2) Defisit investasi atau S-1 Gap, yaitu dana yang dibutuhkan dalam
membiayai investasi (I) dalam negeri lebih besar dari pada
tabungan nasional atau domestic (S)
3) Defisit anggran (fiskal) atau G-T(fiscal gap)
Ketiga jenis defisit tersebut dapat disederhanakan dalam metode yang
terdiri dari beberapa persamaan berikut :
TB = (X-M) = F……………………………………………………(2.1)
Keterangan :
X : Ekspor
M : Impor
F : Transfer internasional atau arus modal masuk neto

S-I = Sp +Sg – I + (Sp – I) + (T-G) ………………….………. (2.2)


Keterangan
S : Tabungan
I : Investasi
Sp : Tabungan Individu
Sg : Tabungan Pemerintah
T : Pendapatan Pemerintah
G : Pengeluaran Pemerintah

S = Sp + Sg ……………………………………………………(2.3)
Sg = T – G ……………………………………………………….(2.4)

Hubungan antara kebutuhan utang luar negeri dari ketiga jenis defisit
dapat disimpulkan menggunakan persamaan identitas atau persamaan utang
(Febriannoor, 2016) yakni :
Dt = (M-X)t + Dst +NFLt + Rt + NOLT…………………………(2.5)
Keterangan :
Dt : Utang pada tahun 1 (M-X)t = Defisit net eskpor pada tahun q
Dst : Pembayaran beban utang (bunga + amoritasi) pada tahun 1
NFLt : Arus masuk bersih modal swasta pada tahun 1
Rt : Cadangan otoritas moneter tahun 1
NOLT : Arus masuk modal bersih jangka pendek seperti capital flight
dan lain-lain pada tahun 1
Faktor yang mempengaruhi jumlah utang luar negeri di Indonesia
adalah ekspor, Produk Domestik Bruto (PDB) dan nilai tukar rupiah (Kurs).
Ekspor bertujuan sumber pendapatan sebuah negara. Pelemehan ekspor ini
berpengaruh pada peningkatan rasio utang luar negeri. Ekspor digunakan
pemerintah dalam membayar beban utang luar negeri (Lindert, 1994).
B. Hubungan Inflasi dengan Cadangan Devisa terhadap Utang Luar
Negeri
Inflasi merupakan indikator makroekonomi yang sangat penting karena
dapat memengaruhi nilai uang sehingga dampaknya langsung dirasakan
masyarakat. konsep nilai dari uang (time value of money) adalah besar nilai
uang pada saat ini memiliki nilai yang sama dimasa yang akan datang,
dengan asumsi uang ini tidak dapat diinvestasikan dalam surat-surat
berharga atau disimpan dalam tabungan dan sejenisnya yang menghasilkan
bunga (Utari, 2015)
Cadangan devisa dapat dikatakan dari posisi balance of payment atau
neraca pembayaran internasional negera. Semakin tinggi devisa yang dimiliki
oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka semakin tinggi besar
kemampuan negara dalam melakukan transasksi ekonomi dan keuangan
internasional dan semakin tinggi nilai mata uang negara tersebut.
Hubungan utang luar negeri dengan cadangan devisa merupakan
salah satu indikator dalam melihat keberhasilan pembangunan ekonomi
Indonesia adalah melihat perkembangan cadangan devisa, dimana akumulasi
cadangan devisa diperoleh dari kinerja perdagangan internasional berupa
ekspor. Artinya ekspor mengalami peningkatan maka nilai atau jumlah
cadangan devisa akan meningkat (Ridho, 2015)
Berkembangnya perekonomian yang lebih maju dan cenderung pada
tingkat perkembangan yang dibutuhkan, maka perekonomian dalam suatu
negara akan selalu mengalami inflasi. Inflasi dalam ukuran normal, maka
diharapkan untuk merangsang produsen agar berproduksi (Wahnidar, 2020).
Hal ini disebabkan besarnya risiko negara penerima Indonesia tidak
mampu untuk mengembalikan utang termasuk bunga dan pinjaman
pokonnya. Sehingga inflasi ini meningkat maka volume penyerapan utang
