Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL

PENGARUH KEBIJAKAN EKONOMI MONETER TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI DI 5 NEGARA ASEAN

DIAJUKAN OLEH: KELOMPOK IV


1. JUAN ALFERO (3032011030)

2. KHAIR AFFANDI AKBAR (3032011004)

3. KURNIATI (3032011005)

4. LIZA AMELIA (3032011006)

5. MUHAMMAD LAZUARDI ABIMANYU (3032011018)

DOSEN PENGAMPU: M. AFDAL. S, S.E., M.E.

PROGRAM STUDI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya proposal yang kami ajukan dengan judul
“Pengaruh Indikator Ekonomi Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di 5
Negara ASEAN” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulisan proposal ini bertujuan dalam rangka menyelesaikan Ujian Tengah
Semester Genap mata kuliah Ekonomi Moneter dan untuk menambah wawasan
bagi penulis dan para pembaca serta dapat dijadikan sebagai referensi.
Oleh sebab itu, kami mengucapkan terimakasih banyak terutama kepada
bapak M. Afdal. S, S.E., M.E. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi
Internasional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni, dan kepada semua pihak dari sumber-
sumber yang ada yang telah mewadahi dalam mencari pengetahuan, serta teman-
teman yang ada disekeliling kami yang telah memberikan motivasi dan masukan-
masukan dalam penyusunan proposal ini, sehingga kami dapat menyelesaikan
proposal ini tepat waktu.
Kami juga menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna dan mungkin sedikit belum teruji kebenarannya. Namun, harapannya
semoga karya yang sederhana ini ada sedikit manfaatnya, terutama bagi kami
penulis pribadi dan teman-teman yang membaca proposal ini. Untuk kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempuranaan proposal ini.

Bangka, 22 Maret 2023


Ketua Kelompok

Liza Amelia
NIM. 3032011006

ii
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 7
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 13
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 20
2.4 Hipotesis .................................................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 23
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 23
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 23
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 23
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 23
3.6 Analisis Data ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .......................................................... 13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi 5 Negara ASEAN Tahun 2017-2021 (Persen)


................................................................................................................................. 2

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan moneter merupakan kebijakan pemerintah atau otoritas moneter
dari sisi jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat suku bunga (interest rates)
yang dapat mempengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate demand) guna
menstabilisasikan perekonomian dengan tingkat pasokan uang harus tumbuh pada
tingkat yang tetap, bukan sedang diatur oleh otoritas moneter. Terjadinya
peningkatan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP)
tanpa melihat besar atau kecilnya tingkat pertumbuhan penduduk dan perubahan
struktur ekonomi mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi. Meninjau antar
keterkaitan ini tentunya membutuhkan adanya kebijakan dari sisi moneter, karena
kebijakan moneter dinilai penting dalam sebuah perekonomian untuk menganalisa
pertumbuhan ekonomi (Warjiyo, 2006; Asnawi & Fitria, 2018; Salim, 2018 dalam
Winarto, dkk, 2021).
Todaro & Smith (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk mencapai penambahan
output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan
ekonomi menjadi salah satu tolak ukur kemajuan sebuah negara sehingga dijadikan
sebagai salah satu indikator penting dalam makroekonomi. Di Kawasan ASEAN,
pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren fluktuatif, terutama saat terjadi krisis
ekonomi di tahun 2008 dan pandemi covid-19 di tahun 2020 yang menyebabkan
pertumbuhan eknomi di seluruh negara ASEAN tumbuh negatif (Wau, dkk, 2022).
Menurut world bank, tingkat pertumbuhan ekonomi 5 negara ASEAN yaitu
Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam menunjukkan tren fluktuatif
dari tahun 2017 hingga 2021 yang dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

1
10

5
Indonesia

0 Philippines
2017 2018 2019 2020 2021 Singapore
-5 Thailand
Vietnam
-10

-15
Gambar 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi 5 Negara ASEAN Tahun 2017-2021 (Persen)
Sumber: World Bank, 2023

Tingkat pertumbuhan ekonomi di 5 negara ASEAN cenderung menurun


bahkan bernilai negatif pada tahun 2020, terutama di negara Filipina yang jauh
merosot penurunanya yaitu dari 6,11 persen di tahun 2019 menurun hingga -9,51
pada tahun 2020. Pada tahun 2021, tingkat pertumbuhan ekonomi di 5 negara
ASEAN kembali stabil yang menunjukkan terjadinya peningkatan. Penurunan
tingkat pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 terjadi salah satunya disebabkan
adanya pandemi covid-19 (World Bank, 2023). Menurut Fasanya, dkk (2013),
dinamika pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi salah
satunya nilai tukar. Depresiasi nilai tukar riil yang berkelanjutan dapat
meningkatkan profitabilitas relatif dan untuk mengurangi biaya ekonomi sehingga
sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan depresiasi
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspor yang lebih murah.
Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah
dengan menambah atau mengurangi jumlah uang dengan cara menaikan atau
menurunkan tingkat suku bunga. Jika Bank Sentral menaikan tingkat suku bunga
diharapkan masyarakat tertarik untuk menyimpan uang di bank dan dengan
demikian jumlah uang yang beredar berkurang. Dengan bunga yang rendah
masyarakat tidak tertarik untuk menabung dan suku bunga kredit akan turun dan
mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk mengajukan pinjaman ke bank.
Dengan demikian jumlah uang yang beredar di masyarakat bertambah. Penurunan
suku bunga biasanya dilakukan pada saat perekonomian mengalami resesi
(Ambarwati & Aziz, 2021).

