MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN MENTER! AGAMA TENTANG PETA JALAN
KEMANDIRIAN PESANTREN.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 nesewber 2021
ttd
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTER! AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1252 TAHUN 2021
TENTANG
PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis keberadaan Pesantren di Indonesia memiliki
kontribusi penting dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam
upayanya memenuhi kebutuhan atas pendidikan keagamaan. Jauh hari
sebelum sistem pendidikan sekolah formal ada, pendidikan berbasis
Pesantren justru hadir lebih awal mengisi kebutuhan pendidikan,
dakwah dan pemberdayaan umat. Realitas ini dapat dilihat dari beberapa
hasil studi masyarakat Jawa di zaman pra-kolonial hingga kolonialisme,
di mana sejak awal telah memiliki corak khas pendidikan keagamaan
yang dimanifestasikan dalam bentuk pondok dan/ atauPesantren.
Dalam konteks ini hadirnya kelembagaan Pesantren dapat dipahami
sebagai gairah perjuangan ulama/ Kiai tanah air melawan
keterbelakangan pengetahuan dan meningkatkan keimanan umat.
Dalam upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia, Pesantren yang tumbuh dan berkembang di masyarakat
dengan kekhasannya telah berkontribusi penting dalam mewujudkan
Islam yang rahmatan lil'alamin dengan melahirkan insan beriman yang
berkarakter, cinta tanah air dan berkemajuan, serta terbukti memiliki
peran nyata baik dalam pergerakan dan perjuangan meraih
kemerdekaan dan pembangunan nasional dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pesantren sebagai subkultur, memiliki kekhasan yang telah
mengakar serta hidup dan berkembang di tengah masyarakat dalam
menjalankan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi
pemberdayaan masyarakat. Ketiga fungsi tersebut saling berkelindan
dan menjadi basis kehidupan sehari-hari santri di Pesantren. Biasanya
para santri hidup dan menghidupi Pesantren secara mandiri dalam
kegiatan sehari-hari. Kemandirian ini dilatari oleh adanya basis produksi
yang dimiliki Pesantren, seperti perkebunan atau pertanian bahkan
peternakan. Kemudian tatakelolanya kerap melibatkan santri-santrinya
sebagai media pendidikan, keterampilan dan pemberdayaan. Pada satu
sisi aktifitas produktif di Pesantren tersebut dapat menjadi bekal para
santri ketika kembali ke-masyarakat. Kemudian pada sisi yang lain juga
menopang ekonomi dalam pembiayaan Pesantren dan kemandirian
Pesantren itu sendiri.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis masyarakat
yang didirikan oleh perseorangan, yayasan, atau organisasi masyarakat
Islam dan/ atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah Swt., menyemaikan akhlak mulia, serta
- 4 -
C. Asas
Asas yang digunakan dalam penyusunan Peta Jalan Kemandirian
Pesantren sebagaimana asas umum pemerintahan yang baik yang
mencakup asas kepastian hukum, asas kemanfaatan, asas
ketidakberpihakan, asas kecermatan, asas tidak menyalahgunakan
wewenang, asas keterbukaan, asas kepentingan umum, dan asas
pelayanan yang baik.
D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Peta Jalan Kemandirian Pesantren meliputi:
1. model pengembangan kemandirian Pesantren; dan
2. kerangka Peta Jalan Kemandirian Pesantren.
- 6 -
BAB II
MODEL PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN PESANTREN
A. Dasar Pemikirian
Salah satu institusi atau organisasi yang mengakar kuat dan
memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di masyarakat yaitu
Pesantren. Dalam konteks masyarakat Indonesia, Pesantren memiliki
mekanisme kelangsungan hidup yang khas, dan berbeda dengan
keberadaan Pesantren di belahan dunia Islam lainnya. Pesantren di
beberapa kawasan negara Timur Tengah seperti, Turkey dan Mesir tidak
mampu bertahan di tengah terpaan modernisme pendidikan. Sedangkan
Pesantren di Indonesia kebal dan mampu beradaptasi dengan
modernisme pendidikan membuatnya tetap bertahan hingga saat ini.
