Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN SINGKAT

RAPAT KERJA BADAN ANGGARAN DPR RI


DENGAN PEMERINTAH

Tahun Sidang : 2022-2023


Masa Persidangan :I
Jenis Rapat : Rapat Kerja dengan:
1. Menteri Keuangan RI,
2. Menteri PPN/Kepala Bappenas RI,
3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, dan
4. Gubernur Bank Indonesia,
Sifat Rapat : Terbuka
Hari/Tanggal : Selasa, 30 Agustus 2022
Waktu : 13.40 WIB s.d. Selesai
Tempat : Ruang Rapat Badan Anggaran DPR RI
Acara : Membahas RUU Tentang APBN Tahun 2023
Ketua Rapat : Said Abdullah (Ketua Badan Anggaran DPR RI)
Hadir : A. 51 anggota dari 100 anggota, baik secara fisik maupun virtual
B. Hadir:
1. Dr. Sri Mulyani Indrawati M.Ec (Menteri Keuangan)
2. Dr. (HC). Ir. H. Suharso Monoarfa, M.A (Menteri PPN/Kepala
Bappenas RI)
3. Perry Warjiyo, S.E., M.Sc., Ph.D. (Gubernur Bank Indonesia)

I. PENDAHULUAN
Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Kementerian Keuangan, Menteri PPN/Kepala
Bappenas RI, dan Gubernur Bank Indonesia membahas RUU tentang APBN Tahun 2023,
dibuka pukul 13.40 oleh Ketua Rapat, Said Abdullah (Ketua Badan Anggaran DPR RI) dan
rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

