Anda di halaman 1dari 7

Essay Competition Banker’s Day 2022

OPTIMISME STRATEGI PERBANKAN DALAM


MENGHADAPI ANCAMAN RESESI TAHUN 2023
PASCA COVID-19

Eka Ningtyas
21213021

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


YOGYAKARTA
2022
Covid-19 dan konflik Rusia dan Ukraina yang berdampak pada terancamnya
rantai pasokan komoditas kebutuhan negara-negara di dunia merupakan ancaman
resesi global tahun 2023 dan telah menjadi perbincangan hangat publik global
termasuk Indonesia. The NBER’s Business Cycle Dating Committee
mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang
tersebar di seluruh aspek ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan,
biasanya terlihat dalam produksi, pekerjaan, pendapatan riil, dan indikator lainnya
(Claessens & Kose, 2009). Definisi lainnya disampaikan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) yang menggambarkan resesi sebagai kondisi ekonomi suatu negara yang
sedang memburuk yang dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang
negatif, bertambahnya pengangguran serta pertumbuhan ekonomi riil yang juga
bernilai negatif (dinaskoperasikulonprogo, 2022).
Adanya resesi menuntut investor dunia dalam hal ini mengharapkan bank
sentral menaikkan suku bunga sebagai kebijakan moneter global sebesar 4 persen
hingga tahun 2023 di mana kenaikan ini melebihi presentase di atas rata-rata
tahun 2021 (Aryono, 2022) . Probabilitas resesi untuk Indonesia pada survei
Bloomberg sebesar 3 persen, di mana ini lebih rendah dibanding negara ASEAN
lainnya. Pemerintah bersama sektor perbankan turut mempengaruhi pemulihan
ekonomi. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) turut ikut dalam pemulihan ekonomi
tahun 2020 melalui kebijakannya tiga kali menurunkan suku bunga acuan BI 7-
Day Reverse Repo Rate (BIDRR).
Selain itu, terdapat empat kebijakan dalam pemulihan ekonomi nasional
yang dilakukan BI. Pertama, melanjutkan kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah
sesuai nilai fundamental dan mekanisme pasar di tengah ketidakpastian pasar
keuangan global. Kedua, menekankan penguatan sinergi ekspansi moneter yang
didukung akselerasi stimulus fiskal pemerintah. Ketiga, turut memperkuat
koordinasi langkah dan kebijakan dengan pemerintah dan Komite Stabilitas
Sistem Ekonomi (KSSK) untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem
keuangan, termasuk penyediaan pendanaan bagi Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS). Keempat, adalah mempercepat digitalisasi sistem pembayaran melalui
Central Bank Digital Currency (CBDC) untuk percepatan implementasi ekonomi
dan keuangan digital melalui kolaborasi perbankan dan teknologi finansial sebagai

1
upaya memperluas akses Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan
masyarakat kepada layanan perbankan. BI bersinergi bersama Pemerintah
mendorong terciptanya UMKM sebagai kekuatan perekonomian nasional di era
digital dalam mengahadapi ancaman resesi 2023 pasca pandemi Covid-19.
Ditengah situasi ketidakpastian ekonomi yang meningkat, UMKM
merupakan salah satu sector yang dianggap dapat memberikan kontribusi besar
bagi perekonomian nasional. Kesadaran akan pentingnya UMKM dalam
keberlangsungan ekonomi di Indonesia, harus disertai dengan kebijakan dan
regulasi dari pemerintah melalui kerja sama bersama sektor perbankan strategi
dalam menghadapi ancaman resesi tahun 2023 agar dapat membuat skema-skema
permodalan syariah yang mudah diakses oleh para pelaku usaha UMKM untuk
mendukung stabilitas keuangan serta pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia
mengarahkan kebijakan pada penguatan kerangka kerja dan respon bauran
kebijakan, peningkatan kapasitas BI sebagai bank sentral digital, implementasi
Digital Business Process Re-engibeering, persiapan mendukung RUU
Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan. Menurut Gubernur BI, Perry
Warjiyo mengatakan bahwa sasaran dari kebijkan ini adalah mengendalikan
inflasi secara lebih cepat dan juga nilau tukar supaya lebih stabil bahkan menguat.