Kemudian yang lebih menarik lagi yaitu kemampuan Pesantren untuk
bertahan hidup juga karena didukung oleh simbol ke-lslaman dan
karakteristiknya yang berkelindan dengan budaya lokal atau indigenous
(asli Indonesia) membuat Pesantren tetap memiliki daya pikat dihati
masyarakatnya.
Pesantren sebagai media pendidikan dengan karakteritik indigenous
dikarenakan kelembagaan sejenis sudah hadir pada masa pra-kolonial,
tepatnya pada masa kekuasaan Hindu-Buddha, kemudian Islam
melanjutkan serta mengembangkannya dengan corak keislamannya.
Pada fase selanjutnya, tepatnya pada masa Kolonialisme Belanda kiprah
kelembagaan Pesantren semakin berkembang dan meluas menjadi basis
pendidikan umat dan basis perjuangan Kiai dan Santri untuk melawan
penjajahan. Disinilah kita bisa melihat bagaimana semangat
nasionalisme dibangun dan diperjuangkan melalui kelembagaan
Pesantren itu sendiri.
Narasi historis di atas tentunya dapat menjadi penanda bahwa
keberadaan Pesantren ada jauh sebelum kemerdekaan dan mendukung
kemerdekaan Indonesia, tumbuh dan besar dari masyarakat untuk
masyarakatnya. Realitas tersebut dapat dilihat dari berbagai aktifitas
Pesantren di bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta
kegiatan-kegiatan lainnya yang bersentuhan langsung dengan
kepentingan masyarakat telah memberi manfaat bagi terwujudnya
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Kontribusi Pesantren dalam pendidikan, dakwah, dan
pemberdayaan masyarakat tentunya patut diapresiasi serta
dikembangkan kemandiriannya dan keberadaannya oleh Pemerintah
Indonesia. Sebab, karakterisitk pendidikan yang dikembangkan di
Pesantren bersesuaian dengan isi yang terkandung dalam Undang
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
menjelaskan: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan
untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokratis
serta bertanggungjawab. Narasi UU tersebut secara tegas dan jelas
sudah sudah dimuat dalam dimensi kemandirian yang menjadi basis
logika clan praktik pendidikan di Pesantren.
- 7 -
makin memiliki posisi tawar yang lebih kuat kepada pasar, efisiensi
dalam hal biaya, akses kepada barang atau jasa, akses kepada
pengembangan usaha dan kesempatan usaha baru, serta kualitas
barang dan jasa yang lebih baik, sekaligus juga sebagai aset
sumber pengetahuan dan pengalaman bagi pengembangan
Pesantren yang lain agar lebih berdaya sebagai acuan oleh
Pesantren yang ingin mengembangkan usaha atau model sejenis,
melalui proses alih pengetahuan dan/ atau melalui kemitraan
dengan prinsip saling menguntungkan, memajukan, dan
menguatkan.
Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh Pesantren yang dalam
konteks membangun kemandirian di bidang ekonomi diwujudkan dalam
bentuk unit usaha atau bisnis Pesantren, diharapkan mempunyai
dampak positif seperti meningkatkan pendapatan Pesantren,
menciptakan kemandirian ekonomi Pesantren, meningkatkan
keterampilan santri, meningkatkan jiwa kewirausahaan santri,
meningkatkan pendapatan keluarga di lingkungan Pesantren, serta
terciptanya jejaring melalui alumni santri dan unsur masyarakat.
