Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pendidikan dan pembiayaan adalah dua komponen yang sangat penting dan saling
berkaitan satu sama lain. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pembiayaan
karena pembiayaan diperlukan sebagai pendukung dalam mengoptimalkan penggunaan
seluruh aspek dan sumber daya yang terlibat dalam proses belajar mengajar untuk
pencapaian tujuan pendidikan (Saputra & Mesiono, 2021). Menurut Mulyasa (2011),
keuangan dan pembiayaan merupakan sumber daya yang secara langsung menunjang
efektifitas dan efisiensi pengolahan pendidikan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa biaya
pendidikan adalah seluruh pengeluaran yang berupa sumber daya (input) baik berupa
barang (natural) atau jasa (non natural). Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan secara nasional
merupakan tanggungjawab antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga (orang tua
siswa) dan sumber bantuan lain.
Perencanaan pembiayaan atau keuangan sekolah diimplementasikan dalam bentuk
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) yang disesuaikan dengan
tujuan, visi, misi, dan tujuan sekolah (Sofyan dkk., 2021). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
mewajibkan sekolah untuk menyusun RAPBS, yakni rencana kerja tahunan yang
memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan. Menurut Saputra & Mesiono
(2021), meski wewenang utama masih berada di tangan kepala sekolah, namun
diperlukan kerjasama banyak pihak agar bisa melakukan penyusunan secara logis dan
sistematis.
Pada penyelenggaraan pembiayaan pendidikan di sekolah masih banyak ditemui
kendala. Menurut Djupri (2012), masalah pokok dalam hal pembiayaan pendidikan
adalah bagaimana mencukupi kebutuhan sekolah dan bagaimana melindungi masyarakat
(khususnya bagi keluarga tidak mampu) dari hambatan biaya untuk memperoleh
pendidikan. Menurut Rekasari (2020), masalah yang sering ditemui terkait manajemen
pembiyaan pendidikan yaitu kurangnya tanggung jawab keuangan atau akuntabilitas
keuangan dan transparansi dana. Hasil riset yang dilakukan Indonesia Coruption Watch
(ICW), sekolah tidak pernah mengumumkan jumlah subsidi yang diterima dari
pemerintah dan sekolah tidak pernah memberikan laporan pengelolaan dana kepada