luar negeri akan menurun. Oleh karena itu di jangka panjang inflasi
berdampak negatif ketika inflasi tinggi dan tidak dapat dikontrol maka akan
menandakan perekonomian yang kurang baik. Menyebabkan penurunan
kepercayaan dari negara yang meminjamkan utang karena takut akan
kemampuan pengembalian utang dan pada negara juga berdampak bagi
perhitungan kembali dan memilih serta memperbaiki perekonomian yang
kurang baik saat ini dan menahan peminajaman kembali.
Menurut (Hutapea, 2007) defisit keuangan pemerintah, tingkat inflasi
dalam negeri d (Satrianto, 2016) duga berdampak bagi volume penyerapan
utang luar negeri. Karena ketika inflasi di dalam negeri tinggi maka negara
donor akan juga pertimbangkan ulang atas keputusan untuk memberikan
pinjaman ke indoneisa. Maka banyaknya resiko negara penerima Indonesia
tidak mampu untuk mengembalikan utang termasuk bunga dan pinjaman
pokoknya. Sehingga tingkat inflasi di dalam negeri meningkat, maka volume
penyerapan utang luar negeri akan menurun.
Menurut (Ristuningsih, 2016) menyampaikan bahwa hubungan tingkat
inflasi terhadap utang luar negeri dapat digunakan dalam teori imported
inflation. Ketika Indonesia mengalami inflasi maka nilai tukar rupiah terhadap
dollar akan melemah. Indonesia masih tergantung produksi dari luar baik
bahan baku atau bahan setengah yang disektor barang dan jasa. Maka inflasi
terjadi di Indonesia pemerintah membutuhkan dana yang lebih besar sesuai
kebutuhan dalam negeri dan dibutuhkan utang luar negeri. Jadi dikatakan
bahwa hubungan antara inflasi dengan utang luar negeri pemerintah
berdampak positif (Saputra, 2018)
Menurut (Boediono, 2001) menyampaikan bahwa meningkatnya inflasi
domestik tinggi, harga barang dan jasa pun ikut meningkat sehingga
menimbulkan hambatan kegiatan ekonomi. Artinya dibutuhkan lebih banyak
cadangan devisa dalam transaksi eksternal (transaksi luar negeri). Maka
hubungan antara tingkat inflasi dan cadangan devisa bersifat negatif.
Hubungan inflasi dengan cadangan devisa. Ketika harga-harga barang dan
sektor jasa cenderung mengalami kenaikan atau disebut dengan inflasi.
Sehingga membuat negara membutuhkan lebih banyak devisa untuk
bertransaksi diluar negara. Oleh sebab itu membutuhkan mencegah
peningkatnya inflasi maka jumlah mata uang yang beredar harus sesuai
dengan kebutuhan, sehingga membuat kestabilan nilai tukar dijaga. Karena
inflasi juga salah satu faktor yang menpengaruhi tingkat cadangan devisa
suatu negara. Artinya inflasi terjadi dalam suatu negara tinggi maka harga
barang dan jasa juga mengalami peningkatan.
Hal ini membuat perubahan pada nilai mata uang, yang berimbah pada
simpanan giro bank umum dan berdampak pada cadangan devisa. Maka
semakin naik tingkat inflasi maka ikut juga bertambah nilai suatu mata uang
karena naiknya harga barang dan jasa dipasaran. Misalnya inflasi ini
mengakibatkan tingginya harga pangan dan minyak BBM sehingga terjadi
kesenjangan antar penawaran dan permintaan dimana arus impor inipun
meningkat dengan arus ekpor yang terhambat. (Kuswantoro, 2017)
Utang luar negeri berdampak bagi inflasi bagi pertumbuhan ekonomi.
Karena inflasi dapat menangkap dampak kebijakan makroekonomi. Artinya
bahwa utang luar negeri dan inflasi menghambat bagi pertumbuhan ekonomi,
namun untuk ekspor ril ini mempunyai bagi dampak positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.