Semua kegiatan ekonomi tersebut merupakan potensi awal yang dapat
dikembangkan sebagai inkubator bisnis bagi santri dan masyaraka_t
sekitar.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Pesantren
dengan perluasan akses pendidikan keterampilan untuk ustadz, santri,
dan masyarakat, sehingga memiliki daya saing dan produktivitas tinggi,
pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Kegiatan
fasilitasi tempat praktek keterampilan usaha bagi ustadz, santri, dan
masyarakat, · menjadi inovasi model penumbuhan wirausaha baru di
kalangan ustadz, santri, dan masyarakat tersebut, di mana fungsinya
sebagai tempat belajar (teori), praktik, latihan keterampilan usaha bagi
para santri dan masyarakat Pesantren lainnya, sebagai kegiatan ekstra
kurikuler di bidang kewirausahaan. Keterampilan usaha yang diberikan
merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mendapatkan
pekerjaan, yang merupakan keterampilan sebagai bekal kecakapan
hidup.
Pemberdayaan masyarakat lebih optimal jika terjadi keterkaitan
dalam kemitraan usaha di antara yang telah mampu dengan yang masih
tertinggal terutama melalui penyediaan modal untuk pengembangan
usaha. Upaya ini dapat diperluas dalam berbagai bentuk pola kemitraan
langsung terutama antara dunia usaha swasta dan lembaga keuangan
atau perbankan dengan usaha ekonomi Pesantren. Pemupukan modal
adalah landasan dalam perubahan struktural yang tumbuh dan
berkembang. Modal tersebut adalah hibah kepada masyarakat, yang
dipinjamkan kepada anggota masyarakat, dengan biaya yang ditentukan
masyarakat sendiri dengan cara yang sesuai dengan tradisi dan budaya
setempat. Akses ke dalam modal harus diartikan sebagai
keterjangkauan, yang memiliki dua sisi, yaitu ada pada saat diperlukan,
dan dalam jangkauan kemampuan untuk memanfaatkannya. Dengan
demikian, Pesantren bertindak sebagai sebagai unsur masyarakat yang
mengelola modal usaha sebagai perluasan akses keuangan, bagi santri
dan masyarakat yang membutuhkan dana bagi kegiatan produktif.
Pada akhirnya, kemajuan yang dicapai dari proses membangun
kemandirian Pesantren perlu dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
Selain modal, unsur sumber daya manusia sebagai pelaksana amatlah
- 12 -
BAB III
KERANGKA PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN
A. Umum
Untuk mengawal pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren,
diperlukan Peta Jalan Kemandirian Pesantren yang disusun
berdasarkan narasi model kemandirian Pesantren yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Dasar dari peta jalan meliputi bagaimana visi Kementerian
Agama tentang Kemandirian Pesantren dan prinsip kerja dari Program
Kemandirian Pesantren. Dasar tersebut kemudian diterjemahkan
menjadi Rencana Strategis yang terdiri dari Strategic Goals (Kegiatan
Prioritas/KP), Outcome (indikator KP), dan Strategic Initiatives (Proyek
Prioritas/ProPN). Sebagai kerangka implementasi, setiap Strategic
Initiatives (ProPN) diterjemahkan menjadi berbagai Tactic (Proyek) dan
Kegiatan berikut indikator pencapaiannya masing-masing. Terakhir,
dalam peta jalan diterjemahkan dalam rencana Implementasi berikut
prioritas dan highlight Program Kemandirian Pesantren untuk tahun
2021 - 2024.
