Dana Abadi Pesantren terdapat dalam amanat Pasal 49 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren. Undang-undang tersebut diharapkan
dapat memajukan pesantren dalam fungsi pendidikan, dakwah dan pemberdayaan
masyarakat. Berdasarkan pasal 23 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 tahun 2021
tentang Pendanaan Pesantren, dana abadi pesantren berasal dan merupakan bagian dari
dana abadi pendidikan yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan program
pendidikan pesantren bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban
antargenerasi.
Pengelolaan dana abadi pesantren diakumulasikan dalam bentuk dana abadi yang
berasal dari alokasi anggaran pendidikan tahun-tahun sebelumnya. Alokasi dana abadi
pendidikan berdasarkan Nota Keuangan APBN TA 2023 sebesar Rp10 miliar. Pemanfaatan
dana abadi pesantren dialokasikan berdasar pada hasil pengembangan dana abadi
pendidikan dan dipergunakan untuk penyelenggaraan fungsi pendidikan pesantren.
Pengelolaan dana abadi pendidikan ini dilakukan oleh Badan Layanan Umum (BLU)
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang bertanggung jawab kepada Menteri
Keuangan. Hasil pengembangan dana abadi pendidikan dapat digunakan juga untuk
program layanan yang meliputi beasiswa, peningkatan kompetensi gelar dan non gelar,
pendanaan riset, pendidikan keagamaan dan pendidikan pesantren serta program layanan
lainnya sesuai arahan Dewan Penyantun (Pasal 13 Perpres Nomor 111 Tahun 2021 tentang
Dana Abadi Pendidikan).
Alokasi Dana Abadi Pesantren Perlu Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk
Teknis (Juknis)
Dana abadi pesantren sampai saat ini belum disalurkan. Penyebab belum
disalurkannya dana abadi pesantren adalah belum terdapat Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)
dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang mengatur pelaksanaan dana abadi tersebut. Dalam
membuat Juklak dan Juknis dana abadi pesantren perlu dipertimbangkan apakah perlu
dibuat sama antar pondok pesantren atau perlu ada pengklasifikasian antar pondok
pesantren agar penyaluran dana abadi pesantren lebih tepat guna dan tepat sasaran serta
memberikan manfaat yang optimal. Dalam aturan Juknis dana abadi pesantren juga perlu
diatur agar pondok pesantren yang mendapatkan dana abadi pesantren tidak mengandung
paham anti-NKRI, melainkan dana abadi tersebut disalurkan kepada pesantren yang
memang membutuhkan, begitupula untuk aturan program layanan beasiswa gelar dan non
gelar untuk santri, kyai, dan ustadz perlu dibuat target dan sasaran sehingga dana abadi
pesantren sesuai dengan tujuannya. Saat ini, dana abadi pendidikan masih perlu
penyesuaian antara Kemendikbud dan Kemenag dengan mendorong direalisasikannya
keadilan anggaran dan kebijakan baik yang terkait fungsi pendidikan maupun keagamaan.
Oleh karena itu, seharusnya Kemenag segera memaksimalkan usaha agar dana abadi
pesantren bisa segera diwujudkan.
Tidak hanya terkait transparansi yang menjadi tantangan tetapi juga dibutuhkan
dukungan dari sumber daya manusia (SDM) yang handal dalam mengelola dana abadi
pesantren, terutama dalam pengadministrasian. Dikarenakan bentuk bantuan dana apapun
yang berasal dari pemerintah, pastilah harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk
laporan keuangan dimana ini berarti diperlukan pengurusan data dan administrasi. Akan
tetapi, pengurusan data dan administrasi merupakan salah satu titik kelemahan pesantren
sebab belum semua pesantren memiliki sumber daya manusia yang handal untuk
mengelola pengadministrasian, salah satunya pembuatan laporan keuangan. Hal ini sangat
lumrah mengingat sumber keuangan pesantren selama ini bersumber dari lingkungan
pesantren dan swadaya sekedarnya oleh wali santri. Sumber dana yang didapatkan oleh
pesantren selama ini tidak menuntut adanya laporan keuangan. Namun demikian, dengan
disalurkannya dana abadi pesantren ini menunjukkan bahwa perlu adanya
pertanggungjawaban terhadap realisasi dana yang diberikan sesuai dengan Perpres
mengenai pendanaan pesantren dimana jika pesantren tidak melaporkan realisasinya
sesuai dengan aturan atau bahkan keliru saat melakukan pelaporan, maka ancaman pidana
akan dihadapi atas tuduhan penyelewengan dana atau korupsi.