1
masyarakat secara transparan. Dihimpun dari Kompas.com (2016), berdasarkan data
yang dimiliki Indonesia Corruption Watch (ICW), setidaknya ada 425 kasus korupsi
terkait anggaran pendidikan periode 2005-2016 dengan kerugian negara Rp. 1,3 triliun
dan nilai suap sebesar Rp. 55 miliar.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan studi kasus
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) di Madrasah Tsanawiyah
(MTS) Ma’nunah Sari yang merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP)
swasta di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Harapannya studi kasus ini dapat
menjadi referensi dan rujukan bagi sekolah terkait, mahasiswa, maupun pembaca
lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa sumber dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari ?
1.2.2. Bagaimana Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari?
1.2.3. Bagaimana alokasi anggaran dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah
Sari ?
1.2.4. Bagaimana analisis sumber dana, penyusunan RAPBS, dan alokasi dana
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari ?
1.2.5. Apa solusi untuk kendala dana sekolah yang ditemukan di Madrasah
Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui sumber dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari
1.3.2. Mengetahui Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
1.3.3. Mengetahui alokasi anggaran dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah
Sari
1.3.4. Mengetahui analisis sumber dana, penyusunan RAPBS, dan alokasi dana
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari
1.3.5. Mengetahui solusi untuk kendala dana yang ditemukan di Madrasah
Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sumber Dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari
Berdasarkan hasil wawancara terkait dana sekolah yang telah dilakukan kepada salah
satu staff Tata Usaha (TU) di MTS Swasta Ma’unah Sari yakni Sheila Wendy Welisa, dapat
diketahui informasi terkait dana sekolah tersebut. MTS Swasta Ma’unah Sari berlokasi di
Desa Tanah Abang, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. MTS
Swasta Ma’unah Sari memiliki akreditasi B, berdasarkan sertifikat
345/BANSM-Prov/XII/Jbi/2018.
Sumber dana yang selama ini didapatkan oleh Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah
Sari tersebut berasal dari pemerintah maupun non pemerintah. Dana dari pemerintah berupa
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diperoleh setiap 6 bulan sekali, selain itu juga
mendapatkan dana insentif desa. Akan tetapi, dana yang didapatkan dari pemerintah selama
ini belum mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sekolah. Dana dari non pemerintah berasal
dari sumbangan masyarakat dan juga SPP bulanan siswa. Sumbangan Pembinaan Pendidikan
(SPP) yang harus dibayarkan oleh siswa MTS Swasta Ma’unah Sari setiap bulannya sebesar
Rp 50.000,00, dan hal tersebut sesuai kesepakatan pada saat rapat komite. Selain itu sumber
dana sekolah juga didapatkan dari usaha sekolah di sektor pertanian, seperti contohnya
menanam ubi dan pisang yang selanjutnya hasil panen akan dijual pada pedagang maupun
masyarakat yang ada di sekitar sekolah tersebut.
2.2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) Madrasah
Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari
MTS Swasta Ma’unah Sari melakukan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Sekolah (RAPBS) setiap tahunnya setelah mendapatkan berapa jumlah nominal dana
yang akan diterima oleh sekolah pada tahun tersebut. Penyusunan RAPBS tersebut
berdasarkan pada indikator yang ada pada juknis, dan dilakukan oleh bendahara sekolah yang
ditelah ditunjuk oleh Kepala Sekolah MTS Swasta Ma’unah Sari. Selain itu, penyusunan
RAPBS ini juga melibatkan orang tua siswa dalam rapat Komite yang diselenggarakan setiap
tahunnya.
2.3. Alokasi Anggaran Dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari
Dana sekolah di MTS Swasta Ma’unah Sari diperuntukkan untuk beberapa hal seperti
menggaji honor guru atau pegawai, membeli buku, pemenuhan sarana dan prasarana, bahan
habis pakai yang dibutuhkan sekolah, dan lain-lain. Kendala yang dihadapi sekolah terkait
pengelolaan dana ialah waktu pencairan dana yang tidak menentu, sehingga cara yang

3
dilakukan terkait dana yang belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sekolah maka
diambil dari iuran SPP siswa.
Laporan terkait pengelolaan dana sekolah MTS Swasta Ma’unah Sari berupa laporan
hard file dan dikumpulkan atau dilaporkan setiap 6 bulan sekali. Selain itu, dalam
mengupayakan transparansi penggunaan dana sekolah, setiap tahun ajaran baru selalu
diadakan rapat dengan komite untuk membahas laporan tahun sebelumnya, dan menyusun
rencana anggaran belanja tahun pelajaran yang akan datang, selain itu melalui rapat komite
orang tua siswa secara transparansi mengetahui data terkait penggunaan dana sekolah yang
ada di MTS Swasta Ma’unah Sari.
2.4. Analisis Sumber Dana, Penyusunan RAPBS, dan Alokasi Dana Madrasah
Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari
MTS Swasta Ma'unah Sari memiliki sumber dana yang berasal dari pemerintah, pihak
sekolah, maupun masyarakat. Hal ini sebagaimana pernyataan Sudarmono dkk (2021), bahwa
berapa sumber-sumber yang dapat di alokasi pada pembiyaan pendidikan, di antaranya
tergolong atas biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat orang tua/wali siswa, biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat bukan orang tua/walisiswa, dan lembaga pendidikan itu sendiri.
Salah satu sumber dana di MTS Ma’nuna Sari adalah dari SPP yang dibayarkan setiap
sebulan sekali sebanyak Rp 50.000 yang telah ditentukan oleh kesepakatan bersama pada
rapat komite. Kemudian juga tetntunya terdapat dana BOS. Dana BOS yang didapatkan
digunakan untuk operasional sekolah dan pelaporan dilakukan menyesuaikan aturan yang
berlaku. Secara umum dana BOS yang didapatkan belum mencukupi pembiayaan operasional
sekolah di MTS Swasta Ma'unah Sari. Selain itu dana yang bersumber dari APBN dan
masyarakat harus diatur tentang pemungutannya, bagaimana menggunakannya, kemudian
bagaimana mempertanggung jawabkannya. Pengaturan tentang pengelolaan pembiayaan
pendidikan agar memiliki dasar hukum yang kuat perlu diatur setingkat Peraturan Pemerintah
(PP). Dana yang diperoleh oleh sekolah diterima setiap enam bulan sekali. Selain dari tiga
faktor diatas yang merupakan sumber dana, ternyata dari pihak sekolah juga memiliki
pendapatan dari sektor pertanian, dimana tujuannya adalah untuk menambah pemasukan dana
sekolah yang suatu saat jika dana dari pemerintah belum cair.