B. Dasar
1. Visi Kementerian Agama Tentang Kemandirian Pesantren
Visi Kementerian Agama tentang Kemandirian Pesantren:
"Terwujudnya Pesantren yang memiliki sumber daya ekonomi yang
kuat dan berkelanjutan sehingga dapat menjalankan fungsi
Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat dengan
optimal"
2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dalam pelaksanaan Program Kemandirian
Pesantren dalam Peta Jalan Kemandirian Pesantren adalah:
a. inklusivitas, yaitu akses yang setara bagi semua Pesantren;
b. fasilitatif, yaitu berbasis kebutuhan Pesantren dengan
mempertimbangkan aspek sektor bisnis dan kondisi geografis;
- 8 -
BAB III
KERANGKA PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN
A. Umum
Untuk mengawal pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren,
diperlukan Peta Jalan Kemandirian Pesantren yang disusun
berdasarkan narasi model kemandirian Pesantren yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Dasar dari peta jalan meliputi bagaimana visi Kementerian
Agama tentang Kemandirian Pesantren dan prinsip kerja dari Program
Kemandirian Pesantren. Dasar tersebut kemudian diterjemahkan
menjadi Rencana Strategis yang terdiri dari Strategic Goals (Kegiatan
Prioritas/KP), Outcome (indikator KP), dan Strategic Initiatives (Proyek
Prioritas/ProPN). Sebagai kerangka implementasi, setiap Strategic
Initiatives (ProPN) diterjemahkan menjadi berbagai Tactic (Proyek) dan
Kegiatan berikut indikator pencapaiannya masing-masing. Terakhir,
dalam peta jalan diterjemahkan dalam rencana Implementasi berikut
prioritas dan highlight Program Kemandirian Pesantren untuk tahun
2021 - 2024.
8. Dasar
1. Visi Kementerian Agama Tentang Kemandirian Pesantren
Visi Kementerian Agama tentang Kemandirian Pesantren:
"Terwujudnya Pesantren yang memiliki sumber daya ekonomi yang
kuat dan berkelanjutan sehingga dapat menjalankan fungsi
Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat dengan
optimal"
2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dalam pelaksanaan Program Kemandirian
Pesantren dalam Peta Jalan Kemandirian Pesantren adalah:
a. inklusivitas, yaitu akses yang setara bagi semua Pesantren;
b. fasilitatif, yaitu berbasis kebutuhan Pesantren dengan
mempertimbangkan aspek sektor bisnis dan kondisi geografis;
c. konsolidasi, yaitu kolaborasi antar pemangku kepentingan
kementerian/lembaga/badan usaha milik negara/pemerintah
daerah/ organisasi sosial keagamaan/organisasi
kemasyarakatan/lainnya yang terkonsolidasikan;
- 13 -
C. Rencana Strategis
D. Implementasi
Pengembangan
Pengembangan peta
peta potensi vokasi
potensi vokasi BLK,
BLK, SMK
1.4.1
berbasis Pesantren
SMK berbasis x
Pesantren sesuai
sesuai potensi
potensi Pesantren
Pesantren
Bekerjasama
dengan Bappenas, Bekerjasama dengan
Kemenaker, dll Bappenas, Kemenaker,
untuk dll untuk
pengembangan pengembangan peta
1.4.2
peta potensi potensi
x
ketenagakerjaan ketenagakerjaan santri
santri sesuai sesuai kebutuhan
kebutuhan industri
industri
Pemetaan Tipologi
Pemetaan Tipologi
Pesantren
Pesantren berdasarkan
2.1.1 berdasarkan
kapasitas kegiatan
x
kapasitas kegiatan
ekonomi Pesantren
ekonomi Pesantren
Pembuatan Dashboard
Informasi Bisnis dan x
Pengembangan Ekonomi Pesantren
Dashboard
2.1.2 Informasi Bisnis
dan Ekonomi Pengadaan Server
Pesantren Dashboard Informasi
Bisnis dan Ekonomi
x
Pesantren
- 27 -
Dukungan Pengelolaan
Data Dashboard
Informasi Bisnis dan