II. KESIMPULAN/KEPUTUSAN
1. Pembahasan RUU tentang APBN tahun 2023
A. KEMENTERIAN KEUANGAN
1. Perkembangan Perekonomian Terkini dan Asumsi Dasar Ekonomi
Makro 2023
Pada bulan Juli 2022 Ekspor mencapai USD25,57 miliar dan Impor mencapai
USD21,35 miliar. Neraca perdagangan Juli 2022 tercatat surplus USD4,23
miliar. Meskipun angka mengalami penurunan, tetapi masih melanjutkan tren
surplus selama 27 bulan berturut-turut. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
TW II 2022 mencatatkan surplus USD2,4 miliar, membaik dari defisit USD1,8
miliar di TWI.
Kinerja pasar saham tahun 2022 masih mengalami peningkatan
cukup signifikan, baik dari level IHSG maupun market capitalnya meskipun
dalam dua bulan terakhir mengalami tekanan. Penghimpunan dana
perusahaan dari pasar modal masih meningkat dan mencapai Rp120 triliun
(Juli minggu kedua). Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menguat
signifikan pada Q2 2022 yang tumbuh 5,44%, didukung oleh konsumsi rumah
tangga serta kinerja ekspor yang tinggi, inflasi dalam tren meningkat seiring
tekanan inflasi global dan faktor suplai domestik terkait cuaca, namun relatif
lebih moderat dibandingkan negara lain.
Ekonomi Indonesia pulih cepat dengan inflasi yang terkendali,
stabilitas eksternal dan fiskal Indonesia terjaga baik, serta tekanan di sektor
keuangan Indonesia relatif lebih moderat dibanding banyak negara.
Penanganan pandemi Covid-19 mendorong peningkatan posisi rasio utang
Indonesia pada 2020-2021. Rasio Utang terhadap PDB di akhir Juli 2022
menurun menjadi 37,91%, didorong oleh pengendalian pembiayaan utang
seiring makin baiknya kinerja APBN serta pulihnya perekonomian sehingga
outlook defisit APBN menurun. Rasio utang yang menurun menjadi pondasi
kuat menuju soft landing di 2023.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan masih relatif kuat
didukung oleh terjaganya stabilitas ekonomi makro di tengah ketidakpastian
global. Target sasaran pembangunan dan indikator pembangunan pada tahun
2023 sejalan dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi semakin
berkualitas dan inklusif.
2. Pokok-Pokok RAPBN Tahun 2023
Optimisme terhadap kinerja perekonomian dimana diharapkan
nantinya Pemulihan ekonomi menguat (pertumbuhan ekonomi Triw I: 5,01%,
Triw II:5,44%, Sektor strategis seperti manufaktur dan perdagangan tumbuh
secara ekspansif, Konsumsi menguat, ekspor solid, investasi tumbuh
walaupun belum optimal, neraca perdagangan positif, Laju inflasi Indonesia
jauh lebih moderat dibandingkan dengan negara lain (peran APBN sebagai
shock absorber). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai
terhadap tingginya ketidakpastian perekonomian yaitu; Scarring effect inflasi
yang tinggi, berpotensi memicu stagflasi, Perlambatan ekonomi global
memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestic, Perang di Ukraina
menyebabkan gangguan sisi suplai (harga komoditas tinggi), Pengetatan
kebijakan moneter secara agresif (cost of fund tinggi, tekanan terhadap nilai
tukar).
RAPBN untuk merespon risiko ketidakpastian global memiliki
beberapa fungsi yaitu; sebagai Shock Absorber, dimana berfungsi untuk
mengendalikan tingkat inflasi dan menjaga daya masyarakat dan menjaga
momentum pemulihan ekonomi semakin menguat; mitigasi risiko, yang
berfungsi untuk mengendalikan defisit dan utang, menyediakan buffer dan
fleksibilitas, bauran kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan dan
mengendalikan risiko utang; menjaga momentum transformasi ekonomi, yang
bertujuan untuk menjaga efektivitas reformasi fiskal, mendukung sentra
ekonomi baru dan pemerataan pembangunan serta menjaga program
prioritas tetap berjalan.
Meningkatkan produktivitas untuk transformasi ekonomi serta
antisipatif menghadapi risiko dapat dilakukan dengan optimalisasi
Pendapatan negara dengan meningkatkan penerimaan perpajakan, yang
mana penerimaan negara dari pajak tahun 2023 diproyeksikan mencapai
Rp.2.016,9 T (tumbuh 4,8%) dan PNBP diproyeksikan tahun 2023 sebesar
Rp. 426,3 T. selain itu, belanja negara juga perlu dianggarkan sesuai dengan
kebutuhan. sehingga diproyeksikan pada tahun 2023 yaitu, untuk Belanja K/L
Tahun 2023 sebesar Rp. 993,2 T dan Belanja Non K/L tahun 2023 sebesar (
Rp.1.236,9 T), anggaran Pendidikan tahun 2023 diperkirakan Rp.608,3 T,
anggaran Kesehatan sebesar Rp. 169,8 T
B. KEMENTERIAN PPN/KEPALA BAPPENAS RI
1. Beberapa sasaran pembangunan tahun 2023 yaitu penurunan emisi gas
rumah kaca sebesar 27,02%; Tahun 2021, penurunan emisi gas rumah kaca
baru mencapai 24,1% dan tahun 2030 diharapkan penurunan emisi gas
rumah kaca mencapai 29%. Sasaran pembangunan lainnya yaitu rasio gini
sebesar 0,375-0,378; berdasarkan laporan BPS, per Maret 2022 rasio gini
Indonesia sebesar 0,384.
2. Pagu anggaran tahun 2023 sebesar Rp993,2 triliun dimana pemerintah
berupaya mengejar defisit kembali dibawah 3% sehingga belanja K/L tahun
2023 perlu dijaga di level yang lebih tinggi dari 2022. Sebesar 39% dari
anggaran K/L akan dialokasikan kepada prioritas nasional RKP 2023.
C. BANK INDONESIA
1. Perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah dari perkiraan
sebelumnya, disertai dengan peningkatan risiko stagflasi, masih tingginya
ketidakpastian pasar keuangan, serta resesi di sejumlah negara maju
sebagai dampak dari pengetatan kebijakan moneter yang agresif.
2. Tekanan inflasi global masih tinggi seiring dengan ketegangan geopolitik dan
kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung, serta perbaikan
gangguan rantai pasokan yang masih terbatas. Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK) Juli 2022 sebesar 4,94% (yoy), inflasi kelompok pangan
bergejolak sebesar 11,47% (yoy), inflasi kelompok harga diatur pemerintah
sebesar 6,51% (yoy), serta inflasi inti relatif rendah sebesar 2,86% (yoy).
3. Perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut dengan realisasi Produk
Domestik Bruto (PDB) TW II 2022 sebesar 5,44% (yoy). Tingginya
pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya konsumsi rumah tangga dan
kinerja ekspor.
4. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) TW II 2022 mencatat surplus
dari transaksi berjalan dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial.
Investasi portofolio per Agustus 2022 mencatat net inflow sebesar 1,6 miliar
dolar AS.
5. Stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga dimana per 26 Agustus 2022
menguat sebesar 0,95%, hal ini sejalan dengan masuknya aliran modal asing
ke pasar keuangan domestik.
6. Keputusan Rapat Dewan Gubernur 22-23 Agustus 2022 yaitu menaikkan BI
7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75%, suku
bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,00%, dan suku bunga
Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%.
7. Bank Indonesia memperkuat respon bauran kebijakan untuk menjaga
stabilitas dan pemulihan yaitu dengan memperkuat operasi moneter melalui
kenaikan struktur suku bunga pasar uang, memperkuat stabilitas nilai tukar
rupiah, melakukan pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder, memperkuat
sinergi antara pusat dan daerah, serta implementasi kebijakan insentif bagi
bank yang menyalurkan kredit/pembiayaan.
8. Bank Indonesia bersama pemerintah memperkuat koordinasi fiskal-moneter,
termasuk partisipasi Bank Indonesia dalam pembiayaan APBN melalui SBN
di pasar perdana sebesar Rp99,33 triliun.

III. PENUTUP
Rapat ditutup pukul 15.20 WIB.

Anda mungkin juga menyukai