Pengelolaan keuangan merupakan bagian dari manajamen sekolah yang menentukan


berjalannya segala kegiatan di sekolah. Kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui
berbagai proses seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,

4
pengawasan atau pengendalian (Sudrajat, 2010) Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana pelaksanaan keuangan sekolah melalui: (1)
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. (2) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan oleh prinsip keadilan, kecukupan,
dan keberlanjutan. (3) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik. (4) Pengalokasian dana pendidikan selain gaji pendidik
dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN dan APBD (Ibrahim,
2009).

Kemudian dalam penggunaan dana pendidikan tidak terlepas dari UU No 20, Tahun
2003 Pasal 48 tentang pengelolaan dana pendidikan yaitu:

1. Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efesiensi, transparansi,


dan akuntabilitasi.
2. Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Ditinjau dari pengalokasian dana pendidikan yang diatur dalam pasal 49 terlihat jelas
bahwa dana pendidikan telah diatur dalam UU No 20, Tahun 2003 yaitu:

1. Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3. Dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan pendidikan
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
4. Dana pendidikan dari pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk
hibah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
5. Ketentuan pengalokasian dana pendidikan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
MTS Swasta Ma’unah Sari melakukan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Sekolah (RAPBS) setiap tahunnya dengan melibatkan bendahara sekolah, guru, dan
juga melibatkan orang tua siswa dalam rapat Komite yang diselenggarakan setiap tahunnya.
Ha ini selaras dengan Fatah (2012), bahwa dalam rangka pengalokasian dana pendidikan

5
selalu mengacu pada Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) ,yang
penyusunannya bisa dilakukan secara rutin tiap satu tahun sekali dan bisa dilakukan tiap
semester dilakukan oleh kepala madrasah, guru, siswa, bendahara dan komite sekolah sesuai
dengan tahapan-tahapan penyusunan anggaran.
Dana sekolah yang diperoleh dari dana pemerintah dan non pemerintah, terutama BOS
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional seperti menggaji honor guru atau pegawai, membeli
buku, pemenuhan sarana dan prasarana, bahan habis pakai yang dibutuhkan sekolah, dan
lain-lain. Hal tersebut sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang-Undang no 17
tahun 2003 tentang keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Adapun dana BOS dialokasikan sebagai berikut 1) Penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2)
Pengembangan perpustakaan 3) Kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler 4) Kegiatan
asesmen/evaluasi pembelajaran 5) Administrasi kegiatan sekolah 6) Pengembangan profesi
guru dan tenaga kependidikan 7) Layanan daya dan jasa 8) Pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah 9) Penyediaan alat multimedia pembelajaran 10) Pembayaran guru
berstatus non Aparatur Sipil Negara (ASN).
MTS Swasta Ma’unah mempertanggungjawabkan penggunaan dana melalui pembuatan
laporan hard file dan dikumpulkan atau dilaporkan setiap 6 bulan sekali. Selain itu, dalam
mengupayakan transparansi penggunaan dana sekolah, setiap tahun ajaran baru selalu
diadakan rapat dengan komite untuk membahas laporan tahun sebelumnya, dan menyusun
rencana anggaran belanja tahun pelajaran yang akan datang, serta melalui kegiatan ini
merupakan suatu wujud transparansi kepada orang tua siswa agar mengetahui data terkait
penggunaan dana sekolah yang ada di MTS Swasta Ma’unah Sari. Hal ini selaras dengan
penyataan yang dikemukakan oleh Ginanjar dk (2020), bahwa bentuk pertanggungjawaban
penggunaan anggaran yang dilakukan pihak sekolah berupa penyusunan laporan akhir
program yang diberikan kepada seluruh warga sekolah dan pemegang kekuasaan yang
bersangkutan. Laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran harus memenuhi aspek
transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil wawancara diperoleh beberapa
kendala maupun kekurangan pada dana MTS Swasta Ma’unah , yaitu sebagai berikut :
1. Kekurangan Dana untuk menutupi kebutuhan sekolah (scarcity of budget).
2. Waktu pencairan dana tidak tentu atau mengalami keterlambatan.
3. Upaya transparansi penggunaan dana sekolah yang kurang maksimal.