x
Ekonomi Pesantren
Pengembangan
Pengembangan
Dashboard
Dashboard Informasi
2.1.2 Informasi Bisnis
Bisnis dan Ekonomi
x
dan Ekonomi
Pesantren
Pesantren
Penyusunan Modul
Generic Business x
Penyusunan Model
2.2.1 Generic Business
Model Best Practice
Kemandirian x x x x
Pesantren
Penyusunan
Penyusunan Generic
Generic Business
Business Model terkait
Model terkait
2.2.2
Industri Halal dan
Industri Halal dan x
Masyarakat Ekonomi
Masyarakat
Syariah
Ekonomi Syariah
Pengembangan
Pengembangan
Business Model
Business Model
spesifik sesuai
2.2.3
tipologi Pesantren
spesifik sesuai tipologi x
Pesantren (sektor,
(sektor, kondisi
kondisi geografis, dst)
geografis, dst)
Koordinasi
penyelarasan Koordinasi
program KL penyelarasan program
2.3.1 dengan rencana KL dengan rencana x
spesifik berbasis spesifik berbasis
kebutuhan kebutuhan Pesantren
Pesantren
Pengembangan
Pengembangan
integrasi program
integrasi program KL
KL di Pesantren
2.3.2 untuk menjaga
di Pesantren untuk x x x x
menjaga keberlanjutan
keberlanjutan
program
program
- 28
Pengembangan Pengembangan
2.4.2 proyek-proyek proyek-proyek x x x x
inkubasi bisnis inkubasi bisnis
Pengembangan
Peluncuran Platform
platform
2.4.3
kewirausahaan
Ekonomi Digital x
Pesantren
digital Pesantren
Pengembangan modul
peningkatan kapasitas x
Pesantren
Pelatihan pemetaan
potensi ekonomi
Pesantren dan
x x
Peningkatan lingkugan sekitar
kapasitas
2.5.2 Pelatihan pengelolaan
pengelolaan unit
unit bisnis
x x x x
bisnis
Pelatihan
kewirausahaan digital
bagi pengelola unit
x x x x
bisnis Pesantren
Pelatihan membangun
jejaring bisnis
x x x x
Peningkatan
kapasitas Peningkatan kapasitas
2.5.3 kepemimpinan kepemimpinan dan x x x x
dan kewirausahaan
kewirausahaan
Pembentukan
Community of Pembentukan
Practice sebagai Community of Practice
pusat sebagai pusat
2.5.4
pembelajaran pembelajaran bersama
x x
bersama dengan dengan memanfaatkan
memanfaatkan best practices
best practices
- 29
2021
• Peta Jalan
• Prototyping, kickoff dengan MoU April 2021
• Pengembangan modul & model bisnis,
• Pengembangan model bisnis untuk ekonomi syariah
• Penguatan Regulasi, Juknis dst
.
•
•
Konsolidasi KL & mitra
Penentuan 100 Pesantren Pilot
Pengembangan Reorientasi pembelajaran pondok
Prioritas
Pesantren untuk kewirausahaan.
• Pengembangan ketrampilan terkait industry halal &
syariah
• Pengembangan ekosistem bisnis utk Kategori IV
• Pengembangan Peta potensi vokasi, platform link &
match, Dashboard Informasi & Ekonomi Pesantren
• Pengembangan Beasiswa santri/ustadz untuk
kepentingan kemandirian Pesantren
2022
Fungsi Pendidikan:
• Pengembangan model Kerjasama antara Pesantren
dengan Lembaga usaha atau industry, untuk
peningkatan kapasitas kewirausahaan santri.
• Implementasi program Pendidikan Kewirausahaan
Santri
• Pengembangan Inkubasi Bisnis
Unit Bisnis Pesantren:
Prioritas • Pelatihan, pendampingan, coaching
• Pengembangan Kerjasama dg BUMN, Swasta, PT, KL
• Pengembangan BUMPes
• Pengembangan platform ekonomi digital Pesantren
• Pengembangan model Community Economic Hub yang
dikelola Pesantren
• Replikasi Model Kemandirian Pesantren di 500
Pesantren
• Replikasi 500 Pesantren
Highlight • Launching 100 BUMPes
Program • Launching Program Santripreneur
• Launching Platform Digital Ekonomi Pesantren
2023
• Pengembangan communities of practice dengan
Prioritas menggunakan best practices dari unit bisnis
Pesantren
- 33 -
BAB IV
PENUTUP
ttd