2
Suku bunga kebijakan moneter juga mempengaruhi tingkat suku bunga
pasar uang jangka pendek yang pada gilirannya dapat merangsang investasi,
konsumsi atau tabungan. Sejalan dengan pandangan Keynesian, penurunan suku
bunga dapat merangsang permintaan agregat dalam jangka pendek, sekaligus
merupakan dorongan untuk meningkatkan investasi. Hal ini secara langsung dapat
menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi. Namun ketidakmampuan untuk
mempertahankan konsumsi yang tinggi dan investasi yang meningkat dapat
memberikan ancaman akan inflasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
kebijakan moneter melalu tingkat suku bunga sangat mempengaruhi kegiatan
perekonomian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang termasuk inflasi
(M Hatmanu, 2020).
Inflasi dipandang sebagai salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Philips (1958) menyatakan bahwa inflasi yang
tinggi secara positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan
tingkat pengangguran. Pandangan para tokoh perspektif struktural dan keynesian
juga mempercayai bahwa inflasi tidak berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi.
Namun, pandangan monetarist berpendapat bahwa inflasi berbahaya bagi
pertumbuhan ekonomi. Hal ini didukung oleh peristiwa pada tahun 1970 dimana
negara-negara dengan inflasi yang tinggi terutama negara-negara Amerika Latin
mulai mengalami penurunan tingkat pertumbuhan dan dengan demikian
menyebabkan munculnya pandangan yang menyatakan Inflasi yang memiliki efek
negatif pada pertumbuhan ekonomi bukan efek positif (Simanungkalit, 2020a).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang pertama adalah
lokasi penelitian, dimana dalam penelitian ini berlokasi di 5 Negara ASEAN. Selain
itu, penelitian ini juga menambahkan variabel jumlah uang beredar untuk melihat
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dengan pembaruan data pengujian.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk
melihat kebijakan dari sisi moneter yaitu Kurs, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga,
dan Inflasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di 5 negara ASEAN
(Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam). Oleh karena itu, peneliti

3
berminat melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Ekonomi
Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara ASEAN”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diuraikan dalam penelitian ini diantaranya ialah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Kurs terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara
ASEAN?
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di 5 Negara ASEAN?
3. Bagaimana pengaruh Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5
Negara ASEAN?
4. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara
ASEAN?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kurs terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di 5 Negara ASEAN.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Jumlah Uang Beredar
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara ASEAN.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Suku Bunga terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara ASEAN.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara ASEAN.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan dapat
dijadikan sebagai panduan bagi ilmu ekonomi moneter, dan ekonomi
pembangunan.

4
1.4 2. Manfaat Praktisi
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi bagi pembaca baik
masyarakat, akademisi maupun peneliti mengenai kurs, jumlah uang beredar,
suku bunga, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
1.4 3. Manfaat Kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan dan masukan dalam
membuat kebijakan dari sisi moneter bagi bank sentral dan pemerintah untuk
membuat perencanaan dalam pengembangan pertumbuhan ekonomi.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk melihat dan mengetahui secara mudah dan cepat isi dari pembahasan
yang ada di dalam penelitian ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan
sistematika yang merupakan kerangka dan pedoman penulisan dalam penelitian.
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Dalam bagian ini memuat halaman judul, halaman kata pengantar, halaman
daftar isi, halaman daftar gambar, halaman daftar tabel, dan halaman daftar
lampiran.
2. Bagian Utama
Bagian ini terdiri dari bab dan sub bab yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini terdiri dari landasan teori, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran, dan hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari
pendekatan peneltian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan sampel
penelitian, serta analisis data.

5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil dan analisa penelitian, yang terdiri
dari hasil penelitian, analisis deskriptif variabel, dan
pembahasan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Dalam bagian ini mencakup tentang daftar pustaka dan daftar lampiran.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi, kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan
yang ada. Teori Pertumbuhan Ekonomi:
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori klasik meletakkan dasar pertama untuk sejumlah pertumbuhan teori
selanjutnya. Model pertumbuhan klasik oleh Adam Smith adalah Y = f (L,
K, T). Di mana Y adalah output, L adalah tenaga kerja, K adalah modal
dan T adalah tanah. Sehingga output terkait dengan tenaga kerja, modal
dan, tanah. Akibatnya, pertumbuhan output didorong oleh pertumbuhan
penduduk, investasi, pertumbuhan lahan, dan peningkatan produktivitas
secara keseluruhan. Selain itu, ia melihat tabungan sebagai pencipta
pertumbuhan investasi dan karenanya ia melihat distribusi pendapatan
sebagai salah satu penentu yang paling penting dari cepat atau lambat
bangsa akan tumbuh.
b. Teori Keynesian
Model Keynesian terdiri dari kurva Agregat Demand (AD) dan Agregat
Supply (AS), yang tepat menggambarkan hubungan antara inflasi dengan
pertumbuhan. Banyak faktor yang mendorong tingkat inflasi dan tingkat
output dalam jangka pendek. Ini termasuk perubahan: harapan; tenaga
kerja berlaku; harga faktor produksi lainnya, dan/ atau kebijakan moneter
fiskal. Kurva jangka pendek AD dan AS menunjukkan hubungan yang
positif antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi untuk jangka pendek.