C. Hubungan Defisit Anggaran Terhadap Utang Luar Negeri


Defisit anggaran adalah salah satu bentuk kebijakan fiskal yang dijalankan
pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Defisit
anggaran dibiayai dengan menggunakan instrument utang yang berasal dari
dalam ataupun luar negeri. Utang ini akan menyebabkan cost of capital
berupa belanja bunga yang harus dibayar setiap periode.
Menurut (Basri, 2005) anggaran atau budget merupakan suatu daftar
atau pernyatan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara
yang diharapkan kedepannya dalam waktu tertentu. Menurut (Rahardja,
2004) defisit anggaran adalah anggaran yang dibuat untuk defisit, sebab
pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan
pemerintah (G>T).maka anggaran ini defisit ini ditempuh sebagai
menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Ha ini umumnya dilakukan ketika
perekonomian berada di keadaan resesi (Satrianto, 2016)
Menurut (Brixi, 2002) beberapa faktor penyebab terjadinya munculnya
defisiit anggaran antara lain :
a) Pertumbuhan Ekonomi
Meningkatnya aktivitas ekonomi ini berpengaruh pada peningkatan
penerimaan pemerintah melalui perpajakan sebab bergairahnya
perekonomian sehingga aktivitas dunia usaha meningkat dan pada
akhirnya ini membuat keuntungan bagi perusahaan. Peningkatan aktivitas
dan keuntungan perusahaan ini akan berdampak bagi perpajakan baik
dalam pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai ataupun cukai.
Menerima pajak adalah pos utama dalam penerimaan dalam negeri.
Peningkatan penerimaan perpajakan, diharapkan akan mengakibatkan
anggaran Indonesia menjadi surplus atau dengan kata lain, ketika
anggaran mengalami defisit di tahun sebelumnya. Namun dengan
meningkatnya penerimaan perpajakan ini menyebabkan defisit anggaran
ini dapat menurun di tahun sebelumnya sehingga yang diharapkan dapat
membuat anggaran surplus (Satrianto, 2016)
Pertumbuhan ekonomi adalah sebagain masalah pilihan pribadi. Hal-
hal yang akan mempelajari saling terkait erat sehingga tidak menjadi
masalah dari mana untuk memulainya. Pertumbuhan ekonomi ini
mencakup bagian dari peran pengerahuan dalam pertumbuhan serta
proses yang menfasilitasi akumulasi dn diflusi pengetahuan. Karena hal ini
berkaitan dengan sumber daya yang berbeda dibandingkan dengan
jumlah penduduk. (Lewis, 2013)

b) Nilai Tukar
Negara Indonesia yang melakukan kegiatan pinjaman di luar negeri,
permasalahan ini apabila ada grafik nilai tukar setiap tahunnya.
Permasalahan ini disebabkan karena nilai pinjaman dihitung dengan
valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga dihitung
dengan rupiah. Maka nilai tukar rupiah menurun mengalami terdepresiasi
terhadap mata uang dolar AS, maka ini dapat dibayarakan sehingga
mengalami pembengkak dan membebani anggaran karena pembayaran
cicilan pokok dan bunga pinjaman yang diambil akan bertambah, melebih
dari apa yang direncanakan semula atau pembayaran utang luar negeri
akan bertambah (Kuncoro, 2011)

c) Harga Minyak Dunia


Tingginya harga minyak ini dapat berdampak bagi neraca
perdagangan antara negara dan nilai tukar. Pengimpor neto ini membuat
memburuknya neraca pembayaran, serta menekan nilai tukar ke bawah,
oleh karena itu impor menjadi lebih mahan dan ekspor berkurang nilainya,
yang mengakibatkan turunnya pendapatan nasional rill. Tanpa adanya
perubahan kebijakan dari bank sentral dan kebijakan moneter pemerintah,
dollar ini lebih mearah ke lebih mahal karena negara-negara pengekspor
minyak menggunakan demoniasi dollar dalam arus perdagangannya
(Satrianto, 2016)
d) Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
secara umum dan terus-menerus. Karena ini tidak bersifat secara tidak
langsung, melalui pertumbuhan ekonomi, naikknya harga barang dan jasa
akan menimbulkan turunnya daya beli dan konsumsi masyarakat. Hal ini
menyebakkan permintaan menurun dan produksi ikut menurun. Output rill
yang rendah akhirnya berdamoak bagi PDB rill suatu negara dan
pertumbuhan ekonomi akan pengaruh sehingga menjadi rendah
(Satrianto, 2016)

e) Suku Bunga
Hubungannya suku bunga dengan defisit anggaran secara langsung ini
dapat dilihat dari pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Berharga
Negara (SBN), baik melalui Surat Utang Negara (SUN) ataupun Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN). Dimana keadaan pembayaran bunga
dan pokoknya dijamin oleh negara sesuai waktu yang ditentukan. Ketika
suku bunga naik, maka bebabn pembayaran bunga dan pokoknya
terhadap SBN yang dimunculkan cukup meningkat. Oleh karena itu secara
langsung akan bertambah menambah beban anggran sehingga dapat
membuat defisit anggaran meningkat (Lestari, 2011)