6
4. Laporan dana dalam dentuk hard copy dan dikumpulkan aetiap enam bulan sekali
kurang efektif dan efisien.
2.5. Solusi untuk Kendala Anggaran Dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah
Sari
2.5.1. Kekurangan Dana untuk Menutupi Kebutuhan Sekolah (scarcity of budget)
Dalam hal ini, kekurangan anggaran (scarcity of budget) bagi suatu program jangan
dijadikan sebagai masalah, tetapi harus dijadikan sebagai suatu asumsi dasar perlu tidaknya
digunakan teori dan teknik-teknik pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien.
Penyesuaian program, kegiatan, maupun sasaran berdasarkan anggaran yang tersedia secara
terbatas, tentu saja perlu dilakukan analisis agar tetap mengacu kepada tujuan yang telah
ditetapkan berdasarkan skala prioritas dan kebijaksanaan pimpinan setiap unit kerja baik di
pusat maupun di daerah (Sofyan dkk., 2021)
Dalam pelaksanaannya, terkadang terjadi kekurangan anggaran. Di MTS Swasta
Ma'unah Sari ketika terjadi kekurangan anggaran dapat disiasati dengan subsidi silang dari
anggaran lain yang memiliki kelebihan. Menurut Sofyan dkk., (2021), alternatif lain yang
dapat dilakukan yaitu dengan berkonsultasi pada pihak yayasan sehingga nanti yayasan akan
memberikan solusi apakah dibantu dari yayasan atau diberikan kebijakan lain untuk
mengatasi hal tersebut seperti penarikan dana sukarela dari siswa/wali murid.
2.5.2. Waktu Pencairan Dana Tidak Tentu atau Mengalami Keterlambatan
Berdasarkan data MTS Swasta Ma'unah Sari, sumber dana yang didapatkan berasal dari
pemerintah dan non pemerintah. Sumber dana dari pemerintah berasal dari dana BOS dan
dana insentif desa. Sedangkan sumber dana non pemerintah berasal dari sumbangan
masyarakat. Keterlamabatan pencairan dana sering terjadi pada sumber dana yang berasal
dari pemerintah salah satunya yaitu dana BOS. Oleh karena itu diperlukan solusi dan
alternatif dari permasalahan tersebut di antarannya:
a. Dukungan Pemerintah dengan memberikan petunjuk teknis pengelolaan dana BOS dan
sosialisasi tentang tatacara pengelolaan dana bantuan operasional sekolah dari Dinas
Pendidikan.
b. Terjalinnya bentuk kerja sama yang baik dari pihak pengelolah dana BOS, Komite
Sekolah dan para Guru, Pemerintah (Dinas Pendidikan).
c. Motivasi yang tinggi dan kinerja yang maksimal untuk mengembangkan kualitas
pendidikan.
d. Dukungan dari para guru baik dengan sumbangan pemikiran maupun dengan dukungan
tenaga.