7
Namun, ternyata untuk jangka panjang menunjukkan hubungan yang
negatif.
c. Moneterisme
Milton Friedman, yang menciptakan istilah monetarisme, menekankan
beberapa properti jangka panjang kunci dari ekonomi, termasuk Teori
Kuantitas Uang dan Netralitas Uang. Singkatnya, monetarisme
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, harga dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan uang, dan tidak berpengaruh nyata pada
pertumbuhan. Inflasi akan berdampak jika pertumbuhan jumlah uang
beredar lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi.
d. Teori Neo-klasik
Peningkatan inflasi atau ekspektasi inflasi akan mengurangi kekayaan
rakyat dan mengakibatkan tingkat pengembalian riil uang individu
menurun. Untuk mengumpulkan kekayaan yang diinginkan, orang lebih
berhemat dengan beralih ke asset lain, meningkatkan harga mereka,
sehingga akan tingkat bunga riil. Penghematan yang besar berarti
akumulasi modal yang lebih besar dan pertumbuhan output sehingga lebih
cepat.
e. Neo-Keynesian
Neo-Keynesian awalnya muncul dari ide-ide teori Keynesian. Salah satu
perkembangan utama di bawah Neo-Keynesianisme adalah konsep
“potensi keluaran”, yang kadang-kadang disebut sebagai output alam. Ini
adalah tingkat output di mana perekonomian pada tingkat yang produksi
yang optimal.
f. Teori Pertumbuhan Endogen
Teori ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh
faktor- faktor dalam proses produksi, misalnya; skala ekonomi yang
meningkat atau diinduksi perubahan teknologi; sebagai lawan luar
(eksogen) faktor-faktor seperti peningkatan populasi. Di teori
pertumbuhan endogen, tingkat pertumbuhan bergantung pada satu
variabel: tingkat pengembalian modal. Variabel seperti inflasi, penurunan

8
tingkat pengembalian, yang pada gilirannya mengurangi akumulasi modal
dan mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi. Salah satu fitur
menyumbang perbedaan utama antara model pertumbuhan endogen dan
ekonomi neo-klasik. Dalam teori neoklasik, pengembalian modal menurun
karena lebih banyak modal akumulasi (Simanungkalit, 2020b).
2.1.2. Teori Kurs
Menurut Krugman (2005) adalah harga mata uang suatu negara
terhadap negara lain atau mata uang suatu negara dinyatakan dalam mata uang
negara lain. Dalam ilmu ekonomi nilai tukar suatu negara dapat dibedakan
menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal (Bau, dkk, 2016).
Teori Nilai Tukar:
a. Teori IRP (Interest rate Parity)
Teori IRP (Interest rate Parity) adalah salah satu teori yang paling dikenal
dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan
bursa valas atau forex market dengan pasar uang internasional
(Internasional Money Market) atau dengan kata lain teori ini menganalisis
hubungan antara kurs valas dengan tingkat suku bunga. Teori ini
menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga pada pasar uang internasional
akan cenderung sama dengan forward rate atau discount. Dengan kata lain,
berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan atau diperkirakan berapa
perubahan kurs forward atau forward rate (FR atau SI) dibandingkan
dengan spot rate (SR atau SO) bila terdapat perbedaan tingkat bunga,
misalnya home country dan foreign Country. Menurut IRP, besarnya
perubahan FR terhadap SR akan ditentukan oleh besarnya forward rate
premium atau discount yang timbul sebagai akibat dari perbedaan tingkat
bunga antara home country dan foreign Country.
b. Teori PPP (Purchasing Parity Power)
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh David Richardo pada tahun 1817
dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916. Teori
ini mendasarkan logika mata uang dalam standar kertas tidak mempunyai
nilai intrinsik atau tidak didukung dan dikaitkan nilainya dengan suatu

9
komoditi tertentu yang dijadikan standar. Sehingga nilai tersebut didalam
negeri ditentukan oleh kemampuan daya belinya. Penjelasan teori ini
didasarkan pada Law of One Price (LOP), yaitu hukum yang menyatakan
bahwa harga produk yang sejenis didua negara yang berbeda akan sama
pula bila dinilai dalam Law of One Price, yaitu hukum yang menyatakan
bahwa harga produk yang sejenis didua negara yang berbeda akan sama
pula bila dinilai dalam currency atau mata uang yang sama.
2.1.3. Teori Jumlah Uang Beredar
Teori-teori uang beredar:
a. Teori Kuantitas Uang
Pada asasnya teori kuantitas uang merupakan suatu hipotesa mengenai
penyebab utama nilai uang atau tingkat harga. Teori ini menghasilkan
kesimpulan bahwa perubahan nilai uang atau tingkat harga terutama
merupakan akibat daripada adanya perubahan jumlah uang beredar. Tidak
berbeda dengan benda-benda ekonomi lainnya, bertambahnya jumlah
uang yang beredar dalam masyarakat akan mengakibatkan nilai mata uang
itu sendiri menurun. Oleh karena menurunnya nilai uang mempunyai
makna yang sama dengan naiknya tingkat harga.
b. Teori Cambridge (Marshall – Pigou)
Teori Cambidge mengatakan bahwa kegunaan dari pemegang kekayaan
dalam bentuk uang adalah karena uang mempunyai sifat liqud sehingga
dengan mudah bisa ditukarkan dengan barang lain. Uang dipegang atau
diminta oleh seseorang karena sangat mempermudah transaksi atau
kegiatan-kegiatan ekonomi lain dari orang tersebut. Jadi berbeda dengan
teori Fisher yang menekan bahwa permintaan akan uang semata-mata
merupakan proporsi konstan dari volume transaksi yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor kelembagaan yang konstan, teori Cambridge lebih
menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang
menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan transaksi
yang direncanakan.
c. Teori Keynes