D. Studi dan Penelitian Empiris Terdahulu


Kasus ini berkaitan dengan analisis pustaka sebelumnya sebagai landasan
bagi penelitian yang dilakukan mengenai Tantangan Utang Negara dalam
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yaitu Venti Eka Satya (2015)
dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Pengelolaan Utang Negara:
Manajemen Utang Pemerintah Dan Permasalahannya. Hasil Penelitian
menjelaskan bahwa utang adalah bagian dari kebijakan fiskal yang menjadi
bagian dari kebijakan pengelolaan ekonomi secara keseluruhan, kebijakan utang
merupakan kebijakan yang secara sadar memang diadakan dalam rangka untuk
mencapai tujuan pengeleloaan ekonomi.
Adapun kekurangan dalam penelitian ini mengatakan kebijakan defisit
anggaran dimaksudkan untuk memicu pertumbuhan ekonomi nasional. Akan
tetapi kebijakan ini bisa berbalik mengancam perekonomian nasiomal bila tidak
dapat dikendalikan dengan baik. jangan sampai kebijakan ini membuat negara
kita terjebak dalam beban utang yang berkepanjangan dan menganggu
kesinambungan fiskal.
Adwin Surya Atmadja (2023) dengan judul “Utang Luar Negeri Pemerintah
Indonesia : Perkembangan dan Dampaknya”. Hasil Penelitian ini menunjukkan
bahwa perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung mengalami peningkatan. Hal ini akan menimbulkan berbagai
konsekuensi bagi bangsa Indonesia, baik dalam jangka pendek ataupun jangka
Panjang. Adapun kekrang dalam penelitian ini hanya menunjukan teori serta
sumber datanya mengenail utang luar negeri dan penelitian ini tidak menjelaskan
apa saja yang menjadi faktor utang utang luar negeri.
Yogie Dahlly Saputro & Aris Soelistyo (2017) dengan judul “Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Di Indonesia”. Hasil penelitian ini
membahas defisit anggaran berpengaruh secara positif 0,93 dan signifikan pada
tingkat 10% terhadap utang luar negeri. Cadangan devisa berpengaruh positif
0,59 dan signifikan pada tingkat 5% terhadap utang luar negeri. Ekspor neto
sebesar 0,00 dan tidak signisikan terhadap utang luar negeri. Utang luar negeri
tahun sebelumnya berpengaruh positif sebesar 0,78 dan signifikan pada tingkat
10%.
Adapun kekurangannya dalam penelitian ini yakni membutuhkan penurunan
defisit negara agar anggaran negara tidak defisit kembali dan pemerintah dapat
menggurangi faktor kenaikan utang luar negeri. Pemerintah perlu meningkatkan
cadangan devisa guna dalam menjadikan simpanan pemerintah semakin banyak
dan pada saat tertentu dapat digunakan saat dibutuhkan, meningkatkan ekspor
neto sehingga tidak terjadi defisit nerasa transaksi berjalan sehingga dapat
menimbulkan utang luar negeri semakin tinggi. Dan menurunkan jumlah utang
luar negeri tahun sebelumnya demi menjadi terjadinya krisis ekonomi sehingga
bunga pinjamnan semakin tinggi.
Salawati Ulfa & T.Zulham (2017) dengan berjudul “Analisis Utang Luar Negeri
Dan Pertumbuhan Ekonomi : Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”
menjelaskan bahwa produk domestic bruto berpengaruh signifikan secara positif
terhadap utang luar negeri. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan searah
dengan investasi, dimana ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka
investasi juga meningkat. Tetapi investasi tidak mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Oleh kare itu, terdapat hubungan satu arah yakni pertumbuhan
ekonomi berpengaruh pada investasi. Adapun kekurangannya pemerintah harus
mempunyai manajemen yang baik dalam penggunaan utang luar negeri dan
mempunyai pertimbangan yang baik ketika mengambil pinjaman luar negeri
ditahun selanjutnya. Memperbaiki birokrasi dalam hal kemudahan investasi dan
melalukan upaya yang mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kombinasi
kebijakan fiskal dan moneter.