A SU MSI MA KR O E KON OMI 2023

Pertumbuhan Ekonomi
(yoy) 4.37%
Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dolar AS Inflasi
(yoy)
15.070 3.61%

Ga
mbar Asumsi Makro Ekonomi 2023
Sumber: Data Bank Indonesia
Bank Indonesia dapat memperketat kebijakan moneter dengan memangkas
suku bunga acuan sebagai langkah untuk mendorong percepatan pemulihan
ekonomi nasional. Bank tanpa pencadangan yang cukup akan mengalami lonjakan

2
NPL. Manajemen risiko bagi bank bertujuan agar bank lebih selektif memilih
debitur yang mendapatkan fasilitas restrukturisasi dan relaksasi pinjaman. Selain
itu bank juga harus lebih menjaga likuiditas karena untuk mengantisipasi
kekhawatiran perebutan likuiditas di pasar keuangan seiring agresifnya
pemerintah melakukan penerbitan SBN dan penarikan simpanan oleh nasabah
untuk melakukan cashflow di tengah resesi. Menabung di bank di tengah ancaman
resesi dinilai aman karena tabungan yang berada di bank saat ini di jamin oleh
LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) karena saat ini inflasi di Indonesia masih
bisa dikontrol dan kebijakan moneter yang dinilai lebih kuat dibandingkan tahun
1998 dimana tahun tersebut belum terdapat LPS dan OJK. Suku bunga yang
dinaikan bisa menekan inflasi bahkan diturunkan jika harga barang juga turun
dengan cara mengurangi permintaan.
Direktur Eksekutif Setara Institute, Piter Abdullah memandang kondisi
perbankan saat ini masih sangat sehat dan stabil yang ditunjukkan oleh indikator
permodalan, likuiditas, keuntungan, serta kualitas asset (NPL) (Hutauruk, 2022).
Kondisi tersebut menurutnya didukung oleh perekonomian yang masih terus
menunjukkan pemulihan, tetapi terdapat potensi tekanan perbankan tahun 2023
terkait kualitas asset. Potensi meningkatnya kredit macet ketika terjadi resesi,
bank perlu melakukan identifikasi sejak dini risiko tersebut. Perbankan di
Indonesia masih memiliki peluang untuk bertahan lebih baik dibanding negara
lain karena pasar konsumsi di Indonesia masih tinggi.
Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah terkait menjamin
ketersediaan pasokan pangan. Bank Indonesia dalam menghadapi inflasi dengan
kebijakan moneter dengan mengatur dan menormalisasi likuiditas, menaikan giro
wajib minimum perbankan, memperkuat operasi moneter. Dalam kebijakan
tersebut bersifat menata likuiditas agar inflasi relatif terjaga. Berdasarkan uraian
diatas, Bank Indonesia dalam menghadapi resesi dapat memperkuat kebijakan
moneter dengan penurunan acuan suku bunga. Sektor perbankan masih sangat
sehat dan stabil yang ditunjukkan oleh indikator permodalan, likuiditas,
keuntungan, serta kualitas asset (NPL). Selain itu, Bank Indonesia juga harus terus
meningkatkan kerjasama dengan pemerintah dalam memperkuat bauran kebijakan

3
dalam menjaga stabilitas ekonomi, sistem keuangan, dan mendorong penguatan
UMKM untuk memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia.

Daftar Referensi

Aryono, A. M. (2022). Penyebab Resesi 2023, dari Kenaikan Suku Bunga Bank
Sentral hingga Inflasi. Https://Www.Solopos.Com/.

Claessens, S., & Kose, M. A. (2009). What Is a Recession?

dinaskoperasikulonprogo. (2022). Ini Sektor yang Untung dan Rugi Apabila Terjadi
Resesi di 2023. Https://Koperasi.Kulonprogokab.Go.Id/.

Hutauruk, D. M. (2022). Daya Tahan Perbankan Indonesia Hadapi Risiko Resesi 2023
Cukup Kuat. Keuangan.Kontan.Id.

4
Lampiran 1 (Surat Pernyataan Orisinalitas)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Eka Ningtyas


NIM : 21213021
Tempat/Tanggal Lahir : Purworejo,23 November 2003
Fakultas/Universitas : Bisnis dan Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
Alamat Rumah : Jl. Kutoarjo-Bruno km.12, Karanganyar RT.01/RW.01,
Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah 54262

Dengan ini menyatakan bahwa karya dengan judul “….” belum pernah
dipublikasikan dan belum pernah diikutsertakan dalam perlombaan ditingkat
Regional, Nasional, atau Internasional sebelumnya serta tidak mengandung unsur
plagiat di dalamnya.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun. Jika dikemudian hari ditemukan ketidakbenaran informasi,
maka bersedia didiskualifikasi ataupun dibatalkan dari status juara jika nanti
menjadi juara dalam perlombaan ini.

Yogyakarta, 25 November 2022

Yang Menyatakan,

Eka Ningtyas

5
NIM 21213021

Lampiran 2 (Kartu Tanda Mahasiswa)

Anda mungkin juga menyukai