10
Teori permintaan akan uang Keynes adalah teori yang bersumber pada
teori Cambridge, tetapi Keynes memang mengemukakan sesuatu yang
betul betul berbeda dengan teori moneter tradisi klasik. Pada hakekatnya
teori perbedaan ini terletak pada penekanan Keynes pada fungsi uang yang
lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya pada means of exchange.
teori ini kemudian dikenal dengan nama teori Liquidity Preference
(Boediono, 2012).
2.1.4. Teori Suku Bunga
Suku bunga merupakan sejumlah rupiah yang dibayar akibat telah
mempergunakan dana sebagai balas jasa. Perubahan suku bunga merupakan
perubahan dalam permintaan uang (kredit). Kenaikan suku bunga
mengakibatkan penurunan permintaan agregat/pengeluaran investasi.
Sebaliknya, peningkatan suku bunga akan mengakibatkan peningkatan
permintaan agregat (Rompas, 2018).
Pandangan Keynes, bahwa tingkat bunga tergantung pada sejumlah
uang yang beredar dan preferensi likuiditas (permintaan uang), yang
dimaksud dengan preferensi likuiditas adalah permintaan uang atas uang oleh
seluruh masyarakat dalam perekonomian. Keynes menyatakan bahwa
permintaan uang oleh masyarakat mempunyai 3 tujuan (Sadono Sukirno,
2004):
a. Transaksi (untuk membayar konsumsi oleh masyarakat)
b. Berjaga-jaga (untuk menghadapi masalah yang tidak terduga-duga seperti
kematian dan kehilangan pekerjaan)
c. Spekulasi (untuk ditanamkan ke saham atau surat berharga lain)
Menurut Kasmir (2012: 114) dalam kegiatan bank sehari-hari ada dua
macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:
a. Bunga simpanan Bunga yang diberkan sebagai rangsangan atau balas jasa
bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan berupa
bunga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya sebagai contoh jasa
giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

11
b. Bunga Pinjaman Bunga pinjaman yang diberikan kepada peminjam atau
bunga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Sebagai
contoh bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan
pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga
pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai
contoh seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga
pinjaman juga mempengaruhi ikut naik, demikin pula sebaliknya.
Tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan
tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi
oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan
demikian suku bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang
beredar sehingga permintaan agregatpun akan berkurang dan kenaikan harga
dapat diatasi (Rompas, 2018).
2.1.5. Teori Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Teori-Teori Inflasi:
a. Teori Kuantitas
Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, kaum klasik berpendapat bahwa
tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Harga akan naik
jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang
ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi dua kali lipat,
maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi dua kali lipat.
b. Teori Keynes

12
Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan dari suatu
golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan
jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara
berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang akan
terjadi adalah harga akan naik, pemerintah dapat membeli barang dan jasa
dengan cara mencetak uang, misalnya inflasi juga dapat terjadi karena
keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini
digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan agregat
meningkat, sedangkan penawaran agregat tetap. Kondisi ini berakibat pada
kenaikan harga-harga.
c. Teori Struktural Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural
ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi cepat kenaikan
permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan
sulit dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan pengaruh Kurs, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga, Inflasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, sebagaimana Tabel berikut :
Tabel 2. 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
1. Bojanic (2012) The Impact of Uji Granger Hasil penelitian ini
Financial Standard an menunjukkan bahwa
Development Model ECM adanya hubungan
and Trade on ekuilibrium jangka
the Economic panjang.
Growth of
Bolivia

13
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
2. Fasanya, dkk, Does Studi ini Hasil penelitian ini
(2013) Monetary menggunakan menunjukkan bahwa
Policy data time hubungan jangka
Influence series dengan panjang ada di antara
Economic metode Error variable. Selain itu,
Growth In Corecctionn penelitian ini
Nigeria? Model (ECM) menunjukkan bhawa
tingkat inflasi, nilai
tukar dan cadangan
eksternal merupakan
instrument kebijakan
moneter yang
signifikan yang
mendorong
pertumbuhan Nigeria.
3. Precious & Impact of Uji Hasil penelitian
Palesa, (2014) Monetary Augmented menunjukkan bahawa
Policy on Dickey-Fuller ada hubungan jangka
Economic dan Phillips panjang antara
Growth: A Perron, variable dan jumlah
Case Study of Johansen dan uang beredar, nilai
South Africa Mekanisme repo dan nilai tukar
Koreksi merupakan
instrument kebijakan
moneter yang tidak
signifikan yang
mendorong
pertumbuhan di