E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir bertujuan untuk sebagai landasan berpikir analisis dalam
penelitian ini, yang merupakan kelanjutan dalam teoritis untuk memberikan
klarifikasi terkait Tantangan Crowding Out : Implikasi Utang Luar Negeri Dalam
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Kerangka pikir ini berperan
penting untuk membantu pemahaman dan mengkomunikasikan tujuan penelitian
kepada peneliti dan pembaca.
Penelitian ini diawali dengan beberapa faktor permasalahan yang dihadapi
masyarakat di latar belakang masalah. Selanjutnya permasalahan tersebut akan
dianalisis berdasarkan kerangka tersebut akan dinalisis berdasarkan kerangka
teori Utang Luar Negeri menyampaikan bahwa indikator tersebut antara lain
defisit anggaran, inflasi dan cadangan devisa. Ketiga variable yang diuraikan di
atas dianggap sebagai solusi untuk menjawab permasalah terkait utang luar
negeri di Indonesia. Diharapkan bahwa dalam kerangka pikir ini akan menjawab
semua permasalah masyarakat mengenai utang luar negeri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dijabarkan sebuah kerangak pikir
yaitu mempunyai fungsi penuntun, alur berpikit dan sebagai landasan pada
sebuah penelitian yaitu sebagai berikut :

Makro Ekonomi

Defisit Anggaran (X1)


Efektif
Kebijakan
Inflasi (X2) Utang Luar Negeri (Y)
Moneter
Kognitif
Cadangan Devisa (X3)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis maka ruang lingkup
penelitian ini membahas pada tantangan crowding out yang mempengaruhi
implikasi utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi. Meliputi defisit
anggaran, inflasi, dan cadangan devisa. Variabel tersebut dapat
mempengaruhi pergerakan kenaikan utang luar negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Walaupun penelitian ini memiliki ruang lingkup terbatas, Adapun hasil
yang diinginkan kedepannya tetap masih relavan dengan permasalahan
tentang tantangan crowding out pada implikasi utang luar negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan variabel independen dan
variabel dependek terhadap Tantangan Crowding Out : Implikasi Utang Luar
Negeri Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia digunakan data
runtun waktu (time-series) selama 3 tahun terakhir dari tahun 2020 – 2023.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari
instansi, lembaga atau sumber-sumber lain yang relavan. Data terkumpul
kemudain diolah dan dianalisis secara kuantitatif
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
sekunder yang diperoleh dari direktorat jenderal anggaran, trandingeconomic,
databoks, Bank Indonesia dan badan-badan resmi lainnya. Ditunjang juga
dengan studi kepustakaan dengan memanfaatkan atau mempelajari berbagai
buku-buku karya ilmiah dan sumber informasi lainnya situ ekonomi ataupun
jurnal resmi.

D. Model Analisis
Berdasarkan permasalahan penelitian yang temukan sebelumnya,
maka penelitian ini bersifat (eksplanatory research), Membantu meningkatkan
pemahaman tentang crowding out terhadap utang luar negeri dalam
hubungan pertumbuhan ekonomi.
Untuk keperluan analisis deskriptif dan inferensial, maka data diolah
menggunakan SPSS (Statistical Package for Sosial Science). Untuk
mengetahui pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi baik
secara langsung dan tidak langsung tiap jalur dalam model. Model dasar yang
dipergunakan dalam menguji hubungan utang luar negeri dengan
pertumbuhan ekonomi adalah metode analisis regresi sederhana serta
pendekatan dengan data tahun 2019 hingga 2022 sebagai berikut :

E. Hasil dan Pembahasaan


1. Menentukan Hipotesis
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat pengaruh secara signifikan kompensasi
dalam implikasi utang luar negeri dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia
Hipotesis Statistik
Ho = 0 (tidak terdapat pengaruh secara signifikan pada utang luar negeri
terhadap defisit anggaran, inflasi, dan cadangan devisa)
H1 ≠ 0 (terdapat pengaruh secara signifikan pada utang luar negeri
terhadap defisit anggaran, inflasi dan cadangan devisa)
2. Menentukan tingkat signifikansi
α = 5%
Terima Ho jika nilai sig > 0,05
Tolak Ho nilai sig < 0,05
3. Hasil perhitungan sederhana menghasilan

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 435127.648 .000 . .
DefisitAnggaran 1.338 .000 2.002 . .
Inflasi 167.764 .000 1.117 . .
CadanganDevisa -533.639 .000 -2.441 . .
a. Dependent Variable: UtangLuarNegeri
a) Persamaan
Pada hasil perhitungan menunjukkan nilai pada independent variable
defisit anggaran 1.338, inflasi 167,764, dan cadangan devisa -533.639.
variabel x mempunyai pengaruh dengan variabel y dengan arah
perubahan positif.