7
Apabila sekolahan membutuhkan dana yang tidak bisa dibiayai dengan dana BOS
tersebut, semisal untu pembangunan, maka sekolah menggunakan dana dari sumber lain
diantaranya proyek pembangunan dari pemerintah, wali murid, dan dari yayasan. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, komite memiliki peran sebagai perantara antara wali murid
dan sekolah. Komite bertugas untuk mengumpulkan wali mirid bersama kepala sekolah dan
menyampaikan kebutuhan sekolah khususnya dalam hal pembiayaan kepada para wali murid.
(Syamsir, Muh. Arifin Ahmad 2017)
2.5.3. Upaya Transparansi Penggunaan Dana Sekolah
Meskipun masih ada beberapa yang perlu dibenahi seperti salah satunya peran komite
sekolah sebagai pengelola dan sekaligus pengawas dana BOS, diharapkan dapat membuka
informasi tentang dana BOS kepada orang tua siswa guna menjaga transparansi, dan seluruh
pengelola anggaran dana BOS harus benar-benar memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pemanfaatan anggaran sehingga dana dapat berfungsi lebih maksimal.
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan trasaparansi pelaksanaan program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), intruksi evaluasi dilakukan berdasarkan pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 51 tahun 2011 Tentang Pedoman dan Petunjuk
teknis Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang didalamnya meliputi evaluasi
melalui tahapan pemantauan dan supervise pemantauan ini bertujuan untuk melakukan
pengawasan terhadap program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau belum. Sedangkan
supervisi ditujukan untuk mengetahui sampai dimanakah atau seberapa besarkah manfaat
beserta cakupan dari rintisan program Bantuan Operasinal Sekolah (BOS), dimasa yang akan
datang atau selanjutnya. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan secara internal oleh
bagian komite sekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota melalui Tim Manajemen
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) (Helnikusdita 2016).
Evaluasi penggunaan dana bantuan operasional sekolah dilakukan oleh kepala sekolah
dan instansi vertikal diatasnya, serta aparat pemeriksa keuangan pemerintah. Terkait dengan
adanya evaluasi dari luar sekolah, kepala sekolah menggerakan semua unsur yang terkait agar
menyediakan data yang dibutuhkan oleh pengwas yang akan mengevaluasi. Kegitan evaluasi
pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud untuk mengetahui :
1. Kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
2. Kesesuaian yang dicapai baik bidang terkait, administratif maupun teknis operasional
dengan peraturan yang ditetapkan.

8
3. Kemanfaatan sarana yang ada (manusia, biaya, perlengkapan dan organisasi ) secara
efektif dan efesien.
4. Ada perubahan system guna mencapai hasil yang telah sempurna.
2.5.4. Laporan Dana Dalam Bentuk Hard Copy dan Dikumpulkan Setiap Enam Bulan
Sekali

Sesuai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini, sekolah dapat
memanfaatkan penggunaan teknologi tersebut dalam perekapan laporan dana sekolah setiap 6
bulan sekali. Seperti contohnya, Pemda mendorong Satuan Pendidikan untuk menerapkan
penganggaran, penatausahaan, dan pelaporan penggunaan dana BOS tahun 2021 melalui
Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS) yg terintegrasi dengan SIPD. 
Selain akan lebih efektif dan efisien, hal ini juga bermanfaat dalam hal efisiensi waktu dan
meminimalisir terjadinya kesalahan dari individu (Helnikusdita, 2016).

Alternatif yang kedua yaitu melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat


(PKM). Kegiatan ini bertujuan mentransfer pengetahuan dan teknik pembuatan laporan
keuangan kepada Kepala, Bendahara dan Administrasi Sekolah MTS Swasta Ma'unah Sari
agar dapat membantu sekolah dalam menyusun dan mengelola laporan keuangan. LPJ atau
Laporan Pertanggungjawaban Keuangan juga merupakan unsur penting dalam program
pemerintah, laporan ini akan akan memberikan gambaran bagaimana manajemen pengelolaan
keuangan di sekolah yang kemudian dilaporkan hingga ke tingkat Menteri (LIU 2020).

9
BAB II
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Sumber dana yang selama ini didapatkan oleh Madrasah Tsanawiyah (MTS)
Ma’nunah Sari tersebut berasal dari pemerintah maupun non pemerintah. Dana
dari pemerintah berupa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diperoleh
setiap 6 bulan sekali, selain itu juga mendapatkan dana insentif desa. Dana dari
non pemerintah berasal dari sumbangan masyarakat, SPP bulanan siswa, dan
usaha sekolah di sektor pertanian.
3.1.2. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Madrasah
Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah Sari setiap tahunnya setelah mendapatkan berapa
jumlah nominal dana yang akan diterima oleh sekolah pada tahun tersebut.
Penyusunan RAPBS tersebut berdasarkan pada indikator yang ada pada juknis,
dan dilakukan oleh bendahara sekolah.
3.1.3. Dana sekolah di MTS Swasta Ma’unah Sari diperuntukkan untuk beberapa hal
seperti menggaji honor guru atau pegawai, membeli buku, pemenuhan sarana dan
prasarana, bahan habis pakai yang dibutuhkan sekolah, dan lain-lain.
3.1.4. Sumber dana, penyusunan RAPBS, dan alokasi dana Madrasah Tsanawiyah
(MTS) Ma’nunah Sari sudah tergolong cukup baik. Namun, terdapat beberpaa
kendala maupun masalah yang ditemukan sehingga perlu dilakukan perbaikan.
3.1.5. Solusi untuk Kendala Anggaran Dana Madrasah Tsanawiyah (MTS) Ma’nunah
Sari adalah (1) subsidi silang dari anggaran lain yang memiliki kelebihan dan
berkonsultasi pada pihak untuk diberikan solusi, (2) adanya kerja sama dan
komunikasi yang saling bersinergi antara pihak pengelolah dana BOS, Komite
Sekolah dan para Guru, Pemerintah (Dinas Pendidikan), (3) Untuk mewujudkan
transparansi penggunaan dana sekolah adalanh dengan adanya evaluasi melalui
tahapan pemantauan dan supervise, (4) Pertangung jawaban anggran dalam
bentuk laporan hird file dapat bergeser dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi, misalnya penggunaan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(ARKAS) yg terintegrasi dengan SIPD. 
3.2. Saran
Laporan studi kasus ini masih membutuhkan banyak perbaikan. Adanya waktu yang
terbatas dan jarak yang jauh menyebabkan data yang dikumpulkan belum semaksimal
mungkin. Diharapkan untuk kegiatan studi kasus sebaiknya mempersiapkan waktu yang

10
cukup dan akes ke sekolah yang akan diobservasi yang dapat dijangkau dengan mudah
sehingga data yang diperoleh dapat maksimal.

11
DAFTAR RUJUKAN
Djupri, M. 2021. Model Manajemen Pembiayaan Pendidikan Menuju SBI DI SMPN 2
Rembang. Journal of Economic Education, 1(1): 21-25.

Fattah, N. 2006. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Cetakan Keempat.

Ginanjar, M.H., Moch, S., & Ahmad, R.A. 2020. Implementasi Manajemen Pembiayaan
Pendidikan di SMA Islam Hasmi Tamansari Bogot. Jurnal Pendidikan, 3(4): 74-86.

Helnikusdita. 2016. “Implementasi Dana Bantuan Operasional Sekolah (Bos).” Manajer


Pendidikan 10(6):527–39.

Ibrahim, Bafadal. 2009. Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori, dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. BumiAksara.

LIU. 2020. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関す


る共分散構造分析 Title.” 3(1):151–56.

Kompas.com. 2016. ICW Mencatat Ada 425 Kasus Korupsi Pendidikan Sepanjang 2005-
2016. (Online).
https://nasional.kompas.com/read/2016/05/17/18321681/icw.mencatat.ada.425.kasus
.korupsi.pendidikan.sepanjang.2005-2016.
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rekasari, M.H. 2020. Efektivitas Pengelolaan Keuangan Sekolah (Study Evaluatif Di SMA
Negeri 7 Bengkulu Selatan). Jurnal Manajer Pendidikan, 14(2): 83-91.
Saputra, I.B & Mesiono. 2021. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)
Pendidikan. Jurnal Inovasi Penelitian, 9(1): 1865-1870.
Sofyan, Y., Marsanto, Enang, A., & Ujang, C.B. 2021. Analisis Pembiayaan Pendidikan
(Suatu Kajian Praktis Dalam Pengeloaan Anggaran Pendidikan Di Sekolah
Menengah Umum). Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi),
5(1): 221-239.

Sudarmono, S., Hasibuan, L., Us., K.A. 2021. Pembiayaan Pendidikan. JurnalManajemen
Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2 (1): 266-280. DOI:
https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i1

Syamsir, Muh. Arifin Ahmad, Andi Cuadi Nur. 2017. “The Implementation of School

12
Operational Assistance Program At SMP 3 Panca Rijang of Sidrap Regency.” (2).

UU RI No. 20 Tahun 2003 . (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: CV. Aneka
Ilmu.

13

Anda mungkin juga menyukai