14
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
Afrika Selatan,
sementara inflasi
signifikan.
4. Semuel, dkk, Analysis of the Penelitian ini Hasil penelitian ini
(2015) Effect of menggunakan menunjukkan
Inflation, Partial Least terdapat hubungan
Interest Rates, Square (PLS). negative signifikan
and Exchange suku bunga terhadap
Rates on PDB dan hubungan
Gross positif signifikan nilai
Domestic tukar terhadap PDB,
Product sedangkan inflasi
(GDP) in tidak berpengaruh
Indonesia signifikan terhadap
PDB.
5. Hatmanu, dkk, The Impact of Uji kointegrasi Hasil penelitian
(2020) Interest Rate, Bound denagn menunjukkan bahwa
Exchange and Pendekatan dalam jangka pendek,
European Autoregressive pertumbuhan
business Distributed ekonomi dipengaruhi
Climate on Lag (ARDL) secara negatif oleh
Economic suku bunga, dan
Growth in secara positif oleh
Romania: An nilai tukar. Penelitian
ARDL juga menunjukkan
Approach with bahwa iklim bisnis di
Structure kawasan Euro
Breaks memiliki efek yang

15
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
beragam terhadap
pertumbuhan
ekonomi. Hasilnya
sangat signifikan
untuk menangani
suku bunga dan nilai
tukar dalam
mempertahankan
pertumbuhan
ekonomi.
6. Simanungkalit Pengaruh Regresi linier Hasil penelitian
(2020) Inflasi sederhana menunjukkan bahwa
Terhadap dengan dalam jangka pendek,
Pertumbuhan metode pertumbuhan
Ekonomi Di Ordinary ekonomi dipengaruhi
Indonesia Least Square secara negatif oleh
(OLS) suku bunga, dan
secara positif oleh
nilai tukar. Penelitian
juga menunjukkan
bahwa iklim bisnis di
kawasan Euro
memiliki efek yang
beragam terhadap
pertumbuhan
ekonomi. Akhirnya,
dengan
mempertimbangkan

16
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
saling ketergantungan
yang tumbuh antara
lingkungan bisnis
internal dan eksternal
(Eropa), hasilnya
sangat signifikan
untuk menangani
suku bunga dan nilai
tukar dalam
mempertahankan
pertumbuhan
ekonomi.
7. Winarto, dkk, Analisis data sekunder Hasil penelitian ini
(2021) Dampak dan menunjukkan bahwa
Kebijakan dokumentasi uang beredar
Moneter dengan memiliki hubungan
terhadap metode Vector yang signifikan
Pertumbuhan Auto terhadap
Ekonomi di Regression pertumbuhan
Indonesia (VAR) ekonomi. Sedangkan
suku bunga, nilai
tukar, dan inflasi tidak
memiliki hubungan
yang signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.

17
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
8. Adekantari & Analisis Regresi data Hasil penelitian ini
B, (2021) Pengaruh panel adalah variabel
Varabel pertumbuhan
Makroeknomi ekonomi dan broad
terhadap money berpengaruh
Inflasi di positif dan signifikan
ASEAN-5 terhadap inflasi di
(Indonesia, ASEAN-5. Di sisi
Thailand, lain, variabel narrow
Philipina, money berpengaruh
Malaysia dan negatif dan tidak
Singapura) signifikan terhadap
inflasi di ASEAN-5.
Sedangkan variabel
kurs berpengaruh
positif namun tidak
signifikan terhadap
inflasi di ASEAN-5.
9. Haidar & Analisis Metode data Variabel aliran modal
Firmansyah, Pertumbuhan panel dinamis yang ditunjukkan
(2021) Ekonomi pendekatan dengan Pembentukan
Negara- GMM Modal Tetap Bruto
Negara Asean (Generalized memiiki pengaruh
Method of yang tidak signifikan
Moments) dan negatif terhadap
variabel pertumbuhan
ekonomi pada
kelompok penelitian

18
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
keseluruhan negara
dan negara sudah
maju di kawasan
ASEAN+6.
Sedangkan pada
kelompok penelitian
negara sedang
berkembang variabel
aliran modal memiiki
pengaruh yang positif
dan tidak signifikan
terhadap variabel
pertumbuhan
ekonomi.
10. Rahman, dkk, Economic Cross Section, Hasil penelitian
(2022) Growth in Six Akar Unit menunjukkan bahwa
ASEAN Panel, strategi pembangunan
Countries Are Kointegrasi inklusif yang
Energy, Panel, memberikan
Human Estimasi kesempatan bagi
Capital, and Jangka semua sector untuk
Financial Panjang dan tumbuh menghasilkan
Development Uji Kausalitas tiga hal yang
Playing Major Panel Granger. diinginkan
Roles? pembangunan
ekonomi
berkelanjutan,

19
Judul Teknik
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
berkeadilan, efektif
dan efisien.
Sumber: Hasil penelitian terdahulu (data diolah, 2023)

2.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan model secara konseptual yang mengkaji teori
beragam faktor yang dikaji sebagai hal penting dan sebuah pemahaman dasar terkait
pondasi tiap pemikiran dari semua penelitian, sehingga didapatkan gambaran
kerangka penelitian:

Kurs
H1+

H2+
Jumlah Uang Beredar Pertumbuhan
H3+ Ekonomi

Suku Bunga H3+

H3+
H4-

Inflasi H3+

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran


H3+
Sumber : Diolah peneliti 2023

Berdasarkan Gambar 2.1 menunjukkan bahwa kerangka pemikiran dalam


penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu
Kurs, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga, Inflasi terhadap variabel dependen yaitu
Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara ASEAN.
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan pendugaan yang mempunyai sifat sementara dan harus
memerlukan pembuktian yang harus dinyatakan sejalan dengan rumusan masalah.
Pembuktian ini merupakan salah satu upaya untuk menjawab masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya. Berikut hipotesis dalam penelitian ini:
2.4.1. Pengaruh Kurs terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara ASEAN

20
Nilai kurs pada sebuah negara selalu berfluktuasi. Perubahan nilai
kurs dapat berupa depresiasi atau pelemahan nilai mata uang dimestik dan
apresiasi atau penguatan mata uang domestik. Depresiasi nilai mata uang
sebuah negara menurunkan eksport dan meningkatkan nilai import negara
tersebut. Sebaliknya, apresiasi mata uang domestik menurunkan nilai import
dan meningkatkan nilai ekspor Peningkatan import akan menurunkan
permintaan output produksi dalam negeri sehingga dapat menurunkan tingkat
produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat pertumbuhan
ekonomi (Wau et al., 2022).
Berdasarkan kerangka teori dan riset terdahulu yang menjelaskan
hubungan nilai kurs dan pertumbuhan ekonomi tersebut, maka hipotesis
pertama yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah:
H1: Nilai kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di 5 Negara ASEAN.
2.4.2. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5
Negara ASEAN
Jumlah Uang Beredar (JUB) ditunjukkan dalam M2. M2 adalah
jumlah mata uang yang beredar ditambah dengan uang giral dan uang kuasi
(deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik
swasta domestik). Jumlah uang yang beredar menyebabkan terjadinya inflasi.
Inflasi menyebabkan bank sentral di setiap negara akan menaikkan suku
bunga mereka agar uang yang beredar di masyarakat semakin sedikit
(Wulandari, 2016).
Berdasarkan kerangka teori dan riset terdahulu yang menjelaskan
hubungan nilai jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi tersebut,
maka hipotesis kedua yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah:
H2: Nilai jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di 5 Negara ASEAN.
2.4.3. Pengaruh Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara
ASEAN

21
Suku bunga merupakan sejumlah rupiah yang dibayar akibat telah
mempergunakan dana sebagai balas jasa. Perubahan suku bunga merupakan
perubahan dalam permintaan uang (kredit). Kenaikan suku bunga
mengakibatkan penurunan permintaan agregat/pengeluaran investasi.
Sebaliknya, peningkatan suku bunga akan mengakibatkan peningkatan
permintaan agregat.
Berdasarkan kerangka teori dan riset terdahulu yang menjelaskan
hubungan nilai suku bunga dan pertumbuhan ekonomi tersebut, maka
hipotesis ketiga yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah:
H3: Nilai suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Negara ASEAN.
2.4.4. Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 5 Negara ASEAN
Inflasi yang tinggi menurunkan daya beli masyarakat. Daya beli yang
menurun akan menurunkan permintaan secara agregat, dan akhirnya
memperlambat pertumbuhan ekonomi. Bukti empiris juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang berbalik arah antara inflasi dan pertumbuhan
ekonomi (Wau et al., 2022).
Berdasarkan kerangka teori serta riset terdahulu yang menjelaskan
hubungan inflasi dan pertumbuhan itu, maka hipotesis keempat yang
ditawarkan dalam penelitian ini adalah:
H4: Inflasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di 5 Negara-negara angota ASEAN.

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu metode yang
didasari untuk mengkaji populasi atau sampel khusus, melalui instrumen penelitian
serta dianalisis dengan angka pada uji hipotesisnya (Sugiyono, 2014).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada negara di Wilayah ASEAN yang terdiri dari 5
negara pengamatan yaitu Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret 2023 sampai selesai.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Menurut
Suryani (2015), data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (metric). Data
kuantitatif dalam penelitian ini berupa data kurs, jumlah uang beredar, suku bunga,
inflasi dan pertumbuhan ekonomi di 5 Negara ASEAN.
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Menurut Widarjono (2017), data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dan biasanya data ini sudah
siap pakai. Data sekunder penelitian ini yaitu kurs, jumlah uang beredar, suku
bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi di 5 Negara ASEAN oleh World Bank.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi, yaitu catatan peristiwa yang
sudah lampau. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya yang
momumental dari seseorang (Sugiyono, 2014). Selain itu, untuk melengkapi data
yang diperlukan, digunakan data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian
terdahulu maupun referensi dari berbagai sumber studi kepustakaan serta publikasi
lain yang relevan.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

23
Menurut Sugiyono, (2017) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari, obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah Wilayah ASEAN, dari tahun yang dipublikasikan oleh World
Bank.
Data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 5 Negara
dengan waktu pengamatan dimulai dari Tahun 2000 sampai 2020 sehingga jumlah
data 105 sampel.

3.6 Analisis Data


3.6.1. Statistik Deskriptif Variabel
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Menurut
(Hartono, 2013), statistik deskriptif merupakan gambaran fenomena
berdasarkan karakteristik sebuah data. Statistik ini mencakup pada nilai
frekuensi, pengukur tendensi pusat, dispersi dan pengukur bentuk
3.6.2. Metode Data Panel
Menurut Widarjono (2017), panel data merupakan gabungan antara data
time series dan cross section data. Analisis regresi data panel didasari pada data
panel dalam mengobservasi hubungan antar kedua variabelnya.
Berikut ini model persamaan regresi berdasrakan data cross section dan
persamaan dengan data time series:
𝑌𝑖 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖 + 𝜀𝑖 ; 𝑖 = 1,2,3 … , 𝑁…………………………………….(1)
𝑌𝑖 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑡 + 𝜀𝑡 ; 𝑖 = 1,2,3 … , 𝑇…………………………………….(2)
Keterangan :
N : Banyaknya data Cross Section
T : Banyaknya data time series
Data panel yaitu gabungan dari data cross section dan data time series,
maka didapatkan persamaan :
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 ; i=1,2,3,...,N ; t = 1,2,3,...,T……………………..(3)
3.6.3. Pemodelan Dalam Data Panel
Menurut Widarjono (2017), terdapat 3 pendekatan saat melakukan
estimasi regresi data panel, antara lain :

24
3.6.3.1. Model Common Effect Model/CEM)
Estimasi Common Effect merupakan model estimasi yang paling
sederhana untuk mengestimasi data panel karena hanya dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada pendekatan ini
tidak memperhatikan dimensi individu dan waktu sehingga diasumsikan
bahwa perilaku data antar individu sama dalam berbagai kurun waktu.
Model ini bisa menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) atau
teknik kuadrat terkecil dalam melakukan estimasi model data panel. Hasil
analisis regresi dianggap berlaku pada semua objek pada semua waktu.
3.6.3.2. Model Fixed Effect Model/FEM)
Pendekatan model ini menggunakan variabel dummy yang dikenal
dengan model efek tetap (Fixed Effect) atau Least Square Dummy Variable
(LSDV). Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar
individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Dalam
mengestimasi data panel, model ini menggunakan teknik variable dummy
untuk menangkap adanya perbedaan intersep antar objek yang satu dengan
objek yang lainnya. Efek tetap di sini maksudnya yaitu dalam satu objek
memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu.
Koefisien regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant).
Estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobotan (no weight) dan dengan
pembobotan (Cross Section Weight). Pembobotan dengan cross section
weight pada metode efek tetap dapat dilakukan karena diduga bahwa model
regresi data panel mengandung gejala heteroskedastisitas.
3.6.3.3. Model Random Effect Model/REM
Dalam model acak, dapat juga disebut dengan model komponen
error (Error Component Model‒‒ECM). Dinamakan model komponen
error (ECM) karena error term yaitu gabungan dua komponen (error dan
section). Pada ECM, komponen ini tidak berkorelasi dan tidak ada
autokorelasi pada keduanya. Pada model acak ini, parameter yang berbeda
antar daerah dan waktu dimasukkan kedalam error, dengan diterapkannya

25
model ini mampu menghemat digunakannya degree of freedom, sehingga
parameter dari hasil estimasi akan semakin efisien.
3.6.4. Pemilihan Model Data Panel
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan
pemilihan model regresi data panel, yakni sebagai berikut:
1. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah model common effect lebih
baik digunakan dari pada model fixed effect.
H0 : Model CEM yang sesuai
H1 : Model FEM yang sesuai
2. Uji Hausman
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect lebih baik
digunakan dari pada model random effect.
H0 : Model REM yang sesuai
H1 : Model FEM yang sesuai
3. Uji Lagrange Multiplier (LM)
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah model random effect lebih
baik digunakan dari pada model common effect.
H0 : Model CEM yang sesuai
H1 : Model REM yang sesuai
3.6.5. Model Persamaan Regresi Data Panel
Model persamaan regresi data panel yang akan diestimasi pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
Yit = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + 𝜀it ……………………………………………(4)
Keterangan:
Yit : Pertumbuhan Ekonomi di daerah i periode t
α : Konstanta
X1it : Kurs di daerah i periode t
X2it : Jumlah Uang Beredar di daerah i periode t
X3it : Suku Bunga di daerah i periode t
X4it : Inflasi di daerah i periode t

26
β1,2,….n : Koefisien Regresi
ε : Error term
3.6.6. Uji Asumsi Klasik
3.6.6.1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi data panel residual berdistribusi normal atau tidak.
Model estimasi regresi yang baik yaitu data variabelnya berdistribusi
normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan
membandingkan nilai probability ataupun dengan nilai Jarque-Bera (J-B)
dan nilai Chi Square tabel. Adapun jika nilai probability < α (5%), maka H0
ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal. Jika nilai probability > α
(5%), maka H0 diterima artinya data berdistribusi normal (Ghazali, 2018).
3.6.6.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk melihat apakah
model regresi linear terjadi ketidaksamaan varian (variance). Jika varian
dari residual adalah konstan, maka hal ini berarti terjadi homoskedastisitas.
Model regresi yang baik jika tidak terdapat heterokedastisitas. Penggunaan
metode dalam uji heterokedastisitas dengan uji Glejser. Pengambilan
keputusan dengan metode ini yaitu tingkat probabilitas signifikansi > 0,05
yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.6.3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai
correlation dari masing-masing variabel independent. Jika nilai correlation
< 0,8, maka data tersebut tidak mengalami multikolinieritas atau variabel
independen tersebut memiliki kontribusi yang hampir sama dalam
menjelaskan variabel dependen. Begitu juga sebaliknya, jika nilai
correlation > 0,8, maka data tersebut mengalami multikolinieritas. Model
estimasi regresi yang baik yaitu data variabelnya tidak mengalami
multikolinieritas.
3.6.7. Uji Hipotesis

27
3.6.7.1. Uji Statistik t
Uji Statistik t umumnya menggambarkan besaran pengaruh satu
variabel independen dalam menjelaskan variasi dependennya untuk
menganggap variabel lainnya konstan. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat signifikansi sebesar 5
persen dengan kriteria pengujian yaitu :
1) Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat
pengaruh signifikan variabel independen terhadap dependen.
2) Jika thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat
pengaruh signifikan variabel independen terhadap dependen.
3.6.7.2. Uji Statistik f
Uji ini menggambarkan apakah seluruh variabel yang dimasukan
berpengaruh secara bersamaan terhadap variabel dependen. Cara uji
hipotesis ini yaitu dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan
ketetapan :
1) Jika Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, hal ini berarti
variabel independen (Kurs, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga, dan
Inflasi) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dependen
(Pertumbuhan Ekonomi).
2) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel
independen (Kurs, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga, dan Inflasi)
secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap dependen
(Pertumbuhan Ekonomi).
3.6.7.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi difungsikan mengukur besaran kemampuan
model menjabarkan variasi variabel dependennya, berkisar 0-1. Kecilnya
nilai R2 menggambarkan keterbatasan variabel independen menjabarkan
dependennya terbatas. Nilai mendekati 1 menggambarkan variabel
independen menjabarkan semua informasi yang diperlukan dependennya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Adekantari, P., & B, Syamsul A. (2021). Analisis Pengaruh Variabel


Makroekonomi terhadap inflasi di ASEAN -5 (Indonesia, Thailand, Philipina,
Malaysia dan Singapura). Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembangunan, 10(2),
138–148.
Ambarwati, A. D., Sara, I. M., & Aziz, I. S. A. (2021). Pengaruh Jumlah Uang
Beredar (JUB), BI Rate dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Periode 2009- 2018. Warmadewa Economic Development Journal
(WEDJ), 4(1), 21–27.
https://doi.org/https://doi.org/10.22225/wedj.4.1.3144.21-27
Asnawi, A., & Fitria, H. (2018). Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Tingkat Suku
Bunga dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Ekonomika
Indonesia, 7(01), 24–32.
Bau, A. F., Kumaat, R. J., & Niode, A. O. (2016). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(03), 524–535.
Boediono. (2012). Ekonomi Makro Analisis Islam dan Permintaan dan Penawaran
Agregatif. 3, 6.
Bojanic, A. N. (2012). The impact of financial development and trade on the
economic growth of Bolivia. Journal of Applied Economics, 15(1), 51–70.
https://doi.org/10.1016/S1514-0326(12)60003-8
Fasanya, I. O., Onakoya, A. B. O., & Agboluaje, M. A. (2013). Asian Economic
and Financial Review, 2013, 3(5):635-646 Does Monetary Policy Influence
Economic Growth In Nigeria? 3(5), 635–646. Retrieved from
http://aessweb.com/journal-detail.php?id=5002
Ghazali, I. (2018). Analisis Multivariat dan Ekonometrika: Teori, Konsep, dan
Aplikasi dengan Eviews 10. Semarang: UNDIP.
Haidar, M. I., & Firmansyah. (2021). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Negara-
Negara ASEAN. Forum Ekonomi, 23(3), 593–605.
Hartono, J. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-

29
Pengalaman Edisi 6. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hatmanu, M. (2020). The impact of interest rate, exchange rate and european
business climate on economic growth in Romania: An ARDL approach with
structural breaks. Sustainability (Switzerland), 12(7).
https://doi.org/10.3390/su12072798
Precious, C., & Palesa, M. K. (2014). Impact of monetary policy on economic
growth: A case study of South Africa. Mediterranean Journal of Social
Sciences, 5(15), 76–84. https://doi.org/10.5901/mjss.2014.v5n15p76
Rahman, M. M., Vu, X. B. B., & Nghiem, S. (2022). Economic Growth in Six
ASEAN Countries: Are Energy, Human Capital and Financial Development
Playing Major Roles? Sustainability (Switzerland), 14(8).
https://doi.org/10.3390/su14084540
Rompas, W. F. I. (2018). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar
Terhadap Permintaan Kredit Pada Perbankan Di Kota Manado. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi, 18(2), 204–215.
Salim, J. F. (2018). Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia. Jurnal Ekombis, 3(2).
Semuel, Hatane & Nurina, S. (2015). Analysis of the Effect of Inflation , Interest
Rates , and Exchange Rates on Gross Domestic Product ( GDP ) in Indonesia.
Proceedings of the International Conference on Global Business, Economics,
Finance and Social Science, (February), 20–22.
Simanungkalit, E. F. B. (2020). Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia. Journal of Management, 13(3), 327–340.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Suryani, H. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Warjiyo, P. (2006). Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter:
Keterkaitan dan Perkembangannya di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter
Dan Perbankan, 8(4), 429–454.
Wau, T., Sarah, U. M., Pritanti, D., Ramadhani, Y., & Ikhsan, M. S. (2022).
Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN: Model Data Panel.

30
Jurnal Samudra Ekonomi Dan Bisnis, 13(2), 163–176.
https://doi.org/10.33059/jseb.v13i2.5205
Widarjono, A. (2017). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Winarto, H., Poernomo, A., & Prabawa, A. (2021). Analisis Dampak Kebijakan
Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Manajemen
Dan Sains, 6(1), 34–42. https://doi.org/10.33087/jmas.v6i1.216
World Bank. (2023). GDP growth (annual %).
Wulandari, F. (2016). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Ekspor
dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Risiko Kredit di Wilayah Asia Tenggara
(ASEAN) (Studi Pada Negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia
Periode 1998-2014). Jurnal Ilmiah, 10(2), 1–94.

31

Anda mungkin juga menyukai