b) Uji Signifikasi
Pada tabel diatas menujukkan bahwa dimana yang diperoleh t-hitung
sebesar 0 atau tidak signifikan, artinya H0 ditolak dan Ha ditolak maka
pengaruh antara utang luar negeri terhadap variabel independent yakni
defisit anggaran, inflasi, cadangan devisa. Demikian hipotesis dapat
menyatakan bahwa tidak berpengaruh kompensasi terhadap utang luar
negeri.

c) Koefisien Determinasi

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 1.000 1.000 . .

a. Predictors: (Constant), CadanganDevisa, Inflasi, DefisitAnggaran

Pada tabel diatas bahwa perhitungan dapat diketahui bahwa


nilai koefisien korelasi sebesar 1000 artinya korelasi antara cadangan
devisa, inflasi dan defisit anggaran terhadap utang luar negeri. Nilai
koefisien determinasi (R2) diperolah nilai sebesar 1.000 artinya
terdapat pengaruh bagi variabel utang luar negeri terhadap defisit
anggaran,inflasi dan cadangan devisa.
DAFTAR PUSTAKA
Fortuna, A. M., Muljaningsih, S., & Asmara, K. (2021). ANALISIS PENGARUH
ESKPOR, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP
CADANGAN DEVISA INDONESIA. Equilibrium : Jurnal Ilmiah Ekonomi,
Manajemen dan Akuntansi, 10(2). https://doi.org/10.35906/je001.v10i2.779
Gilang Ramadani, Amanda Eka Saputri, & Muhammad Yasin. (2023). Analisi
Pengaruh Hutang Luar Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia. Trending:
Jurnal Manajemen dan Ekonomi, 1(3), 94–100.
https://doi.org/10.30640/trending.v1i3.1128
Hakim, M. (t.t.). Hubungan Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia.
Khusnatun, L. L., & Hutajulu, D. M. (2021). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI CADANGAN DEVISA INDONESIA. Ekono Insentif, 15(2),
79–92. https://doi.org/10.36787/jei.v15i2.583
Ulfa, S., & Zulham, T. (t.t.). ANALISIS UTANG LUAR NEGERI DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI: KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA.
Yunus, R., Anwar, A. I., & Fattah, S. (t.t.). Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia.
Abdullahi, M. M. (t.t.). EXTERNAL DEBT, DEBT OVERHANG, CROWDING OUT
EFFECTS AND CAPITAL FORMATION IN NIGERIA AND SOUTH AFRICA.
Junaedi, D. (2018). HUBUNGAN ANTARA UTANG LUAR NEGERI DENGAN
PEREKONOMIAN DAN KEMISKINAN: KOMPARASI ANTAREZIM
PEMERINTAHAN.
Kuswantoro, M. (2017). ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, UTANG LUAR
NEGERI DAN EKSPOR TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA.
Tirtayasa Ekonomika, 12(1), 146. https://doi.org/10.35448/jte.v12i1.4442
Malik, A., & Kurnia, D. (2017). PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN
PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI.
3(2).
Nugraha, N., Kamio, K., & Gunawan, D. S. (2021). Faktor-Faktor Penyebab Utang
Luar Negeri dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 21.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i1.1160
Rudi, M. I. (2016). PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN
MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
PERIODE TAHUN 2009.3-2014.4. 16(02).
Saputra, D., Aimon, H., & Adry, M. R. (2018). “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Utang Luar Negeri Di Indonesia.” 1.
Saputro, Y. D., & Soelistyo, A. (t.t.). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Utang Luar Negeri Di Indonesia.
Sari, R., Soytas, U., & Hacihasanoglu, E. (2011). Do global risk perceptions
influence world oil prices? Energy Economics, 33(3), 515–524.
https://doi.org/10.1016/j.eneco.2010.12.006
Satya, V. E. (2015). ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN UTANG NEGARA:
MANAJEMEN UTANG PEMERINTAH DAN PERMASALAHANNYA. 20(1).
Williamson, J. (2009). Exchange Rate Economics. Open Economies Review, 20(1),
123–146. https://doi.org/10.1007/s11079-008-9091-7
Yunus, R., Anwar, A. I., & Fattah, S. (t.t.). Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai